Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
CALISTUNG GAMES : PEMBERANTASAN BUTA AKSARA MELALUI
PERMAINAN YANG KREATIF DAN MENYENANGKAN
BIDANG KEGIATAN :
PENELITIAN

Disusun oleh:
Azizah Taufiqi Wahdah 17.01.061.017 (Angkatan tahun 2017)

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA


NUSA TENGGARA BARAT
2019
Pengesahan Usulan PKM Penelitian
1 Judul Kegiatan : CALISTUNG GAMES :
PEMBERANTASAN BUTA
AKSARA MELALUI PERMAINAN
YANG KREATIF DAN
MENYENANGKAN
2 Bidang Kegiatan : PKM-P
3 Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Azizah Taufiqi Wahdah
b. NIM : 17.01.061.017
c. Jurusan : Psikologi
d. Universitas : Universitas Teknologi Sumbawa
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Perumahan baiti jannati blok f2 no 5,
sumbawa / 082147750575
f. Alamat email : taufiqiwahdah@gmail.com
4 Anggota pelaksana Kegiatan : 1 orang
/Penulis
5 Dosen pendamping
Nama Lengkap dan Gelar : Dimas Teguh Prasetyo, S.Pd., M.Psi. T
NIDN :
Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Perumahan Baiti Jannati Kab.
Sumbawa
6 Biaya kegiatan total:
a. Dikti :
b. Sumber lain :
7 Jangka waktu pelaksanaan :
Sumbawa, 15 November 2019
Menyetujui Ketua Pelaksana Kegiatan
Ketua Jurusan

Ayuning Atmasari, M.Psi,. Psikolog Azizah Taufiqi Wahdah


NIP. 0812098602 NIM. 17.01.061.017

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

Iwan Wahyudi, SE Dimas Teguh Prasetyo, S.Pd., M.Psi. T


NIK. 198201172017081199 NIDN.
RINGKASAN

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sebagai salah satu kabupaten di Nusa Tenggara
Barat yang belum bebas dari buta huruf, kondisi sebagian besar dari mereka adalah anak
anak usia sekolah berusia 6-18 tahun yang terpaksa putus sekolah karena faktor ekonomi.
Selain itu, anak-anak juga penting mendapatkan pembelajaran dalam membaca, menulis
dan menghitung guna untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik. Dengan aktivitas
yang menyenangkan, saya mengharapkan suasana kebersamaan dan pertemuan baru
dengan tingkat usia yang sama mampu menciptakan keasyikan sendiri dan meningkatkan
kepercayaan diri untuk belajar membaca, menulis dan menghitung. Ini Pelatihan,
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga anak-anak memiliki ketertarikan dalam belajar
cara membaca, menulis dan menghitung dan membuat mereka terbiasa untuk
mempraktekan 3 hal tersebut di kehidupan sehari-hari . Jadi, semakin sering kuantitas
anak-anak bermain dan terbiasa praktek dalam keseharian mereka semakin mahir mereka
dalam membaca, menulis dan menghitung, sekaligus membuat anak lebih percaya diri
dengan kemampuan mereka untuk mengaktualisasikan diri mereka di hadapan orang lain .
Dengan konsep yang kreatif dan menyenangkan, mampu menarik anak-anak
untuk lebih rajin bermain permainan CALISTUNG ini, sehingga buta huruf lambat
menjadi berkurang, para anak-anak mulai menyadari bahwa belajar membaca,menulis
dan menghitung dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan semangat serta
motivasi untuk belajar sudah mulai terbentuk, dibuktikan dengan peningkatan
kemampuan anak-anak dalam membaca, menulis dan menghitung. Adapun Games
Calistung yang di gunakan yaitu Puzzle Kata Putri Musim Semi, Pertualangan Moza si
kucing, Kereta Api bapak gendut, Perahu Kertas Si Bajak Laut dan Bowling Kata Kakek
Baik Hati. Idealnya para anak-anak yang belajar membaca memerlukan waktu selama 3
(tiga) bulan untuk dapat membaca. Akan tetapi, kemajuan yang luar biasa, bahwa anak-
anak yang ikut serta dalam pelatihan secara cepat dapat menguasai setiap pertemuan
secara baik. Pertemuan yang dilakukan secara intensif diikuti dengan animo anak-anak
merupakan salah satu faktor yang menjadi pendukungnya. Tidak hanya itu, bantuan tutor
lokal dan keramahan saya sebagai penyelenggara banyak dinilai positif oleh anak-anak.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Data buta aksara di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) masih cukup tinggi. Data
tahun 2015 dari total penduduk usia 15 tahun ke atas sebanyak 91, 307 jiwa yang melek
huruf baru mencapai angka 85, 461 jiwa. Sedangkan penduduk yang belum melek huruf
(buta huruf) sebanyak 5,846 jiwa. Jumlah tersebut masih didominasi oleh kaum
perempuan sebanyak 3,517 orang dan 2,329 laki-laki. Menurut Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) KSB Kepala Ir. Muhammad Akhyar, SP mengungkapkan kepada Suara
NTB pada 9 Desember 2016 bahwa jika di persentasekan penduduk kabupaten Sumbawa
Barat yang buta aksara sebanyak 7.74% yang disumbangkan oleh perempuan dan 5.08%
oleh laki-laki (www.suarantb.com, 2016).
Wakil Ketua Komisi I DPRD Sumbawa Barat, Muhammad Amin S. AP,
menyatakan masih tingginya angka buta aksara ini menunjukan ketidakseriusan instansi
terkait untuk menggarap berbaik progam unggulan dalam dunia pendidikan, padahal
selama ini anggran yang telah di kucurkan dari pusat maupun APBD cukup besar. Dan
anggaran yang cukup besar seharusnya dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk
mengatasi permasalahan buta aksara ini .Kabupaten Sumbawa Barat sebagai pusat
perkembangan ekonomi di Nusa Tenggara Barat, ternyata masih belum merdeka dengan
penderita buta aksara. Beberapa hal yang menjadi pokok utama adalah angka buta huruf
di KSB ternyata masih tinggi dengan penderita yang menjadi sorotannya adalah anak-
anak usia sekolah berusia 6-18 tahun. Mengingat kaum anak-anak sebagai kaum yang
mempunyai kedudukan terpenting dalam suatu kelompok, dengan keluarga sebagai
contohnya, maka anak-anak adalah sorotan utama dalam permasalahan ini.
Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan
Nasional, Hamid Muhammad, beranggapan bahwa masalah utama yang menjadi
penyebab banyaknya penderita buta aksara adalah rendahnya angka pendidikan. Hal ini
dipengaruhi oleh akses pelayanan pendidikan dasar dan angka putus sekolah, terutama di
kelas I, II, dan III jenjang sekolah dasar.
Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud, Ella Yulaelawati
menambahkan bahwa pemerintah khusunya Kemendikbud juga membuat peraturan
daerah khusus (perdasus) tentang pendidikan untuk mengontrol atau membatasi
permasalahan buta aksara ini. Namun upaya tersebut dinilai belum optimal karena dilihat
dari metodenya, masyarakat penderita buta aksara lebih mengalami penekanan dan
keterpaksaan dalam mengikuti kebijakan tersebut. Hal ini menimbulkan penurunan minat
baca bagi penderita, sehingga diperlukan adanya pengembalian minat atau ketertarikan
baca, tulis dan hitung yang dikhususkan bagi anak anak dengan rentang usia 6-18 tahun
atau anak-anak sebagai sasaran utamanya. Mengapa anak-anak? Karena anak-anak
dinilai memiliki peran penting sebagai generasi penerus dalam keluarga dan masyarakat.
Lewat anak-anak ini, diharapkan bisa menciptakan generasi yang memiliki minat baca,
tulis dan hitung yang tinggi sehingga mencetak masa depan yang lebih cemerlang.
Dan setelahnya, akan terbentuk kelompok kecil bentukan para anak tersebut yang
diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat, bahwa pendidikan sejak dini
itu penting. Games Calistung merupakan beberapa permainan yang digunakan untuk
menstimulus anak untuk belajar baca,tulis dan hitung dengan cara yang menyenangkan,
sehingga anak tertarik untuk belajar calistung dan menumbuhkan kebiasaan calistung
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Berikut adalah Games Calistung yang di gunakan
yaitu Puzzle Kata Putri Musim Semi, Pertualangan Moza si kucing, Kereta Api bapak
gendut, Perahu Kertas Si Bajak Laut dan Bowling Kata Kakek Baik Hati. Apalagi
sesuai dengan karakter anak anak yang menyukai permainan yang kreatif dan
menyenangkan .
Dengan permainan ini pula, suasana kebersamaan dan kumpul dengan derajat usia
yang sama mampu menimbulkan keasyikan tersendiri dan menjadi gagasan bahwa
permainan dapat dijadikan metode penyampaian buta aksara di KSB, khususnya di Desa
Rarak Runges, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat Nusa Tenggara
Barat.Perlu adanya pengamatan dan pendekatan intensif bagi anak-anak penderita buta
aksara agar terbentuk kebiasaan pada diri mereka untuk belajar calistung sehingga
kedepannya mereka akan sadar pentingnya pendidikan yang diterapkan untuk memenuhi
persaingan global dan diharapkan akan timbul generasi yang tanggap akan
permasalahan buta aksara yang seharusnya bisa ditekan dan dicegah. Dan Games
Calistung merupakan sarana atau program yang diharapkan bisa menekan angka buta
aksara yang terjadi di KSB pada khususnya, wilayah Rarak Runges sebagai tempatnya,
dan anak-anak sebagai sasaranya, dengan tujuan agar mampu memotivasi anak-anak
untuk turut serta dan kedepannya ketika mereka sudah dewasa dapat berpartisipasi dalam
pemberantasan buta aksara kepada jaringan kecil disekitarnya, dengan keluarga sebagai
contohnya. Dalam Program kreatitivitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) ini yang akan
dilakukan adalah memberantas masalah buta aksara dan membentuk pribadi anak-anak
yang cerdas dan tanggap terhadap masalah buta aksara dan pentingnya pendidikan usia
dini.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang akan diselesaikan dalam program ini, diantaranya:


1. Masih besarnya angka buta aksara di KSB, khususnya di kalangan anak-anak
usia 6-18 tahun di wilayah Rarak Runges, yang diakibatkan oleh banyaknya
anak-anak yang putus sekolah karena faktor ekonomi.
2. Belum adanya metode pembelajaran yang menarik bagi anak-anak Rarak
Runges penderita buta aksara, untuk belajar baca-tulis dengan nyaman dan
menyenangkan.
3. Kurangnya kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap anak-anak usia 6-18
tahun penderita buta aksara di wilayah Rarak Runges akan pentingnya
pendidikan usia dini guna mencetak generasi yang lebih baik di masa depan.
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dari program ini adalah sebagai berikut:
1. Menekan angka buta aksara, khususnya anak-anak penderita buta aksara usia
6-18 tahun di wilayah Rarak Runges sehingga mereka mampu membaca dan
menulis dengan baik.
2. Memberikan solusi alternatif dengan Games Calistung sebagai metode yang
asyik dan menyenangkan,yang mampu menarik minat baca-tulis bagi anak-anak
penderita buta aksara usia 6-18 tahun di wilayah Rarak Runges.
3. Meningkatkan motivasi dan kesadaran bagi penderita buta aksara akan
pentingnya pendidikan baca-tulis sejak dini, yang kemudian menjadi modal
untuk mencetak masa depan lebih baik.

1.4 LUARAN PENELITIAN

Target luaran dari program ini adalah:


1. Anak-anak Desa Rarak Runges mampu membaca dan menulis, serta menjadI
modal anak-anak untuk mencetak masa depan lebih baik.
2. Terciptanya buku Rapor anak-anak penderita buta aksara. Buku ini merupakan
wujud nyata dari hasil belajar anak-anak di Games Calistung serta sebagai
indikator keberhasilan anak-anak dalam menyerap ilmu baca tulis dan hitung
yang dituangkan dalam Games yang diberikan.
3. Terwujudnya perpustakaan baca, tulis dan hitung yang berfungsi sebagai
tempat berkumpul, belajar, juga tempat bermain anak-anak Games Calistung.
Suplai buku berasal dari mahasiswa, donatur, dan masyarakat yang peduli
pada masalah buta aksara ini.
4. Terwujudnya Komunitas Games Calistung, yang diharapkan dari kelompok
kecil ini, mampu menularkan kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan
ke berbagai kelompok di lingkungan sekitar, khususnya di daerah Rarak
rengus.
5. Terciptanya sebuah artikel motivasi, mengenai sisi lain kehidupan seorang anak
penderita buta aksara yang dipilih mampu mewakili beberapa anak yang
semangat mewujudkan visinya agar terbebas dari buta aksara.
6. Terciptanya video inspirasi yang merekam jejak perjuangan penderita buta
aksara dari keadaan mereka tidak dapat membaca, menulis, dan pada akhirnya
mereka mampu mengaplikasikan dan menerapkannya dengan baik.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Kegunaan program ini adalah sebagai berikut :


1. Kembalinya kemauan untuk belajar baca-tulis bagi anak-anak penderita buta
aksara usia 6-18 tahun di wilayah Rarak Runges sehingga mereka mampu
membaca dan menulis dengan baik.
2. Sebagai upaya edukasi baca,tulis dan hitung bagi anak-anak penderita buta
aksara usia 6-18 tahun di wilayah Rarak Runges , sehingga buta aksara lambat
laun dapat diberantas.
3. Membantu dan mendukung upaya pemerintah dalam menekan angka buta
aksara di Desa Rarak Rengus khususnya.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Buta Aksara

1. Definisi Buta Aksara


“Buta aksara adalah seseorang yang tidak dapat membaca, menulis, dalam huruf
latin dan berhitung dengan angka Arab, sedangkan buta aksara fungsional adalah orang
yang tidak dapat memanfaatkan kemampuan baca, tulis, dan berhitung dalam kehidupan
seharihari” (Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah, 2006: 3).
Buta huruf dalam arti buta bahasa Indonesia, buta pengetahuan dasar yang dapat
menunjang kehidupan sehari-hari, buta aksara dan angka, buta akan informasi kemajuan
teknologi, merupakan beban berat untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang
berkualitas dalam arti mampu menggali dan memanfaatkan peluang yang ada di
lingkungannya. Selain itu buta huruf (buta aksara) adalah buta aksara adalah orang yang
tidak memilikikemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari(Maf’Ullah, 2013 : 3). Menurut beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat membaca ataupun
menulis baik itu huruf latin ataupun huruf lainnya pada usia tertentu. Selain itu juga buta
aksara adalah kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan Pendidikan sekolah pada
usianya.
2. Penyebab Buta Aksara
Faktor-faktor penyebab buta aksara di Indonesia menurut Muhammad (2009 : 88) antara
lain : a. Tingginya angka putus sekolah dasar(SD). b. Beratnya kondisi geografis
Indonesia. c. Munculnya penyandang buta aksara baru. d. Pengaruh faktor sosiologis dan
socialmasyarakat. e. Kembalinya seseorang menjadi butaaksara. Selain itu menurut
Wahyudiati dalam Badriyah (2014: 107), penyebab buta aksara adalah karena putus
sekolah atau tidak pernah bersekolah sama sekali yang disebabkan oleh faktor budaya,
sosial, politik, dan gender. Faktor kemiskinan menjadi faktor utama yang membuat
seseorang menjadi buta aksara karena untuk makan sehari-hari masih sulit apalagi untuk
mengenyam bangku sekolah. Selain itu, wilayah yang jauh dengan layanan pendidikan
juga menjadi faktor seseorang menjadi buta aksara. Contohnya di daerah pedalaman atau
daerah terpencil yang sangat jauh ke sekolah dasar sekalipun, apalagi ke sekolah lanjutan.
Warga yang berada di daerah terpencil harus berangkat pagi-pagi sekali atau jam lima
pagi karena jarak rumah dengan sekolah sangat jauh. Permasalahan lain yaitu orang tua
yang menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan menganggap bahwa sekolah
adalah perbuatan yang sia-siadan lebih baik menyuruh anak untuk membantu berladang,
berternak dan kegiatan lain yang dapat menghasilkan uang.
Berdasarkan pemaparan diatas diketahui bahwa banyak faktor yang menyebabkan
seseorang menjadi buta aksara. Salah satu contohnya yaitu, faktor ekonomi atau
kemiskinan, tidak pernah bersekolah atau putus sekolah, dan jarak tempuh layanan
pendidikan yang jauh. Faktor ekonomi atau faktor kemiskinan adalah faktor utama yang
menyebabkan buta aksara.
3. Upaya Mengentas Buta Aksara
Buta aksara dapat diselesaikan dengan berbagai cara diantaranya sebagai berikut
(Syamsiah, 2015:216): 1) Mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah. Pemerintah
harus berupaya untuk menekan anak usia sekolah yang tidak sekolah ataupun putus
sekolah yang diakibatkan oleh masalah kemiskinan, maupun yang diakibatkan oleh jauh
dari layanan Pendidikan atau sekolah. 2) Membuat cara-cara baru dalam proses
pembelajaran. Membuat cara-cara yang baru dalam pembelajaran yang asyik dan
menyenangkan agar peserta didik tidak bosan dalam belajar dan menjaga kemampuan
beraksara bagi peserta didik. 3) Adanya niat baik dan sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah harus mempunyai niat yang baik, sungguh-sungguh dan serius untuk
memberantas buta huruf untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia. 4) Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam upaya
percepatan pemberantasan buta huruf. Pemberantasan buta huruf bukan hanya tugas
pemerintah tetapi itu tugas kita semua selaku generasi penerus bangsa. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
memberantas buta huruf yaitu mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah, melakukan
terobosan ataupun cara-cara baru dalam proses pembelajaran, adanya kesungguhan dari
pemerintah untuk mengentaskan buta huruf dan adanya keterlibatan berbagai pihak dalam
percepatan upaya pemberantasan buta huruf.

B. Games Calistung

Games Calistung merupakan beberapa permainan yang digunakan sebagai upaya


memberikan stimulus anak untuk menyukai kegiatan belajar membaca,menulis dan
menghitung.
Adapun Games Calistung terbagi menjadi 5 jenis yaitu:

1. Puzzle Kata Putri Musim Semi


Saat anak bermain puzzle yang mengandung huruf – huruf, orangtua bisa
membimbing agar huruf – huruf tersebut membentuk kata. Dengan demikian, puzzle tidak
hanya bersifat menantang kemampuan visual – spasialnya, tetapi juga kemampuan
berbahasanya. Ciptakan pula cerita di balik kata tersebut sehingga kemampuan
komunikasi anak juga bisa terlatih.

2. Petualangan Moza si Kucing


Tips lainnya, untuk mengajari anak mudah belajar membaca dan menulis adalah
dengan petualangan maze. Games sangat cocok digunakan bagi anak yang memiliki
tingkat keaktifan tinggi dan sulit duduk diam. Orangtua bisa membuat kartu berisi gambar
dan sebuah kata sebagai petunjuk yang mengarahkan anak ke tahapan maze selanjutnya.
Jadikan rumah dan setiap sudutnya sebagai area petualangan anak. Anak akan mencoba
membaca setiap kata yang diberikan untuk mencapai tantangan berikutnya. Tentu hal ini
merupakan pembelajaran yang tidak disadari anak, sehingga mereka tidak akan bosan.
3. Kereta Api Bapak Gendut
Tempelkan kertas dengan beberapa kata sederhana pada setiap segmen bagian
tubuh boneka Kereta Api, sehingga anak akan berusaha membacanya. Pembelajaran dapat
juga ditingkatkan menjadi menulis atau menyalin untuk melatih kelincahan tangan anak.

4. Perahu Kertas si Bajak Laut


Perahu kertas bisa dibuat dari bahan yang amat sederhana. Dalam perahu kertas,
buat sebuah rongga yang bisa diisi bola ping pong. Permainan dapat diawali dengan
mengisi bak mandi dengan air, lalu meniup perahu yang diletakkan di atas air. Orangtua
dan anak bisa berjongkok saling berseberangan. Setelah itu, ibu meniup perahu yang akan
ditangkap anak di ujung seberang.

Anak diharuskan membaca kata pada bola ping pong yang ada di dalam perahu
kertas. Semakin banyak anak membaca, semakin banyak poin yang dikumpulkan.
Orangtua juga bisa melibatkan anak tetangga atau saudara yang seumuran agar kompetisi
lebih menarik.

5. Bowling Kata Kakek Baik Hati


Seperti permainan bowling biasa, anak menggelindingkan bola untuk
menjatuhkan pion yang terbuat dari botol kemasan air mineral. Setelah itu, botol yang
sudah diisi kertas brisi kata – kata harus dibaca untuk memperoleh skor.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Identifikasi variable penelitian


Variabel bebas : Games Calistung
Variabel terikat : Pemberantasan Buta Aksara

3.2 Definisi oprasional variable penelitian


a. Buta Aksara
Buta Aksara adalah penduduk yang tidak dapat membaca ataupun menulis baik itu
huruf latin ataupun huruf lainnya pada usia tertentu. Selain itu juga buta aksara adalah
kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan Pendidikan sekolah pada usianya.
b. Games Calistung
Games Calistung merupakan beberapa permainan yang digunakan sebagai upaya
memberikan stimulus anak untuk menyukai kegiatan belajar membaca,menulis dan
menghitung.

3.3 Populasi dan sample


Populasi Dalam penelitian ini adalah Anak-anak Desa Rarak Runges. Sampel
sebanyak 100 orang anak, meliputi laki-laki dan perempuan.
Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak yang berusia 6-18
tahun, yakni Anak yang putus sekolah dan tidak sekolah sama sekali.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti Games Calistung
sebagai alat pemberantas buta aksara yang kreatif dan menyenangkan.

3.4 Metode pengumpulan data


Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan observasi,
wawancara dan Dokumentasi. Adapun observasi yang digunakan adalah Observasi
partisipan yaitu Peneliti juga dapat mengambil peran dalam situasi yang berlangsung.
Pada jenis ini, peneliti menjadi salah satu orang yang melakukan aktivitas yang diteliti.
Dengan demikian, peneliti mendapatkan pengalaman secara langsung dari aktivitas
tersebut sehingga informasi yang diperoleh menjadi lebih mendalam. Contohnya, seorang
peneliti ikut tinggal bersama suatu suku tertentu untuk mengetahui bagaimana adat dan
kebiasaan suku tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-hari sedangkan wawancara
yan digunakan adalah Wawancara tak berstruktur yaitu Dilakukan secara bebas,
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara secara sistematis,Pedoman yang
digunakan hanya garis-garis besar permasalahan, Peneliti belum mengetahui secara pasti
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan dan dokumentasi
didapatkan dari hasil kerja anak-anak yang dibukukan dalam bentuk Rapor .Hal ini
bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak-anak dalam kemampuan calistung
mereka.
3.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan sebagai berikut
a. Reduksi data
Proses pemilhan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan -catatan
tertulis di lapangan
b. Penyajian data
Kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi
kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tinddakan
c. Penarikan kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peniliti secara terus menerus
selama di Lapangan.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
1. Anggaran Biaya

Adapun rincian dana yang dibutuhkan pada kegiatan PKMM ini dapat dilaporkan sebagai
berikut.

Pembuatan proposal PKM Rp. 60.000,00


Pembuatan proposal perijinan tempat Rp. 100.000,00
Pembuatan undangan ke warga Rp. 200.000,00
Pembuatan pamphlet Rp. 500.000,00
Pembuatan buku rapor Rp. 1000.000,00
Pembelian bahan bahan Rp. 500.000,00
Perbanyakan Alat Games Rp. 2.500.000,00
ATK Rp. 250.000,00
Pembuatan laporan kegiatan Rp. 60.000,00
Sewa perlengkapan sosialisasi Rp. 400.000,00
Dokumentasi Rp. 400.000,00
Transportasi Rp. 1.000.000,00
Konsumsi anak-anak Rp. 600.000,00
Konsumsi pelaksana kegiatan Rp. 225.000,00
Hadiah Rp. 300.000,00
Sewa tempat Rp. 1.700.000,00
Perlengkapan pembelajaran buku & alat tulis Rp. 480.000,00
Biaya lain-lain Rp. 200.000,00
JUMLAH Rp. 10.475.000,00
2. Jadwal Kegiatan

BULAN KE-1 BULAN KE-2 BULAN KE-3


NO KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pustaka X
Penyusunan
2 instrumen X
penelitian
3 Penentuan informan X
Pra lapangan
4 observasi X
pendahuluan
5 Pengumpulan data X X X
Pembuatan
6 X X
transkrip
7 Analisis data X X
Penarikan
8 X
kesimpulan

9 Penyelesaian X
laporan penelitian
DAFTAR PUSTAKA

http://yanthie95.blogspot.com/2014/01/program-kreativitas-mahasiswa-
upaya.html

Anda mungkin juga menyukai