Pidato Kebudayaan Seno Gumira PDF
Pidato Kebudayaan Seno Gumira PDF
Penanggungjawab
Dewan Kesenian Jakarta
Pengampu Gagasan
Seno Gumira Ajidarma
Desainer Grafis
Riosadja
Penyelaras
Hikmat Darmawan
Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat seniman dan dikukuhkan oleh
Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada tanggal 7 Juni 1968. Tugas dan fungsi DKJ adalah sebagai mitra kerja
Gubernur Kepala Daerah Propinsi DKI Jakarta untuk merumuskan kebijakan guna mendukung kegiatan dan
pengembangan kehidupan kesenian di wilayah Propinsi DKI Jakarta. Anggota Dewan Kesenian Jakarta diangkat
oleh Akademi Jakarta (AJ) dan dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta. Pemilihan anggota DKJ dilakukan secara
terbuka, melalui tim pemilihan yang terdiri dari beberapa ahli dan pengamat seni yang dibentuk oleh AJ. Nama-
nama calon diajukan dari berbagai kalangan masyarakat maupun kelompok seni. Masa kepengurusan DKJ adalah
tiga tahun.
Kebijakan pengembangan kesenian tercermin dalam bentuk program tahunan yang diajukan dengan
menitikberatkan pada skala prioritas masing-masing komite. Anggota DKJ berjumlah 25 orang, terdiri dari para
seniman, budayawan dan pemikir seni, yang terbagi dalam 6 komite: Komite Film, Komite Musik, Komite Sastra,
Komite Seni Rupa, Komite Tari dan Komite Teater.
Daftar Isi
Pertunjukan Tari
IMPACT
42
Pertunjukan Musik
“Ngelantur” for Live Electronic (2019)
44
Kerabat Kerja 46
Suara Jernih
dari Cikini
akan pernah lagi tunduk pada alat dari percekcokan politik dan penindasan”.
Menurut peneliti Bisri Effendi (2001), tiga rangkaian masalah yang
mewarnai pelembagaan TIM adalah ancaman keterlibatan seniman sayap kiri,
kekhawatiran akan intervensi birokrasi, dan masalah bagaimana membentuk dan
mengelola sebuah pusat kebudayaan.
Pada hari ini saudara-saudari melihat TIM bagaikan ladang konstruksi,
di halaman penuh sekat-sekat ruang tanpa ekspresi, kegiatan kesenian seolah
sedang tertidur
pulas. TIM sedang dimutakhiran secara fisik sebagai upaya peningkatan
kawasan pusat kesenian dan kebudayaan menuju taraf internasional. Program
revitalisasi TIM merupakan kegiatan strategis daerah dalam nomenklatur
pengembangan pariwisata dan budaya. Peletakan batu pertama dilaksanakan
pada bulan Juni 2019 oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sejak
tahun 1989 perayaan ulang tahun TIM yang jatuh pada tanggal 10 November,
dilengkapi dengan Pidato Kebudayaan DKJ yang diselenggarakan sebagai
tradisi tahunan. Para pemidato menghadirkan paparan-paparan yang informatif,
argumentatif, dan persuasif melalui pemikiranpemikiran jernih dalam
perspektif kebudayaan. Suara-suara jernih ini seyogyanya dapat disirkulasikan
dari ruang dialektika yang satu ke ruang dialektika yang lain; bergulir mengusik-
ngusik kesadaran moral dan kognitif, menjawab pertentangan-pertentangan
antara hasrat, kehendak, dan rasio.
Plt. Ketua
Dewan Kesenian Jakarta
Danton Sihombing
Pemantik
Dialektika
seni kota saat ini. Kota adalah kompleksitas permasalahan manusia di dalamnya.
Relasi manusia kota dengan ruang-ruang dan benda-benda sama rumitnya,
atau malah menambah rumit, relasi antarmanusia dalam sebuah wilayah yang
tumbuh jadi kota. Ada relasi fisik manusia-ruang-benda, ada pula relasi makna
antara manusia-ruang-benda. Dalam relasi-relasi itulah kebudayaan kota
menyatakan diri, dan manusia membentuk sekaligus dibentuk kota.
Membangun sebuah ekosistem seni di sebuah dunia urban yang kompleks
selalu membutuhkan pembacaan-pembacaan baru relasi-relasi itu, agar upaya
pembangunan itu tidak terjebak jadi sederet proyek untung rugi atau ucapan
manis di bibir belaka. Penyajian Seno Gumira Ajidarma kali ini adalah sebuah
pembacaan kritis dengan fokus pada relaksi makna antara manusia dan benda-
benda di sekeliling kita yang selama ini dianggap sepele. Ternyata, benda-benda
sepele di tepian mata kita adalah medan pertarungan budaya yang hidup dan
penuh warna. Dari pembacaan kritis ini, tersaji pula tantangan Seno Gumira
terhadap berbagai konsep seperti “ekosistem”, “seni”, “budaya” yang selama ini
sering kita pakai tanpa pikir panjang dan enak-enak saja.
Salam!
Hikmat Darmawan
(bungkus2 konotatif)
teknologi, dan peradaban yang disebut tusuk gigi. Dengan begitu istilah makna
se-benar-nya berada di jalur aliran kepercayaan yang mengandaikan bahwa
mencapai kebenaran adalah mungkin. Maka lahirlah bungkus-bungkus tusuk
gigi tanpa embel-embel seperti berikut:
(bungkus2 denotatif)
(bungkus2 denotatif-konotatif)
(bungkus2 campuran)
Begitu berlaku dalam wacana bungkus tusuk gigi, begitu pula yang
berlaku dalam kebudayaan, dengan petunjuk dari berbagai macam penanda yang
jauh lebih kompleks, dan karenanya menuntut tanggungjawab yang lebih besar,
meski hanya sekadar untuk menyimpulkan. Persoalannya, terlalu sering manusia
itu sudah berdebat dan saling membunuh, cukup berdasarkan asumsi, bahkan
ilusi, yang sama sekali tidak dapat dipertanggungjawabkan.
(peta-peta Komodo)
(foto Komodo)
dan tidak akan pernah mendapat rumah bahasa yang nyaman selain mampu
bergabung dalam komunitas yang berjuang menciptakan ruang budayanya
sendiri.
maut menabungKu
segobang segobang
memahami pesan ini maka “Q” bagaikan puisinya puisi, meskipun kontribusi
Sutardji dalam wacana “alif lam mim” ini, selain tipografi ketersebaran tanda
seru, hanyalah aksara Q. Aksara ini ternyata berpadan dengan “alif lam mim”
sebagai aksara pembuka sejumlah surah dalam Al-qur’an tanpa denotasi apapun,
karena aksara Q adalah pembuka QWERTYUIOP, susunan aksara pada mesin
ketik maupun komputer yang juga takberdenotasi. Dibuka dengan Q dan
memasuki “alif lam mim” adalah metamorfosa spiritual manusia.
Bagaimana dengan sajak “Memotret Cermin” gubahan Afrizal yang
seperti gambar? Jika berminat membongkar struktur dan memahaminya, mohon
waktu untuk mengikuti gerak dalam sajak melalui gambar-gambar berikut:
1. Kecenderungan arah:
(a) lurus; (b) berputar
2. Kecenderungan sentralisasi
3. Kecenderungan marjinalisasi
Ha Na Ca Ra Ka = Ada utusan
Da Ta Sa Wa La = Keduanya bertengkar
(1) atas nama ideologi “enak”, representasi enak diwujudkan sebagai kereta api
yang melaju dengan cepat;
(2) atas nama ideologi yang sama, kompetitornya menampilkan gagasan “lebih-
enak” sebagai kereta api ekspres yang lebih cepat;
(4) tiada jalan lain bagi produsen semula untuk meyakinkan pasar bahwa
jualannya “paling-enak”, dengan imbuhan pesawat jet untuk mendorong imaji
paling-cepat;
(5) kompetitor yang cerdik segera beralih ideologi, dari “enak” ke “asli”, dan
yang asli dalam genre kecepatan adalah genesisnya, yakni kecepatan terlambat,
selambat laju setoom;
(6) mungkin karena representasi itu tidak berhasil menunjukkan ideologi “asli”
yang elegan, produsen yang sama segera beralih representasi dan menjauhi
“asli”, tetapi mendekati ideologi “gengsi” atau “prestise sosial”, yakni imaji diesel
eksekutif.
Salam
SGA
Sekadar Rujukan
SENO GUMIRA AJIDARMA dilahirkan tahun 1958. Bekerja sebagai wartawan sejak
tahun 1977, kini tergabung dengan panajournal.com. Menulis fiksi maupun nonfiksi,
mendapat sejumlah penghargaan sastra, mengajar di berbagai perguruan tinggi.
Pertunjukan Tari
IMPACT
Karya tari ini dibuat berdasarkan hasil pengamatan koreografer terhadap fenomena tu-
buh massa di dalam perilaku kolektif (collective behavior). Dalam beberapa tahun terakhir
koreografer memiliki ketertarikan dalam mengamati pergerekan tubuh di dalam sebuah
kerumunan, massa, hingga chaos yang ia temukan pada aksi Reuni 212, Jakmania, Kons-
er Musik EDM, hingga band-band Underground. Pengamatan tersebut memberikan in-
spirasi koreografer di dalam metode penggarapan karya yaitu mengenai peranan tubuh
mendominasi, bersifat provokatif, dan atau meleburkan sisi individualitasnya, yang mana
interaksi dari setiap peranan tersebut dikelola secara koreografis melalui interaksi antar
tubuh individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.
Pertunjukan Musik
Ngelantur berangkat dari imajinasi komponis mengenai bunyi yang hadir dalam kehidupan
sehari-hari yang semakin chaos. Kebutuhan akan keheningan untuk menenangkan diri dari
polusi bunyi yang semakin parah di Jakarta semakin sulit untuk didapatkan. Sebelumnya
pada karya komposisi musik yang berjudul Counter Noise No.1-4 komponis sangat ingin
melawan kebisingan dengan kebisingan. Tetapi pada karya ini komponis ingin lebih fokus
terhadap materi bunyi yang mungkin dapat menciptakan suatu ruang yang memiliki
ketenangan ditambah dengan elemen keheningan di beberapa bagian. Computer membantu
proses terciptanya ruang tersebut dengan mengandalkan speaker dan juga mempermudah
proses pergerakan bunyi.
Pergerakan bunyi pada ruang yang diciptakan juga terinspirasi dari pergarakan bunyi
pada gamelan yang tidak dapat ditebak arahnya karena gamelan memiliki spectrum yang
sangat kaya. Spectrum yang hadir pada gamelan terjadi karena gamelan tidak memiliki
aturan yang baku dalam tuning sistemnya. Ketidakbakuan tersebut dikuatkan dengan rasa
dan kebebasan empu pengrajin gamelan. Sehingga saya komponis ingin memperlakukan
computer sebagai medium perwujudan bunyi (live electronic) tanpa kebakuan atau
“ngelantur” bebas dari sistem coding yang dengan fokus terhadap rasa.
Kerabat Kerja
Penanggung Jawab
Caretaker Dewan Kesenian Jakarta
2019
Akademi Jakarta
Seluruh kerabat kerja yang telah membantu terselenggaranya acara ini dan tidak dapat disebutkan satu per satu