Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN

MEDICATION SAFETY

INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUALA KURUN
Jl. Ahmad Yani No.43 Kuala Kurun ( 74511 ) Kalimantan Tengah
Telp.(0537) 31033,31390,31545 Fax.(0537)31390
e-mail :rsudkualakurun@yahoo.co.id

TAHUN 2019
DAFTAR ISI

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR......................................... i


DAFTAR ISI............................................................................ iii
BAB I DEFINISI...................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP...................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA....................................................... 4
BAB IV DOKUMENTASI........................................................ 8
BAB I
DEFINISI

Medication safety (keamanana pengobatan) di definisikan sebagai


kebebasan dari bahaya penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Medication safety bertujuan untuk mengarahkan penggunaan obat yang
aman dan meminimalisasi kemungkinan terjadi kesalahan penggunaan
obat sesuai peraturan perundang-undangan.
Dalam membangun keselamatan pasien istilah-istilah yang perlu dipahami
dan disepakati bersama. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah :

1. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Advere Event)


Kejadian cedera pada pasien selama proses terapi/ penatalaksanaan
medis. Penatalaksanaan medis mencakup seluruh aspek pelayanan,
termasuk diagnosa, terapi, kegagalan diagnosa/terapi, sistem,
peralatan untuk pelayanan. Adverse event dapat dicegah atau tidak
dapat dicegah.

2. Kejadian Nyaris Cidera/KNC (Near Miss)


Suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan, yang dapat
mencederai pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi :
 Diberi obat yang seharusnya kontra indikasi terapi tidak timbul
cidera
 Dosis lethal akan diberikan, diketahui, dibatalkan
 Diberi obat yang seharusnya kontra indikasi/dosis lethal, tetapi
diketahui dan diberikan antidotumnya.

3. Kejadian Sentinel
Suatu kejadian tak diharapakan yang menyebabkan kematian atau
cedera fisik atau psikologis serius, atau resiko daripadanya. Termasuk
didalamnya (tetapi tidak terbatas pada) : kematian yang tidak dapat
diantisipasi dan tidak berhubungan dengan penyebab alama dari
penyakit pasien atau kondisi medis dasar pasien (contoh : bunuh diri,
kehilangan permanen yang besar dari fungsi yang tidak berhubungan
dengan penyakit dasar pasien, pembedahan yang salah lokasi, salah
prosedur, salah pasien, penculikan bayi atau bayi yang dibawa pulang
oleh orangtua yang salah).

4. Adverse Drug Event


Respons yang tidak diharapkan terhadap terapi obat dan mengganggu
atau menimbulkan cedera pada penggunaan obat dosis normal. Reaksi
obat yang tidak diharapkan (ROTD) ada yang berkaitan dengan efek
farmakologi/mekanisme kerja (efek samping) ada yang tidak berkaitan
dengan efek farmakologi (reaksi hipersensitivitas).

5. Adverse Drug Reaction


Kejadian cedera pada pasien selama proses terapi akibat penggunaan
obat.

6. Medication Error
Kejadian yang dapat dicegah akibat penggunaan obat, yang
menyebabkan cedera.

7. Efek Samping Obat


Efek yang dapat diprediksi, tergantung pada dosis, yang bukan efek
tujuan obat. Efek samping dapat dikehendaki, tidak dikehendaki, atau
tidak ada kaitannya.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan


dalam meningkatkan medication safety dan menurunkan medication
error dan tenaga farmasi.
BAB III
TATA LAKSANA

Berikut ini guna meningkatkan medication safety :

1. Informasi Pasien
Keakuratan informasi pasien merupakan prioritas pertama medication
safety seperti panduan dokter memilih pengobatan sesuai dosis, rute
dan frekuensi.
a. Identifikasi Identitas pasien
Membantu memberikan ketepatan pengobatan kepada pasien
seperti nama pasien, tanggal lahir dan lain-lain. Hal ini berguna
mencegah kesalahan ketika ada kesamaan nam pasien pada saat
memberikan obat.
b. Verifikasi ada reaksi atau alergi
Dua hal ini sering diabaikan dalam proses pengobatan. Maka, staf
klinis diwajibkan bertanya tentang alergi dan reaksi terhadap obat-
obatan, latex dan makanan sebelum resep diberikan kepada pasien.
c. Menggaris bawahi diagnosis dan kondisi kritis
Menggaris bawahi kondisi atau situasi tertentu sehingga ketika
memberikan resep selalu menyertakan dengan informasi-informasi
tambahan misaknya ketika pasien wanita hamil selalu diberikan
informasi untuk mengontrol kehamilan setiap bulan.

2. Komunikasi
Komunikasi efektif penting dalam medication safety
a. Berbagi informasi
Kesamaan konsep staf memudahkan komunikasi efektif,
mewaspadai dan mendeteksi tanda-tanda kesalahan potensial dan
menyelesaikan dengan cara yang benar. Berbagi informasi
dilakukan antar dokter-perawat-administrasi.
b. Perbaiki tulisan
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa 1 dari 3 tulisan dokter tidak
bisa dibaca. Agar mudah dibaca sebaiknya menulis pada posisi
duduk ditempat tenang dan paling penting adalah memperbaiki
tulisan. Contoh tulisan tidak mudah dibaca:
 Hindari singkatan kata
Singkatan kata dan penggunaan simbol menghambat
komunikasi efektif dan berdampak buruk pada pasien
 Paham kesamaan nama obat

Tahapan proses dalam menurunkan medication error meliputi :


1. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden dapat
diturunkan dengan pengendalian jumlah item obat dan penggunaan
obat-obatan sesuai formularium.
2. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan
sesuai peraturan yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor
resmi.
3. Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk
menurunkan kesalahan pengambilan obat dan menjamin mutu obat :
 Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike,
sound alike medication name’s) secara terpisah.
 Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert) yang dapat
menimbulkan cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan
ditempat khusus. Misalnya : menyimpan cairan elektrolit pekat
seperti KCL inj, Heparin, warfarin, insulin, kemoterapi, narkotik
opiate, thrombolitik dan agonis adrenergic.
 Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan.
4. Skrining resep
Skrining resep dilakukan oleh petugas farmasi sesuai SPO skrining
resep.
5. Dispensing
 Peracikan obat dilakukan oleh petugas farmasi sesuai dengan
panduan racikan obat
 Pengerjaan resep dilakukan oleh petugas farmasi sesuai dengan
panduan pelayanan resep
 Pemberian dan penulisan etiket yang tepat sesuai SPO penulisan
etiket
 Resep yang telah dikerjakan dilakukan pemeriksaan ulang oleh
petugas farmasi yang berbeda ssuai dengan SPO telaah resep.
6. Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE)
Hal-hal yang diinformasikan dan didiskusikan pada pasien oleh
Apoteker adalah :
 Pemahaman yang jelas mengenai indikasi pengguaandan
bagaimana menggunakan obat dengan benar, harapan setelah
menggunakan obat, lama pengobatan, kapan harus kembali
kedokter.
 Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan.
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat
dengan obat lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien.
 Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction-ADR)
yang mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat
edukasi mengenai bagaimana cara mengatasi kemungkinan
terjadinya ADR tersebut.
 Penyimpanan dan penanganan obat dirumah termasuk mengenali
obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
 Ketika melakukan konseling kapada pasien, apoteker mempunyai
kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang mungkin
terlewatkan pada proses sebelumnya.
7. Penggunaan Obat
Tenaga Farmasi berperan dalam proses penggunaan obat oleh
pasien rawat inap di rumah sakit bekerja sama denga petugas
kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Tepat pasien
 Tepat indikasi
 Tepat waktu pemberian
 Tepat obat
 Tepat dosis
 Tepat label obat (aturan pakai)
 Tepat rute pemberian
8. Monitoring dan Evaluasi
Apoteker melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahi efek
terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan
pasien. Hasil monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan
ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan mencegah
pengulangan kesalahan.

Prosedur untuk pelaporan Medication Error :


1. Siapa saja atau staf farmasi yang pertama kali menemukan kejadian
atau terlibat dalam kejadian dapat membuat laporan insiden/kejadian.
2. Melaporkan insiden/kejadian yang sudah terjadi, potensial terjadi
ataupun yang nyaris terjadi.
3. Pelaporan dilakukan dengan mengisi “Formulir Laporan insiden” yang
besifat rahasia.
4. Staf Farmasi harus mengkaji terlebih dahulu sebelum menyerahkan
kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Formulir Medication Error


2. Formulir Laporan Insiden Kesalahan Pemberian Obat di RSUD Kuala
Kurun dari Tim Keselamatan Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai