Anda di halaman 1dari 20

c  


   
Pada ahli anatomi telah mengelompokkan sendi dalam beberapa hal yaitu berdasarkan
pada kompleksitas sendi, sejumlah axis yang terjadi, geometris sendi, atau kapabiltas/
kemampuan gerakan. Dalam bab ini kami memfokuskan pada gerakan manusia sehingga
sistem klasifikasi sendi berdasarkan pada kapabilitas/kemampuan gerakan yang terjadi.
  c     
1.? Vynarthroses (tak bergerak) : sendi-sendi fibrous ini dapat meminimalkan gaya yang
terjadi (shock absorber) tetapi memberikan sedikit atau tidak ada gerakan pada tulang
yang membentuk sendi.
a.? Vutura : pada sendi ini, alur-alur yang tidak beraturan dari lapisan tulang saling
merapat membentuk sendi dan dihubungkan dengan kuat oleh serabut-serabut yang
bersambung dengan periosteum (lihat gambar 1). Verabut-serabut tersebut mulai
mengeras pada awal usia remaja dan pada akhirnya diganti dengan sempurna oleh
tulang. Vebagai contoh pada tubuh manusia adalah sutura tengkorak.
b.? Vyndesmoses : pada sendi ini, jaringan fibrous yang padat mengikat tulang secara
bersamaan, memberikan gerakan yang sangat terbatas. Vebagai contoh adalah
coracoacromial, mid-radioulnar, mid-tibiofibular dan inferior tibiofibular joints.

Gambar 1. Vtruktur sutura kepala

  c 


^.? Ymphiarthroses : sendi-sendi kartilaginous ini dapat meminimalkan gaya yang terjadi dan
memberikan lebih banyak gerakan daripada synarthrodial joint.
a.? Vynchondroses : pada sendi ini, tulang yang membentuk sendi dipertahankan secara
bersamaan oleh lapisan cartilago hyalin yang tipis. Vebagai contoh adalah
sternocostal joint dan epiphyseal plates (sebelum ossification/mengeras)
b.? Vymphyses : pada sendi ini, dataran cartilago hyalin yang tipis dipisahkan oleh
sebuah diskus fibrocartilago dari tulang. Vebagai contoh adalah sendi-sendi vertebra
dan symphisis pubis (lihat gambar ^).

Gambar ^. Contoh intervertebral joint dan symphisis pubis


  c c 
Œ.? Diarthroses atau synovial : pada sendi ini, permukaan tulang yang membentuk sendi
tertutup dengan cartilago sendi, kapsul sendi yang membungkus sendi, dan membran
sinovial yang membatasi kapsul sendi bagian dalam dimana terdapat cairan yang
mengeluarkan suatu pelumas/lubrikasi dikenal sebagai cairan sinovial (lihat gambar Œ).

Gambar Œ. Vtruktur Vendi Vinovial


c
 !
Pada ahli anatomi telah mengelompokkan sendi dalam beberapa hal yaitu berdasarkan
pada kompleksitas sendi, sejumlah axis yang terjadi, geometris sendi, atau kapabiltas/
kemampuan gerakan. Dalam bab ini kami memfokuskan pada gerakan manusia sehingga
sistem klasifikasi sendi berdasarkan pada kapabilitas/kemampuan gerakan yang terjadi.
  c c 
Diarthroses atau synovial : pada sendi ini, permukaan tulang yang membentuk sendi tertutup
dengan cartilago sendi, kapsul sendi yang membungkus sendi, dan membran sinovial yang
membatasi kapsul sendi bagian dalam dimana terdapat cairan yang mengeluarkan suatu
pelumas/lubrikasi dikenal sebagai cairan sinovial (lihat gambar Œ).

Gambar Œ. Vtruktur Vendi Vinovial

"
c! #   
a.? Gliding (plane; arthrodial) : pada sendi ini, permukaan tulang yang membentuk sendi
hampir datar, dan gerakan yang terjadi hanya gerakan nonaxial gliding. Vebagai
contoh adalah intermetatarsal, intercarpal dan intertarsal joint, serta facet joint
vertebra (lihat gambar 4).
b.? Hinge (ginglymus) : salah satu permukaan tulang yang membentuk sendi adalah
konveks dan permukaan tulang lainnya adalah konkaf. Ligamen collateral yang kuat
membatasi gerakan pada suatu bidang, seperti gerakan engsel. Vebagai contoh adalah
humeroulnar dan interphalangeal joints (lihat gambar 4).
c.? Pivot (sekrup; trochoid) : pada sendi ini, rotasi terjadi disekitar salah satu axis.
Vebagai contoh adalah atlantoaxial joint, proksimal dan distal radioulnar joint (lihat
gambar 4).
d.? Condyloid (ovoid/seperti telur; ellipsoidal) : salah satu permukaan tulang yang
membentuk sendi adalah berbentuk konveks ovular, dan permukaan tulang lainnya
adalah berbentuk konkaf dimana saling sebangun/bertautan. Gerakan fleksi, ekstensi,
abduksi, adduksi dan sirkumduksi dapat terjadi pada sendi ini. Vebagai contoh adalah
metacarpophalangeal joint II ± V dan radiocarpal joint (lihat gambar 4).
Gambar 4. Contoh-contoh Vendi Vinovial pada Tubuh Manusia

e.? Vaddle (sellar) : kedua permukaan tulang yang membentuk sendi adalah berbentuk
seperti tempat duduk pada pelana kuda. Kemampuan gerakan adalah sama dengan
condyloid joint, tetapi ROM gerakannya lebih besar. Vebagai contoh adalah
carpometacarpal joint pada ibu jari (lihat gambar 4).
f.? Ball and socket (spheroidal) : pada sendi ini, permukaan tulang yang membentuk
sendi adalah saling sebangun antara konveks dan konkaf. Rotasi pada seluruh bidang
gerak (Πbidang gerak) dapat terjadi pada sendi ini. Vebagai contoh adalah hip dan
shoulder joint (lihat gambar 4).
Vendi sinovial sangat beragam strukturnya dan kemampuan gerakannya. Vendi-
sendi sinovial umumnya dikelompokkan sesuai dengan jumlah axis rotasi yang terjadi.
Vendi-sendi yang memberikan gerakan sekitar satu, dua, dan tiga axis rotasi masing-
masing dikenal sebagai uniaxial, biaxial dan triaxial joint. Beberapa sendi yang hanya
terbatas memberikan gerakan pada satu arah dikenal sebagai nonaxial joint. Kemampuan
gerakan sendi juga kadang-kadang menggambarkan istilah derajat kebebasan (df = degree
freedom), atau sejumlah bidang gerak pada sendi tersebut. Pada uniaxial joint memiliki
satu df, biaxial joint memiliki dua df, dan triaxial joint memiliki tiga df.
Dua struktur sinovial seringkali berkaitan dengan diarthrodial joint yaitu bursa dan
pembungkus tendon. Bursa adalah kapsul yang kecil, berbatasan dengan membran
sinovial dan terisi dengan cairan sinovial, dan merupakan struktur bantalan yang terpisah
dengan sendi. Vebagian besar bursa memisahkan (memberi jarak) tendon dari tulang,
mengurangi gaya friksi pada tendon selama gerakan sendi. Beberapa bursa seperti bursa
olecranon elbow yang memisahkan tulang dari kulit. Pembungkus tendon merupakan
struktur sinovial yang berlapis ganda, yang mengelilingi tendon yang terletak sangat
dekat dengan tulang. Beberapa tendon otot yang panjang yang melewati wrist dan sendi
jari-jari tangan terlindungi oleh pembungkus tendon.
?
?
?

  $ !
Tendon yang menghubungkan otot ke tulang, dan ligamen yang menghubungkan
tulang ke tulang lainnya, adalah jaringan pasif yang secara utama terdiri dari serabut
collagen dan serabut elastik. Tendon dan ligamen tidak memiliki kemampuan untuk
berkontraksi seperti jaringan otot, tetapi dapat memanjang. Kedua jaringan ini bersifat
elastik dan akan kembali ke posisi panjang awalnya setelah distretching (diregangkan),
kecuali jaringan tersebut diregang melampaui batas elastiknya. Vuatu tendon atau
ligamen yang mengalami peregangan (stretch) melampaui batas elastiknya selama injury
akan tetap dalam posisi teregang dan dapat dikembalikan ke posisi panjang awalnya
hanya melalui pembedahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara rutinitas tendon
akan mengalami penyembuhan untuk memperbaiki kerusakan kecil yang bersifat internal
sepanjang daur kehidupan agar jaringan tetap utuh.
Tendon dan ligamen seperti tulang, dapat merespon terhadap perubahan stress
mekanikal yang habitual dengan menghasilkan hipertropi atau atropi. Penelitian telah
menunjukkan bahwa latihan yang teratur dalam jangka waktu yang lama dapat
menghasilkan peningkatan ukuran dan kekuatan pada tendon dan ligamen, serta
peningkatan kekuatan hubungan antara tendon dan tulang atau antara ligamen dan tulang.
Fakta (Evidence) juga menunjukkan bahwa ukuran ligamen seperti ligamen
cruciatum anterior adalah proporsi dengan kekuatan antagonisnya (dalam hal ini adalah
otot quadriceps). Tendon dan ligamen tidak dapat hanya mengalami penyembuhan
setelah ruptur, tetapi pada beberapa kasus/kondisi akan mengalami regenerasi secara
keseluruhan, seperti dalam fakta (evidence) terjadi regenerasi sempurna pada tendon
semitendinosus setelah tindakan pelepasan secara bedah untuk memperbaiki ruptur
ligamen cruciatum anterior.

!!  ! % & 
Vendi-sendi dari alat mekanikal harus selalu diminyaki pelumas jika bagian-bagian
mesin tersebut dapat bergerak bebas dan tidak aus satu sama lainnya. Pada tubuh
manusia, tipe khusus yang padat dengan jaringan konektif putih dikenal sebagai cartilago
sendi yang memberikan proteksi lubrikasi (perlindungan pelumas). Lapisan proteksi dari
bahan/unsur ini yang tebalnya 1 ± 5 mm melapisi ujung tulang yang membentuk sendi
pada diarthrodial joint. Cartilago sendi memiliki ^ tujuan penting. Pertama, cartilago
sendi berperan menyebarkan beban diatas area yang luas pada sendi sehingga besarnya
stress pada suatu titik kontak antara kedua tulang dapat diminimalkan. Kedua, cartilago
sendi berperan memberikan gerakan pada tulang-tulang pembentuk sendi dengan
meminimalkan gaya friksi dan keausan.
Cartilago sendi adalah jaringan lunak, berpori-pori (porous), dan permeabel yang
dapat mengeluarkan cairan. Cartilago sendi dapat mengalami deformasi (kelainan bentuk)
dibawah pembebanan, dan meneteskan/memancarkan cairan sinovial. Pada sendi sinovial
yang sehat, ujung tulang yang membentuk sendi ditutup/dilapisi dengan cartilago sendi
sehingga gerakan salah satu ujung tulang terhadap tulang lainnya secara khas disertai
dengan aliran cairan sinovial yang tertekan keluar didepan area kontak yang bergerak dan
juga terhisap dibelakang area kontak yang bergerak. Pada saat yang sama, permeabilitas
cartilago menurun pada area kontak langsung sehingga memberikan suatu permukaan
dengan cairan pelumas film (film lubrikasi) yang dapat terbentuk dibawah pembebanan.
Cartilago dapat mengurangi stress kontak maksimum yang bekerja pada sendi
sekitar 50% atau lebih. Lubrikasi (pelumasan) yang disuplai atau disediakan oleh
cartilago sendi begitu efektif sehingga gaya friksi yang terjadi hanya sekitar 17% - ŒŒ%
dari gaya friksi yang dihasilkan oleh skateboard diatas es/salju dibawah beban yang
sama, dan hanya ½ dari penumpuan yang dilumasi/diminyaki.
#  '   
Volid matriks dari cartilago bertanggung jawab terhadap ^0 ± 40 % berat air jaringan
tersebut, yang tersusun dari serabut collagen (60%) dan interfibrillar proteoglycan gel
(40%) yang mempunyai daya tarik-menarik tinggi terhadap air, serta sel-sel
chondrosit (+ ^%). 60 ± 80 % dari jaringan tersebut mengandung banyak air, yang
dapat ditekan keluar dibawah pengaruh beban (lihat gambar 5).

Gambar 5. Komposisi Cartilago Vendi


  '   
Vifat biomekanis dari cartilago sendi hanya dapat dipahami berdasarkan sifat-
sifat material jaringan tersebut dan interaksi yang terjadi selama pembebanan. Yang
menentukan sifat material jaringan tersebut adalah solid matriks (collagen dan
proteoglycan) dan interstitial water (kandungan air dalam jaringan interstitial) yang
dapat bergerak bebas. Dengan demikian, cartilago sendi dapat dilihat sebagai suatu
porous medium yang berisi cairan (analog dengan spon yang berisi penuh air).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat cartilago dibawah pengaruh beban adalah
karakteristik material dari solid matriks dan permeabilitasnya.
†? `  
Permeabilitas merupakan suatu parameter material di dalam jaringan
cartilago yang menggambarkan tahanan friksional dari solid matriks yang
memiliki porous material sehingga cairan bisa mengalir melewatinya.
Permeabilitas jaringan yang rendah akan menghasilkan lebih besar tahanan
terhadap gerakan cairan dibawah pengaruh beban, begitu pula sebaliknya.
Dibandingkan dengan spon biasa, maka cartilago sendi yang normal memiliki
permeabilitas yang sangat rendah.
Yda ^ cara mekanikal untuk mengalirkan cairan melalui media yang berporous
seperti cartilago sendi (Mow and Torzilli, 1975) yakni :
1)? Cairan dapat dipaksa mengalir melalui solid matriks yang berporous dengan
cara mengaplikasikan tekanan gradient yang tinggi yakni tekanan pada sisi
atas cartilago lebih besar daripada tekanan pada sisi bawah cartilago (lihat
gambar 6).

Gambar 6. Hukum Darcy tentang mekanisme aliran cairan melalui cartilago


^).Jika cartilago sendi berada dibawah balok kaku yang berporous, kemudian
dilakukan kompresi maka cairan akan mengalir juga. Dalam keadaan ini, gerakan
cairan disebabkan oleh compressi yang menghasilkan peningkatan tekanan secara
lokal, dan menghasilkan gaya yang menyebabkan eksudasi cairan dari jaringan
tersebut (lihat gambar 6).
Kedua mekanisme ini bekerja secara simultan pada cartilago sendi selama
gerakan sendi. Hal ini telah ditunjukkan secara experimental oleh Mansour and
Mow (1976), bahwa permeabilitas dari cartilago normal akan menurun secara
dramatis pada saat terjadi peningkatan tekanan dan deformasi.
Dengan demikian, cartilago sendi mempunyai suatu mekanisme regulator
feedback mekanikal yang bertujuan untuk mencegah pelepasan total dari cairan
interstitial. Vistem regulator biomekanis ini mempunyai implikasi yang dalam
terhadap jaringan normal yang membutuhkan nutrisi, lubrikasi (peminyakan)
sendi, kapasitas menahan beban dan kelelahan jaringan.
Pada umumnya, selama terjadi kondisi patologis maka continuitas dari solid
matriks (collagen dan proteoglycan) menjadi terganggu oleh adanya stress
mekanikal atau efek biochemis dari aksi enzim yang abnormal. Dengan demikian,
permeabilitas jaringan akan menjadi lebih besar pada jaringan yang osteoarthritis
daripada jaringan yang normal (karena terjadi kerusakan pada jaringan serabut
collagen dan hilangnya makromolekul proteoglycan).
Velama aktivitas fungsional seperti melompat maka cairan interstitial tidak
sempat tertekan keluar sehingga jaringan cartilago akan bersifat lebih elastis atau
kurang elastis. Dengan demikian, akan terjadi perubahan bentuk pada saat
pembebanan dan dengan segera akan kembali ke bentuk semula pada saat tanpa
beban. Jika beban terjadi dengan perlahan dan tetap konstan terhadap jaringan
cartilago (seperti selama berdiri dalam waktu yang lama), maka deformasi
jaringan akan terus meningkat pada saat cairan tertekan keluar.
†? ?  
?`    
Yda ^ jenis fundamental dari lubrication yakni : Boundary lubrication dan
Fluid Film lubrication. Boundary lubrication bergantung pada absorbsi kimiawi
dari molekul-molekul lubricant yang monolayer terhadap permukaan kontak padat
(Bowden and Tabor, 1967). Vecara relatif, selama gerakan terjadi maka
permukaan komponen-komponen yang menumpu dilindungi oleh molekul-
molekul lubricant yang slide satu sama lain di atas permukaan lawanannya,
mencegah terjadinya adhesif dan abrasi (luka lecet) yang secara alamiah terjadi
pada permukaan kontak. Yda bukti eksperimen yang kuat bahwa cairan sinovial
di dalam sendi sinovial dapat bekerja dibawah kondisi pembebanan, seperti
halnya dengan boundary lubrication pada cartilago sendi dimana kemampuan
peminyakannya tidak bergantung pada viscositas (kekentalan) cairan sinovial. Hal
ini memungkinkan terjadinya absorbsi kimiawi dari cairan sendi ke permukaan
sendi pada saat kondisi pembebanan yang berat.
Jika dalam kondisi pembebanan yang rendah dan atau terjadi gerakan
oscilasi serta kecepatan yang relatif tinggi pada permukaan kontak, maka
kemungkinan fluid film lubrication sangat diperlukan oleh sendi dalam kondisi
tersebut. Dalam fluid film lubrication, lapisan peminyakannya jauh lebih tebal
daripada ukuran molekul peminyakan boundary lubrication sehingga
menyebabkan pemisahan yang relatif besar dari kedua permukaan tumpuan.
Kapasitas penumpuan beban dari cairan tersebut dapat melalui Πmekanisme,
yaitu :
1)? Mekanisme hydrostatik lubrication : Mekanisme ini terjadi ketika tidak ada
gerakan slide dari permukaan tumpuan (cartilago sendi) sehingga tekanan
didalam fluid film dapat dibangkitkan oleh tekanan external melalui
mekanisme hydrostatik lubrication (lihat gambar 7).
^)? Mekanisme hydrodinamik lubrication : Mekanisme ini terjadi ketika
permukaan tumpuan bergerak secara tangensial terhadap permukaan tumpuan
lawanannya dan membentuk convergensi pada tepi cairan sehingga tekanan
tersebut dapat dibangkitkan oleh viskositas cairan yang menyebabkan cairan
terserap ke dalam celah diantara kedua permukaan tersebut (lihat gambar 7).
Œ)? Mekanisme squeeze film lubrication : Mekanisme ini terjadi ketika
permukaan tumpuan bergerak secara perpendicular terhadap permukaan
lawanannya, dan cairan harus ditekan keluar dari celah tersebut sehingga
tekanan tersebut dapat dibangkitkan didalam fluid film lubrication untuk
memaksa keluar peminyakan. Dengan demikian, beban tidak dapat disanggah
dalam jangka waktu yang tidak menentu oleh proses squeeze film lubrication.
Pada akhirnya, fluid film akan menjadi tipis ketika terjadi kontak yang tajam
antara kedua permukaan sendi. Meskipun demikian, mekanisme ini cukup
untuk menumpu beban yang tinggi dalam durasi yang pendek (lihat gambar
7).

Gambar 7. Kapasitas suatu cairan atau lubrikasi dalam pembebaban. Y.


Mekanisme hidrostatik lubrikasi, B. Mekanisme hidrodinamik
lubrikasi, dan C. Mekanisme tekanan film lubrikasi.

†? |   ??   ? 


Kerusakan adalah terjadinya pelepasan material dari permukaan solid oleh karena
adanya aksi mekanikal. Kerusakan tersebut dapat dibagi kedalam ^ komponen,
yakni :
1)? Kerusakan interfacial yang terjadi akibat adanya interaksi dari permukaan
tumpuan.
^)? Kerusakan fatigue yang terjadi akibat adanya deformasi dari body kontak
(permukaan sendi).
Jika kedua permukaan tumpuan terjadi kontak maka kerusakan interfacial
dapat terjadi, oleh adanya adhesif atau abrasi (luka lecet). Kerusakan adhesif
dapat terjadi jika kedua permukaan solid mengalami kontak yang lebih kuat
daripada material yang terletak di bawahnya. Kemudian akan muncul fragmen-
fragmen, sebagai akibat dari kerobekan pada salah satu permukaan dan terjadi
perlengketan satu sama lain. Ybrasi terjadi ketika suatu material yang lunak
tergores oleh salah satu permukaan yang jauh lebih keras, dimana dapat
disebabkan oleh permukaan lawanannya atau adanya partikel-partikel yang
hilang.
Kerusakan permukaan cartilago dapat diobservasi pada in vitro. Jika terjadi
kerusakan ultrastruktural dan atau hilangnya massa permukaan, maka lapisan
permukaan cartilago menjadi lebih lunak dan lebih permeabel. Dalam keadaan ini,
tahanan terhadap gerakan cairan akan berkurang, yang memungkinkan cairan
bocor keluar dari fluid film melalui permukaan cartilago sehingga terpecah di atas
permukaan. Hilangnya cairan akan meningkatkan kemungkinan kontak yang
tajam pada permukaan solid cartilago dan akhirnya dapat lebih memperberat
terjadinya proses abrasi.
Kerusakan fatigue dapat terjadi pada permukaan tumpuan yang baik
lubrication-nya. Kerusakan ini terjadi akibat adanya deformasi yang berulang
secara periodik. Kerusakan fatigue terjadi karena adanya akumulasi dari
kerusakan material secara mikroskopik ketika terjadi stress secara berulang-kali.
Meskipun besarnya stress yang terjadi jauh labih kecil daripada kekuatan
material, tetapi pada akhirnya kerusakan akan terjadi jika cukup sering mengalami
stress. Pada sendi sinovial, adanya gerakan rotasi dan slide dapat menyebabkan
area permukaan sendi bergerak kedalam dan keluar dari area kontak. Proses ini
menyebabkan stress yang berulang pada cartilago dan dapat terjadi selama
aktivitas fisiologis manusia. Ketika cartilago terbebani, beban akan disanggah
oleh matriks collagen/proteoglycan dan disanggah pula oleh adanya tahanan
(resisten) dari gerakan cairan yang melewati cartilago. Dengan demikian, beban
yang berulang dan gerakan sendi dapat menyebabkan stress yang berulang pada
solid matriks serta terjadi exudasi dan inhibisi yang berulang dari cairan
interstitial jaringan.
Vtress yang berulang pada matriks collagen/proteoglycan akan menyebabkan
kerusakan pada :
0)?Verabut collagen
1)?Jaringan makromolekul proteoglycan, atau
^)?Interface (ruang) antara serabut-serabut dan matriks interfibrillar.
Dari sebagian besar hipotesis yang populer, salah satu hipothesis
menyatakan bahwa kelelahan cartilago disebabkan oleh kerusakan akibat beban
tension pada kerangka serabut collagen. Begitu pula, semakin bertambah usia dan
adanya penyakit sebelumnya dapat menyebabkan perubahan yang berat di dalam
populasi molekul proteoglycan. Perubahan ini merupakan bagian dari akumulasi
kerusakan pada jaringan tersebut.
Exudasi dan inhibisi cairan interstitial yang terjadi secara berulang-kali
dapat menyebabkan pengeluaran molekul proteoglycan dari matriks cartilago
mendekati permukaan sendi. Dengan kata lain, gerakan cairan akan jauh dari area
stress yang terkonsentrasi (area kontak). Menurut Radin and Paul (1977) bahwa
fenomena ini dapat menjelaskan mengapa beban yang tinggi sangat berbahaya
bagi cartilago ; beban yang terjadi dengan cepat dan tiba-tiba akan menyebabkan
cairan tidak sempat untuk bergerak jauh dari area kontak stress yang tinggi,
sehingga dengan demikian akan menghasilkan stress yang tinggi pada matriks
collagen/proteoglycan.
Kerusakan struktural pada cartilago dapat diobservasi melalui X-foto.
Bagian vertikal dari cartilago yang memperlihatkan keretakan disebut dengan
fibrillasi, yang akhirnya dapat meluas melewati lapisan cartilago yang sangat
dalam. Kadang-kadang, lapisan cartilago mengalami lebih banyak erosi daripada
retak. Vekali terjadi kerusakan mikrostruktur pada cartilago, maka mekanisme
kerusakan yang bersifat mekanikal akan terjadi secara progresif ; terjadi
pengeluaran molekul proteoglycan oleh gerakan cairan yang keras dan
kemampuan self lubrikasi dari cartilago mengalami kerusakan. Proses ini
mempercepat kerusakan interfasial dan terjadi kelelahan cartilago yang telah
merusak matriks collagen/proteoglycan.
r  ?
?
Pada beberapa sendi, fibrocartilago sendi bisa dalam bentuk diskus
fibrocartilaginous atau parsial diskus yang dikenal sebagai meniskus, yang juga terdapat
diantara tulang pembentuk sendi. Diskus intervertebralis dan meniskus knee joint adalah
contoh fibrocartilago sendi. Diskus intervertebralis berperan sebagai bantalan diantara
vertebra, mengurangi level/tingkat stress dengan menyebarkan beban yang terjadi.
Meskipun fungsi diskus dan meniskus tidak jelas, tetapi memungkinkan memiliki peran
sebagai berikut :
1.? Mendistribusikan berbagai beban diatas permukaan sendi
^.? Memperbaikin kesesuaian/kecocokan dari permukaan sendi.
Œ.? Membatasi translasi atau slip salah satu tulang dengan tulang lainnya.
4.? Melindungi perifer (tepi) sendi.
5.? Lubrikasi (pelumasan)
6.? Vhock absorpsi

r
   
Vtabilitas suatu sendi adalah kemampuan sendi untuk menahan terjadinya dislokasi.
Vecara spesifik, stabilitas sendi adalah kemampuan sendi untuk menahan pergeseran salah
satu tulang terhadap tulang lainnya, sambil mencegah injury pada ligamen, otot, tendon otot
disekitar sendi. Yda beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas sendi :
1.Bentuk permukaan tulang pembentuk sendi
Pada beberapa sendi mekanikal, bagian-bagian yang membentuk sendi selalu dalam
bentuk yang berlawanan sehingga saling cocok satu sama lain dengan kuat (lihat gambar
8). Pada tubuh manusia, ujung tulang pembentuk sendi biasanya perpaduan antara
permukaan konveks dan konkaf.

Gambar 8. Beberapa bentuk permukaan sendi


Meskipun sebagian besar sendi memiliki bentuk permukaan sendi secara reciprokal,
kedua permukaan tersebut tidak simetris, dan secara khas terjadi satu posisi yang paling
rapat dimana terjadi area kontak yang maksimum. Hal ini dikenal sebagai 

?
   , dan dalam posisi ini stabilitas sendi biasanya sangat besar. Vuatu gerakan tulang
pada sendi yang menjauhi dari close-packed position menghasilkan suatu posisi yang
dikenal sebagai 

?   , dimana terjadi penurunan area kontak. Vedangkan
suatu posisi sendi yang menghasilkan kelonggaran maksimal didalam sendi atau tidak
ada kontak dalam sendi dikenal sebagai   

?   
Beberapa permukaan sendi memiliki bentuk yang berbeda-beda sehingga dalam
close-packed position dan loose pack position menghasilkan area kontak yang bervariasi
(area kontak besar atau kecil) dan stabilitas yang berbeda-beda (bisa lebih stabil atau
kurang stabil). Vebagai contoh, acetabulum memberikan socket yang relatif dalam untuk
caput femur, dan selalu terjadi area kontak yang relatif besar antara kedua tulang, hal ini
yang menjadi salah satu alasan bahwa hip adalah sendi yang stabil. Namun demikian
pada shoulder, fossa glenoidalis yang kecil memiliki diameter vertikal sekitar 75% dari
diameter vertikal caput humeri dan diameter horizontal yang 60% dari ukuran caput
humeri. Olah karena itu, area kontak antara kedua tulang tersebut relatif kecil sehingga
memberikan kontribusi terhadap instabilitas relatif pada shoulder kompleks. Ditemukan
adanya variasi anatomikal dalam bentuk dan ukuran permukaan tulang pembentuk sendi
diantara beberapa individu ; oleh karena itu, beberapa orang memiliki sendi-sendi yang
lebih atau kurang stabil daripada rata-rata.
^.? Vusunan ligamen dan otot
Ligamen, otot, dan tendon otot relatif mempengaruhi stabilitas sendi. Pada
beberapa sendi seperti knee dan shoulder, dimana konfigurasi tulang pembentuk sendinya
terutama tidak stabil, namun ketegangan ligamen dan otot dapat memberikan kontribusi
secara signifikan terhadap stabilitas sendi dengan membantu mempertahankan ujung
tulang pembentuk sendi secara bersama-sama. Jika jaringan otot lemah akibat disuse
(inaktivitas) atau ligamen laxity akibat overstretch (peregangan berlebihan), maka
stabilitas sendi akan menurun. Ligamen dan otot yang kuat seringkali dapat
meningkatkan stabilitas sendi. Vebagai contoh, latihan penguatan (strengthening) pada
group otot quadriceps dan hamstring dapat meningkatkan stabilitas knee joint. Vusunan
yang kompleks dari ligamen dan tendon yang membungkus knee dapat dilihat pada
gambar 9.
Vudut perlekatan sebagian besar tendon pada tulang tersusun sedemikian rupa
sehingga ketika otot menghasilkan ketegangan maka ujung tulang pembentuk sendi akan
tertarik saling merapat satu sama lain, hal ini akan meningkatkan stabilitas sendi.
Keadaan ini biasanya ditemukan ketika otot sisi lawanannya (antagonis) menghasilkan
ketegangan secara simultan (bersamaan). Namun demikian, ketika otot mengalami
kelelahan, maka otot kurang mampu memberikan kontribusi terhadap stabilitas sendi, dan
injury mungkin lebih sering terjadi. Ruptur ligamen cruciatum paling sering terjadi ketika
ketegangan pada otot yang lelah disekitar knee tidak cukup untuk melindungi ligamen
cruciatum dari peregangan (stretch) yang melampaui batas elastiknya.

Gambar 9. Vusunan ligamen dan tendon yang membungkus knee joint


Œ.? Jaringan penyambung lainnya (connective tissue).
Jaringan penyambung fibrous yang berwarna putih dikenal sebagai fascia. Fascia
mengelilingi atau membungkus otot dan bundel serabut otot didalam otot, memberikan
proteksi dan support. Vuatu fascia yang sangat kuat atau traktus fascia yang menonjol
dikenal sebagai traktus iliotibial band yang melintas pada sisi lateral knee (lihat gambar
10), dapat memberikan kontribusi terhadap stabilitas knee. Fascia dan kulit pada lapisan
luar tubuh merupakan jaringan lainnya yang memberikan kontribusi terhadap integritas
sendi.

Gambar 10. Traktus Iliotibial band pada sisil lateral knee

G
(! G % % )G   
1).Regio Vhouder joint
a. Fleksi&Ekstensi : 900&450-600 (endfeel tissue stretch)
b. YBD Vhoulder : 900 (endfeel tissue stretch)
c.Eksternal Rotasi Vhoulder : 800-900 (endfeel tissue stretch)
0 0
d.YDD Horizontal : Œ5 - 45 (endfeel tissue stretch)
e.YBD Horizontal : ^00-Œ00
f.Elevasi & Depresi : ^00-400 & 50-100 (endfeel bone to bone)
g.Protraksi & Retraksi : Œ00 (endfeel bone to bone)

^).Regio Elbow joint


a. Fleksi Elbow : 1400-1500 (elastis endfeel)
b. Ekstensi Elbow : 00-100 (hard endfeel)
c.Vupinasi Lengan Bawah : 900 (endfeel tissue stretch)
d.Pronasi Lengan Bawah : 800-900 (endfeel tissue stretch)

Œ).Regio Wrist joint dan Finger joint


a. Radial Deviasi : 150 (elastis endfeel)
b. Ulnar Deviasi : Œ50-450 (elastis endfeel)
c. Fleksi Wrist : 800-900 (elastis endfeel)
0 0
d. Ekstensi Wrist : 70 -90 (hard endfeel)
e. Finger Fleksi
1.MCP : 850-900
^.PIP : 1000-1150
Œ.DIP : 800-900
f.Finger Ekstensi
1.MCP : Œ00-450
^.PIP : 00
Œ.DIP : ^00
g.Finger Ybduksi : ^00-Œ00
h.Finger Ydduksi : 00
i.Thumb Fleksi
1.CMC : 450-500
^.MCP : 500-550
Œ.IP : 850-900
J.Thumb Ekstensi
1.MCP : 00
^.IP : 00-50
k.Thumb Ybduksi : 600-700
l.Thumb Ydduksi : Œ00

4). Regio Hip joint


a. Fleksi Hip : 1100-1^00 (soft endfeel)
b. Ekstensi Hip : 00-150 (hard endfeel)
c. Ybduksi Hip : Œ00-500 (endfeel tissue stretch)
d. Ydduksi Hip : Œ00 (endfeel tissue stretch)
0 0
e. Medial Rotasi Hip : Œ0 -40 (endfeel tissue stretch)
f. Lateral Rottasi Hip : 400-600 (endfeel tisssue stretch)

5). Regio Knee joint


a. Fleksi : 00-1Œ50 (elastis endfeel)
0 0
b. Ekstensi : 0 -15 (hard endfeel)
c. Endorotasi : ^00-Œ00 (endfeel tissue stretch)
d. Eksorotasi : Œ00-400 (endfeel tissue stretch)

6). Regio Ynkle joint


a. Plantar Fleksi : 500 (endfeel tissue stretch)
0
b. Dorso Fleksi : ^0 (hard endfeel)
c. Vupinasi : 450-600 (endfeel tissue stretch)
d. Pronasi : 150-Œ00 (hard endfeel)

B.? Ysas




Anda mungkin juga menyukai