Anda di halaman 1dari 8

STANDAR DESAIN

PEKERJAAN PEMBERSIHAN (Land Clearing)

SD - T - 1 - 01 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SD - T - 1 - 01 Material Pembersihan
1. 1. Material yang harus dibersihkan dalam Pekerjaan land clearing/pembersihan adalah :
a. Kotoran-kotoran
b. Rerumputan
c. Semak belukar
d. Pepohonan (sampai dengan diameter 0.75m)
e. Tonggak-tonggak (sampai dengan kedalaman 1 m dari permukaan tanah)
f. Semua rintangan permukaan kecuali bangunan-bangunan.
STANDAR PROSEDUR

PEKERJAAN PEMBERSIHAN (Land Clearing)

SP - T - 1 - 01 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SP - T - 1 - 01 Pekerjaan Clearing / Pembersihan


1. 1. Lokasi kerja jaringan pipa, jalan inspeksi dan bangunan yang akan dikerjakan harus dibersihkan
1. 2. Pohon-pohon harus dibongkar sampai keakar-akarnya.
1. 3. Lobang-lobang bekas akar harus diisi dengan tanah dan kemudian dipadatkan
1. 4. Hasil pembersihan harus dibakar sampai habis pada lokasi yang aman, dijaga dan tidak membahayakan lingkungan
1. 5. Sisa pembakaran yang dipastikan tidak ada lagi api yang menyala harus ditanam dan diurug kembali secara rapi
1. 6. Kontraktor wajib menanggung segala resiko yang diakibatkan oleh kesalahan pelaksanaan pembakaran
1. 7. Kontraktor juga harus membersihkan lapangan pekerjaan dari bangunan-bangunan dan pohon-pohon berdiameter
lebih dari 0,75 m atas instruksi Direksi
STANDAR DESAIN

PEKERJAAN GALIAN (Tanah, Tanah Keras dan Batu)

SD - T - 2 - 01 s.d SD - T - 2 - 02 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SD - T - 2 - 01 Klasifikasi Material Galian


1. 1. Material hasil galian dan jenis-jenis pekerjaan galian berpedoman pada tingkat pelapukan suatu jenis batuan setempat
1. 2. Klasifikasi tingkat pelapukan batuan dibuat berdasarkan kondisi struktur dan massa batuan
1. 3. Struktur batuan didefinasikan sebagai bagian batuan yang homogen dan terbentuk diantara retakan, bidang dasar,
patahan serta kerusakan lain pada sebuah massa batuan
1. 4. Massa batuan didefinasikan sebagai seluruh batuan termasuk semua retakan, bidang dasar, patahan maupun
kerusakan lain termasuk satu atau lebih substansi batuan lain
1. 5. Klasifikasi tingkat pelapukan massa batuan tidak hanya tergantung pada sifat dan komposisi struktur batuan,
tetapi munculnya ciri-ciri dan kerapatan retakan.
1. 6. Ada 6 (enam) tingkat pelapukan pada proyek ini
a. Batuan dengan tingkat pelapukan I dan II adalah batuan seperti yang umumnya dikenal di dalam bidang engineering
b. Tingkat pelapukan V dan VI adalah material tanah biasa (common soil)
c. Tingkat III dan IV merupakan bentuk transisi antara tanah dan batu
1. 7. Bentuk transisi sering disebut sebagai "cadas muda" yang selanjutnya disebut batuan lapuk atau weathered rock
Gradasi tingkat pelapukan III sampai IV seringkali kurang jelas
Batasan tersebut umumnya nampak jelas pada perubahan batuan lapuk (weathered rock) dengan batuan segar

SD - T - 2 - 02 Klasifikasi Pekerjaan Galian


2. 1. Galian Tanah (Common Soil)
a. Pekerjaan galian tanah biasa adalah berupa penggalian pada seluruh jenis tanah residual tanah yang berupa
residual soil dan bukan klasifikasi batuan lapuk ataupun batu
b. Galian tanah biasa dapat dilakukan dengan segala jenis peralatan mekanis
c. Jenis material yang termasuk didalam kategori tanah (common soil) adalah batuan dengan tingkat pelapukan V dan VI.
d. Jenis material ini diantaranya meliputi semua residual soil yang umumnya disebut "tanah"
2. 2. Galian Batuan Lapuk (Weathered Rock)
a. Pekerjaan galian pada batuan lapuk adalah penggalian pada massa batuan dengan tingkat pelapukan III dan IV
b. Material ini umumnya tidak dapat digali begitu saja dengan peralatan mekanis tanpa digaruk (ripping) terlebih dahulu
dengan bulldozer sekelas Caterpillar D-8 dilengkapi single shank ripper, excavator yang setara atau alat sejenis
2. 3. Galian Batu Keras (Rock)
a. Pekerjaan galian pada batuan keras adalah berupa penggalian pada massa batuan dengan tingkat pelapukan I dan II.
b. Material ini tidak dapat digaruk (ripping) dengan bulldozer sekelas Caterpillar D-8 dilengkapi single shank ripper
c. Massa batuan dengan tingkat pelapukan I dan II hanya dapat dipotong dengan drilling dan blasting, drilling & wedging
atau barring atau menggunakan rock breaker
d. Apabila digunakan rock breaker, umumnya produktifas kerjanya menimbulkan suara nyaring
e. Boulder atau potongan batuan keras yang volume butirannya lebih besar dari 1 m3 dikategorikan sebagai batu keras
STANDAR PROSEDUR

PEKERJAAN GALIAN (Tanah, Tanah Keras dan Batu)

SP - T - 2 - 01 s.d SP - T - 2 - 05 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SP - T - 2 - 01 Pelaksanaan Pekerjaan Tanah


1. 1. Seluruh pekerjaan tanah harus dilaksanakan menurut ukuran dan ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar
1. 2. Ukuran yang berdasarkan ketinggian tanah, atau jarak terusan harus ditunjukkan kepada Direksi lebih dahulu
1. 3. Kontraktor harus bertanggung jawab akibat penggalian lebih (over excavation)
1. 4. Kontraktor wajib menimbun dan memadatkan kembali sesuai dengan garis rencana atau pengarahan Direksi
1. 5. Klasifikasi jenis tanah yang digali adalah galian tanah biasa (common soil) dan galian batuan lapuk (weathered rock)
1. 6. Hasil galian yang layak untuk bahan timbunan harus diangkut ke tempat penimbunan sementara (stock pile)
1. 7. Hasil galian yang tidak layak untuk bahan timbunan harus dibuang ke tempat pembuangan (spoil bank)
1. 8. Penentuan jenis tanah galian akan ditentukan sesuai dengan kenyataan di lapangan
1. 9. Dibuat berita acara yang ditandatangani oleh Direksi, Konsultan dan Kontraktor

SP - T - 2 - 02 Tempat Pembuangan Hasil Galian


2. 1. Tempat pembuangan hasil galian (spoilbank) dapat dilaksanakan minimum disisi luar jaringan pipa
2. 2. Tidak merusak/merugikan lingkungan dalam jangka pendek maupun panjang
2. 3. Tidak merusak rencana tata letak area pemukiman yang telah direncanakan
2. 4. Penentuan dan pengadaan tempat pembuangan merupakan tanggung jawab Kontraktor dengan persetujuan Direksi

SP - T - 2 - 03 Pekerjaan Galian Batu


3. 1. Didalam daftar kuantitas pekerjaan hanya dikenal pekerjaan galian tanah, galian batuan lapuk dan galian batu
3. 2. Batu digambarkan sebagai bahan yang tidak dapat digali oleh excavator, tetapi dengan harus cara manual
atau dengan peledakan atau dengan alat hit braker
3. 3. Keputusan Direksi dalam penetapan kriteria batuan pada suatu lokasi pekerjaan dianggap final

SP - T - 2 - 04 Penggalian Tanah Jelek


4. 1. Jika ditemukan material yang jelek didasar galian atau pondasi atau tanggul, Kontraktor harus memindahkan
dan membuangnya ke tempat yang disetujui oleh Direksi
4. 2. Kontraktor harus segera memberitahukan secara tertulis kepada Direksi jika ditemukan tanah yang jelek

SP - T - 2 - 05 Pembentukan, Perapihan Galian Jaringan pipa


5. 1. Apabila pekerjaan galian sudah selesai maka harus diikuti dengan pembentukan dan perapihan galian
5. 2. Pekerjaan galian dianggap sudah selesai dan layak dibayar jika sudah dibentuk dan dirapikan
5. 3. Biaya pekerjaan pembentukan dan perapihan galian di luar bidang yang akan ditalud beton sudah termasuk didalam
harga satuan pekerjaan galian itu sendiri
STANDAR DESAIN

PEKERJAAN TIMBUNAN

SD - T - 3 - 01 s.d SD - T - 3 - 02 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SD - T - 3 - 01 Material
1. 1. Pekerjaan timbunan tanah acak (random fill) dikenal tiga item pekerjaan timbunan yaitu :
a. Pekerjaan timbunan dari hasil galian
b. Timbunan dari hasil galian di lain bidang kerja yang disimpan di stockpile selanjutnya disebut timbunan dari stockpile
c. Timbunan dari borrow area, selanjutnya disebut timbunan borrow area
1. 2. Kontraktor wajib menggunakan terlebih dahulu material timbunan yang berasal dari hasil galian
1. 3. Apabila material timbunan dari hasil galian habis maka digunakan material timbunan yang di simpan di stockpile
1. 4. Bila material dari stockpile sudah habis baru menggunakan material yang didatangkan dari borrow area
1. 5. Semua material timbunan harus memenuhi syarat kualitas dan bebas dari bahan-bahan organik
1. 6. Material yang diijinkan adalah material yang mempunyai sifat dan gradasi sesuai dengan contoh uji laboratorium.
1. 7. Bila kadar air material ditempat pengambilan lebih rendah dari kadar air optimum, maka harus dilakukan pembasahan
1. 8. Sebelum menimbun permukaan tanah harus digaruk sampai kedalaman ebih besar dari retak-retak tanah yang ada

SD - T - 3 - 02 Daerah Asal Bahan / Borrow Area


2. 1. Penentuan lokasi borrow area harus sudah mempertimbangkan akibat terjelek terhadap lingkungan sekitarnya.
2. 2. Segala keluhan masyarakat menyangkut akibat penggalian borrow area merupakan tanggung jawab Kontraktor.
2. 3. Batas borrow area minimum harus 20 m di luar batas pekerjaan dan tidak merusak tata letak rencana jaringan air baku
2. 4. Sebelum mengambil material tanah timbunan di borrow area, harus dilakukan pengupasan lapisan permukaan tanah
2. 5. Borrow area yang terletak pada sawah atau tanah tenggelam, tanah yang dipakai tidak boleh melebihi kedalaman 0.5 m
2. 6. Sebelum meninggalkan lokasi penggalian di borrow area Kontraktor harus merapikan lokasi tersebut

SD - T - 3 - 03 Kontrol Kadar Air dan Kepadatan


3. 1. Sebelum pelaksanaan penimbunan harus dilakukan pengujian material bahan timbunan pada laboratorium
3. 2. Kadar air bahan timbunan jalan selama dan setelah proses pemadatan, sesuai ASTM Standard D2216
3. 3. Kadar air berkisar antara minus 3%sampai dengan plus 1% terhadap kadar air optimum (OMC)
3. 4. Material harus dipadatkan merata di seluruh lapis sehingga mencapai kepadatan dengan nilai California Bearing Ratio
(CBR) paling sedikit 60 saat diperiksa dengan standard ASTM D1883
STANDAR PROSEDUR

PEKERJAAN TIMBUNAN

SP - T - 3 - 01 s.d EPC of Utility System for Otakeris Camp

SP - T - 3 - 01 Penghamparan dan Pemadatan


1. 1. Material timbunan tidak boleh dihamparkan sebelum pondasinya dipersiapkan dengan baik
1. 2. Tebal lapis timbunan sebelum pemadatan tidak boleh lebih dari 15 cm (lima belas centimeter)
Menggunakan Baby Roller + 7,5 cm
1. 3. Setiap lapis harus dipadatkan sampai kepadatan yang diminta dengan menggunakan alat pemadat
1. 4. Dilaksanakan agar menghasilkan distribusi dan gradasi material yang baik diseluruh bagian timbunan.
1. 5. Dihindari munculnya rock pocket dan rock clusters yang dapat menggangu jalannya operasi pemadatan
1. 6. Bobot alat pemadat berikut kecepatan dan jumlah lintasannya harus ditentukan
1. 7. Lapisan dibasahi jika permukaan yang telah dipadatkan terlampau kering atau terlalu halus
1. 8. Jka permukaan lapisan yang dipadatkan terlalu basah, maka bagian teratas tersebut perlu dibuang dan dijemur
1. 9. Timbunan badan jalan harus dilaksanakan menurut trase dan sub-grade line menurut gambar

SP - T - 3 - 02 Pembentukan dan Perapihan Timbunan


2. 1. Apabila pekerjaan pemadatan timbunan sudah selesai maka harus diikuti dengan pembentukan dan perapihan timbunan

SP - T - 3 - 03 Tambahan untuk Penurunan Tanah


3. 1. Kontraktor harus memperhitungkan tambahan timbunan untuk mengatasi penurunan akibat beban sendiri (settlement)
STANDAR DESAIN

PEKERJAAN GEBALAN RUMPUT

SD - T - 4 - 01 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SD - T - 4 - 01 Material Gebalan Rumput


1. 1. Rumput yang dibentuk dengan ukuran 20 cm x 20 cm,
1. 2. Pekerjaan Gebalan Rumput dilakukan sesuai Gambar Kerja
STANDAR PROSEDUR

PEKERJAAN GEBALAN RUMPUT

SP - T - 4 - 01 EPC of Utility System for Otakeris Camp

SP - T - 4 - 01 Pekerjaan Gebalan Rumput


1. 1. Gebalan rumput dilaksanakan pada bidang yang sudah ditentukan dalam gambar rencana
1. 2. Gebalan rumput dibentuk ukuran 20 cm x 20 cm,
1. 3. Dihampar rapat (bukan seperti papan catur)
1. 4. Dipasak yang kuat dengan potongan bambu sampai diyakini tidak akan rusak oleh gangguan binatang atau yang lainnya
1. 5. Permukaan harus dilapisi tanah permukaan (top soil) dan pupuk kandang secara merata setebal 5 cm tanpa dipadatkan

Anda mungkin juga menyukai