Anda di halaman 1dari 9

Ikhtisar Permusyawarahan Majelis

Pendapat Hakim Anggota II

Bahwa di dalam dalil-dalil gugatannya, pada pokoknya Penggugat menuntut agar


supaya ijazah Penggugat dinyatakan palsu dan/atau dipalsukan oleh Tergugat dan
TurutTergugat; Jadi yang perlu dibuktikan yaitu apakah ijazah yang yang dimiliki oleh
Penggugat yang mana diterbitkan oleh Terugat dan Turut Tergugat palsu atau tidak;
Bahwa Penggugat telah melakukan pengecekan terhadap ijazahnya di laman
forlap Dikti secara online di website (https://ijazah.ristekdikti.go.id/) dan setelah
mengecek nomor seri ijazahnya 044112/STIER/17 yang muncul adalah nama orang lain
yaitu Nursyafitri. Dengan demikian Penggugat beranggapan bahwa ijazah milik
Penggugat adalah palsu atau telah dipalsukan; (Bukti P.3)
Penggugat mendalilkan dalam gugatannya bahwa pada tanggal 10 September
2018 Penggugat menemui pihak Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wajib Belajar
Bogor (Bu amilea) dan telah terjadi percakapan antara Penggugat dengan pihak
Administrasi terkait ijazah Penggugat, dimana pihak administrasi STIE Wajib Belajar
Bogor menyatakan bahwa masalah terkait ijazah Penggugat adalah kesalahan dari STIE
Wajib Belajar Bogor dan berjanji akan memberikan surat Keterangan serta akan
mencetak ijazah baru dengan nomor seri ijazah baru; Untuk membuktikan dalil gugatan
tersebut Penggugat telah menghadirkan Saksi Brilian yang menyatakan bahwa
Penggugat ada menemui pihak STIE Wajib Belajar Bogor pada tanggal 10 September
2018, namun Saksi Brilian tidak mengetahui Penggugat bertemu dengan siapa dan apa
isi percakapan antara pihak administrasi STIE Wajib Belajar Bogor dengan Penggugat
karena Saksi Radius tidak menemani Penggugat hingga ke dalam ruangan, melainkan
hanya menunggu di luar;
Bahwa berdasarkan uraian di atas menurut Majelis Hakim, Penggugat tidak bisa
membuktikan dalilnya terkait isi percakapan antara Penggugat dengan pihak administrasi
STIE Wajib Belajar Bogor, karena Saksi Brilian tidak mendengarkan percakapan antara
Penggugat dengan pihak administrasi STIE Wajib Belajar Bogor serta dalam bukti P.6
tidak cukup membuktikan bahwa kesalahan atas ijazah Penggugat merupakan
kesalahan pihak STIE Wajib Belajar Bogor, karena Turut Tergugat hanya menyatakan
bahwa data Penggugat di SIVIL telah diperbaiki, bukan mengakui bahwa kesalahan
tersebut adalah kesalahan STIE Wajib Belajar Bogor;
Berdasarkan keterangan Saksi Brilian, terdapat perbedaan tampilan aplikasi
SIVIL saat ini, terdapat perbedaan data yang harus diinput untuk melakukan
pengecekkan ijazah, sebelumnya hanya perlu mengisi atau memasukkan nomor seri
ijazah saja, namun saat ini ada beberapa data yang harus dimasukkan secara berurutan
yaitu nama perguruan tinggi, program studi, nomor seri ijazah, dan angka pengaman,
keterangan Saksi Brilian mengenai hal ini sesuai dengan bukti T/TT.5 dan T/TT.6, namun
demikian, Penggugat tidak dapat membuktikan mengenai perbedaan tampilan laman
forlap dikti tersebut;
Menimbang, bahwa untuk pengecekan ijazah di laman forlap dikti harus mengisi
data dengan lengkap antara lain nama kampus, nama program studi, nomor seri ijazah,
serta angka pengaman;
Menimbang, bahwa Tergugat dan Turut Tergugat telah melakukan pengecekan
nomor seri ijazah Penggugat di laman forlap dikti secara online di website
(https://ijazah.ristekdikti.go.id/) dengan memasukkan data-data sebagai berikut:

Nama Kampus : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wajib Belajar


Bogor
Nama Program Studi : S-1 Manajemen
Nomor Seri Ijazah : 044112/STIER/17
Angka pengaman : (berbeda di setiap pengecekan)
Bahwa, adapun data yang muncul atas pengecekan tersebut di atas adalah data-
data Ucup Al Bobongi yakni Penggugat sendiri; (Bukti T/TT.10)
Menimbang, bahwa Tergugat dan Turut Tergugat juga telah melakukan
pengecekan nomor seri ijazah Nursyafitri di laman forlap dikti secara online di website
(https://ijazah.ristekdikti.go.id/) dengan memasukkan data-data seperti di atas, namun
yang membedakan yaitu nama program studi (S-1 Akuntansi). Dari pengecekkan
tersebut, data yang kemudian muncul adalah data dari Nursyafitri; (Bukti T/TT.9)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meskipun nomor seri ijazah
Penggugat dan Nursyafitri sama yaitu 0444112/STIER/17, apabila nama program studi
yang dimasukkan S1-Akuntansi, maka data yang akan muncul adalah data Nusyafitri,
sementara apabila nama program studi yang dimasukkan S1-Manajemen, maka data
yang akan muncul yaitu data milik Penggugat; (Bukti T/TT.5)
Menimbang, bahwa Tergugat dan Turut Tergugat telah mengajukan bukti surat
pernyataan Nursyafitri yang menyatakan bahwa Nursyafitri pernah melakukan
pengecekan nomor seri ijazahnya di laman forlap dikti dan atas pengecekan tersebut
data yang muncul yaitu data Nursyafitri atau dengan kata lain tidak ditemui kekeliruan
data; (Bukti T/TT.4)
Tergugat dan Turut Tergugat membantah bahwa pihak Administrasi STIE Wajib
Belajar Bogor mengakui adanya kesalahan ijazah milik Penggugat dan pihak Administrasi
akan mengeluarkan surat keterangan atas kesalahan tersebut, yang benar adalah pihak
Administrasi STIE Wajib Belajar Bogor mengatakan kepada Penggugat, “sabar saja telah
kami cek, namun ada kendala karena sistem sedang mengalami gangguan” dan pihak
Administrasi tidak pernah mengatakan akan mengeluarkan surat keterangan tersebut,
dalil bantahan ini didukung dengan keterangan Saksi Amilea yang menerangkan bahwa
Toni Permana selaku Kepala Bagian Akademik, dalam hal ini selaku bawahan dari Saksi
Farida Aryani tidak pernah menyampaikan kepada Saksi Amilea tidak pernah bertanya
pula kepada Toni Permana terkait permasalahan ijazah Penggugat;
Keterangan Saksi Amilea tidak dapat membuktikan dalil bantahan Tergugat dan
Turut Tergugat karena Saksi Aryani tidak pernah mengetahui perihal apakah Toni
Permana pernah bertemu dengan Penggugat untuk membicarakan masalah terkait
ijazah Penggugat atau tidak;
Bahwa berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor:
08/DIKTI/Kep/2002 Tentang Petunjuk Teknis Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 184/U/2001 Tentang Pedoman Pengawasan Pengendalian Dan Pembinaan
Program Diploma, Sarjana dan Pasca Sarjana di Perguruan Tinggi dinyatakan bahwa
Dengan telah dicabutnya semua ketentuan tentang ujian negara/ujian pengawasan mutu
melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 184/U/2001, dengan demikian
setiap program studi pada perguruan tinggi berwenang melaksanakan proses belajar
mengajar secara mandiri yang meliputi salah satunya yaitu Menerbitkan ijazah bagi
lulusan program studi oleh perguruan tinggi, lulusan perguruan berhak mendapatkan
ijazah dan transkrip dengan ketentuan sebagai berikut:
 Ijazah dan transkrip diterbitkan dalam bahasa Indonesia, apabila diperlukan dapat
diterjemahkan dalam bahasa asing;
 Hal-hal yang harus dimuat dalam ijazah sekurang-kurangnya meliputi:
a. Nomor ijazah
b. Nama perguruan tinggi
c. Nama program studi
d. Nama pemilik ijazah
e. Tahun pertama masuk perguruan tinggi
f. Tempat dan tanggal lahir mahasiswa
g. Nomor pokok mahasiswa
h. Gelar atau sebutan yang diberikan
i. Tanggal kelulusan
j. Tanggal penandatanganan ijazah
k. Logo perguruan tinggi
l. Foto mahasiswa
 Bagi lulusan sekolah tinggi, ijazah ditandatangani oleh Ketua dan pembantu ketua
bidang akademik;
Bahwa Tergugat dan Turut Tergugat telah mengajukan saksi Zainudin yang
menerangkan bahwa dalam penerbitan ijazah merupakan tanggungjawab STIE Wajib
Belajar Bogor, dan petunjuk pelaksanaannya tertuang di dalam Pedoman Penomoran
Nomor Induk Register Lulus (NIRL), Nomor Seri Ijazah dan Transkrip Nilai Bagi Program
Studi Dalam STIE Wajib Belajar Bogor Nomor 030/STIE-R/K/II/2003 yang setelah Majelis
Hakim memperhatikan Surat Keputusan Ketua STIE Wajib Belajar Bogor Nomor
398/STIER/SK/XII/2017 tentang Daftar Peserta Yudisium ke XXIII Program Studi S1
Manajemen STIE Wajib Belajar Bogor Tahun Akademik 2017/2018 tanggal, 14
Desember 2017 terdapat kecocokan dan kesinambungan terhadap nomor seri ijazah
Penggugat; (Bukti T/TT.5)
Bahwa berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan oleh kedua belah pihak
sebagaimana tersebut di atas dalam kaitannya satu sama lain yang ternyata bersesuaian
Majelis Hakim berpendapat bahwa ijazah Penggugat adalah ijazah yang sah yang
diterbitkan oleh Perguruan Tinggi Swasta yang berwenang yaitu STIE dengan memuat
semua data-data yang telah ditentukan sebagaimana Pedoman Penomoran Nomor Seri
Ijazah STIE Wajib Belajar Bogor;
Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas petitum angka 2 (dua)
Penggugat tidak beralasan hukum sehingga harus dinyatakan ditolak;
Bwa oleh karena ijazah Penggugat adalah ijazah yang sah maka kerugian yang
dialami Penggugat sebagaimana dituangkan dalam gugatannya baik kerugian materiil
dan kerugian imateriil adalah tidak berdasarkan hukum, sehingga harus dinyatakan
ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena petitum Penggugat sebagaimana poin dua dan
tiga ditolak, maka petitum Penggugat sebagaiman poin empat harus dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas gugatan
Penggugat ditolak seluruhnya;

DALAM REKONVENSI
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Para Penggugat Rekonvensi
pada pokoknya adalah meminta Pengadilan untuk memulihkan nama baik Para
Penggugat Rekonvensi yang telah tercoreng harkat dan martabatnya akibat perbuatan
Tergugat Rekonvensi yang membuat atau mengeluarkan pernyataan dan berita tidak
benar di media online Ketik Berita yang berjudul “Diduga Kampus STIER Wajib Belajar
Bogor Melakukan Pemalsuan Ijazah” serta menimbulkan kerugian imateriil terhadap Para
Penggugat Rekonvensi;
Menimbang, bahwa oleh karena telah diakui atau setidak-tidaknya tidak
disangkal maka menurut hukum harus dianggap terbukti hal-hal sebagaimana disebutkan
dalam pertimbangan konvensi dalam pokok perkara juga ditambah hal-hal sebagaimana
berikut:
1. Bahwa Yayasan Wajib Belajar Bogor didirikan berdasarkan Akta Notaris Zinudin, S.H
Nomor: 3/ 1999 tanggal 10 Mei 1999, diperpanjang dengan Akta Notaris Fauzi
Lesmana, S.H Nomor: 1 Tahun 2005 dan telah didaftarkan ke Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Nomor: C-HT.01.09-130
tanggal 27 Mei 2005. Pada tahun 2012 Akta Notaris Yayasan diperpanjang melalui
Notaris Gustimansyah, SH. M.Kn Nomor: 66 Tanggal 31 Maret 2012 Pada tahun
2012.dan pada tanun 2012 diperpanjang melalui Notaris Gustimansyah, SH. M.Kn
Nomor: 146 Tanggal 31 Januari 2018. (Bukti T/TT.1)
2. Bahwa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wajib Belajar Bogor didirikan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:
153/D/0/1999 tentang Izin Pendirian Program Studi S1. Manajemen. (Bukti T/TT.2)
3. Bahwa S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wajib Belajar Bogor
terakriditasi B berdasarkan SK BAN-PT No. 2277/SK/BAN-PT/Akred/S/VIII/2017
tentang Status Akreditasi dan peringkat terakreditasi Program Studi Manajemen
pada program Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wajib Belajar Bogor; (Bukti T/TT.3)
Menimbang, bahwa adapun yang menjadi persengketaan antara kedua belah
pihak adalah tercorengnya harkat dan martabat Para Penggugat Rekonvensi akibat
perbuatan Tergugat Rekonvensi mengeluarkan pernyataan dan berita tidak benar di
media online ketik berita yang berjudul “Diduga kampus STIER Wajib Belajar Bogor
Melakukan Pemalsuan Ijazah” dan karena Tergugat Rekonvensi telah mengajukan
gugatan kepada Penggugat Rekonvensi melalui Pengadilan Negeri Megamendung;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 283 RBg Para Penggugat Rekonvensi
berkewajiban untuk membuktikan hal tersebut di atas;
Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi untuk
menguatkan dalilnya telah mengajukan bukti berupa bukti T.TT.1, T.TT.2, T.TT.3, T.TT.6
dan Saksi-Saksi yaitu Toni Permana dan Amilea;
Menimbang, bahwa alat-alat bukti yang diajukan oleh Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi yaitu alat bukti surat T.TT.1 tentang Akta Pendirian
Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Wajib Belajar, T.TT.2 dan T.TT.3 tentang
Surat Keputusan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pendirian Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Wajib Belajar dan Pemberian Status Terdaftar Kepada 2
(dua) Program Studi untuk Jenjang Pendidikan Program S1 dan DIII, PR.3 tentang SK
BANP-PT terkait akreditasi S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Wajib
Belajar, dan T.TT.6 tentang hasil printout gambar tangkapan layar berita di media online
ketik berita;
Menimbang, bahwa Tergugat Rekonvensi untuk menguatkan dalil sangkalannya
telah mengajukan bukti berupa bukti P.7 tentang hasil print out gambar tangkapan layar
media online ketik berita;
Menimbang, bahwa Tergugat Rekonvensi membantah dalil gugatan rekonvensi
tersebut yang pada pokoknya menyatakan bahwa gugatan rekonvensi harus dinyatakan
tidak dapat diterima dikarenakan pihak yang bertanggungjawab mempublikasikan berita
tersebut (dalam hal ini “Ketik Berita) tidak ditarik sebagai pihak dalam gugatan rekonvensi
sehingga menyebabkan gugatan kurang pihak;
Menimbang, bahwa dalam hukum acara perdata, penggugat adalah seorang
yang “merasa” bahwa haknya dilanggar dan menarik orang yang “dirasa” melanggar
haknya itu sebagai tergugat dalam suatu perkara ke depan hakim. Termasuk dalam hal
ini adalah menentukan siapa yang akan digugat, penggugat tahu siapa yang “dirasa”
telah melanggar haknya dan merugikan dirinya, dengan demikian penggugat dapat
memilih siapa yang akan dijadikan tergugat dengan mencantumkannya dalam surat
gugatan;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut, gugatan rekonvensi dinyatakan
tidak kurang pihak sehingga bantahan dari Tergugat rekonvensi harus ditolak;
Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi mendalilkan bahwa perbuatan
Tergugat rekonvensi yang mengajukan gugatan konvensi serta memberikan pernyataan
tidak benar melalui Ketik Berita menimbulkan opini-opini negatif di kalangan mahasiswa,
alumni hingga masyarakat;
Menimbang, bahwa sebagaimana redaksi surat kabar yang telah diajukan para
pihak, termuat di dalamnya bahwa Ketik Berita mewawancarai Pedos Ormogin, hal ini
menunjukkan bahwa Ketik Berita lah yang aktif mencari berita bukan Pedos Ormogin
yang menyebarkan suatu berita;
Menimbang, bahwa judul berita “Diduga Kampus STIE Wajib Belajar Bogor
Melakukan Pemlasuan Ijazah” di dalam media online Ketik Berita sebagaimana dimaksud
oleh Penggugat Rekonvensi, dibantah oleh Tergugat Rekonvensi bahwa judul berita
tersebut bukanlah dibuat oleh Tergugat Rekonvensi melainkan dibuat oleh pihak Ketik
Berita, namun demikian para pihak tidak dapat membuktikan siapa yang memberikan
judul berita tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian sebagaima tersebut di atas, Tergugat
Rekonvensi tidak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum terhadap Penggugat
Rekonvensi;
Menimbang, bahwa dalam petitum gugatan rekonvensi, Penggugat Rekonvensi
meminta agar Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar kerugian immateril yang
dialami oleh Penggugat Rekonvensi serta mengembalikan nama baik Penggugat
Rekonvensi akibat gugatan konvensi serta pemberitaan di Ketik Berita yang
menimbulkan opini negatif di kalangan mahasiswa dan alumni Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Wajib Belajar Bogor bahkan masyarakat hingga Penggugat Rekonvensi
mengalami kerugian immateril tersebut;
Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat Rekonvensi tidak melakukan
perbuatan melawan hukum terhadap Penggugat Rekonvensi, maka tidak pula nama baik
Penggugat Rekonvensi menjadi tidak baik atau tercemar, serta tidak pula timbul kerugian
imateriil sebagaimana dinyatakan oleh Penggugat Rekonvensi dalam gugatan
rekonvensinya, dengan demikian gugatan rekonvensi haruslah ditolak;
Menimbang, bahwa berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan oleh kedua belah
pihak sebagaimana tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat
Rekonvensi tidak berhasil membuktikan dalil gugatannya oleh karena itu Gugatan
Rekonvensi harus ditolak;

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI


Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat
Rekonvensi ditolak dan gugatan rekonvensi ditolak sehingga Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi berada di pihak yang kalah, maka Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi harus dihukum untuk membayar biaya perkara;
Memperhatikan Pasal 157 RBg dan peraturan-peraturan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:
DALAM KONVENSI
Dalam Eksepsi
- Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya
Dalam Pokok Perkara
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya
DALAM REKONVENSI
Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya
perkara sejumlah Rp786.000,00 (tujuh ratus delapan puluh enam ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan


Negeri Megamendung, pada hari Selasa, tanggal 2 Maret 2019, oleh kami, Indi Muhtar
Ismail, S.H., sebagai Hakim Ketua, M. Irsyad Fuadi, S.H. dan Bestari Elda Yusra, S.H.,,
masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang ditunjuk berdasarkan surat penetapan
Ketua Pengadilan Negeri Megamendung Nomor 2/Pdt.G/2019/PN Mgm tanggal 20
September 2018, putusan tersebut diucapkan pada hari Rabu, tanggal 15 Mei 2019,
dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh para
Hakim Anggota tersebut, Brillian Hadi Wahyu Pratama, S.H., Panitera Pengganti, Kuasa
Hukum Penggugat dan Kuasa Hukum Tergugat dan Turut Tergugat;

Anda mungkin juga menyukai