Anda di halaman 1dari 4

Batik Bojonegoro

Batik Bojonegoro merupakan salah satu ciri khas yang diunggulkan di


daerah Bojonegoro. Walau termasuk identitas baru, batik yang diresmikan oleh
Kang Yoto (Bupati Bojonegoro ke ), kini eksistensinya semakin melejit. Batik ini
diresmikan dan diperkenalkan oleh Kang Yoto saat menjabat Bupati periode
pertama sekitar tahun 2008 sampai 2009. Tentunya muncul identitas baru
membuat masyarakat menjadi semangat, bahwasanya Bojonegoro berhasil
menambahkan salah satu ciri khas dan keunikkannya melalui batik. Biasanya,
Bojonegoro hanya dikenal sebagai kota minyak dengan pernghasilan minyak
terbesar se asia serta memiliki wisata api abadi atau Kayangan Api yang sudah
dikenal dalam kurun waktu yang lama. Dan selama itu pula Bojonegoro belum
mampu menambahkan identitas baru yang berisi keunikkan atau ciri khas daerah.
Padahal, jika dilihat dari potensial alam, Bojonegoro memiliki kebun pohon jati
yang lebat, hasil pertanian yang melimpah, serta peternakan yang luar biasa.
Tetapi, masyarakat serta pemerintah belum mampu mengemas potensi tersebut
menjadi sebuah kesatuan identitas baru dalam mewakili suatu ciri khas
Bojoonegoro.

Pada tahun 2009, dimana Bupati Bojonegoro pada masa itu adalah Kang
Yoto beserta Ibu Bupati Mahfudhoh, memiliki gagasan mengenai budaya dan
pariwisata Bojonegoro yang dinilai kurang bervariasi. Apalagi setelah sekian lama
belum ada perkembangan mengenai hal tersebut. Ditambah data pendapatan
penduduk per kapita di Bojonegoro termasuk rendah. BPS Provinsi Jawa Timur
menguraikan dimana pertumbuhan ekonomi di Bojonegoro pada tahun 2009
sebesar 6,55. Walau nilainya melebihi rata rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
(yaitu 5,01), tetap saja nilai tersebut masih jauh dari kata kesejahteraan yang
merata.

Oleh karena itu, bupati Bojonegoro menggagaskan ide untuk membuat


batik Bojonegoro yang dapat menambah identitas baru Bojonegoro, serta
memiliki nilai jual sebagai alat yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
bojonegoro agar menjadi lebih baik. Batik Bojonegoro awalnya dikonsep sebagai
identitas yang dapat mencakup semua ciri khas di Bojonegoro. Artinya, seluruh
motif batik ini harus menggambarkan ciri khas Bojonegoro yang tidak ada di kota
lain. Maka dari itu, segeralah Kang Yoto dan Ibu Mahfudhoh menugaskan seorang
seniman yang merupakan pelukis untuk membuat desain motif batik Bojonegoro.

Pada saat itu, Seniman tersebut membuat desain dasar untuk batik
Bojonegoro. Seperti hal nya batik Kayangan Api. Lalu, desain tersebut
dikembangkan oleh pengerajin batik. Dan jadilah batik Bojonegoro sebagai
identitas baru di Bojonegoro. Tetapi, seniman tersebut mengaku kecewa. Setelah
ia membuat batik, hak paten atas batik itu dibeli oleh pemerintah senilai lima juta
rupiah. Ia merasa hal tersebut tidak sepadan dengan bagaimana ia membuat desain
dan bagaimana batik tersebut akan berkembang nantinya. Ia juga merasa bahwa
hanya pengerajin dan produsen batik yang diuntungkan. Karena harga jual batik
Bojonegoro bergantung pada pengerajin dan produsen batik itu sendiri. Dan hal
tersebut menyimpulkan bahwa pendapatan pengerajin batik jauh lebih besar
daripada seniman yang mendesain batik itu.

Dengan mantap, seniman itu memutuskan untuk berhenti mendesain batik


Bojonegoro. Ia meninggalkan beberapa dasar desain batik dan menolak tawaran
untuk mendesain batik lebih banyak. Ia merasa rugi jika diperlakukan sedemikian.
Mau tidak mau, Kang Yoto dan Ibu Mahfudhoh harus memutar ide bagaimana
caranya agar motif batik Bojonegoro bisa lebih bervariasi tanpa harus memanggil
seniman. Akhirnya muncul gagasan untuk membuat festival batik dimana berisi
perlombaan membuat desain batik untuk kalangan pelajar. Tidak disangka,
ternyata dengan munculnya perlombaan tersebut, banyak siswa dan siswi yang
berpartisipati untuk menuangkan ide dalam membuat batik Bojonegoro. Dari
berbagai macam ide yang mereka lombakan, diambil beberapa pemenang dimana
pemerintah membeli hak paten atas desain tersebut dengan membayar para pelajar
yang menang dengan uang senilai tiga juta rupiah. Akhirnya, muncul 9 motif batik
diantara yaitu Mliwis Mukti, Jagung Miji Emas, Parang Lembu Sekar Rinambat,
Rancak Thengul, Gatra Rinonce, Sekar Jati, Sata Ganda Wangi, Parang Dahana
Mungal, Dan Pari Sumilak.

Pada tahun 2013, pemerintah mengadakan kembali lomba desain batik


Bojonegoro untuk kalangan pelajar sebagai penambah variasi batik Bojonegoro.
Alasan lainnya disebutkan bahwa pada tahun 2012, nilai pertumbuhan ekonomi di
Bojonegoro menurun drastis setelah sebelumnya mencetak nilai 10,97 dan menjadi
5,82. Dikarenakan hal tersebut, pemerintah mencoba menggalang ide desain batik
yang baru dari kalangan pelajar dengan tema tanaman. Ternyata, dari perlombaan
yang diadakan pemerintah, menghasilkan sejumlah desain batik yang baru. Berikut
lima desain batik yang baru diberi nama : Belimbing Lining Lima, Pelem — Pelem
Sumilar, Sekar Rosella jonegoroan, Woh Raning Pisang dan Surya Salak kartika.

Setelah lima desain baru diluncurkan di kalangan masyarakat, ternyata


menimbulkan berbagai dampak positif diantaranya pertumbuhan perekonomian di
bojonegoro meningkat. Banyak Home Industri batik muncul dan berkembang
dikarenakan kebutuhan masyarakat akan batik tersebut, meningkat. Tetapi, hal
tersebut tidak berlangsung lama dikarenakan eksistensi batik Bojonegoro menurun
lagi.

Pada tahun 2017, pemerintah membuat peruaturan pemerintah daerah baru


yang berkaitan dengan penggunaan batik Bojonegoro. Berikut adalah aturannya :

1. Mewajibkan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah


Daerah Kebupaten Bojonegoro setiap hari Kamis Jum’at mengenakan batik
khas Bojonegoro seperti tertuang pada peraturan Bupati Bojonegoro №44
Tahun 2014 Pasal 33(16)

2. Melaksanakan pelatihan serta pendampingan kepada masyarakat terutama


kaum perempuan

3. Melaksanakan pengawasan mutu untuk menjaga kualitas batik

4. Mewajibkan siswa — siswi di lingkungan Kabupaten Bojonegoro untuk


memakai batik khas Bojonegoro satu hari dalam seminggu

5. Mempublikasikan batik khas Bojonegoro kepada tingkat yang lebih luas.


Setelah pemerintah membuat aturan tersebut, batik Bojonegoro menjadi
naik daun. Eksistensinya kian meningkat hingga sekarang. Setiap institusi
pendidikan terlihat mengenakan batik Bojonegoro. Begitupula pegawai
pemerintah. Seluruh bagian kota hingga sudut diramaikan dengan motif motif dari
batik Bojonegoro. Jumlah produksi batik menjadi sangat meningkat dan tentunya
pertumbuhan ekonomi di Bojonegoro ikut meningkat. Bojonegoro berhasil
menyetak identitas baru yang tak kalah berkualitas dari daerah lain.

Anda mungkin juga menyukai