1810015211112
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
JOB 1
HAND BOR
PB-000-76
(AASTHOT T-191-64)
(ASTM D – 1556 – 64)
I. TUJUAN
1. Untuk mendapatkan keterangan/data untuk menggambarkan profil tanah serta
memperkirakan tentang keadaan struktur tanah secara visual (lanau atau
lempung), yang akan dibangun pondasi.
2. Pengambilan contoh tanah asli dan tidak asli untuk keperluan penyelidikan lebih
lanjut laboratorium.
II. PELAKSANAAN
Pemboran dilakukan pada tahap peninjauan lapangan pendahuluan untuk menghasilkan
stratifikasi/penggolongan, jenis tanah yang akan dijumpai, juga kemungkinan letak muka air
tanah. Pada praktek di lapangan satu atau lebih pemboran harus dilakukan sampai batuan atau
lapisan tanah keras
Hand bor dilaksanakan dengan menggunakan bermacam – macam bor pada ujung bagian
bawah dari serangkaian stang bor. Bagian atas terdiri dari stang berbentuk T untuk memutar stang
bor. Sebelum pemboran dilaksanakan perlu diketahui beberapa hal antara lain :
1. Lokasi dan titik pengeboran.
2. Kedalaman pengeboran yang diharapkan.
III. PERALATAN
1. Batangan 3 buah
2. Kunci pipa 2 buah
3. Stang bor 2 buah
4. Plastik 10 buah
5. Mata bor 1 buah
(HAND BORING)
Persiapan
Persiapan
Amati dan Catat Jenis Warna dan Sifat Tanah yang Masuk
Dalam Mata Bor
Pengolahan data
Boring Log
ELEVASI
SYMBOL URAIAN TANAH
(M)
0 Tanah Humus
Warna kecoklatan, daya serap tinggi, sangat subur,
terdapat pada lapisan tanah teratas.
Tanah Humus
25
Warna kecoklatan, daya serap tinggi, sangat subur,
terdapat pada lapisan tanah teratas.
Tanah Lempung
50 Warna kecoklatan keabu-abuan, teksturnya lengket
dalam keadaan basah, dan keadaan kering
butirannya terpecah - pecah secara halus.
75 Tanah Lempung
Warna kecoklatan keabu-abuan, teksturnya lengket
dalam keadaan basah, dan keadaan kering
butirannya terpecah - pecah secara halus.
125
Lempung Berpasir
Warna hitam, mudah menyerap air, butiran pasirnya
sangat banyak karena proses pelapukan batuan
kurang baik untuk pertanian, mudah dilalui air.
150
IX.KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap percobaan di lapangan, maka
diperoleh bermacam – macam jenis, warna dan kedalaman dari suatu titik sampai tanah
dimana untuk kedalaman tertentu. Tanah memiliki jenis, bentuk yang berbeda, diantaranya :
1. Kedalaman 0,0 – 0,25 m, jenis tanah humus berwarna kecoklatan
2. Kedalaman 0,50 – 1,25 m, jenis tanah lempung berwarna coklat keabuan
3. Kedalaman 1,25 – 1,75 m, jenis tanah lempung.
Pada percobaan bor tangan ini hanya praktis dilakukan untuk pengeboran tanah yang
kedalamannya kurang dari 10 m. Pengeboran dan pengambilan contoh tanah adalah untuk
mengetahui karateristik tanah, sifat tanah, dan keadaan tanah itu sendiri.
Dari hasil pengeboran diperoleh contoh tanah asli dan tanah terganggu, dimana
pengambilan contoh tanah asli dilakukan pada kedalaman 1 - 2 m karena pada kedalaman itu
diperkirakan tanah benar-benar asli dan belum terganggu. Contoh tanah asli ini yang akan
diuji harus terhindar dari penguapan air tanah oleh sebab itu contoh tanah yang didalam
tabung setelah diangkat lansung ditutup dengan plastik
VII. DOKUMENTASI
Gambar 1.1
Proses Pembersihan Tanah Sebelum Di Hand Bor
Gambar 1.2
Proses pengeboran
JOB 2
KADAR AIR TANAH
(PB-0117-76)
(ASTM D -2216-71)
Hari / tanggal : Selasa, 18 Juni 2019
Jam : 13.30 WIB - Selesai
Kelompok / Gel : II (Dua) / 5 (Lima)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah
I. TUJUAN
Tujuannya adalah untuk mengetahui kadar air tanah dari sampel yang telah diambil di
lapangan.
II.DASAR TEORI
1. Kadar air tanah adalah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan
berat kering tanah tersebut. Untuk mengetahui kadar air tanah maka perlu
diterapkan kadar air total. Kadar air tanah total adalah kadar air tanah yang
diperoleh dengan jalan pengeringan tanah kering udara di dalam oven dengan suhu
(110 ± 5) °C hingga bobotnya tetap.
V. CARA MELAKUKAN
1. Benda uji mewakili tanah dari sampel 1 sampai dengan sampel 5 yang diperiksa
ditempatkan dalam cawan yang bersih, kering dan di ketahui beratnya 50 gram.
2. Lalu tanah yang berada di dalam cawan tersebut di masukkan ke dalam oven
selama 24 jam.
3. Setelah dingin tanah ditimbang pada neraca dan beratnya di catat berdasarkan
sampel tanah masing-masing.
VI. PERHITUNGAN
Kadar air dapat dihitung sebagai berikut:
Kadar air dapat dihitung sebagai berikut :
Berat cawan + tanah basah : W1
Berat cawan + tanah kering : W2
Berat cawan : W3
Berat air : (W1-W2) = gr
Berat tanah kering : (W2-W3) = gr
S1
W1=60 gr
W2=44 gr
W3=10 gr
Berat air : (W1-W2) = 60 - 44 = 16 gr
Berat tanah kering : (W2-W3) = 44 - 10 = 34 gr
16
= 100%
34
=47,1%
S2
W1=59,5 gr
W2= 42 gr
W3= 9,5 gr
Berat air : (W1-W2) = 59,5 - 42 = 17,5 gr
Berat tanah kering : (W2-W3) = 42 – 9,5 = 32,5 gr
= 53,8%
S3
W1=60,6 gr
W2= 43 gr
W3=10,6 gr
=54,3%
S4
W1=60 gr
W2= 42 gr
W3= 10 gr
Berat air : (W1-W2) = 60 - 42 = 18 gr
Berat tanah kering : (W2-W3) = 42 – 10 = 32 gr
S5
W1=60 gr
W2= 42 gr
W3=10 gr
Berat air : (W1-W2) = 60 - 42 = 18 gr
Berat tanah kering : (W2-W3) = 42 - 10 = 32 gr
S6
W1= 60,5 gr
W2= 41gr
W3= 10,5 gr
Berat air : (W1-W2) = 60,5 - 41 = 19,5gr
Berat tanah kering : (W2-W3) = 41 -10,5 = 30,5gr
=63,9%
S7
W1= 60,5 gr
W2= 40gr
W3= 10,5 gr
Berat air : (W1-W2) = 60,5 - 40 = 20,5gr
Berat tanah kering : (W2-W3) = 40-10,5 = 29,5gr
=69,5%
VII. PELAPORAN
Kadar air dilaporkan dalam persen dengan ketelitian dua angka dibelakang koma.
VIII. CATATAN
1. Jika tidak terdapat oven pengering, maka pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan
dengan cara :
a. Jika benda uji yang akan diperiksa kadar airnya tidak mengandung bahan organic
atau bahan yang mudah terbakar, maka pengeringan dapat dilakukan diatas
kompor atau dibakar langsung setelah disiram dengan spritus. Penimbangan dan
pengeringan dilakukan berulang – ulang, sehingga setelah tiga kali penimbangan
terakhir telah tercapai berat konstan.
b. Jika benda uji yang akan diperiksa mengandung bahan yang mudah terbakar,
maka tidak dilakukan pengeringan dengan cara dibakar dengan spritus, tapi harus
Pengolahan Data
Penarikan Kesimpulan
X.KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan ,maka didapatkan kadar air tiap sampel adalah :
Kadar air rata-rata pada pengujian kali ini adalah 65,5%. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah i
ni memiliki kadar air yang cukup besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kadar air dalam
tanah adalah banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah,
kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum
tanah atau lapisan tanah.
XI.DOKUMENTASI
Gambar 2.1
Sampel Sebelum Di Oven
Gambar 2.2
Sampel Ketika Akan Di Oven
JOB 3
BERAT JENIS TANAH
(PB-0108-76)
(AASTHO T-100-74)
(ASTM D-854-58)
Hari / tanggal : Selasa, 21 Mei 2019
Jam : 13.30 WIB - Selesai
Kelompok / Gel : II (dua) / 3 (Lima)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah
I. TUJUAN
1. Untuk menentukan berat jenis tanah yang mempunyai butiran lewat saringan No.4
dengan picnometer.
2. Dapat memahami tentang berat jenis tanah.
III. PERALATAN
1. Picnometer dengan kapasitas maksimum 100 ml atau botol ukur dengan kapasitas
minimal 50 ml.
2. Desicator
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 50 C).
4. Neraca dengan ketelitian 0,01 gr.
5. Thermometer ukuran 00 - 500 dengan ketelitian pembacaan 10.
6. Saringan No. 4, 10, 40 dan penadahnya.
7. Botol berisi air suling.
8. Bak perendam.
9. Pompa hampa udara (vacuum, 1 – 1,05PK) atau tungku listrik (hot plate)
menurut pemeriksaan PB-0202-76. Jika bahan yang akan diperiksa mengandung campuran
butir yang tertahan dan yang lewat dari saringan No. 4 tersebut maka berat jenis butir yang
tertahan pada saringan No. 4 diperiksa menurut pemeriksaan PB-0108-76.
2. Berat jenis bahan adalah harga rata – rata (sebanding dengan presentase berat kering
masing – masing ukuran) yaitu yang dicantumkan pada pemeriksaan PB-0201-76. Untuk
pemeriksaan berat jenis yang akan dipakai sebagai pembantu untuk pemeriksaan
hidrometer, maka contoh harus dipilih yang melalui saringan No. 10. Benda uji dalam
keadaan kering oven tidak kurang dari 10 gr untuk botol ukur, 50 gr untuk picnometer.
3. Keringkan benda uji pada 105 – 110 C dan didinginkan dengan desicator.
V. CARA MELAKUKAN
1. Cuci picnometer dengan air suling dan dikeringkan. Timbang picnometer dan
tutupnya dengan timbangan ketelitian 0,01gr(W1).
2. Masukkan benda uji kedalam picnometer dan timbang bersama tutupnya dengan
ketelitian 0,01(W2).
3. Tambahkan air suling sehingga picnometer terisi dua pertiga. Untuk bahan
mengandung lempung diamkan benda uji terndam selama 24 jam.
4. Didihkan isi picnometer dengan hati – hati selama 10 menit, dan miringkan botol
sekali sekali untuk membantu mempercepat pengeluaran udara yang tersekap.
5. Dalam hal ini menggunakan pompa vakum tekanan udara didalam picnometer atau
botol ukur tidak boleh dibawah 100 mm Hg. Kemudian isilah picnometer dengan
air suling dan biarkan picnometer beserta isinya untuk mencapai suhu konstan,
tambahkan air suling seperlunya sampai tanda batas atau sampai penuh. Tutuplah
VI. PERHITUNGAN
Gs =
Keterangan :
Gs =
63 53
=
(148 53) (150 63)
10
=
8
= 1,25 gram/cm3
VII. CATATAN
1. Picnometer dibersihkan, dikeringkan dan beratnya dicatat (W1). Picnometer diisi
air suling dan dimasukkan ke dalam bejana air pada suhu 250C, sesudah isi botol
mencapai suhu 250C tutupnya dipasang. Bagian luar picnometer dikeringkan dan
picnometer beserta airnya ditimbang (W25).
2. Dari nilai (W25) yang ditentukan pada suhu 25 0C, susunlah table harga (W4) untuk
suatu urutan suhu kira – kira antara 180C sampai dengan 310C harga rata – rata
(W4) dihitung sebagai berikut:
W4 : W25 x K
W4 : Berat picnometer dan air yang sudah dikoreksikan.
Siapkan Tanah
A
Masukkan Air ke Dalam Picnometer Hingga 2/3 Bagian
Panaskan di atas Hot Plat
Bersihkan Picnometer
Pengolahan Data
VIII.ANALISIS DATA
IX.KESIMPULAN
Berat jenis merupakan besaran yang membandingkan berat butiran tanah terhadap
volume yang ditempatinya.Nilai berat jenis atau specific gravity dari sampel tanah yang diuji
adalah GS = 1,25 gr/cm3 , dengan kemungkinan tanah tersebut adalah tanah organic.
Tipe of soil Gs
Sand 2,65 – 2,67
Silty Sand 2,67 – 2,70
Inorganic silt 2,70 – 2,80
Soil with micas or iron 2,75 – 3,00
Organic Soil < 2,00
Faktor – faktor yang mempengaruhi berat jenis adalah kandungan organic tanah,
struktur tanah, berat isi tanah dan topografi. Semakin dalam tanah maka Gs nya semakin
tinggi.
X.DOKUMENTASI
Gambar 3.1
Sampel pada picnometer
Gambar 3.2
Proses penambahan air pada picnometer
Gambar 3.3
Pendiaman picnometer selama 24 jam
Gambar 3.4
Proses Pendidihan
Gambar 3.5
Penambahan Air
JOB 4
ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR DAN HALUS
(PB-0201-76)
(AASTHO T-27-74)
(ASTM C -136-46)
I. TUJUAN
Untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat kasar dan halus dengan
menggunakan saringan.
II.PERALATAN
1. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,1% dari benda uji.
2. Satu set sarinagan 4.75 mm ( 4” ), 2,38 mm ( 8” ), 1.6 mm ( 12” ), 0.84
mm( 20” ), 0.6 mm ( 30” ), 0.42 mm ( 40” ), 0.36 mm ( 50” ), 0.177 mm ( 80” ),
0.149 mm( 100” ), 0.074 mm ( 200” ).
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu.
4. Alat pemisah contoh.
5. Mesin pengguncang saringan.
6. Talam, kuas, sikat kuningan, sendok dll
V. PERHITUNGAN
Hitunglah persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji.
= 42,8%
Saringan No.50(0,36mm)
Berat masing-masing tertinggal : 15 gr
Berat jumlah tertinggal : 335,5 gr
% jumlah tertinggal = x 100%
335,5
= x 100%
500
= 67,1 %
Pan
Berat masing-masing tertinggal : 90 gr
Berat jumlah tertinggal : 500 gr
% jumlah tertinggal = x 100%
500
= x 100%
500
= 100 %
% jumlah melalui = 100% - % jumlah tertinggal
= 100% - 100%
= 0%
Siapkan Tanah
Penimbangan Tanah
Pengayakan
Bersihkan ayakan dan susun sesuai urutannya, ayak
selama 15 menit
Penimbangan
Pencatatan Data
Hitung presentase berat benda uji di atas ayakan
tertahan berat total
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pratikum analisa saringan ini, dapat diperoleh pembagian butiran ( Gradas
i) agregat halus dengan menggunakan saringan dari perhitungan persentase berat bends uji ya
ng tertahan diatas masing-masing saringan terhadap berat total benda uji.
Dengan analisa lolos ayakan tersebut dapat diketahui kualitas baik buruknya agregat
tersebut.Sebaliknya jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan
kriteria nomor saringan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusan agregat tersebut
buruk.Oleh karena itu, maka angka kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik
buruknya kualitas gradasi agregat.
VII.DOKUMENTASI
Gambar 4.1
Proses penyaringan tanah dengan saringan
Gambar 4.2
Tanah setelah disaring
JOB 5
UKURAN BUTIR TANAH DENGAN HIDROMETER
PB - 0107 – 76
Hari : Jumat, 21 Juni 2019
Waktu : 14.00 WIB-Selasai
Kelompok / Gel : II (dua) / 5 (Lima)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah
I. TUJUAN
Untuk menentukan pembagian ukuran butir dari tanah yang lewat saringan No. 10, atau
dapat menentukan ukuran butir tanah yang lebih kecil/partikel-partikel kecil.
III. PERALATAN
1. Hidrometer denagn skala konsentrasi ( 5 - 60 gr/lt) atau untuk pembacaan berat
jenis campuran (0,995 – 1,038)
2. Tabung gelas ukur 1000 ml dengan diameter ± 6,5 cm
3. Termometer C-50°C ketelitian 0,1°C
V. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Rendamlah benda uji tersebut dengan 100 ml air suling dan bahan dispresi
(Sodium Hexametaphospat) sebanyak 100 ml, aduklah sampai merata dengan
pengaduk gelas dan biarkan terendam selama 24 jam.
VI. CATATAN
1. Bahan – bahan dispresi yang dipakai adalah :
a. Larutan Waterglass (Sidium Silicate) dengan berat jenis ± 1.023
6. Ukur tinggi kepala dari leher dampai dasar kepala. Bila kepalanya simetris catat
jarak h sama dengan dua kali jarak dari leher kepala sampai kepusat volumenya
7. Hitung dalam efektif Hr cm yang sesuai dengan masing 0 masing tanda kalibrasi
utama Rh dari rumus :
Hr = HI + 0,5 )
8. Gambarkan hubungan antara Hr dan Rh sebagai lengkungan halus
VII. PERHITUNGAN
1. Perhitungan analisa saringan dapat dilakukan seperti dalam cara pemeriksaan PB-
0201-76
2. Dari pembacaan Rh tentukan diameter dengan menggunakan nomogram terlampir
3. Hitung persen berat dari butiran yang lebih kecil dari diameter rumus – rumus
berikut:
a. Untuk hidrometer dengan pembacaan 5 – 60 gr/lt
P=
b. Untuk hidrometer dengan pembacaan berat jenis 0,995 -1,038. 1606
P=
Bila benda uji yang diambil adalah tanah yang mengandung fraksi diatas sringan
No.10 hitunglah persen seluruh contoh lebih dari (D), dengan rumus :
Persen seluruh lebih kecil = P x persen melalui saringan No. 10.
Perhitungan :
Diketahui :% Mengendap =
Berat Kering = 80 gram
Berat Jenis =2
% Mengendap :
30 ( 0 , 3)
% Mengendap = 80 x100%
= 37,1%
% Mengendap seluruh contoh = 37%
30 ( 0 , 3)
% Mengendap = 80
x100%
= 37,1%
% Mengendap seluruh contoh = 37%
28 ( 0 , 3 )
% Mengendap = 80 x100%
= 34,6%
% Mengendap seluruh contoh = 35%
26 ( 0 , 3)
% Mengendap = 80
x100%
= 32,1%
% Mengendap seluruh contoh = 32 %
23 ( 0 , 3)
% Mengendap = 80
x100%
= 28,3%
% Mengendap seluruh contoh = 28 %
23 ( 0 , 3)
% Mengendap = 80
x100%
= 28,3%
% Mengendap seluruh contoh = 28 %
20 ( 0 , 3 )
% Mengendap = 80 x100%
= 24,6 %
% Mengendap seluruh contoh = 25 %
19 ( 0 , 3)
% Mengendap = 80 x100%
= 23,3 %
% Mengendap seluruh contoh = 23 %
18 ( 0 , 3)
% Mengendap = 80 x100%
= 22,1 %
% Mengendap seluruh contoh = 22 %
12 ( 0 , 3)
% Mengendap = 38
x100%
= 14,6%
% Mengendap seluruh contoh = 15 %
VIII. PELAPORAN
Dilaporkan dalam bentuk grafik
1. Butir 2 mm %
Siapkan Tanah
Pengayakan
Bersihkan Ayakan dan Susun sesuai Urutannya,
Kemudian Ayak Tanah Tersebut
Penimbangan
A
JURUSAN TEKNIK SIPIL 56
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
INDAH HANIF
1810015211112
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
Pengolahan Data
LAPORAN PRAKTIKUM
16.01 1 29 LAPORAN
30 PRAKTIKUM
0,05 -0,3 29,7 1,10 37,1 37
16.02 2 29 28 0,036 -0,3 27,7 1,10 34,6 35
16.05 5 29 26 0,023 -0,3 25,7 1,10 32,1 32
16.10 10 29 23 0,018 -0,3 22,7 1,10 28,3 28
16.15 15 29 23 0,015 -0,3 22,7 1,10 28,3 28
16.30 30 29 20 0,011 -0,3 19,7 1,10 24,6 25
16.45 45 29 19 0,0085 -0,3 18,7 1,10 23,3 23
ALFI SUKRI
1810015211060
17.00 60 29 LAPORAN
18 PRAKTIKUM
0,0075 -0,3 17,7 1,10 22,1 22
16.00 24 jam 29 12 0,002 -0,3 11,7 1,10 14,6 15
Catatan :
Berat Kering = 80 gr
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
NILAI-NILAI HASIL FAKTOR KOREKSI
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan hidrometer maka didapatkan diameter butiran tanah yang
mendekati ukuran sebenarnya. Hal ini akan lebih jelas apabila telah dimasukkan kedalam
grafik pembagian butiran tanah.
Dengan menggunakan larutan sodium hexamethaphospat yang berfungsi sebagai
pemisah butiran tanah menurut keadaan sebenarnya. Setelah dicek dengan menggunakan
rumus ukuran diameter yang didapat jauh sekali perbedaannya hal ini disebabkan karena
penarikan nilai rh yang kurang jelas serta kurang akuratnya grafik yang ada. Semakin
beragam jenis tanah yang didapatkan maka akan berpengaruh pada daya ikat tanah tersebut
sehingga daya dukung tanah semakin tinggi.
X.DOKUMENTASI
5.4
Proses mengguncang hidrometer
JOB 6
BATAS CAIR (LIQUID LIMIT)
JURUSAN TEKNIK SIPIL 65
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
PB-0109-76
(AASTHO T-89-74) (ASTM D-423-66)
Hari / Tanggal : Kamis, 20 Juni 2019
Jam : 13.30 WIB-Selesai
Kelompok /Gel : II (dua) / 5 (Lima)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah
I. TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu Tanah pada keadaan
batas cair. Batas cair ialah kadar air batas dimana suatu Tanah berobah dari keadaan air
menjadi palstis.
Batas cair adalah kadar air dalam persen berat kering,dimana kedua penampang tanah
yang hampir bersentuhan tetapi tidak saling melimpahi satu terhadap yang lainnya, ketika
dalam cawan mengalami pukulan dari arah bawah. Dalam pengujian ini hasil-hasilnya sangat
dipengaruhi oleh unsur manusia. Untuk menghilangkan faktor inimaka digunakan piranti
yang dibakukan (Standardized Mechanical Device) atau (A. Casagrande 1932a).
III. PERALATAN
1. Alat batas cair standar
JURUSAN TEKNIK SIPIL 66
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
V. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakkan 100 gr benda uji yang sudah dipersiapkan dalam pelat kaca pengaduk
2. Dengan mempergunakan spatula, aduklah benda uji tersebut dengan menambahkan
air suling sedikit demi sedikit homogen
3. Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebahagian benda uji ini dan
letakkan diatas mangkok alat batas cair, ratakan permukaannya sedemikian
sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang paling tebal lebih kurang 1 cm
4. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok itu, dengan
menggunakan alat pembuat alur (Grooving tool) melalui garis tengah pemegang
mangkok dan simetris. Pada waktu membuat alur posisi alat pembuat alur
(Grooving tool) harus tegak lurus permukaan mangkok
5. Putarlah alat, sehingga mangkok naik / jatuh dengan kecepatan 2 putaran perdetik.
Pemutaran ini dilakukan terus sampai dasar alur benda uji bersinggungan
sepanjang kira-kira 1.25 cm dan catat jumlahnya waktu bersinggungan
JURUSAN TEKNIK SIPIL 67
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
6. Ulangi pekerjaan (3) sampai dengan (5) beberapa kali sampai diperoleh jumlah
pukulan yang sama, hal ini dimksudkan untuk meyakinkan apakah pengaduan
contoh sudah betul-betul merata kadar airnya. Jika ternyata pada 3 kali percobaan
telah jumlah pukulan lebih kurang sama, maka ambillah benda uji langsung dari
mangkok pada alur, kemudian masukkan kedalam cawan yang telah dipersiapkan
dan periksalah kadar airnya
7. Kembalikan benda uji keatas kaca pengaduk, mangkok alat batas cair bersihkan.
Benda uji diaduk kembali dengan merobahkadar airnya. Kemudian ulangi langkah
(2) sampai (6) minimal 3 kali berturut-turut dengan fariasi kadar yang berbeda,
sehingga diperoleh perbedaan jumlah pukulan sebesar 8 – 10.
VI. PERHITUNGAN
1. Jumlah Pukulan = 8 pukulan
Berat Sampel Basah + Cawan (gr) (W1) = 39 gr
Berat Sampel Kering + Cawan (gr) (W2) = 29 gr
Berat Cawan (gr) (W3) = 10 gr
Berat Air (gr) = W1 – W2
= 39 - 29
= 10 gr
Berat Tanah Kering = W2 – W3
= 29 - 10
= 19 gr
Kadar Air (%) =
=
=52,6%
= 50 %
= 44,4%
4. Jumlah Pukulan = 40 pukulan
Berat Sampel Basah + Cawan (gr) (W1) = 42,5 gr
Berat Sampel Kering + Cawan (gr) (W2) = 33 gr
Berat Cawan (gr) (W3) = 9,5 gr
Berat Air (gr) = W1 – W2
= 42,5 – 33
= 9,5 gr
= 40,4 %
= 46,9%
VII. CATATAN
1. Alat-alat yang dipakai harus diperiksa dulu sebelum dipakai dan harus dalam
keadaan kering.
a. Periksa tinggi jatuh mangkok, alat batas cair apakah sudah tepat 1.0 cm
mangkok harus bersih, kering dan tidak goyang.
b. Alat pembuat alur harus bersih, kering dan tidak aus.
c. Cawan kadar air yang akan dipakai diberi tanda kemudian ditimbang untuk
menentukan beratnya.
2. Beberapa jenis lempung akan mengalami kesulitan untuk diaduk dan kadang-
kadang jika terlalu banyak atau lama pengadukannya akan berobah sifat. Agar
pengadukan dapat dilakukan lebih mudah dan lebih cepat, maka adukan disimpan
dulu dan ditutup dengan kain basah atau contoh yang telah disiapkan direndam
dulu selama 24 jam
3. Beberapa jenis tanah lempung menunjukkan bahwa pada waktu pemukulan
ternyata bersinggungan alur disebabkan karena kedua bagian massa tanah diatas
mangkok bergeser terhadap permukaan mangkok, sehingga jumlah pukulan yang
didapat lebih kecil. Jumlah pukulan yang betul adalah jika proses berimpitnya
dasar alur disebabkan massa tanah seolah-olah mengalir dan bukan karena tergeser.
Kalau ternyata terjadi pergeseran, maka percobaan harus diulangi beberapa kali
dengan kadar air berbeda, dan kalau masih terjadi pergeseran ini maka harga batas
cair ini tidak dapat diperoleh.
4. Selama berlangsungnya percobaan pada kadar air tertentu, benda uji tidak boleh
dibiarkan mengering atau terjadi perobahan kadar air
5. Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil antara 40 – 30,
30 – 20, 20 – 10 sehingga akan diperoleh 3 titik
6. Alat pembuat alur Cassagrande dipergunakan untuk tanah cohesive, alat pembuat
alur ASTM untuk tanah kepasiran.
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian ini kita dapat menyimpulkan bahwa nilai batas plastis dapat
dilihat dari besaran kadar air dalam persen yang ditentukan dari pukulan pada pengujian batas
plastis,maka nilai kadar air tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata yaitu 46,9 %.
Dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada 8 pukulan diperoleh kadar air sebesar :52,6 %,
2. Pada 20 pukulan diperoleh kadar air sebesar :50 %,
3. Pada 32 pukulan diperoleh kadar air sebesar :44,4 %,
4. Pada 40 pukulan diperoleh kadar air sebesar :40,4 %.
IX. DOKUMENTASI
JOB 7
BATAS PLASTIS (PLASTIC LIMIT)
PB-0110-76
(AASTHO T-90-74)(ASTM D-424-74)
Hari / Tanggal : Jum’at, 21 Juni 2019
Jam : 14.00 WIB-Selesai
Kelompok / Gel : II (dua) / 5 (Lima)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah
I. TUJUAN
Batas plastis merupakan kadar air minimum dimana tanah dalam keadaan plastis,
maka tujuan dari praktikum ini ialah untuk menentukan kadar air suatu tanah pada
keadaan batas plastis.
II. PERALATAN
a. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
b. Cawan ladar air minimal 2 buah
c. Pelat kaca 45x45x0.9 cm
d. Sendok dempul panjang 12,5 cm
e. Batang pembanding dengan diameter 3mm panjang 10 cm
f. Air suling
g. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)ºC
h. Botol tempat air suling
V. DASAR TEORI
Suatu hal yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya.
Plastisitas disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah. Istilah
plastisitas menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan
bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau remuk.
Bergantung pada kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi padat, atau
padat. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut
konsistensi. Konsistensi bergantung pada gaya tarik antara partikel mineral
lempung. Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal
lapisan kation yang menyebabkan bertambahnya gaya tarik partikel. Bila tanah
dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel akan sedemikian
hingga partikel bebas menggelincir antara satu dengan yang lain, dengan kohesi
yang tetap terpelihara.
= 12,5%
No. Cawan =2
Berat Sampel Basah + Cawan (gr) (W1) = 18
Berat Sampel Kering + Cawan (gr) (W2) = 17
Berat Cawan (gr) (W3) =9
Berat Air (gr) = W1 – W2
= 18 - 17
= 1 gr
Berat Tanah Kering = W2 – W3
= 17 - 9
= 8 gr
12,5 %
= 12,5%
BATAS-BATAS ATTERBERG
JURUSAN TEKNIK SIPIL 77
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
Tipe Tes LL LL LL LL PL PL
No. Cawan 1 2 3 4 1 2
Jumlah Pukulan 8 20 32 40
Berat Sampel Basah + Cawan (gr) 39 44,5 43 42,5 19 18
Berat Sampel Kering + Cawan (gr) 29 33 33 33 18 17
Berat Cawan (gr) 10,5 10 10 9,5 10 9
Berat Air (gr) 10 11,5 10 9,5 1 1
Berat Tanah Kering (gr) 18,5 23 23 23,5 8 8
Kadar Air (%) 52,6 50 44,4 40,4 12,5 12,5
Rata-rata(%) 46,9 12,5
KURVA KELELEHAN
KADAR AIR (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
JUMLAH PUKULAN
IP = LL – PL
= 46,9 – 12,5
= 34,4%
VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian ini dapat disimpulkan bahwa nilai batas cair dapat
dilihat dari besaran kadar air dalam persen yang ditentukan dari nilai kadar air yang
diperoleh adalah 12,5 % hal ini didapat pada saat pengujian benda uji pada plat
kaca,dimana benda uji tersebut mengalami retak rambut.
VIII. DOKUMENTASI
JOB 8
KEPADATAN
PB-0111-76
(AASTHO-99-74) (ASTM D-1556-70)
Hari / Tanggal : Sabtu, 22 Juni 2019
Jam : 10.00 WIB-Selesai
Kelompok / Gel : II (dua) / 5 (lima)
Tempat : Laboratorium Mekanika Tanah
I. TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menetukan hubungan antara kadar air dan
kepadatan Tanah dengan memadatkan didalam cetakan silinder berukuran tertentu dengan
menggunakan alat penumbuk 2.5 kg (5.5 lbs) dan tinggi jatuh 30 cm (12”). Pemeriksaan
kepadatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.Cara A : Cetakan diameter 102 mm (4”) bahan lewat saringan 4.75 mm (No.4)
2.Cara B : Cetakan diameter 152 mm (6”) bahan lewat saringan 4.75 mm (No.4)
3.Cara C : Cetakan diameter 102 mm (4”) bahan lewat saringan 19 mm (3/4)
4.Cara D : Cetakan diameter 102 mm (6”) bahan lewat saringan 19 mm (3/4)
II.DASAR TEORI
Pemadatan merupakan usaha untuk mempertinggi kerapatan tanah dengan
pemakaian energi mekanis untuk menghasilkan pemampatan partikel.Dilaboratorium,
contoh uji untuk mendapatkan pemadatan dengan menggunakan daya tumbukan (atau
dinamik), alat penekan.
Beberapa keuntungan yang didapat dengan adanya pemadatan ini adalah :
1. Berkurangnya penurunan permukaan tanah yaitu vertikal didalam masa tanah itu
sendiri akibat berkurangnya angka pori
2. Bertambahnya kekuatan tanah
3. Berkurangnya penyusutan karena berkurangnya volume akibat berkurangnya
kadar air dari nilai patokan pada saat pengeringan.
Kerugian utamanya adalah bahwa pemuaian (bertambahnya kadar air).
III. PERALATAN
1. Cetakan diameter 102 mm (4”) kapasitas 0.000943 0.000098 m3 (0.0333 0.0003
cu fe) dengan diameter dalam 161.6 0.406 mm (4.000” 0.016”) tinggi 116.43
0.1270 mm (4.584 0.005”)
JURUSAN TEKNIK SIPIL 81
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
8. Alat perata besi (Straight edge) panjang 25 cm salah satu sisi memanjang harus
tajam dan sisi lain datar (0.01 dari panjang)
9. Saringan 50 mm (2”) 8 mm (3/4”) dan 4.75 mm (No. 40)
10. Talam, alat pengaduk dan sendok.
60oC. Kemudian gumpalan Tanah tersebut ditumbuh tapi butir Tanah asli tidak
pecah.
2. Tanah yang sudah gembur disaring dengan saringan No. 4 untuk cara A dan B
dengan saringan 13 mm (3/4”) untuk cara C dan D.
3. Jumlah contoh yang sesuai untuk masing-masing cara pemeriksaan adalah sebagai
berikut :
a. Cara A sebanyak 5 kg
b. Cara B sebanyak 5 kg
c. Cara C sebanyak 5 kg
d. Cara D sebanyak 5 kg
4. Benda uji dibagi menjadi 5 bagian dan tiap-tiap bagian dicampur dengan air yang
ditentukan dan diaduk sampai rata. Penambahan air diatur sehingga didapat benda
uji sebagai berikut :
a. 3 (tiga) contoh dengan kadar air kira-kira dibawah optimum
b. 3 (tiga) contoh dengan kadar air kira-kira diatas optimum
V. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Timbang cetakan diameter 102 mm (4”) dan keeping las dengan ketelitian 5 gr (B1
gr)
2. Cetakan, leher dan keeping alas dipasang jadi satu, dan tempatkan pada landasan
yang kokoh.
3. Ambil salah satu dari kelima contoh diaduk dan dipadatkan didalam cetakan
dengan cara sebagai berikut : Jumlah seluruh Tanah dipergunakan harus tepat
sehingga tinggi kelebihan Tanah yang diratakan setelah leher sambung dilepas
tidak lebih dari 0.5 cm. Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk standar 2.5
kg (5.5 pound) dengan tinggi jatuh 30.5 cm (12”) Tanah dipadatkan dalam tiga
lapisan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan.
4. Potong kelebihan Tanah dari bagian keliling leher dengan menggunakan pisau dan
lepaskan leher sambung.
5. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan Tanah sehingga betul-betul rata
dengan permukaan cetakan.
JURUSAN TEKNIK SIPIL 83
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
6. Timbang cetakan berisi benda uji serta keeping alas dengan ketelitian 5 gr (B2) gr.
7. Keluarkan benda uji tersebut serta dengan mempergunakan alat pengeluar contoh
(exstruder) dan potong sebagian kecil dari benda uji pada keseluruhan tingginya
untuk pemeriksaan kadar airnya (W) sesuai dengan PB-0210-76.
VI. PERHITUNGAN
1. Hitung berat isi basah dengan mempergunakan rumus sebagai berikut :
t
= 3,14 x 5x5 x 11
= 863,5 cm³
JURUSAN TEKNIK SIPIL 84
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
= 1,87 gr/cm³
=
= 13,89%
= 1,64gr/cm³
Sampel 2
- Berat Tanah Basah + Cetakan (B2) = 5.032 gr
- Berat Cetakan (B1) = 3.451 gr
- Berat Tanah Basah =1,581 gr
- Untuk mencari volume :
Jari – jari = 5 cm
Tinggi = 11 cm
= 1,83 gr/cm³
Untuk mencari Kadar Air (%) (W) :
Berat Tanah Basah + Cawan (W1) = 50 gr
Berat Tanah Kering + Cawan (W2) = 40 gr
Berat Air (W1 – W2) = 50 gr – 40 gr
= 10 gr
Berat Cawan (W3) = 9 gr
Berat Tanah Kering (W2 – W3) = 40 gr – 9 gr
= 31 gr
= 32,26 %
=1,38 gr/cm³
Sampel 3
- Berat Tanah Basah + Cetakan (B2) = 5.055 gr
- Berat Cetakan (B1) = 3,451 gr
- Berat Tanah Basah = 1,604 gr
- Untuk mencari volume :
- Jari – jari = 5 cm
Tinggi = 11 cm
Volume t
=3,14x 5 x 5 x 11
= 863,5 cm³
- Berat Jenis (Gs) = 2,5 gr/cm³
- Berat Isi Basah (ɣ)
5.055 3, 451
= 863, 5
= 1,86 gr/cm³
= 51,85 %
= 1,22 gr/cm³
Sampel 4
- Berat Tanah Basah + Cetakan (B2) = 4.925 gr
- Berat Cetakan (B1) = 3,451 gr
- Berat Tanah Basah = 1,474 gr
- Untuk mencari volume :
Jari – jari = 5 cm
Tinggi = 11 cm
Volume t
= 3,14x5x5x 11
= 863,5 cm³
- Berat Jenis (Gs) = 2,5 gr/cm³
1,71 gr/cm³
64%
1,04 gr/cm³
Sampel 5
- Berat Tanah Basah + Cetakan (B2) = 4.922 gr
- Berat Cetakan (B1) = 3,451 gr
- Berat Tanah Basah = 1,471 gr
Untuk mencari volume :
Jari – jari = 5 cm
Tinggi = 11 cm
Volume t
=3,14x 5 x 5 x11
= 863,5 cm³
- Berat Jenis (Gs) = 2,5 gr/cm³
- Berat Isi Basah (ɣ)
= 1,70 gr/cm³
= 78,26 %
= 0,95 gr/cm³
VII. PELAPORAN
Gambarkan grafik berat isi kering terhadap kadar air dari hasil percobaan. Kemudian
gambarkan sebuah kurva yang halus yang paling mendekati dengan titik – titik yang digambarkan
dan tentukan berat isi kering maksimum dari kurva tesebut dengan ketelitian 0.01 gr/cm³. Kadar
air yang sesuai dengan berat isi kering maksimum ini adalah kadar air optimum dan harus dicatat
dengan ketelitian 0.5 %. Setelah diketahui W optimum dan γd maksimum gambar Zero Air Void
Line (ZAV) dengan rumus
Penimbangan
PEMADATAN ( PROCTOR )
Proyek / Pekerjaan : Pemadatan
Lokasi : Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Bung Hatta
Berat tanah basah ( gr ) 5000 5000 5000 5000 5000
Penambahan air ( % ) 1 2 3 4 5
Penambahan air ( ML ) 25 50 75 100 125
Berat isi
Berat tanah basah +cetakan 5.036 5.032 5.055 4.925 4.922
Berat cetakan 3,451 3,451 3,451 3,451 3,451
Berat tanah basah 1,585 1,581 1,604 1,474 1,471
Isi cetakan 863,5 863,5 863,5 863,5 863,5
3
Berat isi basah ( γ ) (gr/cm ) 1,87 1,83 1,86 1,71 21,70
Kadar air
Berat tanah basah +cawan (gr) 50 50 50 50 50
Berat tanah kering +cawan (gr) 45 40 36 34 32
Berat air (gr) 5 10 14 16 18
Berat cawan (gr) 9 9 9 9 9
Berat tanah kering (gr) 36 31 27 25 23
Kadar air (%) 13,89 32,26 51,85 64 78,26
PEMADATAN
1.70
BERAT ISI KERING ( ? d )
1.60
1.50
1.40
1.30
JURUSAN TEKNIK SIPIL 1.20 92
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
1.10
UNIVERSITAS BUNG HATTA
1.00
0.90
0
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
IX. KESIMPULAN
Tingkat pemadatan tanah di ukur dari berat volume kering tanah yang dipadatkan.
Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi
sebagia unsur pembasah pada partikel-partikel tanah. Untuk usaha pemadatan yang sama,
berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah meningkat. Harap dicatat
bahwa pada saat kadar air w = 0, berat volume basah dari tanah adalah sama dengan berat
volume keringnya.
JURUSAN TEKNIK SIPIL 93
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA
ALFI SUKRI
1810015211060
LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH 1
Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan yang
sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume juga meningkat
secar bertahapmpula.Setelah mencapai kadar air tertentu w = w2, adanya penambahan kadar
air justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan karena air
tersebut kemudian menempati ruang-ruang pori dalam tanah yang sebetulnya dapat ditempati
oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana harga berat volume kering maksimum
tanah dicapai tersebut kadar air optimum. Percobaan-percobaan di laboratorium yang umum
dilakukan untuk mendapatkan berat volume kering maksimum dan kadar air optimum adalah
proctor compaction (uji pemadatan Proctor).
X. DOKUMENTASI