Anda di halaman 1dari 21

PERKEMBANGAN BATIK MOTIF GAJAH OLING DI

BANYUWANGI PADA MASA PANDEMI COVID-19


TAHUN 2019-2021

PROPOSAL
TUGAS AKHIR PENGKAJIAN

Diajukan oleh :

Ikmal Taji Hadziqin Nuha Abdul Qohar


1712016022

Tugas Akhir ini Diajukan kepada Fakultas Seni Rupa


Institut Seni Indonesia Yogyakarta Sebagai
Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana S-1 dalam Bidang
Kriya Seni
2021
A. Judul Proposal Tugas Akhir Pengkajian
Perkembangan Batik Motif Gajah Oling di Banyuwangi pada masa
Pandemi Covid-19 Tahun 2019-2021.

B. Latar Belakang
Indonesia memiliki berbagai kekayaan seni dan budaya diberbagai aspek
yang tersebar di seluruh nusantara. Seni dan budaya yang masih bertahan hingga
saat ini salah satunya adalah batik. Kerajinanan batik sendiri merupakan ragam
hias yang masih terjaga hingga saat ini karena masih banyak manfaat yang bisa
diambil oleh khalayak umum. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan batik itu
sendiri, mulai dari perkembangan motif, industri serta kegunaannya di
masyarakat.
Batik menjadi salah satu identitas dibeberapa daerah di Pulau Jawa.
Beberapa daerah memliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Seni
kerajianan terutama seni tenun, seni batik, seni ikat dan seni tekstil Indonesia
merupakan cabang kesenian yang sudah berakar dalam kebudayaan Indonesia
sejak lama, tinggi mutu keindahannya, bisa menonjolkan sifat khas Indonesia
(Koentjaraningrat, 1985: 16).
Motif batik di Pulau Jawa, memiliki latar belakang yang berbeda-beda
karena beberapa kondisi. Sejak jaman penjajahan Belanda, pengelompokan batik
yang ditinjau dari sudut daerah pembatikan, dibagi dalam dua kelompok besar,
yaitu batik Vorstenlanden (Solo-Jogja) dan batik pesisir (Djoemena, 1990: 7).
Batik Vorstenlanden biasanya lebih dikenal dengan sebutan batik keraton karena
perkembangannya berada di dalam lingkungan keraton, baik Solo maupun
Yogyakarta. Batik keraton merupakan awal mula dari semua jenis batik karena
motifnya mengandung beragam makna filosofi. Sedangkan batik pesisir sendiri
merupakan batik yang dibuat diluar keraton Solo dan Yogyakarta. Istilah pesisir
digunakan karena batik ini banyak diproduksi di pesisir Utara Jawa seperti di
Cirebon, Indramayu, Pekalongan, Lasem, Madura, termasuk juga Banyuwangi.
Perkembangan batik di Banyuwangi sendiri banyak dipengaruhi oleh status
masyarakat dan pengaruh etnis yang dibawa oleh pedagang asing pada zaman
dahulu yang melahirkan berbagai macam motif batik. Pada perkembangan saat
ini, motif batik Banyuwangi yang digandrungi oleh masyarakat yaitu batik Gajah
Oling, Paras, Kangkung Setingkes, Cacing, Gedegan, Ukel, Blarak Semplah, dan
Moto Pitik. Namun di antara semua motif tersebut, Gajah Oling merupakan motif
yang selalu digunakan pada pakaian upacara adat yang dianggap sakral, seperti
Tari Gandrung, Tari Seblang, Tari Padhang Ulan, Kunthulan, Barong, dan Kebo-
keboan sehingga dianggap sebagai motif yang sarat akan magis. Perlu diketahui
bahwasannya Gajah Oling sendiri memiliki bentuk yang dianggap penggambaran
kondisi masyarakat yang sangat religius dan alam Banyuwangi yang masih baik.
Gajah adalah hewan yang memiliki tubuh besar melambangkan bentuk kekuatan
diri, dan Oling atau iling memiliki arti ingat. Maka secara utuh dapat diartikan
kita harus selalu ingat akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk motif
Gajah Oling yang menyerupai belalai gajah yang dikelilingi sejumlah tambahan
seperti kupu-kupu, tumbuhan, dan bunga melambangkan alam Banyuwangi yang
masih subur dan makmur.
Seiring berkembangnya zaman, penggunaan batik motif Gajah Oling pada
seragam sekolah, dinas, dan perkantoran yang diwajibkan. Kemajuan wisata juga
membawa pengaruh sangat signifikan. Batik motif Gajah Oling sangat diminati
oleh wisatawan lokal hingga mancanegara karena sudah menjadi ikon
Banyuwangi. Banyaknya permintaan dari beberapa sektor tersebut menjadikan
titik pacu dalam perkembangan batik dan industri batik di Banyuwangi. Industri
batik di Banyuwangi juga berlomba-lomba dalam memproduksi kain batik untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan dari sektor-sektor yang menggunakan batik
motif Gajah Oling. Selain dalam hal produksi, industri batik juga
mengembangkan dan mengkombinasi motif Gajah Oling dengan motif lain.
Dalam beberapa tahun terakhir batik motif Gajah Oling mulai berkembang dari
segi motif pendukung, kombinasi, hingga warna yang digunakan.
Dukungan dari pemerintah juga membawa andil besar dalam perkembangan
batik motif Gajah Oling di Banyuwangi. Sependapat dengan Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif atau Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sandiaga Salahuddin Uno pada situs resmi Kemenparekraf menginginkan agar
batik menjadi simbol kebangkitan ekonomi di sektor ekonomi kreatif terutama
subsektor fesyen. Menparekraf Sandiaga Uno saat menghadiri acara Batik
Nusantara Celebration-Rediscover Indonesia by Accor Live Limitless di The
Phoenix Hotel Yogyakarta, pada Minggu 10 Oktober 2021 menjelaskan, setiap
daerah di Indonesia memiliki wastra khasnya masing-masing yang potensial
untuk dikembangkan, salah satunya adalah batik. Batik sebagai simbol ekonomi
kita, karena batik merupakan ekosistem warisan budaya leluhur bangsa. Indonesia
juga menjadi salah satu negara yang kaya akan potensi budaya yang luar biasa.
Hal ini menjadi modal yang sangat berharga bagi pengembangan ekonomi kreatif
Indonesia.
Perkembangan batik motif Gajah Oling memiliki pengaruh besar terhadap
masyarakat luas di Banyuwangi. Namun dalam perkembangan batik motif Gajah
Oling mulai menurun akibat pandemi Covid-19. Pandemi sangat berpengaruh
terhadap permintaan batik yang mulai menurun sehingga banyak membuat
industri batik mengurangi perkejanya karena turunnya permintaan. Awal
tersebarnya pandemi Covid-19 dan penutupan sekolah, kantor hingga pariwisata
mancanegara. Jumlah pariwisata lokalpun ikut berkurang dan permintaan batik
mulai sepi yang membuat beberapa industri tutup tikar. Namun masih ada industri
batik yang masih bertahan hingga saat ini. Beberapa industri batik yang masih
bertahan karena masih menjalin kerja sama dengan beberapa instansi, dengan
jumlah produksi yang tidak sebanyak saat sebelum pandemi.
Masa pandemi ini pemerintah berusaha mendukung pemulihan industri
kreatif khususnya industri batik. Melalui situs resmi Menparekraf.go.id pada
tanggal 11 Oktober 2021, Sandiaga Uno menjelaskan, pemerintah ingin
mendorong pemulihan sektor parekraf dan menggerakkan perputaran ekonomi,
utamanya di masa pandemi. Pandemi belum berakhir, tidak bosan-bosannya
mengingatkan untuk terus menerapkan protokol kesehatan secara disiplin dan
ketat. Pandemi boleh saja membatasi ruang gerak kita, namun tidak akan pernah
bisa membatasi ruang kreativitas kita dalam berkarya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini mengangkat masalah
perkembangan batik motif Gajah Oling. Batasan tahun 2019-2021 dengan
bersamaan fenomena pandemi Covid-19 yang memberikan dampak terhadap
perkembangan batik dan industri batik di Banyuwangi. Judul yang diangkat dalam
penelitian ini adalah “Perkembangan Batik Motif Gajah Oling Di Banyuwangi
Pada Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2019-2021”. Penelitian ini juga diharapkan
menjadi litelatur yang bisa dimanfaatkan khlayak umum sehingga dapat
membantu industri batik bisa kembali membaik serta melesatrikan seni batik yang
ada di Banyuwangi.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh batik motif Gajah Oling bagi masyarakat Banyuwangi ?
2. Bagaimana bentuk, pola, dan motif batik Gajah Oling yang menjadi ciri khas
batik Banyuwangi ?
3. Bagaimana perkembangan batik motif Gajah Oling di Banyuwangi pada masa
pandemi Covid-19 selama tahun 2019-2021?

D. Tujuan Dan Manfaat


Penelitian ini untuk menganalisis perkembangan batik motif Gajah Oling di
Banyuwangi pada pandemi Covid-19 tahun 2019-2021 secara khusus untuk
bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan menjelaskan pengaruh batik motif Gajah Oling
terhadap masyakat Banyuwangi.
2. Mendeskripsikan bentuk, pola, dan motif batik Gajah Oling yang
menjadi ciri khas Banyuwangi.
3. Memaparkan perkembangan batik motif Gajah Oling di Banyuwangi
pada masa pandemi Covid-19 selama tahun 2019-2021.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memaparkan tentang kekayaan
kesenian Indonesia yang jarang diangkat di dunia kesenian serta dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang motif Gajah Oling hingga perkembangannya.
Kajian ini juga menjelaskan dampak atas terjadinya pandemi Covid-19 terhadap
industri batik motif Gajah Oling sehingga bisa memberi tambahan literatur di
bidang seni dan budaya Indonesia.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian tentang perkembangan batik motif Gajah Oling tahun
2019-2021 menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan estetika etnografi.
Menurut Moloeng penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek atau orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007: 3). dengan tujuan dapat
menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi dalam mencari informasi. Kualitas
data akan mempengaruhi hasil penelitian, terutama dalam menggunakan metode.
Penelitian ini akan menggunakan beberapa metode antara lain :
1. Metode Pendekatan
a. Pendekatan Estetika
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji unsur-unsur
keindahan dari sudut pandang penulis pada motif Gajah Oling.
Pendekatan ini lebih mengutamakan melihat bentuk-bentuk visual
pada objek penelitian, seperti unsur ornamen, ragam hias, desain
dekoratif, warna, dan penyajian pada motif tersebut. Tujuan
penggunaan pendekatan ini untuk mengkaji perkembangan batik
motif Gajah Oling dari sudut pandang penulis.

b. Pendekatan Etnografi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode etnografi sesuai dengan paradigma dari penelitian ini yakni
untuk mengobservasi kelompok kebudayaan tertentu dalam jangka
waktu yang cukup lama (Creswell, 2012: 464). Subjek penelitian ini
adalah penegrajin batik motif Gajah Oling yang masih aktif
memproduksi sehingga bias memberikan sumber data yang mewadai.
Selanjutnya subjek yang dipilih adalah pengguna batik motif Gajah
Oling dalam kegiatan sehari-hari, seperti pegawai pemerintahan,
dinas, tenaga pengajar, dan siswa sekolah di Banyuwangi.

2. Populasi dan Sampel


Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. pengambilan sampel ini dilakukan jika pada penelitian
terdapat jumlah populasi yang besar dan memiliki keterbatasan dalam
pelaksanaan penelitian. Adapun kriteria pengambilan sampel ini haruslah
benar-benar representatif, sehingga data yang diambil dapat mewakili
keseluruhan populasi yang ada (Sugiyono, 2005:91).
Menurut (Akdon dan Hadi, 2005:96) sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian
adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi.
Berdasarkan uraian di atas, pemilihan sampel yang dapat mewakili
dalam mendapatkan sumber data adalah pengerajian batik di industri
batik di Banyuwangi, pegawai pemerintahan, karyawan swasta, dinas,
tenaga pengajar, dan siswa sekolah di Banyuwangi yang bias ditemui dan
wawancara langsung oleh penulis.

3. Metode Pengumpulan Data


Sumber data dalam penelitian dipilih berdasarkan jenis informasi
yang diperlukan berdasarkan rumusan masalah. Sumber data dalam
penelitian ini akan dikumpulkan dengan beberapa cara, yaitu sebagai
berikut :
a. Studi Pustaka
Pengumpulan data diambil dari beberapa sumber yang
terkait dengan tema penelitian yang sudah ada berupa buku,
majalah, jurnal, dan internet. Pengumpulan data dilakukan
dalam bentuk mengamati dan mencatat kembali secara
sederhana. Selain itu data juga mengambil dari beberapa sumber
yang menyatakan tentang fakta tentang batik motif Gajah Oling
atau pendapat lain untuk memperkuat penelitian.
Observasi Menurut Nasution menyatakanbahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Susanti,
2018: 60).
Studi pustaka dapat membantu dalam menjawab rumusan
masalah. Data yang didapatkan dari studi pustaka tidak terbatas
dan bisa dipertanggungjawabkan. data meliputi pendapat secara
tertulis maupun gambar. Studi pustaka juga bisa membatu
dalam menemukan hal-hal baru yang tidak diungkapkan oleh
narasumber saat wawancara. Studi pustaka dilakukan untuk
mendapatkan data yang relevan dengan pendekatan teori,
pendapat, hingga data mengenai batik motif Gajah Oling.

b. Studi Lapangan
Studi lapangan akan dilakukan sampai beberapa kali,
sesuai dengan kebutuhan, sehingga data tercukupi untuk tahap
penelitian. Studi lapangan digunakan untuk menggali sumber
data berupa peristiwa, tempat, lokasi, wawancara dalam bentuk
foto, video, maupun rekaman untuk mendapatkan informasi
lisan dari narasumber.
Studi lapangan dilaksanakan dengan menyiapkan
beberapa data hingga pertanyaan untuk narasumber.
Narasumber akan memberi penjelasan dengan pengetahuan atau
pengamalan yang dialami. Hasil dari studi lapangan merupakan
data yang bersifat fakta dan akurat mengenai batik motif Gajah
Oling.
Tujuan umum melakukan studi lapangan adalah untuk
menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks
mengenai pribadi, peristiwa, aktifitas, organisasi, perasaan,
motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk
keterlibatan, dan sebagainya, untuk mengkonstruksi beragam
hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau, dan
memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang bisa
terjadi di masa yang akan datang (Sutopo, 2002: 58).
4. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah
analisis kualitatif, karena data-data yang diperoleh lebih bersifat
deskriptif. Analisis data yang dilakukan dengan cara :
a. Reduksi Data
Menurut Sugiyono mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2015 pada Susanti,
2018: 63).
Tahap ini mengumpulan data dengan cara memilah
dengan cara mengamati data-data yang sudah didapatkan dari
studi pustaka maupun studi lapangan. Kemudian data akan
disederhanakan untuk menemukan fokus utama pembahasan
dan poin penting pada data sehingga lebih mudah dianalisis.
Proses reduksi data dalam penelitian ini dilakukan yang
memiliki hubungan dengan rumusan masalah penelitian. Data
yang diperoleh dari studi pustaka dan studi lapangan akan
ditelaah kembali. Data yang digunakan berupa data yang
relevan dengan metode pendekatan estetika dan etnografi
tentang perkembangan batik motif Gajah Oling. Kemudian
data akan dikelompokkan menurut kesamaan topik. Data yang
sudah dikelompokkan akan disusun dalam bentuk deskriptif
yang terperinci sesuai dengan kebutuhan secara sistematis.

b. Penyajian Data
Pada prinsipnya penyajian data adalah mengolah data
setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan
sudah memiliki alur tema yang jelas (Herdiansyah, 2010: 176).
Setelah data di reduksi, langkah analisis selanjutnya adalah
penyajian data. Penyajian data merupakan sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. (Huberman, 1992: 16).
Data hasil dari reduksi selanjutnya diolah sesuai dengan
penyajian data. Data yang telah disederhanakan dan
disistematiskan, kemudian disajikan sedemikian rupa sehingga
mudah dibaca, dipahami, dan dapat menjadi informasi
tersusun yang memberi kemungkinan dalam penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian dilakukan dengan cara menyajikan data yang
diperoleh dari berbagai sumber. Kemudian dideskripsikan
dalam bentuk uraian kalimat. Deskripsi akan disesuaikan
dengan pendekatan estetika dan etnografi tentang
perkembangan hingga dampak pandemi Covid-19 terhadap
batik motif Gajah Oling.

c. Menarik Kesimpulan
Langkah terakhir dalam penelitian adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu proyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap. Setelah
melakukan verifikasi maka dapat ditarik kesimpulan
berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk
narasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dari
kegiatan analisis data (Utami, 2020: 39).
Langkah terakhir dalam analisis data adalah penarikan
kesimpulan. Penarikkan kesimpulan akan menjurus untuk
menjawab rumusan masalah. Data yang sudah ditarik menjadi
kesimpulan akan mengungkap berdasarkan interprestasi
terhadap hasil temuan lapangan tentang perkembangan hingga
dampak pandemi Covid-19 terhadap batik motif Gajah Oling
di Banyuwangi.

F. Tinjauan Pustaka
Penelitian perkembangan batik motif Gajah Oling dan dampak pandemi
Covid-19 pada tahun 2019-2021 dengan menggunakan beberapa metode
pendekatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kemudian melihat
keterkaitan atau tidak dengan tema penelitian yang akan dilakukan. Berikut
beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang objek atau metode yang
digunakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mutiara Zehan pada tahun 2012 Prodi S1
Pendidikan Seni Rupa dan Desain, Fakultas Sastra Jurusan Seni dan Desain,
Universitas Negeri Malang dengan judul, “Studi Desain dan Motif Hias Batik
Gajah Oling Produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi”. Penelitian yang
dilakukan oleh Mutiara Zehan menggunakan rancangan penelitian deskriptif
kualitatif, berupa paparan data yang diperoleh dari observasi langsung dan data
sekunder dari berbagai macam sumber. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
dimulai dari tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa desain batik Gajah Oling produksi
Sanggar Batik Sayu Wiwit menggunakan unsur-unsur desain berupa titik, garis,
bidang dan warna yang dikomposisikan dengan menerapkan prinsip kesatuan,
keseimbangan, dan irama sehingga terciptalah suatu produk batik yang bernilai
estetis. Tahap-tahap proses pembuatan batik motif Gajah Oling terdiri dari
persiapan alat dan bahan, pengolahan kain, memotong kain, pemindahan pola
batik pada kain, proses pencantingan, proses pewarnaan, dan pelorodan malam.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah :
1. Desain batik motif Gajah Oling.
2. Proses pembuatan batik motif Gajah Oling.
3. Visualisasi batik motif Gajah Oling produksi Sanggar Batik Sayu
Wiwit Banyuwangi.
Terkait dengan visualisasi batik motif Gajah Oling produksi Sanggar Batik
Sayu Wiwit, ditemukan delapan motif yang menurut spesifikasinya terdiri atas
motif Gajah Oling, motif Daun Dilem berjumlah tiga, motif Bunga Melati
berkelopak lima, dan motif manggar berjumlah tiga. Warna yang digunakan pada
batik Gajah Oling adalah warna cerah khas batik pesisiran.
Persamaan penelitian yaitu mengkaji tentang batik motif Gajah Oling dan
metode kualitatif, sedangkan perbedaanya terletak pada metode pendekatan yang
akan digunakan adalah estetika dan etnografi serta objek yang diteliti adalah
perkembangan batik motif Gajah Oling dan dampak pandemi Covid-19 terhadap
batik dan industri batik dengan batasan tahun 2019-2021.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Fenty Pratiwi Maya Rina pada tahun
2013, Jurusan Kriya Seni/ Tekstil, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas
Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Kajian Pola Hias Batik Banyuwangi”.
Penelitian membahas tentang :
1. Bagaimana latar belakang munculnya batik Banyuwangi.
2. Pola hias apa saja yang terdapat pada batik Banyuwangi.
3. Bagaimana mengkaji pola hias batik Banyuwangi
Berdasarkan teori estetika. Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan mengkaji latar belakang munculnya batik
Banyuwangi.
2. Mengetahui dan mengkaji pola hias dalam batik Banyuwangi.
3. Mengetahui dan mangkaji pola hias batik banyuwangi berdasarkan teori
estetika.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di
Kabupaten Banyuwangi, meliputi Kelurahan Temenggungan, Kelurahan Tukang
Kayu, Kelurahan Singomayan yang termasuk dalam Kecamatan Kota dan Desa
Tampo yang termasuk dalam Kecamatan Cluring. Sampel yang dipakai Purposive
Sampling. Strategi dan bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif deskriptif dengan studi kasus terpancang. Sumber data yang digunakan
adalah informan, narasumber, tempat atau lokasi penelitian, dokumen dan arsip,
serta foto. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan
wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis interaktif.
Setelah dilakukan analisis data, dapat disimpulkan berupa beberapa hal,
yaitu :
1. Munculnya batik Banyuwangi di latar belakangi oleh ekspansi kerajaan
Mataram pada tahun 1635, ke wilayah Blambangan, batik sebagai mata
dagang di Banyuwangi, dan batik sebagai cerminan kondisi dan budaya
masyarakat Banyuwangi.
2. Pola hias batik Banyuwangi terbagi menjadi 20 jenis diantaranya, Paras
Gempal, Gajah Oling, Gedegan, dan Moto Pitik.
3. Wujud dari pola hias batik Banyuwangi banyak didominasi oleh pola
lataran, beberapa pola buketan dan beberapa di luar pola buketan serta
lataran. Berdasarkan isi atau bobot batik Banyuwangi yang tergolong
batik pesisiran banyak terinspirasi dai kondisi alam sekitar,pola
kehidupan masyarakatnya, dan karakteristik masyarakatnya yang
sederhana, lugu, dan lugas,sedangkan untuk penampilan batik
Banyuwangi disajikan dalam produk tekstil pakaian seperti: kemeja
atau seragam dan bahkan dikenakan dalam pakaian adat jebeng-thulik,
busana penari Gandrung, dan busana penari Seblang.
Pada penelitian yang kedua memiliki persamaan pada metode yang
digunakan adalah kualitatif, pendekatan estetika, dan objek hias batik
Banyuwangi salah satunya batik motif Gajah Oling. Perbedaan penelitian ini juga
terletak pada metode pendekatan etnografi serta pembahasan tentang
perkembangan batik Gajah Oling dan dampak pandemi Covid-19 terhadap batik
dan industri batik selama tahun 2019-2021.
Selanjutnya pada penelitian yang ketiga dari Family Daymara Winadya
Putri pada tahun 2018, Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa, Institut
Seni Indonesia Yogyakarta dengan judul “Karakter Motif Batik Cittaka Dhomas”.
Batik Cittaka Dhomas merupakan salah satu rumah usaha batik yang bediri tahun
2010, berlokasikan di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri,
Provinsi Jawa Timur. Batik Cittaka Dhomas merupaka salah satu rumah batik
yang memproduksi batik dalam skala masal maupun ekslusif (seni). Penelitian ini
merupakan upaya dalam mendalami dan mencari tahu makna karakter motif batik
yang diciptakan oleh Cittaka Dhomas yang berkaitan dengan penerapan tanda
ikonis dan simbolis, dari ikon mitologis maupun ikon yang sudah ada secara
konkret dan konvensional di karya batiknya. Batik Cittaka Dhomas memiliki
karakter batik yang mengimplementasikan peninggalan sejarah berupa candi,
prasasti, benda atau literatur sejarah peninggalan di area Kediri. Motif batik
tersebut dikombinasikan dengan motif batik yang sudah familiar dengan
penggunaan warna yang didominasi oleh warna hitam, cokelat, dan biru,
menjadikannya seolah seperti motif batik pedalaman. Mengkaji karakter motif
batik Cittaka Dhomas diperlukan beberapa sudut pandang tertentu sehingga dapat
mengupas objektifitas batik secara menyeluruh. Teori motif batik dimiliki Sewan
Susanto, estetika milik Agus Sachari dan metafora miliki Pierce digunakan sebagi
alat untuk menjawab dan menganalis masalah yang telah dibuat. Hasil dari
penelitian ini memberikan pengetahuan bahwa karakter motif batik yang
diciptakan oleh Cittaka Dhomas merupakan motif batik yang dikonsep agar
menyerupai karakter batik pedalaman. Makna yang terkandung dalam setiap motif
ikonis batiknya masih tetap seperti makna ikon secara konvensionalnya. Akan
tetapi, secara metafor motif-motif batik milik Cittaka Dhomas memiliki
pengertian yang mengandung nilai-nilai kearifan.
Persamaan penelitan sebelumnya dengan penelitian penulis adalah sama-
sama menggunakan pendekatan estetika. Sedangkan perbedaannya terletak pada
metode pendekatan etnografi serta objek yang diteliti berupa perkembangan batik
Gajah Oling dan dampak pandemi Covid-19 terhadap batik dan industri batik
selama tahun 2019-2021.
Dari beberapa rujukan yang diperoleh, masih belum ada penelitian tentang
perkembangan batik Gajah Oling dan dampak pandemi Covid-19 terhadap batik
dan industry batik dengan batasan tahun 2019-2021 dengan menggunakan
pendekatan estetika dan etnografi. Oleh karena itu penelitian ini dibuat dengan
tujuan menambah pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan batik Gajah
Oling dampak pandemi Covid-19 terhadap batik dan industry batik yang
diharapkan bisa memberi tambahan literatur di bidang kesenian dan kebudayaan
Indonesia.
G. Landasan Teori
1. Teori Estetika
Estetika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas tentang esensi
dari totalitas kehidupan bersetetika dan sejalan dengan perkembangan zaman.
Estetika dalam konteks berkesenian merupakan sebuah ilmu yang
memperlajari nilai keindahan, terutama membahas tentang unsur-unsur pada
karya seni. Menilai rasa dengan cara menganalisis setiap bentuk, struktur, dan
harmoni sebuah karya seni (Sachari, 2006: 3).
Estetika dalam seni rupa modern jika didekati malalui pemahaman
filsafat seni yang merujuk konsep keindahan Zaman Yunani atau abad
pertengahan, mengalami sebuah pemutaran penafsiran, karena estetika bukan
hanya simbol dan makna, melainkan juga daya (Sachari, 2002: 2). Menurut
pernyataan yang dipaparkan oleh Sachari di atas, terdapat tiga unsur yang
membuat karya seni itu dapat mengalami perputaran atau saling mengikat
satu sama lain antar subjek penafsiran yaitu simbol, makna, dan daya.
Pertama yakni simbol, Sachari mengangkat pendapat Cassirer (2002:
14) simbol merupakan dasar atau landasan manusia dalam menciptakan
sebuah kultural yang di dalamnya terdapat mitos, agama, kesenian, dan ilmu
pengetahuan. Keindahan atau estetika memiliki keterkaitan yang kuat dengan
simbolisme, karena secara tidak langsung kesenian atau kebudayaan yang
diciptakan oleh manusia memiliki makna di setiap aspeknya.
Kedua yakni makna, Sachari berpendapat makna (2002: 98) dinilai
sebagai suatu cara paling objektif untuk menilai semua perrkerjaan estetik,
baginya tanpa makna apapun yang dikerjakan manusia sama halnya kosong
atau tiada.
Ketiga yakni daya merupakan upaya untuk mengentaskan atau
membangkitkan diri dari ketakberdayaan dalam berbagai hal. Makna dari
kedayaan dianalogikan dengan upaya manusia sebagai tindakan penyadaran
masyarakat untuk bangkit sebagai tindakan partisipasif masyarakat, (Sachari,
2002: 100). Daya dalam pandangan Sachari terbagi menjadi tiga; Daya
Penyadar, proses pemahaman suatu fenomena atau budaya, dan pengambilan
tindakan untuk memilah unsur positif dari terjadinya pergeseran-pergerseran
budaya. Kedua adalah daya pembelajaran yaitu pergeseran nilai estetika
secara luas bermakna sebagai proses terjadinya pembelajaran dan
penghalusan budi sebuah bangsa. Fenomena pergeseran terjadi akibat
pengaruh unsur dari luar sebagai peningkat kualitas hidup manusia. Ketiga
adalah Daya Pesona adalah nilai yang terbentuk dari aktivitas desain atau
kesenian yang berkembang di masyarakat. Daya ini bagian penting dari
peradaban manusia dengan membangun dunianya melalui karya atau desain
dalam wujud yang mempesona dan penuh dengan muatan makna di
dalamnya.

2. Teori Etnografi
Menurut Creswell (2012: 473) etnografi merupakan prosedur penelitian
kualitatif untuk menggambarkan dan menganalisis berbagai kelompok
budaya yang menafsirkan pola perilaku, keyakinan dan bahasa yang
berkembang dan digunakan oleh suatu kelompok masyarakat dari waktu ke
waktu.
Etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna
sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural.
Biasanya para peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya pada suatu
masyarakat (Ramdiani, 2014: 59).
Etnografi adalah suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini
sangat percaya pada ketertutupan (up-close), pengalaman pribadi dan
partisipasi yang mungkin, tidak hanya pengamatan oleh para peneliti yang
terlatih dalam seni etnografi (Ramdiani, 2014: 60).
Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang penelitian etnografi
salah satunya adalah Emzir (2011: 143) yang menyatakan Etnografi adalah
suatu bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi melalui
observasi lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural.
Etnografi merupakan sebuah penelitian kualitatif dimana seorang
peneliti menguraikan dan menafsirkan pola bersama dan belajar nilai-nilai,
perilaku, keyakinan, dan bahasa dari berbagai kelompok. Penelitian yang
berfokus pada makna hingga perkembangan keadaan masyarakat dengan cara
menggambarkan, menganalisa, dan menarik penafsiran dari pola yang
dilakukan oleh masyarakat tersebut. Cakupan yang bersumber dari observasi
terhadap masyarakat menjadi dasar dan hasil penelitian.
Beberapa asumsi dasar penelitian etnografi yang dikemukakan oleh
Emzir (2011: 148-149) adalah sebagai berikut :
a. Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip
utamanya dipengaruhi oleh pemahaman kultural masyarakat.
b. Penelitian etnografi mengasumsikan suatu kemampuan
mengidentifikasi masyarakat yang relevan dengan kepentingannya.
c. Dengan penelitian etnografi peneliti diasumsikan mampu
memahami kelebihan kultural dari masyarakat yang diteliti,
meguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan tersebut dan
memiliki temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif
dari budaya tersebut.

H. Daftar Pustaka Dan Daftar Laman


Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya. 2002. “Sejarah Dan Perkembangan Desain
Dan Dunia Kesenirupaan Di Indonesia”. (Bandung : Institut Teknologi
Bandung)
Djoemena, Nian S. 1990. Batik dan Mitra. Djambatan. Jakarta.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Koentjaraningrat. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru. Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
Rina, Maya, Fenty Pratiwi. 2013. “Kajian Pola Hias Batik Banyuwangi”.
Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press. Surakarta.
Winadya, Putri, Family Daymara. 2018. “Karakter Motif Batik Cittaka Dhomas”.
Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Yogyakarta.
Zehan, Mutiara. 2012. “Studi Desain dan Motif Hias Batik Gajah Oling Produksi
Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi”. Jurusan Seni dan Desain
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.

I. Sistematika Penulisan Laporan


1. Abstrak
Ringkasan dari keseluruhan isi dokumen yang disajikan secara singkat
dan akurat.
2. Bab I :
Pendahuluan. Pada bab ini penulis menguraikan pokok-pokok penelitian
tentang : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Kajian Pustaka, Landasan Teori yang akan menerangkan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan estetika dan semiotika, dan diakhiri
dengan Metode Penelitian.
3. Bab II :
Landasan Teori. Bab ini berisikan metode pendekatan kualitatif yang
didasari pada latar belakang dan kebutuhan penelitian, teori-teori yang
digunakan, yaitu tentang estetika dan semiotika.
4. Bab III :
Penyajian dan Analisis Data. Berisi gambaran singkat tentang batik,
sejarah batik, motif batik, kegunaan batik, dan budayanya. Selanjutnya
tentang bentuk motif, makna, serta produksi batik Gajah Oling, . Data-data
untuk penelitian ini diambil dari studi pustaka, studi lapangan, wawancara,
dan dokumentasi. Selanjutnya adalah analisis data yang menyajikan reduksi
data, penyajian data, pemaknaan dan penafsiran, cara kerja teori terhadap
data. Selanjutnya pemecahan pada rumusan masalah meliputi data-data dan
konsep yang dikemukakan.
5. Bab IV:
Kesimpulan dari berbagai hal yang telah dibahas pada bab-bab
sebelumnya. Juga berisi saran dan tanggapan penulis tentang apa yang
ditemukan saat melakukan penelitian.
6. Daftar Pustaka
Susunan dari rujukan ini digunakan penulis dalam menyusun penelitian.

J. Jadwal Pelaksanaan
1. Waktu pelaksanaan penelitian :
Oktober November Desember
2021 2021 2021
No. Uraian Minggu Ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan Penelitian
dan Perencanaan
2. Penelitian Tahap
Pertama

3. Penelitian Tahap Kedua

4. Pengelolahan Data

5. Penyusunan Laporan
2. Lokasi penelitian :
Kabupaten Banyuwangi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Banyuwangi, budayawan dan seniman Banyuwangi, pengerajian batik, dan
pengguna batik motif Gajah Oling.

3. Gambar motif Gajah Oling :

Sumber : https://wangsbettafarm.blogspot.com/2019/08/batik-
gajah-oling-vectorpng.html
Diakses pada 29 September 2021 pukul 09.35
4. Penggunaan batik motif Gajah Oling :

Sumber : https://kumparan.com/kumparanstyle/71-koleksi-
batik-banyuwangi-dipamerkan-di-indonesia-fashion-week-2017
Diakses pada 29 September 2021 pukul 09.40

Sumber : https://shopee.co.id/Kemeja-Batik-Gajah-Oling-
Lengan-Panjang-Biru-i.279143557.4641034825
Diakses pada 29 September 2021 pukul 09.55

Anda mungkin juga menyukai