Disusun Oleh :
Kelompok 3
Annisa Ratna Hakim 1710401041
Ahmad Fahrurrozi 1710401045
Ica Dwi Yuliana 1710401047
Nurul Wulandari 1710401049
Memilih dan menentukan lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh jenis
sayuran organik yang akan ditanam. Tujuannya untuk mendapatkan lokasi yang sesuai
dengan persyaratan usahatani sayuran organik.
Referensi
Informasi Pokok
Validasi.
IV Pemetaan Lahan
Pemetaan adalah pembuatan peta lokasi yang menunjukan dimana lahan budidaya
sayuran organik akan dilakukan. Pembuatan peta ini juga dimaksudkan sebagai dasar
perencanaan rotasi/pola tanam, pembibitan, dan penanaman.
Informasi Pokok
Validasi.
V.Konfersi Lahan.
Konversi lahan adalah proses perubahan suatu sistem pertanian konvensional menjadi
pertanian organik. Tujuannya adalah agar lahan yang dikonversi dapat digunakan untuk
budidaya sayuran organik.
Informasi pokok
Jangka waktu konversi tergantung kondisi lahan. Umumnya lahan bekas pertanian
konvensional harus mengalami periode konversi paling sedikit 2 (dua) tahun sebelum
penebaran benih, atau untuk tanaman tahunan minimal 3 (tiga) tahun sebelum panen pertama
produk organik. Kecuali ditentukan oleh lembaga sertifikasi organic.Dalam hal seluruh lahan
tidak dapat dikonversi secara bersamaan, maka boleh dikerjakan secara bertahap.
Hasil panen yang dihasilkan selama masa konversi belum dapat digolongkan sebagai
produk organik.Selama masa konversi dan setelah masa konversi, sepanjang areal digunakan
untuk produksi sayuran organik, maka status lahan tidak boleh diubah antara metode
produksi organik menjadi konvensional dan sebaliknya secara bolak- balik.
Dilakukan pemisahan secara jelas dan dapat diidentifikasi antara lahan dalam masa
konversi dengan lahan organik.
Buku Catatan riwayat penggunaan lahan anggota untuk mencatat masa konversi
lahan.
Prosedur pelaksanaan
1. Dilakukan pencatatan kapan dimulainya masa konversi lahan.
2. Selama masa konversi diterapkan budidaya sayuran organik, dengan menghindari
penggunaan pupuk dan pestisida kimia/anorganik.
3. Selama masa konversi air yang digunakan harus bebas dari cemaran limbah kimia
maupun residu pestisida
4. Lahan dalam masa konversi diberi tanda pemisah/pembatas dari lahan konvensional.
Validasi.
Informasi Pokok
1. Pupuk organik diupayakan berasal dari pertanian organik, apabila tidak diperoleh,
masih dimungkinkan berasal dari pertanian non organik.
2. Pupuk kandang dan bahan alami lainnya bukan berasal dari factory
farming/peternakan
d. Pupuk kandang 1 ton, bekatul 10 kg, air dan starter/mikroorganisme lokal (MOL) 1
liter, u
Prosedur Pelaksanaan
a. Campurkan 1 liter MOL dengan 3 liter urine sapi ke dalam jerigen,simpan dan diamkan
selama minimal 3 hari
Validasi.
Kegiatan pengolahan tanah agar struktur tanah menjadi baik sehingga tanah menjadi
gembur, aerasi dan drainase lebih baik, serta membentuk bedengan sebagai tempat
tumbuhnya tanaman sayuran organik, kondisi lahan dapat ditanami sesuai persyaratan
tumbuh tanaman.
Informasi pokok
Lahan atau media tanam untuk budidaya tanaman sayuran harus memiliki kesuburan
yang cukup baik.Kesuburan tanah atau media tanam yang rendah tidak boleh diatasi dengan
penggunaan pupuk kimia sintetis.Peningkatan kesuburan tanah dilakukan melalui
diversifikasi tanaman, rotasi dengan tanaman kacang-kacangan, pemberian pupuk hijau,
pupuk kandang dan cara lain yang diperbolehkan.Persiapan lahan dilakukan tanpa praktek
pembakaran vegetasi.Penyiapan lahan dilakukan tanpa menimbulkan erosi permukaan tanah,
kelongsoran tanah dan atau kerusakan sumber daya lahan.
Prosedur pelaksanaan
1. Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman yang ada, sisa-sisa perakaran, tunggul, batu-
batu dan sampah.
2. Tanah digemburkan dengan cangkul sampai kedalaman 30- 50 cm.
3. Lahan dibiarkan/dikering-anginkan selama 7 – 10 hari.
4. Lahan dibentuk sedemikian rupa agar menjadi datar.
5. Dibuat bedengan mulsa dengan lebar 90 cm dan tinggi 20 cm.
6. Dibuat lubang tanam dengan jarak 20 x 25 cm
7. Beri pupuk organik sesuai kebutuhan dan tutup dengan tanah.
Validasi.
Menyediakan benih horinso bermutu dari varietas yang unggul dan sehat, dengan
tujuan mampu berproduksi sesuai dengan keunggulan varietas, sehat, dan mempunyai daya
adaptasi yang baik.
Informasi pokok
1. Pemilihan benih
A. Benih yang digunakan berasal dari budidaya organik, kecuali tidak terdapat
benih/penangkar benih organik boleh menggunakan benih komersial asal bukan benih
GMO (Genetic Modified Organism).
B. Benih yang berasal dari pasar harus ada usaha untuk meminimalkan residu bahan
kimia sintetis, antara lain dengan cara pencucian/perendaman dengan air cucian beras
( leri ).
C. Benih yang dipilih merupakan benih yang jelas varietasnya (tepat jenis) dengan
potensi yang sesuai dengan karakteristik varietas tersebut.
D. Varietas yang ditanam disesuaikan dengan kondisi iklim setempat, bervariasi untuk
menjaga keanekaragaman dan keberlanjutan pertanian organik.
E. Benih tidak boleh diberi perlakuan menggunakan bahan kimia sintetis.
2. Mutu benih
Prosedur pelaksanaan
1. Gunakan benih horinso yang bermutu baik, jelas varietasnya (tepat jenis), dengan
potensi sesuai dengan karakteristik varietas tersebut.
2. Pilih benih yang memiliki daya adaptasi yang tinggi pada agroklimat setempat
sertajelas sumber benihnya.
3. Gunakan benih yang belum kedaluwarsa.
Validasi.
XI.Pembenihan
Gunakan benih horinso yang unggul, bersertifikat, yang bermutu baik, dengan potensi
sesuai dengan karakteristik benih tersebut, memiliki daya adaptasi yang tinggi pada
agroklimat setempat serta jelas sumber benihnya.
8.Penanaman
Informasi pokok
Untuk menghindari kelayuan setelah penanaman dan memudahkan penanaman, tanah disiram
sehingga kondisi tanah lembab.Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum
jam 09.00 pagi atau sore hari setelah jam 15.30 untuk menghindari stres karena terik
matahari.Untuk membuat lubang tanam, gunakan tugal.Lakukan pencatatan tanggal
penanaman pada buku kerja, guna memudahkan jadwal pemeliharaan, penyulaman,
pemanenan dan rotasi tanam.
Prosedur pelaksanaan
1. Sehari sebelum penanaman buat lubang tanam sedalam 5-7 cm dengan jarak tanam
20×25 cm.
2. Pilih benih yang tumbuh sehat dan kuat
3. Tugal lubang tanam yang sudah disiapkan
4. Pada musim kemarau, Siram lubang tanam dan benih dengan PGPR
5. Benih dipindahkan ke lubang tanam yang sudah disiapkan.
6. Padatkan tanah disekitar perakaran.
7. Tingkat kelembaban tanah diusahakan tetap optimal.
Validasi.
Memberikan unsur hara tambahan atau susulan pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi tanaman dan untuk manjamin pertumbuhan tanaman secara optimal sehingga
menghasilkan tanaman dengan mutu yang baik.
Informasi pokok
Prosedur pelaksanaan
1. Seminggu sekali disiram dengan Ferinsa + (Ferinsa adalah fermentasi urine sapi +
pestisida nabati) dengan dosis 1 ltr/20-30 ltr air.
2. Pemupukan dilakukan dengan dosis 2 cc/1 liter air.
Validasi.
XI. Penyiraman
Informasi pokok
Air yang digunakan untuk menyiram adalah air bersih yang tidak tercemar limbah kimia
sintetik.Untuk menyalurkan air, gunakan alat bantu berupa selang, pompa air, atau
gembor.Penyiraman dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali, pada pagi atau sore hari,
tergantung musim.
Prosedur pelaksanaan
2. dilakukan penkocoran dengan larutan ferinsa dengan dosis 1 ltr/20-30 ltr air
Validasi.
Tindakan yang memadukan satu atau lebih teknik pengendalian Hama dan Penyakit
berupa hama patogen, yang dikembangkan dalam satu kesatuan atau dengan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) untuk mencegah kerugian ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas)
dan penurunan mutu (kualitas) produk.
Alat dan bahan yang digunakan adalah:
Prosedur pelaksanaan
Pengendalian Hama
Lalat daun
Pengendalian :
– Lakukan sanitasi lingkungan, dengan mengumpulkan sayur yang terserang, baik yang
jatuh maupun yang masih di pohon kemudian musnahkan dengan cara: (1) Masukkan sayuran
yang terserang ke dalam kantong plastik, ikat rapat sehingga lalat daun tidak bisa keluar, atau
(2) Kubur ke dalam tanah sedalam + 0,5 m untuk memastikan bahwa lalat daun tidak
berkembang
Cara fisik/mekanik
2 . Pengendalian Penyakit
Rebusan daun cemara dengan perbandingan 1 liter air dengan 1 kg daun cemara, aplikasi
dilakukan dengan dosis 1 : 5 seminggu sekali.
12.Panen
Kegiatan memetik/memanen sayur yang telah siap panen sesuai persyaratan yang
telah ditentukan untuk memperoleh hasil sesuai dengan persyaratan yang diminta pasar.
Prosedur pelaksanaan
Prosedur pelaksanaannya:
1. Panen sebaiknya dilakukan pada sore hari karena cahaya matahari tidak terlalu panas.
2. Penyemprotan pestisida organik sudah dihentikan paling tidak 2 minggu sebelum
panen.
3. Panen dilakukan terhadap tanaman horinso yang sudah benar-benar siap panen, yaitu
berdasarkan umur tanaman 40 hst.
4. Horinso yang telah dipanen dikumpulkan di keranjang atau crak, diberi alas kertas
dan diletakkan di tempat yang teduh.
5. Selanjutnya, horinso diangkut ke rumah kemas (packing house).
Validasi.
Informasi Pokok
1. Tidak menggunakan plastik daur ulang (plastik hitam), bungkus plastik bekas dan
koran bekas
2. Pisau stainless stell untuk membuang bagian yang tidak memenuhi kualitas
3. Timbangan, untuk menimbang sayur
4. Plastik wrapping untuk membungkus horinso .
5. Konteiner plastik atau dus steroform untuk menyimpan sayuran yang akan disortasi
6. Stiker, untuk tanda pengenal pada sayur.
7. Tempat penyimpanan produk harus terpisah dari sarana produksi.
8. Sapu untuk membersihkan sisa-sisa sayuran.
Prosedur Pelaksanaan
Sortasi
Grading
Penimbangan
3. Kratkontainer / dus steroform harus bersih dan bebas dari semua benda asing.
Pengiriman
XIV. PEMASARAN
Untuk pemasaran hasil produksi sayuran ini adalah export.karena sayuran bayam
jepang ini belum begitu popular di Indonesia.selain itu harga yang disepakati dalam kontrak
juga lebih tinggi daripada harga dipasaran Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/365631064
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 61/Permentan/Ot.140/10/2012 Tentang Pedoman
Monitoring Dan Evaluasi Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Kementerian
Pertanian
Winata, Sheila Vania. 2016. “Perancangan Standard Operating Procedure (SOP) Pada
Chocolab”. Jurnal Manajemen Dan Start-Up Bisnis Volume 1, Nomor 1.