Nama Anggota :
Penyusunan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah preskripsi III . Makalah ini berisi tentang penjelasan medication error beserta
contoh kasus yang terjadi dalam bidang pelayanan kefarmasian. Yaitu kasus berjudul
Kejadian sentinel : Seorang nenek tewas setelah diberikan obat yang salah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................................ii
2
BAB I.....................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................................1
BAB II....................................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................................................3
2.1. Definisi........................................................................................................................................................3
2.2 Klasifikasi...................................................................................................................................................4
2.3. Faktor Penyebab.......................................................................................................................................15
2.4. Pencegahan Medication Error...................................................................................................................19
2.5. Pengelolaan Kesalahan Obat....................................................................................................................24
2.6 CONTOH KASUS MEDICATION ERROR............................................................................................26
2.6.1 Kasus kejadian sentinel : Seorang nenek tewas setelah diberikan obat yang salah............................26
2.6.2 Pembahasan.........................................................................................................................................27
2.6.3 PROFIL OBAT....................................................................................................................................28
2.6.4 Kemasan obat prednisolon dan obat glikazid......................................................................................31
BAB III.................................................................................................................................................................32
PENUTUP............................................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
Medication error merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien rawat
inap. Secara umum Medication error didefinisikan sebagai peresepan, pemberian
dan administrasi obat yang salah, yang menyebabkan konsekuensi tertentu atau
3
tidak. Sebuah studi medication error pada pasien pediatric menunjukkan 5,7%
medication errors 10778
error
dapat
menyebabkan
efek
samping
yang
Suatu sistem
meningkatkan bahaya
terjadinya kesalahan
dapat
secara
berantai
menimbulkan
kesalahan
lain
di
komponen-
dan kontrol
jalan, kontrol penggunaan obat dan keparahan efek samping juga belum dimonitor
dengan baik. Interaksi obat dengan obat, makanan, dan bahan kimia dapat
mempengaruhi terapeutik pasien.
Misi apoteker
adalah untuk
membantu
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Error didefinisikan sebagai kegagalan dari sesuatu yang telah direncanakan
untuk diselesaikan sesuai dengan tujuan (kesalahan pada pelaksanaan) atau
kesalahan pada perencanaan untuk mencapai tujuan (kesalahan pada perencanaan).
Suatu error mungkin terjadi karena hasil dari kelalaian (The Institute of Medicine,
2004). Sedangkan kesalahan pengobatan (medication error) didefinisikan sebagai
setiap kesalahan (error) yang terjadi dalam proses hingga penggunaan dalam
pngobatan. Kesalahan pengobatan (medication error) didefinisikan secara luas
sebagai kesalahan dalam meresepkan, pembuatan, dan memberikan obat, tanpa
tergantung dengan di mana kesalahan ini menyebabkan konsekuensi yang
merugikan atau tidak. Definisi yang terbaru dari kesalahan pengobatan adalah
kegagalan dalam proses pengobatan yang
menyebabkan
atau
berpotensi
yang
menggunakan
proses,
produk kesehatan,
Pengertian lain oleh Cohen, dkk., medication error adalah suatu kesalahan
dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab
profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah
(Cohen,1991).
Dalam
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
2.2 Klasifikasi
Kategori Medication error
National Coordinating Council for Medication error Reporting and Prevention
(NCC MERP) mengklasifikasikan medication error berdasarkan tingkat keparahan
hasil dari pasien.
kesalahan potensial yang berhak mendapat sistem yang luas dan mengarah ke
perbaikan. Kategori medication error adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Taksonomi & kategorisasi medication error
Tipe error
Kategori
Keterangan
NO ERROR
B
ERROR-NO HARM
sempat diminum/digunakan
D
Error
terjadi
monitoring
dan
konsekuensinya
terhadap
pasien,
diperlukan
tetapi
tidak
ERROR-HARM
ERROR-DEATH
yang diketahui, terapi obat yang ada, dan faktor lain), dosis, bentuk
sediaan, mutu, rute, konsentrasi, kecepatan pemberian, atau instruksi
untuk menggunakan suatu obat yang diorder atau diotorisasi oleh
dokter (atau penulis lain yang sah) yang tidak benar. Seleksi obat yang
tidak benar misalnya seorang pasien dengan infeksi bakteri yang
resisten terhadap obat yang ditulis untuk pasien tersebut.
Resep atau order obat yang tidak terbaca yang menyebabkan
kesalahan yang sampai pada pasien.
b. Kesalahan karena yang tidak diotorisasi
Pemberian
kepada
pasien,
obat
yang
tidak
diotorisasi
oleh
seorang penulis resep yang sah untuk pasien. Mencakup suatu obat yang
keliru, suatu dosis diberikan kepada pasien yang keliru, obat yang tidak
diorder, duplikasi dosis, dosis diberikan di luar pedoman atau
protokol klinik yang telah ditetapkan, misalnya obat diberikan hanya
bila tekanan darah pasien turun di bawah suatu tingkat tekanan yang
ditetapkan sebelumnya.
c. Kesalahan karena dosis tidak benar
Pemberian kepada pasien suatu dosis yang lebih besar atau lebih kecil
dari jumlah yang diorder oleh dokter penulis resep atau pemberian dosis
10
10
duplikat kepada pasien, yaitu satu atau lebih unit dosis sebagai tambahan
pada dosis obat yang diorder.
d. Kesalahan karena indikasi tidak diobati
Kondisi
medis
pasien
tetapi tidak
11
11
obat
yang
ditulis.
Misalnya
paling
umum tidak
dokter, juga termasuk dosis yang diberikan melalui rute yang benar, tetapi
pada tempat yang keliru (misalnya mata kiri, seharusnya mata kanan).
f. Kesalahan karena gagal menerima obat
Kondisi medis pasien memerlukan terapi obat, tetapi untuk alasan
farmasetik, psikologis, sosiologis, atau ekonomis, pasien tidak menerima
atau tidak menggunakan obat.
4. Dispensing Error
Kesalahan pada fase dispensing terjadi pada saat penyiapan hingga
penyerahan resep oleh petugas apotek. Salah satu kemungkinan terjadinya
error adalah salah dalam mengambil obat dari rak penyimpanan karena
kemasan atau nama obat yang mirip atau dapat pula terjadi karena
berdekatan
letaknya. Selain itu, salah dalam menghitung jumlah tablet yang akan
diracik, ataupun salah dalam pemberian informasi.
Jenis kesalahan obat yang termasuk Dispensing errors yaitu :
a. Kesalahan karena bentuk sediaan
Pemberian kepada pasien suatu sediaan obat dalam bentuk berbeda
dari yang diorder oleh dokter penulis.
Penggerusan tablet lepas lambat, termasuk kesalahan.
b. Kesalahan karena pembuatan/penyiapan obat yang keliru
Sediaan obat diformulasi atau disiapkan tidak benar sebelum pemberian.
Misalnya, pengenceran yang tidak benar, atau rekonstitusi suatu
sediaan yang tidak benar. Tidak mengocok suspensi. Mencampur obat-obat
yang secara fisik atau kimia inkompatibel.
Penggunaan obat
kadaluarsa,
tidak
melindungi obat
terhadap
pemaparan cahaya.
c. Kesalahan karena pemberian obat yang rusak
Pemberian suatu obat yang telah kadaluarsa atau keutuhan fisik atau kimia
bentuk sediaan telah membahayakan. Termasuk obat-obat yang disimpan
secara tidak tepat.
Adapun bentuk-bentuk kejadian medication error disajikan dalam Tabel 2.
b.
Tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum atau
menggunakan obat, frekuensi dan lama pemberian hingga peringatan jika
timbul efek samping.
c.
mirip dengan obat lainnya, kesalahan membaca desimal, pembacaan unit dosis
hingga singkatan peresepan yang tidak jelas (q.d atau q.i.d/QD).
d.
Pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga berisiko dibaca keliru
oleh pasien.
e.
suasana
tempat
kerja
yang
tidak
nyaman
yang
dapat
dan
mutu
apoteker
tidak
3.
4.
5.
yang efektif dan efisien di rumah sakit. Kurangnya kebijakan dan prosedur
tersebut di rumah sakit dapat berkontribusi pada kesalahan obat di rumah sakit.
6.
7.
8.
obat
yang
memiliki
pengetahuan
kurang
bagi pasien.
9.
10.
11.
12.
obat
dengan
perbandingan
yang
ada,
c.
Kesalahan alat
Contohnya
pompa
intravena
dimana
katupnya
tidak
berfungsi,
e.
tepat f.
Kesalahan diagnosis
Kesalahan dokter dalam mendiagnosis penyakit dapat menyebabkan
kesalahan tindakan medis selanjutnya.
h.
Singkatan
(unit)
untuk
insulin
dan
pitosin
dapat
i.
Kesalahan penulisan
etiket j.
Beban kerja
berlebihan
k.
penggunaan obat
yang
dikenal dengan medication error. Di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan
lainnya, kejadian medication error dapat dicegah jika melibatkan pelayanan
farmasi klinik dari apoteker yang sudah terlatih. Saat ini di negara-negara maju
sudah ada apoteker dengan spesialisasi khusus menangani medication safety.
Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan (Medication Safety Pharmacist) meliputi :
1. Mengelola laporan medication error
Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk
Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi
2.
manajemen
penerimaan,
penyimpanan
dan
distribusi,
alur
pengadaan,
pelayanan,
sistem
tinggi.
khusus. Misalnya :
- cairan elektrolit pekat seperti KCl injeksi,
kemoterapi,
narkotik
opiat,
neuromuscular
blocking
agents,
Simpan
penyimpanan.
obat
sesuai
dengan
persyaratan
4. Skrining Resep
Apoteker dapat
error
20
20
nama dan
21
21
Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep,
singkatan, hubungi dokter penulis resep.
Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
pengambilan keputusan pemberian obat, seperti :
- Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi,
diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui
tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat dengan indeks
terapi sempit untuk keperluan perhitungan dosis.
- Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda-tanda vital
dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data
laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat yang memerlukan
penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan fungsi ginjal).
Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (eprescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.
yang diminta
benar,
dengan
mengeja
nama
obat
serta
menerima
Peringatan
pengobatan
yang
berkaitan
dengan
proses
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat
lain dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reaction ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai
bagaimana cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang
sudah rusak atau kadaluarsa. Ketika melakukan konseling kepada pasien,
apoteker mempunyai kesempatan untuk menemukan potensi kesalahan yang
mungkin terlewatkan pada proses sebelumnya.
7. Penggunaan Obat
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan
petugas kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
Tepat pasien
Tepat indikasi
Tepat waktu pemberian
Tepat obat
Tepat dosis
Tepat label obat (aturan pakai)
Tepat rute pemberian
8. Monitoring dan Evaluasi
Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek
terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil
monitoring
dan
evaluasi
didokumentasikan
dan
ditindaklanjuti
dengan
Kesalahan
ini
diakibatkan oleh
kesalahan
f)
Informasi yang diperoleh dari laporan kesalahan obat dan sarana lain yang
menunjukkan kegagalan berkelanjutan, harus
h)
27
27
2.6.2 Pembahasan
Ada hal istimewa dari kasus ini. Pertama, ia terjadi di inggis, sebuah negara maju yang yang
sudah sangat baik budaya keselamatan pasiennya. Kedua kejadian kesalahan obat
(Medication error) melibatkan dua jenis obat yang tidak mirip nama, pengucapan dan
penulisan nya (predinisolon dengan gliklazid) , tetapi mirip bentuk dan ukurannya. Mengapa
masih juga terjadi kesalahan seperti ini? Dititik mana kesalahan bisa terjadi? Sayangnya
informasi yang kita peroleh dari berita diatas tidak dapat menjawab pertanyaan itu . kita
hanya mendapat informasi bahwa pasien :
terjadinya
kejadian itu :
Apotek jhoots memiliki sediaan obat prednisolone dan gliklazid dalam kemasan
botol , dan bukan kemasan obat yang dibentuk dalam satuan
Dari dua kemungkinan di atas tersebut , kemungkinan pertama peluangnya kecil , karena
pasti akan ada dua kasus kesalahan obat , yaitu pemberian obat gliklazid (pasien ini ) dan
kesalahan pemberian obat prednisolone ( pasien yang resepnya tetukar ). Sehingga
kemungkinan yang paling besar terjadi adalah yang kedua. Kelemahan kesalahan botol
adalah ketika obat sudah dikeluarkan dari botol , maka obat akan kehilangan identitas ,
karena obat dalam bentuk butiran tanpa kemasan. Nah, jika ada obat lain yang bentuk dan
ukurannya sama, maka peluang terjadinya kesalahan obat menjadi besar. Kalua sudah terjadi
salah obat pada kasus ini , maka prosedur keselamatan apapun tidak akan berhasil, karena
kejadian kesalahan sudah di tahap awal. Petugas merasa obat yang diambilnya adalah
28
28
prednisolone , padahal glikazid . ketika ia melakukan prosedur enam benar , dia telah
melakukan prosdur enam benar , tapi obat yang salah, karena obat sudah tidak memiliki
identitas lagi.
Oleh karena itu , untuk kasus obat-obatan yang tidak dikemas satuan seperti ini, ada
prosedur ekstra yang harus dilakukan :
1. Label high alert dan look alike sound alike pada botol kemasannya
2. Jika nama obat mirip dengan dengan obat lain, gunakan penulisan dengan huruf
Tallman pada label obat. Contoh huruf Tallman : IRBEsartan , Losartan,
OLMEsartan, TELMIsartan, VALsartan.
3. Pisahkan dan jauhakn tempat penyimpanannya dengan obat lain yang memiliki
bentuk, warna ukuran dan nama serta pengucapan yang sama atau mirip.
4. Obat tanpa kemasan satuan dilarang berada diluar botol tanpa keterangan nama obat
berikut isi sediaannya. Jika akan dikeluarkan dari botol, harus obat dipastikan
dipindahkan atau disimpan dikemasan atau tempat lain yang sudah diberi label nama
obat berikut isi sediaannya.
Apabila jika empat hal diatas sudah dilakukan, barulah prosedur enam benar dapat
digunakan sebagai alat keselamatan dalam pemberian obat.
Hal-hal lain berkaitan dengan keselamatan pemberian obat sudah dibahas sebelumnya dan
untuk keselamatan penyimpanan obat
2.6.3 PROFIL OBAT
NAMA OBAT
INDIKASI
Prednisolon
glikazid
Treatment of palpebral and
Management of type 2
bulbar conjunctivitis; corneal diabetes mellitus (noninsulin
injury from chemical,
dependent, NIDDM)
radiation, thermal burns, or
foreign body penetration;
endocrine disorders,
rheumatic disorders,
collagen diseases,
dermatologic diseases,
29
29
Oral/Parenteral: Systemic
fungal infections;
administration of live virus
vaccines. IM: Idiopathic
thrombocytopenic purpura;
sulfite sensitivity
EFEK SAMPING
Oral formulation:
Cardiovascular:
Cardiomyopathy, CHF,
edema, facial edema,
hypertension
Central nervous system:
Convulsions, headache,
insomnia, malaise,
nervousness,
pseudotumor cerebri,
psychic disorders,
vertigo
Hypersensitivity to
gliclazide, sulfonylureas, or
any component of the
formulation; type 1 diabetes
mellitus (insulin dependent,
IDDM), diabetic
ketoacidosis with or without
coma; renal or hepatic
impairment; pregnancy (per
manufacturer); breastfeeding
Central nervous system:
Headache, nervousness,
dizziness
Dermatologic: Rash,
erythema, pruritus,
urticaria. Sulfonylureas
have also been
associated with rare
photosensitivity and
porphyria cutanea tarda
gastritis
Hematologic:
Agranulocytosis,
leukopenia,
thrombocytopenia,
anemia
Hepatic: Jaundice, LDH
increased,
transaminases increased
Gastrointestinal: Abdominal
distention, increased
appetite, indigestion,
nausea, pancreatitis,
peptic ulcer, ulcerative
esophagitis, weight gain
Hepatic: LFTs increased
(usually reversible)
Neuromuscular & skeletal:
Arthralgia, aseptic
necrosis
(humeral/femoral heads),
fractures, muscle mass
decreased, muscle
weakness, osteoporosis,
steroid myopathy, tendon
rupture, weakness
Ocular: Cataracts,
exophthalmus, eyelid
edema, glaucoma,
intraocular pressure
increased, irritation
Respiratory: Epistaxis
Miscellaneous: Diaphoresis
increased, impaired
wound healing
31
31
glikazid
32
32
BAB III
PENUTUP
Medication error merupakan kejadian yang merugikan pasien, akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat
dicegah. Farmasis memiliki tanggung jawab besar dalam mencegah terjadinya
medication error khususnya dalam hal transcription, prescribing, dispensing, dan
administrasi. Tidak hanya farmasis, pencegahan medication error seharusnya
menjadi tanggung jawab bersama baik dokter, perawat maupun petugas kesehatan
lainnya. Kebijakan dan prosedur pengelolaan, pengendalian, pelayanan yang
memadai serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM menjadi aspek penting
dalam mencegah terjadinya medication error.
33
33
DAFTAR PUSTAKA
Alexander DC, Bundy DG, Shore AD, Morlock L, Hicks RW, Miller MR. (2009).
Cardiovascular Medication Errors in Children. Pediatrics. 124; 324-332.
Aryani Perwitasari, Dyah., Jamiul Abror, dan Iis Wahyuningsih. (2010).
Medication
error in outpatient of a government hospital in Yogyakarta Indonesia.
International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research
Volume 1; 8-10
Bates DW, Boyle DL, Vander Vliet MB, Schneider J, Leape L. 1995a. Relationship
betweenmedication errors and adverse drug events. Journal of General
Internal Medicine 10(4): 100205.
Benjamin, David M. (2003). Reducing Medication Errors and Increasing Patient
Safety: Case Studies in Clinical Pharmacology. J Clin Pharmacol vol. 43 no.
7 768-783
Charles & Kumolosasi. (2006). Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku
kedokteran EGC, 380-417
Chaudhary , Geeta. (2010). Case Study: Review of Medication Orders for
Appropriateness at Satguru Singh Apollo Hospitals, Ludhiana, India.
JCInsight July 2010.
Cohen, M.R. (1991). Causes of Medication Error, in: Cohen. M.R., (Ed), Medication
Error, Washington, DC: American Pharmaceutical Association. Dalam:
Hartayu, Titien Siwi & Widayati Aris. (2005). Kajian Kelengkapan Resep
Pediatri Yang Berpotensi Menimbulkan Medication Error Di 2 Rumah Sakit
Dan 10 Apotek Di Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma.
Fowler, S.B., Sohler,Patricia., & Zarillo,D.F., et al. 2009. Bar Code Technology for
Medication Administration: Medication Errors and Nurse Satisfaction.
MEDSURG NursingMarch/April 2009: Vol. 18 (2). Proquest Database.
IOM (Institute of Medicine). 2004. Patient Safety: Achieving a New Standard for
Care. Washington, DC: The National Academies Press.
Kaushal R, Bates DW, Landrigan C, McKenna K, Clapp MD, Federico F,
Goldmann DA. (2010). Medication Errors and Adverse Drug Events in
Pediatric Inpatients. JAMA. 285(16); 2114-2120
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/MENKES/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
(2011). Medication Error. http://www.nccmerp.org/aboutMedErrors.html,
diunduh sabtu, 15 oktober 2011 jam 22.30.
Victorian Medicines Advisory Committee. (2008). Oral liquid
medicines
administered via the wrong route can be fatal or cause serious harm. Quality
use of medicine alert. Vol 1: 1-4
Williams. (2007). Medication Error. R Coll Physicians Edinb. Vol 37: 34