Anda di halaman 1dari 43

PERLINDUNGAN HUKUM

TENAGA KESEHATAN DAN


ALTERNATIF PENYELESAIAN
SENGKETA MEDIK
Dr. Mahesa Paranadipa M, M.H
Ketua Umum DPP MHKI

1
Kasus Malpraktik
Dr.Setyaningrum

Pati - Jawa Tengah Dr. Setyaningrum keluar dari tahanan


Tahun 1979
pada tanggal 27 Juni 1984 dengan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 600K/
Putusan Pengadilan Negeri Pid/1983 tertanggal 2 Juni 1984
Pati No. 8/1980/Pid.B/
Pn.Pati Tonggak sejarah bangkitnya Hukum
Kesehatan
Putusan Pengadilan Tinggi
Semarang No. 203/1981
No. 8/1980/Pid.B/PT.
Semarang

2
Kasus dr Dewa Ayu Sasiary
Prawani, dr Hendry Simanjuntak, &
dr Hendy Siagian tahun 2010.
Dinyatakan BEBAS oleh MA tahun
2014

Kasus Dr.Heryani
Parewasi,Sp.OG, dituntut pidana
pada Desember 2017, divonis
BEBAS pada 25 Juni 2018

3
4
Dokter dan tenaga kesehatan yang menjalani sengketa
medik pada jalur hukum, meski telah dinyatakan bebas
namun menyisakan trauma mendalam serta
ketidakpercayaan publik terhadap dokter atau tenaga
kesehatan ybs.

Ketidakpercayaan publik juga disebabkan pemberitaan


yang bombastis —> sulit untuk merehabilitasi nama
baik dokter atau tenaga kesehatan ybs

5
STANDAR DALAM
PELAYANAN KESEHATAN

6
UU No.36/2009 ttg Kesehatan

UU No.36/2014 ttg Tenaga Kesehatan


Penjelasan kata “Standar”

“standar profesi” adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional attitude) minimal
yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat

secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

“standar pelayanan” adalah pedoman yang diikuti oleh Tenaga Kesehatan dalam melakukan pelayanan
kesehatan. Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi dibuat oleh organisasi profesi serta

disahkan oleh Menteri Kesehatan.

“standar prosedur operasional” adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan


untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu. Standar prosedur operasional memberikan langkah

yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi

pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi. Disusun

dalam bentuk Panduan Praktik Klinis, dapat dilengkapi dengan Clinical Pathway, algoritme, protokol, prosedur,

atau standing order.


8
Sanksi Hukum yang
dapat dikenakan kepada
Apoteker

9
Sanksi Pidana dalam UU No.36 Th 2009 Ttg Kesehatan
• Pasal 190 : sengaja tidak memberikan pertolongan gawat darurat
• Pasal 191 : menggunakan obat/alat tradisional menyebabkan kerugian, luka berat/
kematian
• Pasal 196 : menjual obat/alkes yang belum memenuhi standar
• Pasal 197 : menjual obat/alkes tanpa ijin
• Pasal 200 : sengaja menghalangi pemberian ASI ekslusif

10
Sanksi Pidana dalam UU No.36 Th 2014 Ttg Tenaga
Kesehatan
• Pasal 84 ayat (1) : kelalaian menyebabkan luka berat
• Pasal 84 ayat (2) : kelalaian menyebabkan kematian
• Pasal 85 : praktik tanpa STR
• Pasal 86 : praktik tanpa SIPA

11
KUH Pidana
• Pasal 359 KUHP yaitu karena kesalahannya menyebabkan kematian
• Pasal 360 KUHP yaitu karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat
• Pasal 361 KUHP yaitu karena kesalahannya dalam melakukan suatu jabatan
atau pekerjaannya hingga menyebabkan mati atau luka berat akan dihukum
lebih berat
• Pasal 322 KUHP tentang Pelanggaran Rahasia Kedokteran

12
RUU KUHP

13
Salah satu unsur pidana adalah adanya Niat Jahat (Means
Rea). Setiap Apoteker terikat dengan SUMPAH PROFESI,
sehingga sulit membuktikan adanya means rea yang dapat
digolongkan kepada tindakan KESENGAJAAN (Dolus)
namun KEALPAAN (Culpa).

Untuk pelanggaran standar berat yang menyebabkan


kematian/kecacatan pasien dapat dimasukkan dalam
kategori Kealpaan (Culpa Lata). Contoh: kesalahan
pemberian obat

Pasal yang sering dikenakan adalah 359 dan 360 KUHP

14
Suatu perbuatan atau sikap dianggap lalai
apabila memenuhi 4 unsur:
1. Duty atau kewajiban untuk melakukan atau
untuk tidak melakukan tindakan tertentu
terhadap pasien tertentu pada kondisi dan
situasi tertentu
2. Dereliction of the duty atau penyimpangan
dari kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu
dirasakan oleh pasien sebagai kerugian
akibat dari tindakan
4. Direct causal relantionship atau hubungan
sebab akibat yang nyata
Di beberapa negara, tuntutan pidana terhadap sengketa
medik mulai ditinggalkan. Penyelesaian sengketa melalui
jalur perdata dan jalur Non-Litigasi (Mediasi) sudah mulai
trend digunakan.

16
KUH Perdata (HUKUM PRIVAT)
• Wan Prestasi, jika hubungan yuridis dokter-pasien adalah perjanjian membawa hasil
(resultaatverbintenis) dengan memakai pasal 1239 KUH Perdata,

• Perbuatan melawan hukum, jika hubungan yuridis dokter-pasien adalah perjanjian memasang
tekad (inspanningsverbintenissen) atau perjanjian teraupetik dengan memakai pasal 1365 KUH
Perdata,

• Melalaikan pekerjaan sebagai penanggungjawab. Artinya, dokter bertanggungjawab atas


kesalahan yang dibuat bawahannya (perawat, paramedis) yang secara langsung diawasinya dalam
melaksanakan perintah atau petunjuk dokter. Bawahan dokter tersebut merupakan perpanjangan
tangan dokter (verlengende arm van de geneesher) dalam melakukan tindakan medik. Pasal yang
digunakan adalah pasal 1367 ayat (3) KUH Perdata.

17
Pasal 58
(2) Tuntutan ganti rugi (red. PERDATA) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan
nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.

(UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan)


Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut
Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana

(Pasal 32 butir q UU 44/2009)

19
PERLINDUNGAN HUKUM
TENAGA KESEHATAN

20
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

21
UU No.36 tahun 2009 tentang
Kesehatan

22
UU No.36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan

23
UU No.44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit

Apakah telah ditunaikan24oleh semua rumah sakit?


UU No.44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit

Apakah telah ditunaikan oleh semua rumah sakit?


25
Permenkes No. 9 tahun 2014
tentang Klinik

Pihak yang mendapat perlindungan hukum di Permenkes ini apakah entitas


Klinik atau Dokter?

26
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TENAGA
KESEHATAN SEHARUSNYA SEPERTI ADVOKAT

27
KEADILAN RESTORATIF
(RESTORATIVE JUSTICE)

28
Keadilan Restoratif (restorative justice) sebagai suatu proses semua
pihak yang berhubungan dengan tindak pidana tertentu duduk bersama-
sama untuk memecahkan masalah dan memikirkan bagaimana
mengatasi akibat pada masa yang akan datang.

-Kelompok kerja peradilan anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)-

29
Selain melalui pengadilan (litigasi), penyelesaian
sengketa juga dapat diselesaikan di luar pengadilan
(non litigasi), yang lazim dinamakan dengan
Alternative Dispute Resolution (ADR) atau Alternatif
Penyelesaian Sengketa (APS)

Di Amerika, sejak tahun 1976 telah dimulai gerakan


ke arah ADR, didirikan Special Comitte on Minor
Dispute. Saat ini ADR berubah menjadi Dispute
Resolution (DR)

30
UU Kesehatan Pasal 29
“Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya, kelalaian tersebut diselesaikan terlebih
dahulu melalui mediasi”

Azas ultimum remedium adalah azas dalam hukum pidana, dimana


pemidanaan atau sanksi pidana adalah alternatif atau upaya terakhir
dalam penegakan hukum

31
UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan

32
Di Jepang dikenal istilah Chotei
(Mediasi) dan Wakai (perdamaian)
untuk penyelesaian sengketa
medik

Di Jerman dikenal istilah


Sclichtung sebagai Court
Connected Mediation

33
Berdasarkan Pasal 17 Peraturan
Mahkamah Agung RI No. 1/2016, pada
hari sidang yang telah ditentukan dan
dihadiri oleh Para Pihak, Hakim yang
memeriksa Perkara mewajibkan Para
Pihak untuk menempuh Mediasi

34
MEDIASI PENAL

• Mediasi dalam sengketa pidana “mediation in criminal


cases” atau ”mediation in penal matters” yang dalam
istilah Belanda disebut strafbemiddeling, dalam istilah
Jerman disebut ”Der Außergerichtliche Tataus-gleich”

• Dalam RUU KUHP disebutkan bahwa salah satu tujuan


pemidanaan adalah untuk menyelesaikan konflik yang
ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai di dalam
masyarakat (Halaman 41 naskah RUU KUHP tahun 2015)

35
Beberapa Kegagalan Mediasi
di Pengadilan
(1) belum semua hakim memperoleh pelatihan mediasi sehingga
pemahaman mereka belum seragam,
(2) jumlah hakim di beberapa daerah masih terbatas sehingga mereka
lebih fokus untuk menyelesaikan perkara secara litigasi,
(3) adanya peran pengacara yang menghambat proses mediasi karena
akan berimbas pada financial fee yang mereka dapatkan dari para klien,
(4) kurangnya pengetahuan para pihak yang berperkara tentang
keuntungan penyelesaian perkara melalui mediasi,
(5) sebagian hakim masih memandang mediasi sebagai penambahan
beban pekerjaan mereka dalam memutus perkara, dan
(6) adanya keengganan hakim untuk mengoptimalkan mediasi karena
ketiadaan sistem rewards and punishment dalam pelaksanaan mediasi.

-Studi Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT)-


36
PENDAMPINGAN HUKUM

37
KETIDAKSIAPAN NAKES
MENGHADAPI KASUS HUKUM
• Tidak paham proses hukum

• Surat panggilan diminta keterangan dari pihak penyidik yang


mendadak

• Kesulitan meminta pendampingan dari organisasi profesi. OP


tidak memiliki personil yang memahami proses hukum

• Kesulitan dalam mencari pendamping hukum/lawyer

• Biaya pendampingan yang terlalu besar

• Tuntutan perdata yang terlalu besar


TRIPARTIT
PERLINDUNGAN HUKUM

NAKES

PENDAMPING
OP
HUKUM

BEBAN BIAYA SEPENUHNYA DITANGGUNG NAKES


JAMINAN
PERLINDUNGAN HUKUM
NAKES

Penyedia Program
Biaya yang
menanggung biaya
ditanggung oleh
pendampingan
Nakes hanya biaya PENYEDIA
hingga gugatan
program. PROGRAM JAMINAN
PERLINDUNGAN perdata/mediasi*

PENDAMPING
OP
HUKUM
KESIMPULAN
• Perlindungan hukum dapat dilaksanakan jika standar profesi dan
standar prosedur operasional dijalankan

• Dampak banyaknya gugatan malpraktik dapat menimbulkan


fenomena Defensive Medicine yang dapat merugikan semua pihak,
pasien, dokter, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah.

• Penyelesaian sengketa medik melalui jalur di luar pengadilan sebagai


penerapan prinsip restorative justice telah dijalankan di beberapa
negara. Telah ada aturan mengenai penyelesaian dengan mediasi di
peradilan Indonesia.

• Program Jaminan Perlindungan Hukum ditujukan untuk meringankan


beban Nakes yang mendapat tuntutan/gugatan hukum

41
Adil ialah menimbang yang sama berat,
menyalahkan yang salah dan membenarkan
yang benar, mengembalikan hak yang
empunya dan jangan berlaku zalim di
atasnya. Berani menegakkan keadilan,
walaupun mengenai diri sendiri, adalah
puncak segala keberanian.

- Buya Hamka -

42
Terima kasih Suksema
Muliate Hatur Nuhun
Teurimong Gaseh Beh
Matur Nuwun Makase
Tampiaseh Amanai

43

Anda mungkin juga menyukai