Anda di halaman 1dari 109

PENGEMBANGAN BUKU PEDOMAN PRAKTIK LAS TUNGSTEN

INERT GAS (TIG) KELAS XII JURUSAN TEKNIK PENGELASAN


SMKN 1 PUNDONG

PROPOSAL TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta


Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Nasrul Hendrik
14503241012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018

i
PENGEMBANGAN BUKU PEDOMAN PRAKTIK LAS TUNGSTEN
INERT GAS (TIG) KELAS XII TEKNIK PENGELASAN
SMKN 1 PUNDONG

Oleh :
Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan produk berupa buku


pedoman praktik las Tungsten Inert Gas (TIG) untuk siswa SMK Kelas XII Jurusan
Teknik Pengelasan SMKN 1 Pundong, (2) mengetahui kelayakan produk buku
pedoman praktik las Tungsten Inert Gas (TIG).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Reasearch and Development
(R&D) dengan beberapa tahapan meliputi: (1) identifikasi masalah, (2)
pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain. (6) uji
coba terbatas, (7) revisi produk 1, (8) uji coba kelompok besar, (9) revisi produk 2,
(10) produk siap digunakan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII
Jurusan Teknik Pengelasan sebanyak 30 siswa. Data diperoleh melalui observasi,
wawancara dan angket kemudian data dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian diketahui bahwa: (1) dihasilkan buku pedoman praktik las
TIG untuk siswa kelas XII di SMKN 1 Pundong, (2) langkah- langkah pembuatan
buku pedoman praktik las TIG terdiri dari 10 langkah, (3) kelayakan produk
termasuk dalam kategori “sangat layak” menurut para ahli dengan presentase nilai
akhir dari ahli materi 1 sebesar 89,00%, persentase nilai akhir dari ahli materi 2
sebesar 80,00%, persentase nilai akhir dari ahli media 1 sebesar 84,09% dan
persentase nilai akhir dari ahli media 2 sebesar 89,77%. Serta kelayakan produk
ditinjau dari penilaian oleh siswa termasuk dalam kategori “sangat layak” menurut
dengan persentase nilai akhir sebesar 81,19%. Secara keseluruhan buku pedoman
praktik las TIG memiliki total persentase nilai akhir sebesar 84,81% sehingga dapat
dikatakan sangat layak digunakan sebagai alat bantu pemebelajaran di SMKN 1
Pundong.
Kata kunci : Buku pedoman, Las Tungsten Inert Gas (TIG)

ii
DEVELOPMENT OF THE TUNGSTEN INERT GAS WELDING (TIG)
PRACTICE MANUAL BOOK FOR XII GRADE STUDENTS OF
WELDING ENGINEERING IN SMKN 1 PUNDONG

Created by:
Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012

ABSTRACT

This study was aimed to: (1) produce a tungsten inert gas welding (TIG)
practice manual book for twelveth grade of welding engineering in SMKN 1
Pundong, (2) knowing the product feasibility guidebook for the practice of welding
Tungsten Inert Gas (TIG).
This study was Research and Development (R&D) with several stages
include: (1) identification of problems, (2) data collection, (3) product design, (4)
design validation, (5) design revision, (6) limited group trial, (7) product revision
1st, (8) large group trial, (9) product revision 2nd, (10) product ready to use/ mass
production. Subject of this study was the XII grade students of welding tecniques
with a total of 30 students. Data of this study were obtained by interview and
questionnaire, then data were analysed using descriptive analyse.
Result of this study can be conclude: (1) produced a TIG welding practice
manual book for XII grade students of welding engineering at SMKN 1 Pundong,
(2) known thw steps of developing TIG welding practice manual book, (3) the
feasibility of the product is categorized “very good” according the experts with the
percentage of the final value of the material expert 1 at 89,00%, percentage of the
final value of the material expert 2 at 80,00%, percentage of the final value of the
media expert 1 at 84,09% and percentage of the final value of media expert 2 at
89,77%. Product feasibility in terms of assessment by student responses included
in the category of “very good” according to percentage of the final score of
81,19%. Overall, TIG welding practice manual book has a total percentage of the
final value of 84,81%, so it can be said that its very good to use as a learning media
in SMKN 1 Pundong.

Keywords : Practice manual, Tungsten Inert Gas Welding (TIG)

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PENGEMBANGAN BUKU PEDOMAN PRAKTIK LAS TUNGSTEN


INERT GAS (TIG) KELAS XII JURUSAN TEKNIK PENGELASAN
SMKN 1 PUNDONG

Disusun Oleh:
Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012

telah memenuhi syarat dan distujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan
Ujian Tugas Akhir Skripsi bagi yang bersangkutan.

Yogyakarta, Mei 2019


Kaprodi
Pendidikan Teknik Mesin Dosen Pembimbing

Dr. Sutopo, M.T. Arif Marwanto, M.Pd.


NIP. 19710313 200212 1 001 NIP. 19800329 200212 1 001

iv
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nasrul Hendrik

NIM : 14503241012

Program Studi : Pendidikan Teknik Mesin

Judul TAS : Pengembangan Buku Pedoman Praktik Las Tungsten Inert

Gas (TIG) Kelas XII Jurusan Teknik Pengelasan SMKN 1

Pundong.

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan

saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain

kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang

telah lazim.

Yogyakarta, 13 Mei 2019


Yang menyatakan,

Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012

v
HALAMAN MOTTO

“Katakanlah : Aku berlindung kepada Tuhan (Pemelihara) manusia”


~ (QS. An-Naas : 1) ~

“Kita akan sukses karena kita masih muda dan kita tidak akan pernah menyerah”
~ Jack Ma ~

“Orang yang kuat adalah orang yang dapat mengalahkan kemalasan dan

mengontrol nafsu diri sendiri”

~ Nasrul Hendrik ~

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rakhmat dan hidayah-Nya yang

telah memberikan kenikmatan, kekuatan, kesehatan, kesabaran dan kemudahan

dalam mengerjakan skripsi ini. Karya ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu yang tak henti – hentinya memberikan doa dan dorongan

motivasi bagi saya untuk kesuksesan saya dalam mengerjakan dan

menyelesaikan skripsi ini.

2. Semua Bapak/Ibu guru dan dosen yang telah membantu dalam pemeberian

informasi dan ilmu pengetahuan selama ini.

3. Teman – teman serta sahabat semuanya yang telah berkenan membantu dan

selalu menjadi motivasi bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul
“Pengembangan Bahan Ajar Praktik Oxy-Asetilen Welding (OAW) Berbasis
Project Work Kelas XI Jurusan Teknik Pengelasan SMKN 1 Pundong” ini
dapat terselesaikan dengan baik. Terselesaikannya tugas akhir skripsi ini tidak lepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Widarto, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri


Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

2. Sutopo, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin beserta dosen dan staff yang
telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal
sampai dengan selesainya TAS ini.

3. Arif Marwanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah membimbing
penulis, memberikan semangat, arahan dan dorongan selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.

4. Dr. Riswan Dwi Djatmiko, Mp.Pd. dan Bambang Setyo Hari Purwoko, M.Pd.
selaku validator yang telah memeberikan koreksi perbaikan dan arahan dalam
terselesaikannya buku pedoman praktik.

5. Nur Syahid, S.Pd, M.Pd. selaku validator ahli materi dan selaku validator ahli
media atas waktu yang diberikan untuk memvalidasi dan memberikan saran
perbaikan atas produk yang dikembangkan.

6. Akhmad Fuadi, S.T.P selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Pundong yang telah
memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian TAS ini.

7. Para guru dan staff SMK N 1 Pundong yang telah memberikan bantuan
sehingga pengambilan data dapat berjalan lancar.

viii
8. Bapak dan Ibu serta keluarga besar yang telah memebrikan dukungan moral dan
materil dalam penyusunan TAS ini.

9. Teman-teman serta sahabat seperjuangan Teknik Mesin UNY angkatan 2014


yang telah memberikan arahan dan dukungan dalam pengerjaan TAS ini.

10. Semua pihak, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih atas
bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan semua pihak diatas menjadi
amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik
yang membangun sangat dibutuhkn demi perbaikan skripsi ini. Semoga Tugas
Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 13 Mei 2019


Penulis,

Nasrul Hendrik
NIM. 14503241012

ix
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... xi
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5
C. Batasan Masalah........................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 8
A. Kajian Teori ................................................................................................. 8
B. Penelitian yang Relevan ............................................................................. 31
C. Kerangka Berfikir....................................................................................... 35
D. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 37
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 37
B. Prosedur Pengembangan ............................................................................ 39
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 43
D. Subyek dan Objek Penelitian ..................................................................... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 44
F. Instrument Penelitian ................................................................................. 46
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93
LAMPIRAN......................................................................................................... 55

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prosedur penelitian pengembangan ................................................. 41


Gambar 2. Langkah – langkah pelaksanaan penelitian pengembangan ............ 42
Gambar 3. Desain sampul depan ...................................................................... 60
Gambar 4. Halaman kata pengantar .................................................................. 61
Gambar 5. Halaman daftar isi ........................................................................... 62
Gambar 6. Halaman bab Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ................... 64
Gambar 7. Halaman bab Tungsten Inert Gas (TIG) .......................................... 65
Gambar 8. Halaman bab peralatan las TIG ....................................................... 66
Gambar 9. Halaman bab gas pelindung, elektroda, dan bahan tambah ............ 67
Gambar 10. Halaman bab teknik pengelasan manual las TIG ......................... 68
Gambar 11. Halaman bab cacat pengelasan ...................................................... 69
Gambar 12. Halaman daftar pustaka ................................................................. 71
Gambar 13. Diagram uji kelayakan ahli materi 1 ............................................. 74
Gambar 14. Diagram uji kelayakan ahli materi 2 ............................................. 75
Gambar 15. Diagram uji kelayakan ahli media 1 .............................................. 78
Gambar 16. Diagaram uji kelayakan ahli media 2 ............................................ 79
Gambar 17. Perbaikan pengertian las TIG ........................................................ 80
Gambar 18. Perbaikan penjelasan duty cycle .................................................... 81
Gambar 19. Rumus perhitungan duty cycle ...................................................... 81
Gambar 20. Perbaikan gambar flowmeter ......................................................... 82
Gambar 21. Tabel parameter pengelasan .......................................................... 82
Gambar 22. Perbaikan gambar bentuk tip elektroda untuk arus AC................. 83
Gambar 23. Perbaikan penulisan tujuan pembelajaran ..................................... 84
Gambar 24. Perbaikan gambar nozzle las ......................................................... 83
Gambar 25. Diagaram uji kelayakan siswa ....................................................... 87

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Elektroda Tungsten ....................................................................... 33


Tabel 2. Kisi – kisi instrumen uji kelayakan ahli materi ............................. 50
Tabel 3. Kisi – kisi instrumen uji kelayakan ahli media .............................. 51
Tabel 4. Kisi – kisi instrumen uji coba terbatas dan kelompok besar .......... 52
Tabel 5. Pedoman kriteria tingkat kelayakan ............................................... 54
Tabel 6. Hasil validasi ahli materi 1............................................................. 73
Tabel 7. Hasil validasi ahli materi 2............................................................. 74
Tabel 8. Hasil validasi ahli media 1 ............................................................. 77
Tabel 9. Hasil validasi ahli media 2 ............................................................ 78
Tabel 10. Hasil uji coba terbatas .................................................................. 85
Tabel 11 hasil uji kelayakan buku pada siswa ............................................. 86

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat permohonan izin penelitian


Lampiran 2. Surat keterangan izin penelitian dari DIKPORA
Lampiran 3. Surat keterangan penelitian dari SMKN 1 Pundong
Lampiran 4. Surat pernyataan validasi instrumen
Lampiran 5. Surat pernyataan validasi materi 1
Lampiran 6. Surat pernyataan validasi materi 2
Lampiran 7. Surat pernyataan validasi media 1
Lampiran 8. Surat pernyataan validasi media 2
Lampiran 9. Kisi – kisi instrumen penelitian
Lampiran 10. Instrumen validasi materi 1
Lampiran 11. Instrumen validasi materi 2
Lampiran 12. Instrumen validasi media 1
Lampiran 13. Instrumen validasi media 2
Lampiran 14. Instrumen uji kelayakan siswa
Lampiran 15. Tabulasi uji kelayakan siswa
Lampiran 16. Dokumentasi
Lampiran 17. Buku pengembangan

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan

Sumber Daya Manusia (SDM) agar dapat mengikuti dan tidak tertinggal oleh

perkembangan serta perubahan zaman. Menurut Wagiran (2007: 46) peran

pendidikan adalah untuk menyiapkan SDM era global yang memimiliki hard

competencies dan soft competencies secara terintegrasi untuk mampu berpikir,

bersikap dan berbuat secara kreatif dalam situasi yang tidak dapat diduga

sebelumnya. Pendidikan pada dasarnya menyiapkan peserta didik untuk hidup di

era mendatang yang ditandai dengan perubahan dalam segala aspek termasuk ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting

dalam peningkatan sumber daya manusia agar dapat mengikuti serta tidak tertinggal

oleh perkembangan dan perubahan zaman. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia, sebab

dapat mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik yang diperlukan

dalam dunia kerja serta mampu mengikuti setiap perubahan zaman.

Proses belajar mengajar merupakan proses penyampaian pesan/materi

pelajaran dari pendidik kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 19 ayat (1), menyatakan bahwa: “Proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

1
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik”. Berdasarkan

peraturan pemerintah di atas maka jelas bahwa pendidik sangat berperan penting

dalam proses pembelajaran. Pendidik selain mampu sebagai motivator dan

fasilitator juga harus mampu mentransfer pengetahuan dan materi pelajaran kepada

peserta didik. Selain itu, pendidik juga harus berusaha agar materi yang

disampaikan dapat dengan mudah dipahami peserta didik.

Teknik pengelasan adalah salah satu jurusan yang ada di SMK, jurusan ini

menyiapkan lulusannya untuk dapat bekerja di bidang teknologi dan industri

khusunya pada pekerjaan – pekerjaan yang berkaitan dengan pengelasan. Metode

penyambungan logam dengan proses las telah menjadi teknik yang sangat penting

dalam pekerjaan manufaktur, tidak hanya sebagai teknik untuk pembuatan ornamen

tetapi lebih penting lagi untuk pembuatan konstruksi engineering seperti pembuatan

jembatan, kapal, mesin, dan lain sebagainya. Tersedianya metode pengelasan mulai

dari yang sederhana hingga yang canggih menandakan bahwa adanya kemajuan dan

pengembangan di bidang pengelasan.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pundong (SMKN 1 Pundong)

merupakan salah satu SMK di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta yang memiliki jurusan teknik pengelasan. Salah satu mata pelajaran

yang ada di jurusan tersebut adalah praktik las Tungsten Inert Gas (TIG). Mata

pelajaran praktik las TIG diberikan kepada siswa kelas XII jurusan teknik

2
pengelasan dengan kompetensinya adalah mampu melakukan pekerjaan pengelasan

menggunakan las Tungsten Inert Gas (TIG).

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMKN 1 Pundong diperoleh hasil

bahwa: (1) Dilihat dari segi kelengkapan perangkat pembelajarannya, mata

pelajaran praktik las TIG dapat dikatan belum lengkap. Hal tersebut dapat dilihat

dari belum adanya buku materi ajar untuk peserta didik dan guru. Dalam

Permendikbud No. 65 tahun 2013 dijelaskan bahwa perencanaan pembelajaran

dirancang dalam bentuk silabus dan RPP. Selain itu juga dilakukan penyiapan

media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran. Karena

tidak adanya sumber acuan atau pedoman belajar bagi peserta didik untuk belajar

mandiri, maka ilmu yang diperoleh peserta didik hanya sebatas yang disampaikan

oleh guru; (2) metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran

paktik las TIG berupa ceramah, demonstrasi, dan latihan. Metode ceramah

digunakan pada saat menyampaikan teori di ruang kelas, sedangkan metode

demonstrasi dan latihan digunakan pada saat praktik di bengkel pengelasan. (3)

pada saat proses pembelajaran teori di ruang kelas peserta didik kurang aktif dan

kurang memperhatikan, selain itu juga terdapat beberapa peserta didik yang tidak

mengerjakan job pada saat praktik mengelas di bengkel; (4) peserta didik masih

kebingungan mengenai langkah – langkah dalam mengerjakan job praktik las TIG

dikarenakan tidak adanya jobsheet las TIG yang di cetak dan dapat dipelajari oleh

siswa, sehingga siswa sering mengalami kegagalan dalam mengerjakan job.

Dengan adanya kekurangan tersebut maka akan menghambat proses pembelajaran

dan mempengaruhi hasil belajar.

3
Dari hasil observasi di atas, maka permasalahan utama terletak pada media

pembelajaran dan sumber belajar yang belum tersedia. Tidak adanya sumber belajar

dan media pembelajaran bagi siswa menyebabkan interaksi pada proses

pembelajaran hanya berpusat pada guru, yaitu kegiatan penyampaian materi

pembelajaran sepenuhnya ada dipihak guru sedangkan siswa hanya menerima dan

diberi pembelajaran. Pola interaksi seperti ini menyebabkan siswa mudah merasa

bosan sehingga siswa akan kurang memperhatikan dan kurang aktif. Selain itu, pada

saat praktik siswa terlihat masih kebingungan dalam mengerjakan job yang

disebabkan karena tidak adanya lembar kerja (jobsheet) yang dicetak dan dapat

dilihat oleh peserta didik. Oleh sebab itu pengadaan media pembelajaran guna

mendukung peningkatan kualitas proses belajar mengajar praktik las TIG perlu

dilaksanakan.

Dengan adanya media pembelajaran diharapkan dapat membantu guru dalam

mengembangkan proses pembelajaran yang lebih menarik sehingga peserta didik

lebih aktif dan tidak bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Pemilihan media

pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena pada

dasarnya penggunaan media pembelajaran tidak hanya menjadikan pekerjaan guru

menjadi lebih efisien tetapi juga mempermudah siswa dalam belajar sehingga siswa

dapat menerima materi/ilmu secara maksimal.

Mata pelajaran praktik las TIG terdiri dari pelajaran teori yang dilakukan di

ruang kelas atau ruang teori dan pelajaran praktik dilaksanakan di bengkel. Karena

kegiatan pembelajaran di lakukan di dua tempat dengan kondisi lingkungan yang

berbeda maka diperlukan pengembangan media pembelajaran yang dapat

4
digunakan di ruang kelas mauapun di bengkel, Sehingga pengembangan media

pembelajaran cetak seperti buku lebih cocok daripada jenis media pembelajaran

yang lain. Alasan mengembangkan media pembelajaran berupa buku adalah

mengacu pada salah satu faktor dan kriteria dalam memilih media pembelajaran

yaitu faktor efektifitas dan faktor fleksibilitas. Pengembangan media pembelajaran

berupa buku dinilai lebih efektif dan fleksibel karena dapat digunakan dalam

pelajaran teori di ruang kelas maupun pada saat praktik di bengkel pengelasan. Oleh

karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Buku

Pedoman Praktik Las Tungsten Inert Gas (TIG) Kelas XII Jurusan Teknik

Pengelasan SMKN 1 Pundong” dengan harapan dapat membantu siswa dalam

mengatasi kesulitan dalam penguasaan materi mengelas dengan las TIG serta

sebagai buku pegangan atau pedoman bagi guru saat mengajar praktik las TIG.\

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka dapat

diidentifikasikan beberapa permasalah sebagai berikut:

1. Tidak adanya buku pedoman praktik dan jobsheet bagi siswa dan guru sebagai

sumber acuan dan pedoman belajar.

2. Siswa kurang aktif dan kurang memperhatikan saat proses pembelajaran teori.

3. Metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional.

4. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pengelasan TIG.

5. Kesadaran siswa untuk belajar secara mandiri masih kurang.

5
C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas ternyata terdapat beberapa masalah,

oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah. Batasan dari penilitan ini adalah

mengenai pengembangan buku pedoman praktik las Tungsten Innert Gas (TIG)

kelas XII Jurusan Pengelasan SMKN 1 Pundong.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana produk buku pedoman praktik las Tungsten Innert Gas (TIG)?

2. Bagaimana kelayakan buku pedoman praktik las Tungsten Innert Gas (TIG)?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

penelitian ini untuk:

1. Menghasilkan sebuah produk berupa buku pedoman praktik las Tungsten

Innert Gas (TIG) untuk kelas XII Jurusan Teknik Pengelasan SMKN 1

Pundong.

2. Mengetahui kelayakan buku pedoman praktik las Tungsten Innert Gas (TIG).

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti, peserta

didik, guru, maupun lembaga pendidikan, sebagai berikut:

1. Peneliti

Menambah pengalaman dan pengetahuan serta wawasan bagi peneliti

mengenai proses pembuatan buku ajar hingga proses uji kelayakan.

6
2. Peserta didik

Peserta didik yang merupakan subyek langsung dari penelitian ini khususnya

yang dikenai tindakan semestinya terdapat perubahan – perubahan yang baik

terutama dalam segi pengetahuan, ketrampilan dan kemandirian belajar.

3. Guru

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru yang kemudian dapat

dimodifikasi dan disempurnakan.

4. Lembaga pendidikan

Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternatif peningkatan mutu

kualitas pendidikan.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus –

menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak

mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lain.

Menurut Nana Sudjana (2004: 28), belajar bukan menghafal dan bukan mengingat,

belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang. Sedangkan menurut Sugihartono, dkk (2007: 74) belajar merupakan

suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan

tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena

adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sementara menurut Wittig

dikutip dari Muhibbin Syah (1995: 90), belajar adalah perubahan yang relatif

menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu

organisme sebagai hasil pengalaman. Peserta didik harus merasakan adanya suatu

kebutuhan untuk belajar dan berprestasi.

Dari beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

proses untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang ditandai dengan

adanya perubahan perilaku pada diri seseorang yang relatif permanen atau menetap

karena interaksi individu dengan lingkungan.

Tingkah laku individu dapat dikatan perilaku belajar apabila memiliki ciri –

ciri seperti yang dijelaskan oleh Sugihartono (2007: 74-76), yaitu sebagi berikut:

8
a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar.
b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsonal.
c. Perubahan bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan bersifat permanen.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
f. Perubahan mencangkup seluruh aspek.

Belajar merupakan proses, belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan

tujuan yang ingin dicapai. Maka suatu kegiatan belajar yang direncanakan atau

sedang diadakan sebisa mungkin adalah membuat siswa untuk dapat memiliki cici

– ciri tersebut di atas agar tercapai tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dapat dicapai tidak hanya melibatkan faktor internal

indivu, tetapi juga faktor eksternal atau oleh orang lain. Supaya proses belajar siswa

mengarah pada tujuan pembelajaran maka sebisa mungkin guru sebagai pendidik

mampu merancang dan menyusun sedemikian rupa proses pembelajaran untuk

mempengaruhi proses belajar siswa.

2. Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan

kepada orang supaya diketahui atau dituruti, sedangkan pembelajaran berarti

proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Alwi, 2007:

17). Menurut Rombepajung dalam Thobroni dan Mustofa (2013: 18) pembelajaran

adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu ketrampilan

melalui pelajaran, pengalaman, atau pengajaran. Sedangkan menurut Sugihartono

dkk (2007: 80) Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan

sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasikan

dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik

9
dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang

optimal.

Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana terjadi

penyampaian materi pembelajaran dari seorang tenaga pendidik kepada para

peserta didik. Kegiatan pembelajaran ini sangat tergantung pada komponen –

komponen yang ada di dalamnya. Komponen utama dalam proses pembelajaran

adalah adanya peserta didik, tenaga pendidik, media pembelajaran, serta materi dan

rencana pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran adalah upaya

pendidik menyampaikan ilmu pengetahuan kepada pesera didik sesuai dengan

tujuan pembelajaran. Agar ilmu yang disampaiakan pendidik kepada peserta didik

dapat diterima dengan maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai,

maka komponen – komponen pembelajaran juga harus dikembengkan dengan baik

dan tepat, salah satu komponen yang perlu dikembangkan adalah media

pemebelajaran.

3. Media Pembelajaran

Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa latin

medium yang berarti perantara atau pengantar. Sementara Fleming dikutip dari

Azhar Arsyad (1997: 3) mengatakan bahwa media adalah penyebab atau alat yang

turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Sedangkan menurut

Indriana (2011: 6) Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan

dalam suatu proses penyajian informasi. Gerlach & Ely dikutip dari Azhar Arsyad

(1997: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah

10
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa

mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dari beberapa

pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang

dapat menyalurkan informasi dari pihak satu ke pihak yang lain.

Dalam kegiatan belajar mengajar sering disebut istilah media pembelajaran

atau media pengajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu alat komunikasi

yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dikatakan demikian karena didalam

media pengajaran terdapat proses penyampaian pesan dari pendidik kepada peserta

didik. Indriana (2011: 16) mengatakan bahwa media pengajaran adalah semua

bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan

pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap sasaran atau tujuan

pengajaran. Dalam Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 dijabarkan bahwa media

pendidikan adalah peralatan yang digunakan untuk membantu komunikasi dalam

pembelajaran. Menurut Hujair AH Sanaky (2013: 4) media pembelajaran adalah

sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam

proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai

tujuan pengajaran. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah barang atau alat yang dapat digunakan sebagai perantara untuk

menyampaikan materi/ilmu dalam proses pembelajaran.

Manfaat penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar

menurut Azhar Arsyad (1997: 26-27) sebagai berikut:

1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi


sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motifasi belajar, interaksi yang lebih

11
langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri – sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;
a) Obyek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di
ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film,
radio, atau model.
b) Obyek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indra dapt
disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.
c) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto,
slide disamping secara verbal.
d) Obyek atau proses yang amat rumit seperti peredaran sarah dapat
ditampilkan secara kongkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi
komputer.
e) Kejadian atau percobaan yang dapat memebahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.
f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses
yang dalam kenyataannya memakan waktu lama seperti proses
kepompong menjadi kupu – kupu dapat disajikan dengan teknik –
teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau
simulasi komputer.
4) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa
tentang peristiwa peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
misalnya melalui karyawisata, kunjungan – kunjungan ke museum atau
kebun binatang.

Dari manfaat media pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa dengan

penggunaan media dalam pembelajaran akan mempermudah pendidik dalam

menyampaikan ilmu/materi kepada peserta didik sesuai dengan tujuan

pembelajaran sehingga peserta didik juga dapat lebih mudah dalam menyerap

materi yang diajarkan.

4. Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan

materi pembelajaran, metode, batasan – batasan dan cara mengevaluasi yang

didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

12
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala

kompleksitasnya (Chomsin S. dan Jasmadi 2008: 40). Bahan ajar memiliki manfaat

penting bagi guru dan siswa, karena adanya bahan ajar dapat membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan baru selain dari materi yang disampaiakan oleh guru.

Peserta didik akan mengurangi ketergantungan mereka kepada guru sebagai satu –

satunya sumber pengetahuan. Guru akan sangat terbantukan dengan adanya bahan

ajar karena kegiatan belajar mengajar akan berlangsung lebih efektif.

Bahan ajar dianggap sebagai bahan yang dapat dimanafaatkan untuk

meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar guru akan

mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing siswa dalam proses belajar

mengajar serta membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru yang bukan

satu – satunya dari guru. Gintings Abdorrakhman (2008: 158) menyatakan bahwa

manfaat utama dengan adanya bahan pembelajaran yang disusun bagi

penyelenggara proses belajar dan pembelajaran adalah:

1) Jika diberikan kepada peserta didik sebelum proses belajar dan


pembelajaran berlangsung maka peserta didik dapat mempelajarinya
terlebih dahulu sehingga peserta didik dapat:
a. Memiliki kemampuan awal (entry behavior) yang memadai untuk
mengikuti kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat mencapai
keberhasilan belajar yang maksimal.
b. Berpartisipasi aktif dalam proses belajar dan pemebelajaran, seperti
dalam diskusi, tanya jawab, kerja kelompok , dan lain-lain.
2) Proses belajar dan pembelajaran di kelas berjalan dengan lebih efektif dan
efisien karena waktu yang tersedia dapat digunakan sebanyak- banyaknya
untuk kegiatan belajar dan pembelajaran yang interaktif seperti tanya
jawab, diskusi, kerja kelompok, dan lain-lain.
3) Mengembangkan kegiatan belajar mandiri dengan kecepatannya sendiri.

13
b. Jenis – jenis Bahan Ajar

Bahan ajar dikelompokan menjadi beberapa jenis sesuai dengan bentuknya.

Masing – masing jenis bahan ajar memiliki kelebihan dan kekurangannya masing -

masing. Dalam panduan pengembangan bahan ajar (Depdiknas, 2008: 11) bahan

ajar dikelompokan menjadi 5 jenis sebagai berikut:

1) Bahan cetak (printed): Handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2) Bahan ajar dengar (audio): kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual): video compact disk, film.
4) Bahan ajar multimedia interaktif (inteactive teaching material): Computer
Assisted Intruction (CAI), compact disk (CD), multimedia pembelajaran
interaktif.
5) Bahan ajar berbasis Web (Web based learning materials).

Prastowo (2011: 40) menambahkan bahwa bentuk bahan ajar atau material

pembelajaran dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

1) Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas,

yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian

informasi. Contohnya: handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,

leaflet, foto atau gambar, dan model atau maket.

2) Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang

menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau

didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya: kaset, radio,

piringan hitam, dan compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yang

memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar

bergerak secara sekuensial.

14
4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi

dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar,animasi, dan video)

yang oleh penggunanya di manipulasi atau diberi perlakuan untuk

mengendalikan suatu perintah dan/atau perilaku alami dari suatu

presentasi. Contohnya: compact disk interactive.

c. Pemilihan Bahan Ajar

Materi pembelajaran merupakan dasar dari pemilihan bahan ajar. Harjanto

(1997: 220) mengatakan bahwa untuk mempelajari lebih dalam mengenai materi

pembelajaran perlu diketahui beberapa aspek antara lain: konsep fakta, proses, nilai,

ketrampilan, dan sejumlah masalah – masalah yang berkaitan dengan kehidupan

sehari – hari. Aspek – aspek tersebut perlu menjadi dasar pertimbangan menentukan

bahan pelajaran dan rinciannya.

Menurut Arif dan Napitupulu (1997), terdapat beberapa prinsip yang harus

dipegang dalam memilih dan menentukan bahan ajar. Pertama, isi bahan ajar

hendaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kedua, bahan ajar hendaklah sesuai

dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun tingkat kesulitannya.

Ketiga, bahan ajar hendakalah betul – betul baik dalam penyajian faktualnya.

Keempat, bahan ajar hendaklah benar – benar menggambarkan latar belakang dan

suasana yang dihayati oleh peserta didik. Kelima, bahan ajar hendaklah mudah dan

ekonomis penggunaanya. Keenam, bahan ajar hendaknya cocok dengan gaya

belajar siswa. Ketujuh, lingkungan dimana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai

dengan jenis media yang digunakan.

15
Setelah pendidik menentukan jenis bahan ajar yang akan digunakan, maka

selanjutnya adalah pendidik harus mampu memilih materi yang akan dimuat dalam

bahan ajar tersebut. Pemilihan materi pembelajaran bertujuan agar informasi atau

materi yang termuat dalam bahan ajar tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit

atau dapat dikatan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Adapun

prinsip – prinsip pemilihan materi pembelajaran menurut Depdiknas (2006: 5-6)

meliputi: prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya

materi pembelajaran hendaknya memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya ketetapan dan

keselarasan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.

Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam

membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh

terlalu sedikit, din tidak boleh terlalu banyak. Prinsip pemilihan ini harus

didasarkan pada proses pengembangan bahan ajar.

d. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan materi penting bagi guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Pada umumnya, sumber bahan ajar telah tersedia di perpustakaan

atau diberbagai toko buku. Sumber bahan ajar yang dikemas dalam bentuk buku

teks pelajaran ditulis oleh para pakar dan praktisi dari latar mata pelajaran atau

bidang studi. Menulis sumber bahan ajar seperti buku teks tidak boleh dilakukan

sembarangan, tetapi harus mengikuti kaidah penulisan bahan ajar yang standar.

16
Dalam pengemabangan bahan ajar, Tian Belawati (2003: 22) menjelaskan

mengenai faktor – faktor yang harus dipertimbangkan yaitu:

1) Kecermatan isi
Kecermatan isi adalah validitas atau kebenaran isi secara keilmuan dan
keselarasan isi. Kebenaran isi berdasarkan sistem nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat atau bangsa.
2) Ketepatan cakupan
Jika kecermatan isi berfokus pada isi materi secara keilmuan dan sistem
nilai yang berlaku di masyarakat. Maka ketepatan cakupan berhubungan
dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi.
3) Ketercernaan bahan ajar
Bahan ajar dengan menggunakan media apapun harus memiliki tingkat
ketercernaan tinggi. Dalam hal ini, artinya bahan ajar harus dapat
dipahami dan isinya dapat dimengerti siswa dengan mudah.
4) Penggunaan bahasa
Bahan ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi siswa untuk
membaca, mengerjakan tugas – tugasnya dan menimbulkan rasa ingin
tahu siswa untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang
dipelajari. Dengan demikian bahasa yang digunakan harus menarik dan
mudah dimengerti siswa, biasanya menggunakan bahasa nonformal atau
bahasa komunikatif yang luwes.
5) Perwajahan atau pengemasan
Perwajahan atau pengemasan berperan dalam penataan letak informasi
dalam suatu halaman cetak. Perwajahan juga merupakan salah satu faktor
penting dalam memotivasi belajar siswa.
6) Ilustrasi
Penggunaan ilutrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat antara lain
membuat bahan ajar lebih menarik melalui variasi penampilan. Ilustrasi
juga digunakan untuk memperjelas pesan atau informasi yang
disampaikan.
7) Kelengkapan komponen
Idealnya bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk multi
media. Paket tersebut memiliki sistematika penyampaian materi yang
baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan tentang
strategi belajar, menyediakan laithan – latihan dan soal –soal yang dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.

5. Pengembangan Buku Pedoman Praktik

a. Buku Pedoman

Pedoman diartikan sebagai kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah

bagaimana sesuatu harus dilakukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online,

17
https://kbbi.web.id/pedoman, 1 April 2018). Kata pedoman juga dapat diartikan

sebagai panduan yang berarti petunjuk. Buku pedoman adalah buku yang

digunakan sebagai acuan dalam melakukan sesuatu (Kamus Besar Bahasa

Indonesia versi online, https://kbbi.web.id/buku, 1 April 2018). Menurut Yusup

(2009: 418) buku pedoman adalah buku yang memuat fakta atau peristiwa, bahkan

proses kegiatan secara rinci dari dari suatu bidang tertentu. Buku pedoman sering

juga disebut dengan buku pegangan (handbook) dan buku petunjuk (manual).

Karena sifatnya yang demikian itu maka buku pedoman termasuk dalam kelompok

buku – buku referensi bagi suatu bidang ilmu tertentu secara terbatas. Lebih lanjut

lagi Yusup menjelaskan bahwa jika dilihat dari ruang lingkupnya, buku pedoman

dibagi menjadi dua yaitu buku pedoman umu dan buku pedoman khusus. Buku

pedoman umum, yaitu jenis koleksi referensi pada umumnya seperti kamus dan

ensiklopedia, pembahsanya mencakup segala macam bidang ilmu. Adapun buku

pedoman khusus, pembahasannya hanya bidang ilmu tertentu saja secara terbatas.

Rahayuningsih (2007: 107) menyebutkan macam - macam buku pedoman

sebagai berikut; (1) buku pedoman (handbook), adalah buku acuan yang berisi

ikhtisar pokok bahasan atau subyek tertentu mengenai suatu ilmu pengetahuan yang

digunakan untuk petunjuk dalam penerapan prakteknya atau memberikan pelajaran

serta sebagai informasi atau petunjuk praktis mengenai suatu jenis pekerjaan/

kegiatan cara kerja suatu alat/ piranti tertentu; (2) buku petunjuk (manual), adalah

buku petunjuk praktis tentang jenis pekerjaan atau tentang jenis pekerjaan atau

tentang cara kerja suatu alat atau piranti tertentu.

18
Berdasarkan penejelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa buku pedoman

adalah buku yang berisi petunjuk atau proses kegiatan secara terperinci yang

digunakan sebagai acuan dalam melakukan sesuatu pada bidang tertentu. Buku

pedoman sering juga disebut dengan buku pegangan (handbook), buku panduan,

atau buku petunjuk. Setiap jenis buku pedoman memiliki tujuan yang sama yaitu

untuk memberikan petunjuk atau arahan kepada pembaca dalam melakukan

sesuatu.

b. Buku Pedoman Praktik Las TIG

Praktikum dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang

memungkinkan seorang siswa menerapkan ketrampilan atau ilmu teori yang telah

didapatkan dengan melakukan percobaan untuk membuktikan sesuatu yang telah

dipelajari. Winatapura (1993: 219) mengatakan bahwa metode praktikum adalah

suatu cara penyajian yang disusun secara aktif untuk mengalami dan membuktikan

sendiri tentang apa yang dipelajarinya. Dengan kata lain, di dalam kegiatan

praktikum sangat dimungkinkan adanya penerapan beragam ketrampilan sekaligus

pengembangan sikap yang mendukung proses perolehan pengetahuan dalam diri

siswa (Agung Subiantoro dalam Miskiyah, 2013: 32-33).

Buku pedoman praktik atau petunjuk praktik merupkan buku yang berisi

pedoman praktikum dalam tata cara persiapan, pelakasanaan, dan analisis oleh

pengajar (Syamsul Arifin, 2012: 65). Arifin dalam Sri Kusumastuti (2008: 16) juga

menjelaskan bahwa pada umumnya petunjuk praktikum berisi judul praktikum,

tujuan praktikum, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja dan observasinya,

pertanyaan – pertanyaan dan daftar pustaka. Petunjuk praktikum dalam bentuk buku

19
biasa disebut juga dengan buku panduan praktikum. Menurut Prayitno dan

Maryami dalam Miskiyah (2013: 32) buku petunjuk praktikum adalah buku yang

berisi aturan – aturan pelaksanaan kegiatan praktikum yang lebih rinci sehingga

mempermudah pelaksaan kegiatan praktikum. Petunjuk praktikum dapat

digolongkan sebagai bahan ajar yang disusun secara sistematis dalam rangka

peningkatan kualitas dan kuantitas belajar mengajar sesuai tujuan intruksional yang

diinginkan (Chomsin S. & Jasmadi, 2008: 57).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa buku pedoman praktik atau

buku petunjuk praktik adalah buku yang berisikan dasar teori serta petunjuk dalam

melaksanakan kegiatan praktikum. Jadi, buku pedoman praktik las tungsten inert

gas (TIG) adalah buku yang memberikan ulasan dasar teori serta petunjuk praktik

bagi pembaca yaitu siswa kelas XII jurusan teknik pengelasan di SMKN 1 Pundong

dalam melakukan praktik pengelasan TIG. Penggunaan media pembelajaran berupa

buku pedoman praktik las TIG pada mata pelajaran praktik las TIG dapat dilakukan

pada saat teori di kelas maupun digunakan pada saat praktik mengelas di bengkel.

Selain itu buku pedoman ini dapat digunakan oleh siswa sebagai sarana belajar

mandiri dirumah. Sehingga ilmu yang didapat siswa tidak hanya berasal dari guru

pada saat menjelaskan didalam kelas tetapi juga dari buku pedoman yang dapat

dipelajari kapan saja dan dimana saja.

c. Kerangka umum buku pedoman praktik

Buku pedoman praktik las TIG merupakan salah satu pengembangan dari

berbagai jenis bahan ajar yang ada. Sebagai salah satu bahan ajar pembelajaran,

maka dalam pengembangan buku pedoman praktik las TIG harus sesuai dengan

20
kaidah atau aturan pembuatan bahan ajar. Adapun kerangka umum dari bahan ajar

menurut chomsin & jasmadi (2008: 59) adalah:

1) Sampul merupakan sarana untuk menarik minat sisa sehingga sampul haruslah

dibuat semenarik mungkin namun tetap informatif.

2) Kata pengantar memuat penejelasan secara umum mengenai peran dan fungsi

dari bahan ajar dalam kegiatan belajar mengajar.

3) Daftar isi memuat outline dari bahan ajar.

4) Glosarium memuat kata ataupun istilah asing yang terdapat dalam bahan ajar.

5) Pendahuluan merupakan salah satu bagian utama dari bahan ajar. Komponen

yang harus ada dalam pendahulan meliputi:

a) Deskripsi memuat tentang penjelasan singkat ataupun tinjauan buku ajar

tentang isi buku ajar yang dapat disadur dari RPP.

b) Prasyarat memuat kemampuan aal yang disyaratkan untuk mempelajari

bahan ajar apabila materi yang akan diberikan saling berkesinambungan.

c) Petunjuk penggunaan bermanfaat untuk memberikan panduan bagi siswa

mengenai tata cara penggunaan buku ajar.

d) Tujuan akhir merupakan tujuan instruksional yang telah direncanakan.

e) Kompetensi menguraikan tentang kompetensi yang akan dicapai.

6) Pembelajaran dapat berisi materi ajar maupun kegiatan yang akan dilakukan.

Secara rinci pada bab pembelajaran juga memuat:

a) Pendahuluan berupa penejelasan singkat materi yang akan dicakup

ataupun masalah yang berkaitan dengan materi atau tema yang akan

dipelajari.

21
b) Uraian materi berisi penjelasan terperinci dari materi yang ingin

disampaikan.

c) Rangkuman memuat hal penting ataupun pengetahuan yang mendasar sari

uraian materi.

d) Tugas atau diskusi yang diperlukan untuk memberi pengetahuan tambahan

ataupun menguji pemahaman siswa.

e) Lembar kerja memuat kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan instruksional.

7) Evaluasi

8) Penutup

9) Daftar pustaka.

d. Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang buku

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam merancang buku menurut Asyad

(2011: 88-90) adalah:

1) Konsistensi

a) Menggunakan format secara konsisten pada setiap halaman.

b) Usahakan untuk konsisten dalam jarak spasi. Jarak antara judul dan baris

pertama serta garis samping supaya sama, dan antara judul dan teks utama.

Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapi dan oleh karena itu

tidak memerlukan perhatian sungguh-sungguh.

c) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih sesuai;

sebaliknya, jika paragraph tulisan pendek-pendek, wajah dua kolom akan lebih

sesuai.

22
d) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan dilabel secara visual.

e) Taktik dan strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan

dilabel secara visual.

f) Upayakan untuk selalu menginformasikan peserta didik/pembaca mengenai

dimana mereka atau sejauh mana mereka dalam teks itu. Peserta didik harus

mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka baca. Jika

memungkinkan, siapkan piranti yang memberikan orientasi kepada peserta

didik tentang posisinya dalam teks secara keseluruhan.

g) Susunlah teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh.

h) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks.

2) Daya Tarik

Perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda. gunakan

desain atau aksen – aksen yang menarik contohnya adalah dengan memberikan

desain pada bagian footer/ nomor halaman. Dengan demikian diharapkan dapat

memotivasi peserta didik untuk membaca terus

3) Ukuran Huruf

a) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan peserta didik, pesan, dan

lingkungannya. Ukuran huruf biasanya dalam poin per inci. Misalnya, ukuran

24 poin per inci. Ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks atau buku

penuntun) adalah 12 poin.

b) Hindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks karena dapat membuat

proses membaca itu sulit.

4) Ruang (Spasi) Kosong

23
a) Gunakan spasi kosong tak berisi teks atau gambar untuk menambah kontras.

Hal ini penting untuk memberikan kesempatan peserta didik/pembaca untuk

beristirahat pada titik-titik tertentu pada saat matanya bergerak menyususri

teks.

b) Ruang sekitar judul

c) Batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa perhatian peserta

didik/pembaca untuk masuk ke tengah-tengah halaman;

d) Spasi antar-kolom; semakin lebar kolomnya, smakin luas sapasi diantaranya;

e) Permulaan paragraf diindentasi;

f) Penyesuaian spasi antar baris atau antar paragraph.

g) Sesuaikan spasi antar baris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat

keterbacaan;

Tambahkan spasi antar paragraph untuk meningkatkan tingkat keterbacaan.

e. Kriteria Buku Pedoman Praktik

Buku pedoman praktik sebagai bahan ajar harus memenuhi beberapa kriteria.

Departemen Pendidikan Nasional (2008: 16) menyatakan bahwa persyaratan yang

terdapat dalam suatu bahan ajar meliputi kelayakan isi, kelayakan kebahasaan,

kelayakan sajian, dan kelayakan kegrafikan. Masing – masing komponen secara

rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:

a) Kesesuaian dengan SK/KI, KD

b) Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar

c) Kebenaran substansi materi pembelajaran

24
2) Komponen kebahasan antara lain mencakup:

a) Kejelasan informasi

b) Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar

c) Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)

3) Komponen kegrafisan antara lain mencakup

a) Penggunaan font, jenis dan ukuran (font atau huruf yang digunakan adalah

huruf cetak)

b) Layout atau tata letak

c) Ilutrasi atau gambar yang menyampaikan isi serta ukurannya

d) Proporsional

e) Desain tampilan menarik

f. Tujuan Buku Pedoman/ Buku Panduan Praktik

Mulyati Arifin (1995: 201) menjelaskan bahwa tujuan dari penyusunan buku

panduan adalah untuk memudahkan seseorang belajar dan membantu dalam

menerapkan metode yang akan digunakan, sehingga apapun yang dilakukan akan

lebih terarah. Dari penjelasan tersebut yang disesuaikan dengan penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa buku pedoaman praktik las TIG merupakan media

pembelajaran yang dapat digunakan oleh siswa sebagai pemandu yang didalamnya

berisi informasi serta langkah – langkah dalam melaksanakan praktik pengelasan

TIG.

6. Praktik Las TIG (Tungsten Innert Gas)

Praktik las TIG adalah salah satu mata pelajaran yang ada di jurusan teknik

pengelasan SMKN 1 Pundong. Kompetensi mengelas dengan las TIG ini bertujuan

25
untuk menyiapkan peserta didik agar mampu melakukan perkerjaan – pekerjaan

yang membutuhkan ilmu dan keterampilan mengelas khusunya menggunakan las

TIG. Praktik las TIG merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh

oleh siswa jurusan Teknik Pengelasan. Mata pelajaran ini diberikan kepada siswa

kelas XII dan merupakan salah satu mata pelajaran produktif dengan nilai standar

kelulusannya adalah 75.

Mata pelajaran ini diberikan kepada siswa berupa teori dan praktik yaitu

tentang kompetensi mengelas dengan las TIG. Sebelum siswa melakukan praktik

mengelas, siswa terlebih dahulu diberikan materi berupa teori pengelasan TIG

seperti pengertian las TIG, peralatan – peralatan yang digunakan, alat – alat

keselamatan kerja, bentuk – bentuk sambungan, cara mengatur mesin, serta materi

lain yang berhubungan dengan las TIG. Setelah siswa diberikan teori pengelasaan,

kemudian siswa melanjutkannya dengan praktik mengelas. Didalam praktik

mengelas siswa diberikan job atau pekerjaan yang wajib diselesaikan dalam jangka

waktu tertentu. Setiap job yang akan dikerjakan oleh siswa tertuang dalam lembar

pekerjaan atau job sheet yang didalamnya terdapat spesifikasi pekerjaan, langkah –

langkah mengerjakan, peralatan yang digunakan, serta lembar penilaian.

7. Pengelasan Menggunakan Las TIG

a. Pengertian Pengelasan

Pengelasan adalah salah satu teknik penyambungan dua buah logam atau

lebih dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau

tanpa tekanan baik menggunakan bahan tambah maupun tidak menggunakan bahan

tambah. Menurut Deutsche Industrie Norman (DIN) pengelasan didefinisikan

26
sebagai ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang

dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dengan kata lain, las merupakan

sambungan setempat dari berbagai batang logam dengan menggunakan energi

panas.

b. Pengelasan TIG (Tungsten Inert Gas)

Las TIG adalah proses pengelasan yang menggunakan elektroda tak

terumpan atau tidak ikut mencair yang berupa logam tungsten. Pada pengelasan

TIG, elektroda hanya berfungsi sebagai penghasil busur listrik saat bersentuhan

dengan benda kerja. Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung (gas tidak aktif)

agar cairan las tidak terkontaminasi dengan kotoran maupun gas oksigen. Peralatan

utama yang dipakai dalam pengelasan TIG adalah:

1) Mesin las (Power Source)

Mesin las merupakan sebuah rangkaian transformer step up yang merubah

listrik dari stop kontak menjadi sumber energi sehingga memiliki tegangan dan arus

listrik yang cukup tinggi untuk digunakan mengelas. Output dari mesin las bisa

bermacam – macam tergantung dari tipenya. Mesin las dapat menghasilkan arus

listrik searah (Direct Current), arus bolak-balik (Alternating Current), ataupun

keduanya.

2) Tabung gas lindung

Tabung gas pelindung merupakan sebuah tabung khusus digunakan untuk

menampung gas mulia (Inert) yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan gas

pelindung cairan las pada saat proses pengelasan. Tabung gas yang digunakan

memiliki kapasitas beragam, mulai dari 1 m3 hingga 10 m3. Pada umumnya proses

27
las TIG menggunakan gas mulia argon, akan tetapi gas mulia helium juga banyak

digunakan apabila gas argon terlalu langka. Pada beberapa kasus pengelasan TIG

juga menggunakan gas aktif seperti karbon dioksida (CO2).

3) Regulator gas

Regulator gas adalah alat pengatur tekanan yang berfungsi sebagai penyalur

dan mengatur serta menstabilkan tekanan gas yang keluar dari tabung supaya aliran

gas menjadi konstan. Regulator juga dilengkapi dengan dua indikator yang masing

–masing berfungsi untuk mengetahui tekanan kerja gas serta volume gas yang

tersisa.

4) Flowmeter

Flowmeter adalah alat yang dipasang pada regulator dan berfungsi untuk

mengukur aliran gas yang digunakan. Untuk menentukan laju debit aliran gas

tergantung pada jenis gas, posisi pengelasan, dan kondisi sekitar pekerjaan

pengelasan.

5) Selang gas

Selang gas adalah salah satu perlengkapan dalam pengelasan TIG yang

berfungsi untuk menyalurkan gas dari regulator menuju welding torch. Untuk

memenuhi syarat keamanan, selang harus mampu menahan tekanan kerja gas,

kedap terhadap gas, tahan terhadap minyak atau pelumas, dan tidak kaku.

6) Kabel elektroda

Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan antara welding torch

dengan mesin las. Fungsi dari kabel ini adalah menyalurkan arus listrik yang sudah

28
diatur sedemikian rupa pada mesin las menuju elektroda yang terdapat pada

welding torch.

7) Stang las (welding torch)

Welding torch adalah alat yang digunakan sebagai pegangan saat proses

pengelasan. Alat ini merupakan bagian yang dikenadalikan oleh welder pada saat

pekerjaan pengelasan berlangsung. Dalam welding torch terdapat beberapa

komponen seperti ceramic cup yang berfungsi sebagai tempat keluarnya gas

pelindung, tempat elektroda tungsten, penghantar arus listrik, dan selang gas

pelindung.

8) Elektroda tungsten.

Elektroda tungsten adalah elektroda tidak terumpan yang berfungsi sebagai

pencipta busur nyala yang digunakan untuk mencairkan kawat las yang

ditambahkan dari luar dan benda yang akan disambung menjadi satu kesatuan.

Elektroda ini tidak berfungsi sebagai logam pengisi sambungan. Elektroda tungsten

dibuat dari tungsten sinter dan untuk memperbaiki sifat – sifatnya maka elektroda

ini ditambah dengan oksida logam lainnya. Pada umunya logam yang digunakan

sebagai paduan elektroda adalah thoriumoxid atau zirhoniumoxid. Elektroda

tungsten terdiri dari elektroda tungsten murni dan elektroda tungsten paduan.

Terdapat beberapa tipe elektroda tungsten yang biasa dipakai dalam pengelasan

TIG sebagaimana yang tersaji dalam tabel berikut:

29
Tabel 1. Elektroda Tungsten

Kalsifikasi AWS Perkiraan Komposisi Kode Warna

EWP Tungsten murni Hijau

97,3% tungsten, 2% Oranye


EWCe-2
cerium oksida
98,3% tungsten, 1% Hitam
EWLa-1
lanthanum oksida
98,3% tungsten, 1% Kuning
EWTh-1
thorium oksida
97,3% tungsten, 2% Merah
EWTh-2
thorium oksida
99,1% tungsten, 0,25% Coklat
EWZr-1
zirconium oksida
94,5% tungsten, sisa Abu - abu
EWG
tidak disebut

Tabel di atas disusun berdasarkan klasifikasi AWS dimana kode

E : Elektroda

W : Wolfram atau tungsten

P : Tungsten murni (pure tungsten)

G : Umum (general) dimana komposisi tambahan tidak disebut.

Ce-2, La-1,Th-1, Th-2, dan Zr-1 masing – masing adalah komposisi tambahan

sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel.

Dalam proses pengelasan TIG dibutuhkan adanya arus listrik. Arus listrik

yang digunakan dapat berupa arus AC (Alternating Current) maupun DC (Direct

Curent). Penentuan arus yang akan digunakan dalam pengelasan didasarkan atas

beberapa pertimbangan antara lain jenis logam yang akan di las maupun kedalaman

30
penetrasi yang akan dicapai dalam pengelasan. Untuk jenis logam yang

permukaanya terbentuk oksid seperti alumunium dan magnesium serta logam non

ferro yang lain, digunakan arus AC (Alternating Current) maupun DCEP (Direct

Current Electrode Positive). Arus tersebut digunakan untuk melepas lapisan oksid

pada permukaan benda kerja. Pelepasan lapisan oksid dapat terjadi karena adanya

aliran elektron dari benda kerja menuju elektroda. Penggunaan jenis arus juga

memperngaruhi kedalaman penetrasi yang dibentuk. Pada arus AC distribusi

panasnya terjadi 1/2 untuk benda kerja dan 1/2 untuk elektroda. Pada arus DCEP

2/3 panas terjadi pada elektroda dan 1/3 sisanya terjadi pada benda kerja.

Sedangkan pada arus DCEN terjadi sebaliknya yaitu 1/3 panas untuk elektroda dan

2/3 panas sisanya terjadi pada benda kerja. Konsekuensi dari distribusi panas yang

berbeda ini akan berpengaruh pada kedalaman penetrasi dan lebar kawah

pengelasan. Pada penggunaan arus AC ukuran kedalaman penetrasi pada hasil

pengelasan berukuran sedang dengan lebar kawah sedang. Pada arus DCEP, lebar

kawah lebih besar dengan kedalaman penetrai yang lebih dangkal bila

dibandingkan dengan arus AC. Sedangkan penggunaan arus DCEN menghasilkan

penetrasi yang lebih dalam dan lebar kawah yang lebih sempit dibandingkan dengan

arus AC.

B. Penelitian yang Relevan

1. Afiata Donny Nuryanto (2017), meneliti tantang pengembangan modul

pengecoran logam aluminium untuk siswa sekolah menengah kejuruan.

Tujuann dari penelitian ini adalah mengembangkan modul pengecoran

aluminium dan mengetahui hasil uji kelayakannya. Metode yang digunakan

31
dalam penelitian ini adalah Research and Development dan data uji kelayakan

yang diperoleh menggunakan angket dan dokumentasi. Data yang diperoleh

dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dalam bentuk skor

(angka) yang diubah kedalam bentuk persentase dan dikategorikan sesuai

dengan skala penilaian yang digunakan. modul pengecoran logam aluminium

ini dihasilkan dengan tahap – tahap : (1) analisis kebutuhan, (2) pembuatan

produk, (3) validasi, (4) revisi produk, (5) uji coba produk, (6) analisis hasil uji

coba produk. Hasil uji kelayakan modul pengecoran logam aluminium menurut

ahli materi memperoleh presentase sebesar 76% termasuk dalam kategori

sangat baik. menurut ahli media modul pengecoran aluminium memperoleh

persentase 83% termasuk dalam kategori sangat baik. menurut guru pengampu

memperoleh persentase 87% dan 88% termasuk dalam kategori sangat baik,

dan hasil uji coba produk atau uji respons siswa terhadap modul pengecoran

aluminium memperoleh persentase sebesar 78% dan 75% termasuk dalam

kategori sangat baik.

2. Rifqi Zulhilmi (2016), meniliti tentang pengembangan modul pembelajaran

untuk meningkatkan prestasi siswa pada mata pelajaran teknik pembentukan

dan perakitan fabrikasi logam untuk kelas XI Teknik Fabrikasi Logam di

SMKN 1 Seyegan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghasilkan modul

pembelajaran Teknik Pembentukan dan Perakitan Fabrikasi Logam untukm

siswa kelas XI (2) mengetahui tingkat kelayakan modul pembelajaran teknik

pembentukan dan perakitan fabrikasi logam yang telah dihasilkan untuk siswa

kelas XI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan modul

32
pembelajaran menginterprestasikan gambar teknik mengacu pada alur langkah

pengembangan borg & Gall dan Sugiyono, yaitu (1) identifikasi masalah, (2)

pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6)

pembuatan produk, (7) ujicoba terbatas, (8) revisi produk 1, (9) ujicoba

keterbacaan, (10) revisi produk 2, (11) produk siap digunakan. Instrument yang

digunakan adalah instrumen non tes berupa angket dengan skala Likert dengan

4 pilihan jawaban. Data hasil angket dianalisis menggunakan teknik analisis

deskriptif untuk mengetahui tingkat kelayakan modul pembelajaran Teknik

Pembentukan dan Perakitan Fabrikasi Logam. Tingkat kelayakan modul

pembelajaran Teknik Pembentukan dan Perakitan Fabrikasi Logam yang

dihasilkan ditentukan oleh 4 kegiatan penilaian produk, yaitu: validasi materi,

validasi media, ujicoba terbatas dan ujicoba keterbacaan. Hasil validasi materi

dari 8 aspek penilaian didapat rerata 3,33 berada pada klasifikasi “Sangat

Baik”, hasil validasi media dari 7 aspek penilaian didapat rerata 3,32 berada

pada klasifikasi “Baik”, Ujicoba terbatas dari 2 aspek didapat rerata 3,54 pada

klasifikasi “Sangat Baik”, dan uji coba keterbacaan dari 2 aspek didapat rerata

3,60 pada klasifikasi “Sangat Baik”. rerata totalnya adalah 3,43 pada klasifikasi

“Sangat Baik”.

3. Arif Muhlisin (2015) meneliti tentang pengembangan media modul pada mata

pelajaran menggunakan mesin untuk operasi dasar kelas X SMK

Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk: (1)

mengembangkan media modul pada mata pelajaran menggunakan mesin untuk

operasi dasar, (2) mengetahui kelayakan media modul dan keefektifan

33
penggunaan modul pada mata pelajaran menggunakan mesin untuk operasi

dasar pada kelas X SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Penelitian ini

merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development)

yang dilakukan di jurusan teknik pemesinan SMK Muhammadiyah 3

Yogyakarta. Obyek penelitian berupa pengembangan media modul pada mata

pelajaran menggunakan mesin untuk operasi dasar. Tahap pengembangan

media modul pembelajaran ini diawali dengan: 1) Identifikasi masalah, 2)

Pengumpulan data, 3) Desain produk, 4) Validasi desain, 5) Revisi desain, 6)

Uji coba I & II, 7) Revisi, 8) Uji efektifitas, 9) Produk akhir. Pengumpulan data

dengan menggunakan angket (kuesioner) dan soal (pretest-posttest). Teknik

analisis data yang dilakukan dengan deskriptif kuantitatif dan membandingkan

hasil uji pretest dan posttest antara kelas X TP 1 yang menggunakan metode

ceramah dan kelas X TP 2 pembelajaran menggunakan media modul. Hasil

penelitian ini adalah pengembangan modul pada mata pelajaran menggunakan

mesin untuk operasi dasar. Media modul yang sudah dikembangkan dinyatakan

baik, berdasarkan ahli materi dengan nilai rerata 3,8 atau 76%, penilaian dari

ahli media dengan rerata 4,13 atau 82,75%, penilaian ahli materi guru mata

pelajaran dengan nilai rerata 3,42 atau 68,4%, uji coba I dengan nilai rerata

3,77 atau 75,3%, dan uji coba II dengan nilai rerata 4,12 atau 82,4%. Media

modul yang sudah dinilai baik kemudian diuji keefektifannya pada siswa. Hasil

pembelajaran media modul yaitu adanya peningkatan efektifitas belajar siswa

pada mata pelajaran menggunakan mesin untuk operasi dasar sesudah

diberikan pembelajaran dengan media modul. Berdasarkan hasil nilai rerata

34
posttest pada pembelajaran media modul kelas X TP 2 adalah 75,55.

Sedangkan nilai rerata posttest menggunakan media ceramah kelas X TP 1

adalah 68,30. Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran yang menggunakan media modul lebih efektif dari pada metode

ceramah.

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang harus dipenuhi.

Dengan adanya pendidikan, manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan

ketrampilan sebagai bekal hidup di masa depan. Selain itu dengan adanya

pendidikan yang baik tentunya akan menghasilkan kualitas sumberdaya manusia

yang berkualitas.

Suatu proses pembelajaran dikatakan baik dan berhasil adalah ketika ilmu

yang disampaikan oleh pendidik dapat diterima dan dipahami oleh peserta didik.

Hal itu dapat tercapai dengan adanya faktor pendukung diantaranya metode

pembelajaran dan media pembelajaran. Dalam proses pembelajaran apabila

seorang guru menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar, dan

dapat berkomunikasi dengan baik pada saat menyajikan pelajaran, maka siswa akan

lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Dalam hal ini buku pedoman praktik las TIG merupakan salah satu media

pembelajaran yang dapat digunakan agar proses pembelajaran pada mata pelajaran

Praktik Las TIG dapat berjalan secara optimal. Dengan adanya buku pedoman

praktik las TIG ini siswa dapat belajar secara mandiri, sehingga dapat mendorong

siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Selain itu, pendidik juga dapat menyajikan

35
materi dengan lebih menarik dan mempermudah siswa dalam pemahaman konsep

atau gambaran ilustrasi pada materi pengelasan TIG. Jadi dengan adanya buku

pedoman praktik las ini diharapkan dapat membantu siswa dalam melaksanakan

praktik pengelasan TIG serta memperkaya materi tentang pengelasan TIG sehingga

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Praktik Las TIG meningkat.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka pertanyaan penelitian yang diajukan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah produk buku pedoman praktik las TIG kelas XII untuk untuk

membantu proses pelaksanaan pembelajaran di SMKN 1 Pundong?

2. Bagaimanakah kelayakan produk buku pedoman praktik las TIG yang sudah

dikembangkan untuk dipakai sebagai bahan belajar siswa kelas XII?

36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research

and Development (R&D). Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan produk berupa desain, materi

pembelajaran, media, alat, atau strategi pembelajaran. Penelitian pengembangan

bukan untuk menguji teori namum untuk menguji atau menyempurnakan sebuah

produk. Borg dan Gall dalam Sugiyono (2012: 4) menyatakan bahwa penelitian dan

pengembangan (research dan development/R&D) merupakan metode penelitian

yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk – produk yang

digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Metode penelitian dan

pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga

menghasilkan produk baru, dan selanjutnya menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2007: 427). Menurut Sukmadinata (2015: 164) penelitian dan

pengembangan adalah suatu proses atau langkah – langkah untuk mengembangkan

suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang telah

dipertanggungjawabkan.

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah buku pedoman praktik

las Tungsten Inert Gas (TIG) kelas XII di SMK N 1 Pundong. Pengembangan buku

disusun dengan memeperhatikan kebutuhan dan situasi nyata di SMK N 1 Pundong.

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan dan

mengetahui kelayalakan dari produk yang dikembangkan.

37
Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penilitan ini

mengacu pada model penelitian yang dikembangkan oleh Borg & Gall dan

Sugiyono. Menurut Borg & Gall (1987: 775) ada sepuluh langkah pelaksanaan

strategi penelitian pengembangan yaitu:

1. Penelitian dan pengumpulan data (research dan information collecting).

2. Perencanaan (planning).

3. Pengembangan draf produk (develop preliminary from of product).

4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing).

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision).

6. Uji coba lapangan (main field testing).

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revison).

8. Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing).

9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision).

10. Desiminasi dan implementasi (dissemination and implementation).

11. Sedangkan Sugiyono (2013: 298) memberikan langkah – langkah penelitian

pengembangan yang ditunjukkan seperti gambar berikut:

Gambar 1. Prosedur Penelitian Pengembangan

38
B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

prosedur yang dikembangkan oleh Sugiyono dengan beberapa penyesuaian yang

bertujuan untuk menghasilkan produk buku pedoman praktik las TIG. Langkah –

langkah yang ditempuh dalam penelitian dan pengembangan buku pedoman praktik

las TIG ini adalah: identifikasi masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi

desain, revisi desain, pembuatan produk, uji coba terbatas, revisi produk 1, uji coba

kelompok besar, revisi produk 2, dan produk siap digunakan. Langkah – langkah

penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Pengembangan


1. Identifikasi Masalah

Masalah adalah suatu penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang

terjadi. Identifikasi masalah dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada.

Hasil identifakasi masalah ini selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk

menemukan gagasan dalam memecahkan masalah.

39
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk berupa

buku pedoman praktik las TIG untuk kelas XII teknik pengelasan di SMK N 1

Pundong. Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan, terdapat beberapa

masalah dalam proses pembuatan buku pedoman praktik las TIG. Adapun

permasalahannya adalah: (1) belum adanya buku acuan yang digunakan dalam

proses pembelajaran, sehingga peneliti harus mengembangkan buku pedoman

praktik dari awal. (2) setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda,

sehingga peneliti harus mampu menciptakan buku pedoman praktik las TIG yang

mudah dipahami oleh siswa. (3) adanya materi las TIG yang sangat banyak dan

komplek sehingga peneliti harus mampu memilih materi yang sesuai dan relevan

dengan tujuan pembelajaran. (4) materi harus rasional untuk dapat dipelajari dalam

waktu yang ditetapkan, sehingga peneliti harus dapat menentukan jumlah materi

yang disajikan. (5) urutan materi harus sesuai dan tepat. (6) format penulisan harus

sesuai dengan standar penulisan serta bahasa yang digunakan harus menggunakan

bahasa yang jelas dan mudah dipahami. (7) tampilan gambar dan diagram yang

sesuai dan tata letak yang tepat. (8) desain sampul dan layout yang harus menarik

dan sesuai dengan dengan tema, sehingga peneliti harus dapat mendesain sampul

yang baik. (9) peneliti harus mencantumkan ringkasan materi serta soal latihan yang

dapat mengukur pencapaian belajar.

2. Pengumpulan Data

Tahap kedua dari penelitian ini adalah pengumpulan data. Pengumpulan data

merupakan proses pengumpulan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai

bahan untuk perencanaan produk yang dikembangkan. Berdasarkan identifikasi

40
permasalahan dalam pengembangan buku pedoman praktik las TIG, maka

dikumpulkan data – data yang berkaitan dengan materi – materi las TIG sesuai

dengan silabus kurikulum 2013 serta informasi yang berkaitan dengan proses

pengembangan buku. Data – data yang telah terkumpul digunakan sebagai acuan

dalam penyusunan desain buku pedoman praktik las TIG. Dengan begitu

diharapkan peneliti dapat menciptakan produk buku pedoman praktik las TIG

sesuai dengan yang diharapkan.

3. Desain Produk

Setelah semua data – data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah desain

produk. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah berupa buku

praktik las TIG. Dalam tahap ini peneliti membuat rancangan atau draft buku

pedoman praktik las TIG. Dalam proses pembuatanya harus mempertimbangkan

beberapa hal yaitu desain sampul haruslah menarik, memiliki layout buku yang

tepat, memiliki kadar isi atau materi yang cukup dan runtut, serta bahasa yang

mudah dipahami oleh siswa dan guru. Selain itu kualitas buku, ukuran buku, dan

desain isi buku juga harus diperhatikan.

4. Validasi Desain

validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan

produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang

lama atau tidak (Sugiyono, 2013: 302). Validasi desain ini adalah aktifitas

penyuntingan terhadap produk buku pedoman praktik las TIG yang di lakukan oleh

dua ahli materi yaitu dosen dan guru mata pelajaran untuk menilai muatan isi buku

pedoman praktik serta satu ahli media yaitu dosen untuk menilai desain penyajian

41
buku pedoman praktik. Validasi desain ini dilakukan dengan menggunakan

instrument penelitian.

5. Revisi Desain

Revisi merupakan proses perbaikan berdasarkan masukan dan saran yang di

dapatkan dari para ahli setelah melakukan validasi desain. Revisi dalam langkah ini

adalah revisi desain sebelum uji coba produk. Hasil revisi merupakan produk awal

yang sudah tervalidasi.

6. Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas dilakukan untuk menemukan kekurangan – kekurangan dari

produk yang di kembangkan. Uji coba terbatas dilakukan pada kelompok kecil yang

sedang menempuh mata pelajaran praktik las TIG. Sadiman (2006: 183)

menyarankan dalam tahapan uji coba ini memilih tiga siswa atau lebih yang dapat

mewakili populasi target dari media yang dibuat. Berdasarkan saran tersebut,

peneliti memilih subjek uji coba sebanyak 6 siswa kelas XII TPA jurusan Teknik

Pengelasan SMK N 1 Pundong dengan kemampuan bervariasi (diatas rata – rata,

rata – rata, dan dibawah rata – rata). Dalam tahap ini siswa memberikan penilaian

terhadap produk melalui instrument penilaian buku pedoman praktik berupa angket

atau questioner.

7. Revisi produk 1

Setelah melakukan ujicoba terbatas pada siswa, maka akan didapatkan saran

– saran dan masukan. Berdasarkan saran dan masukan tersebut di lakukan

perbaikan pada bagian – bagian yang memerlukan perbaikan. Sehingga buku

42
pedoman praktik yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional

yang siap untuk di uji coba pada kelompok besar.

8. Uji Coba Kelompok Besar

Uji coba kelompok besar dilakukan pada kelompok yang lebih besar. Uji coba

ini dilakukan di kelas XII TPB Jurusan Teknik Pengelasan SMK N 1 Pundong

dengan jumlah siswa 30 orang. Siswa yang telah melakukan ujicoba terbatas tidak

perlu melakukan uji coba kelompok besar. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui

kelayakan buku pedoman praktik yang telah dibuat.

9. Revisi Produk 2

Setelah melakukan ujicoba pemakaian, maka akan didapatkan saran dan

masukan. Kemudian berdasarkan saran dan masukan tersebut buku pedoman

praktik dilakukan perbaikan. Sehingga buku pedoman praktik yang dikembangkan

layak untuk digunakan dan sesusai dengan kebutuhan siswa.

10. Produk Siap Digunakan

Setelah melewati uji coba kelompok besar dan revisi produk 2, maka produk

tersebut bisa digunakan sebagai sarana belajar dalam proses pembelajaran yang

sesungguhnya untuk siswa kelas XII Jurusan Teknik Pengelasan SMK N 1

Pundong.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat untuk kegiatan penelitian ini adalah di SMK N 1 Pundong yang

beralamat di Menang, Srihardono, Pundong, Bantul, Yogyakarta. Waktu penelitian

ini dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu tahap observasi awal, tahap penyusunan

43
proposal, tahap perijinan, tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan terakhir

tahap pembuatan laporan hasil penelitian. Penelitian ini dimulai pada bulan

Februari 2018 sampai dengan selesai.

D. Subyek dan Objek Penelitian

Subyek dalam penelitian pengembangan buku pedoman praktik las ini adalah

ahli media, ahli materi, dan siswa kelas XII Jurusan Teknik Pengelasan SMKN 1

Pundong. Ahli media dalam penelitian ini adalah dosen UNY dan guru SMKN 1

Pundong, ahli materi adalah dosen UNY yang menguasai bidang teknik pengelasan

TIG dan guru mata pelajaran praktik pengelasan TIG di SMKN 1 Pundong. Pada

uji terbatas diambil 6 siswa dari kelas XII TPA, untuk uji coba pemakaian adalah

30 siswa dari kelas XII TPB. Sedangkan objek penelitian ini adalah buku pedoman

praktik las Tungstent Inert Gas (TIG).

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian.. Pengumpulan data dilakukan terhadap

sampel yang telah ditentukan. Teknik pengumpulan data diperoleh dari:

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung

dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Sukandarrumidi

(2006: 69) menjelaskan bahwa observasi adalah pengamatan dan pencatatan

sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan

oleh peneliti dengan cara mengati dan mencatat mengenai pelaksaan pembelajaran

44
teori di kelas dan praktik di bengkel pengelasan jurusan teknik pengelasan SMKN

1 Pundong.

2. Wawancara

Teknik wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara

tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2016: 233 – 234) wawancara tidak terstruktur

adalah wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa dengan maksud agar

peneliti memperoleh informasi tentang kebutuhan siswa mengenai materi dan

media yang diperlukan oleh guru maupun siswa.

3. Angket (Questioner)

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015: 142). Jika dilihat dari tipe

pertanyaanya, Sugiyono (2015: 143) menjelaskan bahwa kuisioner dibagi menjadi

dua tipe yaitu: (1) pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan yang mengharapkan

responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian tentang sesuatu hal; (2)

pertanyaan tertutup, adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau

mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap

pertanyaan yang telah tersedia.

Penelitian ini mengggunakan jenis angket dengan pertanyaan tertutup dimana

dalam angket tersebut sudah terdapat pilihan jawaban dan responden diminta untuk

memberikan jawaban dari tiap butir pertanyaan sesuai dengan kondisi sebenarnya.

45
Pada penelitian ini angket digunakan untuk kebutuhan pengumpulan data uji

validasi buku pedoman praktik las TIG. Responden yang dilibatkan dalam

pengambilan data adalah ahli materi, ahli media, dan siswa.

F. Instrument Penelitian

Dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu wawancara (interview),

kuisioner (angket), dan observasi (pengamatan). Sedangkan pada penelitian ini

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuisioner (angket).

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab. Menurut Sugiyono (2007: 199) kuisioner dapat berupa

pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden

secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet.

Instrument penelitian pada penelitian pengembangan buku pedoman praktik

las TIG ini dibuat menjadi tiga kelompok besar yang digunakan untuk

mengevaluasi modul yang dibuat dan mengetahui kelayakan dari modul tersebut,

yaitu (1) intrumen uji kelayakan untuk ahli materi; (2) intrumen uji kelayakan untuk

ahli media pembelajaran dan; (3) intrumen uji terbatas dan uji penggunaan untuk

siswa. Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

instrument non tes yang berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket

tertutup menggunakan skala pengukuran linkert (interval 1 sampai 4). Berikut

adalah kisi – kisi instrument yang digunakan:

46
1. Instrumen Uji Kelayakan untuk Ahli Materi

Instrument yang digunakan ahli materi ditinjau dari aspek (1) Kesesuaian

materi; (2) Kualitas materi; (3) Kemanfaatan buku; (4) Kebahasaan. Kisi-kisi

instrumen untuk ahli materi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Uji Kelayakan Ahli Materi

Jumlah
No Aspek Penilaian Indikator Butir

1 Kesesuaian Materi Kesesuaian materi dengan silabus 1,2,3,4

Kelengkapan isi materi 5

Kejelasan materi 6,7,8,

2 Kualitas Materi Keruntutan materi 9,10,11

Evaluasi materi 12,13,14

Materi mudah dipahami 15,16

Mempermudah dan memperjelas 17


materi
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu 18
dan daya indera
Meningkatkan motivasi belajar 19
3 Kemanfaatan buku
Kemenarikan materi untuk minat 20
belajar
Kepraktisan atau mudah digunakan 21

Kemampuan memberikan 22,23


pengetahuan dan pemahaman
Ketepatan penggunaan Bahasa yang 24
4 Kebahasan baik dan benar
Ketepatan dan keefektifan kalimat 25

Jumlah butir 25

47
2. Instrument Uji Kelayakan untuk Ahli Media

Instrumen untuk ahli media ditinjau dari aspek: (1) kelayakan tampilan; (2)

kebahasaan. Kisi-kisi instrumen untuk ahli media dapat dilihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Uji Kelayakan Ahli Media

Jumlah
No Aspek Penilaian Indikator
Butir

Konsistensi 1,2,3

Format buku 4,5,6,7,8

Organisasi 9,10
1 Kelayakan Tampilan
Daya Tarik 11,12

Huruf 13,14,15

Kualitas kertas, cetakan 16,17

Keefektifan kalimat dan mudah


18,19,20
dipahami
2 Kebahasaan
Penggunaan kosa kata istilah dan
21,22
penekanan.

Jumlah butir 22

3. Instrumen Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Kelompok Besar.

Instrumen uji coba terbatas dan uji coba kelompok besar diberikan kepada

siswa. Instrumen ini meliputi: (1) aspek tampilan; (2) fungsi dan manfaat buku;

(3) kualitas materi; (4) penyajian materi; (5) bahasa dan keterbacaan. Kisi-kisi

48
instrumen uji coba terbatas dan uji coba kelompok besar disajikan pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Kelompok Besar

Jumlah
No Aspek Penilaian Indikator Butir

Huruf 1

1 Tampilan Gambar 2

Daya Tarik 3
Memudahkan belajar dan 4,5
memahami materi
Dapat digunakan kapan dan dimana 6
saja
Fungsi dan
2 Membantu proses belajar 7,8
manfaat buku
Menambah dan memperkaya 9
pengetahuan
Memotivasi belajar 10

Materi dan gambar mudah dipahami 11,12

Kesesuaian ilustrasi dengan materi 13


3 Kualitas materi
Kelengkapan isi materi 14

Kesesuaian tugas dengan materi 15

Terdapat daftar isi yang jelas 16

Pemberian tabel memperjelas materi 17

Penyajian dan Terdapat lembar kerja untuk 18


4 prosedur praktik
kelayakan materi
Terdapat lembar penilaian untuk 19,20
mengukur kompetensi
Kelayakan keseluruhan materi 21
Bahasa dan Bahasa mudah dipahami, 22,23
5
keterbacaan komunikatif
Jumlah butir 23

49
G. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan uji coba maka diperoleh data yang terbagi menjadi dua

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari masukan,

saran, dan kritik ahli materi, ahli media, dan siswa yang kemudian data tersebut

dihimpun dan disimpulkan untuk memperbaiki produk buku pedoman praktik las

yang dikembangkan. Data kuantitatif diperoleh dari angket evaluasi oleh siswa,

ahli materi, dan ahli media.

Susunan skala yang digunakan pada angket atau kuisioner ini berdasarkan

atas skala linkert dengan interval 1 – 4. Data kuantitatif yang dihimpun melalui

angket dianalisis secara deskriptif persentase. Nilai persentase didapat dengan cara

skor/nilai yang didapat dibagi dengan skor/nilai yang diharapkan (skor tertinggi).

Nilai presentase kelayakan diperoleh dengan menggunakan rumus:


P= 𝑥 100%
N

Keterangan: P = Persentase kelayakan (%)

∑ = Skor/nilai yang didapat

N = Skor/nilai yang diharapkan (nilai tertinggi)

Setelah diperoleh nilai presentase kelayakan, selanjutnya nilai tersebut di

konversikan kedalam nilai pada tabel pedoman kriteria tingkat kelayakan.

Kelayakan buku pedoman praktik las TIG dalam penelitian ini diklasifikasikan

50
kedalam empat kategori kelayakan menurut Arikunto (1993: 208), yaitu sebagai

berikut:

Tabel 5. Pedoman Kriteria Tingkat Kelayakan

No Persentase Skala nilai Kriteria Keterangan


1 76% - 100% 4 Sangat Layak Tidak perlu direvisi
2 56% - 75% 3 Layak Tidak perlu direvisi
3 40% - 55% 2 Kurang Layak Direvisi
4 0% - 39% 1 Tidak Layak Direvisi

Perhitungan ini digunakan untuk :

a. Lembar evaluasi untuk ahli materi, yaitu lembar evaluasi produk yang ditujukan

untuk ahli materi terdiri atas 25 butir pernyataan.

b. Lembar evaluasi untuk ahli media, yaitu lembar evaluasi produk yang ditujukan

untuk ahli media terdiri atas 22 butir pernyataan.

c. Lembar evaluasi untuk siswa, yaitu lembar evaluasi produk bahan ajar yang

ditujukan untuk siswa terdiri atas 22 butir pernyataan.

Produk dinyatakan baik, layak, dan menarik apabila hasil observasi atau

penelitian berada pada kualifikasi minimal layak. Sehingga buku pedoman praktik

las TIG tidak perlu direvisi lagi.

51
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau research

and development (R&D). Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah berupa

buku pedoman teori dan praktik las tungsten inert gas (TIG) untuk kelas XII jurusan

teknik pengelasan SMK N 1 Pundong. Pengembangan buku pedoman teori dan

praktik las TIG ini disusun sebagai bahan ajar untuk memudahkan proses

pembelajaran praktik las TIG. Buku pedoman praktik ini memuat teori

pembelajaran las TIG dan jobsheet praktik las TIG yang dikembangkan dan

disesuaikan dengan silabus yang ada di SMK N 1 Pundong.

Berdasarkan penyajiannya buku ini termasuk buku pelajaran, yaitu buku yang

berisi uraian materi tentang mata pelajaran tertentu yang disusun secara sistematis

dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu. Buku pedoman praktik las TIG ini

dicetak pada kertas HVS putih ukuran A4 (210 x 297) dengan berat kertas 80 gr.

Pada bagian cover atau sampul buku dicetak pada kertas ivory dengan berat 260 gr.

Jenis huruf yang digunakan pada isi buku adalah Times New Roman dengan ukuran

huruf 12 dan jarak antar spasi 1,5.

Dengan tersedianya buku pedoman praktik las tungsten inert gas (TIG)

diharapkan mampu mengatasi keterbatasan sumber belajar bagi siswa dan dapat

membantu siswa ketika proses pembelajaran teori maupun pembelajaran praktik las

TIG. Buku tersebut juga diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran

52
untuk melatih kemandirian siswa dalam belajar baik dikelas maupun dirumah,

menambah pemahaman siswa mengenai las TIG, dan dapat menstimulasi siswa

untuk suka membaca, sehingga siswa tidak selalu bergantung pada materi yang

disampaiakn oleh guru.

Buku pedoman praktik las tungsten inert gas (TIG) kelas XII SMK N 1

Pundong disusun melalui beberapa tahapan, adapun tahapan pembuatan buku

mengacu pada langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono dengan

beberapa penyesuaian. Adapun tahap pembuatannya sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

Dari hasil observasi yang dilakukan selama Praktik Lapangan Terbimbing

(PLT) di SMK N 1 Pundong serta wawancara tak struktur dengan guru pengampu

mata pelajaran teknik las TIG, didapat beberapa permasalahan yang terdapat di

jurusan Teknik Pengelesan khususnya untuk mata pelajaran teknik las TIG kelas

XII. Adapun permasalahan diantaranya: (1) metode pembelajaran teori yang

digunakan dalam proses pembelajaran berupa ceramahn; (2) siswa cenderung

kurang aktif dan tidak memperhatikan ketika proses pembelajaran dengan metode

ceramah; (3) belum adanya buku materi ajar untuk siswa dan guru, sehingga ilmu

yang diperoleh siswa hanya sebatas yang disampaikan oleh guru; (4) belum adanya

jobsheet las TIG yang dicetak, sehingga siswa kebingungan mengenai langkah –

langkah dalam mengerjakan job praktik las TIG. Berdasarkan permasalahan

tersebut, peneliti membuat bahan ajar berupa buku pedoman praktik las TIG sebgai

salah satu sumber belajar bagi siswa dan guru, sehingga proses pembelajaran

berjalan dengan efektif.

53
2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam penyusunan buku. Peneliti

mengumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk

perencanaan produk. Informasi serta data – data untuk membuat buku diperoleh

melalui wawancara dengan guru terkait dengan silabus yang digunakan dan materi

yang akan dimuat dalam buku. Materi yang dituangkan dalam buku pedoman

praktik las TIG didapat dari buku – buku pengelasan baik buku cetak maupun buku

elektronik yang relevan dengan buku yang akan dibuat oleh peneliti serta dari situs

– situs internet yang bersangkutan dan terpercaya. Semua yang dijadikan referensi

dapat menjadi dasar pertimbangan produk berupa buku yang akan dikembangkan

dan diharapkan produk yang dibuat sesuai dengan kebutuhan.

3. Desain Produk

Pada tahap ini rancangan produk yang akan dihasilkan berupa buku pedoman

praktik las tungsten inert gas (TIG). Pada desain buku ini materi pembelajaran

disusun dari kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesatuan yang

sistematis.

Proses pembuatan desain buku ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Analisi standar kompetensi dan kompetensi dasar pada materi las TIG.

Menganalisa kompetensi yang akan dicapai sebagai dasar untuk menentukan

cakupan materi yang dibutuhkan untuk mencapai kompetensi tersebut. Kompetensi

tersebut terdapat dalam silabus SMK yang digunakan pada mata pelajaran teknik

las TIG.

54
b. Merumuskan tujuan pembelajaran

Rumusan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator pada kompetensi

dasar yang ada di dalam silabus. Rumusan tujuan pembelajaran yaitu kemampuan

yang akan dicapai siswa dengan menggunakan buku pedoman praktik las TIG.

Tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa antara lain:

1) Menjelaskan bahaya dan resiko pengelasan TIG

2) Menjelaskan perlengkapan K3 las TIG

3) Mendefinisikan pengertian las TIG

4) Menjelaskan macam – macam sumber daya mesin las TIG dan polaritasnya

5) Menjelaskan peralatan utama dan peralatan bantu las TIG

6) Menjelaskan macam – macam elektroda, gas pelindung, dan bahan tambah

untuk las TIG

7) Mengetahui parameter pengelasan TIG

8) Menjelaskan jenis – jenis sambungan

9) Menjelaskan posisi pengelasan las TIG

10) Menjelaskan teknik pengelasan TIG

11) Menjelaskan macam – macam cacat las

12) Mengelas jalur las posisi bawah tangan

13) Mengelas sambungan tumpul posisi 1G

14) Mengelas sambungan tumpul posisi 2G

15) Mengelas sambungan tumpul posisi 3G

16) Mengelas sambungan tumpul posisi 4G

17) Mengelas sambungan sudut (T) posisi 1F

55
18) Mengelas sambungan sudut (T) posisi 2F

19) Mengelas sambungan sudut (T) posisi 3F

20) Mengelas sambungan sudut (T) posisi 4F

21) Mengelas pipa dengan pipa posisi 1G

c. Pembuatan desain sampul (cover)

Desain sampul atau cover buku didesain dengan menarik agar siswa tertarik

dan termotivasi untuk membuka, membaca, dan memahami buku yang dibuat oleh

peneliti. Pembuatan desain sampul menggunakan aplikasi desain yaitu Adobe Corel

Draw X7. Halaman sampul terdiri atas judul buku yaitu “Buku Pedoman Teori dan

Praktik Las Tungsten Inert Gas (TIG)”; nama penyusun “Nasrul Hendrik”; nama

bidang studi “Sekolah Menengah Kejuruan Jurusan Teknik Pengelasan”; dan

sasarannya untuk SMK kelas XII; Gambar ilustrasi; dan logo UNY. Kombinasi

warna yang digunakan pada desain sampul adalah hitam, biru, hijau muda, hijau

tua, dan putih. Tulisan judul menggunakan jenis huruf Arial Normal dan Arial Bold

dengan warna putih. Gambar ilustrasi dimaksudkan untuk menambah kemenarikan

buku. Gambar yang digunakan adalah foto seorang juru las TIG yang sedang

melakukan pengelasan. Desain sampul dibuat sederhana dan tidak terlalu banyak

detail yang tidak penting dengan didominasi warna hijau yang tidak terlalu cerah.

Desain sampul depan memiliki kesinambungan dengan sampul belakang.

56
Gambar 3. Desain sampul depan
d. Pembuatan halaman kata pengantar dan daftar isi (content)

Kata pengantar memuat informasi tentang peran dari buku pedoman teori dan

praktik las busur manual dalam proses pembelajaran. Daftar isi memuat daftar

bagian – bagian yang terdapat dalam buku yang dilengkapi dengan nama sub BAB

57
dan nomor halaman sehingga memudahkan pembaca untuk mencari halaman

materi. Berikut ini gambar kata pengantar yang tedapat dalam buku:

Gambar 4. Halaman kata pengantar

58
Berikut ini desain daftar isi yang terdapat dalam buku:

Gambar 5. Halaman daftar isi

59
e. Penulisan bagian penyajian buku yang berisi materi – materi las TIG, lembar

kerja siswa, dan lembar penilaian

Buku ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama dari buku ini adalah

memuat tentang teori atau materi – materi las TIG sedangkan bagian kedua dari

buku ini memuat praktik las TIG. Pada bagian penyajian teori, buku terdiri dari atas

6 bagian materi. Materi 1 berisi materi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3) terdiri dari 14 halaman, Materi 2 berisi materi Tungsten Imert Gas Welding

(TIG) terdiri dari 13 halaman, Materi 3 berisi materi peralatan las tungsten inert gas

(TIG) terdiri dari 15 halaman, Materi 4 berisi materi gas pelindung, elektroda, dan

bahan tambah las TIG terdiri dari 13 halaman, Materi 5 berisi materi tentang teknik

pengelasan manual las tungsten inert gas (TIG) terdiri dari 14 halaman, dan Materi

6 berisi materi cacat pengelasan (weld defect) terdiri dari 10 halaman. Sedangkan

pada bagian jobsheet terdiri dari 10 jobsheet yang harus diselesaikan oleh siswa.

Adapun penjelasan tiap bagiannya adalah sebagai berikut:

1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Merupakan bagian yang terdiri dari materi tentang K3 pada pengelasan TIG.

Pada bagian ini mencakup materi – materi tentang tujuan K3, resiko yang

ditimbulkan dari pengelasan TIG dan cara mencegahnya, serta alat pelindung diri

(APD) yang digunakan pada pengelasan TIG.

Pada bagian ini juga terdapat lembar tes formatif yang digunakan sebagai

evaluasi siswa. Tes formatif bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami isi materi yang sudah disampaikan. Tes formatif berjumlah 5 soal yang

60
mana masing – masing soal tersebut diambil dari materi yang disampaikan pada

bab Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Gambar 6. Halaman bab Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

61
2) Tungsten Inert Gas Welding (TIG)

Merupakan bagian yang terdiri dari materi tentang las TIG. Pada bagian ini

mencakup materi tentang definisi pengelasan dan pengelasn TIG, klasifikasi

pengelasan, sejarah singkat las TIG, sumber daya dan jenis arus yang digunakan

pada las TIG, serta kelebihan dan kekurangan las TIG.

Gambar 7. Halaman bab Tungsten Inert Gas (TIG)

62
3) Peralatan las Tungsten Inert Gas (TIG)

Merupakan bagian yang terdiri dari materi tentang peralatan yang digunakan

pada las TIG. Pada bagian ini mencakup materi tentang peralatan utama, peralatan

tambahan, dan peralatan bantu las TIG, serta penyetelan mesin dan peralatan las

TIG.

Gambar 8. Halaman bab peralatan las TIG

63
4) Gas Pelindung, Elektroda, dan Bahan Tambah Las TIG

Merupakan bagian yang membahas tentang gas pelindung, elektroda, dan

bahan tambah pada las TIG. Pada bagian ini mencakup materi macam – macam gas

pelindung serta penggunaannya pada las TIG, jenis elektroda tungsten, kode warna

dan ukuran elektroda, cara mengasah elektroda tungsten, dan terakhir adalah

macam – macam bahan tambah dan spesifikasinya.

Gambar 9. Halaman bab gas pelindung, elektroda, dan bahan tambah

64
5) Teknik Pengelasan Manual Las TIG

Merupakan bagian yang membahas mengenai tata cara dan persiapan

pengelasan pada las TIG. Pada bagian ini mencakup materi mengenai macam –

macam sambungan las, macam - macam posisi pengelasan, parameter pengelasan

TIG, dan persiapan pengelasn TIG.

Gambar 10. Halaman bab teknik pengelasan manual las TIG

65
6) Cacat Pengelasan (weld defect)

Merupakan bagian yang membahas tentang macam – macam cacat

pengelasan pada las TIG. Pada bagian ini mencakup materi mengenai macam –

macam jenis cacat las yang dapat terjadi pada pengelasan TIG, penyebab terjadinya

cacat pengelasan, dan cara mengatasinya.

Gambar 11. Halaman bab cacat pengelasan

66
7) Jobsheet

Merupakan bagian yang terdiri atas lembar kerja siswa (jobsheet) dan lembar

penilaian pada setiap masing-masing job. Pada bagian ini terdapat 10 pekerjaan

yaitu membuat rigi – rigi dengan bahan tambah posisi bawah tangan, mengelas

sambungan tumpul kam I posisi bawah tangan (1G), mengelas sambungan tumpul

kampuh I posisi horizontal (2G), mengelas sambungan tumpul kampuh I posisi

vertical (3G), mengelas sambungan tumpul kampuh I posisi diatas kepala (4G),

mengelas sambungan sudut (T) posisi 1G, mengelas sambungan sudut (T) posisi

2G, mengelas sambungan sudut (T) posisi 3G, mengelas sambungan sudut (T)

posisi 4G, dan mengelas pipa dengan pipa sambungan tumpul posisi 1G.

Dalam jobsheet terdapat kompetensi dasar, sub kompetensi, alat dan bahan,

keselamatan kerja, langkah pengerjaan, gambar kerja, serta lembar panilaian. Pada

lembar penilaian terdapat kriteria/aspek yang dinilai, nilai maksimal setiap aspek,

hasil pengukuran setiap aspek, nilai yang didapat pada setiap aspek, dan nilai akhir

dari keseluruhan aspek. Setiap aspek pada lembar penilaian memiliki nilai yang

berbeda. Sistim penilaian yang digunakan bukan sistem GO/NO GO, tetapi

menggunakan nilai bertingkat yaitu ketika hasil praktik siswa sesuai dengan kriteria

tanpa ada cacat maka akan siswa tersebut akan mendapatkan nilai maksimal namun

jika ada beberapa cacat yang masih dalam batas toleransi maka nilai yang didapat

akan berkurang sesuai dengan yang tercantum pada lembar penilaiam.

f. Penulisan daftar pustaka

Penulisan daftar pustaka pada buku ini mangacu pada Ejaan Yang

Disempurnkan (EYD). Daftar pustaka berisi semua referensi yang digunakan

67
peneliti sebagai acuan dan bahan dalam pembuatan buku pedoman praktik las

tungsten inert gas (TIG) kelas XII di SMK N 1 Pundong.

Gambar 12. Halaman daftar pustaka


g. Pembuatan sampul belakang

Desain yang digunakan pada sampul belakang memiliki desain yang

berkesinambungan dengan sampul depan yaitu menggunakan kombinasi warna

68
hijau muda dan hijau tua. Isi sampul belakang meliputi manfaat penggunaan buku

pedoman praktik las TIG.

4. Validasi Desain

Buku yang telah dikembangkan ini kemudian dilakukan validasi oleh

validator yang ahli dalam bidang pengelasan. Proses validasi dibagi menjadi dua

yaitu validasi materi dan validasi media masing validasi dilakukan oleh ahli materi

dan ahli media. Penilaian dari kedua ahli ini akan menjadi acuan untuk merevisi

atau memperbaiki produk buku sebelum dilakukan uji coba produk untuk siswa.

Validator dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, 2 diantaranya adalah ahli media

dan ahli meateri yaitu dosen jurusan pendidikan teknik mesin FT UNY, serta 1

diantaranya adalah guru SMK N 1 Pundong sebagai validator media dan materi.

Tugas utama validator adalah menilai desain produk buku pedoman praktik las TIG

yang dikembangkan oleh peneliti. Adapun hasil dari penilaian para ahli selama

proses validasi adalah sebagai berikut:

a. Validasi Materi

Validasi materi dilakukan untuk menilai buku pada segi materi. Validator

dalam validasi materi ini adalah dosen jurusan pendidikan teknik mesin FT UNY

yaitu Dr. Riswan Dwi Djatmiko, M.Pd. dan guru teknik pengelasan SMK N 1

Pundong yaitu bapak Nur Sahid, M.Pd. Validasi oleh ahli materi dilakukan untuk

meniali buku dari aspek materi. Data validasi diperoleh melalui penilaian angket

yang telah disiapkan oleh peneliti. Angket tersebut akan diisi oleh ahli materi

dengan mengisi nilai sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Jumlah

butir soal untuk uji validasi materi sebanyak 25 butir. Selain memberikan nilai atau

69
skor pada produk, validator juga mengisi saran yang diperlukan untuk perbaikan

masing – masing komponen produk buku pada segi materi.

1) Hasil validasi ahli materi 1

Tabel 6. Hasil validasi ahli materi 1

No Aspek Penilaian Skor Skor yang Persentase


Penilaian Diharapkan Kelayakan

1 Kesesuaian Materi 15 16 93,75%

2 Kualitas Materi 41 48 85,42%

3 Kemanfaatan Buku 26 28 92,86%

4 Kebahasaan 7 8 87,50%

Total Penilaian 89 100 89,00%

Berdasarkan skor data yang diperoleh pada tabel di atas dari evaluasi ahli

materi 1 ditinjau dari kesesuaian materi, kualitas materi, kemanfaatan buku dan

kebahasaan pada buku pedoman praktik las TIG. Ditinjau dari aspek penilaian

tersebut diperoleh data bahwa (1) aspek kesesuaian materi memperoleh persentase

kelayakan 93,75%; (2) aspek kualitas materi memperoleh persentase kelayakan

85,42%; (3) aspek kemanfaatan buku memperoleh persentase kelayakan 92,86%;

(4) aspek kebahasaan memperoleh persentase kelayakan sebesar 87,50%.

Berdasarkan data tersebut diperoleh skor penilaian 89 dari skor yang diharapkan

sebesar 100. Secara keseluruhan produk buku yang dibuat oleh peneliti

mendapatkan penilaian kelayakan materi dari ahli materi 1 sebesar 89,00% dengan

kriteria “Sangat Layak”. Berikut ini diagram batang hasil penilaian dari lembar

validasi kelayakan buku yang dilakukan oleh ahli materi 1:

70
Diagaram Uji Kelayakan Ahli Materi 1
100%

95% 93,75%
92,86%

90% 89,00%
87,50%
85,42%
85%

80%

75%
1 2 3 4 5

Gambar 12. Diagram uji kelayakan ahli materi 1

2) Hasil validasi ahli materi 2

Tabel 7. Hasil validasi ahli materi 2

No Aspek Penilaian Skor Skor yang Persentase


Penilaian Diharapkan Kelayakan

1 Kesesuaian Materi 14 16 87,50%

2 Kualitas Materi 38 48 79,17%

3 Kemanfaatan Buku 22 28 78,57%

4 Kebahasaan 6 8 75,00%

Total Penilaian 80 100 80,0%

Data pada tabel di atas diperoleh dari evaluasi ahli materi 2 ditinjau dari

kesesuaian materi, kualitas materi, kemanfaatan buku dan kebahasaan pada buku

71
pedoman praktik las TIG. Berdasrkan tabel diatas tersebut diperoleh data bahwa (1)

aspek kesesuaian materi memperoleh persentase kelayakan 87,50%; (2) aspek

kualitas materi memperoleh persentase kelayakan 79,17%; (3) aspek kemanfaatan

buku memperoleh persentase kelayakan 78,57%; (4) aspek kebahasaan

memperoleh persentase kelayakan sebesar 75,00%. Berdasarkan data tersebut

diperoleh skor penilaian 80 dari skor yang diharapkan sebesar 100. Secara

keseluruhan produk buku yang dibuat oleh peneliti mendapatkan penilaian

kelayakan materi dari ahli materi 1 sebesar 80,00% dengan kriteria “Sangat Layak”.

Berikut ini diagram hasil penilaian dari lembar validasi kelayakan buku yang

dilakukan oleh ahli materi 2:

Diagaram Uji Kelayakan Ahli Materi 2


100%

90% 87,50%

79,17% 78,57% 80,00%


80% 75,00%

70%

60%

50%
1 2 3 4 5

Presentase Kelayakan

Gambar 14. Diagram uji kelayakan ahli materi 2


Saran dan kritik dari ahli materi 1 dan ahli materi 2 setelah memberikan penilaian

terhadap produk buku pedoman praktik las TIG antara lain:

a) Pengertian umum pengelasan dan pengertian las TIG disesuaikan menurut

AWS.

72
b) Melengkapi parameter pengelasan TIG.

c) Mengganti penjelasan tentang duty cycle

d) Menambah rumus menghitung duty cycle.

e) Mengganti gambar flowmeter jenis dial menjadi flowmeter jenis batang.

f) Menambahkan materi tentang sistem pendingin berbasis udara.

g) Menambahkan tabel pemilihan arus listrik dan laju gas.

h) Memperjelas gambar bentuk tip untuk pengelasan arus AC.

i) Menambahkan materi tentang electrode extension dan tip to work distance.

j) Bab tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di letakkan pada bab paling

awal.

k) Menambahkan jobsheet pengelasan 4F dan 4G.

l) Menambahkan sudut pengelasan pada gambar di jobsheet.

b. Validasi Media

Validasi media dilakukan untuk menilai buku pada segi kelayakan sebagai

media pembelajaran. Validator dalam validasi media ini sebanyak 2 orang yaitu 1

dosen jurusan pendidikan teknik mesin FT UNY bapak Bambang Setyo Hari

Purwoko, M.Pd. dan 1 guru teknik pengelasan SMK N 1 Pundong yaitu bapak Nur

Sahid, M.Pd. Validasi oleh ahli media dilakukan untuk menilai buku dari aspek

kelayakan tampilan dan kebahasaan. Data validasi diperoleh melalui penilaian

angket yang telah disiapkan oleh peneliti. Angket tersebut akan diisi oleh ahli media

dengan mengisi nilai sesuai dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan. Jumlah

butir soal untuk uji validasi media sebanyak 22 butir. Selain memberikan nilai atau

73
skor pada produk, validator juga mengisi saran yang diperlukan untuk perbaikan

masing – masing komponen produk buku pada segi kelayakan sebagai media

pembelajaran.

1) Hasil validasi ahli media 1

Tabel 8. Hasil validasi ahli media 1

No Aspek Penilaian Skor Skor yang Persentase


Penilaian Diharapkan Kelayakan

1 Kelayakan Tampilan 59 68 86,76%

2 Kebahasaan 15 20 75,00%

Total Penilaian 74 88 84,09%

Data pada tabel di atas diperoleh dari evaluasi ahli media 1 ditinjau dari

kelayakan tampilan dan kebahasaan pada buku pedoman praktik las TIG.

Berdasrkan tabel diatas tersebut diperoleh data bahwa (1) aspek kelayakan tampilan

memperoleh persentase kelayakan 86,76%; (2) aspek kebahasaan memperoleh

persentase kelayakan sebesar 75,00%. Berdasarkan data tersebut diperoleh skor

penilaian 74 dari skor yang diharapkan sebesar 88. Secara keseluruhan produk buku

yang dibuat oleh peneliti mendapatkan penilaian kelayakan media dari ahli media

1 sebesar 84,1% dengan kriteria “Sangat Layak”. Berikut ini diagram hasil

penilaian dari lembar validasi kelayakan buku yang dilakukan oleh ahli media 1:

74
Diagaram Uji Kelayakan Ahli Media 1
100%

90% 86,76%
84,09%
80% 75,00%

70%

60%

50%
1 2 3

Presentase Kelayakan

Gambar 15. Diagram uji kelayakan ahli media 1

2) Hasil validasi ahli media 2

Tabel 9. Hasil validasi ahli media 2


No Aspek Penilaian Skor Skor yang Persentase
Penilaian Diharapkan Kelayakan

1 Kelayakan Tampilan 62 68 91,18%

2 Kebahasaan 17 20 85,00%

Total Penilaian 79 88 89,77%

Data pada tabel di atas diperoleh dari evaluasi ahli media 2 ditinjau dari

kelayakan tampilan dan kebahasaan pada buku pedoman praktik las TIG.

Berdasrkan tabel diatas tersebut diperoleh data bahwa (1) aspek kelayakan tampilan

memperoleh persentase kelayakan 91,18%; (2) aspek kebahasaan memperoleh

persentase kelayakan sebesar 85,00%. Berdasarkan data tersebut diperoleh skor

penilaian 79 dari skor yang diharapkan sebesar 88. Secara keseluruhan produk buku

yang dibuat oleh peneliti mendapatkan penilaian kelayakan media dari ahli media

75
2 sebesar 89,77% dengan kriteria “Sangat Layak”. Berikut ini diagram hasil

penilaian dari lembar validasi kelayakan buku yang dilakukan oleh ahli media 2:

Diagaram Uji Kelayakan Ahli Media 2


100%
91,2% 89,8%
90% 85,0%

80%

70%

60%

50%
1 2 3
Presentase Kelayakan

Gambar 16. Diagram uji kelayakan ahli media 2


Saran dan kritik dari ahli media setelah memberikan penilaian terhadap buku antara

lain:

a) Menggunakan kata yang dapat diukur pada tujuan pembelajaran.

b) Perbaikan gambar yang kurang jelas.

5. Revisi Desain

a. Revisi Validasi Materi

Kritik dan saran dari ahli materi baik dari hasil data evaluasi dan konsultasi

yang dilakukan antara peneliti dan ahli materi. Kemudian langkah selanjutnya

adalah melakukan revisi buku dari aspek materi sesuai saran. Revisi yang dilakukan

menurut saran ahli materi antara lain:

76
1) Pengertian umum dan pengertian las TIG disesuaikan menurut AWS.

Gambar 17. Perbaikan pengertian las TIG

2) Melengkapi parameter pengelasan

Melengkapi parameter pengelasan diantaranya besarnya arus yang

digunakan, laju gas pelindung, jenis arus dan polaritas, ukuran dan klasifikasi

elektroda yang digunakan, pemilihan nozzle, laju pengelasan (travel speed), ukuran

dan bntuk tip elektroda, dan elektroda extension.

77
3) Mengganti penjelasan tentang duty cycle

Gambar 18. Perbaikan penjelasan duty cycle


4) Menambahkan rumus untuk menghitung duty cycle

Gambar 19. Rumus perhitungan duty cycle


5) Menambahkan materi tentang sistem pendingin berbasis udara

Setelah melakukan konsultasi dan validasi dengan ahli materi 1 didapatkan

saran untuk menambahkan materi mengenai sistem pendingin berbasis udara

dimana sebelumnya sudah terdapat materi mengenai sistem pendingin berbasis air.

78
6) Mengganti gambar flowmeter jenis dial menjadi flowmeter jenis batang.

Sebelum Sesudah

Gambar 20. Perbaikan gambar flowmeter


7) Menambahkan tabel pemilihan arus listrik dan laju gas pelidung

Gambar 21. Tabel parameter pengelasan

79
8) Memperjelas gambar bentuk tip untuk pengelasan arus AC.

Sebelum Sesudah

Gambar 22. Perbaikan gambat bentuk tip elektroda untuk arus AC


9) Bab tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di letakkan pada bab paling

awal.

Setelah melakukan konsultasi dan validasi dengan ahli materi didapatkan

saran untuk meletakkan bab keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada bab

pertama yang sebelumnya bab K3 ini berada pada bab paling akhir. Alasan untuk

memindahkan bab K3 di bab pertama adalah diharapkan sebelum siswa

melanjutkan ke pembelajaran paraktik, siswa sudah paham terlebih dahulu

mengenai K3 pengelasan TIG.

10) Menambahkan jobsheet pengelasn 4F dan 4G

Penambahan jobsheet 4F dan 4G bertujuan untuk menggantikan jobsheet

pengelasan pipa dengan plat posisi 1F dan 2F dimana job tersebut tidak dipraktikan

pada praktik pengelasan di SMK N 1 Pundong karena keterbatasan bahan praktik.

b. Revisi Validasi Media

Kritik dan saran dari ahli media baik dari hasil data evaluasi dan konsultasi

yang dilakukan antara peneliti dan ahli media, kemudian langkah selanjutnya

80
adalah melakukan revisi buku dari aspek media sesuai saran. Revisi yang dilakukan

menurut saran ahli media antara lain:

1) Menggunakan kata yang dapat diukur pada penulisan tujuan pembelajaran

Sebelum

Sesudah

Gambar 23. Perbaikan penulisan tujuan pembelajaran

2) Memperbaiki gambar nozzle las yang kurang jelas

Sebelum Sesudah

Gambar 24. Perbaikan gambar nozzle las

81
6. Uji Coba Terbatas

Pengujian kelayakan secara terbatas dilakukan pada kelas XII TP A jurusan

Teknik Pengelasan dengan jumlah 10 siswa. Pada ujicoba terbatas ini peneliti

membagikan angket kepada 10 siswa disertai dengan buku yang dikembangkan

oleh peneliti sebagai objek yang akan dinilai dari segi kelayakannya. Untuk jumlah

butir soal pertanyaan pada angket terdiri dari 23 butir pertanyaan. Uji coba terbatas

dilakukan agar peneliti mendapatkan penilaian awal terhadap produk dan

mengetahui kekurangan pada buku yang kemudian dilakukan revisi produk awal

sebelum digunakan pada uji coba kelompok besar. Hasil dari uji coba terbatas dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Hasil uji coba terbatas

No Aspek Penilaian Skor Skor yang Persentase


Penilaian Diharapkan Kelayakan
1 Tampilan 99 120 82,50%
2 Fungsi dan Manfaat 225 280 80,36%
3 Kualitas Materi 163 200 81,50%
4 Penyajian Materi 203 240 84,58%
5 Bahasa dan Keterbacaan 69 80 86,25%
Total Penilaian 759 920 82,50%

7. Revisi Produk 1

Revisi produk 1 adalah tahapan perbaikan setelah dilakukannya uji coba

terbatas. Revisi produk 1 merupakan perbaikan dari buku sesuai dengan pendapat

dari siswa SMK N 1 Pundong. Pada tahapan ini bertujuan untuk menyempurnakan

buku pedoman praktik las TIG kelas XII di SMK N 1 Pundong sesuai dengan saran

82
dan pendapat dari siswa untuk menyesuaikan kebutuhan dari siswa sebelum

dilakukan tahap uji coba kelompok besar. Saran yang didapat setelah dilakukannya

uji coba terbatas adalah gambar ilustrasi lebih diperbesar dan diperjelas.

8. Uji Coba Kelompok Besar

Pengujian kelayakan diujikan untuk siswa kelas XII teknik pengelasan di

SMKN 1 Pundong. Pada ujicoba produk buku ini peneliti membagikan anfket

kepada seluruh siswa kelas XII TPB disertai dengan buku yang dikembangkan oleh

peneliti sebagai bahan yang akan dinilai dari segi kelayakannya. Aspek yang dinilai

dalam ujicoba kelayakan buku ini meliputi aspek tampilan, aspek fungsi dan

manfaat buku, aspek kualitas materi, serta aspek bahasa dan keterbacaan. Untuk

jumlah butir soal pertanyaan pada angket ini terdiri dari 23 butir pertanyaan. Uji

coba dimaksudkan agar peneliti mendapatkan penilaian buku bagi siswa dan

masukan agar buku dapat digunakan dalam pembelajaran di SMK N 1 Pundong.

Hasil dari uji kelayakan buku dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Hasil uji kelayakan buku pada siswa

No Aspek Penilaian Skor Skor yang Persentase


Penilaian Diharapkan Kelayakan
1 Tampilan 296 360 82,22%
2 Fungsi dan Manfaat 659 840 78,45%
3 Kualitas Materi 483 600 80,50%
4 Penyajian Materi 594 720 82,50%
5 Bahasa dan Keterbacaan 209 240 87,08%
Total Penilaian 2241 2760 81,20%

83
Berdasarkan skor data penelitian menggunakan skala likert yang ada pada

tabel di atas untuk menguji kelayakan buku oleh 30 siswa (respoden) yang diperoleh

dengan mengisi angket, dapat diketahui bahwa penilaian kelayakan buku ditinjau

dari aspek tampilan, aspek fungsi dan manfaat, aspek kualitas materi, aspek

penyajian materi, serta aspek bahasa dan keterbacaan. Berdasarkan tinjauan dari

aspek penilaian tersebut diperoleh data bahwa (1) aspek tampilan memperoleh

persentase kelayakan 82,22%; (2) aspek fungsi dan manfaat buku memperoleh

persentase 78,45%; (3) aspek kualitas materi memperoleh persentase 80,50%; (4)

aspek penyajian materi memperoleh persentase 82,50%; (5) aspek bahasa dan

keterbacaan buku memperoleh persentase kelayakan 87,08%. Berdasarkan data

tersebut juga diperoleh jumlah skor 2241 dari skor yang diharapkan 2760. Secara

keseluruhan produk buku yang dibuat oleh peneliti mendapat persentase penilaian

kelayakan sebesar 81,19% dengan kriteria “Sangat Layak”. Adapun diagram batang

pada uji coba produk yang diajukan pada sisa adalah sebagai berikut

Diagaram Uji Kelayakan Siswa


100%

90% 87,08%
82,22% 80,50% 82,50% 81,20%
78,45%
80%

70%

60%

50%
1 2 3 4 5 6
Presentase Kelayakan

Gambar 25. Diagram uji kelayakan siswa

84
9. Revisi Produk

Revisi produk adalah tahapan perbaikan terakhir sebelum produk buku

diproduksi secara masal. Revisi produk merupakan perbaikan dari buku sesuai

dengan pendapat dari siswa SMK N 1 Pundong. Pada tahapan ini bertujuan untuk

menyempurnakan buku pedoman praktik las TIG kelas XII di SMK N 1 Pundong

sesuai dengan saran dan pendapat dari siswa untuk menyesuaikan kebutuhan dari

siswa SMK N 1 Pundong.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Pundong dengan subyek

penelitiannya adala siswa kelas XII TPB Teknik Pengelasan sebanyak 30 siswa

untuk mengetahui kelayakan dari penggunaan buku pedoman praktik las TIG.

Adanya pengembangan buku ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran sehingga ilmu yang diserap oleh siswa lebih optimal, baik dalam

pemebelajaran teori maupun praktik. Penelitian ini dikembangkan dengan

menggunakan tahap penelitian dan pengembangan dari Sugiyono yang telah

dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi di SMK N 1 Pundong. Pada penelitian

ini menggunakan 10 tahapan pengembangan yaitu: 1) identifikasi masalah; 2)

pengumpulan data; 3) desain produk; 4) validasi desain; 5) revisi desain; 6) uji coba

terbatas; 7) revisi produk 1; 8) uji coba kelompok besar; 9) revisi produk 2; 10)

produk siap digunakan.

Buku pedoman praktik las TIG ini digunakan sebagai bahan ajar oleh guru

dalam proses pemebelajaran dikelas dan jua sebagai acuan guru dalam membantu

85
melaksanakan pembelajaran. Perancangan buku pedoman praktik las TIG ini

mengacu pada rancangan buku menurut Arsyad (2011) yang kemudian diterapkan

pada perancangan buku pedoman praktik las TIG yaitu 1) penerapan konsistensi

jarak/ spasi antar baris yaitu 1,5; 2) penerapan konsistensi cetakan huruf dan ukuran

huruf disetiap halaman buku menggunakan jenis huruf Times New Roman dengan

ukuran huruf 12; 3) kalimat atau paragraf disusun sedemikian rupa agar mudah

dipahami oleh siswa; 4) setiap bab dipisahkan dengan label yang berbeda.

Isi buku yang dikembangkan mencangkup paparan teori tentang las TIG dan

lembar kerja/ jobsheet yang berisi tentang deskripsi pekerjaan, spesifikasi, alat dan

bahan, tata cara pelaksanaan, serta lembar penilaian produk. Materi yang dimuat

pada buku pedoman praktik las TIG disesuaikan dengan sialabus mata pelajaran

praktik las TIG dan kebutuhan siswa, sehingga materi yang ada dalam buku tidak

terlalu sedikit atau terlalu banyak. Selain teori pada bagian jobsheet juga

disesuaikan dengan silabus dan kondisi bengkel teknik pengelasan SMK N 1

Pundong.

Penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan di SMKN 1 Pundong, Bantul,

Yogyakarta dengan subjek ujicoba siswa kelas XII TPB Teknik Pengelasan

sebanyak 30 siswa untuk mengetahui kelayakan dari penggunaan buku. Dengan

adanya pengembangan buku ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran sehingga lebih optimal, baik dalam pembelajaran teori maupun

praktik las TIG. Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan tahap

penelitian dan pengembangan dari Sugiyono yang telah dimodifikasi. Pada

penelitian ini hanya menggunakan 10 tahapan pengembangan seperti yang telah

86
dijelaskan pada halaman sebelumnya. Tahapan dalam penelitian ini meliputi: 1)

identifikasi masalah; 2) pengumpulan data; 3) desain produk; 4) validasi desain; 5)

revisi desain; 6) uji coba terbatas; 7) revisi produk 1; 8) uji coba kelompok besar;

9) revisi produk 2; 10) produk siap digunakan.

Dari hasil penilaian para ahli yaitu ahli media dan ahli materi dan juga dari

siswa sebagai pengguna menunjukkan baha buku pedoman praktik las TIG kelas

XII di SMK N 1 Pundong yang dikembangkan masuk dalam kategori “sangat

layak”. Sebagaimana yang telah ditunjukkan berdasarkan hasil analisis kelayakan

yang telah dilakukan. Skor yang didapat dari kelayakan yang dilakukan oleh ahli

materi 1 yaitu 89 dari skor yang diharapkan adalah 100 sehingga dalam penilaian

tersebut memperoleh persentase kelayakan sebesar 89,0% dan masuk dalam

kategori “sangat layak”. Skor yang didapat dari penilaian kelayakan yang dilakukan

oleh ahli materi 2 yaitu sebesar 80 dari skor yang diharapkan adalah 100 sehingga

dalam penialaian tersebut memperoleh persentase kelayakan sebesar 80,0% dan

masuk dalam kategori “sangat layak”. Skor yang didapat dari ahli media 1 adalah

74 dari skor yang diharapkan adalah 88 sehingga dari penilaian tersebut

memperoleh persentase kelayakan sebesar 84,1% dan masuk dalam kategori

“sangat layak”. Skor yang didapat dari kelayakan yang dilakukan oleh media 2 yaitu

sebesar 79 dari skor yang diharapkan 88 sehingga dari penilaian tersebut

memperoleh persentase kelayakan 89,77% dan masuk dalam kategori “sangat

layak”. Berdasarkan hasil validasi tersebut menunjukkan bahwa buku pedoman

praktik las TIG yang dikembangkan masuk dalam kategori “sangat layak” untuk

digunakan di dalam kegiatan pembelajaran.

87
Uji kelayakan juga dilakukan pada siswa untuk mengetahui penilaian dan

tanggapan dari buku yang telah dibuat. Uji kelayakan diambil di SMK N 1 Pundong

pada kelas XII TPB Teknik Pengelasan. Pada uji kelayakan/ pemakaian ini

mendapatkan skor sebesar 2241 dari skor yang diharapkan adalah 2760 sehingga

dari penilaian tersebut memperoleh persentase kelayakan sebesar 81,20% dan

masuk dalam kategori “sangat layak”.

Untuk keseluruhan persentase yang didapatkan dari kelayakan para ahli yaitu

2 ahli materi dan 2 ahli media sekaligus uji kelayakan pada siswa didapat persentase

sebesar 84,86% dan masuk dalam kategori “sangat layak”. Dapat dikatakan

demikian sebab pada klasifikasi kategori kelayakan menurut Arikunto (1993: 208)

yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya dinyatakan bahwa persentase 76% -

100% berada pada kategori “sangat layak” dengan keterangan tidak perlu direvisi.

Dengan demikian buku pedoman praktik las TIG kelas XII di SMK N 1 Pundong

sudah layak untuk digunakan sebagai bahan ajar dan alat bantu pembelajaran di

SMK N 1 Pundong. Berikut ini diagram persentase kelayakan dari keseluruhan

pengujian yang sudah dilakukan:

Diagaram Kelayakan Buku


100% 89,00% 89,77%
90% 84,10% 81,19% 84,81%
80,00%
80%
70%
60%
50%
Siswa
Ahli Media 1

Ahli Media 2
Ahli Materi 1

Ahli Materi 2

Rata - Rata

Presentase Kelayakan

Gambar 26. Diagram kelayakan buku

88
C. Keterbatasan Penelitian

Produk akhir dari penelitian ini adalah dihasilkannya sebuah bahan ajar

berupa buku pedoman praktik las TIG kelas XII SMK N 1 Pundong. Dari beberapa

tahap perancangan buku tersebut, terdapat beberapa kendala yaitu pada saat

pengambilan data uji kelayakan pada siswa kelas XII masih terdapat beberapa siswa

ketika mengisi angket tidak sepenuhnya membaca pernyataan yang diajukan dan

cenderung asal – asalan dalam mengisinya.

Berdasarkan hasil uji kelayakan tersebut, masih terdapat kekurangan dari

buku pedoman praktik las TIG yaitu belum sepenuhnya buku dapat meningkatkan

motivasi siswa untuk membacanya, langkah kerja yang belum sepenuhnya

terperinci. Akan tetapi buku ini dapat digunakan untuk media pemebelajaran bagi

peserta didik dan guru serta dapat digunakan untuk belajar mandiri siswa.

Banyaknya tampilan gambar ilustrasi membuat siswa dapat lebih memahami

tentang materi las TIG.

89
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah dilakukan penelitian terhadap produk yang dikembangkan, diperoleh

beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan kelayakan produk yang dikembangkan

dan manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat di simpulkan dari penelitian dan

pengembangan ini.

1. Produk buku pedoman praktik las Tungsten Inert Gas (TIG) untuk Siwa SMK

Kelas XII Jurusan Teknik Pengelasan SMK N 1 Pundong terdiri dari bagian

pendahuluan, bagian isi yang berupa teori tentang las TIG, dan Jobsheet sesuai

dengan silabus yang digunakan di SMK N 1 Pundong. Pada bagian isi buku ini

dicetak menggunakan kertas HVS 80gr dengan ukuran A4 dan bagian cover

dicetak dengan menggunakan kertas ivory 250gr.

2. Berdasarkan penilaian dari ahli materi dan ahli media serta uji kelayakan dari

siswa dapat diketahui tingkat kelayakan buku pedoman praktik las TIG untuk

siswa SMK kelas XII melalui 3 unsur yaitu unsur materi, unsur media, dan

unsur pengelaman siswa dalam menggunakan buku ini. Penilaian buku oleh

ahli materi 1 mendapatkan skor 89 dari skor yang diharapkan adalah 100 dan

persentase kelayakannya sebesar 89,00% , sehingga masuk dalam kategori

“sangat layak”. Skor yang didapat dari penilaian kelayakan yang dilakukan

oleh ahli materi 2 yaitu sebesar 80 dari skor yang diharapkan adalah 100

90
sehingga dalam penilaian tersebut memperoleh persentase kelayakan sebesar

80,0% dan masuk dalam kategori “sangat layak”. Penilaian dari ahli media 1

mendapatkan skor 74 dari skor yang diharapkan adalah 88 sehingga dari

penilaian tersebut memperoleh persentase kelayakan sebesar 84,09% dan

masuk dalam kategori “sangat layak”. Skor yang didapat dari kelayakan yang

dilakukan oleh media 2 yaitu sebesar 79 dari skor yang diharapkan 88 sehingga

dari penilaian tersebut memperoleh persentase kelayakan 89,77% dan masuk

dalam kategori “sangat layak”. Sedangkan penilaian kelayakan berdasarkan

respon siswa mendapatkan skor penilaian sebesar 2241 dari skor yang

diharapkan yaitu 2760 dan persentase kelayakannya sebesar 81,19%, sehingga

buku tersebut berdasarkan respon siswa masuk ke dalam kategori “sangat

layak”. Berdasarkan hasil penilaian kelayakan oleh ahli materi, ahli media, dan

siswa maka dapat diakatakan bahwa buku pedoman praktik las TIG kelas XII

di SMK N 1 Pundong sudah sangat baik dari segi materi maupun segi media

dan sangat layak digunakan dalam pembelajaran di SMK N 1 Pundong.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini maka implikasi hasil penelitian adalah

produk buku pedoman praktik las TIG kelas XII di SMK N 1 Pundong yang

dikembangkan ini dapat digunakan oleh pihak sekolah dalam pembelajaran teori

maupun praktik pada mata pelajaran pengelasan TIG di jurusan teknik pengelasan

SMK N 1 Pundong. Penggunaan media pembelajaran berupa buku ini bisa

91
membantu guru untuk mempermudah dalam penyampaian materi dan mengatasi

kebosanan siswa karena metode mengajar yang monoton.

C. Saran

1. Saran Pemanfaatan

Buku pedoaman praktik praktik las TIG untuk siswa kelas XII jurusan Teknik

Pengelasan di SMK N 1 Pundong ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan

penelitian lanjutan yang berupa penelitian eksperimen maupun pengembangan.

2. Saran untuk Pengembangan Produk Lebih Lanjut

Buku ini dikembangkan dan diteliti sampai tahap uji kelayakannya sehingga

masih perlu diuji efektivitasnya agar secara empiris dapat dibuktikan efektivitasnya

dalam pembelajaran di kelas. Peneliti juga berharap dalam penelitian lanjutan

supaya mengembangkan jobsheet lebih lanjut sesuai dengan kondisi peralatan dan

lingkungan yang ada di Jurusan Teknik Pengelasan SMK N 1 Pundng, menambah

soal review dan melengkapi materi, karena soal-soal dan materi yang ada dalam

buku ini masih terdapat kekurangan.

92
DAFTAR PUSTAKA

Abdorrakhman, Gintings. (2008). Esensi Praktis belajar dan pembelajaran.


bandung: humaniora.

Alwi, Hasan. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Syamsul. (2012). Suskes Menulis Buku Ajar dan Referensi. jakarta:
grasindo.

Arsyad, Azhar. (1997). Media Pengajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Basuki,Sulistito. (1993). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Belawati, Tian dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. jakarta: pusat penerbitan
UT.

Chomsin, Widodo dan Jasmadi. (2008). panduan menyusun bahan ajar berbasis
kompetensi. jakarta: kompas gramedia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar.


Jakarta: Depdiknas.

Harjanto. (1997). perencanaan pengajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Indriana, Dina. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva
Press.

Kusumastuti, Sri. (2008). pengembangan buku petunjuk praktikum IPA kimia


berbasis inkuiri terbimbing untuk SMP/MTs Kelas VII semester 1. skripsi.
program studi pendidikan kimia. universitas negeri malang.

Miskiyah, Roihatul.(2013). Pengembangan Buku panduan Praktikum berbasis


inkuiri terbimbing pada materi benda dan sifatnya untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa kelas II MI Bahrul Ulum Ngoro
Mojokerto. Skripsi. Program studi pend. Guru MI. UIN Maulana Malik
Ibrahim. Malang.

93
Muhlisin, Arif. (2015). Pengembangan Media Modul Pada Mata Pelajaran
Menggunakan Mesin Untuk Operasi Dasar Kelas X SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY. Diambil pada
tanggal 20 April 2018, dari https://www.eprints.uny.ac.id.

Mulyati, Arifin. (1995). Pengantar Panduan Praktikum Laboratorium Fisika.


Jakarta: Laskar Aksara.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum berbasis kompetensi. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Nuryanto, Afiata D dan Tiwan. (2017). Pengembangan Modul Pengecoran Logam


Aluminium Untuk Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. [versi elektronik].
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 2, Nomor 2, Agustus
2017.
Pawit. (2009). Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Pawit. (2010). Penelusuran informasi. Jakarta: Kencana

Prakoso, Ari N. (2015). Pengembangan Buku Panduan Pelaksanaan Konseling


Individual Dengan Pendekatan Person Centered. Skripsi. Program Studi
Bimbingan dan Konseling

Rahayuningsih, F. (2007). Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sanaky, Hujair AH. (2013). Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:


Kaukaba

Sudjana, Nana. (2004). Dasar - dasar proses beelajar mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensido Offset

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Suwarno, Wiji. 2011. Perpustakaan & Buku: Wacana Penulisan & Penerbitan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

94
Syah, Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Thobroni, M. dan Mustofa A. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media

Wagiran. (2007). Inovasi Pembelajaran dan Penilaian dalam Penyiapan Tenaga


Kerja Era Global. [versi elektronik]. Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, Volume 16, Nomer 1, Mei 2007

Widodo, Chomsin S. dan Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar


Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Kompetindo

Winatapura, Udin. (1993). Strategi belajar mengajar IPA. Jakarta: Departmen


Pendidikan dan Kebudayaan

Yusuf, Pawit M. (2009). Ilmu Informasi, Komunikasi, dan Kepustakaan. Jakarta:


Bumi Aksara

zainudin, arif dan W P napitupulu. (1997). Pedoman Baru Menyusun Bahan Ajar.
Jakarta

Zulhilmi, Rifqi. (2016). Pengembangan Modul Pembelajaran Untuk Meningkatkan


Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran Teknik Pembentukan dan Perakitan
Fabrikasi Logam Untuk Kelas XI Teknik Fabrikasi Logam Di SMKN 1
Seyegan. Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY. Diambil pada tanggal
20 April 2018, dari https://www.eprints.uny.ac.id.

95
LAMPIRAN

96

Anda mungkin juga menyukai