Perbenihan
BAWANG
PUTIH
Direktorat Perbenihan Hortikultura
Direktorat Jenderal Hortikultura
Kementeritan Pertanian
1. Standar Lapang
KELAS BENIH
PARAMETER SATUAN
BD BP BR
2
2. Standart Mutu Gudang
BD BP BR
3
I. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PRODUKSI BENIH BAWANG PUTIH
I. PEMILIHAN LOKASI
Riwayat
Tanggal Petak Luas (Ha) Kondisi Lahan Petugas
Penggunaan Lahan
Tinggi tempat :
- pH Tanah :
- Suhu :
- Batas Lahan :
- Sumber Air :
E. Validasi
Buku sertifikasi benih sayuran, Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, 2007
4
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
5
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
POS BP. III
"Penentuan Waktu Revisi……… Disahkan
Tanam" Tanggal………… ……………..
1. Lakukan pengamatan untuk mengetahui kondisi curah hujan.Jika curah hujan tinggi
dilakukan upaya khusus misalnya pembuatan parit pembuangan yang lebih dalam
dan tuntas , dan atau pemakaian mulsa plastik,
2. Lakukan diskusi untuk menentukan waktu tanam yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 2 )
6
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional …………….
POS BP. V
"Penyiapan Lahan " Revisi…….. Disahkan
Tanggal……….... ……………..
7
Gambar 2. Kegiatan pembersihan lahan
8
D. Prosedur Kerja Pembuatan Bedengan dan Pemberian Pupuk dasar
a. Membajak tanah sedalam 30 cm beberapa kali sampai tanah menjadi gembur dan
dipetak petak
b. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 100 - 120 cm dan panjang menyesuaikan
lahan.
c. Pupuk dasar disebarkan diatas bedengan kemudian ditutup dengan tanah setebal 2- 5
cm
d. Jarak antar bedengan ( got/ parit dalam ) adalah 40 cm, kedalaman 40 - 50 cm.
e. Membuat got keliling dengan lebar 40 cm dan kedalaman 40 -50 cm.
f. Pengolahan lahan dilakukan 21 hari sebelum tanam untuk memperbaiki keadaan tata
udara dan aerasi tanah serta menghilangkan gas-gas beracun dan panas hasil
dekomposisi sisa-sisa tanaman.
g. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan
9
Gambar 4. Penaburan Pupuk organik
10
C. Alat dan Bahan
1. kayu yang diruncingkan untuk membuat larikan
2. mulsa plastik
3. kaleng untuk mebuat lubang pada mulsa platik
4. arang kayu untuk memanasi kaleng.
5. Meteran/alat ukur untuk mengukur jarak.
6. Tali dengan tanda jarak antar baris
7. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Buat kayu yang diruncingkan dan tali yang telah diberi tanda sesuai dengan jarak
yang direncanakan
2. Buat larikan dan lubang tanaman dengan kayu yang telah diruncingkan pada
kedalaman sama dengan panjang siung.
3. Jarak antar baris 10 cm jarak tanam dalam barisan 10 cm.
4. Pada penggunaan mulsa plastik, Jarak tanam antar barisan 15 cm jarak tanam dalam
barisan 10 cm diameter 4 – 5 cm
5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang ditentukan ( Tabel 6 )
11
Gambar 7. Pemasangan mulsa plastik
12
Gambar 9. Bedengan siap tanam
13
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
POS BP. IV
"Penyiapan Benih" Revisi……….. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
1. Memilih benih sumber dengan kelas benih yang lebih tinggi dari kelas benih yang
akan dihasilkan.
2. Pilih benih yang telah siap tanam ( telah disimpan 5-6 bulan ), dengan tanda ujung
titik tumbuh telah berwarna putih kehijauan, panjang tunas melebihi setengah
panjang siungnya.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 3 )
Perlakuan benih
Sumber
Tgl Petak Luas (ha) Jml Benih (kg) Asal Benih sumber Petugas
14
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
15
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
POS BP. VI
"Penanaman" Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
V. PENANAMAN
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
16
Gambar 11. Kegiatan penanaman benih
17
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
POS BP. VII
"Pemupukan" Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
VI. PEMUPUKAN
1.Pemupukan harus mengacu pada empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu,
dan tepat jenis.
2.Jenis dan takaran pupuk yang digunakan sebagai berikut :
a. Pupuk dasar (bersamaan dengan pengolahan tanah)
pupuk organik minimal 10 ton/ha,
SP-36 300-500 Kg/ha
b. Pemupukan susulan 1 (15 hari setelah tanam)
Urea sebanyak 200 kg/ha
NPK sebanyak 100 kg/ha
c. Pemupukan susulan 2 ( 35 hari setelah tanam)
Urea sebanyak 100 kg/ha
NPK sebanyak 200 kg/ha
3. pada musim kemarau Seteleh pemupukan dilakukan pemberian air dengan cara di
leb ( genangi) secukupnya
18
Tabel. 8. Form Catatan Kegiatan Pemupukan
Nama Petani :.............
Alamat Lahan :.............
Waktu &
Luas Umur Pemupukan Nama
Tgl Petak Dosis Cara Petugas
( ha ) tanaman Ke.. Pupuk
Pemberian
( pertama )
( kedua )
Validasi pemupukan
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
19
Gambar 14. Pemupukan II
20
Standar Nomor: Tanggal Dibuat
Prosedur Operasional POS BM. …………….
"Pengairan" VIII Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
VII. PENGAIRAN
B. Validasi pengairan
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
21
Gambar 15. Penyiraman tanaman
22
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
POS BP. IX
"Pemeliharaan Tanaman" Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
A. Definisi
Pemeliharaan tanaman adalah melakukan pemeliharaan dan memperbaiki struktur tanah
serta membersihkan gulma pada lahan pertanaman.
Tujuannya agar struktur tanah dan kebersihan lahan tetap terjaga sehingga pertumbuhan
tanaman optimal
23
Gambar 16. Penyiangan tanaman
24
Standar Tanggal Dibuat
Prosedur Operasional Nomor: ……………..
"Pengendalian POS BP. X Revisi………. Disahkan
Organisme Pengganggu Tanggal…………. ……………..
Tumbuhan ( OPT )"
Tabel. 11. Form Catatan Kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Nama Petani :..............
Alamat Lahan :.............
Nama Bahan
Luas Umur Jenis Tingkat Cara Cara Aplikasi Bahan
Tgl Petak Pengendali Cuaca Petugas
(ha) Tanaman OPT Serangan Pengendalian Pengendali OPT
OPT
25
Validasi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan
1. Undang-Undang (UU) Nomor 12, Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6, Tahun 1995, tentang Perlindungan Tanaman.
3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OP.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan.
4. Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina
Produksi Hortikultura, tahun 1991
5. Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
Berikut ini adalah informasi pokok mengenai jenis OPT utama yang terdapat pada setiap
fase/stadia pertumbuhan tanaman bawang putih.
Gejala serangan:
Daun bawang yang terserang terdapat bercak-bercak berwarna putih keperakan
dikarenakan hama ini mengisap cairan daun yang menyebabkan hilangnya lapisan
epidermis. Pada serangan sedang, ujung daun memintal dan berwarna coklat dan jika
terjadi serangan yang hebat menyebabkan daun tanaman rebah.
Cara pengendalian:
Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya
Menggunakan/ melestarikan musuh alami kumbang macan/ kumbang helm predator
Coccinellidae.
Melakukan pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat, sebanyak 80–100 buah/
hektar
Penggunaan pestisida nabati (ekstrak patah tulang, dlingu, daun mimba, daun sirsat, daun
sereh)
Apabila populasi dan serangan terus meningkat dilakukan pengendalian dengan insektisida
kimia efektif yang terdaftar
Gejala serangan:
Daun bawang yang terserang terdapat bercak-bercak tembus cahaya bekas gigitan ulat.
Sering terdapat kotoran ulat berwarna hitam dibawah daun yang terserang.
Cara pengendalian:
Melakukan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman yang bukan inang ( tanaman palawija)
untuk musim tanam selanjutnya
Pengambilan kelompok telur dan larva yang dijumpai di sekitar tanaman inang, kemudian
dimusnahkan
26
3. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala serangan:
Daun bawang yang terserang akan berlubang atau terkoyak bahkan dapat patah. Sering
kali ulat juga menyerang bagian tunas sehingga mengakibatkan kerusakan menjadi lebih
berat.
Cara pengendalian:
Pergiliran tanaman
Menbakar sisa-sisa tanaman.
Gejala serangan:
Permukaan daun bagian bawah kusust darena adanya anyaman-anyaman halus akibat
serangan tungau. Daun kelihatan keputih-putihan karena kehilangan klorofil da jika
serangan berlanjut daun berubah warna menjadi kuning atau coklat dan akhirnya gugur
seluruhnya.
Cara pengendalian:
Sanitasi lingkungan
Penyemprotan dengan air deras
Gejala serangan:
Tanaman terserang berwarna hijau pucat, menebal dan terdapat berbagai bentuk yang
abnormal. Pangkal titik tumbuh bengkak sehingga tanaman menjadi kerdil, agak kurus,
warna daun agak pucat dengan ujung daun menguning dan kering. Jika serangan terjadi
pada tanaman muda dapat menyebabkan kematian.
Cara pengendalian:
Rotasi tanaman
Sterilisasi tanah dengan pestisida
Gejala serangan:
Ulat merusak tanaman dengan memotong pangkal batang muda sehingga tanaman menjadi
terpotong dan mati. Kerusakan hebat sering terjadi terutama pada persemaian di musim
kemarau.
Cara pengendalian:
Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat keinangannya
rendah ( tanaman palawija )
Melakukan pengolahan tanah sebaik-baiknya sehingga pupa maupun ulat mati terkena sinar
matahari
27
PENYAKIT PENTING PADA BAWANG PUTIH
Gejala serangan:
Pada daun/pangkal daun terdapat bercak-bercak, cekung, berwarna putih berbentuk
bulat/tidak beraturan. Pusat bercak kemudian berwarna merah lembayung dibatasi oleh
tepi yang berwarna jingga.. Daun yang terinfeksi menjadi kuning dan mati dalam waktu 3-
4 minggu. Jika umbi yang terinfeksi, umbi menjadi lunak /berair kemudian menjadi
kuning, merah tua, coklat tua dan akhirnya hitam.
Cara pengendalian:
Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat
keinangannya rendah ( tanaman palawija ).
Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat, tidak keropos dan tidak terdapat luka
pada kulit/terkelupas dan warna mengkilap
Melakukan sanitasi dan pembakaran sisa – sisa tanaman yang sakit
Menjaga lahan tidak tergenang air dengan membuat saluran drainase sebaik mungkin
Mengadakan penyemprotan dengan air bersih sebelum matahari terbit untuk menghilangkan
embun
Jika terjadi hujan pada siang hari, maka tanaman segera disemprot dengan air bersih untuk
menghindari patogen yang menempel pada daun
Menggunakan pupuk kompos plus agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp yang
ditaburkan sebelum tanam dan agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp
ditaburkan lagi sesudah tanam
Penggunaan pestisida nabati (ekstraks laos, dringu, temu ireng )
Apabila masih ditemukan gejala serangan dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida
kimia efektif yang dianjurkan/ terdaftar
Gejala serangan:
Infeksi pada tanaman muda menyebabkan tanaman mati, jika tetap hidup tanaman menjadi
kerdil, berubah bentuk dan berwarna pucat. Infeksi pada tanaman tua menyebabkan bercak
klorotik pada daun, kemudian daun menguning dan dilapisi oleh benang-benang halus.
Jika serangan berat terjadi pada tangkai bunga, maka tangkai tersebut rebah, biji berkeriput
dan mati. Cendawan dapat menyebar kearah umbi, mengakibatkan warna umbi menjadi
coklat dan lapisan terluar umbi berkeriput sedangkan bagian dalamnya kering dan tetap
berwarna putih. Jika umbi terinfeksi hebat maka umbi menjadi lunak dan busuk atau
berkecambah sebelum waktunya di penyimpanan.
Cara pengendalian:
Menanam dengan umbi sehat
Sanitasi lingkungan
Drainase yang baik
Penyemprotan dengan fungisida yang sesuai
Gejala serangan:
Gejala kerusakan pada daun berbentuk bercak bulat/lonjong dengan warna putih atau hanya
berbentuk titik-titik dengan tepi agak basah, daun dapat menjadi layu dan mengalami
kematian. Pembusukan umbi biasa mulai terjadi pada leher, daging umbi seperti berair dan
terdapat batas yang jelas antara jaringan yang sehat dan yang sakit. Jika tidak dikendalikan
pertumbuhan jamur terus berlangsung kadang –kadang beberapa bulan sampai seluruh
umbi membusuk.
28
Cara pengendalian:
Gejala bercak daun diatasi dengan penyemprotan fungisida
Jika busuk leher dan umbi diatasi dengan membersihkan umbi dari daun-daun dan
lapisan umbi terluar yang mati sebelum disimpan
Penghembusan udara panas ke dalam tempat penyimpanan.
Gejala serangan:
Daun yang terserang menguning dan mengalami kematian mulai dari pucuk/ujung daun.
Daun tertutup oleh lapisan tepung yang terdiri atas miselium putih dan jika dicabut akar
kelihatan busuk. Dalam waktu singkat miselium berkembang menjadi sklerotia yang
berwarna hitam. Serangan pada umbi menyebabkan umbi agak berair. Jika infeksi umbi
sampai terbawa ketempat penyimpanan maka kerusakan akan berlanjut.
Cara pengendalian:
Perlakuan benih dengan air hangat atau fungisida.
Rotasi jangka panjang
Gejala serangan:
Bagian tanaman yang terserang adalah perakaran. Bagian yang terinfeksi berwarna pink
dan mengkerut. Tanaman yang terserang biasanya tidak mati, ujung daun mongering,
perkembangan umbi dan hasil sangat berkurang.
Cara pengendalian:
Pemeliharaan lingkungan
Rotasi jangka panjang
Penggunaan kultivar tahan
Gejala serangan:
Gejala kerusakan dimulai pada umbi pada saat daun dikeringkan/dipotong. Jaringan yang
terserang berair, kemudian timbul miselium putih diantara lapisan daging umbi bagian luar.
Diantara kulit luar umbi terbentuk tepung hitam. Apabila serangan hebat dapat
menyebabkan kematian.
Cara pengendalian:
rotasi tanaman
menjaga kelembaban (tempat penyimpanan tidak lebih dari 65 – 70%).
29
7. Busuk pangkal (Fusarium oxysporum /Bottom Rot atau Basal Rot)
Gejala Serangan:
Daun di lapangan berwarna kekuningan yang menyebar dimulai dari ujung daun. Bagian
yang terserang dapat mati dalam waktu 1 atau 2 minggu. Kerusakan lain dapat terjadi
pada pangkal batang. Perakaran menjadi berwarna pink dan sedikit demi sedikit rusak,
sampai akhirnya seluruh sistim perakaran rusak. Umbi yang terserang tampak normal
tetapi bagian leher umbi lunak. Serangan pada saat panen akan berlanjut terus pada
tempat penyimpanan.
Cara pengendalian:
Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya atau tingkat
keinangannya rendah.
Drainase dijaga sebaik mungkin
Menggunakan pupuk kompos plus agens hayati Gliocladium sp atau Trichodherma sp yang
ditaburkan pada bedengan sebelum tanam dan agens hayati Gliocladium sp atau
Trichodherma sp ditaburkan pada bedengan sesudah tanam.
Penggunaan pestisida nabati (ekstraks laos, dringu)
Melakukan penyemprotan dengan air bersih pada bagian daun sebelum matahari terbit.
Menjaga tanaman/umbi jangan sampai terluka akibat perlakuan sewaktu pemeliharaan
maupun panen
Pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit
Cara Pengendalian:
melindungi umbi dari pengaruh kelembaban dilapang baik pada waktu panen maupun
pengankutan.
9. Colletotricum cirsinans
Gejala serangan:
Gejalanya serangan dapat dilihat dari adanya titik-titik hitam dan hijau kecil yang
membentuk cincin pada umbi bagian luar. Penyakit ini menyerang bagian leher dan siung
umbi.
Penyakit ini terutama menyerang pada waktu umbi di penyimpanan, yang menyebabkan
pengkerutan dan dapat merusak penampilan umbi sehingga dapat menurunkan harga jual.
Cara Pengendalian
rotasi tanaman
sanitasi lingkungan antara lain dengan membersihkan sisa-sisa tanaman.
Cara pengendalian:
Perlakuan umbi dengan thiram pada saat penanaman.
Penggunaan fumigant pada tanah
pengairan pada cuaca terang dilakukan pada dini hari sehingga tanaman cukup kering
sebelum malam.
30
11. Layu bakteri (Erwina carotovara / Bacterical soft rot)
Gejala serangan:
Serangan Penyakit ini ditandai dengan busuknya umbi biasa dimulai pada leher umbi dan
menyerang satu atau lebih siung umbi. Penyebaran serangan dari siung satu ke siung yang
lain relative lambat. Gejala luar yang nampak adalah umbi agak kempes dan adanya bau
busuk yang terjadi yang mengalir melalui leher akar. Serangan melalui leher batang sering
terjadi pada cuaca lembab. Serangan yang hebat dapat terjadi karena infeksi larva yang
membawa bakteri dan masuk umbi.
Cara pengendalian:
Pengeringan yang sempurna dan cepat pada saat panen.
Membuang seluruh umbi yang menunjukan adanya luka karena larva
31
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
POS BP. XI
" Roguing " Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
X. ROUGUING
Penampakan Ciri
Luas Umur
Tgl Petak Fisik Tanaman Siap Petugas
(ha) Tanaman
roguing
32
Gambar 18. Tanaman hasil roguing
33
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
POS BP. XI
" Penentuan Saat Panen" Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
Rencana Umbi
Penampakan Ciri Dipanen
Luas Umur
Tgl Petak Fisik Tanaman Siap Petugas
(ha) Tanaman
Dipanen Umur Tanggal
34
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
POS BP. XII
" Panen" Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
XII. PANEN
C. Validasi Panen
Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina
Produksi Hortikultura, tahun 1991
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
35
Standar Nomor: Tanggal Dibuat
Prosedur Operasional POS BM. ……………..
" Pembersihan dan XIII Revisi………. Disahkan
Sortasi " Tanggal…………. ……………..
Lokasi
Jumlah Cara Cara Prosentase
Tgl Pembersihan & Petugas
( kg ) Pembersihan Sortasi Rusak
Sortasi
36
E. Validasi Pembersihan dan Sortasi
Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina
Produksi Hortikultura, tahun 1991
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
37
Standar Nomor: Tanggal Dibuat
Prosedur Operasional POS BM. ……………..
" Pengeringan" XIII Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
XIV. PENGERINGAN
B. Standar Pengeringan
1. Pengeringan dilakukan pada saat cuaca cerah dan sinar matahari optimal.
2. Pengeringan dilakukan sampai batang-batang umbi dan akarnya menjadi kering
dicirikan dengan adanya penyusutan bobot ± 40-50%.
3. Pengeringan dilakukan dengan menjemur bawang putih dibawah sinar matahari
selama 1-2 minggu setelah panen. Usahakan pada saat pengeringan umbi bawang
tidak terkena sinar matahari secara langsung dengan menutupi umbi
menggunakan daun-daun yang masih melekat pada umbinya
4. Alat pengering digunakan bila tidak ada sinar matahari, yaitu dengan cara
pengasapan dengan suhu + 35 ºC selama 12 jam.
38
E. Validasi Pengeringan
Buku Pengolahan benih hortikultura seri kentang dan bawang putih, Direktorat Bina
Produksi Hortikultura, tahun 1991
39
Standar Nomor: Tanggal Dibuat
Prosedur Operasional POS BM. ……………..
“Penyemprotan pestisida’ XIII Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
A. Definisi
Menyemprot umbi yang telah bersih dan kering dengan pestisida.
Tujuannya adalah untuk mencegah umbi yang telah bersih dan kering dari serangan
hama dan penyakit.
E. Validasi penyemprotan
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
40
Standar Nomor: Tanggal Dibuat
Prosedur Operasional POS BP. ……………..
" Penyimpanan " XVII Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
XVI. PENYIMPANAN
A. Definisi
Penyimpanan adalah proses menyimpan hasil panen sebelum dipasarkan atau
digunakan sebagai benih.
Tujuannya adalah untuk menunggu selesainya masa dormansi atau saat pemasaran
yang tepat
41
E. Validasi Penyimpanan :
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
42
Standar Tanggal Dibuat
Nomor:
Prosedur Operasional ……………..
SPO BP.XIV
" Pengemasan" Revisi………. Disahkan
Tanggal…………. ……………..
XVII. PENGEMASAN
Jumlah
Jumlah Lokasi Pengemasan Cara Bahan
Tgl Perkemasan ( Petugas
(Kg) ( rumah/gudang dll) Pengemasan Kemasan
Kg )
43
E. Validasi Pengemasan :
Pengalaman produsen benih bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal serta petunjuk dari BPTP dan BPSBTPH Jawa Tengah
44
XIX. SERTIFIKASI BENIH BAWANG PUTIH
UU No. 12 tahun 1992 tentang Sistem budidaya tanaman, pada pasal 13 menyebutkan
bahwa benih dari varietas yang sudah dilepas apabila akan diperdagangkan/diedarkan harus
melalui sertifikasi benih. Tujuan utama sertifikasi benih adalah untuk melindungi konsumen dari
perolehan benih yang tidak benar baik varietas maupun mutunya. Pelaksanaan sertifikasi ini
dapat dilakukan oleh instansi pemerintah yang dikenal dengan nama Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB) serta perorangan atau badan hukum yang telah memperoleh ijin dari
lembaga yang berwenang.
1. Persyaratan Sertifikasi.
Secara umum persyaratan sertifikasi benih yang dilaksanakan oleh BPSB adalah
sebagai berikut :
1.1. Pemohon.
Pemohon sertifikasi harus terdaftar di BPSB, mentaati peraturan yang berlaku,
menguasai lahan/areal penangkaran, menguasai benih sumber dan sanggup
membayar biaya sertifikasi.
1.2. Benih Sumber.
Benih sumber atau benih yang akan ditangkarkan harus sudah dilepas, kelas
benihnya lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi dan dapat
ditelusuri, artinya dokumen benih tersebut harus lengkap dan jelas.
1.3. Areal Sertifikasi.
Lahan atau areal sertifikasi harus jelas batas-batasnya, satu areal hanya boleh
ditanami satu kelas benih dan satu varietas, bebas dari tanaman lain atau bera
dan tidak ditanami dengan jenis tanaman yang satu famili untuk beberapa
musim. Areal sertifikasi sejarah lapangannya harus jelas, satu areal dapat terdiri
dari beberapa petak dengan jarak maksimal 10 meter dan perbedaan waktu
tanam maksimal 7 hari.
1.4. Seleksi.
Pemohon wajib melakukan seleksi (roguing) membuang tipe simpang dan
varietas lain serta memelihara pertanaman.
2. Prosedur Sertifikasi.
Prosedur sertifikasi dikelompokkan menjadi dua yaitu secara umum dan khusus.
Prosedur secara umum menyangkut permohonan, pemeriksaan pendahuluan dan
pemeriksaan ulang. Sedang prosedur khusus berlaku untuk masing-masing kelompok
bentuk benih.
2.1. Prosedur Umum.
(1). Penangkar/produsen harus mengajukan permohonan ke BPSB minimal 7
hari sebelum pemeriksaan dilaksanakan. Permohonan harus dilampiri
dengan peta/denah penangkaran atau peta/denah lokasi pohon induk
batang atas dan bukti kelayakan pohon induk.
(2). Pemeriksaan pendahuluan.
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap kebenaran nama dan alamat pemohon,
lahan sertifikasi dan benih sumber yang meliputi asal benih, kelas benih,
varietas dan volume benih yang akan ditanam sesuai dengan luas
penangkaran.
(3). Pemeriksaan ulang.
Pemeriksaan ini hanya boleh dilakukan satu kali pada setiap tahap
pemeriksaan dengan syarat produsen harus memperbaiki kondisi lapang
dan fase pertumbuhan pada tahap pemeriksaan tersebut belum berakhir.
45
2.2. Prosedur Khusus.
46
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PROSEDUR
PRODUKSIOPERASIONAL
BENIH BAWANG STANDAR (POS)
PUTIH
PRODUKSI BENIH BAWANG PUTIH
(Allium sativum)
( Allium sativum )
47
48