Citarum
Potensi yang bisa dikembangkan dalam pengelolaan sumber daya air antara lain
adalah sebagai berikut:
a. melindungi dan meningkatkan luas daerah resapan di bagian hulu dan tengah
semua DAS, termasuk memasyarakatkan pembuatan sumur resapan dan biopori oleh
seluruh masyarakat di daerah resapan
b. melaksanakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) seluruh lahan kritis (sangat kritis
- potensial kritis) secara bertahap mulai dari kawasan prioritas kritis dan sangat
kritis. Pelaksanaan RHL mengacu kepada Rencana Teknis Rehabilitasi Hutan dan
Lahan (RTkRHL) yang telah disusun oleh Balai Pengelolaan DAS (selanjutnya disebut
BPDAS). Untuk Wilayah Sungai Citarum yang mempunyai kewenangan adalah BPDAS
Citarum-Ciliwung. Selain mengacu pada RTkRHL, rencana pengelolaan dan rehabilitasi
hutan juga bisa berdasarkan RPRHL (Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan
Lahan) yang disusun oleh Dinas Kehutanan Kabupaten/ Kota di Wilayah Sungai
Citarum, meliputi kawasan hutan dan kawasan budidaya milik masyarakat. Untuk
menangani masalah di DAS Citarum BPDAS Citarum-Ciliwung sudah mempunyai
RTRkHL tahun 2014 sampai tahun 2033.
c. mengatasi masalah sedimentasi di badan sungai dengan membangun cek dam
pengendali sedimen. Balai Besar Wilayah Sungai Citarum sudah merencanakan
pembangunan 266 buah cek dam yang berada pada badan-badan sungai yang terletak di
bagian hulu yang rentan terhadap laju sedimentasi. Pembangunan 266 buah cek dam
berada di DAS Cirasea dengan rentang waktu 2015-2017.
d. menegakkan Peraturan Daerah (Perda) tentang pengaturan kawasan pemukiman untuk
mengikuti kaidah konservasi, memperhatikan pembatasan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB), sempadan sungai, sumber air, kolong/danau dan lainnya
e. melindungi tebing, dasar dan alur sungai terhadap kerusakan akibat penambangan
pasir dan kerikil, serta akibat gerusan arus sungai
f. melindungi dan memperbaiki muara dan garis pantai terhadap kerusakan akiba terosi
laut maupun akibat buruk dari suatu pembangunan struktur dipantai, secara vegetatif
ataupun dengan struktur.
Pengelolaan kualitas air bertujuan memperbaiki kualitas sumber air, mencegah pencemaran
air, serta melaksanakan monitoring kualitas air, agar kualitas air sungai, waduk, situ tetap
sesuai dengan kelas air dan standar baku mutu yang ditetapkan, dan dapat digunakan
sebagai air baku untuk irigasi, air bersih untuk perkotaan, industri dan kebutuhan hidup
sehari-hari. Upaya yang direkomendasikan adalah:
a. menetapkan kelas kualitas air sungai, kolong,dan meningkatkan agar sesuai dengan
standar baku mutu (minimum Kelas II menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82/2001),
dimana status mutu air sungai utama saat ini adalah tercemar sedang;
b. melaksanakan peningkatan sistim monitoring kualitas air sungai, termasuk peningkatan
SDM petugasnya;
c. menegakkan Perda tentang pengolahan limbah cair industri dan standar kualitas limbah
cair yang dapat dibuang ke perairan umum, serta melaksanakan pengawasan ketat
kualitas limbah industri sesuai baku mutu limbah cair (terutama logam berat) disertai
penegakan hukum bagi pelanggar;
d. memisahkan saluran pembuangan air limbah perkotaan dari saluran drainase kota,
secara bertahap membangun saluran pembuangan air limbah, Intalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) perkotaan dan IPAL komunal. IPAL komunal direkomendasikan untuk
permukiman pada perkampungan dan perdesaan; dan
e. memasyarakatkan dan melarang pembuangan sampah ke sungai/ saluran/badan air
lainnya.
a. perlu ditetapkan zona untuk fungsi lindung di kedua hulu sungai oleh pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten;
b. Menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum zona pemanfaatan air dan
memadukannya pada peta RTRW Provinsi, kabupaten/kota; dan
c. menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang penetapan peruntukan air dari
sumber air termasuk klas air sungai
1. Pencegahan Bencana
Pencegahan bencana ditujukan untuk masa sebelum terjadi bencana guna mengurangi
potensi terjadinya bencana ataupun mengurangi potensi kerugian bila terjadi bencana. Upaya
yang direkomendasikan adalah:
a. alokasi dana untuk pembangunan bangunan teknis untuk pencegahan terjadinya banjir;
b. melaksanakan pemasangan sistem peringatan dini pada sungai utama;
c. penetapan kawasan rawan banjir dengan pemerintah;
d. menampung dan mengurangi debit banjir dengan meningkatkan kapasitas bangunan
pelimpah banjir, kolam retensi dan saluran pengolahan;
e. memperbaiki drainase/irigasi di sekitar wilayahgenangan dan memfungsikan pintu air;
f. pelibatan peran masyarakat dalam menghadapi banjir;
g. melaksanakan Operasional dan Pemeliharaan (OP) Sungai secara berkalanjutan;
h. penentuan jadual koordinasi pengelolaan wilayah hulu dan hilir seluruh Wilayah Sungai
Citarum; dan
i. penegakan hukum dalam bidang penataan dan pengamanan sempadan sungai.
a. penegakan hukum dan peraturan yang berlaku khususnya yang menyangkut daerah
sempadan sungai; dan
b. adanya keseimbangan dan penyelarasan antara konservasi hulu dan dampak dibagian
hilir.
Pemulihan adalah upaya pemulihan fungsi prasarana dan lingkungan hidup, terhadap
kerusakan yang terjadi akibat kejadian bencana, sehingga kegiatan masyarakat dapat
segera pulih kembali. Upaya yang direkomendasikan adalah:
a. merehabilitasi kondisi penduduk korban bencana banjir sesuai dengan standar yang
berlaku; dan
b. memulihkan kondisi dan fungsi prasarana sumber daya air pasca banjir dan longsor
D. Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
Sistem informasi sumber daya air sangat diperlukan dalam penglolaan dan perencanaan
suatu kagiatan keairan, karena didalamnya memuat secara lengkap data-data yang
diperlukan dalam perencanaan.
Permasalahan yang ada dalam kegiatan ini antara lain sebagai berikut :
a. ketersediaan data klimatologi, data hujan, data Automatic Water Level Recorder
(AWLR), dan data kualitas air sungai yang belum memadai untuk kepentingan analisis
yang dapat mewakili kondisi geohidrologis setempat;
b. kondisi dan keberadaan stasiun klimatologi, hujan dan AWLR dalam menjalankan
fungsinya kurang optimal karena kurang terpeliharanya secara baik dan keberadaan
SDM pengamat atau juru ukur;
Keberadaan organisasi masyarakat dan TKPSDA sangat berperan dalam pengelolaan dan
pendayagunaan Sumber Daya Air. Diperlukan kesadaran masyarakat dan dunia usaha yang
mencerminkan peran aktif masyarakat dalam Pemberdayaan Sumber Daya Air.
2. Permasalahan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai Citarum
Permasalahan Sumber Daya Air di Wilayah Sungai Citarum diuraikan dalam setiap aspek
pengelolaan sumber daya air sebagai berikut:
a. Tata guna lahan yang terus berubah setiap tahun, dalam rentang tahun 2001-2014 banyak
mengalami perubahan, khususnya lahan permukiman mengalami pertambahan sebesar
122.944 Ha;
b. Penebangan hutan serta tata guna lahan yang terus berubah setiap tahun;
c. Pertambahan lahan kritis dan kerusakan DAS;
d. Pencemaran air akibat pembuangan limbah peternakan, domestik dan industri (terutama
kandungan logam berat);
e. Kerusakan hutan bakau dan erosi pantai.
a. Peningkatan kebutuhan air Rumah Tangga, Kota dan Industri (RKI), seiring dengan
pertumbuhan penduduk dan perkotaan;
b. Cakupan pelayanan PDAM masih rendah sebesar 33,92%, dibandingkan dengan target
sasaran MDG sebesar 68,87%;
c. Keterbatasan penyediaan air baku permukaan untuk Metropolitan Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dan
Metropolitan Cekungan Bandung;
d. Potensi listrik tenaga air akan dimanfaatkan secara optimal dengan pembangunan PLTA
Rajamandala (1.000 MW);
e. Jaringan irigasi teknis terbatas, banyak yang rusak, dan pelaksanaan
OP rendah;
f. Alat ukur debit dan pintu air banyak yang rusak;
g. Pengelolaan aset (irigasi) belum berjalan baik.
a. Banjir terjadi setiap tahun di hulu sungai Citarum (Cekungan Bandung: Kecamatan
Baleendah dan Dayeuhkolot), di hulu Bendungan Ir. H. Juanda (Desa Cikaobandung,
Kecamatan Jatiluhur), di hilir Sungai Citarum (Hulu muara Sungai Cibeet: Kabupaten
Karawang) dan di DASDAS Pantai Utara (Sungai Cikarokrok, Sungai Cilamaya, Sungai
Ciasem, Sungai Cipunagara : Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang dan Kabupaten
Indramayu)
b. Perambahan daerah bantaran/sempadan sungai;
c. Pembangunan perumahan di dataran banjir;
d. Pembuangan sampah ke sungai dan saluran drainase;
e. Pendangkalan/sedimentasi alur sungai dan saluran drainase;
f. Penurunan muka tanah, pasang tinggi air laut;
g. Pembangunan tanggul laut di pesisir Wilayah Sungai Citarum;
h. Bahaya tanah/tebing longsor di daerah Puncak, Kabupaten Bogor,
Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sumedang;
i. Kejadian kekurangan air di beberapa lokasi.
Beberapa isu utama yang terkait dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat
dan dunia usaha yang ditemui di Wilayah Sungai Citarum antara lain:
a. Kinerja institusi yang bertanggungjawab dalam pengelolaan sumber daya air masih
kurang, dan ada tumpang tindih dalam peran dan tanggung jawab;
b. Pemilik kepentingan belum aktif berperan, sehingga masih memerlukan dukungan
Pemerintah;
c. Potensi peran masyarakat dan peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya air perlu
diperkuat.
F. Penataan Ruang
Selain kelima aspek pengelolaan sumber daya air di atas, ditemui juga isu terkait dengan
penataan ruang di Wilayah Sungai Citarum antara lain berkembangnya permukiman dan
kegiatan usaha non pertanian dan alih fungsi lahan pertanian (untuk perkotaan, industri)
pada:
Integrasi penataan ruang dalam pengelolaan sumber daya air dapat diwujudkan dengan
memasukkan zona-zona air ke dalam RTRW Provinsi/Kabupaten.