DALAM REKONVENSI
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Para Penggugat Rekonvensi
pada pokoknya adalah meminta Pengadilan untuk memulihkan nama baik Para
Penggugat Rekonvensi yang telah tercoreng harkat dan martabatnya akibat perbuatan
Tergugat Rekonvensi yang membuat atau mengeluarkan pernyataan dan berita tidak
benar di media online Ketik Berita yang berjudul “Diduga Kampus STIER Wajib Belajar
Bogor Melakukan Pemalsuan Ijazah” serta menimbulkan kerugian imateriil terhadap Para
Penggugat Rekonvensi;
Menimbang, bahwa oleh karena telah diakui atau setidak-tidaknya tidak
disangkal maka menurut hukum harus dianggap terbukti hal-hal sebagaimana disebutkan
dalam pertimbangan konvensi dalam pokok perkara juga ditambah hal-hal sebagaimana
berikut:
1. Bahwa Yayasan Wajib Belajar Bogor didirikan berdasarkan Akta Notaris Zinudin, S.H
Nomor: 3/ 1999 tanggal 10 Mei 1999, diperpanjang dengan Akta Notaris Fauzi
Lesmana, S.H Nomor: 1 Tahun 2005 dan telah didaftarkan ke Departemen Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Nomor: C-HT.01.09-130
tanggal 27 Mei 2005. Pada tahun 2012 Akta Notaris Yayasan diperpanjang melalui
Notaris Gustimansyah, SH. M.Kn Nomor: 66 Tanggal 31 Maret 2012 Pada tahun
2012.dan pada tanun 2012 diperpanjang melalui Notaris Gustimansyah, SH. M.Kn
Nomor: 146 Tanggal 31 Januari 2018. (Bukti T/TT.1)
2. Bahwa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wajib Belajar Bogor didirikan berdasarkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:
153/D/0/1999 tentang Izin Pendirian Program Studi S1. Manajemen. (Bukti T/TT.2)
3. Bahwa S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wajib Belajar Bogor
terakriditasi B berdasarkan SK BAN-PT No. 2277/SK/BAN-PT/Akred/S/VIII/2017
tentang Status Akreditasi dan peringkat terakreditasi Program Studi Manajemen
pada program Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Wajib Belajar Bogor; (Bukti T/TT.3)
Menimbang, bahwa adapun yang menjadi persengketaan antara kedua belah
pihak adalah tercorengnya harkat dan martabat Para Penggugat Rekonvensi akibat
perbuatan Tergugat Rekonvensi mengeluarkan pernyataan dan berita tidak benar di
media online ketik berita yang berjudul “Diduga kampus STIER Wajib Belajar Bogor
Melakukan Pemalsuan Ijazah” dan karena Tergugat Rekonvensi telah mengajukan
gugatan kepada Penggugat Rekonvensi melalui Pengadilan Negeri Megamendung;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 283 RBg Para Penggugat Rekonvensi
berkewajiban untuk membuktikan hal tersebut di atas;
Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi untuk
menguatkan dalilnya telah mengajukan bukti berupa bukti T.TT.1, T.TT.2, T.TT.3, T.TT.6
dan Saksi-Saksi yaitu Toni Permana dan Amilea;
Menimbang, bahwa alat-alat bukti yang diajukan oleh Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi yaitu alat bukti surat T.TT.1 tentang Akta Pendirian
Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Wajib Belajar, T.TT.2 dan T.TT.3 tentang
Surat Keputusan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pendirian Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Wajib Belajar dan Pemberian Status Terdaftar Kepada 2
(dua) Program Studi untuk Jenjang Pendidikan Program S1 dan DIII, PR.3 tentang SK
BANP-PT terkait akreditasi S1 Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Wajib
Belajar, dan T.TT.6 tentang hasil printout gambar tangkapan layar berita di media online
ketik berita;
Menimbang, bahwa Tergugat Rekonvensi untuk menguatkan dalil sangkalannya
telah mengajukan bukti berupa bukti P.7 tentang hasil print out gambar tangkapan layar
media online ketik berita;
Menimbang, bahwa Tergugat Rekonvensi membantah dalil gugatan rekonvensi
tersebut yang pada pokoknya menyatakan bahwa gugatan rekonvensi harus dinyatakan
tidak dapat diterima dikarenakan pihak yang bertanggungjawab mempublikasikan berita
tersebut (dalam hal ini “Ketik Berita) tidak ditarik sebagai pihak dalam gugatan rekonvensi
sehingga menyebabkan gugatan kurang pihak;
Menimbang, bahwa dalam hukum acara perdata, penggugat adalah seorang
yang “merasa” bahwa haknya dilanggar dan menarik orang yang “dirasa” melanggar
haknya itu sebagai tergugat dalam suatu perkara ke depan hakim. Termasuk dalam hal
ini adalah menentukan siapa yang akan digugat, penggugat tahu siapa yang “dirasa”
telah melanggar haknya dan merugikan dirinya, dengan demikian penggugat dapat
memilih siapa yang akan dijadikan tergugat dengan mencantumkannya dalam surat
gugatan;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut, gugatan rekonvensi dinyatakan
tidak kurang pihak sehingga bantahan dari Tergugat rekonvensi harus ditolak;
Menimbang, bahwa Penggugat Rekonvensi mendalilkan bahwa perbuatan
Tergugat rekonvensi yang mengajukan gugatan konvensi serta memberikan pernyataan
tidak benar melalui Ketik Berita menimbulkan opini-opini negatif di kalangan mahasiswa,
alumni hingga masyarakat;
Menimbang, bahwa sebagaimana redaksi surat kabar yang telah diajukan para
pihak, termuat di dalamnya bahwa Ketik Berita mewawancarai Pedos Ormogin, hal ini
menunjukkan bahwa Ketik Berita lah yang aktif mencari berita bukan Pedos Ormogin
yang menyebarkan suatu berita;
Menimbang, bahwa judul berita “Diduga Kampus STIE Wajib Belajar Bogor
Melakukan Pemlasuan Ijazah” di dalam media online Ketik Berita sebagaimana dimaksud
oleh Penggugat Rekonvensi, dibantah oleh Tergugat Rekonvensi bahwa judul berita
tersebut bukanlah dibuat oleh Tergugat Rekonvensi melainkan dibuat oleh pihak Ketik
Berita, namun demikian para pihak tidak dapat membuktikan siapa yang memberikan
judul berita tersebut;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian sebagaima tersebut di atas, Tergugat
Rekonvensi tidak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum terhadap Penggugat
Rekonvensi;
Menimbang, bahwa dalam petitum gugatan rekonvensi, Penggugat Rekonvensi
meminta agar Tergugat Rekonvensi dihukum untuk membayar kerugian immateril yang
dialami oleh Penggugat Rekonvensi serta mengembalikan nama baik Penggugat
Rekonvensi akibat gugatan konvensi serta pemberitaan di Ketik Berita yang
menimbulkan opini negatif di kalangan mahasiswa dan alumni Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Wajib Belajar Bogor bahkan masyarakat hingga Penggugat Rekonvensi
mengalami kerugian immateril tersebut;
Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat Rekonvensi tidak melakukan
perbuatan melawan hukum terhadap Penggugat Rekonvensi, maka tidak pula nama baik
Penggugat Rekonvensi menjadi tidak baik atau tercemar, serta tidak pula timbul kerugian
imateriil sebagaimana dinyatakan oleh Penggugat Rekonvensi dalam gugatan
rekonvensinya, dengan demikian gugatan rekonvensi haruslah ditolak;
Menimbang, bahwa berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan oleh kedua belah
pihak sebagaimana tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa Penggugat
Rekonvensi tidak berhasil membuktikan dalil gugatannya oleh karena itu Gugatan
Rekonvensi harus ditolak;
MENGADILI:
DALAM KONVENSI
Dalam Eksepsi
- Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya
Dalam Pokok Perkara
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya
DALAM REKONVENSI
Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI
Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya
perkara sejumlah Rp786.000,00 (tujuh ratus delapan puluh enam ribu rupiah);