Laporan PKL KOLOM BETON
Laporan PKL KOLOM BETON
BAB I
PENDAHULUAN
PT. CARE INDONUSA adalah suatu perusahaan berbadan hukum yang bergerak
dalam industri jasa konstruksi. Saat ini PT. CARE INDONUSA sedang menangani proyek
pembangunan gedung Poliklinik, gedung Aula, gedung Laboratorium, masjid dan garasi
dalam kontrak Pembangunan Gedung Poliklinik Kesehatan Medan dengan nilai kontrak ±
Rp 9.000.000.000,00. Proyek ini beralamatkan Jl. Jamin Ginting KM 14 Desa Lou Cih
Kecamatan Medan Tuntungan.
Pembangunan – Pembangunan Gedung tersebut merupakan tahapan pembangunan
1 paket dengan pembangunan/sumber daya materinya berasal dari APBD 2007. Proyek
tersebut dilaksanakan melalui proses tender dan pelelangan yang dimenangkan oleh
kontraktor Pelaksana PT. CARE INDONUSA. Dalam pelaksanaan pekerjaan
pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan yang dalam hal ini sebagai wakil dari
owner diatas namakan Bpk. Koesman Wisoehoediono, Msc diperlukan peran serta dari
sebuah konsultan pengawas sebagai wakil owner di lapssangan yang akan mengawasi
setiap item pekerjaan – pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana. Konsultan
yang ditunjuk dalam proyek pekerjaan pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan
adalah konsultan pengawas CV. PARAMITHA PERKASA dengan site manager Bpk. Ir.
Daulat Tampubolon.
OWNER
POLITEKNIK
POLITEKNIK
POLITEKNIK
KESEHATAN
KESEHATAN
KESEHATAN
MEDAN
MEDAN
MEDAN
KONSULTAN KONSULTAN
KONSULTAN KONSULTAN
PERENCANA PENGAWAS
PERENCANA PENGAWAS
PT. PENDU
PENDUPERKASA
PT. CV. PARAMITHA
PT.PANDU PERKASA
PERKASA CV.
CV.PARAMITHA
PARAMITHA
PERKASA
PERKASA
PERKASA
KONTRAKTOR
KONTRAKTOR
PT.
PT.CARE
PT. CARE
CARE
INDONUSA
INDONUSA
INDONUSA
3. Hubungan Koordinasi
Hubungan ini adalah hubungan kerja sama antara pihak-pihak yang memiliki
hubungan kerja, dalam hal ini hubungan koordinasi itu terjadi antara pihak konsultan
perencana dengan pihak konsultan pengawas. Mereka dapat melakukan kerjasama
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin terjadi dilapangan.
DIREKTUR
DIREKTUR
FERRY N. MARPAUNG. SE
SITE MANAGER
SITE MANAGER
SAMIRAN. S.ST
SAMIRAN. S.ST
ESTIMATOR LOGISTIK
ESTIMATOR LOGISTIK
BLANK SUKUR
BLANK SUKUR
IVAN
IVANRIZALDY SIMON RONALD
RIZALDY SIMON RONALD
KEPALA KEAMANAN
KEPALA KEAMANAN
T. SIRAIT
T. SIRAIT
BAB II
PELAKSANAAN PKL
A. TINJAUAN TEORI
1. BEKESTING
Dalam pelaksanaan bangunan terutama sejak 10-20 tahun terakhir ini, beton
semakin banyak dipakai sebagai konstruksi bangunan. Beton membutuhkan suatu
bekesting (acuan) baik untuk mendapatkan bentuk yang dirancang maupun untuk
pengerasannya.
Acuan dan perancah merupakan konstruksi sementara yang akan dibongkar
kembali setelah beton mencapai batas umur yang ditentukan, walaupun demikian
konstruksi ini memegang peranan penting dalam konstruksi beton . Untuk itu acuan
(cetakan) harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa,
supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan yang timbul ketika beton
dituang.
Berdasarkan tradisi nasional dana ahli-ahli bangunan timbullah beberapa garis-
garis besar pedoman pembekestingan yang timbul ditiap-tiap daerah. Pedoman ini sering
secara lisan yang hanya berdasarkan pengalaman yang sudah ada, Karena pada setiap
daerah pedoman ini dapat berbeda.
a. Rencana Bekesting
Supaya dapat membuat rencana bekesting awal pertama , perencanaan dari
struktur beton harus dipelajari lebih dahulu jangkauan untuk pekerjaan bangunan juga
sangat penting. Selanjutnya harus ada bayangan dari bahan-bahan, papan lantai, balok,
kayu bulat, stempel baja, dan sebagainya yang ada persediaan. Tujuan utama adalah untuk
merencanakan metode pekerjan sedemikian rupa sehingga memenuhi :
- Bekesting struktur dapat dipertanggungjawabkan terhadap kekuatan lendutan dan
kestabilan.
- Detail yang mudah, meningkatkan kemungkinan pelaksanaan.
- Keamanaan kerja.
- Ekonomis, Keperluan bekesting yang minimal, waktu pembangunan optimal, jumlah
tenaga yang dibutuhkan, pemakaian bahan, dan alat pengangkutan yang minimal.
- Direalisasikan dalam waktu yang minimal
biaya yang cukup besar. Perecanaan bekesting dengan baik akan mampu menerima gaya-
gaya yang terjadi pada pengecoran dan pemadatan serta kecepatan tuang yang dikontrol.
Pemadatan dengan jarum penggetar jangan terlalu dalam dan jangan berulang-
ulang karena bisa memberikan tekanan tambahan pada bekesting, ini akan berakibat buruk
terhadap bekesting.
Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat pengecoran adalah sebagai berikut :
- Perubahan bentuk bekesting yang tidak diduga
- Sambungan berubah atau lepas, yang dapat membahayakan
- Tinggi jatuh beton, pemeriksaan kecepatan penuangan, penurunan mortal dan cara
pemadaan yang benar
- Peluapan air semen
Dalam hal ini bekesting perlu diperikasa setelah selesai pengecoran, guna mencek adanya
penurunan stempel, perubahan bentuk yang besar, dsb.
3. Pembongkaran
Setelah dikoreksi, rencana lengkap “bestek” atau peraturan dapat ditentukan
persyaratan waktu yang berkaitan dengan pembongkaran, karena adanya kerusakan beton
yang masih baru setelah dibongkar atau akibat dari kekuatan yang belum tercapai
(pembentukan pecah atau lendutan). Ketika pembongkaran, beban-beban (struktur beton
sendiri) harus serata mungkin agar tidak menimbulkan kejutan pada bagian struktur beton.
4. Perawatan dan penyimpanan
Bekesting yang telah dibongkar akan disusun dan dipilih kemungkinan
penggunaan berulang. Pemakaian berulang dapat dipertimbangkan berdasarkan apakah
pembersihannya masih menguntungkan dipandang dari segi ekonomi.
4. Acuan (cetakan) harus terbuat dari bahan baik dan tidak mudah meresap air dan
direncanakan sedemikian sehingga mudah lepas dari beton tanpa menyebabkan
kerusakan pada beton. Pada beton kelas III harus ada jaminan bahwa air beton benar-
benar tidak teresap oleh acuan (cetakan).
5. Pada acuan (cetakan) kolom, dinding dan balok tinggi harus disediakan perlengkapan
untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kawat
pengikat dan lainnya.
6. Apabila harus memikul beban-beban yang besar atau mengatasi bentang yang besar
memerlukan bentuk yang khusus, maka acuan (cetakan) harus dibuat perhitungan dan
gambar kerja khusus. Dalam perencanaan acuan (cetakan) harus ditinjau hal sebagai
berikut:
a. Kecepatan dan cara pengecoran
b. Beban-beban pelaksanaan, termasuk beban vertikal, horizontal dan kejutan-kejutan.
c. Syarat-syarat bentuk khusus yang diperlukan pada pelaksanaan konstruksi selaput,
plat-plat lipatan, ornamen-ornamen dan unsur-unsur sejenis. Disamping kekuatan
dari acuan (cetakan), juga stabilitas perlu dipehitungkan dengan baik.
7. Tiang-tiang acuan dari kayu harus dipasang diatas papan kayu yang kokoh dan harus
distel dengan baji. Tiap-tiap tiang tidak boleh mempunyai lebih dari satu sambungan
yang disokong di samping. Bambu tidak boleh dipakai sebagai tiang acuan kecuali
apabila diizinkan oleh pengawas.
c. Bahan-Bahan Bekesting
1. Kayu
Kayu adalah merupakan hasil alam terdiri dari sel-sel yang ukuran serta bentuknya
bermacam-macam. Sel-sel ini dibentuk pada masa pertumbuhan pohon. Ukuran dari sel-sel
kayu yang terbesar, letaknya sejajar dengan arah batang pohon kayu tersebut.
Pada saat kayu akan dikerjakan, struktur serat-seratnya perlu diperhatikan. Kayu
yang bentuknya hampir lurus dimana arah jaringan serat-seratnya hampir sejajar dengan
sumbu batang kyu. Pekerjaanya akan lebih mudah (misalnya mengetam) dari pada kayu
yang seratnya tidak teratur.
Pada saat pembuatan bekesting harus diperhatikan perilaku kayu, apabila kayu
yang sudah dikeringkan akan dipakai untuk bekesting, maka jarak dari papan tersebut
harus diatur jangan terlalu sempit (sedikit renggang, karena pada saat pertama beton dico
(pertama kali hujan), kayu akan sedikit mengembang.
Perilaku kekuatan kayu juga dipengaruhi oleh kelembaban kayu, karena semakin
lembab udaranya serat-serat kayu akan lebih lunak (serat-serat kayu menyerap air). Hal ini
mengakibatkan mutu (kekuatan) kayu berkurang. Kayu adalah suatu material yang tidak
homogen, karena perilaku dan kekuatan yang tegak lurus terhadap arah serat-seratnya jauh
lebih besar dari kekuatan yang sejajar dengan arah serat kayu.
2. Baja
Dari pembahasan bekesting kayu, ternyata kerugiannya terutama diakibatkan
keawetannya yang rendah dan masalah dengan ukuran pelaksanaan akibat perilaku
“kelembabannya”. Disamping bekesting dari kayu banyak memerlukan tenaga kerja.
Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang keuntungan baja terhadap kayu sebagai
bekesting adalah :
Ukuran yang tepat
Kekuatan dan kekakuan yang lebih besar (bentang yang panjang memungkinkan)
Cepat dan mudah pemasangannya
Awet bila baik pemeliharaanya
Lebih aman
Sedangkan, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut :
Harga pembelian yang lebih tinggi
Berat sendiri yang lebih besar (diperlukan keran untuik pemasangan)
Kemungkinan berkarat
Pabrikasi harus ditempat kerja, khusus dan membutuhkan tenaga yang berkualitas
Biaya pengangkutan yang murah.
Akibat dari biaya bahan yang tinggi, bekesting baja dapat dipertanggungjawabkan bila
akan dipakai berualang-ulang (50-100 kali).
Sistem bekesting dari baja digunakan pabrikasi elemen beton (produksi berantai)
ditempat pekerjaan khusus dibuat itu. Pada pekerjaan bangunan yang sama bekesting dapat
dipakai untuk berulang kali (misal untuk suatu komplek perumahan ).
2. TULANGAN
1. Macam / Tipe Baja Tulangan
Ada 2 jenis baja tulangan, yaitu tulangan polos (plain bar) dan tulangan ulir
(deformed bar), yaitu :
a. Tulangan ulir
Berdasarkan SNI ( dalam Wahyudi, 1999 :33), digunakan simbol D untuk
menyatakan diameter tulangan ulir. Sebagai contoh, D-10 dan D-19 menunjukkan tulangan
ulir berdiameter 10 mm dan 19 mm.
Tulangan ini tersedia mulai dari diameter 10 hingga 32 mm, meskipun ada juga yang lebih
besar, tetapi umumnya diperoleh melalui pesanan khusus.
Bedasarkan ketentuan SNI T-15-1991-03 pasal 3.5 (dalam Wahudi, 1999 : 33) baja
tulangan ulir labih diutamakan pemakaiannya untuk batang tulangan. Salah satu tujuan dari
ketentuan ini adalah agar struktur beton bertulang tersebut memiliki keandalan terhadap
efek gempa, Karena antara lain terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan
tulangannya.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir menurut L. Wahyudi
(1999:3) antara lain :
Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SII-0136-86 atau ekivalen JLS. G. 3112
Baja tulangan ulir mempunyai kuat leleh lebih besar dari 400 KN/cm2 boleh dipakai
asalkan fy adalah tegangan yang memberikan regangan 0,30 %.
Baja tulangan beton yang dianyam harus memilih ASTM AIG4 “Spesification For
Fabricated Deform Steel Bar Mats For Concrete Reinforcement”.
Untuk melindungi tulangan terhadap bahaya kebakaran dan korosi disebelah luar tulangan
harus diberi tebal minimum beton. Tebal selimut beton bervariasi tergantung pada tipe
konstruksi dan kondisi lingkungan. Berdasarkan pasal 3.16.7 SNI, tebal selimut beton
bertulang yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau tanah adalah tidak boleh
lebih kecil dari 20 mm untuk pelat, dinding, dan pelat berusuk yang menggunkan diameter
tulangan lebih kecil dari D-36, sert 40 mm untuk balik dan kolom. Jika beton tersebut
berhubungan langsung dengan tanah, tebal selimut minimum adalah 40-50 mm,
tergantung dari diameter tulangannya, tetapi jika beton tersebut dicor langsung ditanah
tanpa adanya lapisan dasar atau lantai kerja, tebal selimut beton minimum 70 mm.
(L.Wahyudi, 1999:32)
3. BETON
1. Pengertian- pengertian
a. Beton
Campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk massa padat.
b. Beton bertulang
Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang
dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan
direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama
dalam menahan gaya yang bekerja
c. Beton normal
Beton yang mempunyai berat satuan 2.200 kg/m 3 sampai 2.500 kg/m3 dan
dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.
d. Beton polos
Beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan
minimum.
e. Beton pracetak
Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak
terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan.
f. Beton prategang
Beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk
mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.
g. Beton ringan
Beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak
lebih dari 1.900 kg/m3.
h. Beton ringan-pasir
Beton ringan yang semua agregat halusnya merupakan pasir berat normal.
I. Beton ringan-total
Beton ringan yang agregat halusnya bukan merupakan pasir alami.
digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah ditetapkan. Contoh uji
ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dicek dan diuji. Setelah nilai masing-
masing bahan tersebut diperoleh, perencanaan beton (mix design) harus dilakukan
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
Setelah perencanaan beton selesai, perlu dilakukan pegujian lanjutan melalui
pengujian campuran beton di laboratorium, meliputi pengujian beton segar dan
pengujian beton keras, bertujuan untuk mengetahui workability atau kemudahan
dalam pengerjaannya. Kemudahan tersebut dapat dilihat dari nilai slump beton.
Tujuan pengujian beton segar lainnya adalah untuk melihat apakah terjadi bleeding
dan segregation atau tidak.
Setelah pembuatan campuran di laboratorium selesai dilakukan, proses
salanjutnay adalah membawa hasil komposisi mix design tersebut sebagai Job Mix
Formula (JMF) ke tempat pengolahan beton (molen atau concrete plant). Selama
masa pengolahan beton ini berjalan, proses pengawasan kualitas harus tetap
dilakukan oleh kontraktor, dibawah pengawasan konsultan pengawas. Jika terjadi
perubahan terhadap parameter bahan penysun beton, pengujian laboratorium harus
dilakukan lagi sebagai quality control bahan-bahan komposisi beton. Dari
pengolahan beton, beton dibawa ke tempat pekerjaan beton, yakni tempat
pengecorannya. Selama masa pengangkutan, beton segar tersebut harus tetap dijaga
agar tidak mengalami kehilangan Faktor Air Semen yang dapat menyebabkan
menurunnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakuakan agar beton yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan.
Selama masa pelaksanaan pun proses control tidak boelh dihentikan. Pada masa
ini, pelaksanaan pengecoran, pemadatan,perawatan dan penyelesaian harus diawasi.
Setelah beton mengeras dan berumur 28 hari, harus dilakukan uji tekan untuk
mengetahui kekuatannya.
5. Campuran Beton
a. Semen
1. Pengertian
Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen, agregat
dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk
mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan.
2. Jenis Semen
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta
susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu:
1). Semen non-hidrolik dan
2). Semen hidrolik.
dan kapur. Kekuatan kapur bahan sebagai pengikat hanya dapat mencapai
sepertiga kekuatan semen Portland.
3. Penyimpanan Semen
Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama,
cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989: 13). Semen harus
terbebas dari bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus disimpan
dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan tidak tercampur
dengan bahan lain. Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokkan
sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang
satu dengan yang lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen
yang lebih dahulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.
Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau beton
dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Apabila
semen telah disimpan terlalu lamu, perlu dibuktikan dulu bahwa semen tersebut
memenuhi syarat sebelum dipakai.
Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan
zak semen adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang
dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan
semen sekitar 30 cm.
b. Agregat
Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi.
Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar 60%-70% dari
berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena
komposisinya yang cukup besar, agregat inipun menjadi penting. Karena itu
perlu dipelajari karateristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau
beton yang akan dihasilkan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat
alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat
dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu,agregat kasar dan agregat halus.
Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu
yang satu dengan yang lainnya.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran
lebih kecil dari 40 mm. agregat yang ukurannya lebih besar dari 40mm
digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan,
tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau bendungan dan sebagainya.
Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil,
spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.
a. Persyaratan
c. Penyimpanan Agregat
Agregat biasanya tidak ditempatkan dalam ruang tertutup tetapi diletakkan
diudara terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penyimpanan agregat ini,antara lain:
1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatangannya sampai
dengan pengambilan kembali.
2. Agreget harus ditimbun di atas bak-bak berlantai jika volumenya
dibawah 10 kubik meter. Jika volumenya besar, sebaiknya dibuatkan
landasan menggunakan land concrete campuran 1:3:5 untuk
menghindari tercampurnya tanah dengan agregat pada saat
pengambilan.
3. Jika agregat yang ditimbun dalam keadaan kering, terutama untuk
agregat yang ditimbun di stock field, sebaiknya agregat disiram dengan
menggunakan sprinkle (slang air)
4. Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan, sebagai kontrol
kualitas bahan.
c. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan
beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran
beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar
garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran
beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat
beton yang dihasilkan.
Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen
dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran
yang penting, tetapi justru perbandingan jumlah air dengan semen atau yang
biasa disebut sebagai Faktor Air Semen (water cement ratio). Air yang
berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi
selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi
tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton pada
umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan
kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB, 1989: 9).
a. Sumber-Sumber Air
Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga,
kolam dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu
yang telah ditetapkan. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat
digunakan sebagai campuran beton. Garam-garaman dalam air laut ini akan
mengurangi kualitas beton hingga 20%. Air laut tidak boleh digunakan sebagai
bahan campuran beton pra tegang ataupun beton bertulang karena resiko
terhadap karat lebih besar. Air buangan industi yang mengandung asam alkali
juga tidak boleh digunakan.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak. Asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat
merusak beton atau tulangan. Sebaliknya dipakai air tawar yang dapat diminum.
Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan
ditanami logam alminium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat)
tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI
318-89: 2-2).
1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan
organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan.
2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang
di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang
terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan.
3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi:
Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran
beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang
dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa,
terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan “Metode
uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus
dengan ukuran sisi 50 mm)” (ASTM C 109).
d. Bahan Tambah
Admixture bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada
saat atau selama pencampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk
mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan
tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Admixture atau bahan tambah didefinisikan sebagai material selain air, agregat
dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang
ditambahkan sebelum atau salama pengadukan berlangsung. Bahan tambah
digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk
dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan atau untuk tujuan lain seperti
penghematan energi.
4. SCAFFOLDING.
A. Bagian – Bagian Scaffolding dan ukurannya :
1. Main frame.
a
Keterangan :
a = 124 cm
b = 193 cm
2. Ladder frame.
Keterangan:
a = 124 cm
b = 91 cm
3. Cross bracing.
3.a. Cross Bracing Main Frame.
Ket :
a
b
a = b = 225 cm
Ket :
a
b
a = b = 198 cm
4. Base jack
Base Jack
5. Head jack
Head Jack
6. Join pin
Pin Jack
1. Stronger
Stronger
2. Hory beam
394 cm
Jurusan Teknik Sipil 30
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan
3. Support
C Fungsi
1. Fungsi Scaffolding di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi.
1. Sebagai penerima beban.
2. Sebagai penyangga.
3. Untuk mempermudah para pekerja menjangkau wilayah yang tinggi.
4. Sebagai penahan balok sesaat sebelum pengecoran .
2. Fungsi Support di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi.
1. Sebagai penerima beban dan penyangga.
2. Sebagai penahan balok dan plat lantai sebelum pengecoran.
3. Fungsi Hory beam di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi.
1. Sebagai penahan bekesting plat lantai sesaat.
2. Mempertahankan kedataran bekesting plat lantai sebelum dan sesudah
pengecoran.
4. Fungsi Stronger di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi
B. TOPIK PKL
1.` Perhitungan Kebutuhan Bahan Untuk 1 Kolom Pada Gedung Aula, Lantai 1
a. Perhitungan Pembesian Kolom Lantai 1, Gedung Aula
28
Jadi kebutuhan 1 kolom = /6 = 4 2/3 batang besi utuh
35
35
52
40
Jadi, kebutuhan total multiplek untuk 1 kolom = 2 + 1 1/3 = 3 1/3 lembar multiplek.
2. Kebutuhan kayu
a. Kayu 3” x 4 ” panjang 4m
1 batang kayu utuh panjangnya 4,8 m
- 1 batang kayu utuh dapat dipotong 1 potongan dengan ukuran 4 m,dan sisa 0,8 m.
1 kolom dibutuhkan 4 potongan dengan panjang 4 m.
Jadi 1 kolom dibutuhkan 4 batang
c.Kayu 2” x 2”
Kayu 2’’x2’’panjang 4m
1batang kayu utuh panjangnya 4,8 m
- 1 batang kayu utuh dapat dipotong 1 potongan dengan ukuran 4 m,dan sisa 0,8 m.
Untuk 1 kolom dibutuhkan 8 potongan dengan panjang 4 m.
Jumlah kayu 2”x2” yang dibutuhkan untuk 1 kolom = 8 batang.
Kayu 2”x2” panjang 0.3 m
1batang kayu utuh panjangnya 4,8 m.
- 1 batang kayu utuh dapat dipotong 16 potongan dengan ukuran 0,3 m,dan tidak sisa.
Jadi, untuk 1 kolom dibutuhkan 20 potongan dengan panjang 0,3 m.
2 potong diperoleh dari sisa kayu 2”x2” yaitu 0.8 m
Sedangkan 18 potong lagi dibutuhkan 18/16 =1 1/3batang.
Jumlah kayu 2’’x2’’ yang dibutuhkan untuk 1 kolom = 1 1/3 + 8 = 9 1/3 batang.
3. Stronger ( penguat ).
Jarak antar stronger 60 cm, jadi jumlah yang diperlukan untuk 1 kolom adalah 14
buah
4. Beton segar
Panjang kolom = 4m – 0,5m = 3,5m, dimana 0,5m adalah tinggi maksimal balok
(B3).
- Untuk kolom = Volume kolom = 0,4 x 0,4 x panjang kolom
= 0,4 x 0,4 x 3,5
= 0,56 m3.
= 0,56 m3.
A. PEMBESIAN
1. Tulangan utama D 19 mm
Jumlah = 4 batang, dengan panjang 11,98 m
2. Tulangan sengkang Ø 10 mm
Jumlah = 4 2/3 batang, dengan panjang 10 m
B. CETAKAN / BEKESTING
1. Multiplek 9 mm
Jumlah 3 1/3 lembar
2. Kayu 2 in x 2 in, dengan jumlah = 9 1/3 batang
Kayu 2 in x 3 in, dengan jumlah = 6 2/5 batang
Kayu 3 in x 4 in, dengan jumlah = 4 batang
3. Penguat (stronger) = 16 buah
C. STRONGER (PENGUAT)
Jumlah stronger yang diperlukan 16 buah tiap 1 kolom
D. BETON SEGAR
Volume beton segar 0,56 m3 untuk 1 kolom.
Mulai
Pekerjaan persiapan
`
N0
Pendirian tulangan
Pengecekan
Pengecoran kolom yes tulangan
yes
Pemasangan beton
deking
Pengadan beton no
ready mix Cek
slump
Pembongkaran
bekesting
Cek hasil
Bobok/dempul no pengecoran
ok
Perawatan
selesai
Jurusan Teknik Sipil 39
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan
a.Pekerjaan Persiapan
1. Pembacaan gambar
Alat-alat dan bahan disiapkan dalam suatu bengkel kerja tersendiri. Alat dan bahan
Sebelum pekerjaan dimulai sebaiknya beton tahun dan baji telah disiapkan
Pada acuan tersebut dipastikan stik (panjang penyaluran ) sesuai dengan gambar
Pada masing-masing acuan, kayu diikatan pada stik dengan 2 sisi yang saling
tegak lurus.
Pemasangan paku dengan jarak 2,5 cm dari luar stik. Dan pada paku tersebut
Untuk stik yang tidak berada di acuan satu sisi cara pembuatan sepatu kolo
seperti diatas, namun di sisi lainnya sepatu kolom dibuat dengan mengukur 20
= 1cm + 5cm
sepatu kolom
Kolom yang akan dibuat berdimensi 40 cm x 40cm dan tinggi 4meter. Dari ukuran
tersebut akan dibuat bekesting dengan 4sisi yaitu 2sisi dengan lebar 40 cm dan 2sisi
=40+ 2(1+5)cm
Pemotongan multiplek dengan lebar 40cm dan panjang 244cm serta lebar 40cmdan
Pemotongan multiplek dengan lebar 40cm dan panjang 244cm serta lebar 40cmdan
Pakukan kayu 2”x2” dengan multiplek sehingga didapat bekisting 40cm x 4mdan
Pasang kayu penguat 2”x2” pada sisi 40cm =3 buah. Dan pada sisi 52cm 8 buah
Pasang broti 2”x3”dan 3”x4”pada sisi yang memiliki lebar 52cm . sedang pada sisi
Rangkaikan 3sisi bekisting menggunakan paku dan stronger yaitu dua buah sisi
40cm dan satu sisi 52 cm. Satu sisi lagi dipasang setelah tulangan telah berdiri.
d. Pabrikasi tulangan
e. Pendirian Tulangan
Tulangan yang telah dirakit didirikan dengan mengikatkan pada stik panjang
Pengikatan beton deking pada sisi luar tulangan sebagai jarak antara tulangan
dengan beton
Perancah yang telah dirangkai (3masih sisi) didirikan mengeliingi tulangan kolom
Pemasangan sisi perancah lebar 52cm yang belum terpasang lalu dipakukan dan
Pengadan ready mix dipesan pada perusahaan ready mix tertentu, jadi sebelum
digunakan beton segar tersebut harus terlebih dahulu dicheck slumpnya, nilai slump
tersebut harus sesuai dengan slump yang dipesan, jika tidak ready mix tersebut
h. Pengecoran Kolom
beton teratur
sendiri
benda lain
penuh atas struktur yang dicetak dan perancah yang dibongkar tidak banyak rusak.
semen
Retak-retak
Jika keretakan terjadi maka beton harus di bongkar dan dicor lagi
Kotor
k. Perawatan (curing)
Perawatan beton berpengaruh pada tingkat keawetan dan kekuatan beton.jika beton
tidak mendapat perawatan menyebabkan proses hidrasi semen terganggu karena penguapan
Untuk mencegah penguapan dilakukan penyiraman secara teratur tiap hari dan pengikatan
Mulai
Pekerjaan persiapan
Pemasangan
perancah balok, plat
dan hory beam
Perakitan dan
pemasangan
tulangan
No
Pemeriksaan
tulangan
Perawatan
Pembongkaran
selesai perancah
Pemeriksaan
beton
1. Pembacaan gambar
Dari pembacaan gambar kita mengetahui dimensi balok, dimensi sengkang, beserta
Alat-alat dan bahan disiapkan dalam suatu bengkel kerja tersendiri. Alat dan bahan
Sebelum pekerjaan dimulai sebaiknya beton tahu telah disapkan sehingga bila sewaktu-
b. Pabrikasi Bekesting
mal dinding balok,multiplek bawah balok, kayu 2”x2” untuk kayu 2”x3”dan kayu
2”x4”.
Catatan :untuk mal balok yang menyambung pada plat tebal mal =(tebal balok –
dengan jarak +60 cm yang mana kayu ini berfungsi sebagai pengaku.
Pemasangan kayu 2”x2” pada masing masing mal secara memanjang . Yang mana
kayu 2”x2” ini akan menjadi tempat persambungan antara mal dinding dan mal
bawah balok.
Menentukan ketinggian papan bantalan akan dipasang pada kolom .Yaitu dengan
Bantalan papan dipasang melingkar pada kolom berfungsi sebagai tumpuan mal
d. `Pabrikasi tulangan
Scaffolding dipasang yaitu satu set yang terdiri dari satu main frame dan satu
ladder frame ,hal ini disebabkan tinggi antar lantai berkisar 4 meter.
Sebelum memasang mal terlebih dahulu dipasang kayu gelagar 2”x4” memanjang
Gambar.
Pemasangan perancah
dan bekesting balok
Melakukan penyetelan scaffolding agar kayu kasau merapat ke mal bawah balok.
Perakitan mal dinding balok dengan mal dinding bawah dengan memakukan pada
Pemasangan kayu 2”x2” pada mal dinding balok dan diatas siku baja tersebut
Gambar.
Pemasangan
hory beam
g. Pemasangan Tulangan
Pemotongan dan pembengkokan tulangan balok dan plat lantai dikerjakan di
luar lokasi pekerjan tulangan, kemudian tulangan diangkut ke lokasi dan dirangkai di
lokasi tersebut.
Adapun langkah-langkah pemasangan tulangan adalah:
a. Tulangan balok
Mempersiapkan dan mengangkat bahan-bahan ke lokasi (lantai 1)
Untuk mempermudah pengerjaan perangkaian maka tulangan dirangkai di
atas cetakan dengan memberikan sangkutan
Memasukkan tulangan satu per satu dari sela-sela tulangan kolom dan
mengalungkan sengkang ke tulangan balok tersebut, demikian juga untuk
tulangan balok arah memanjang.
Pada saat memasukkan sengkang arah bengkokan dibuat berselang seling.
Bengkokan sengkang pertama dibuat sebelah kiri, sedangkan yang kedua
dibuat sebelah kanan dan seterusnya
Persambungan tulangan dibuat pada jarak kira-kira 20 kali diameter
Memasang beton tahu pada jarak setiap satu meter kemudian mengikat
tulangan ke sengkang
Jurusan Teknik Sipil 52
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Gambar.
Penulangan
balok
Gambar.
Penulangan
plat lantai
h. Pengecoran
Pengadan ready mix dipesan pada perusahaan ready mix tertentu, jadi
sebelum digunakan beton segar tersebut harus terlebih dahulu dicheck slumpnya, nilai
slump tersebut harus sesuai dengan slump yang dipesan, jika tidak ready mix tersebut
dipulangkan ke perusahaan yang bersagkutan. Pada proyek ini pengecoran dilakukan
dengan jasa mobil concret pump.
Adapun langkah-langkah pengecoran adalah:
Sebelum melakukan pengecoran terlebih dahulu memasang instalasi yang
direncanakan yaitu instalasi listrik dan plumbing.dan mempersiapkan alat-alat
pengecoran seperti vibrator,ember,dll
Pemompaan beton dari ready mix ke lantai yang akan dicor dengan mobil
concreat pumb
Melakukan pemadatan dengan vibrator
Meratakan campuran beton segar hingga mencapai ketebalan yang telah
ditentukan yaitu 12 cm dengan cara mengukur langsung dengan baja tulangan
yang diberi tanda 12 cm
Dalam melakukan pemadatan dan perataan dilakukan sebelum beton setting
time.
i. Perawatan
Perawatan dilakukan setelah beton telah kaku atau telah melewati waktu pengikatan
awal hingga beton tersebut berumur 28 hari (pengikatan akhir).perawata dilakukan dengan
menyiram balok dan menyelimuti dengan plastik atau goni.
j.Pembongkaran
Bekisting balok dan plat lantai dianjurkan dibongkar setelah beton berumur 28 hari
yaitu balok telah mampu memikul beban lain selain berat sendirinya. Pada proyek ini
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembongkaran bekisting harus dilakukan
dengan hati-hati. Perancah yang paling pertama di bongkar adalah siku baja pinggir, mal
dinding pinggir , scaffolding ;support, hory dan terakhir mal bawah balok.
4. Perhitungan scaffolding
BAB III
PENUTUP
I.SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
II. Saran
Dalam mengakhiri laporan ini, ada beberapa saran yang hendak penyusun ungkapkan
sebagai berikut:
1. Pada waktu pengecoran plat lantai seharusnya tulangan bagian bawah diberi beton
deking untuk mencegah agar tebal selimut beton tetap stabil.
2. Untuk mendapatkan daya ikat yang baik antara tulangan dengan beton dianjurkan
memakai baja tulangan ulir daripada tulangan biasa.
3. Untuk mengatasi keadaan bahan dan metode kerja maka perlu dilakukan
pengecekan yang sebaik mungkin dan juga memberi motivasi pada pekerja agar
dapat bekerja dengan teliti sehingga konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan.
4. Untuk memperkecil kesalahan pelaksanaan diperlukan komunikasi dan koordinasi
antara pelaksana dan konsultan pengawas
1. Pada proyek ini ditemukan kelemahan berupa tidak adanya koordinasi dan
komunikasi antara pelaksana dan konsultan pengawas.
2. Manajerial pelaksanaan proyek ini kurang bagus sering terjadinya keterlambatan
bahan dan material ,seperi ready mix ataupun kayu.
3. Progress pekerjaan tidak sesuai dengan time schedule atau dengan kata lain proyek
terlambat dari yang seharusnya