Oleh :
Nasrul Hendrik
14503241012
i
PENGEMBANGAN BUKU PEDOMAN PRAKTIK LAS TUNGSTEN
INERT GAS (TIG) KELAS XII TEKNIK PENGELASAN
SMKN 1 PUNDONG
Oleh :
Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012
ABSTRAK
ii
DEVELOPMENT OF THE TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG)
PRACTICE MANUAL BOOK FOR XII GRADE STUDENTS OF
WELDING ENGINEERING IN SMKN 1 PUNDONG
Created by:
Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012
ABSTRACT
This study was aimed to: (1) produce a tungsten inert gas welding (TIG)
practice manual book for twelveth grade of welding engineering in SMKN 1
Pundong, (2) knowing the product feasibility guidebook for the practice of welding
Tungsten Inert Gas (TIG).
This study was Research and Development (R&D) with several stages
include: (1) identification of problems, (2) data collection, (3) product design, (4)
design validation, (5) design revision, (6) limited group trial, (7) product revision
1st, (8) large group trial, (9) product revision 2nd, (10) product ready to use/ mass
production. Subject of this study was the XII grade students of welding tecniques
with a total of 30 students. Data of this study were obtained by interview and
questionnaire, then data were analysed using descriptive analyse.
Result of this study can be conclude: (1) produced a TIG welding practice
manual book for XII grade students of welding engineering at SMKN 1 Pundong,
(2) known thw steps of developing TIG welding practice manual book, (3) the
feasibility of the product is categorized “very good” according the experts with the
percentage of the final value of the material expert 1 at 89,00%, percentage of the
final value of the material expert 2 at 80,00%, percentage of the final value of the
media expert 1 at 84,09% and percentage of the final value of media expert 2 at
89,77%. Product feasibility in terms of assessment by student responses included
in the category of “very good” according to percentage of the final score of
81,19%. Overall, TIG welding practice manual book has a total percentage of the
final value of 84,81%, so it can be said that its very good to use as a learning media
in SMKN 1 Pundong.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012
telah memenuhi syarat dan distujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan
Ujian Tugas Akhir Skripsi bagi yang bersangkutan.
iv
SURAT PERNYATAAN
NIM : 14503241012
Pundong.
saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain
kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang
telah lazim.
Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012
v
HALAMAN MOTTO
“Kita akan sukses karena kita masih muda dan kita tidak akan pernah menyerah”
~ Jack Ma ~
“Orang yang kuat adalah orang yang dapat mengalahkan kemalasan dan
~ Nasrul Hendrik ~
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rakhmat dan hidayah-Nya yang
1. Bapak dan Ibu yang tak henti – hentinya memberikan doa dan dorongan
2. Semua Bapak/Ibu guru dan dosen yang telah membantu dalam pemeberian
3. Teman – teman serta sahabat semuanya yang telah berkenan membantu dan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul
“Pengembangan Bahan Ajar Praktik Oxy-Asetilen Welding (OAW) Berbasis
Project Work Kelas XI Jurusan Teknik Pengelasan SMKN 1 Pundong” ini
dapat terselesaikan dengan baik. Terselesaikannya tugas akhir skripsi ini tidak lepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
2. Sutopo, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin beserta dosen dan staff yang
telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal
sampai dengan selesainya TAS ini.
3. Arif Marwanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah membimbing
penulis, memberikan semangat, arahan dan dorongan selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
4. Dr. Riswan Dwi Djatmiko, Mp.Pd. dan Bambang Setyo Hari Purwoko, M.Pd.
selaku validator yang telah memeberikan koreksi perbaikan dan arahan dalam
terselesaikannya buku pedoman praktik.
5. Nur Syahid, S.Pd, M.Pd. selaku validator ahli materi dan selaku validator ahli
media atas waktu yang diberikan untuk memvalidasi dan memberikan saran
perbaikan atas produk yang dikembangkan.
6. Akhmad Fuadi, S.T.P selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Pundong yang telah
memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian TAS ini.
7. Para guru dan staff SMK N 1 Pundong yang telah memberikan bantuan
sehingga pengambilan data dapat berjalan lancar.
viii
8. Bapak dan Ibu serta keluarga besar yang telah memebrikan dukungan moral dan
materil dalam penyusunan TAS ini.
10. Semua pihak, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih atas
bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan semua pihak diatas menjadi
amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik
yang membangun sangat dibutuhkn demi perbaikan skripsi ini. Semoga Tugas
Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012
ix
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... xi
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Batasan Masalah........................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 8
A. Kajian Teori ................................................................................................. 8
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 31
C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 35
D. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 37
B. Prosedur Pengembangan ............................................................................ 39
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43
D. Subyek dan Objek Penelitian ..................................................................... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 44
F. Instrument Penelitian ................................................................................. 46
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93
LAMPIRAN......................................................................................................... 55
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber Daya Manusia (SDM) agar dapat mengikuti dan tidak tertinggal oleh
pendidikan adalah untuk menyiapkan SDM era global yang memimiliki hard
bersikap dan berbuat secara kreatif dalam situasi yang tidak dapat diduga
era mendatang yang ditandai dengan perubahan dalam segala aspek termasuk ilmu
dalam peningkatan sumber daya manusia agar dapat mengikuti serta tidak tertinggal
mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia, sebab
dapat mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik yang diperlukan
pelajaran dari pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
1
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
peraturan pemerintah di atas maka jelas bahwa pendidik sangat berperan penting
fasilitator juga harus mampu mentransfer pengetahuan dan materi pelajaran kepada
peserta didik. Selain itu, pendidik juga harus berusaha agar materi yang
Teknik pengelasan adalah salah satu jurusan yang ada di SMK, jurusan ini
penyambungan logam dengan proses las telah menjadi teknik yang sangat penting
dalam pekerjaan manufaktur, tidak hanya sebagai teknik untuk pembuatan ornamen
tetapi lebih penting lagi untuk pembuatan konstruksi engineering seperti pembuatan
jembatan, kapal, mesin, dan lain sebagainya. Tersedianya metode pengelasan mulai
dari yang sederhana hingga yang canggih menandakan bahwa adanya kemajuan dan
Yogyakarta yang memiliki jurusan teknik pengelasan. Salah satu mata pelajaran
yang ada di jurusan tersebut adalah praktik las Tungsten Inert Gas (TIG). Mata
pelajaran praktik las TIG diberikan kepada siswa kelas XII jurusan teknik
2
pengelasan dengan kompetensinya adalah mampu melakukan pekerjaan pengelasan
pelajaran praktik las TIG dapat dikatan belum lengkap. Hal tersebut dapat dilihat
dari belum adanya buku materi ajar untuk peserta didik dan guru. Dalam
dirancang dalam bentuk silabus dan RPP. Selain itu juga dilakukan penyiapan
media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran. Karena
tidak adanya sumber acuan atau pedoman belajar bagi peserta didik untuk belajar
mandiri, maka ilmu yang diperoleh peserta didik hanya sebatas yang disampaikan
oleh guru; (2) metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran
paktik las TIG berupa ceramah, demonstrasi, dan latihan. Metode ceramah
demonstrasi dan latihan digunakan pada saat praktik di bengkel pengelasan. (3)
pada saat proses pembelajaran teori di ruang kelas peserta didik kurang aktif dan
kurang memperhatikan, selain itu juga terdapat beberapa peserta didik yang tidak
mengerjakan job pada saat praktik mengelas di bengkel; (4) peserta didik masih
kebingungan mengenai langkah – langkah dalam mengerjakan job praktik las TIG
dikarenakan tidak adanya jobsheet las TIG yang di cetak dan dapat dipelajari oleh
3
Dari hasil observasi di atas, maka permasalahan utama terletak pada media
pembelajaran dan sumber belajar yang belum tersedia. Tidak adanya sumber belajar
pembelajaran sepenuhnya ada dipihak guru sedangkan siswa hanya menerima dan
diberi pembelajaran. Pola interaksi seperti ini menyebabkan siswa mudah merasa
bosan sehingga siswa akan kurang memperhatikan dan kurang aktif. Selain itu, pada
saat praktik siswa terlihat masih kebingungan dalam mengerjakan job yang
disebabkan karena tidak adanya lembar kerja (jobsheet) yang dicetak dan dapat
dilihat oleh peserta didik. Oleh sebab itu pengadaan media pembelajaran guna
mendukung peningkatan kualitas proses belajar mengajar praktik las TIG perlu
dilaksanakan.
lebih aktif dan tidak bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Pemilihan media
pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena pada
menjadi lebih efisien tetapi juga mempermudah siswa dalam belajar sehingga siswa
Mata pelajaran praktik las TIG terdiri dari pelajaran teori yang dilakukan di
ruang kelas atau ruang teori dan pelajaran praktik dilaksanakan di bengkel. Karena
4
digunakan di ruang kelas mauapun di bengkel, Sehingga pengembangan media
pembelajaran cetak seperti buku lebih cocok daripada jenis media pembelajaran
mengacu pada salah satu faktor dan kriteria dalam memilih media pembelajaran
berupa buku dinilai lebih efektif dan fleksibel karena dapat digunakan dalam
pelajaran teori di ruang kelas maupun pada saat praktik di bengkel pengelasan. Oleh
karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Buku
Pedoman Praktik Las Tungsten Inert Gas (TIG) Kelas XII Jurusan Teknik
mengatasi kesulitan dalam penguasaan materi mengelas dengan las TIG serta
sebagai buku pegangan atau pedoman bagi guru saat mengajar praktik las TIG.\
B. Identifikasi Masalah
1. Tidak adanya buku pedoman praktik dan jobsheet bagi siswa dan guru sebagai
2. Siswa kurang aktif dan kurang memperhatikan saat proses pembelajaran teori.
5
C. Batasan Masalah
oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah. Batasan dari penilitan ini adalah
mengenai pengembangan buku pedoman praktik las Tungsten Innert Gas (TIG)
D. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana produk buku pedoman praktik las Tungsten Innert Gas (TIG)?
2. Bagaimana kelayakan buku pedoman praktik las Tungsten Innert Gas (TIG)?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
Innert Gas (TIG) untuk kelas XII Jurusan Teknik Pengelasan SMKN 1
Pundong.
2. Mengetahui kelayakan buku pedoman praktik las Tungsten Innert Gas (TIG).
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti, peserta
1. Peneliti
6
2. Peserta didik
Peserta didik yang merupakan subyek langsung dari penelitian ini khususnya
3. Guru
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru yang kemudian dapat
4. Lembaga pendidikan
kualitas pendidikan.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus –
menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak
mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lain.
Menurut Nana Sudjana (2004: 28), belajar bukan menghafal dan bukan mengingat,
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena
dikutip dari Muhibbin Syah (1995: 90), belajar adalah perubahan yang relatif
menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai hasil pengalaman. Peserta didik harus merasakan adanya suatu
Dari beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
adanya perubahan perilaku pada diri seseorang yang relatif permanen atau menetap
Tingkah laku individu dapat dikatan perilaku belajar apabila memiliki ciri –
ciri seperti yang dijelaskan oleh Sugihartono (2007: 74-76), yaitu sebagi berikut:
8
a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar.
b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsonal.
c. Perubahan bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan bersifat permanen.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
f. Perubahan mencangkup seluruh aspek.
tujuan yang ingin dicapai. Maka suatu kegiatan belajar yang direncanakan atau
sedang diadakan sebisa mungkin adalah membuat siswa untuk dapat memiliki cici
indivu, tetapi juga faktor eksternal atau oleh orang lain. Supaya proses belajar siswa
mengarah pada tujuan pembelajaran maka sebisa mungkin guru sebagai pendidik
2. Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Alwi, 2007:
17). Menurut Rombepajung dalam Thobroni dan Mustofa (2013: 18) pembelajaran
dkk (2007: 80) Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan
dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik
9
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang
optimal.
adalah adanya peserta didik, tenaga pendidik, media pembelajaran, serta materi dan
rencana pembelajaran.
tujuan pembelajaran. Agar ilmu yang disampaiakan pendidik kepada peserta didik
dan tepat, salah satu komponen yang perlu dikembangkan adalah media
pemebelajaran.
3. Media Pembelajaran
Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin
medium yang berarti perantara atau pengantar. Sementara Fleming dikutip dari
Azhar Arsyad (1997: 3) mengatakan bahwa media adalah penyebab atau alat yang
turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Sedangkan menurut
Indriana (2011: 6) Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan
dalam suatu proses penyajian informasi. Gerlach & Ely dikutip dari Azhar Arsyad
(1997: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
10
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang
atau media pengajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu alat komunikasi
media pengajaran terdapat proses penyampaian pesan dari pendidik kepada peserta
didik. Indriana (2011: 16) mengatakan bahwa media pengajaran adalah semua
sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam
tujuan pengajaran. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah barang atau alat yang dapat digunakan sebagai perantara untuk
11
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri – sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
a) Obyek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di
ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film,
radio, atau model.
b) Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indra dapt
disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.
c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto,
slide disamping secara verbal.
d) Obyek atau proses yang amat rumit seperti peredaran sarah dapat
ditampilkan secara kongkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi
komputer.
e) Kejadian atau percobaan yang dapat memebahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.
f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses
yang dalam kenyataannya memakan waktu lama seperti proses
kepompong menjadi kupu – kupu dapat disajikan dengan teknik –
teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau
simulasi komputer.
4) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
misalnya melalui karyawisata, kunjungan – kunjungan ke museum atau
kebun binatang.
pembelajaran sehingga peserta didik juga dapat lebih mudah dalam menyerap
4. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
12
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala
kompleksitasnya (Chomsin S. dan Jasmadi 2008: 40). Bahan ajar memiliki manfaat
penting bagi guru dan siswa, karena adanya bahan ajar dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan baru selain dari materi yang disampaiakan oleh guru.
Peserta didik akan mengurangi ketergantungan mereka kepada guru sebagai satu –
satunya sumber pengetahuan. Guru akan sangat terbantukan dengan adanya bahan
mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing siswa dalam proses belajar
mengajar serta membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru yang bukan
satu – satunya dari guru. Gintings Abdorrakhman (2008: 158) menyatakan bahwa
13
b. Jenis – jenis Bahan Ajar
Masing – masing jenis bahan ajar memiliki kelebihan dan kekurangannya masing -
masing. Dalam panduan pengembangan bahan ajar (Depdiknas, 2008: 11) bahan
1) Bahan cetak (printed): Handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2) Bahan ajar dengar (audio): kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual): video compact disk, film.
4) Bahan ajar multimedia interaktif (inteactive teaching material): Computer
Assisted Intruction (CAI), compact disk (CD), multimedia pembelajaran
interaktif.
5) Bahan ajar berbasis Web (Web based learning materials).
Prastowo (2011: 40) menambahkan bahwa bentuk bahan ajar atau material
1) Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas,
2) Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang
14
4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi
dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar,animasi, dan video)
(1997: 220) mengatakan bahwa untuk mempelajari lebih dalam mengenai materi
pembelajaran perlu diketahui beberapa aspek antara lain: konsep fakta, proses, nilai,
sehari – hari. Aspek – aspek tersebut perlu menjadi dasar pertimbangan menentukan
Menurut Arif dan Napitupulu (1997), terdapat beberapa prinsip yang harus
dipegang dalam memilih dan menentukan bahan ajar. Pertama, isi bahan ajar
hendaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kedua, bahan ajar hendaklah sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun tingkat kesulitannya.
Ketiga, bahan ajar hendakalah betul – betul baik dalam penyajian faktualnya.
Keempat, bahan ajar hendaklah benar – benar menggambarkan latar belakang dan
suasana yang dihayati oleh peserta didik. Kelima, bahan ajar hendaklah mudah dan
belajar siswa. Ketujuh, lingkungan dimana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai
15
Setelah pendidik menentukan jenis bahan ajar yang akan digunakan, maka
selanjutnya adalah pendidik harus mampu memilih materi yang akan dimuat dalam
bahan ajar tersebut. Pemilihan materi pembelajaran bertujuan agar informasi atau
materi yang termuat dalam bahan ajar tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit
atau dapat dikatan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Adapun
kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya ketetapan dan
keselarasan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh
terlalu sedikit, din tidak boleh terlalu banyak. Prinsip pemilihan ini harus
Bahan ajar merupakan materi penting bagi guru dalam melaksanakan proses
atau diberbagai toko buku. Sumber bahan ajar yang dikemas dalam bentuk buku
teks pelajaran ditulis oleh para pakar dan praktisi dari latar mata pelajaran atau
bidang studi. Menulis sumber bahan ajar seperti buku teks tidak boleh dilakukan
sembarangan, tetapi harus mengikuti kaidah penulisan bahan ajar yang standar.
16
Dalam pengemabangan bahan ajar, Tian Belawati (2003: 22) menjelaskan
1) Kecermatan isi
Kecermatan isi adalah validitas atau kebenaran isi secara keilmuan dan
keselarasan isi. Kebenaran isi berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat atau bangsa.
2) Ketepatan cakupan
Jika kecermatan isi berfokus pada isi materi secara keilmuan dan sistem
nilai yang berlaku di masyarakat. Maka ketepatan cakupan berhubungan
dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi.
3) Ketercernaan bahan ajar
Bahan ajar dengan menggunakan media apapun harus memiliki tingkat
ketercernaan tinggi. Dalam hal ini, artinya bahan ajar harus dapat
dipahami dan isinya dapat dimengerti siswa dengan mudah.
4) Penggunaan bahasa
Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi siswa untuk
membaca, mengerjakan tugas – tugasnya dan menimbulkan rasa ingin
tahu siswa untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang
dipelajari. Dengan demikian bahasa yang digunakan harus menarik dan
mudah dimengerti siswa, biasanya menggunakan bahasa nonformal atau
bahasa komunikatif yang luwes.
5) Perwajahan atau pengemasan
Perwajahan atau pengemasan berperan dalam penataan letak informasi
dalam suatu halaman cetak. Perwajahan juga merupakan salah satu faktor
penting dalam memotivasi belajar siswa.
6) Ilustrasi
Penggunaan ilutrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat antara lain
membuat bahan ajar lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi
juga digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang
disampaikan.
7) Kelengkapan komponen
Idealnya bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk multi
media. Paket tersebut memiliki sistematika penyampaian materi yang
baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan tentang
strategi belajar, menyediakan laithan – latihan dan soal –soal yang dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
a. Buku Pedoman
bagaimana sesuatu harus dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online,
17
https://kbbi.web.id/pedoman, 1 April 2018). Kata pedoman juga dapat diartikan
sebagai panduan yang berarti petunjuk. Buku pedoman adalah buku yang
(2009: 418) buku pedoman adalah buku yang memuat fakta atau peristiwa, bahkan
proses kegiatan secara rinci dari dari suatu bidang tertentu. Buku pedoman sering
juga disebut dengan buku pegangan (handbook) dan buku petunjuk (manual).
Karena sifatnya yang demikian itu maka buku pedoman termasuk dalam kelompok
buku – buku referensi bagi suatu bidang ilmu tertentu secara terbatas. Lebih lanjut
lagi Yusup menjelaskan bahwa jika dilihat dari ruang lingkupnya, buku pedoman
dibagi menjadi dua yaitu buku pedoman umu dan buku pedoman khusus. Buku
pedoman umum, yaitu jenis koleksi referensi pada umumnya seperti kamus dan
pedoman khusus, pembahasannya hanya bidang ilmu tertentu saja secara terbatas.
sebagai berikut; (1) buku pedoman (handbook), adalah buku acuan yang berisi
ikhtisar pokok bahasan atau subyek tertentu mengenai suatu ilmu pengetahuan yang
serta sebagai informasi atau petunjuk praktis mengenai suatu jenis pekerjaan/
kegiatan cara kerja suatu alat/ piranti tertentu; (2) buku petunjuk (manual), adalah
buku petunjuk praktis tentang jenis pekerjaan atau tentang jenis pekerjaan atau
18
Berdasarkan penejelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa buku pedoman
adalah buku yang berisi petunjuk atau proses kegiatan secara terperinci yang
digunakan sebagai acuan dalam melakukan sesuatu pada bidang tertentu. Buku
pedoman sering juga disebut dengan buku pegangan (handbook), buku panduan,
atau buku petunjuk. Setiap jenis buku pedoman memiliki tujuan yang sama yaitu
sesuatu.
memungkinkan seorang siswa menerapkan ketrampilan atau ilmu teori yang telah
suatu cara penyajian yang disusun secara aktif untuk mengalami dan membuktikan
sendiri tentang apa yang dipelajarinya. Dengan kata lain, di dalam kegiatan
Buku pedoman praktik atau petunjuk praktik merupkan buku yang berisi
pedoman praktikum dalam tata cara persiapan, pelakasanaan, dan analisis oleh
pengajar (Syamsul Arifin, 2012: 65). Arifin dalam Sri Kusumastuti (2008: 16) juga
tujuan praktikum, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja dan observasinya,
pertanyaan – pertanyaan dan daftar pustaka. Petunjuk praktikum dalam bentuk buku
19
biasa disebut juga dengan buku panduan praktikum. Menurut Prayitno dan
Maryami dalam Miskiyah (2013: 32) buku petunjuk praktikum adalah buku yang
berisi aturan – aturan pelaksanaan kegiatan praktikum yang lebih rinci sehingga
digolongkan sebagai bahan ajar yang disusun secara sistematis dalam rangka
peningkatan kualitas dan kuantitas belajar mengajar sesuai tujuan intruksional yang
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa buku pedoman praktik atau
buku petunjuk praktik adalah buku yang berisikan dasar teori serta petunjuk dalam
melaksanakan kegiatan praktikum. Jadi, buku pedoman praktik las tungsten inert
gas (TIG) adalah buku yang memberikan ulasan dasar teori serta petunjuk praktik
bagi pembaca yaitu siswa kelas XII jurusan teknik pengelasan di SMKN 1 Pundong
buku pedoman praktik las TIG pada mata pelajaran praktik las TIG dapat dilakukan
pada saat teori di kelas maupun digunakan pada saat praktik mengelas di bengkel.
Selain itu buku pedoman ini dapat digunakan oleh siswa sebagai sarana belajar
mandiri dirumah. Sehingga ilmu yang didapat siswa tidak hanya berasal dari guru
pada saat menjelaskan didalam kelas tetapi juga dari buku pedoman yang dapat
Buku pedoman praktik las TIG merupakan salah satu pengembangan dari
berbagai jenis bahan ajar yang ada. Sebagai salah satu bahan ajar pembelajaran,
maka dalam pengembangan buku pedoman praktik las TIG harus sesuai dengan
20
kaidah atau aturan pembuatan bahan ajar. Adapun kerangka umum dari bahan ajar
1) Sampul merupakan sarana untuk menarik minat sisa sehingga sampul haruslah
2) Kata pengantar memuat penejelasan secara umum mengenai peran dan fungsi
4) Glosarium memuat kata ataupun istilah asing yang terdapat dalam bahan ajar.
5) Pendahuluan merupakan salah satu bagian utama dari bahan ajar. Komponen
6) Pembelajaran dapat berisi materi ajar maupun kegiatan yang akan dilakukan.
ataupun masalah yang berkaitan dengan materi atau tema yang akan
dipelajari.
21
b) Uraian materi berisi penjelasan terperinci dari materi yang ingin
disampaikan.
uraian materi.
tujuan instruksional.
7) Evaluasi
8) Penutup
9) Daftar pustaka.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam merancang buku menurut Asyad
1) Konsistensi
b) Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul dan baris
pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama.
Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapi dan oleh karena itu
c) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai;
sebaliknya, jika paragraph tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih
sesuai.
22
d) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.
dimana mereka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Peserta didik harus
mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka baca. Jika
2) Daya Tarik
Perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. gunakan
desain atau aksen – aksen yang menarik contohnya adalah dengan memberikan
desain pada bagian footer/ nomor halaman. Dengan demikian diharapkan dapat
3) Ukuran Huruf
a) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan peserta didik, pesan, dan
lingkungannya. Ukuran huruf biasanya dalam poin per inci. Misalnya, ukuran
24 poin per inci. Ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks atau buku
b) Hindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks karena dapat membuat
23
a) Gunakan spasi kosong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras.
teks.
c) Batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa perhatian peserta
keterbacaan;
Buku pedoman praktik sebagai bahan ajar harus memenuhi beberapa kriteria.
terdapat dalam suatu bahan ajar meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan,
24
2) Komponen kebahasan antara lain mencakup:
a) Kejelasan informasi
a) Penggunaan font, jenis dan ukuran (font atau huruf yang digunakan adalah
huruf cetak)
d) Proporsional
Mulyati Arifin (1995: 201) menjelaskan bahwa tujuan dari penyusunan buku
menerapkan metode yang akan digunakan, sehingga apapun yang dilakukan akan
lebih terarah. Dari penjelasan tersebut yang disesuaikan dengan penelitian ini, dapat
pembelajaran yang dapat digunakan oleh siswa sebagai pemandu yang didalamnya
TIG.
Praktik las TIG adalah salah satu mata pelajaran yang ada di jurusan teknik
pengelasan SMKN 1 Pundong. Kompetensi mengelas dengan las TIG ini bertujuan
25
untuk menyiapkan peserta didik agar mampu melakukan perkerjaan – pekerjaan
TIG. Praktik las TIG merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh
oleh siswa jurusan Teknik Pengelasan. Mata pelajaran ini diberikan kepada siswa
kelas XII dan merupakan salah satu mata pelajaran produktif dengan nilai standar
Mata pelajaran ini diberikan kepada siswa berupa teori dan praktik yaitu
tentang kompetensi mengelas dengan las TIG. Sebelum siswa melakukan praktik
mengelas, siswa terlebih dahulu diberikan materi berupa teori pengelasan TIG
seperti pengertian las TIG, peralatan – peralatan yang digunakan, alat – alat
keselamatan kerja, bentuk – bentuk sambungan, cara mengatur mesin, serta materi
lain yang berhubungan dengan las TIG. Setelah siswa diberikan teori pengelasaan,
mengelas siswa diberikan job atau pekerjaan yang wajib diselesaikan dalam jangka
waktu tertentu. Setiap job yang akan dikerjakan oleh siswa tertuang dalam lembar
pekerjaan atau job sheet yang didalamnya terdapat spesifikasi pekerjaan, langkah –
a. Pengertian Pengelasan
Pengelasan adalah salah satu teknik penyambungan dua buah logam atau
lebih dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau
tanpa tekanan baik menggunakan bahan tambah maupun tidak menggunakan bahan
26
sebagai ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan
panas.
terumpan atau tidak ikut mencair yang berupa logam tungsten. Pada pengelasan
TIG, elektroda hanya berfungsi sebagai penghasil busur listrik saat bersentuhan
dengan benda kerja. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung (gas tidak aktif)
agar cairan las tidak terkontaminasi dengan kotoran maupun gas oksigen. Peralatan
listrik dari stop kontak menjadi sumber energi sehingga memiliki tegangan dan arus
listrik yang cukup tinggi untuk digunakan mengelas. Output dari mesin las bisa
bermacam – macam tergantung dari tipenya. Mesin las dapat menghasilkan arus
keduanya.
menampung gas mulia (Inert) yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan gas
pelindung cairan las pada saat proses pengelasan. Tabung gas yang digunakan
memiliki kapasitas beragam, mulai dari 1 m3 hingga 10 m3. Pada umumnya proses
27
las TIG menggunakan gas mulia argon, akan tetapi gas mulia helium juga banyak
digunakan apabila gas argon terlalu langka. Pada beberapa kasus pengelasan TIG
3) Regulator gas
Regulator gas adalah alat pengatur tekanan yang berfungsi sebagai penyalur
dan mengatur serta menstabilkan tekanan gas yang keluar dari tabung supaya aliran
gas menjadi konstan. Regulator juga dilengkapi dengan dua indikator yang masing
–masing berfungsi untuk mengetahui tekanan kerja gas serta volume gas yang
tersisa.
4) Flowmeter
Flowmeter adalah alat yang dipasang pada regulator dan berfungsi untuk
mengukur aliran gas yang digunakan. Untuk menentukan laju debit aliran gas
tergantung pada jenis gas, posisi pengelasan, dan kondisi sekitar pekerjaan
pengelasan.
5) Selang gas
Selang gas adalah salah satu perlengkapan dalam pengelasan TIG yang
berfungsi untuk menyalurkan gas dari regulator menuju welding torch. Untuk
memenuhi syarat keamanan, selang harus mampu menahan tekanan kerja gas,
kedap terhadap gas, tahan terhadap minyak atau pelumas, dan tidak kaku.
6) Kabel elektroda
dengan mesin las. Fungsi dari kabel ini adalah menyalurkan arus listrik yang sudah
28
diatur sedemikian rupa pada mesin las menuju elektroda yang terdapat pada
welding torch.
Welding torch adalah alat yang digunakan sebagai pegangan saat proses
pengelasan. Alat ini merupakan bagian yang dikenadalikan oleh welder pada saat
komponen seperti ceramic cup yang berfungsi sebagai tempat keluarnya gas
pelindung, tempat elektroda tungsten, penghantar arus listrik, dan selang gas
pelindung.
8) Elektroda tungsten.
pencipta busur nyala yang digunakan untuk mencairkan kawat las yang
ditambahkan dari luar dan benda yang akan disambung menjadi satu kesatuan.
Elektroda ini tidak berfungsi sebagai logam pengisi sambungan. Elektroda tungsten
dibuat dari tungsten sinter dan untuk memperbaiki sifat – sifatnya maka elektroda
ini ditambah dengan oksida logam lainnya. Pada umunya logam yang digunakan
tungsten terdiri dari elektroda tungsten murni dan elektroda tungsten paduan.
Terdapat beberapa tipe elektroda tungsten yang biasa dipakai dalam pengelasan
29
Tabel 1. Elektroda Tungsten
E : Elektroda
Ce-2, La-1,Th-1, Th-2, dan Zr-1 masing – masing adalah komposisi tambahan
Dalam proses pengelasan TIG dibutuhkan adanya arus listrik. Arus listrik
Curent). Penentuan arus yang akan digunakan dalam pengelasan didasarkan atas
beberapa pertimbangan antara lain jenis logam yang akan di las maupun kedalaman
30
penetrasi yang akan dicapai dalam pengelasan. Untuk jenis logam yang
permukaanya terbentuk oksid seperti alumunium dan magnesium serta logam non
ferro yang lain, digunakan arus AC (Alternating Current) maupun DCEP (Direct
Current Electrode Positive). Arus tersebut digunakan untuk melepas lapisan oksid
pada permukaan benda kerja. Pelepasan lapisan oksid dapat terjadi karena adanya
aliran elektron dari benda kerja menuju elektroda. Penggunaan jenis arus juga
panasnya terjadi 1/2 untuk benda kerja dan 1/2 untuk elektroda. Pada arus DCEP
2/3 panas terjadi pada elektroda dan 1/3 sisanya terjadi pada benda kerja.
Sedangkan pada arus DCEN terjadi sebaliknya yaitu 1/3 panas untuk elektroda dan
2/3 panas sisanya terjadi pada benda kerja. Konsekuensi dari distribusi panas yang
berbeda ini akan berpengaruh pada kedalaman penetrasi dan lebar kawah
pengelasan berukuran sedang dengan lebar kawah sedang. Pada arus DCEP, lebar
kawah lebih besar dengan kedalaman penetrai yang lebih dangkal bila
penetrasi yang lebih dalam dan lebar kawah yang lebih sempit dibandingkan dengan
arus AC.
31
dalam penelitian ini adalah Research and Development dan data uji kelayakan
ini dihasilkan dengan tahap – tahap : (1) analisis kebutuhan, (2) pembuatan
produk, (3) validasi, (4) revisi produk, (5) uji coba produk, (6) analisis hasil uji
coba produk. Hasil uji kelayakan modul pengecoran logam aluminium menurut
persentase 83% termasuk dalam kategori sangat baik. menurut guru pengampu
memperoleh persentase 87% dan 88% termasuk dalam kategori sangat baik,
dan hasil uji coba produk atau uji respons siswa terhadap modul pengecoran
pembentukan dan perakitan fabrikasi logam yang telah dihasilkan untuk siswa
32
pembelajaran menginterprestasikan gambar teknik mengacu pada alur langkah
pengembangan borg & Gall dan Sugiyono, yaitu (1) identifikasi masalah, (2)
pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6)
pembuatan produk, (7) ujicoba terbatas, (8) revisi produk 1, (9) ujicoba
keterbacaan, (10) revisi produk 2, (11) produk siap digunakan. Instrument yang
digunakan adalah instrumen non tes berupa angket dengan skala Likert dengan
validasi media, ujicoba terbatas dan ujicoba keterbacaan. Hasil validasi materi
dari 8 aspek penilaian didapat rerata 3,33 berada pada klasifikasi “Sangat
Baik”, hasil validasi media dari 7 aspek penilaian didapat rerata 3,32 berada
pada klasifikasi “Baik”, Ujicoba terbatas dari 2 aspek didapat rerata 3,54 pada
klasifikasi “Sangat Baik”, dan uji coba keterbacaan dari 2 aspek didapat rerata
3,60 pada klasifikasi “Sangat Baik”. rerata totalnya adalah 3,43 pada klasifikasi
“Sangat Baik”.
3. Arif Muhlisin (2015) meneliti tentang pengembangan media modul pada mata
33
penggunaan modul pada mata pelajaran menggunakan mesin untuk operasi
Uji coba I & II, 7) Revisi, 8) Uji efektifitas, 9) Produk akhir. Pengumpulan data
hasil uji pretest dan posttest antara kelas X TP 1 yang menggunakan metode
mesin untuk operasi dasar. Media modul yang sudah dikembangkan dinyatakan
baik, berdasarkan ahli materi dengan nilai rerata 3,8 atau 76%, penilaian dari
ahli media dengan rerata 4,13 atau 82,75%, penilaian ahli materi guru mata
pelajaran dengan nilai rerata 3,42 atau 68,4%, uji coba I dengan nilai rerata
3,77 atau 75,3%, dan uji coba II dengan nilai rerata 4,12 atau 82,4%. Media
modul yang sudah dinilai baik kemudian diuji keefektifannya pada siswa. Hasil
34
posttest pada pembelajaran media modul kelas X TP 2 adalah 75,55.
pembelajaran yang menggunakan media modul lebih efektif dari pada metode
ceramah.
C. Kerangka Berfikir
ketrampilan sebagai bekal hidup di masa depan. Selain itu dengan adanya
yang berkualitas.
Suatu proses pembelajaran dikatakan baik dan berhasil adalah ketika ilmu
yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik.
Hal itu dapat tercapai dengan adanya faktor pendukung diantaranya metode
seorang guru menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar, dan
dapat berkomunikasi dengan baik pada saat menyajikan pelajaran, maka siswa akan
Dalam hal ini buku pedoman praktik las TIG merupakan salah satu media
pembelajaran yang dapat digunakan agar proses pembelajaran pada mata pelajaran
Praktik Las TIG dapat berjalan secara optimal. Dengan adanya buku pedoman
praktik las TIG ini siswa dapat belajar secara mandiri, sehingga dapat mendorong
siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Selain itu, pendidik juga dapat menyajikan
35
materi dengan lebih menarik dan mempermudah siswa dalam pemahaman konsep
atau gambaran ilustrasi pada materi pengelasan TIG. Jadi dengan adanya buku
pedoman praktik las ini diharapkan dapat membantu siswa dalam melaksanakan
praktik pengelasan TIG serta memperkaya materi tentang pengelasan TIG sehingga
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Praktik Las TIG meningkat.
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah produk buku pedoman praktik las TIG kelas XII untuk untuk
2. Bagaimanakah kelayakan produk buku pedoman praktik las TIG yang sudah
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
bukan untuk menguji teori namum untuk menguji atau menyempurnakan sebuah
produk. Borg dan Gall dalam Sugiyono (2012: 4) menyatakan bahwa penelitian dan
suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang telah
dipertanggungjawabkan.
Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah buku pedoman praktik
las Tungsten Inert Gas (TIG) kelas XII di SMK N 1 Pundong. Pengembangan buku
37
Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penilitan ini
mengacu pada model penelitian yang dikembangkan oleh Borg & Gall dan
Sugiyono. Menurut Borg & Gall (1987: 775) ada sepuluh langkah pelaksanaan
2. Perencanaan (planning).
38
B. Prosedur Pengembangan
bertujuan untuk menghasilkan produk buku pedoman praktik las TIG. Langkah –
langkah yang ditempuh dalam penelitian dan pengembangan buku pedoman praktik
las TIG ini adalah: identifikasi masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi
desain, revisi desain, pembuatan produk, uji coba terbatas, revisi produk 1, uji coba
kelompok besar, revisi produk 2, dan produk siap digunakan. Langkah – langkah
penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar berikut:
39
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa
buku pedoman praktik las TIG untuk kelas XII teknik pengelasan di SMK N 1
masalah dalam proses pembuatan buku pedoman praktik las TIG. Adapun
permasalahannya adalah: (1) belum adanya buku acuan yang digunakan dalam
praktik dari awal. (2) setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda,
sehingga peneliti harus mampu menciptakan buku pedoman praktik las TIG yang
mudah dipahami oleh siswa. (3) adanya materi las TIG yang sangat banyak dan
komplek sehingga peneliti harus mampu memilih materi yang sesuai dan relevan
dengan tujuan pembelajaran. (4) materi harus rasional untuk dapat dipelajari dalam
waktu yang ditetapkan, sehingga peneliti harus dapat menentukan jumlah materi
yang disajikan. (5) urutan materi harus sesuai dan tepat. (6) format penulisan harus
sesuai dengan standar penulisan serta bahasa yang digunakan harus menggunakan
bahasa yang jelas dan mudah dipahami. (7) tampilan gambar dan diagram yang
sesuai dan tata letak yang tepat. (8) desain sampul dan layout yang harus menarik
dan sesuai dengan dengan tema, sehingga peneliti harus dapat mendesain sampul
yang baik. (9) peneliti harus mencantumkan ringkasan materi serta soal latihan yang
2. Pengumpulan Data
Tahap kedua dari penelitian ini adalah pengumpulan data. Pengumpulan data
40
permasalahan dalam pengembangan buku pedoman praktik las TIG, maka
dikumpulkan data – data yang berkaitan dengan materi – materi las TIG sesuai
dengan silabus kurikulum 2013 serta informasi yang berkaitan dengan proses
pengembangan buku. Data – data yang telah terkumpul digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan desain buku pedoman praktik las TIG. Dengan begitu
diharapkan peneliti dapat menciptakan produk buku pedoman praktik las TIG
3. Desain Produk
Setelah semua data – data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah desain
produk. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa buku
praktik las TIG. Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan atau draft buku
beberapa hal yaitu desain sampul haruslah menarik, memiliki layout buku yang
tepat, memiliki kadar isi atau materi yang cukup dan runtut, serta bahasa yang
mudah dipahami oleh siswa dan guru. Selain itu kualitas buku, ukuran buku, dan
4. Validasi Desain
produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang
lama atau tidak (Sugiyono, 2013: 302). Validasi desain ini adalah aktifitas
penyuntingan terhadap produk buku pedoman praktik las TIG yang di lakukan oleh
dua ahli materi yaitu dosen dan guru mata pelajaran untuk menilai muatan isi buku
pedoman praktik serta satu ahli media yaitu dosen untuk menilai desain penyajian
41
buku pedoman praktik. Validasi desain ini dilakukan dengan menggunakan
instrument penelitian.
5. Revisi Desain
dapatkan dari para ahli setelah melakukan validasi desain. Revisi dalam langkah ini
adalah revisi desain sebelum uji coba produk. Hasil revisi merupakan produk awal
produk yang di kembangkan. Uji coba terbatas dilakukan pada kelompok kecil yang
sedang menempuh mata pelajaran praktik las TIG. Sadiman (2006: 183)
menyarankan dalam tahapan uji coba ini memilih tiga siswa atau lebih yang dapat
mewakili populasi target dari media yang dibuat. Berdasarkan saran tersebut,
peneliti memilih subjek uji coba sebanyak 6 siswa kelas XII TPA jurusan Teknik
rata – rata, dan dibawah rata – rata). Dalam tahap ini siswa memberikan penilaian
terhadap produk melalui instrument penilaian buku pedoman praktik berupa angket
atau questioner.
7. Revisi produk 1
Setelah melakukan ujicoba terbatas pada siswa, maka akan didapatkan saran
42
pedoman praktik yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional
Uji coba kelompok besar dilakukan pada kelompok yang lebih besar. Uji coba
ini dilakukan di kelas XII TPB Jurusan Teknik Pengelasan SMK N 1 Pundong
dengan jumlah siswa 30 orang. Siswa yang telah melakukan ujicoba terbatas tidak
perlu melakukan uji coba kelompok besar. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui
9. Revisi Produk 2
Setelah melewati uji coba kelompok besar dan revisi produk 2, maka produk
tersebut bisa digunakan sebagai sarana belajar dalam proses pembelajaran yang
Pundong.
ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu tahap observasi awal, tahap penyusunan
43
proposal, tahap perijinan, tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan terakhir
tahap pembuatan laporan hasil penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan
Subyek dalam penelitian pengembangan buku pedoman praktik las ini adalah
ahli media, ahli materi, dan siswa kelas XII Jurusan Teknik Pengelasan SMKN 1
Pundong. Ahli media dalam penelitian ini adalah dosen UNY dan guru SMKN 1
Pundong, ahli materi adalah dosen UNY yang menguasai bidang teknik pengelasan
TIG dan guru mata pelajaran praktik pengelasan TIG di SMKN 1 Pundong. Pada
uji terbatas diambil 6 siswa dari kelas XII TPA, untuk uji coba pemakaian adalah
30 siswa dari kelas XII TPB. Sedangkan objek penelitian ini adalah buku pedoman
1. Observasi
dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Sukandarrumidi
oleh peneliti dengan cara mengati dan mencatat mengenai pelaksaan pembelajaran
44
teori di kelas dan praktik di bengkel pengelasan jurusan teknik pengelasan SMKN
1 Pundong.
2. Wawancara
tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2016: 233 – 234) wawancara tidak terstruktur
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa dengan maksud agar
3. Angket (Questioner)
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015: 142). Jika dilihat dari tipe
dua tipe yaitu: (1) pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengharapkan
responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal; (2)
mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap
dalam angket tersebut sudah terdapat pilihan jawaban dan responden diminta untuk
memberikan jawaban dari tiap butir pertanyaan sesuai dengan kondisi sebenarnya.
45
Pada penelitian ini angket digunakan untuk kebutuhan pengumpulan data uji
validasi buku pedoman praktik las TIG. Responden yang dilibatkan dalam
F. Instrument Penelitian
Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu wawancara (interview),
las TIG ini dibuat menjadi tiga kelompok besar yang digunakan untuk
mengevaluasi modul yang dibuat dan mengetahui kelayakan dari modul tersebut,
yaitu (1) intrumen uji kelayakan untuk ahli materi; (2) intrumen uji kelayakan untuk
ahli media pembelajaran dan; (3) intrumen uji terbatas dan uji penggunaan untuk
siswa. Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrument non tes yang berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket
46
1. Instrumen Uji Kelayakan untuk Ahli Materi
Instrument yang digunakan ahli materi ditinjau dari aspek (1) Kesesuaian
materi; (2) Kualitas materi; (3) Kemanfaatan buku; (4) Kebahasaan. Kisi-kisi
instrumen untuk ahli materi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Jumlah
No Aspek Penilaian Indikator Butir
Jumlah butir 25
47
2. Instrument Uji Kelayakan untuk Ahli Media
Instrumen untuk ahli media ditinjau dari aspek: (1) kelayakan tampilan; (2)
kebahasaan. Kisi-kisi instrumen untuk ahli media dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Jumlah
No Aspek Penilaian Indikator
Butir
Konsistensi 1,2,3
Organisasi 9,10
1 Kelayakan Tampilan
Daya Tarik 11,12
Huruf 13,14,15
Jumlah butir 22
Instrumen uji coba terbatas dan uji coba kelompok besar diberikan kepada
siswa. Instrumen ini meliputi: (1) aspek tampilan; (2) fungsi dan manfaat buku;
(3) kualitas materi; (4) penyajian materi; (5) bahasa dan keterbacaan. Kisi-kisi
48
instrumen uji coba terbatas dan uji coba kelompok besar disajikan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Kelompok Besar
Jumlah
No Aspek Penilaian Indikator Butir
Huruf 1
1 Tampilan Gambar 2
Daya Tarik 3
Memudahkan belajar dan 4,5
memahami materi
Dapat digunakan kapan dan dimana 6
saja
Fungsi dan
2 Membantu proses belajar 7,8
manfaat buku
Menambah dan memperkaya 9
pengetahuan
Memotivasi belajar 10
49
G. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan uji coba maka diperoleh data yang terbagi menjadi dua
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari masukan,
saran, dan kritik ahli materi, ahli media, dan siswa yang kemudian data tersebut
dihimpun dan disimpulkan untuk memperbaiki produk buku pedoman praktik las
yang dikembangkan. Data kuantitatif diperoleh dari angket evaluasi oleh siswa,
Susunan skala yang digunakan pada angket atau kuisioner ini berdasarkan
atas skala linkert dengan interval 1 – 4. Data kuantitatif yang dihimpun melalui
angket dianalisis secara deskriptif persentase. Nilai persentase didapat dengan cara
skor/nilai yang didapat dibagi dengan skor/nilai yang diharapkan (skor tertinggi).
∑
P= 𝑥 100%
N
Kelayakan buku pedoman praktik las TIG dalam penelitian ini diklasifikasikan
50
kedalam empat kategori kelayakan menurut Arikunto (1993: 208), yaitu sebagai
berikut:
a. Lembar evaluasi untuk ahli materi, yaitu lembar evaluasi produk yang ditujukan
b. Lembar evaluasi untuk ahli media, yaitu lembar evaluasi produk yang ditujukan
c. Lembar evaluasi untuk siswa, yaitu lembar evaluasi produk bahan ajar yang
Produk dinyatakan baik, layak, dan menarik apabila hasil observasi atau
penelitian berada pada kualifikasi minimal layak. Sehingga buku pedoman praktik
51
BAB IV
A. Hasil Penelitian
and development (R&D). Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah berupa
buku pedoman teori dan praktik las tungsten inert gas (TIG) untuk kelas XII jurusan
praktik las TIG ini disusun sebagai bahan ajar untuk memudahkan proses
pembelajaran praktik las TIG. Buku pedoman praktik ini memuat teori
pembelajaran las TIG dan jobsheet praktik las TIG yang dikembangkan dan
Berdasarkan penyajiannya buku ini termasuk buku pelajaran, yaitu buku yang
berisi uraian materi tentang mata pelajaran tertentu yang disusun secara sistematis
dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu. Buku pedoman praktik las TIG ini
dicetak pada kertas HVS putih ukuran A4 (210 x 297) dengan berat kertas 80 gr.
Pada bagian cover atau sampul buku dicetak pada kertas ivory dengan berat 260 gr.
Jenis huruf yang digunakan pada isi buku adalah Times New Roman dengan ukuran
Dengan tersedianya buku pedoman praktik las tungsten inert gas (TIG)
diharapkan mampu mengatasi keterbatasan sumber belajar bagi siswa dan dapat
membantu siswa ketika proses pembelajaran teori maupun pembelajaran praktik las
TIG. Buku tersebut juga diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran
52
untuk melatih kemandirian siswa dalam belajar baik dikelas maupun dirumah,
menambah pemahaman siswa mengenai las TIG, dan dapat menstimulasi siswa
untuk suka membaca, sehingga siswa tidak selalu bergantung pada materi yang
Buku pedoman praktik las tungsten inert gas (TIG) kelas XII SMK N 1
1. Identifikasi Masalah
(PLT) di SMK N 1 Pundong serta wawancara tak struktur dengan guru pengampu
mata pelajaran teknik las TIG, didapat beberapa permasalahan yang terdapat di
jurusan Teknik Pengelesan khususnya untuk mata pelajaran teknik las TIG kelas
kurang aktif dan tidak memperhatikan ketika proses pembelajaran dengan metode
ceramah; (3) belum adanya buku materi ajar untuk siswa dan guru, sehingga ilmu
yang diperoleh siswa hanya sebatas yang disampaikan oleh guru; (4) belum adanya
jobsheet las TIG yang dicetak, sehingga siswa kebingungan mengenai langkah –
tersebut, peneliti membuat bahan ajar berupa buku pedoman praktik las TIG sebgai
salah satu sumber belajar bagi siswa dan guru, sehingga proses pembelajaran
53
2. Pengumpulan Data
perencanaan produk. Informasi serta data – data untuk membuat buku diperoleh
melalui wawancara dengan guru terkait dengan silabus yang digunakan dan materi
yang akan dimuat dalam buku. Materi yang dituangkan dalam buku pedoman
praktik las TIG didapat dari buku – buku pengelasan baik buku cetak maupun buku
elektronik yang relevan dengan buku yang akan dibuat oleh peneliti serta dari situs
– situs internet yang bersangkutan dan terpercaya. Semua yang dijadikan referensi
dapat menjadi dasar pertimbangan produk berupa buku yang akan dikembangkan
3. Desain Produk
Pada tahap ini rancangan produk yang akan dihasilkan berupa buku pedoman
praktik las tungsten inert gas (TIG). Pada desain buku ini materi pembelajaran
disusun dari kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang
sistematis.
Proses pembuatan desain buku ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
a. Analisi standar kompetensi dan kompetensi dasar pada materi las TIG.
tersebut terdapat dalam silabus SMK yang digunakan pada mata pelajaran teknik
las TIG.
54
b. Merumuskan tujuan pembelajaran
dasar yang ada di dalam silabus. Rumusan tujuan pembelajaran yaitu kemampuan
yang akan dicapai siswa dengan menggunakan buku pedoman praktik las TIG.
4) Menjelaskan macam – macam sumber daya mesin las TIG dan polaritasnya
55
18) Mengelas sambungan sudut (T) posisi 2F
Desain sampul atau cover buku didesain dengan menarik agar siswa tertarik
dan termotivasi untuk membuka, membaca, dan memahami buku yang dibuat oleh
peneliti. Pembuatan desain sampul menggunakan aplikasi desain yaitu Adobe Corel
Draw X7. Halaman sampul terdiri atas judul buku yaitu “Buku Pedoman Teori dan
Praktik Las Tungsten Inert Gas (TIG)”; nama penyusun “Nasrul Hendrik”; nama
sasarannya untuk SMK kelas XII; Gambar ilustrasi; dan logo UNY. Kombinasi
warna yang digunakan pada desain sampul adalah hitam, biru, hijau muda, hijau
tua, dan putih. Tulisan judul menggunakan jenis huruf Arial Normal dan Arial Bold
buku. Gambar yang digunakan adalah foto seorang juru las TIG yang sedang
melakukan pengelasan. Desain sampul dibuat sederhana dan tidak terlalu banyak
detail yang tidak penting dengan didominasi warna hijau yang tidak terlalu cerah.
56
Gambar 3. Desain sampul depan
d. Pembuatan halaman kata pengantar dan daftar isi (content)
Kata pengantar memuat informasi tentang peran dari buku pedoman teori dan
praktik las busur manual dalam proses pembelajaran. Daftar isi memuat daftar
bagian – bagian yang terdapat dalam buku yang dilengkapi dengan nama sub BAB
57
dan nomor halaman sehingga memudahkan pembaca untuk mencari halaman
materi. Berikut ini gambar kata pengantar yang tedapat dalam buku:
58
Berikut ini desain daftar isi yang terdapat dalam buku:
59
e. Penulisan bagian penyajian buku yang berisi materi – materi las TIG, lembar
Buku ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama dari buku ini adalah
memuat tentang teori atau materi – materi las TIG sedangkan bagian kedua dari
buku ini memuat praktik las TIG. Pada bagian penyajian teori, buku terdiri dari atas
6 bagian materi. Materi 1 berisi materi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) terdiri dari 14 halaman, Materi 2 berisi materi Tungsten Imert Gas Welding
(TIG) terdiri dari 13 halaman, Materi 3 berisi materi peralatan las tungsten inert gas
(TIG) terdiri dari 15 halaman, Materi 4 berisi materi gas pelindung, elektroda, dan
bahan tambah las TIG terdiri dari 13 halaman, Materi 5 berisi materi tentang teknik
pengelasan manual las tungsten inert gas (TIG) terdiri dari 14 halaman, dan Materi
6 berisi materi cacat pengelasan (weld defect) terdiri dari 10 halaman. Sedangkan
pada bagian jobsheet terdiri dari 10 jobsheet yang harus diselesaikan oleh siswa.
Merupakan bagian yang terdiri dari materi tentang K3 pada pengelasan TIG.
Pada bagian ini mencakup materi – materi tentang tujuan K3, resiko yang
ditimbulkan dari pengelasan TIG dan cara mencegahnya, serta alat pelindung diri
Pada bagian ini juga terdapat lembar tes formatif yang digunakan sebagai
evaluasi siswa. Tes formatif bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
memahami isi materi yang sudah disampaikan. Tes formatif berjumlah 5 soal yang
60
mana masing – masing soal tersebut diambil dari materi yang disampaikan pada
61
2) Tungsten Inert Gas Welding (TIG)
Merupakan bagian yang terdiri dari materi tentang las TIG. Pada bagian ini
pengelasan, sejarah singkat las TIG, sumber daya dan jenis arus yang digunakan
62
3) Peralatan las Tungsten Inert Gas (TIG)
Merupakan bagian yang terdiri dari materi tentang peralatan yang digunakan
pada las TIG. Pada bagian ini mencakup materi tentang peralatan utama, peralatan
tambahan, dan peralatan bantu las TIG, serta penyetelan mesin dan peralatan las
TIG.
63
4) Gas Pelindung, Elektroda, dan Bahan Tambah Las TIG
bahan tambah pada las TIG. Pada bagian ini mencakup materi macam – macam gas
pelindung serta penggunaannya pada las TIG, jenis elektroda tungsten, kode warna
dan ukuran elektroda, cara mengasah elektroda tungsten, dan terakhir adalah
64
5) Teknik Pengelasan Manual Las TIG
pengelasan pada las TIG. Pada bagian ini mencakup materi mengenai macam –
65
6) Cacat Pengelasan (weld defect)
pengelasan pada las TIG. Pada bagian ini mencakup materi mengenai macam –
macam jenis cacat las yang dapat terjadi pada pengelasan TIG, penyebab terjadinya
66
7) Jobsheet
Merupakan bagian yang terdiri atas lembar kerja siswa (jobsheet) dan lembar
penilaian pada setiap masing-masing job. Pada bagian ini terdapat 10 pekerjaan
yaitu membuat rigi – rigi dengan bahan tambah posisi bawah tangan, mengelas
sambungan tumpul kam I posisi bawah tangan (1G), mengelas sambungan tumpul
vertical (3G), mengelas sambungan tumpul kampuh I posisi diatas kepala (4G),
mengelas sambungan sudut (T) posisi 1G, mengelas sambungan sudut (T) posisi
2G, mengelas sambungan sudut (T) posisi 3G, mengelas sambungan sudut (T)
posisi 4G, dan mengelas pipa dengan pipa sambungan tumpul posisi 1G.
Dalam jobsheet terdapat kompetensi dasar, sub kompetensi, alat dan bahan,
keselamatan kerja, langkah pengerjaan, gambar kerja, serta lembar panilaian. Pada
lembar penilaian terdapat kriteria/aspek yang dinilai, nilai maksimal setiap aspek,
hasil pengukuran setiap aspek, nilai yang didapat pada setiap aspek, dan nilai akhir
dari keseluruhan aspek. Setiap aspek pada lembar penilaian memiliki nilai yang
berbeda. Sistim penilaian yang digunakan bukan sistem GO/NO GO, tetapi
menggunakan nilai bertingkat yaitu ketika hasil praktik siswa sesuai dengan kriteria
tanpa ada cacat maka akan siswa tersebut akan mendapatkan nilai maksimal namun
jika ada beberapa cacat yang masih dalam batas toleransi maka nilai yang didapat
Penulisan daftar pustaka pada buku ini mangacu pada Ejaan Yang
67
peneliti sebagai acuan dan bahan dalam pembuatan buku pedoman praktik las
68
hijau muda dan hijau tua. Isi sampul belakang meliputi manfaat penggunaan buku
4. Validasi Desain
validator yang ahli dalam bidang pengelasan. Proses validasi dibagi menjadi dua
yaitu validasi materi dan validasi media masing validasi dilakukan oleh ahli materi
dan ahli media. Penilaian dari kedua ahli ini akan menjadi acuan untuk merevisi
atau memperbaiki produk buku sebelum dilakukan uji coba produk untuk siswa.
Validator dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, 2 diantaranya adalah ahli media
dan ahli meateri yaitu dosen jurusan pendidikan teknik mesin FT UNY, serta 1
diantaranya adalah guru SMK N 1 Pundong sebagai validator media dan materi.
Tugas utama validator adalah menilai desain produk buku pedoman praktik las TIG
yang dikembangkan oleh peneliti. Adapun hasil dari penilaian para ahli selama
a. Validasi Materi
Validasi materi dilakukan untuk menilai buku pada segi materi. Validator
dalam validasi materi ini adalah dosen jurusan pendidikan teknik mesin FT UNY
yaitu Dr. Riswan Dwi Djatmiko, M.Pd. dan guru teknik pengelasan SMK N 1
Pundong yaitu bapak Nur Sahid, M.Pd. Validasi oleh ahli materi dilakukan untuk
meniali buku dari aspek materi. Data validasi diperoleh melalui penilaian angket
yang telah disiapkan oleh peneliti. Angket tersebut akan diisi oleh ahli materi
dengan mengisi nilai sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Jumlah
butir soal untuk uji validasi materi sebanyak 25 butir. Selain memberikan nilai atau
69
skor pada produk, validator juga mengisi saran yang diperlukan untuk perbaikan
4 Kebahasaan 7 8 87,50%
Berdasarkan skor data yang diperoleh pada tabel di atas dari evaluasi ahli
materi 1 ditinjau dari kesesuaian materi, kualitas materi, kemanfaatan buku dan
kebahasaan pada buku pedoman praktik las TIG. Ditinjau dari aspek penilaian
tersebut diperoleh data bahwa (1) aspek kesesuaian materi memperoleh persentase
Berdasarkan data tersebut diperoleh skor penilaian 89 dari skor yang diharapkan
sebesar 100. Secara keseluruhan produk buku yang dibuat oleh peneliti
mendapatkan penilaian kelayakan materi dari ahli materi 1 sebesar 89,00% dengan
kriteria “Sangat Layak”. Berikut ini diagram batang hasil penilaian dari lembar
70
Diagaram Uji Kelayakan Ahli Materi 1
100%
95% 93,75%
92,86%
90% 89,00%
87,50%
85,42%
85%
80%
75%
1 2 3 4 5
4 Kebahasaan 6 8 75,00%
Data pada tabel di atas diperoleh dari evaluasi ahli materi 2 ditinjau dari
kesesuaian materi, kualitas materi, kemanfaatan buku dan kebahasaan pada buku
71
pedoman praktik las TIG. Berdasrkan tabel diatas tersebut diperoleh data bahwa (1)
diperoleh skor penilaian 80 dari skor yang diharapkan sebesar 100. Secara
kelayakan materi dari ahli materi 1 sebesar 80,00% dengan kriteria “Sangat Layak”.
Berikut ini diagram hasil penilaian dari lembar validasi kelayakan buku yang
90% 87,50%
70%
60%
50%
1 2 3 4 5
Presentase Kelayakan
AWS.
72
b) Melengkapi parameter pengelasan TIG.
j) Bab tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di letakkan pada bab paling
awal.
b. Validasi Media
Validasi media dilakukan untuk menilai buku pada segi kelayakan sebagai
media pembelajaran. Validator dalam validasi media ini sebanyak 2 orang yaitu 1
dosen jurusan pendidikan teknik mesin FT UNY bapak Bambang Setyo Hari
Purwoko, M.Pd. dan 1 guru teknik pengelasan SMK N 1 Pundong yaitu bapak Nur
Sahid, M.Pd. Validasi oleh ahli media dilakukan untuk menilai buku dari aspek
angket yang telah disiapkan oleh peneliti. Angket tersebut akan diisi oleh ahli media
dengan mengisi nilai sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Jumlah
butir soal untuk uji validasi media sebanyak 22 butir. Selain memberikan nilai atau
73
skor pada produk, validator juga mengisi saran yang diperlukan untuk perbaikan
masing – masing komponen produk buku pada segi kelayakan sebagai media
pembelajaran.
2 Kebahasaan 15 20 75,00%
Data pada tabel di atas diperoleh dari evaluasi ahli media 1 ditinjau dari
kelayakan tampilan dan kebahasaan pada buku pedoman praktik las TIG.
Berdasrkan tabel diatas tersebut diperoleh data bahwa (1) aspek kelayakan tampilan
penilaian 74 dari skor yang diharapkan sebesar 88. Secara keseluruhan produk buku
yang dibuat oleh peneliti mendapatkan penilaian kelayakan media dari ahli media
1 sebesar 84,1% dengan kriteria “Sangat Layak”. Berikut ini diagram hasil
penilaian dari lembar validasi kelayakan buku yang dilakukan oleh ahli media 1:
74
Diagaram Uji Kelayakan Ahli Media 1
100%
90% 86,76%
84,09%
80% 75,00%
70%
60%
50%
1 2 3
Presentase Kelayakan
2 Kebahasaan 17 20 85,00%
Data pada tabel di atas diperoleh dari evaluasi ahli media 2 ditinjau dari
kelayakan tampilan dan kebahasaan pada buku pedoman praktik las TIG.
Berdasrkan tabel diatas tersebut diperoleh data bahwa (1) aspek kelayakan tampilan
penilaian 79 dari skor yang diharapkan sebesar 88. Secara keseluruhan produk buku
yang dibuat oleh peneliti mendapatkan penilaian kelayakan media dari ahli media
75
2 sebesar 89,77% dengan kriteria “Sangat Layak”. Berikut ini diagram hasil
penilaian dari lembar validasi kelayakan buku yang dilakukan oleh ahli media 2:
80%
70%
60%
50%
1 2 3
Presentase Kelayakan
lain:
5. Revisi Desain
Kritik dan saran dari ahli materi baik dari hasil data evaluasi dan konsultasi
yang dilakukan antara peneliti dan ahli materi. Kemudian langkah selanjutnya
adalah melakukan revisi buku dari aspek materi sesuai saran. Revisi yang dilakukan
76
1) Pengertian umum dan pengertian las TIG disesuaikan menurut AWS.
digunakan, laju gas pelindung, jenis arus dan polaritas, ukuran dan klasifikasi
elektroda yang digunakan, pemilihan nozzle, laju pengelasan (travel speed), ukuran
77
3) Mengganti penjelasan tentang duty cycle
dimana sebelumnya sudah terdapat materi mengenai sistem pendingin berbasis air.
78
6) Mengganti gambar flowmeter jenis dial menjadi flowmeter jenis batang.
Sebelum Sesudah
79
8) Memperjelas gambar bentuk tip untuk pengelasan arus AC.
Sebelum Sesudah
awal.
saran untuk meletakkan bab keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada bab
pertama yang sebelumnya bab K3 ini berada pada bab paling akhir. Alasan untuk
pengelasan pipa dengan plat posisi 1F dan 2F dimana job tersebut tidak dipraktikan
Kritik dan saran dari ahli media baik dari hasil data evaluasi dan konsultasi
yang dilakukan antara peneliti dan ahli media, kemudian langkah selanjutnya
80
adalah melakukan revisi buku dari aspek media sesuai saran. Revisi yang dilakukan
Sebelum
Sesudah
Sebelum Sesudah
81
6. Uji Coba Terbatas
Teknik Pengelasan dengan jumlah 10 siswa. Pada ujicoba terbatas ini peneliti
oleh peneliti sebagai objek yang akan dinilai dari segi kelayakannya. Untuk jumlah
butir soal pertanyaan pada angket terdiri dari 23 butir pertanyaan. Uji coba terbatas
mengetahui kekurangan pada buku yang kemudian dilakukan revisi produk awal
sebelum digunakan pada uji coba kelompok besar. Hasil dari uji coba terbatas dapat
7. Revisi Produk 1
terbatas. Revisi produk 1 merupakan perbaikan dari buku sesuai dengan pendapat
dari siswa SMK N 1 Pundong. Pada tahapan ini bertujuan untuk menyempurnakan
buku pedoman praktik las TIG kelas XII di SMK N 1 Pundong sesuai dengan saran
82
dan pendapat dari siswa untuk menyesuaikan kebutuhan dari siswa sebelum
dilakukan tahap uji coba kelompok besar. Saran yang didapat setelah dilakukannya
uji coba terbatas adalah gambar ilustrasi lebih diperbesar dan diperjelas.
SMKN 1 Pundong. Pada ujicoba produk buku ini peneliti membagikan anfket
kepada seluruh siswa kelas XII TPB disertai dengan buku yang dikembangkan oleh
peneliti sebagai bahan yang akan dinilai dari segi kelayakannya. Aspek yang dinilai
dalam ujicoba kelayakan buku ini meliputi aspek tampilan, aspek fungsi dan
manfaat buku, aspek kualitas materi, serta aspek bahasa dan keterbacaan. Untuk
jumlah butir soal pertanyaan pada angket ini terdiri dari 23 butir pertanyaan. Uji
coba dimaksudkan agar peneliti mendapatkan penilaian buku bagi siswa dan
Hasil dari uji kelayakan buku dapat dilihat pada tabel berikut.
83
Berdasarkan skor data penelitian menggunakan skala likert yang ada pada
tabel di atas untuk menguji kelayakan buku oleh 30 siswa (respoden) yang diperoleh
dengan mengisi angket, dapat diketahui bahwa penilaian kelayakan buku ditinjau
dari aspek tampilan, aspek fungsi dan manfaat, aspek kualitas materi, aspek
penyajian materi, serta aspek bahasa dan keterbacaan. Berdasarkan tinjauan dari
aspek penilaian tersebut diperoleh data bahwa (1) aspek tampilan memperoleh
persentase kelayakan 82,22%; (2) aspek fungsi dan manfaat buku memperoleh
persentase 78,45%; (3) aspek kualitas materi memperoleh persentase 80,50%; (4)
aspek penyajian materi memperoleh persentase 82,50%; (5) aspek bahasa dan
tersebut juga diperoleh jumlah skor 2241 dari skor yang diharapkan 2760. Secara
keseluruhan produk buku yang dibuat oleh peneliti mendapat persentase penilaian
kelayakan sebesar 81,19% dengan kriteria “Sangat Layak”. Adapun diagram batang
pada uji coba produk yang diajukan pada sisa adalah sebagai berikut
90% 87,08%
82,22% 80,50% 82,50% 81,20%
78,45%
80%
70%
60%
50%
1 2 3 4 5 6
Presentase Kelayakan
84
9. Revisi Produk
diproduksi secara masal. Revisi produk merupakan perbaikan dari buku sesuai
dengan pendapat dari siswa SMK N 1 Pundong. Pada tahapan ini bertujuan untuk
menyempurnakan buku pedoman praktik las TIG kelas XII di SMK N 1 Pundong
sesuai dengan saran dan pendapat dari siswa untuk menyesuaikan kebutuhan dari
penelitiannya adala siswa kelas XII TPB Teknik Pengelasan sebanyak 30 siswa
untuk mengetahui kelayakan dari penggunaan buku pedoman praktik las TIG.
pembelajaran sehingga ilmu yang diserap oleh siswa lebih optimal, baik dalam
pengumpulan data; 3) desain produk; 4) validasi desain; 5) revisi desain; 6) uji coba
terbatas; 7) revisi produk 1; 8) uji coba kelompok besar; 9) revisi produk 2; 10)
Buku pedoman praktik las TIG ini digunakan sebagai bahan ajar oleh guru
dalam proses pemebelajaran dikelas dan jua sebagai acuan guru dalam membantu
85
melaksanakan pembelajaran. Perancangan buku pedoman praktik las TIG ini
mengacu pada rancangan buku menurut Arsyad (2011) yang kemudian diterapkan
pada perancangan buku pedoman praktik las TIG yaitu 1) penerapan konsistensi
jarak/ spasi antar baris yaitu 1,5; 2) penerapan konsistensi cetakan huruf dan ukuran
huruf disetiap halaman buku menggunakan jenis huruf Times New Roman dengan
ukuran huruf 12; 3) kalimat atau paragraf disusun sedemikian rupa agar mudah
dipahami oleh siswa; 4) setiap bab dipisahkan dengan label yang berbeda.
Isi buku yang dikembangkan mencangkup paparan teori tentang las TIG dan
lembar kerja/ jobsheet yang berisi tentang deskripsi pekerjaan, spesifikasi, alat dan
bahan, tata cara pelaksanaan, serta lembar penilaian produk. Materi yang dimuat
pada buku pedoman praktik las TIG disesuaikan dengan sialabus mata pelajaran
praktik las TIG dan kebutuhan siswa, sehingga materi yang ada dalam buku tidak
terlalu sedikit atau terlalu banyak. Selain teori pada bagian jobsheet juga
Pundong.
Yogyakarta dengan subjek ujicoba siswa kelas XII TPB Teknik Pengelasan
86
dijelaskan pada halaman sebelumnya. Tahapan dalam penelitian ini meliputi: 1)
revisi desain; 6) uji coba terbatas; 7) revisi produk 1; 8) uji coba kelompok besar;
Dari hasil penilaian para ahli yaitu ahli media dan ahli materi dan juga dari
siswa sebagai pengguna menunjukkan baha buku pedoman praktik las TIG kelas
yang telah dilakukan. Skor yang didapat dari kelayakan yang dilakukan oleh ahli
materi 1 yaitu 89 dari skor yang diharapkan adalah 100 sehingga dalam penilaian
kategori “sangat layak”. Skor yang didapat dari penilaian kelayakan yang dilakukan
oleh ahli materi 2 yaitu sebesar 80 dari skor yang diharapkan adalah 100 sehingga
masuk dalam kategori “sangat layak”. Skor yang didapat dari ahli media 1 adalah
“sangat layak”. Skor yang didapat dari kelayakan yang dilakukan oleh media 2 yaitu
praktik las TIG yang dikembangkan masuk dalam kategori “sangat layak” untuk
87
Uji kelayakan juga dilakukan pada siswa untuk mengetahui penilaian dan
tanggapan dari buku yang telah dibuat. Uji kelayakan diambil di SMK N 1 Pundong
pada kelas XII TPB Teknik Pengelasan. Pada uji kelayakan/ pemakaian ini
mendapatkan skor sebesar 2241 dari skor yang diharapkan adalah 2760 sehingga
Untuk keseluruhan persentase yang didapatkan dari kelayakan para ahli yaitu
2 ahli materi dan 2 ahli media sekaligus uji kelayakan pada siswa didapat persentase
sebesar 84,86% dan masuk dalam kategori “sangat layak”. Dapat dikatakan
demikian sebab pada klasifikasi kategori kelayakan menurut Arikunto (1993: 208)
yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya dinyatakan bahwa persentase 76% -
100% berada pada kategori “sangat layak” dengan keterangan tidak perlu direvisi.
Dengan demikian buku pedoman praktik las TIG kelas XII di SMK N 1 Pundong
sudah layak untuk digunakan sebagai bahan ajar dan alat bantu pembelajaran di
Ahli Media 2
Ahli Materi 1
Ahli Materi 2
Rata - Rata
Presentase Kelayakan
88
C. Keterbatasan Penelitian
Produk akhir dari penelitian ini adalah dihasilkannya sebuah bahan ajar
berupa buku pedoman praktik las TIG kelas XII SMK N 1 Pundong. Dari beberapa
tahap perancangan buku tersebut, terdapat beberapa kendala yaitu pada saat
pengambilan data uji kelayakan pada siswa kelas XII masih terdapat beberapa siswa
ketika mengisi angket tidak sepenuhnya membaca pernyataan yang diajukan dan
buku pedoman praktik las TIG yaitu belum sepenuhnya buku dapat meningkatkan
terperinci. Akan tetapi buku ini dapat digunakan untuk media pemebelajaran bagi
peserta didik dan guru serta dapat digunakan untuk belajar mandiri siswa.
89
BAB V
A. Simpulan
dan manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat di simpulkan dari penelitian dan
pengembangan ini.
1. Produk buku pedoman praktik las Tungsten Inert Gas (TIG) untuk Siwa SMK
Kelas XII Jurusan Teknik Pengelasan SMK N 1 Pundong terdiri dari bagian
pendahuluan, bagian isi yang berupa teori tentang las TIG, dan Jobsheet sesuai
dengan silabus yang digunakan di SMK N 1 Pundong. Pada bagian isi buku ini
dicetak menggunakan kertas HVS 80gr dengan ukuran A4 dan bagian cover
2. Berdasarkan penilaian dari ahli materi dan ahli media serta uji kelayakan dari
siswa dapat diketahui tingkat kelayakan buku pedoman praktik las TIG untuk
siswa SMK kelas XII melalui 3 unsur yaitu unsur materi, unsur media, dan
unsur pengelaman siswa dalam menggunakan buku ini. Penilaian buku oleh
ahli materi 1 mendapatkan skor 89 dari skor yang diharapkan adalah 100 dan
“sangat layak”. Skor yang didapat dari penilaian kelayakan yang dilakukan
oleh ahli materi 2 yaitu sebesar 80 dari skor yang diharapkan adalah 100
90
sehingga dalam penilaian tersebut memperoleh persentase kelayakan sebesar
80,0% dan masuk dalam kategori “sangat layak”. Penilaian dari ahli media 1
masuk dalam kategori “sangat layak”. Skor yang didapat dari kelayakan yang
dilakukan oleh media 2 yaitu sebesar 79 dari skor yang diharapkan 88 sehingga
respon siswa mendapatkan skor penilaian sebesar 2241 dari skor yang
layak”. Berdasarkan hasil penilaian kelayakan oleh ahli materi, ahli media, dan
siswa maka dapat diakatakan bahwa buku pedoman praktik las TIG kelas XII
di SMK N 1 Pundong sudah sangat baik dari segi materi maupun segi media
B. Implikasi
produk buku pedoman praktik las TIG kelas XII di SMK N 1 Pundong yang
dikembangkan ini dapat digunakan oleh pihak sekolah dalam pembelajaran teori
maupun praktik pada mata pelajaran pengelasan TIG di jurusan teknik pengelasan
91
membantu guru untuk mempermudah dalam penyampaian materi dan mengatasi
C. Saran
1. Saran Pemanfaatan
Buku pedoaman praktik praktik las TIG untuk siswa kelas XII jurusan Teknik
Buku ini dikembangkan dan diteliti sampai tahap uji kelayakannya sehingga
masih perlu diuji efektivitasnya agar secara empiris dapat dibuktikan efektivitasnya
supaya mengembangkan jobsheet lebih lanjut sesuai dengan kondisi peralatan dan
soal review dan melengkapi materi, karena soal-soal dan materi yang ada dalam
92
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arifin, Syamsul. (2012). Suskes Menulis Buku Ajar dan Referensi. jakarta:
grasindo.
Belawati, Tian dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. jakarta: pusat penerbitan
UT.
Chomsin, Widodo dan Jasmadi. (2008). panduan menyusun bahan ajar berbasis
kompetensi. jakarta: kompas gramedia.
Indriana, Dina. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva
Press.
93
Muhlisin, Arif. (2015). Pengembangan Media Modul Pada Mata Pelajaran
Menggunakan Mesin Untuk Operasi Dasar Kelas X SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY. Diambil pada
tanggal 20 April 2018, dari https://www.eprints.uny.ac.id.
Sudjana, Nana. (2004). Dasar - dasar proses beelajar mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensido Offset
Suwarno, Wiji. 2011. Perpustakaan & Buku: Wacana Penulisan & Penerbitan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
94
Syah, Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya
zainudin, arif dan W P napitupulu. (1997). Pedoman Baru Menyusun Bahan Ajar.
Jakarta
95
LAMPIRAN
96