SNI 03-4433-1997 Spesifikasi Beton Siap Pakai PDF
SNI 03-4433-1997 Spesifikasi Beton Siap Pakai PDF
BAB I
DESKRIPSI
1.1.1 Maksud
Spesifikasi Beton Siap Pakai dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam produksi
dan penyerahan beton siap pakai dalam bentuk beton segar dari produsen kepada
konsumen.
1.1.2 Tujuan
Tujuan dari spesifikasi ini ialah untuk memberikan persyaratan kualitas beton siap pakai
yang diproduksi.
Spesifikasi ini memuat persyaratan dan ketentuan teknis beton siap pakai dalam bentuk
beton segar.
1.3 Pengertian
1
SNI 03-4433-1997
8) Faktor agregat semen adalah perbandingan antera berat seluruh agregat dan berat
semen dalam suatu rancangan campuran beton;
9) Kadar semen minimum adalah kadar semen terendah yang diperbolehkan bagi satu
campuran beton.
2
SNI 03-4433-1997
BAB II
SPESIFIKASI
2.1 Bahan
2.1.1 Semen
Semen untuk campuran beton dapat memakai jenis-jenis semen Portland yang memenuhi
SII 0013 tentang Mutu dan Cara Uji Semen Portland, bila digunakan Semen Portland
Pozolan harus memenuhi SNI 0129-1987-A tentang Kualitas dan Cara Uji Semen Portland
Pozolan.
2.1.2 Agregat
Agregat harus memenuhi SII 0052-80 tentang Agregat Beton, Mutu dan Cara Uji dan SNI 03-
6861.1-2002 tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A.
2.1.3 Air
Air harus memenuhi SNI 03-6861-.1-2002 tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A.
Dalam pemesanan beton siap pakai, konsumen minimal harus memberikan informasi. Jenis
dan kualitas beton yang dipesan serta persyaratannya diperinci dalam suatu formulir yang
memuat penjelasan sebagai berikut :
1) Campuran beton khusus untuk campuran beton yang ditentukan;
2) Jenis semen;
3) Jenis agregat normal, ringan atau berat;
4) Maksimum besar butir agregat;
5) Untuk campuran yang direncanakan, kualitas beton ditentukan dengan kuat tekan beton
yang disyaratkan;
6) Sekrup beton
7) Untuk campuran yang ditentukan, harus diberikan susunan perbandingan campuran dari
bahan-bahan beton dalam satuan kilogram;
8) Kadar semen minimum, dinyatakan dalam kilogram per meter kubik beton segar yang
dipadatkan.
3
SNI 03-4433-1997
Peralatan untuk produksi beton siap pakai harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1) Peralatan untuk menakar harus mempunyai ketelitian ± 3 % terhadap berat semen, air
atau seluruh agregat yang sedang ditakar dan ketelitian ± 5 % untuk bahan tambahan
yang sedang ditakar;
2) Semua alat penakar harus dirawat baik agar selalu bersih dan siap pakai;
3) Semua alat penakar harus ditepatkan titik nolnya setiap ahri dan harus dikalibrasi setiap
enam bulan;
4) Mesin pengaduk harus memenuhi persyaratan standar yang berlaku atau standar lain
yang disepakati bersama.
4
SNI 03-4433-1997
1) Kuantitas beton yang diserahkan kepada pembeli didasarkan kepada volume dalam
meter kubik dari beton segar yang dipadatkan. Volume dari satu batch-aduk beton harus
dihitung sebagai berikut :
5
SNI 03-4433-1997
mm, ditahan pada posisi ini selama 1 menit lalu dibaca dan dicatat suhunya dengan
ketelitian 1 derajat Celcius. Pada setiap pengukuran suhu, harus dilakukan dua kali pada
contoh yang berbeda. Bila selisihnya lebih dari 20% diambil nilai suhu tertinggi,
sedangkan bila selisihnya kurang dari 20%, nilai rata-ratanya diambil sebagai suhu beton
yang bersangkutan;
8) Contoh untuk mengukur slump beton siap pakai, harus diambil dari beton yang
dikeluarkan pada saat 15% sampai 85% dari seluruh isi truk, ditampung ke dalam ember
atau alat yang tidak menyerap air. Diambil contoh kurang lebih 20 kg, diaduk lagi agar
merata di atas alas dari baja yang datar, lalu diukur slump dengan cara sesuai SNI 03-
1972-1990 tentang Metode Pengujian Slump Beton;
9) Contoh beton segar untuk uji kekuatan harus diabil dari satu batch-aduk yang dipilih
secara acak. Contoh harus diambil di tempat beton dikeluarkan dari truk angkut/agitator.
Pada setiap pengambilan contoh dari suatu adukan yang dipilih, diambil adukan beton
sebanyak kurang lebih 30 kg yang dilakukan dengan ember atau alat yang tidak
menyerap air, pada saat beton segar dikeluarkan 15% sampai 85% dari volume truk
angkut, diaduk merata lagi di atas suatu alas yang datar lalu dibagi dua bagian,
kemudian masing-masing bagian dibuat benda uji silinder. Ukuran benda uji dan cara
pembuatannya harus sesuai dengan ketentuan SNI 03-2493-1990 tentang Metode
Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.
Benda uji tersebut dirawat selama 28 hari, kemudian diuji kuat tekannya sesuai dengan
ketentuan SNI-1974-1990 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Nilai rata-rata
hasil uji dari dua buah benda uji merupakan nilai kekuatan beton dari batch-aduk yang
bersangkutan dengan catatan 2 nilai kuat tekan benda uji tersebut tidak boleh
menyimpang lebih dari 20% dari nilai tertinggi. Bila dipandang perlu dan memungkinkan
dilaksanakan serta atas persetujuan produsen dan pembelian atau pemesan, maka
salah satu benda uji tersebut dapat diuji sleama 7 hari atau dilakukan perawatan
dipercepat. Hasil ujinya harus dikonversikan ke nilai kuat tekan benda uji umur 28 hari
berdasarkan data yang ada.
5) Kuantitas beton yang diwakili oleh hasil uji kekuatan tekan adalah kuantitas beton yang
diwakili oleh suatu kelompok terdiri atas tiga buah hasil pemeriksaan berturut-turut dari
sejumlah batch-aduk yang diproduksi sejak contoh pertama diambil sampai dengan
diambilnya contoh yang ketiga. Disini termasuk juga batch-aduk antara yang tidak
diambil contohnya. Apabila salah satu hasil pemeriksaan ternyata tidak memenuhi
ketentuan yang berlaku, maka hanya batch-aduk tertentu darimana conoth itu diambil,
yang tidak memenuhi mutu; Interval pengambilan contoh yang ada pada Tabel 2
lampiran B.8 harus ditunjukkan, sehingga dapat dihitung kuantitas beton yang
bersangkutan. Dalam hal tidak dapat ditunjukkannya interval pengambilan contoh, maka
kuantitas maksimum dari beton yang diwakili oleh tiga nilai hasil pemeriksanaan uji itu,
harus dibatasi sampai 60m3;
6) Susunan campuran beton yang telah ditentukan khusus untuk susunan campuran
nominal, bilamana pemenuhan mutu nilai berdasarkan :
(1) Pengamatan pada waktu pembuatan adukan beton atau,
(2) Pemeriksaan rekaman otografik dari berat masing-masing bahan yang dipakai,
maka perbandingan susunan campuran itu harus berada dalam batas +/-5% dari
angka-angka perbandingan yang telah ditentukan.
7) Bilamana pemenuhan mutu dinilai dari pengamatan pada waktu pembuatan adukan
beton atau melalui rekaman otografik, maka kadar semen tidak boleh kurang dari 95%
kada semen minimum atau tidak boleh lebih dari 105% kadar semen maksimum yang
ditetapkan;
8) Pemenuhan mutu terhadap penetapan faktor air semen maksimum boleh dinilai melalui
hasil-hasil pengujian kelecakan, asalkan tersedia data yang cukup meyakinkan
mengenai hubungan antara faktor air semen dan kelecakan beton memakai bahan-
bahan yang sama. Sangatlah penting bahwa jenis bahan-bahan yang dipakai dan
perbandingan susunan campuran selalu dipertahankan sama. Bila penilaian dilakukan
dengan cara ini, maka faktor air semen harus tidak boleh melampaui 105% dari nilai
yang ditetapkan;
9) Kelecakan beton harus dalam batas-batas toleransi berikut :
(1) Bila slump nominal ditentukan :
sama atau kurang dari 50 mm ----- toleransi +/-15 mm
antara 50 dan 100 mm ---------------toleransi +/-20 mm
lebih dari 100 mm ---------------------toleransi +/-40 mm
(2) Bila slump maksimum ditentukan :
lebih dari 75 mm -----------------------toleransi + 0 mm
- 65 mm
sama atau kurang dari 75 mm -----toleransi +0 mm
-40 mm
10) Suhu beton segar pada waktu diserahkan kepada pembeli harus tidak boleh dari suhu
maksimum yang ditetapkan, ditambah 2 derajat Celcius;
11) Pada waktu penyerahan, berat isi atau berat per meter kubik beton yang dipadatkan
tidak boleh kurang dari 95% nilai maksimum atai tidak boleh lebih dari 105% nilai
maksimum yang telah ditetapkan.
8
SNI 03-4433-1997
LAMPIRAN A
DAFTAR ISTILAH
9
SNI 03-4433-1997
LAMPIRAN B
B.1 Umum
Uraian berikut ini hanya memberikan pedoman umum mengenai persyaratan beton.
Penjelasan lebih rinci hendaknya diperoleh dari standar dan peraturan yang berkaitan.
B.3 Sulfat
Seluruh kandungan sulfat di dalam beton tidak boleh melampaui 4% dari berat semen.
Dalam hal ini kadar sufat dinyatakan sebagai SO3 dan dihitung dari kadar sulfat dalam
semen, dalam agregat kasar dan halus (bila ada) dan dari bahan tambahan (misalnya dalam
abu terbang). Untuk beton yang harus tanah sulfat, abu terbang tidak boleh memakai
bersama-sama dengan semen atau tahan sulfat (semen Portland jenis V).
10
SNI 03-4433-1997
B.5 Kasar Semen Minimum untuk Mudah Diangkut, Dicorkan dan Dilakukan
Penyelesaian Akhir
Kadar semen akan mempengaruhi penampakan dari beton yang telah mengeras, mudah
diangkut dan dicorkannya beton segar, serta sifat betonselama pengikatan, pengerasan dan
pematangan, misalnya terjadinya bliding dan pemadatan setempat setelah pemadatan awal.
Jika terhadap suatu adukan hanya disyaratkan ukuran butir agregat, slump dan kekuatan,
maka dapat terjadi beberapa sifat beton segar maupun beton warna, pemadatan harus
memperhatikan :
1) Adanya ketidakseragaman dalam campuran bahan;
2) Ketentuan-ketentuan mengenai kelecakan;
3) Penyelesaian akhir permukaan beton;
4) Ketentuan-ketentuan mengenai cara pengecoran secara khusus, misalnya cara pompa
(lihat standar SNI 03-3976-1995 tentang Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran
Beton);
5) Keporian dari beton keras.
B.6 Kelecakan
Pembeli hanya perlu menentukan kelecakan bila diperlukan saja, misalnya apabila beton
dibeli dari perusahaan siap pakai.
3) Dalam situasi bila selang waktu pengambilan contoh ditetapkan mempergunakan kelas
mutu yang sama;
4) Bila pembeli atau pemesan menghendaki agar beton dipasok lebih dari satu sumber.
Bilamana hasil uji masing-masing benda uji ditetapkan untuk penilaian pemenuhan mutu,
maka pembeli atau pemesan harus menyatakan persyaratan itu dalam ketentuan
pemenuhan mutu.
B.9 Tindakan yang diambil apabila Hasil Uji Contoh Menunjukkan Mutu Beton Tidak
Memenuhi Syarat
Pembeli menentukan tindakan yang akan diambil apabila hasil uji contoh yang mewakili
sejumlah beton tidak memenuhi persyaratan standar ini. Tindakan ini dapat berkisar antara
pelulusan mutu bagi bagian yang tidak/kurang gawat sampai penolakan atau pembongkaran
terhadap beton bagi bagian yang gawat. Di dalam menentukan tindakan yang akan diambil,
pembeli atau pemesan hendaknya memperhitungkan konsekuensi teknis dari jenis dan
tingkat ketidak terpenuhinya mutu, dan konsekuensi ekonomis bila dilakukan perbaikan atau
penggantian, yaitu apakah mengganti beton yang tidak memenuhi syarat atau membiarkan
keutuhan bagian pekerjaan yang betonnya telah dicor tidak dibongkar.
Dalam menafsirkan mutu beton yang tidak memenuhi standar menentukan tindakan yang
akan diambil, bilamana mungkin pembeli atau pemesan menetapkan hal-hal berikut :
1) Syahnya hasil-hasil uji yang dapat diyakinkan melalui pemeriksaan apakah pengambilan
contoh dan pengujiannya telah dilakukan sesuai dengan standar yang ditentukan;
2) Susunan campuran beton yang dipakai dalam pembuatan beton berada dalam
penyelidikan. Ini dapat berpengaruh terhadap keawetan beton;
3) Bagian dari pekerjaan yang diwakili oleh hasil uji;
4) Kemungkinan pengaruh yag timbul akibat berkurangnya mutu beton terhadap kekuatan
dan keawetan untuk bagian dari pekerjaan bangunan yang bersangkutan
Pembeli atau pemesan dapat melakukan pengujian terhadap beton yang telah mengeras
meliputi cara uji tidak merusak dengan pengambilan benda uji beton inti-pemboran (lihat
SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan Benda Uji Beton Inti, dan SNI 03-3403-1994
tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti-Pemboran),
Hasil uji tersebut tidak boleh membatalkan ketidakterpenuhinya mutu yang telah
ditetapkan terhadap persyaratan mutu, asalkan pengujian terdahulu itu berdasarkan
hasil uji yang syah.
12