Anda di halaman 1dari 34

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMK Negeri 2 Kandangan


Mata Pelajaran : Las Busur Manual
Kelas / Semester : XI / 1
Materi Pokok : Menerapkan teori pengelasan pelat dengan pelat
berbagai posisi menggunakan las busur manual.
Alokasi Waktu : 1 x 8 JP (1 kali pertemuan)

A. Kompetensi Inti :
1. KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif
dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalah
an dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam penempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian dalam bidangkerja yang spesifik untuk memecahkan
masalah.
4. KI 4 : Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


KD pada KI-1:
1.1 Menyadari sempurnanya ciptaan Tuhan tentang alam dan fenomenanya dalam
teknik pengelasan pelat dengan pelat berbagai posisi menggunakan las busur
manual.
1.2 Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai tuntunan dalam mengaplikasikan
teknik pengelasan pelat dengan pelat berbagai posisi menggunakan las busur
manual.

KD pada KI-2:
2.1 Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan
tanggung jawab dalam dalam mengaplikasikan teknik pengelasan pelat dengan
pelat berbagai posisi menggunakan las busur manual.
2.2 Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam
menyelesaikan Masalah perbedaan konsep berpikir dalam mengaplikasikan teknik
pengelasan pelat dengan pelat berbagai posisi menggunakan las busur manual.
2.3 Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam melakukan tugas mengaplikasikan teknik pengelasan pelat dengan pelat
berbagai posisi menggunakan las busur manual.

KD pada KI-3:
3.1 Menerapkan teori pengelasan pelat dengan pelat berbagai posisi menggunakan las
busur manual.
1
Indikator:
3.1.1. Menjelaskan K3 Las Busur Manual
3.1.2. Menjelaskan Peralatan las busur manual
3.1.3. Menjelaskan Peralatan Bantu las busur manual
3.1.4. Menjelaskan Material (Jenis material dan persiapan sambungan)
3.1.5. Menjelaskan Elektroda ( jenis, ukuran dan salutan elektroda)

C. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menjelaskan tentang K3 Las Busur Manual
2. Peserta didik dapat menjelaskan Peralatan Las Busur Manual
3. Peserta didik dapat menjelaskan Peralatan Bantu Las Busur Manual
4. Peserta didik dapat membandingkan Peralatan Las Busur Manual dengan
Peralatan Bantu Las Busur Manual
5. Peserta didik dapat menjelaskan material (Jenis material dan persiapan
sambungan)
6. Peserta didik dapat menjelaskan Elektroda ( jenis, ukuran dan salutan elektroda)

D. Materi Pembelajaran

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. Kecelakaan Karena Cahaya dan Sinar Las


Selama pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat membahayakan
juru las dan pekerja lain yang ada disekitar pengelasan.

1. Cahaya Tampak.
Apabila cahaya ini terlalu kuat, maka mata akan segera menjadi lelah dan
kalau terlalu lama akan menjadi sakit.

2. Sinar Ultraviolet.
Sinar ultraviolet adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi sinar ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam
tubuh. Apabila sinar ini terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah
tertentu, maka pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing di
dalamnya. Dalam waktu antara 6 sampai 12 jam, mata akan terasa sakit.

3. Sinar Infra merah


Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh lensa mata, karena itu
sinar ini lebih berbahaya. Pengaruh terhadap mata sama dengan pengaruh
panas, yaitu pembengkakkan pada kelopak mata. Sinar infra merah jauh
lebih berbahaya dari cahaya tampak.

Pencegahan Kecelakaan karena Sinar


Menggunakan pelindung mata
Pelindung mata pada saat mengelas adalah kedok las yang mempunyai
kaca penyaring dapat melindungi mata dan pancaran sinar dan cahaya.
Kaca penyaring harus mampu menurunkan kekuatan pancaran cahaya
2
tampak dan harus dapat menyerap dari pancaran sinar ultraviolet dan
infra merah.
Tabel 1
A. Kriteria Untuk Menggunaan Kaca Penyaring
Nomor Warna Besar Arus
5 dan 6 Di bawah 30 ampere
7 dan 8 30 sampai 75 ampere
9, 10 dan 11 75 sampai 200 ampere
12 dan 13 200 sampai 400 ampere
14 Lebih dari 400 ampere

 Menggunakan pelindung muka


Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh muka terhadap
kebakaran kulit akibat sinar busur, percikkan dan lain-lainnya, yang tidak
dapat dilindungi oleh kaca pelindung. Bentuk dari pelindung muka
bermacam-macam, dapat berbentuk helmet atau kedok las.

B. Kecelakaan Karena Listrik


Besar kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan
keadaan badan manusia dan akibat kejutan listrik dapat mengakibatkan mulai
dari luka ringan sampai pada kematian.

Tingkat dari kejutan dan hubungan dengan besar arus


1. Arus 1mA hanya menimbulkan kejutan kecil dan tidak membahayakan.
2. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.
3. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
4. Arus 20 mA akan menyebabkan terjadinya pengerutan pada otot sehingga
orang yang terkena tidak dapat melepaskan diri tanpa bantuan orang-orang
lain.
5. Arus 50 mA sudah sangat berbahaya.
6. Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian.

Pencegahan Bahaya Listrik.


Kemungkinan kejutan listrik disebabkan karena sentuhan antar juru las dengan
pemegang elektroda dari mesin las. Untuk menghindari hal itu, setiap mesin
las dipersyaratkan agar tegangannya maksimum 95 V.
Bila sentuhan terjadi, besarnya arus yang dilalui badan manusia dapat
dihitung sebagai berikut:
E
I=
R1 + R 2 + R 3

3
Keterangan : I = Arus yang mengalir kebadan
E = Tegangan kedua
R1 = Tahanan antara tangan dan pemegang elektroda
R2 = Tahanan badan manusia
R3 = Tahanan antara kaki dan tanah
Harga besaran-besaran listrik:
E = 95 V

R1 = 20.000 ohm dalam keadaan kering


R2 = antara 500 sampai 1000 ohm
R3 = 3000 ohm dalam keadaan kering.

C. Debu dan Asap Las


1. Sifat fisik dan akibat debu dan asap las pada paru-paru
Debu dan asap las besarnya berkisar antara 0,2 m sampai 0,3m.
Distribusi dari ukuran debu asap yang timbul dari elektroda jenis ilmenit dan
hidrogen rendah.
Butir-butir debu asap dengan ukuran 0,5 m dapat dihisap tetapi tersaring
oleh bulu hidung dan bulu pipa pernapasan. Yang lebih halus akan terbawa
ke dalam paru-paru dan sebagian akan dihembuskan ke luar kembali.
Debu asap yang tertinggal dan melekat pada kantong udara di paru-paru
akan menimbulkan seperti sesak napas dan lain sebagainya. Karena itu
debu dan asap las perlu dapat perhatian khusus.

2. Komposisi kimia dari debu asap


Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan
elektroda yang digunakan. Dalam pengelasan baja komposisi yang utama
adalah oksida besi (FO 2O2) ditambah dengan debu lain yang tergantung
dari elektroda. Bila digunakan elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam
debu asap akan terdapat flues dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan
busur listrik tanpa gas, asap gas akan banyak mengandung oksida
magnesium (MgO).

D. Bahaya Kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kebakaran, bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti bensin, solar, minyak, kayu, kertas, kain dan bahan lainnya harus
ditempat khusus yang tidak akan terkena oleh percikkan las.
Bahaya kebakaran dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas yang
disebabkan oleh hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau
adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.

E. Dasar Perlindungan terhadap Personal


 Menggunakan pakaian pelindung, seluruh badan harus terlindung.
 Pakaian kerja harus bebas dari bagian-bagian yang mudah terbakar.
 Lingkungan kerja harus bersih dan bebas dari barang yang mudah terbakar.
 Memberi tanda pada benda kerja panas dengan tulisan "Panas" .
4
 Menggunakan penjepit untuk mengambil benda kerja yang panas (jangan
dengan sarung tangan).
 Menggunakan kaca mata bening waktu membuang terak las.

PERTANYAAN :
 Jelaskan mengapa kita harus melaksanakan K-3!
 Perbuatan yang menyebabkan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi
antara lain, sebutkan!
KUNCI JAWABAN :
1. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja.
2. Perbuatan yang menyebabkan berbahaya dari manusia, yang dapat terjadi
antara lain, karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
c. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

PERALATAN LAS BUSUR METAL MANUAL


Peralatan las busur metal dibagi menjadi dua kelompok, yaitu peralatan utama dan
peralatan bantu.

1. Peralatan Utama
Yang dimaksud dengan peralatan utama adalah suatu perangkat atau kesatuan
yang utuh dengan trafo las atau mesin las yang dapat difungsikan untuk
menghasilkan busur listrik.

Daftar Peralatan Utama


 Trafo las atau mesin Las
 Kabel tenaga
 Kabel las
 Penjepit/pemegang elektroda
 Penjepit massa

5
Gambar Peralatan Utama Las Busur Metal Manual

 Kabel Tenaga
Kabel yang menghubungkan jaringan tenaga (power supply) dengan mesin
las. Jumlah kawat dalam kabel tenaga disesuaikan dengan jumlah phasa
mesin las ditambah satu kawat sebagai hubungan massa tanah (ground)
dari mesin las (gambar 2.5).

Gambar Kabel Tenaga


 Kabel Las
Kabel yang dipergunakan untuk keperluan mengelas terdiri dari dua buah
kabel yang masing-masing ujungnya dihubungkan dengan penjepit elektroda
dan penjepit masa. Inti kabel las terdiri dari kawat–kawat halus (kabel inti
banyak) dihubungkan dengan bahan isolasi yang tahan arus dan tidak
mudah sobek atau rusak. Kabel las harus kuat, lemas tidak kaku dan mudah
digulung.
Penggunaan kabel las pada mesin las harus disesuaikan dengan kapasitas
arus maksimum mesin las. Makin panjang dan makin kecil diameter kabel
maka makin besar tahanan/hambatan arus yang terjadi pada kabel.
Sedangkan bila makin pendek dan besar diameter kabel makin kecil
hambatan yang terjadi.

6
Gambar Kabel Las

 Penjepit Elektroda
Penjepit elektroda (electrode holder) seperti terlihat pada gambar 2.7, dibuat
dari bahan penghatar arus yang baik yaitu tembaga atau paduan–paduan
tembaga.
Bagian pegangan penjepit elektroda dibungkus dengan bahan isolasi yang
tahan arus listrik dan tahan panas seperti ebornit atau karet campuran.
Mulut penjepit hendaknya dapat menjepit elektroda dengan kokoh dan
keadaannya selalu harus bersih agar tidak lekas panas dan hambatan arus
yang terjadi sekecil mungkin.

Gambar Penjepit elektroda (electrode holder)


 Penjepit Massa
Untuk menghubungkan kabel las ke massa atau benda/meja kerja
dipergunakan penjepit massa. Bahan untuk menjepit massa terbuat dari
bahan penghantar listrik yang baik (gambar 2.8).
Penjepit massa harus diikat kuat pada benda kerja atau meja kerja yang
bersih, ikatan yang tidak kuat akan menimbulkan percikan api dan penjepit
massa akan menjadi panas dan menempel pada benda/meja kerja.

Gambar Penjepit massa

7
2. Peralatan Bantu
Yang dimaksud peralatan bantu adalah alat-alat yang digunakan untuk
membantu dalam proses pengelasan. Peralatan bantu terdiri dari:
 Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Peralatan bantu las

Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


 Helm/Kedok Las
Untuk melindungi mata dan seluruh muka terhadap kebakaran kulit akibat
dari sinar (cahaya), panas dan percikan las. Dengan kaca penyaring dalam
helm/kedok las tidak hanya intensitas radiasi dapat dikurangi akan tetapi
juga dapat melihat benda kerja dengan jelas. Kaca penyaring sebagai
pelindung mata harus mampu menurunkan kekuatan pancaran cahaya/sinar
yang ditimbulkan dari busur las. Untuk keperluan ini penggunaan kaca
penyaring pada pengelasan harus disesuaikan dengan besar arus yang
digunakan. Ukuran kaca penyaring dinyatakan dalam angka. Lebih besar
angkanya kaca penyaringannya maka lebih gelap. Karena semakin besar
angkanya semakin besar pula penggunaan arus yang diizinkan. Untuk tabel
kaca penyaring dapat dilihat pada kegiatan belajar 4.

Gambar Kedok las


Jaket/Apron
Jaket/apron digunakan untuk melindungi badan
dari pancaran sinar, panas dan percikan api. Agar
dapat memenuhi fungsinya jaket/apron hendaknya
dibuat dari kulit atau asbes.

Gambar Apron
Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi
tangan dari pancaran sinar, panas dan percikan
api/terak las. Sarung tangan yang baik harus
mampu menahan panas, tidak kaku. Sarung
tangan hendaknya dibuat dari bahan kulit atau
dapat juga dari asbes.
Gambar Sarung tangan las
Sepatu Las
Sepatu las terutama digunakan untuk melindungi
kaki dari percikan api/terak/sentuhan benda
panas, kejatuhan benda dan tersengat listrik.
Agar dapat memenuhi fungsinya, sepatu las
8
sebaiknya dibuat dari kulit dengan lapisan logam
dibagian atas dan tidak bertali.
Gambar Sepatu Safety

Alat Bantu Las


Palu Terak
Palu terak dipergunakan untuk membuang terak
las setiap selesai proses pengelasan. Palu terak
mempunyai ujung yang berbentuk pahat dan
runcing. Ujung yang runcing ialah untuk
membersihkan terak las yang agak sulit
dikeluarkan/dibersihkan. Pada waktu
membersihkan terak harus selalu memakai alat
pelindung mata, misalnya kaca mata bening.
Gambar Palu Terak
Sikat Baja
Sikat baja digunakan untuk membuang sisa-sisa
terak las yang belum dapat terbuang oleh palu
terak supaya hasil pengelasan benar-benar bebas
dari terak.
Gambar Sikat baja

Alat – Alat Bantu Lain yang Sering Dipergunakan


 Alat ukur, misalnya mistar baja
 Alat lukis, misalnya penggores
 Alat potong, misalnya gergaji dan mesin potong gas
 Alat pembuat kampuh, misalnya kikir, gerinda tangan dan gerinda mesin
 Alat pelubang, misalnya mesin bor
Semua alat-alat tersebut dipergunakan terutama untuk mempersiapkan
benda kerja yang akan dilas.

Pertanyaan :
1. Jelaskan yang dimaksud dengan tranformator las!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan rectifier!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan DCSP dan DCRP pada pengkutuban
mesin las!
4. Jelaskan yang dimaksud dengan alat utama!
5. Jelaskan fungsi kaca penyaring!

Kunci Jawaban :
1. Tranformator las adalah penurun tegangan pada pesawat las arus bolak
balik
2. Rectifier adalah alat penyearah aru pada mesin las AC (arus bolak balik)
sehingga menjadi arus searah (DC)
3. Pengkutuban langsung (Direct Current Straight Polarity/DCSP) Pada
pengkutuban ini, kabel elektroda dihubungkan dengan kutub negatif dan kabel
massa (benda kerja) dihubungkan pada kutub positif. Dalam pengkutuban
seperti ini distribusi panas yang dihasilkan benda kerja las akan menjadi lebih
panas (±2/3) bila dibanding dengan elektroda (±1/3). Sedangkan Pengkutuban
9
terbalik (Direct Current Reverse Polarity/DCRP ) Pada pengkutuban DCRP, kabel
elektroda dihubungkan dengan kutub positif, kabel massa (benda kerja)
dihubungkan dengan kutub negatif Distribusi panasnya adalah elektroda akan
lebih panas (±2/3) bila dibanding dengan benda kerja (±1/3).
4. Yang dimaksud dengan peralatan utama adalah suatu perangkat atau kesatuan
yang utuh dengan trafo las atau mesin las yang dapat difungsikan untuk
menghasilkan busur listrik, yaitu :
 Trafo las atau mesin Las
 Kabel tenaga
 Kabel las
 Penjepit/pemegang elektroda
 Penjepit massa
5. Kaca penyaring dalam helm/kedok las tidak hanya intensitas radiasi dapat
dikurangi akan tetapi juga dapat melihat benda kerja dengan jelas. Kaca
penyaring sebagai pelindung mata harus mampu menurunkan kekuatan
pancaran cahaya/sinar yang ditimbulkan dari busur las. Untuk keperluan ini
penggunaan kaca penyaring pada pengelasan harus disesuaikan dengan besar
arus yang digunakan

SAMBUNGAN DAN SIMBOL LAS

A. Sambungan Las
Mutu hasil pengelasan selain tergantung dari pelaksanaannya juga ditentukan oleh
persiapan sebelum pengelasan. Karena itu pengawasan pengelasan dilakukan
semenjak persiapan pengelasan, pada waktu pengelasan dan sesudah pengelasan.
Yang termasuk pekerjaan persiapan pengelasan diantaranya adalah persiapan
material/bahan induk.
Bahan induk yang dipergunakan pada setiap konstruksi harus memenuhi
persyaratan-persyaratan baik tentang jenis dan mutunya maupun ukuran-
ukurannya, selanjutnya untuk dilaksanakan oleh juru las. Dengan memahami jenis
dan ukuran bahan induk serta bentuk sambungan dengan simbol-simbol
pengelasan, Anda akan dapat melaksanakan pekerjaan pengelasan dengan benar.
Berikut ini jenis-jenis sambungan, persiapan sambungan las dan tanda
gambar/simbol las, yang perlu diketahui sebelum pelaksanaan pengelasan.

1. Jenis-jenis Sambungan
Beberapa standar telah mengatur jenis sambungan las, namun pada dasarnya
dibagi menjadi empat jenis sambungan, yaitu :
 Sambungan tumpul (butt joint)
 Sambungan T (T– joint)
 Sambungan sudut (fillet joint)
 Sambungan tumpang (lap joint)

10
Gambar Sambungan tumpul Gambar Sambungan sudut bentuk T

Gambar Sambungan sudut Gambar Sambungan tumpang

Sebagai perkembangan dari jenis sambungan tersebut di atas, adalah:


 Sambungan silang (cross joint)
 Sambungan sisi (edge joint)
 Sambungan dengan penguat (strapped joint)

Gambar Sambungan silang Gambar Sambungan sisi

Gambar Sambungan dengan penguat

2. Persiapan Sambungan Las


Jenis dan ukuran bahan harus sesuai dengan yang diminta dan permukaan
bahan harus dibersihkan sehingga bebas kotoran berupa karat, olie/minyak.
Untuk membersihkan dapat dilakukan dengan sikat kawat, grinda kawat (brush
grinder) atau kikir.
Bahan yang telah sesuai dengan ketentuan/spesifikasi di potong secara termal
(alat pemotong gas) atau dingin (dengan mesin).

11
Mal untuk persiapan las 30 0

60 0

Gambar Persiapan sambungan tumpul


Persiapan sambungan sudut bentuk T, seperti pada gambar .

Mal untuk persiapan las

3 6

4 5

Gambar Persiapan sambungan sudut (fillet)

Contoh persiapan bentuk kampuh yang sering digunakan pada konstruksi


sambungan las dapat dilihat pada tabel .

Tabel Contoh persiapan bentuk kampuh

Tebal
Bahan Nama Sambungan Las Bentuk Kampuh
Las tumpul kampuh persegi
(Square butt weld)
3 – 4mm
1,5 - 2 mm

Las tumpul kampuh V tunggal 60 0

(Single V butt weld)

5 - 20mm

1 - 4 mm

Las tumpul kampuh tirus 55 0

tunggal
(Single-bevel butt weld)
5 - 20mm

2,5 - 3 mm

12
Las tumpul V tunggal dengan 60 0 - 70 0

6 – 12mm akar las (Single V butt weld


with broad root face)

1,5 - 2 mm

3. Simbol Sambungan Las


Berikut ini disajikan gambar dan simbol las yang banyak digunakan pada
pembuatan/penyambungan konstruksi berdasarkan standar ISO.
Tabel Lambang Sambungan Las pada Gambar

No. Nama Sambungan Las Bentuk Sambungan Lambang

1. Las pinggir/sisi
(Edge flanged weld)

2. Las tumpul kampuh persegi


(Square butt weld)

3. Las tumpul kampuh V tunggal


(Single V butt weld)

4. Las tumpul kampuh tirus


Tunggal
(Single-bevel butt weld)

5. Las tumpul V tunggal dengan


akar las (Single V butt weld
with broad root face)

13
No. Nama Sambungan Las Bentuk Sambungan Lambang

6. Las tumpul kampuh tirus


tunggal dengan akar las
(Single bevel butt weld with
broad root face)
7. Las tumpul U tunggal 1. 1
(Single U butt weld)

8.

Las tumpul J
(Single J butt weld)

9. Las Sudut (Fillet weld)

10. Las Sumbat (Plug weld)

11. Las Jahitan (Seam weld)

12. Las tahanan titik (Spot weld)

14
No. Nama Sambungan Las Bentuk Sambungan Lambang

Tabel dibawah ini contoh penggunaan lambang/simbol las pada gambar teknik
mesin sesuai dengan metoda proyeksinya (metoda proyeksi sudut pertama atau
metoda Eropa dan metoda proyeksi sudut ketiga atau metoda Amerika).
Tabel Penggunaan lambang/simbol las
Penunjuk dengan lambang
Perspektif
Metoda Amerika Metoda Eropa
SMAW

SMAW

SMAW
SMAW

SMAW
SMAW

SMAW

SMAW

1. Tuliskan empat jenis sambungan las!


2. Tuliskan minimal tiga macam kampuh sambungan tumpul!
3. Tebal bahan 8 mm, akan dilas menggunakan sambungan tumpul. Tuliskan
persiapan :
a. Bentuk kampuh las
b. Besar sudut kampuh
c. Gap/ukuran celah sambungan
4. Gambarkan pada kolom di bawah ini bentuk sambungan las dan simbol sambungan.
15
Kunci Jawaban
1. Empat jenis sambungan las
 Sambungan tumpul (butt joint)
 Sambungan T (T– joint)
 Sambungan sudut (fillet joint)
 Sambungan tumpang (lap joint)
2. Alat untuk membersihkan permukaan bahan sebelum pengelasan

ELEKTRODA LAS

A. Elektroda Berselaput
Pada las busur logam manual menggunakan elektroda berselaput seperti
ditunjukkan pada gambar . Elektroda ini terdiri dari kawat inti (core wire) yang
dilapis dengan selaput (coating) yang terdiri dari flux, komposisi kawat dan
selaput menentukan perbedaan elektroda.
Kawat Inti
Selaput


Panjang Selaput

Panjang Elektroda

Gambar 3.1 Elektroda Berselaput

1. Kawat inti (Core wire)


Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm s.d 7 mm dengan panjang 250
s.d 450 mm.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 10% sampai 50% dari diameter
elektroda. Selaput elektroda sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik logam
las, dan semua logam las (all weld metal).

2. Salutan (Coating) Elektroda


Dalam proses pengelasan (gambar 3.1) salutan akan terbakar membentuk gas
yang berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh atmosfir dan pembentuk terak
cair, kemudian membeku dan melindungi logam las yang sedang proses
pembekuan.
Flux salutan juga berfungsi sebagai pemantap busur dan melancarkan
pemindahan butir-butir logam cair.
Terutama sebagai sumber unsur-unsur logam paduan yang akan sangat
berpengaruh terhadap sifat mekanik logam las, yaitu tegangan luluh, tegangan
tarik dan kekerasan.

a. Bahan salutan
16
Bahan-bahan yang digunakan pada pembungkus/salutan dapat digolongkan
sebagai bahan:
 Pemantap busur
 Pembentuk terak
 Penghasil gas deoksidator
 Penambah unsur paduan, dan
 Pengikat
Bahan-bahan tersebut antara lain:
Oksida logam karbonat, silikat, fluorida logam paduan, serbuk besi dan zat-
zat organik.

b. Karakteristik Salutan
 Menambah konduktifitas pada panjang busur
 Menghasilkan gas (H2, O2, H2O, CO, CO2, N2), asap metalik dan asap
organik.
 Menyebabkan terak (slag), sebagai proteksi, isolasi melawan panas,
reaksi metalurugi penghasil komposisi yang pasti, berpengaruh pada
kristalisasi.
Mengingat pentingnya fungsi salutan, maka diusahakan salutan pada elektroda
tidak rusak.
Kerusakan pada salutan bisa terjadi karena:
 Benturan
 Umur terlalu lama
 Udara yang lembab

Gas Pelindung Elektroda

Busur Las

Terak Kawat Inti


Selaput

Logam Dasar

Gambar Proses Pengelasan

B. Klasifikasi Elektroda

17
Kalasifikasi elektroda ini menggunakan kode dan digunakan untuk
mengelompokkan elektroda-elektroda dari perbedaan pabrik pembuatannya
terhadap kesamaan jenis dan pemakaiannya.
Klasifikasi elektroda ini dibutuhkan baik pada elektroda maupun pada
bungkusnya. Klasifikasi elektroda menurut standar AWS (American Welding
Society) maupun ASTM (American Society for Testing Material) dinyatakan
dengan tanda E diikuti oleh 4 digit. Penjelasan dapat dilihat pada skema dan
tabel berikut:

SKEMA
KLASIFIKASI ELEKTRODA MENURUT STANDAR AWS-ASTM

{
=60 X Angka ketetapan 1000= 60.000 psi
(lb/sq inch)

KEKUATAN TARIK

=6 X Angka ketetapan 7= 42 kg/mm2 kekuatan


tarik minimum untuk logam yang diendapkan

E 6013
 TYPE SELAPUT
 ARUS LISTRIK AC atau DC

ELEKTRODA
MENUNJUKKAN POSISI LAS

TABEL 3.1
KARAKTERISTIK DIGIT KETIGA POSISI PENGELASAN

Angka Ketiga
POSISI PENGELASAN
(E XXXX)
0 - - - -
di atas
1 di bawah tangan horisontal tegak
kepala
2 di bawah tangan horisontal - -
3 di bawah tangan - - -

TABEL 2
KARAKTERISTIK DIGIT KEEMPAT TIPE SELAPUT DAN ARUS LISTRIK
18
Angka
ke Kadar
Polaritas Tipe Daya
empat Sumber arus serbuk
elektroda salutan tembus
(EXXXX) besi

Cellulose
1 AC DC + Kuat Tidak ada
potasium
2 AC DC - Rutile Sodium Medium 0 – 10 %
3 AC DC + - Rutile Potasium Lunak 0 – 10 %
4 AC DC + - Rutile iron powder Lunak 30–50 %
Low hydrogen
5 DC + Medium Tidak ada
sodium
Low hydrogen
6 AC DC - Medium Tidak ada
potassium
Iron oxide,
7 AC DC + - Lunak 50 %
Iron powder
Low hydrogen, 30 – 50
8 AC DC + Medium
Iron powder %

9 AC DC
0 Lihat data-data di bawah, angka akhir 0 ada pengecualian
E 6010 DC + Cellulose sodium Kuat 0 – 10 %
E 6020 AC DC - Iron oxide sodium Medium 0 – 10 %
E 6040 AC DC - Iron oxide Lunak

Penting : Keterangan tentang penggunaan elektroda pengaturan arus las, hubungannya


dengan kutub-kutub las, posisi pengelasan, klasifikasi dan jenis salutan biasanya
tercantum pada bungkus elektroda.

C. Penyimpanan Elektroda Las


Penyimpanan elektroda untuk mendapat pengelasan yang baik adalah penting.
 Disimpan ditempat kering, terutama untuk low hydrogen (basic electrode).
 Pengepakkan dari pabrik sebagai profeksi untuk menghindari pengaruh
kelembapan harus baik.
 Elektroda yang mempunyai kelembaban lebih besar dari 50% diharuskan
disimpan di oven (sesuai rekomendasi pabrik).
 Elektroda low hydrogen, seperti: E 7016, E7015, E 7018 dan E 7028,
sangat keritis karena mudah menyerap kebasahan (moisture).
 Jika bungkus elektroda dibuka hanya untuk digunakan selama 8 jam,
apabila ada sisa harus disimpan di oven.
19
 Untuk elektroda baja lunak apabila dibuka harus disimpan pada oven
temperatur 100–1500 C selama 8 jam.
 Ruang penyimpanan elektroda harus dikontrol dengan kelembapan lebih
kecil dari 50%.
 Untuk elektroda selulosa atau E 6010 dan E 6011 tidak harus selalu di oven,
karena mempunyai level moisture 3-7 %. Hal ini tidak berpengaruh dalam
proses las.
POSISI PENGELASAN
Posisi pengelasan untuk sambungan las sudut (fillet) dan sambungan las tumpul untuk
pengelasan pelat masing-masing terdiri dari 4 (empat) posisi pengelasan, yaitu posisi
bawah tangan, mendatar, tegak dan atas kepala. Untuk penjelasan posisi pengelasan
sambungan tumpul dan sambungan sudut pelat serta sambungan tumpul pipa.
Perhatikan table! Untuk gambar posisi pengelasan table.
Tabel Deskripsi Posisi Pengelasan

Jenis Sambungan Posisi Pengelasan Proses Pengelasan


Sambungan  Bawah Tangan (Flat) o Pengelasan
Tumpul (Butt Weld) Kode Posisi 1G dilakukan di bawah
Untuk Pelat. tangan, sumbu las pada
benda kerja horizontal.
o Pengelasan
 Mendatar (Horizontal) dilakukan mendatar,
Kode Posisi 2G sumbu las pada benda
kerja horizontal.
 Tega o Pengelasan
k (Vertikal) dilakukan dari bawah ke
Kode Posisi 3G atas, sumbu las pada
benda kerja vertikal.
o Pengelasan
 Atas dilakukan di atas kepala,
Kepala (Overhead) sumbu las pada benda
Kode Posisi 4G kerja horizontal.
Sambungan Sudut  Bawah Tangan o Pengelasan
(Fillet Weld) (Flat) dilakukan di bawah
Kode Posisi 1F tangan, sumbu las pada
Untuk Pelat.
benda kerja horizontal.
o Pengelasan
 Mendatar dilakukan mendatar,
(Horizontal) sumbu las pada benda
Kode Posisi 2F kerja horizontal.
o Pengelasan
dilakukan dari bawah ke
 Tegak (Vertikal) atas, sumbu las pada
Kode Posisi 3F benda kerja vertikal.
 Atas Kepala o Pengelasan
(Overhead) dilakukan di atas kepala,
Kode Posisi 4F sumbu las pada benda
kerja horizontal.
20
Jenis Sambungan Posisi Pengelasan Proses Pengelasan
Sambungan  Posisi 1 G o Pengelasan
Tumpul Pipa (Pipe dilakukan di bawah
Weld) tangan, sumbu pipa
mendatar, pipa boleh
 Posisi 2G diputar.
o Pengelasan
dilakukan mendatar,
sumbu pipa tegak, pipa
 Posisi 5G boleh diputar
Pengelasan dilakukan bawah
tangan, tegak dan atas
kepala, sumbu pipa mendatar,
pipa tidak boleh diputar.
 Posisi 6G Pengelasan dilakukan bawah
tangan, tegak dan atas kepala,
sumbu pipa miring 450, pipa
tidak boleh diputar.

Tabel Posisi pengelasan dalam bentuk gambar


SAMBUNGAN TUMPUL PELAT
POSISI PENGELASAN

(BUTT JOINT)

Posisi Bawah Tangan (Flat)


1G Posisi Horizontal
2G

Posisi Atas Kepala (Overhead)


4G
Posisi Tegak (Vertikal)
3G

21
Ekektroda
Logam Las

POSISI PENGELASAN SAMBUNGAN


SUDUT (FILLET) UNTUK PELAT

Posisi Mendatar
2F
Posisi Bawah Tangan
1F

Posisi Tegak (Vertikal) Posisi Atas Kepala (Overhead)


3F 4F

Posisi
Pengelasan
Sambungan
Tumpul Pipa
(Pipe Weld)

22
LAS CATAT (TACK WELD)

Bagian-bagian yang telah dipersiapkan kemudian disetel untuk dirakit. Dalam


penyetelan bagian-bagian harus dihubungkan satu sama lain dengan lasan pendek-
pendek pada tempat-tempat tertentu yang dinamakan las catat (tack weld). Las catat
harus dilaksanakan dengan baik karena akan berpengaruh pada hasil pengelasan dan
untuk mempertahankan posisi benda kerja. Apabila las catat kurang mendapat
perhatian atau dilalaikan oleh pelaksana sehingga pada akhir pengelasan, kondisi
yang terabaikan ini dapat berubah menjadi kegagalan dalam persiapan pngelasan
misalnya distorsi akibat las catat tidak sempurna.
Untuk mencegah kegagalan dalam proses pengelasan, disarankan hal-hal sebagai
berikut:
 Mengelas catat harus dilaksanakan oleh tukang las yang berkualitas
 Mengelas catat harus dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi prosedur las
(Welding prcedure specification) dari las produksi ditempat yang sama dengan las
catat/tack weld tersebut.
 Bekas las catat yang telah diratakan diuji dengan uji penetrasi atau butir magnetik
untuk mendeteksi adanya keretakan.

Jika terdapat cacat permukaan pada las catat dinyatakan gagal dan harus di las
kembali dan hasil las catat di uji seperti halnya las produksi.
Las catat dilaksanakan dengan menggunakan elektroda yang sejenis dengan
elektroda untuk pengelasan yang sebenarnya, tetapi dengan diameter elektroda yang
lebih kecil.
Panjang dan jarak antara las catat disesuaikan dengan jenis bahan, tebal bahan dan
panjang pengelasan (gambar ).

Las catat

Gambar Las Catat pada sambungan sudut

DISTORSI
Seperti telah dijelaskan tentang batasan mengelas, yaitu menyambung dua buah
logam atau lebih dengan menggunakan panas. Panas dalam proses pengelasan harus
mencairkan logam. Untuk mencairkan logam diperlukan panas yang sangat tinggi.
Dengan adanya pemanasan lebih yang sangat tinggi dalam arti sampai mencair, pada
logam akan terjadi pemuaian yang besar. Besarnya sebanding dengan masukkan

23
panas (heat input) yang diterima oleh logam tersebut. Besarnya masukkan panas yang
diterima oleh logam dapat dihitung dengan rumus:
H = ExIxt

dimana: H = Panas dalam satuan Joule


E = Tegangan listrik dalam satuan Volt
I = Kuat arus dalam satuan Ampere
T = Waktu dalam satuan detik

Setelah selesai proses pengelasan atau proses dari panas ke dingin logam tersebut
akan kembali pada bentuk semula. Namun hal ini tidak akan terjadi, karena metal yang
cair (logam las) akan segera membeku. Sedangkan proses pendinginan yang
mengakibatkan pengerutan berjalan terus, sehingga apabila logam tersebut tidak
diikat/diklem sebelum pengelasan maka logam tersebut akan berubah bentuk yang
disebut distorsi. Sebagai contoh dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Skema Prinsip Mengelas dan Distorsi

Proses terjadinya distorsi

Tegangan
Mengelas = Pemanasan Memuai Mengerut Distorsi
-tegangan

Logam / material lurus

A
Pemanasan pada daerah A
 Logam memuai
Pemanasan/  Menimbulkan tegangan-
Mengelas tegangan elastis
 Distorsi elastis

 Logam mengerut menuju A


Mendingin daerah A
 Tegangan-tegangan elastis
 Distorsi teratur

24
1. Karakteristik dari Distorsi
Pada gambar 4.1 arah-arah pengerutan yang diterima oleh sambungan las
sebagai akibat penerimaan panas yang tidak merata, maka benda
kerja/sambungan las akan mengalami distorsi. Gambar 4.1 memperlihatkan
arah-arah pengerutan pada sambungan kampuh V. Arah–arah pengerutan pada
sambungan lain sama dengan yang diterima oleh sambungan kampuh V.

Keterangan :
a = Mengkerut memanjang a
b = Mengkerut melintang

b b

Distorsi x
memanjang
a

b b L- x
Besar sudut distorsi
melintang L

Gambar Arah-arah pengerutan dalam pengelasan

1. Macam–macam perubahan bentuk


Pelat tipis yang akan dibuat jalur las, permukaannya lurus. Setelah dilas dan
didinginkan, maka pelat itu akan melengkung. Makin banyak jalur yang
dibuat dalam satu permukaan, maka besar pula lengkungannya.
Untuk mengurangi perlengkungan dapat dilakukan tindakkan:
 Gerakan las dipercepat.
 Diusahakan panas sekecil mungkin.
Jika dua pelat tipis dilas catat, maka kedua sisi kampuh yang masih bebas
akan bergeser. Bahkan kedua sisi itu dapat saling berimpit seperti pada
gambar .

25
Usaha mengurangi distorsi
 Dibuat las catat atau jarak kedua sisi yang akan dilas diatur makin besar
pada akhir las.
Las catat Las catat

arah arah arah arah


tegangan tegangan tegangan tegangan

Pemanasan Mendingin
Gambar Distorsi pada sambungan

Untuk pelat–pelat yang tebal, dimana lapisan las lebih banyak, pengelasan
dilakukan secara berganti–ganti pada bagian atas dan bawah. (gambar).
5
3
1
2
4
6

Gambar Cara menghindari distorsi (las berurut)

PENYALAAN DAN PENARIKAN BUSUR

A. Persiapan Mengelas
 Mesin las
Perhatikan mesin las yang Anda akan gunakan! apakah mesin las AC atau DC?
Untuk mesin las DC perhatikan handle polaritas telah menunjukkan pengkutuban
yang sesuai dengan jenis elektroda yang dipakai. Dan periksa kabel las apakah
tidak ada kebocoran (kabel las rusak). Apabila kabel las rusak segera dilaporkan
kepada guru. Untuk mesin las AC selain pemeriksaan kabel juga penyambungan
kabel las terhadap mesin las biasanya menggunakan sepatu kabel yang diikatkan
dengan mur-baut pada mesin las. Coba diperiksa apakah ikatannya tidak longgar,
karena bila longgar akan menimbulkan kebocoran busur listrik yang
membahayakan.
 Arus las
Atur arus las pada mesin las, untuk menentukan besarnya arus las yang
dipergunakan harus disesuaikan dengan tabel pemakaian arus yang terdapat
pada bungkus elektroda. Biasanya pada tabel tersebut rentang arus las, misalnya
untuk elektroda E 6013 dengan diameter elektroda 3,2 mm, rentang arus 90–

26
120A. Ingat pemilihan diameter elektroda disesuaikan dengan tebal
bahan/material yang akan dilas dan hasil pengelasan yang baik percikkan las
halus serta percikkan mudah dihilangkan.
 Benda Kerja
Bersihkan benda kerja dari semua jenis kotoran, sebab benda kerja/material yang
kotor hasil pengelasan tidak akan sempurna.
Tempatkan benda kerja pada meja las dengan kedudukan yang rata. Kedudukan
benda kerja memanjang dihadapan anda, karena direncanakan mulai pengelasan
dari kiri ke kanan, bagi yang kidal arahnya sebaliknya. Dengan maksud supaya
anda dapat melihat busur las/cairan las dengan baik
 Penyalaan busur
Untuk latihan menyalakan busur gunakan elektroda E 6013 dengan diameter 3.2
mm. Pasang atau jepit elektroda pada bagian yang tidak terbungkus oleh salutan.
Selanjutnya hidupkan mesin las, sekarang elektroda sudah dialiri listrik, hati-hati
terhadap sentuhan elektroda dengan meja, bisa terjadi penyalaan.
Berdirilah pada posisi yang nyaman untuk dapat mengikuti gerakan elektroda dan
arahkan ujung elektroda ke benda kerja. Jarak antara ujung elektroda yang akan
dinyalakan dengan permukaan benda kerja antara 20–30 mm, sekarang tutup
muka anda dengan helm/kedok las.
Mulailah latihan penyalaan dengan cara menyentuhkan atau menggoreskan ujung
elektroda pada permukaan benda kerja. Kedua cara tersebut dilatih berulang-
ulang sampai menghasilkan gerakan penyalaan busur yang baik dan tinggi busur
yang tetap.
Waktu latihan menyalakan muka dan mata harus dilindungi oleh helm las.
 Cara penyalaan dengan disentuhkan
Sentuhkan/ketukkan ujung elektroda ke permukaan benda kerja sehingga
menimbulkan busur las, setelah timbul busur tarik atau angkat elektroda
setinggi diameter elektroda untuk mencegah elektroda lengket ke benda
kerja.
 Cara penyalaan dengan digoreskan
Sentuhkan/ketukkan ujung elektroda ke permukaan benda kerja sehingga
menimbulkan busur las, setelah timbul busur tarik atau angkat elektroda
setinggi diameter elektroda untuk mencegah elektroda lengket ke benda
kerja.

(a) cara disentukan (b) cara digoreskan


Gambar Penyalaan busur las

27
Selanjutnya untuk mematikan busur, elektroda harus diangkat dengan cepat, ini
dimaksudkan untuk mencegah menempelnya ujung elektroda pada permukaan
benda kerja.
Bila elektroda menempel pada benda kerja, mesin las supaya dimatikan.
 Penarikan busur
Dengan tinggi/panjang busur kira–kira sama dengan diameter elektroda tunggu
hingga lebar kawah las mencapai  2 kali diameter elektroda sebelum menarik
busur.

Lebar jalur las 2


kali   elektroda

Gambar Penarikan busur


Untuk yang bisa menggunakan tangan kanan penarikan busur dilakukan dari kiri
ke kanan, sedangkan untuk yang menggunakan tangan kiri penarikan dari kanan
ke kiri. Elektroda membentuk sudut 70-80 o kearah gerakan pengelasan dan ini
dinamakan sudut elektoda. Untuk mengontrol jalur pertahanan lebar kawah las 
2 kali diameter elektroda.
Apabila diperhatikan di dalam kawah las dapat dilihat dua bentuk cairan yaitu
cairan terak dan cairan logam.
Pengamatan mengenai cairan ini penting, hal ini untuk menghindari terjadinya
cairan terak mendahului cairan logam. Karena apabila ini terjadi akan
menyebabkan terak terperangkap dalam lasan dan mengurangi penembusan.
Kerusakan ini akan menyulitkan pada pengelasan berikutnya.
 Panjang busur
Panjang busur yang tepat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mengelas
dan untuk ini memerlukan beberapa kali latihan.
Kesalahan tinggi busur dapat berakibat sebagai berikut:
 Panjang busur terlalu tinggi
Penembusan dangkal, sekitar rigi banyak percikkan, terjadi pemakanan pada
kaki lasan, rigi las tidak rata atau kasar.
 Panjang busur terlalu rendah
Rigi sempit, ada resiko ujung elektroda menempel pada permukaan benda
kerja.
Sekarang dibandingkan dengan panjang busur yang benar yaitu satu kali
diameter inti elektroda. Penembusan baik, rigi las rata dan bersih serta
percikkan las halus mudah dihilangkan.

28
Inti Kawat

 Elektroda

Selaput elektroda

 Panjang busur =
 Kawat inti elektroda  Inti kawat
elektroda

Logam induk

Gambar Panjang busur


 Kecepatan pengelasan
Dengan kecepatan penarikan elektroda yang benar akan diciptakan rigi las
dengan penembusan , lebar dan tinggi rigi yang sesuai dengan standar.
Para pemula pada umumnya cenderung menarik elektroda terlalu cepat.
Tidak ada ketentuan angka yang pasti untuk kecepatan menarik elektroda
sebagai petunjuk apabila kawah las sudah mencapai lebar atau diameter 2 x
diameter salutan elektroda penarikan elektroda dapat dilaksanakan. Kecepatan
pengelasan tergantung dari: ukuran elektroda, besarnya arus, tebal bahan dan
ukuran rigi yang diperlukan.
Rigi las sempit, tipis, penembusan dan perpaduan tidak cukup, ini diakibatkan
oleh penarikan elektroda yang terlalu lambat. Ini akan menghasilkan rigi las yang
lebar dan tebal. Serta ada kemungkinan kawah las akan mengalir di bawah busur
sehingga penembusan berkurang dan overlap.
 Mematikan busur
Pada akhir rigi angkatlah elektroda dengan cepat dalam rangka mematikan busur.
Pengangkatan busur secara perlahan akan menyebabkan banyak percikkan.
Pada akhir rigi ada kalanya berlubang karena teroksidasi (porositas). Untuk
menghindari terjadinya oksidasi dapat dilakukan dengan 2 cara:
1. Pada akhir rigi elektroda ditekan untuk mengisi kawah, kemudian diangkat
dengan cepat.
2. Sebelum mematikan busur dorong kembali elektroda kira–kira 5 mm dengan
sudut elektroda dinaikan dengan busur pendek. Apabila jalur las disambung
lagi pengisian ujung rigi tidak diperlukan.
 Pembersihan terak
Setelah selesai mengelas tunggu terak hingga menjadi dingin sebelum dibuang
dengan menggunakan pahat atau palu terak.
Dalam pembersihan terak gunakan kaca mata pengaman dan pembersih terak
dilakukan dengan arah menjauhi badan. Selanjutnya gunakan sikat kawat.

29
E. Pendekatan Dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Discovery Learning
3. Strategi : Kolaboratif dan kooperatif
4. Metode : diskusi dan latihan

F. Media Dan Sumber Belajar


1. Media
Bahan Tayang : LCD (Powerpoint)

2. Sumber Belajar
a. Modul Pengelasan dengan Proses Las busur Metal Manual
Kurikulum SMK Edisi 2004
b. Buku Las Busur Manual sumber lain yang relevan
- A. Gatot Bintoro, 1999. Dasar-dasar Pekerjaan Las Yoyakarta : Penerbit
Kanisius
- Ir. Hery Sonawan, MT. 2003. Las Listrik SMAW dan Pemerikasaan Hasil
Pengelasan. Bandung :Penerbit Alfabeta
- Sri Widharto. Cetakan kelima 2003. Petunjuk Kerja Las. Jakarta : Penerbit
PT. Pradnya Paramita
c. Internet

G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Langkah-langkah DL Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan Stimulation - Guru mengkondisikan 15 menit
(simullasi/Pemberian peserta didik untuk siap
rangsangan) belajar
- Guru menyajikan
gambar peralatan dan
posisi pengelasan serta
teknik pengelasan

Kegiatan Inti Problem statemen - Peserta didik diminta 90 menit


(pertanyaan/identifikasi untuk mengamati dan
masalah) pertanyaan tentang
gambar yang disajikan
tentang gambar,
peralatan dan posisi
pengelasan serta teknik
pengelasan,contohnya:
“ Mengapa perlu meng
gunakan peralatan las
sesuai fungsi dan cara
menggunakannya? “
“ Faktor apa yang mem
pengaruhi baik tidaknya
hasil pengelasan?”

30
Alokasi
Kegiatan Langkah-langkah DL Deskripsi Kegiatan
Waktu
- Peserta didik
Data collection mengumpulkan informasi
(pengumpulan data) yang relevan untuk
menjawab pertanyaan
yang telah diidentifikasi
melalui Kajian literatur
tentang gambar
peralatan dan posisi
pengelasan serta teknik
pengelasan

Data processing - Peserta didik untuk


(pengolahan Data) mengolah data dalam
menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang
dikumpulkan sebelumnya

Verification (pembuktian) - Peserta didik


mendiskusikan hasil
pengolahan data dan
memverifikasi hasil
pengolahan dengan data-
data atau teori pada buku
sumber. Misalnya dengan
cara: memverifikasi data
tentang gambar
peralatan dan posisi
pengelasan serta teknik
pengelasan
Generalisasi
- Peserta didik
menyimpulkan bahwa
gambar peralatan dan
posisi pengelasan serta
teknik pengelasan

Penutup - Peserta didik dan guru 25 menit


mereview hasil kegiatan
pembelajaran
- Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok yang berkinerja
baik

31
H. Penilaian

1. Jenis/Teknik penilaian
No Aspek Teknik Bentuk Instrumen
1. Sikap - Observasi kegiatan diskusi - Lembar Observasi
kelompok - Penilaian Diri
- Penilaian antar Peserta didik
2. Pengetahuan - Tes Tertulis - Soal Pilihan Ganda
3. Keterampilan - Laporan hasil kerja - Job sheet
2. Bentuk instrumen dan Instrumen
a. Penilaian Sikap

Penilaian observasi pada kegiatan praktik

Mata Pelajaran : Las Busur Manual


Kelas / Semester : XI / 1
Topik / Subtopik : Pengelasan Pelat dengan Pelat berbagai posisi menggunakan
las busur manual
Indikator : Peserta didik menunjukkan perilaku ilmiah (disiplin,
Jujur, tanggung jawab, teliti dan komunikatif) dalam
diskusi

Berikan skor pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan terhadap peserta didik selama
kegiatan .
1. jika tidak pernah berperilaku dalam kegiatan
2. jika kadang-kadang berperilaku dalamkegiatan
3. jika sering berperilaku dalam kegiatan
4. jika selalu berperilaku dalam kegiatan

Tanggung
Nama peserta Jujur Jumlah
No Disiplin jawab Teliti komunikatif
didik Skor
1 ................
2
3

Pedoman penskoran penilaian sikap

PREDIKAT NILAI
Sangat Baik ( SB) 80 ≤ AB ≤ 100
Baik (B) 70 ≤ B ≤ 79
Cukup (C) 60 ≤ C ≤ 69
Kurang (K) <60

32
Penilaian Diri pada saat praktik
Nama :
Kelas :
Topik : Pengelasan Pelat dengan Pelat berbagai posisi menggunakan
las busur manual

Setelah mempelajari materi kepolaran, Anda dapat melakukan penilaian diri dengan
cara member tanda √ pada kolom di bawah ini :
No Pernyataan ya Tidak
1 Selama melakukan tugas saya
bekerjasama dengan teman
2 Saya mencatat data dengan teliti dan
sesuai dengan fakta
3 Saya membuat tugas terlebih dahulu
dengan membaca instruksi
4 Saya mendiskusikan hasil kajian
instruksi dengan teman

Penilaian Antar Peserta didik

Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda √ pada kolom yang sesuai dengan
penilaianmu terhadap teman yang diamati dengan jujur

No Pernyataan YA TIDAK
1 Mau menerima pendapat teman
2 Memaksa teman untuk menerima
pendapatnya
3 Memberi solusi terhadap pendapat yang
bertentangan
4 Dapat bekerja sama dengan seluruh teman
dalam kelompok
5 Bertutur kata yang santun kepada sesama
teman

b. Penilaian Pengetahuan

Indikator soal 1 : disajikan slide K3 dan peralatan las busur manual, peserta didik
dapat menganalisis.
c. Penilaian Keterampilan (lembar job sheet)

Mengetahui : Kandangan, 27 Juli 2014


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

33
Suhaimi, S.Pd, M.Pd Syamsu Anwar, ST
NIP. 19690417 199703 1 016 NIP. 19750422 200604 1 013

34

Anda mungkin juga menyukai