Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN SINYAL DIGITAL


“Operasi Konvolusi”

DISUSUN OLEH:
Nama : Suci Aprilya
NIM : 1757301066
Kelas : TI 3.B
Dosen Pembimbing : Muhammad Arhami, Ssi, M.Kom

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE


TAHUN AJARAN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

No Praktikum : 07/PSD/3.B/TI/2019
Judul Praktikum : Operasi Konvolusi
Tanggal Praktikum : 23 Oktober 2019
Tanggal Penyerahan Laporan : 30 Oktober 2019
Nama Praktikan : Suci Aprilya
NIM : 1757301066
Kelas : 3.B
Jurusan : Teknologi Informasi dan Komputer
Prodi : Teknik Informatika
Nilai :
Keterangan :

Buket Rata, 30 Oktober 2019

Muhammad Arhami, Ssi, M.Kom


NIP. 19741029 2000 3 001

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………....i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN…………………………………………………2
2.1 Operasi Konvolusi……………………………………..…………………….2
2.1.1 Konvolusi Dua Sinyal……………………...………………………2
2.1.2 Konvolusi Dua Sinyal Discrete Unit Step…………………………5
2.1.3 Konvolusi Dua Sinyal Sinus…………………………..…………...6
BAB III LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM……………………………………...8
3.1 Konvolusi Dua Sinyal …………………………………………………………….8
3.2 2 Konvolusi Dua Sinyal Discrete Unit Step…….………………………………9
3.3 Konvolusi Dua Sinyal Sinus …………………….……………………………….9
3.4 Konvolusi Pada Sinyal Audio………………..…………………………………….11
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PRAKTIKUM ............................................... 13
4.1 Pembahasan dan Hasil Praktikum ................................................................ 13
4.2 Lampiran Tugas ........................................................................................... 15
BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 17
5.1 Simpulan………........................................................................................... 17
5.2 Saran………….………………………………………………………........17
REFERENSI ................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada masa sekarang ini, pengolahan sinyal secara digital telah diterapkan
begitu luas. Dari peralatan instrumentasi dan kontrol, peralatan musik, peralatan
kesehatan dan peralatan lainnya. Istilah pengolahan sinyal digital sebenarnya
kurang begitu tepat, yang lebih tepat adalah pengolahan sinyal diskrete. Proses
pengolahan sinyal digital, diawali dengan proses pencuplikan sinyal masukan yang
berupa sinyal kontinyu. Proses ini mengubah representasi sinyal yang tadinya
berupa sinyal kontinyu menjadi sinyal diskrete. Proses ini dilakukan oleh suatu unit
ADC (Analog to Digital Converter). Unit ADC ini terdiri dari sebuah bagian
Sample/Hold dan sebuah bagian quantiser. Unit sample/hold merupakan bagian
yang melakukan pencuplikan orde ke-0, yang berarti nilai masukan selama kurun
waktu T dianggap memiliki nilai yang sama.Pencuplikan dilakukan setiap satu
satuan waktu yang lazim disebut sebagai waktu cuplik (sampling time). Bagian
quantiser akan merubah menjadi beberapa level nilai, pembagian level nilai ini bisa
secara uniform ataupun secara non-uniform misal pada Gaussian quantiser.

Untuk kerja dari suatu ADC bergantung pada beberapa parameter, parameter
utama yang menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut :

 Kecepatan maksimum dari waktu cuplik.


 Kecepatan ADC melakukan konversi.
 Resolusi dari quantiser, misal 8 bit akan mengubah menjadi 256 tingkatan
nilai.
 Metoda kuantisasi akan mempengaruhi terhadap kekebalan noise.

Sinyal adalah besaran yang berubah dalam waktu dan atau dalam ruang, dan
membawa suatu informasi. Berbagai contoh sinyal dalam kehidupan sehari-hari :
arus atau tegangan dalam rangkaian elektrik, suara, suhu. Representasi sinyal
berdasarkan dimensinya dibagi menjadi Dimensi-1 (contoh : sinyal audio),
Dimensi-2 (contoh : citra), Dimensi-3 (contoh : video). Suatu sinyal mempunyai
beberapa informasi yang dapat diamati, misalnya amplitudo, frekuensi, perbedaan
fase, dan gangguan akbiat noise, untuk dapat mengamati informasi tersebut, dapat
digunakan secara langsung peralatan ukur elektronik seperti osciloskop, spektrum
analyser.

1
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konvolusi Dua Sinyal

Konvolusi antara dua sinyal diskrit x[n] dan v[n] dapat dinyatakan sebagai:

... (i)
Bentuk penjumlahan yang ada di bagian kanan pada persamaan (1) disebut
sebagai convolution sum. Jika x[n] dan v[n] memiliki nilai 0 untuk semua integer
pada n<0, selanjutnya x[i]=0 untuk semua integer pada i<0 dan v[i-n]=0 untuk
semua integer n – i < 0 (atau n<i). Sehingga jumlahan pada persamaan (1) akan
menempati dari nilai i=0 sampai dengan i=n, dan operasi konvolusi selanjutnya
dapat dituliskan sebagai:

… (ii)

2.2 Mekanisme Konvolusi

Komputasi pada persamaan (i) dan (ii) dapat diselesaikan dengan merubah
discretetime index n sampai dengan i dalam sinyal x[n] dan v[n]. Sinyal yang
dihasilkan x[i] dan v[i] selanjutnya menjadi sebuah fungsi discrete-time index i.
Step berikutnya adalah menentukan v[n-i] dan kemudian membentuk
pencerminan terhadap sinyal v[i]. Lebih tepatnya v[-i] merupakan pencerminan
dari v[i] yang diorientasikan pada sumbu vertikal (axis), dan v[n-i] merupakan
v[i] yang digeser ke kanan dengan step n. Saat pertama kali product (hasil kali)
x[i]v[n-i] terbentuk, nilai pada konvolusi x[n]*v[n] pada titik n dihitung dengan
menjumlahkan nilai x[i]v[n-i] sesuai rentang i pada sederetan nilai integer
tertentu.

Untuk lebih jelasnya permasalahan ini akan disajikan dengan suatu contoh
penghitung konvolusi pada dua deret nilai integer berikut ini.

2
Sinyal pertama : x[i]= 1 2 3
Sinyal kedua : v[i]= 2 1 3
- Step pertama adalah pembalikan sinyal kedua, v[n] sehingga didapatan
kondisi seperti berikut:
Sinyal pertama : x[i] = 1 2 3
Sinyal kedua : v[-i] = 3 1 2
- Step ke dua adalah pergeseran dan penjumlahan
Sinyal pertama : 123
Sinyal kedua :312

------------------ x

product and sum : 0 0 2 0 0 = 2


- Step ke tiga adalah pergeseran satu step dan penjumlahan
Sinyal pertama : 123
Sinyal kedua :312

--------------------- x

product and sum : 0 1 4 0 = 5


- Step ke empat adalah pergeseran satu step dan penjumlahan
Sinyal pertama :123
Sinyal kedua :312

------------------- x

product and sum : 3 2 6 = 11


- Step ke lima adalah pergeseran satu step dan penjumlahan
Sinyal pertama :123
Sinyal kedua : 312

------------------- x

product and sum : 0 6 3 0 = 9


- Step ke enam adalah pergeseran satu step dan penjumlahan
Sinyal pertama :123

3
Sinyal kedua : 312

------------------- x

product and sum : 0 0 9 0 0 = 9

- Step ke tujuh adalah pergeseran satu step dan penjumlahan


Sinyal pertama :123
Sinyal kedua : 312

------------------- x

product and sum : 0 0 0 0 0 0 = 0


Dari hasil product and sum tersebut hasilnya dapat kita lihat dalam bentuk
deret
sebagai berikut: 2 5 11 9 9.
Hasil penghitungan product and sum sebelum step pertama dan step ke tujuh
dan selanjutnya menunjukkan nilai 0, sehingga tidak ditampilkan. Secara
grafis
dapat dilihat seperti berikut ini:

Gambar 1. Mekanisme konvolusi

4
Pada gambar 1 bagian atas, menunjukkan sinyal x[n], bagian kedua
menunjukkan sinyal v[n], sedangkan bagian ketiga atau yang paling bawah
merupakan hasil konvolusi.

5
BAB III

LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM

3.1 Konvolusi Dua Sinyal

1. Membangkitkan sinyal x[n] dengan mengetikkan perintah berikut:

6
4.2 Konvolusi Dua Sinyal Sinus
1. Memuat program untuk membangkitkan dua gelombang sinus seperti
berikut:L=input('Banyaknya titik sampel(>=20): ');

f1=input('Besarnya frekuensi gel 1 adalah Hz: '); f2=input('Besarnya frekuensi


gel 2 adalah Hz: '); teta1=input('Besarnya fase gel 1(dalam radiant): ');
teta2=input('Besarnya fase gel 2(dalam radiant): ');

A1=input('Besarnya amplitudo gel 1: ');


A2=input('Besarnya amplitudo gel 2: ');
%Sinus pertama
t=1:L; t=2*t/L;
y1=A1*sin(2*pi*f1*t + teta1*pi);
subplot(3,1,1)
stem(y1) %SInus
kedua t=1:L;
t=2*t/L;
y2=A2*sin(2*pi*f2*t + teta2*pi);
subplot(3,1,2) stem(y2)
2. Menjalankan program dan mengisikan seperti berikut ini:
Banyaknya titik sampel(>=20): 20
Besarnya frekuensi gel 1 adalah Hz: 1
Besarnya frekuensi gel 2 adalah Hz: 0.5 Besarnya fase gel
1(dalam radiant): 0
Besarnya fase gel 2(dalam radiant): 0.5
Besarnya amplitudo gel 1: 1
Besarnya amplitudo gel 2: 1
3. Melanjutkan dengan menambahkan program berikut ini pada bagian bawah
program sebelumnya.
subplot(3,1,3) stem(conv(y1,y2))
4. Menalankan program, dan kembali melakukan pengisian seperti pada langkah
ke 3.
5. Ulangi langkah ke 4, dengan menetapkan nilai sebagai berikut: L=50.
w1=w2=2, teta1=1.5, teta2=0.5, dan A1=A2=1.

7
4.3 Konvolusi Sinyal Bernoise dengan Raise Cosine
1. Membangkitkan sinyal raise cosine dan sinyal sinus dengan program berikut:
%convolusi sinyal sinus bernoise dengan raise cosine; n=-7.9:.5:8.1;
y=sin(4*pi*n/8)./(4*pi*n/8); figure(1); plot(y,'linewidth',2) t=0.1:.1:8;
x=sin(2*pi*t/4); figure(2); plot(x,'linewidth',2)
2. Menambahkan noise pada sinyal sinus:
t=0.1:.1:8;
x_n=sin(2*pi*t/4)+0.5*randn*sin(2*pi*10*t/4) +
0.2*randn*sin(2*pi*12*t/4);
figure(3); plot(x_n,'linewidth',2)
3. Melakukan konvolusi sinyal sinus bernoise dengan raise cosine:
xy=conv(x_n,y); figure(4);
plot(xy,'linewidth',2)
4. Melakukan perubahan pada nilai sinyal raise cosine dengan mengurangi
rentang nilai pada n.

8
4.4 Konvolusi Pada Sinyal Audio

9
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PRAKTIKUM

4.1 Hasil Praktikum


• Konvolusi Dua Sinyal

Konvolusi dua sinyal dilakukan dengan mencari nilai y(n) Dan melakukan operasi
konvolusi yang secara matematis.

• Konvolusi Dua Sinyal Discrete Unit Step

10
Konvolusi dua sinyal discrete unit step dilakukan dengan membangkitkan

Dan melakukan operasi konvolusi yang secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut: x[n]*v[n].Sinyal x[n] dibangkitkan dengan panjang gelombang (L) harus
lebih dari atau sama dengan 10 dan lebar pulsa (P) yang lebih kecil dari L. Setelah
program dijalankan, untuk nilai awal P=20 dan L=10, untuk grafik pertama skala
pada sumbu-x maksimal adalah 20 (0-L) dan x[n] bernilai 1 hingga ≤ P, atau
dengan kata lain hingga nilai 10 pada sumbu-x. Selebihnya x[n] bernilai 0. Hal
yang sama berlaku untuk grafik yang kedua, hanya saja sinyal yang dibangkitkan
adalah v[n]. Adapun grafik ketiga merupakan grafik hasil konvolusi x[n] dengan
v[n]. Begitu juga untuk nilai L dan P yang lain

• Konvolusi Dua Sinyal Sinus

Pada konvolusi dua sinyal sinus titik sampel dinyatakan dengan L(≥20)
tidak jauh berbeda dengan proses konvolusi sebelumnya, nilai L akan menjadi
skala maksimal untuk sumbu-x pada grafik pertama dan kedua. Pengamatan
pertama dengan L = 20, w1 = 1, w2 = 0.5, teta1 = 0, teta2 = 0.5, dan A1=A2=1.
Sinyal sinus pertama memiliki fase gelombang=0 sedangkan sinyal sinus kedua
memiliki fase gelombang=0,5. Pengaruhnya terlihat pada grafik dimana untuk
sinyal sinus kedua mengalami pergeseran ke kiri sejauh setengah gelombang.
Grafik ketiga menunjukkan hasil konvolusi dari sinyal sinus pertama dengan

11
sinyal sinus kedua. Untuk L=50, w1=w2=2, teta1=1.5, teta2=0.5, dan A1=A2=1,
output yang didapat pada grafik pertama dan kedua adalah frekuensi keduanya
yang sama dengan fase yang berlawanan. Mendekati ujung dari sinyal hasil
konvolusi, amplitude gelombang akan semakin kecil.

 Konvolusi Sinyal Bernoise dengan Raise

Hal pertama yang yang dilakukan pada pengamatan untuk konvolusi sinyal sinus
dan raise cosine adalah dengan membangkitkan sinyal dasar yakni sinyal sinus
dan raise cosine. Sinyal sinus asli kemudian ditambahkan noise dan sinyal sinus
bernoise yang dihasilkan tersebutlah yang akan dikonvolusi dengan sinyal raise
cosine yang telah dibangkitkan sebelumnya. Untuk nilai n, semakin kecil rentang
yang diberikan rentang sinyal yang dihasilkan akan semakin lebar. Sedangkan
hasil konvolusi dari masing-masing tidak berbeda terlalu jauh. Sinyal hasil
konvolusi akan mulai menanjak semakian juah dari skala nol untuk nilai rentang n
yang semakin lebar pula.

12
• Konvolusi Pada Sinyal Audio

Adapun untuk konvolusi pada sinyal audio, file audio yang digunakan
adalah yodel.wav dan dibangkitkan denga frekuensi sampling Fs=16000 Hz.
Selanjutkan, sinyal audio tersebut diberikan noise dan sinyal audio bernoise inilah
yang akan dikonvolusi dengan matriks satu = ones(4,1).

13
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
1. Nilai pada konvolusi x[n]*v[n] pada titik n dihitung dengan menjumlahkan
nilai x[i]v[n-i] sesuai rentang i pada sederetan nilai integer tertentu.
2. Semakin lebar rentang n pada konvolusi sinyal sinus bernoise dengan sinyal
raise cosine, sinyal hasil konvolusi akan mengalami penanjakan pada skala
sumbu-x yang semakin jauh dari skala nol.
3. Sinyal audio hasil konvolusi sinyal audio asli yang bernoise akan
menghasilkan bunyi yang terdengar ganda.

14
5.2 Saran
Disarankan kepada praktikan, untuk lebih banyak belajar mengenai
penggunaan tools-tools pada Matlab agar lebih memahami dan menguasai output-
output yang dihasilkan beserta fungsi dari perintah-perintah yang telah dilakukan
dan lebih memahami grafik sesuai dengan script yang dibuat.

15
REFERENSI

1. Laporan Praktikum PSD


https://www.academia.edu/38971302/LAPRAK_PSD

2. Meddins, Bob. 2000. Introduction to Digitl Signal Processing.


University of East Anglia. United Kingdom.

3. Praktikum Sinyal dan Sistem


https://www.academia.edu/11737353/PRAKTIKUM_SINYAL_DAN_
SISTEM

4. Pengantar PSD
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pengantar%20PSD_0.pdf

5. Pengolahan Sinyal Digital


https://lendcreative.com/pengolahan-sinyal-digital/ diakses pada

6. Santoso, Tri Budi & Miftahul Huda. 2008. Dasar-dasar Operasi


Matlab: Modul 5 Praktikum Sinyal dan Sistem.

16

Anda mungkin juga menyukai