Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

DATA FISIK NON FISIK

4.1 Data Fisik


4.1.1. Peta Kelurahan Sanur

Gambar 4.1. Peta Pemanfaatan Lahan Destinasi Pariwisata Sanur Tahun 2011
Sumber: Album Peta RDTR Kawasan Strategis Sanur
4.1.2. Geografis
a. Letak Wilayah
Kelurahan Sanur Terletak di dataran rendah dengan ketinggian 0-10 M diatas permukaan
Laut yang termasuk Wilayah Bali Selatan yang berbatasan dengan:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sanur Kaja
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Badung / Samudra Indonesia
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sanur Kauh
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Bali
b. Luas Wilayah dan Kependudukan
Luas wilayah masing-masing desa dan kelurahan di Sanur menurut jenis penggunaan
tanah.
Tabel 4.1. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah 2018
Sumber: BPS Kota Denpasar
2
Desa/Kelurahan Luas (km ) Sawah Tegal Pekarangan Perkebunan Lainnya
Sanur Kauh 3,86 130,00 15,00 208,63 6,00 26,37
Kelurahan Sanur 4,02 - 10,00 357,27 - 34,73
Sanur Kaja 2,69 55,00 - 176,07 - 37,93

Jumlah penduduk di Kelurahan Sanur berada diangka tertinggi dibanding dengan Desa
Sanur Kauh dan Desa Sanur Kaja. Jumlah penduduk di Kelurahan Sanur sebanyak 14,868
jiwa.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Desa/Kelurahan Hasil SP2010
Sumber: BPS Kota Denpasar
Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Sanur Kauh 7,287 7,341 14,628
Kelurahan Sanur 7,493 7,375 14,868
Sanur Kaja 4,506 4,451 8,957

c. Iklim
Data iklim yang dianalisis dengan curah hujan, temperatur, dan kelembaban udara. Seperti
halnya Kelurahan Sanur diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika Ngurah Rai
Tuban (ketinggian 3 mdpl 0845’00”LS, 115 13’00”LS). Curah hujan rata-rata tahunan
mencapai 2.078 mm/th. Bulan basah (curah hujan > 100 mm/bl) selama lima bulan yang
jatuh pada bulan Januari- Maret, Juni, dan Desember, bulan kering (curah hujan <
100mm/bl) selama 7 bulan yaitu April sampai Mei dan Juli sampai November. Temperatur
udara berkisar antara 25,8°C – 24,0°C, dengan rata-rata 30,0°C. Temperatur rata-rata
terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 25,0°C dan tertinggi terjadi pada bulan November
yaitu 34,0°C. Kelembaban udara di kawasan ini berkisar antara 70-90%.
d. Kondisi Geologi dan Geomorfologi
Struktur organisasi permukaan tanah di Sanur tersusun atas bantuan endapan laut bersifat
lepas menempati lahan-lahan pada bentang pantai dari Pantai Matahari Terbit hingga
Pantai Mertasari. Wilayah ini dimanfaatkan untuk permukiman dan fasilitas pariwisata.
Geologi yang lainnya adalah bahan volkan berupa tuf dan endapan lahar Buyan, Beratan
dan Batur, terdapat pada lahan di bagian barat dan utara kawasan yaitu di Desa Sanur Kauh
dan Desa Sanur Kaja. Material ini kaya akan unsur-unsur hara sehingga pada lahan ini
dimanfaatkan untuk lahan sawah.
e. Kondisi Guna Lahan dan Vegetasi
Berdasarkan pola penggunaan lahan tersebut dapat dilihat bahwa Sanur khususnya
Kelurahan Sanur dan Desa Sanur Kaja memiliki daerah tebangan yang tinggi, melampaui
proporsi standar hunian yang ideal. Oleh karena itu dalam pengembangannya lebih
ditekankan pada optimalisasi dan peningkatan kualitas fasilitas yang sudah ada. Ciri khas
vegetasi di destinasi ini terdiri dari pohon bakau (mangrove) yang menyebar di daerah rawa
di Desa Sanur Kauh. Jenis tanaman seperti kelapa, Ketapang dan camplung di daerah
dataran di sepanjang pantai, sedangkan untuk lahan persawahan ditanami tanaman padi,
palawija, dan hortikultura dataran rendah.
f. Kondisi Pariwisata
Sanur sebagai destinasi pariwisata memiliki ikon yang terkenal yaitu Pantai Sanur. Potensi
bahari utama dari Sanur merupakan terumbu karang yang membentang dari utara sampai
selatan pesisir Sanur. Suasana di sepanjang pantai di Sanur cukup teduh karena penuh
dengan pohon besar. Selain potensi bahari, ada juga potensi budaya seperti museum Le
Mayeur yang juga banyak menarik minat wisatawan. Fasilitas yang terdapat di Sanur antara
lain adanya hotel bertaraf internasional seperti Hotel The Grand Bali Beach, Hotel Bali
Hyatt, Hotel Sanur Beach, Hotel Sindhu Beach, Griya Santrian, dan Hotel Besakih.
Berbagai fasilitas pariwisata ini berlokasi dekat dengan perumahan penduduk sehingga
Sanur merupakan kawasan pariwisata terbuka, berbeda dengan Nusa Dua yang merupakan
kawasan pariwisata yang tertutup.
Di Sanur juga terdapat banyak kios cendera mata dan toko barang kesenian (art shop) serta
restoran. Di pantai sekitar Sanur sering digelar event lokal, nasional, maupun internasional.
Misalnya, lomba layang-layang serta lomba jukung tradisional di Pantai Mertasari Sanur.
Sanur Vilage Festival yang diakan rutin setiap tahun dan selalu berhasil menarik minat
masyarakat dan wisatawan di seluruh Bali untuk berkunjung.
Wisatawan juga dapat berjalan-jalan atau jogging menyusuri jalan setapak di sepanjang
pantai Sanur sampai Mertasari yang dibuat pada tahun 2004 terkait dengan proyek
pengamanan pantai-pantai di Sanur. Wisatawan juga dapat melakukan aktivitas lain seperti
berjemur (sun bathing) di sepanjang pantai Sanur.
Dilihat dari persebaran hotel yang ada di Sanur, Kelurahan Sanur memiliki jumlah tertinggi
yaitu 68 Hotel yang dibagi menjadi Hotel Bintang dan Hotel Non Bintang. Hotel-hotel di
Kelurahan Sanur sebagian besar berada pada koridor Jalan Danau Tamblingan, hal tersebut
membuat Jalan Danau Tamblingan menjadi koridor utama dari pariwisata di Sanur.
Tabel 4.3. Jumlah Hotel Menurut Klasifikasi pada Tahun 2018
Sumber: BPS Kota Denpasar
Desa/Kelurahan Hotel Bintang Hotel Non Bintang Jumlah
Sanur Kauh 2 16 18
Kelurahan Sanur 22 61 83
Sanur Kaja 2 8 10

4.2. Data Non-Fisik


4.2.1. Aspek Historis Kelurahan Sanur
Sanur merupakan salah satu kawasan pariwisata tertua di Bali yang pertama kalinya
memiliki resort. Destinasi pariwisata ini mulai dikunjungi sejak tahun 1930-an. Dari
beberapa informasi dari pemuka adat menjelaskan bahwa Sanur berasal dari kata “Saha
dan Nuhur” yang berarti memohon untuk datang pada suatu tempat, yang lama-kelamaan
berubah menjadi Sanur. Dari para sesepuh, kata Sanur berasal dari kata Sa artinya satu
(tunggal) dan Nur yang artinya sinar (teja/cahaya) yang artinya sinar mistik yang jatuh di
suatu tempat dan tempat jatuhnya sinar tersebut menjadi nama Sanur yang sekarang.
Berdasarkan surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tk. II Badung tertanggal 1
Desember 1979 No 167/Pem.15/166/1979 dan dikuatkan dengan Surat Keputusan Gubenur
Kepala Daerah Tk. I Bali No. 57, tertanggal 1 Juni 1982 maka Desa Sanur dimekarkan
menjadi tiga, yaitu: sebagai induk adalah Kelurahan Sanur, pemekaran menjadi Desa Sanur
Kauh, dan Desa Sanur Kaja (www.sanur.denpasarkota.go.id). Sebelumnya Sanur terdiri
dari dua desa yakni Desa Sanur dan Desa Intaran.
Kawasan Strategis Sanur yang diatur dalam Peraturan Walikota (Perwali) no 6 Tahun
2013 terdiri dari tiga desa yang termasuk kategori desa adat sekaligus desa dinas yakni
Desa Sanur Kauh, Kelurahan Sanur dan Desa Sanur Kaja. Luas lahan sebesar 1.057 hektar,
atau sekitar 21,18% dari total lahan di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan yang
berjumlah 4.990 hektar. Desa Sanur terdiri dari 27 banjar dinas dan 30 banjar adat dengan
rincian 12 banjar di Desa Sanur Kauh, 8 banjar di Kelurahan Sanur, dan 10 banjar di Desa
Sanur Kaja.

4.2.2. Struktur Sosial Budaya


Lembaga yang berkembang pada masyarakat Kota Denpasar secara garis besar adalah :
Majelis Desa Pakraman, Forum Bendesa Adat Kota Denpasar, desa pakraman, banjar,
subak, dan sekaha. Aspek sosial budaya dalam pengembangan destinasi pariwisata Sanur
meliputi: pura, puri, jero, pasar tradisional, bangunan bersejarah, peninggalan purbakala,
tradisi setempat, kesenian, kerajinan dan aktivitas sehari-hari. Desa Sanur sendiri telah
mengalami transformasi dari desa nelayan menjadi desa pariwisata, namun masyarakatnya
masih memiliki loyalitas etnis yang kuat dengan memegang konsep bahwa desa merupakan
bagian dari dirinya. Perwujudan tersebut dituangkan dalam orientasi bersama berupa
tempat pemujaan (pura) yang disebut Khayangan Tiga (Pura Desa, Pura Puseh dan Pura
Dalem), serta pura yang memilki kaitan tertentu seperti Pura Segara, dan Pura Melanting.
Jenis-jenis aktivitas kehidupan masyarakat di Destinasi Pariwisata Sanur memiliki
potensi sebagai daya tarik wisata adalah aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan bidang
adat dan keagamaan seperti ngayah, nguopin, gotong royong dan kerja bakti di desa. Selain
itu, juga dijumpai berbagai bentuk aktivitas kehidupan masyarakat nelayan dan petani.
Masyarakat yang didominasi etnis Bali dan beragam Hindu membuat segala kegiatan
masyarakat selalu didahului dengan persembahan baik berupa canang maupun banten.
Peralihan kegiatan masyarakat dari agraris ke sektor jasa pariwisata tidak mengubah
kebiasaan dari masyarakat Sanur dalam bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat,
baik dalam kegiatan adat dan keagamaan. Tradisi yang dijaga menjadi salah satu potensi
pariwisata yang menarik untuk dijumpai di Sanur.
Di beberapa desa di Destinasi Pariwisata Sanur terdapat sejumlah pasar tradisional yang
memiliki potensi sebagai daya tarik atraksi wisata. Pasar-pasar yang dimaksud adalah Pasar
Sindhu dan Pasar Intaran. Potensi daya tarik dari pasar-pasar tradisional tersebut antara
lain, adanya kompleks bangunan suci sebagai tempat pemujaan Ratu Melanting, berbagai
jenis komoditas yang dipasarkan seperti barang-barang kelontong, bahan-bahan pokok
sehari-hari, dan bahan-bahan keperluan pacara keagamaan, dan komunikasi yang intensif
antara pedagang serta pembeli yang terlibat dalam proses tawar-menawar.

1. Bentuk dan Massa Bangunan


Jalan Danau Tamblingan sebagai koridor utama pariwisata memiliki banyak jenis dan
fungsi didalamnya. Jika dibedakerdasarkan jenis dan fungsinya, bentuk dan massa
bangunan terdiri dari Hotel Bintang dan Hotel Non Bintang, Restoran, Money Changer,
Artshop, Spa dan Mini Market. Berdasarkan observasi yang dilakukan sepanjang koridor
Jalan Danau Tamblingan dan digabungkan dengan teori yang digunakan maka didapatkan
hasil, yaitu:
- Ketinggian Bangunan
Sepanjang koridor Jalan Danau Tamblingan hampir seluruh fungsi bangunan yang ada
telah mengikuti atau tidak melanggar PerDa tentang batasan ketinggian bangunan ± 15
meter atau tidak lebih tinggi dari pohon kelapa. Selain fungsi Hotel Bintang dan Hotel
Non Bintang sebagian besar bangunan yang ada pada koridor Jalan Danau Tamblingan
merupakan bangunan tidak bertingkat. Sedangkan bangunan bertingkat dua hingga
tingkat tiga ditemukan pada kategori Hotel terutama pada Non Bintang. Dapat dilihat
pada Gambar xxxxxx. merupakan Hotel Bintang dengan ketinggian 4 lantai yang
merupakan satu-satunya hotel pada koridor Jalan Danau Tamblingan yang memiliki 4
lantai dan Hotel Non Bintang dengan ketinggian 2 atau 3 lantai.
Gambar. Hotel Bintang dengan 4 Lantai dan Hotel Non Bintang dengan 2 atau 3 Lantai
Sumber: Observasi,

- Kepejalan Bangunan
Persepsi kepejalan bangunan tergantung skala bangunan sekitarnya. Dibutuhkan
pengurangan kepejalan yang berlebihan untuk mencapai kesan visual yang baik.
Bangunan yang ada pada koridor Jalan Danau Tamblingan sebagian besar masuk
dalam kategori tidak bertingkat. Oleh karena itu jika ditinjau dari aspek kepejalan
bangunan tidak terjadi karena panjang, lebar dan tinggi bangunan sudah sesuai.
- Koefisien Dasar Bangunan
Berdasarkan Peraturan Walikota Denpasar Nomor 6 Tahun 2013 tentang Peraturan
Zonasi Kawasan Strategis Sanur, Koefisien Dasar Bangunan maksimal sebesar 60%,
Koefisien Lantai Bangunan maksimal 180% dan Koefisien Dasar Hijau sekurang-
kurangnya 40%. Berdasarkan hasil observasi pada koridor Jalan Danau Tamblingan,
sebagian besar fungsi menggunakan hampir seluruh lahannya untuk didirikan
bangunan. Hal tersebut terjadi karena aktivitas pariwisata sehingga menyebabkan
tingginya harga lahan yang ada pada Jalan Danau Tamblingan. Namun pada hotel
berbintang koefisien dasar bangunan sekitar 60% dari luas lahan sedangkan 40%
sisanya dijadikan sebagai Koefisien Dasar Hijau (KDH) dan parkir. Dapat dilihat pada
Gambar x. terdapat perbedaan penggunaan KDB pada fungsi yang berbeda.
Gambar. Pelanggaran Penggunaan KDB dan Penggunaan KDB Sesuai Peraturan
Sumber: Observasi,

- Garis Sempadan Bangunan


Garis sempadan bangunan bertujuan untuk meningkatkan kualitas visual lingkungan
dengan terciptanya koridor visual, memelihara kualitas lingkungan, menciptakan kesan
lega dalam mengimbangi ketinggian bangunan, kepadatan bangunan dan intensitas
kegiatan di suatu wilayah kota dan mendukung orientasi dan kenyamanan pejalan kaki.
Berdasarkan hasil observasi sebagian besar fungsi dari fasilitas pariwisata tidak
memiliki garis sempadan bangunan terutama pada usaha-usaha kecil hingga menengah
karena minimnya lahan yang dimiliki sehingga hal tersebut mengurangi kualitas visual
lingkungan serta kenyamanan bagi para pejalan kaki. Dapat dilihat pada Gambar xxx.
merupakan bangunan yang tidak memiliki garis sempadan bangunan dan juga
mengambil hak dari pejalan kaki.
Gambar x. Penyalahgunaan Garis Sempadan Bangunan
Sumber: Observasi,

- Langgam
Karakteristik fungsi atau bangunan yang ada pada koridor Jalan Danau Tamblingan
menggunakan gaya Arsitektur Bali dapat dilihat pada Gambar x. bangunan
menggunakan konsep Tri Angga yang terdiri dari Kepala, Badan dan Kaki. Kepala
diimplementasikan sebagai Atap Bangunan, Badan diimplementasikan sebagai Badan
Bangunan dan kaki diimplementasikan sebagai undagan atau pondasi dari bangunan
yang dalam penerapan dari unsur-unsur tersebut harus seimbang.

Gambar x. Penerapan Konsep Tri Angga


Sumber: Observasi,

Namun berdasarkan hasil observasi terdapat banyak fungsi atau bangunan yang
melanggar ataupun tidak sesuai dengan konsep Tri Angga seperti, bagian atap
mendominasi seluruh bangunan hingga menutupi hampir seluruh badan bangunan
dengan bentuknya yang abstrak dan menyerupai lipatan-lipatan, hal ini tidak sesuai
dengan Arsitektur Bali dan juga banyak terjadi penempatan neon box pada bagian atas
hingga menutupi atap bangunan sehingga bangunan terkesan tidak memiliki atap jika
dipandang dari arah depan.
Gambar x. Masalah Bentuk Atap dan Penempatan Neon Box Nama Usaha

- Material, Tekstur dan Warna


Berdasarkan hasil observasi, material yang digunakan pada fasilitas atau bangunan
pada koridor Jalan Danau Tamblingan merupakan material setempat yang mudah
ditemui seperti penggunaan genteng berbahan tanah liat sebagai penutup atap dan
penggunaan batu alam seperti paras, batu karang dan batu candi, sebagai tempelan pada
bagian badan bangunan. Pada beberapa lokasi menggunakan batu karang sebagai
tempelan juga memberi ciri khas bahwa fasilitas atau bangunan tersebut berada dekat
dengan pantai. Penggunaan kaca juga banyak ditemui pada toko-toko, hal tersebut
bertujuan agar pengunjung dapat melihat barang-barang yang dijual di dalam toko.
Perbedaan warna finishing cat pada koridor Jalan Danau Tamblingan juga dapat
dikategorikan berdasarkan fungsinya seperti toko komersial yang menjual peralatan
menyelam dan sebagainya dominan berwarna biru karena melambangkan air, fasilitas
spa dominan memiliki warna yang kontras dengan lingkungan sekitarnya agar dapat
menarik perhatian pengunjung. Dapat dilihat pada Gambar x. merupakan perbedaan
penggunaan warna cat finishing.
Gambar x. Perbedaan Penggunaan Warna Finishing Cat antara Spa dan Toko Alat Menyelam
Sumber: Observasi,

2. Signage
Signage atau tanda pengarah pada koridor Jalan Danau Tamblingan terdapat pada seluruh
fungsi bangunan guna memudahkan pengunjung atau wisatawan untuk menemukan
fasilitas tersebut. Namun dalam penerapannya banyak terjadi penyalahgunaan dalam
signage, masalah tersebut dapat dilihat dari penempatan signage. Berdasarkan hasil
observasi ditemui sejumlah usaha kecil seperti money changer, spa, laundry dan rental
kendaraan bermotor meletakkan papan iklan pada bagian depan dari bangunan hingga
mengambil jalur pejalan kaki dan mengurangi citra visual dari pariwisata yang ada pada
koridor tersebut. Dapat dilihat pada Gambar x. merupakan penyalahgunaan penggunaan
jalur pejalan kaki sebagai tempat menaruh papan iklan.
Gambar x. Penempatan Papan Iklan yang Merusak Citra Visual Pariwisata
Sumber: Observasi,

Anda mungkin juga menyukai