Anda di halaman 1dari 4

STANDARD DESAIN

PEKERJAAN BETON

SD-B-1-01- SD-B-1-02 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SD-B-1-01. Bahan.
1.1 Portland Cement (PC).
a. Semua merk PC yang digunakan harus Portland Cement merk Standard memenuhi persyaratan Portland Cement
kelas I-2475 (SKSNI-T15-1991-03)
b. Seluruh pekerjaan harus menggunakan satu merk PC
c. Penggantian merk semen hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Direksi
d. PC harus disimpan secara baik, dihindarkan dari kelembaban sampai tiba saatnya untuk dipakai
e. PC yang telah menggumpal atau membatu tidak boleh digunakan
f. PC harus disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah untuk diperiksa dan diambil contohnya.
1.2 Koral dan pasir (agregat)
a. Agregat harus sesuai dengan syarat-syarat SKSNI-T15-1991-03.
b. Agregat kasar harus berupa koral atau crushed stones yang mempunyai susunan gradasi
yang baik, padat (tidak porous) dan cukup syarat kekerasannya
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering).
d. Besar maksimum butir agregat kasar tidak boleh lebih dari persayaratan ukuran butir untuk masing-masing type beton .
e. 2 (dua) minggu sebelum pengecoran dimulai, sample-sample ditest sesuai dengan percobaan yang tercantum dalam
SKSNI-T15-1991-03.
f. Dari hasil-hasil ini Kontraktor mengambil 2 (dua) buah contoh yang representatif untuk diambil
grading analysisnya
g. Kontraktor harus menjaga semua pengiriman agregat dari satu sumber untuk setiap agregat yang telah disetujui Direksi
h. Percobaan-percobaan selanjutnya untuk setiap pengiriman sebanyak 50 ton, atau sewaktu-waktu diperintahkan
oleh Direksi.
i. Agregat kasar dan halus diangkat dan disimpan terpisah dan harus dicegah terjadinya segregasi dari berbagai
ukuran partikel
j. Agregat harus dijaga terhadap kebersihan dan bebas terhadap material-material lain
k. Kapasitas tempat harus disiapkan pada tempat sumbernya.
1.3 Air
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus mengikuti syarat SKSNI-T15-1991-03
b. Sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
1.4 Penulangan :
a. Mutu besi sesuai dengan spesifikasi
b. Diameter dan bentuk sesuai dengan rencana/gambar
c. Jarak tulangan sesuai dengan rencana/gambar
d. Panjang samb. besi sesuai spesifikasi (min. 30.d)
e. Tulangan bebas dari lumpur,minyak atau karat
f. Tulangan beton diikat kuat satu dengan yang lain
1.5 Bahan pencampur (admixture)
a. Harus dengan persetujuan tertulis dari Direksi dan Perencana.

SD-B-1-02. Testing Beton dan Peralatannya.


2.1. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, material , tempat dan sebagaian peralatan selain yang ada dalam
Daftar Kuantitas dan Harga (untuk cetakan-cetakan baja, hammer test, kubus, slump test dan gelas ukur diadakan dan
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga) untuk melakukan semua test-test beton .
2.2. Pelaksanaan mix design dan uji kekuatan beton harus dilakukan di Laboratorium yang disetujui oleh Direksi.
2.3. Pengujian slump beton segera setelah beton keluar dari mixer. Slump minimum = 5 cm Slump maximum = 12,5 cm.
2.4. Kontraktor harus membuat, merawat dan mengadakan test-test kubus beton pada laboratorium beton yang disetujui
Direksi atas biaya sendiri.
2.5. Test yang dilakukan pada waktu kubus beton berumur 7 hari dan 28 hari.
2.6. Setiap 5 m3 beton yang dicor, maka harus dibuat satu seri benda terdiri dari 2 buah yaitu untuk 7 hari dan 28 hari
2.7. Setiap benda uji harus diberikan tanggal pembuatan dan dari bagian mana beton diambil.
2.8. Jika beton ready-mix, maka dari tiap truck dibuat 2 benda uji untuk test 7 hari dan 28 hari.
2.9. Kontraktor harus membuat laporan lengkap mengenai hasil test kubus di laboratorium dan disampaikan pada Direksi
Proyek secara rutin
2.10. Kontraktor harus membuat test kadar lumpur pasir dan dilaporkan pada Direksi secara rutin.
2.11. Kekuatan beton selain dilakukan uji di laboratorium secara terus menerus setiap contoh per 5 m3, setelah pengecoran
dan beton dirawat juga dilakukan test kekuatan beton dengan uji tak merusak menggunakan alat Hammer Test.
2.12. Tata cara dan aturan pelaksanaan test harus diajukan terlebih dahulu ke Direksi untuk mendapat persetujuan.
STANDARD PROSEDUR
PEKERJAAN BETON

SP-B-1-01 -- SP-B-1-07 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SP-B-1-01. Mix Design.


1.1. Perbandingan campuran beton rencana berdasarkan hasil desain yang telah ditentukan.
1.2. Adukan beton terdiri dari bahan semen, bahan pembantu (admixture), pasir, koral dan air.
1.3. Kualitas bahan tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan.
1.4. Didalam membuat campuran beton, jumlah semen dan agregat akan diukur menurut berat
1.5. Pengukuran material dengan volume akan dipakai untuk bangunan-bangunan struktur yang kecil.
1.6. Semua volume dan berat agregat, semen dan air harus ditakar dengan seksama
1.7. Bila campuran beton rencana yang telah disetujui Direksi diganti kualitas dari sumber ataupun agregatnya, maka
harus dicari lagi campuran yang baru sehingga tetap memenuhi syarat
1.8. Kelas-kelas beton yang dipergunakan dalam pekerjaan harus mengikuti Standar Nasional Indonesia NI - 2 PBI - 71

SP-B-1-02. Persiapan Pengecoran Beton.


2.1. Ada beberapa pengecekan dalam kegiatan persiapan sebelum melakukan pengecoran yaitu :
a. Jumlah volume beton yang dicor.
b. Jumlah alat-alat pengecoran antara lain : mixer, fibrator, yang tersedia di lapangan.
c. Jumlah portland cement yang tersedia di lapangan.
d. Jumlah pasir, koral/kerikil yang tersedia di lapangan.
e. Jumlah air yang tersedia untuk pembetonan.
f. Jumlah cetakan-cetakan kubus beton yang tersedia di lapangan.
g. Jumlah alat-alat test slump yang tersedia di lapangan.
h. Jumlah tenaga kerja yang ada di lapangan.
i. Perbandingan campuran beton yang dilaksanakan.
j. Time schedule pelaksanaan pengecoran.
k. Skema jalannya pengecoran sampai selesai.
l. Pengawas ahli dari Kontraktor yang ditugaskan di lapangan.
2.2. Pipa, pipa listrik, angker dan bahan lain yang terbuat dari besi yang ditanam dalam beton harus dipasang cukup kuat.
2.3. Sebelum adukan beton dicor, semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton
harus dibasahi dengan siraman air sampai jenuh.
2.4. Bidangbeton lama yang akan berhubungan erat dengan beton baru harus dikasarkan dulu.
2.5. Beton tidak boleh dicor sebelum semua genangan air yang memasuki tempat pengecoran
tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya.

SP-B-1-03. Pembuatan Beton & Peralatannya.


3.1. Sebelum adukan beton dimulai, semua alat pengaduk dan pengangkut beton harus sudah bersih.
3.2. Pengadukan beton pada semua mutu beton, harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk.
3.3. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi terus menerus
3.4. Beberapa slump dijadikan petunjuk apakah jumlah air pencampur yang dimasukkan kedalam drum pengaduk adalah
cukup tetap, atau perlu dikoreksi dalam hubungannya dengan faktor air semen yang diinginkan.
3.5. Pengadukan di tiap mesin pengaduk harus terus menerus.
3.6. Waktu pengadukan tergantung dari kapasitas drum pengadukan, banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan
butir dari agregat yang dipakai dan slump dari betonnya
3.7. Pengadukan minimal 1,5 menit sesudah bahan termasuk air berada didalam mesin pengaduk
3.8. Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan warna yang merata.
3.9. Dilarang mencampur kembali dengan menambah air kedalam adukan beton yang sebagain telah mengeras didalam
mesin pengaduk.
3.10. Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima material dari adukan berikutnya.
SP-B-1-04. Pengangkutan dan Pengecoran.
4.1. Sebelum pengecoran dilaksanakan Kontraktor harus mendapatkan persetujuan Direksi Proyek
4.2. Pengecoran harus dilakukan tanpa berhenti sampai mencapai siar pelaksanaan yang ditetapkan.
4.3. Apabila ada penghentian pengecoran harus disetujui Direksi Proyek.
4.4. Adukan beton harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam setelah pengadukan dengan air dimulai.
4.5. Waktu dapat sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus menerus secara mekanis
4.6. Pengangkutan adukan beton dilakukan dengan cara-cara dengan mana tidak terjadi pemisahan dan kehilangan
bahan-bahan
4.7. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar dan kontinyu
4.8. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke dalam papan bekisting yang dalam
4.9. Tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter di bawah ujung corong.
4.10. Adukan beton harus dicor merata selama proses pengecoran
4.11. Setelah dicor pada tempatnya adukan tidak boleh didorong lebih dari 2 (dua) meter arah mendatar.
4.12. Adukan beton didalam bekisting harus dicor berupa lapisan horizontal yang merata tidak lebih dari 60-70 cm dalamnya

SP-B-1-05. Pemadatan dan Penggetaran.


5.1. Saat adukan beton dicor kedalam bekisting atau lubang galian harus telah padat betul dan tetap
5.2. Adukan beton harus memasuki semua sudut, melalui celah pembesian, tidak terjadi sarang koral.
5.3. Perhatian khusus perlu diberikan untuk pengecoran beton disekeliling water stop
5.4. Kontraktor harus menyediakan vibrator dengan cadangan yang cukup
5.5. Pekerjaan pengecoran harus dipadatkan sebaik-baiknya sehingga tidak terjadi cacat beton
5.6. Bagian dalam dinding beton harus digetarkan dengan vibrator (triller) dan pada waktu yang sama bekistingnya diketuk
sampai adukan beton betul-betul mengisi penuh bekisting tersebut
5.7. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, bila lapisan sebelumnya tidak dikerjakan secara seksama.
5.8. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan vibrator, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Slump dari beton tidak lebih dari 12,5 cm.
b. Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan secara vertikal dan dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring
sampai 45 derajat.
c. Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan kearah horizontal
d. Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras.
e. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum
f. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak mengkilap
g. Jarak antara pemasukan jarum dipilih agar daerah pengaruhnya saling menutupi.

SP-B-1-06. Perlindungan Cuaca dan Perawatan Beton.


6.1. Perlindungan cuaca panas
a. Adukan beton yang baru dicor harus diberikan pelindung terhadap panas matahari secepat mungkin
b. Setelah pengecoran dan segera setelah permukaan beton yang baru sudah cukup mengeras
6.2. Perlindungan musim hujan
a. Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan
b. Beton yang dicor harus dilindungi dari curahan hujan
c. Penghentian beton yang baru dicor harus dilindungi terhadap pengikisan aliran air hujan.
d. Seluruh beton yang kena hujan atau aliran air hujan diperiksa untuk diperbaiki dan dibersihkan dulu terhadap
beton-beton yang tercampur/terkikis air hujan.
6.3. Perlindungan beban selama dalam proses pengerasan lantai dan bagian konstruksi yang lain,
a. Tidak diperkenankan mempergunakan lantai tersebut sebagai jalan atau tempat penimbunan bahan.
b. Tidak diperbolehkan merusak/melubangi beton yang sudah jadi untuk keperluan-keperluan apapun juga.
Jika hal itu terpaksa harus dilakukan, harus mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.

SP-B-1-07. Penolakan Beton.


7.1. Direksi Proyek berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat
7.2. Kontraktor harus mengganti/membongkar dan memperbaiki beton-beton yang tidak memenuhi syarat
7.3. Kekuatan beton harus sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI-T15-1991-03
7.4. Beton harus mempunyai ukuran-ukuran dimensi lokasi dan bentuk yang tidak boleh melampaui toleransi dibawah ini :
7.5. Posisi garis as dari penyelesaian bagian struktur pada semua titik + 0,5 cm posisi yang seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai