DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : VI (ENAM)
2. SALIMA ZAI
3. SURNIATI HALAWA
FAKULTAS/PRODI : FPMIPA/PMAT
KELAS : A
DOSEN PENGAMPU:
1
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI
RESIDU KUADRATIK
Jika 𝑎′ 𝑏 genap, kita dapat mengubah perkongruenan kuadrat ini menjadi perkongruenan
kuadrat sempurna, yaitu :
𝑦 2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
Untuk menyelesaikan perkongruenan seperti ini, kita perlu mengenal lebih dulu konsep
residu kuadratik yang akan dibahas berikut ini.
22 ≡ 92 ≡ 4 (𝑚𝑜𝑑 11)
32 ≡ 82 ≡ 9 (𝑚𝑜𝑑 11)
42 ≡ 72 ≡ 5 (𝑚𝑜𝑑 11)
2
52 ≡ 62 ≡ 3 (𝑚𝑜𝑑 11)
Keadaan ini dikatakan bahwa 1, 3, 4, 5 dan 9 adalah residu kuadratik dari 11,
sedangkan 2, 6, 7, 8, dan 10 adalah nonresidu kuadratik dari 11. Secara formal konsep residu
kuadratik suatu bilangan bulat positif sebagai berikut.
Defenisi 1. 1 :
Misalkan m suatu bilangan bulat positif, bilangan bulat a disebut residu kuadratik dari
m, apabila (a, m) = 1 dan pengkongruenan 𝑥 2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) mempunyai solusi. Jika
perkongruenan 𝑥 2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) tidak mempunyai solusi, maka a disebut nonresidu
kuadratik dari m.
Perkongruenan 𝑥 2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) mempunyai tepat dua solusi, sebab jika ada solusi lain,
misalnya 𝑥0 dan 𝑥1 , maka 𝑥02 ≡ 𝑥12 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑝), sehingga 𝑥02 − 𝑥12 = (𝑥0 − 𝑥1 )(𝑥0 + 𝑥1 ) ≡
0(𝑚𝑜𝑑 𝑝). Ini berarti 𝑝|(𝑥0 − 𝑥1 ) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑝|(𝑥0 + 𝑥1 ), yaitu 𝑥0 ≡ −𝑥1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥0 =
𝑥1 (𝑚𝑜𝑑 𝑃).
Teorema 1.1 :
Contoh :
3
22 ≡ 112 ≡ 4 (𝑚𝑜𝑑 13)
42 ≡ 92 ≡ 3 (𝑚𝑜𝑑 13)
52 ≡ 82 ≡ 12 (𝑚𝑜𝑑 13)
62 ≡ 72 ≡ 10 (𝑚𝑜𝑑 13)
Teorema 1.2 :
Jika p suatu bilangan prima ganjil, maka untuk {1, 2, 3, … (p – 1)} terdapat sebanyak ½
(p – 1) residu kuadratik dari p dan sebanyak ½ (p – 1) nonresidu kuadratik dari p.
Bukti :
Suatu notasi khusus yang dikaitkan dengan konsep residu kuadratik didefenisikan
sebagai berikut.
Defenisi 1. 2 :
𝑎
Misalkan p suatu bilangan prima ganjil dan (a, p) = 1, simbol legendre (𝑝) didefenisikan oleh:
1, jika a suatu residu kuadratik dari p
𝑎
( )=
𝑝
-1, jika a suatu nonresidu kuadratik dari p
Nama simbol ini diberikan untuk menghormati orang yang pertama menggunakan, yaitu
Adrien-Marie Legendre (1752 – 1830) bangsa Perancis.
Contoh :
4
1 3 4 9 10 12
( )=( )=( )=( )=( )=( )=1
13 13 13 13 13 13
2 5 6 7 8 11
( ) = ( ) = ( ) = ( ) = ( ) = ( ) = −1
13 13 13 13 13 13
Misalkan p suatu bilangan prima ganjil, (a, p) = 1 dan 𝑥 2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) mempunyai solusi,
𝑎
misalnya 𝑥 = 𝑥0 , maka (𝑝) = 1. Dengan teorema fermat, kita memperoleh:
1 1
(𝑝−1) (𝑝−1)
𝑎2 = (𝑥02 )2 = 𝑥0𝑝−1 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
1
𝑎 𝑎 (𝑝−1)
Jadi, jika (𝑝) = 1, maka (𝑝) ≡ 𝑎2 (𝑚𝑜𝑑 𝑝).
𝑎
Selanjutnya, jika (𝑝) = −1, maka perkongruenan 𝑥 2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) tidak mempunyai
solusi. Untuk setiap bilangan i dengan 1 ≤ 𝑖 ≤ (𝑝 − 1), maka ada dengan tunggal bilangan
bulat j sedemikian sehingga 𝑖𝑗 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑝). Dan karena perkongruenan 𝑥 2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
tidak mempunyai solusi, maka 𝑖 ≠ 𝑗. Jadi, jika kita dapat mengelompokkan bilangan-bilangan
1
1, 2, 3, … , (p – 1) menjadi 2 (𝑝 − 1) pasangan yang masing-masing hasilkalinya kongruen
1
dengan a (mod p). Jika 2 (𝑝 − 1) kekongruenan tersebut dikalikan, maka diperoleh bahwa :
1
(𝑝 − 1)! ≡ 𝑎2(𝑝−1) ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝).
Selanjutnya menurut teorema Wilson, yaitu (𝑝 − 1)! ≡ −1( 𝑚𝑜𝑑 𝑝), diperoleh bahwa :
1
(𝑝−1)
−1 ≡ 𝑎2 ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝)
𝑎 1
(𝑝−1)
( ) ≡ 𝑎2 ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝)
𝑝
Uraian tersebut merupakan bukti dari teorema berikut ini biasa dinamakan Kriteria
Euler.
5
1
(𝑝 − 1)! ≡ 𝑎2(𝑝−1) ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝)
Contoh 1.3:
2
Perhatikan bilangan 17. karena 28 ≡ 1( 𝑚𝑜𝑑 17), maka sesuai dengan kriteria euler (17) =
3
1. Karena 38 ≡ −1( 𝑚𝑜𝑑 17), maka (17) = −1.
Teorema 1. 4 :
Misalkan p suatu bilangan prima ganjil, a dan b bilangan-bilangan bulat yang tidak terbagi
oleh p, maka:
𝑎 𝑏
(i) Jika 𝑎 ≡ 𝑏( 𝑚𝑜𝑑 𝑝), 𝑚𝑎𝑘𝑎 (𝑝) = (𝑝)
𝑎 𝑏 𝑎𝑏
(ii) (𝑝) (𝑝) = ( 𝑝 )
𝑎2
(iii) (𝑝) = 1
Bukti:
(i) Jika 𝑎 ≡ 𝑏( 𝑚𝑜𝑑 𝑝), maka 𝑥 2 ≡ 𝑎( 𝑚𝑜𝑑 𝑝) mempunyai solusi jika dan hanya jika
𝑎 𝑏
𝑥 2 ≡ 𝑏( 𝑚𝑜𝑑 𝑝) mempunyai solusi. Jadi (𝑝) = (𝑝).
1 1
𝑎 (𝑝−1) 𝑏
(ii) Menurut kriteria Euler bahwa (𝑝) ≡ 𝑎2 ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝), ( ) ≡ 𝑏 2(𝑝−1) ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝) dan
𝑝
1
𝑎𝑏 (𝑝−1)
( 𝑝 ) ≡ (𝑎𝑏)2 ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝). Jadi
𝑎 𝑏 1 1
(𝑝−1) (𝑝−1)
( ) ( ) ≡ 𝑎2 𝑏2 ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝)
𝑝 𝑝
1
(𝑝−1)
≡ (𝑎𝑏)2 ( 𝑚𝑜𝑑 𝑝)
𝑎𝑏
≡( )
𝑝
𝑎 𝑏
Karena simbol Legendre hanya mungkin ±1, maka dapat disimpulkan bahwa (𝑝) (𝑝) =
𝑎𝑏
(𝑝)
𝑎
(iii) Karena (𝑝) = ±1 dan menurut (ii), maka diperoleh bahwa
6
𝑎2 𝑎 𝑎
( ) = ( )( ) = 1
𝑝 𝑝 𝑝
Bagian (ii) dari Teorema 1. 4 dapat diartikan sebagai berikut.
1) Hasil kali dua residu kuadratik dari suatu bilangan prima adalah suatu residu kuadratik
dari hasil kali bilangan-bilangan prima tersebut.
2) Hasil kali dua nonresidu kuadratik dari suatu bilangan prima adalah suatu residu
kuadratik dari hasil kali bilangan-bilangan prima tersebut.
3) Hasil kali residu kuadratik dan nonresidu kuadratik dari suatu bilangan prima adalah
suatu nonresidu kuadratik dari bilangan prima tersebut.
𝑎2 𝑎 2
4) Dan juga memperhatikan bagian (iii) dapat disimpulkan bahwa ( ) = ( ) = 1.
𝑝 𝑝
Contoh 1. 4 :
1
18 1 (19−1)
Perhatikan bahwa 18 ≡ −1( 𝑚𝑜𝑑 19), maka (19) = (− 19) = (−1)2 = −1. Sedangkan
1
1 (17−1)
(− 17) = (−1)2 = 1.
1
(𝑝−1)
Jika 𝑝 ≡ 3( 𝑚𝑜𝑑 4), yaitu p = 4n + 3, untuk suatu bilangan bulat n, maka (−1)2 =
1
1 1
(−1)2𝑛+1 = −1. Dan karena (− ) ≡ (−1)2(𝑝−1) (𝑚𝑜𝑑 𝑝), maka (− ) ≡ 1.
𝑝 𝑝
Teorema 1. 5 :
Contoh :
7
Pandang bilangan prima 19 dan barisan bilangan bulat kelipatan 5 pertama, yaitu 5, 10, 15,
20, 25, 30, 35, 40, 45. Residu positif terkecil dari suku-suku barisan ini kongruen modulo 19
berturut-turut dengan 5, 10, 15, 1, 6, 11, 16, 2, 7. Suku-suku barisan residu terkecil ini
kongruen modulo 19 berturut-turut dengan 5, -9, -4, 1, 6, -8, -3, 2, 7. Maka hasil kali semua
suku pada barisan pertama akan kongruen modulo 19 dengan hasil kali semua suku pada
barisan terakhir, yaitu:
5 . 10 . 15 . 20 . 25 . 30 . 35 . 40 . 45 ≡ 5 . −9 . −4 . 1 . 6 . −8 . −3 . 2 . 7 (𝑚𝑜𝑑 19)
1
5 (19−1)
Menurut kriteria Euler (19) ≡ (5)2 (𝑚𝑜𝑑 19), yaitu:
5 5 5
(19) ≡ 59 (𝑚𝑜𝑑 19). Jadi (19) ≡ (−1)4 (𝑚𝑜𝑑 19), 𝑎𝑡𝑎𝑢 (19) = 1.
Misalkan p suat bilangan prima ganjil dan (a, p) = 1. Jika k adalah banyaknya residu
positif terkecil dari bilangan-bilangan bulat a, 2a, 3a, … , ½ (p – 1)a yang lebih besar dari ½
𝑎
p, maka (𝑝) = (−1)𝑘 .
Contoh :
9
1. Misalkan akan ditentukan (17). Residu terkecil modulo 17 dari suku-suku barisan 9, 18,
27, 36, 45, 54, 63, 72 berturut – turut adalah 9, 1, 10, 2, 11, 3, 12, 4. Karena terdapat
9
empat residu terkecil yang lebih dari 17/2 , maka menurut lemma Gauss diperoleh (17) =
(−1)4 = 1.
2
2. Dengan menerapkan Lemma Gauss dapat dengan mudah ditentukan bahwa (7) =
2 2 2
1, (17) = 1, (19) = −1, (29) = −1. Hal ini memunculkan pertanyaan : Bilangan prima
ganjil p mana, agar 2 sebagai residu kudratik dari p atau 2 sebagai nonresidu kudratik
dari p?
Pada Teorema dinyatakan:
8
(i) Jika p suatu bilangan prima ganjil yang berbentuk 4k + 1, untuk suatu bilangan asli k,
maka p – 1 merupakan residu kuadratik dari p.
(ii) Jika p suatu bilangan prima ganjil yang berbentuk 4k + 3, untuk suatu bilangan asli k,
maka p – 1 merupakan nonresidu kuadratik p.
Teorema 1 .7:
1 2 −1)
2
Jika p suatu bilangan prima ganjil , maka (𝑝) = (−1)8(𝑝
Dengan kata lain, 2 adalah residu kuadratik dari semua bilangan prima berbentuk p = ±1
(mod 8) atau 2 adalah nonresidu dari semua prima berbentuk p = ±3 (mod 8).
Bukti :
Menurut lemma Gauss, jika k adalah banyaknya residu positif terkecil dari barisan
1 2
bilangan bulat 1, 2, 2, 2, 3, 2, …, ½(p-1) .2 yang lebih besar dari 2 𝑝, maka (𝑝) = (-1)k.
Karena semua suku dalam barisan tersebut kurang dari p, maka kita akan menentukan
banyaknya residu positif terkecil modulo p dari suku-suku barisan itu yang lebih besar dari
1
𝑝.
2
1 1
Bilangan bulat 2j dengan 1 ≤ j ≤ ½(p-1) akan lebih kecil dari 2 𝑝, apabila j ≤ 4 p.
1 1
Sehingga, ada sebanyak [4 𝑝] suku dari barisan tersebut yang kurang dari 2 p. Selanjutnya,
2 𝑝−1 𝑝
( ) = (−1) 2 − [4]
𝑝
𝑝−1 𝑝 1
− [4] ≡ (𝑝2 − 1)(𝑚𝑜𝑑 2)
2 8
9
𝑝2 − 1
Perhatikan ruas kanannya, yaitu .
8
Jika p ≡ ±1 (𝑚𝑜𝑑 8), maka p = 8k±1 dengan k suatu bilangan bulat, sehingga
Jika p ≡ ±3( 𝑚𝑜𝑑 8), maka p = 8k±3 dengan k suatu bilangan bulat, sehingga
𝑝−1 𝑝
Sekarang perhatikan ruas kirinya, yaitu − [4].
2
Jika p ≡ 1 ( 𝑚𝑜𝑑 8), maka p = 8k+1 dengan k suatu bilangan bulat, sehingga
𝑝−1 𝑝 1
− [4] = 4𝑘 − [2𝑘 + 4] = 2𝑘 ≡ 0 (mod 2).
2
Jika p ≡ 7 (𝑚𝑜𝑑 8), maka p = 8k+7 dengan k suatu bilangan bulat, sehingga
𝑝−1 𝑝 7
− [4] = 4𝑘 + 3 − [2𝑘 + 4] = 2𝑘 + 2 ≡ 0 (mod 2).
2
Jika p ≡ 3 (𝑚𝑜𝑑 8), maka p = 8k+3 dengan k suatu bilangan bulat, sehingga
𝑝−1 𝑝 3
− [4] = 4𝑘 + 1 − [2𝑘 + 4] = 2𝑘 + 1 ≡ 1 (mod 2).
2
Jika p ≡ 5 (𝑚𝑜𝑑 8), maka p = 8k+5 dengan k suatu bilangan bulat, sehingga
𝑝−1 𝑝 5
− [4] = 4𝑘 + 2 − [2𝑘 + 4] = 2𝑘 + 1 ≡ 1 (mod 2).
2
𝑝−1 𝑝 𝑝2 −1
Dengan membandingkan kelas-kelas kekongruenan modulo 2 dari − [4]. dan
2 8
untuk empat kemungkinan kelas kekongruenan dari p modulo 8 tersebut, maka disimpulkan
bahwa
𝑝−1 𝑝 1
− [4] ≡ 8 (𝑝2 − 1)(𝑚𝑜𝑑 2).
2
1 2 −1)
2
(𝑝) = (−1)8 (𝑝
10
𝑝2 −1
Memperhatikan perhitungan dari kelas-kelas kongruensi dari (𝑚𝑜𝑑 2) pada
8
2 2
pembuktian tersebut, kita memperoleh bahwa (𝑝) = 1, jika p≡ ±1(𝑚𝑜𝑑 8), sedangkan (𝑝) =
Teorema 1.8:
(𝑝−1)/2
𝑎 𝑗𝑎
( ) = (−1)𝑇(𝑎,𝑝) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇(𝑎, 𝑝) = ∑ [ ]
𝑝 𝑝
𝑗=1
Bukti:
1
Misalkan u1, u2, u3, …, uk adalah residu-residu positif terkecil yan lebih besar dari 2 𝑝 dari
𝑎, 2𝑎, 3𝑎, …, ½(p-1)a. Misalkan pula bahwa v1, v2, v3, …, vt adalah residu-residu positif terkecil
1
yang lebih kecil dari 2 𝑝 dari 𝑎, 2𝑎, 3𝑎, …, ½(p-1)a. Sesuai dengan algoritma pembagian
𝑗𝑎
Ja = p [ 𝑝 ] + sisa
Sisa ini sama dengan salah satu dari ui atau uj. Menjumlahkan ½(p-1) persamaan tersebut,
maka diperoleh
𝑝−1 𝑝−1
2 2 𝑘 𝑡
𝑗𝑎
∑ 𝑗𝑎 = ∑ 𝑝 [ ] + ∑ 𝑢𝑖 + ∑ 𝑣𝑗 … … … … (1)
𝑝
𝑗=1 𝑗=1 𝑖=1 𝑗=1
Seperti pada pembuktian lemma Gauss, bahwa barisan bilangan bulat p – u1, p – u2, p – u3, …,
p – uk, v1, v2, v3, …, vt sama dengan barisan bilangan bulat 1, 2, 3, …, ½(p-1) pada suatu urutan.
Sehingga penjumlahan dari semua bilangan bulat ini diperoleh
11
𝑝−1
2 𝑘 𝑡 𝑘 𝑡
∑ 𝑗 = ∑(𝑝 − 𝑢𝑗 ) + ∑ 𝑣𝑗 = 𝑝𝑠 − ∑ 𝑢𝑗 + ∑ 𝑣𝑗 … … … … (2)
𝑗=1 𝑗=1 𝑗=1 𝑗=1 𝑗=1
Apabila ruas-ruas dari (1) dikurangi ruas-ruas dari (2), maka diperoleh
(𝑝−1)
2
𝑗𝑎
𝐾𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑇(𝑎, 𝑝) = ∑ [ ]
𝑝
𝑗=1
𝑝−1
2 𝑘
(𝑎 − 1) ∑ 𝑗 = 𝑝 𝑇(𝑎, 𝑝) − 𝑝𝑠 + ∑ 𝑢𝑗
𝑗=1 𝑗=1
Karena a dan p bilangan ganjil, maka kesamaan ini dalam modulo 2 ditulis sebagai
0 ≡ 𝑇(𝑎, 𝑝) − 𝑠 (𝑚𝑑 2)
𝑇(𝑎, 𝑝) ≡ 𝑠 (𝑚𝑑 2)
𝑎
Menurut lemma Gauss (𝑝) = (−1)𝑠 . Dan karena (−1)𝑠 = (−1)𝑇(𝑎,𝑝) , maka
𝑎
(𝑝) = (−1)𝑇(𝑎,𝑝) .
Contoh 1.8:
2 2 2 2
1) (7) = (17) = (23) = (31) = 1.
2 2 2 2 2 2
2) (3) = (5) = (11) = (13) = (19) = (29) = −1
Setelah kita memahami sifat-sifat symbol Legendre dan beberapa teoremanya, maka
kita dapat menentukan nilai symbol Legendre.
12
Contoh 1.9:
1) Karena 317 ≡ 9 (𝑚𝑜𝑑 11) dan memperhatikan Teorema 10.4, maka
317 9 3 2
( 11 ) = (11) = (11) = 1.
89 −2 −1 2
(13) = ( 13 ) = ( 13 ) (13). Karena 13≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4) dan memperhatikan Teorema 10.5,
−1
maka ( 13 ) = 1. Karena 13 ≡ −3 (𝑚𝑜𝑑 8) dan memperhatikan Teorema 10.7, maka
2 89
(13) = −1. Jadi (13) = −1.
Dari Teorema Sisa Cina, terdapat empat solusi yang tidak kongruen dari
perkongruenan x2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑛). Empat solusi ini merupakan solusi tunggal modulo pq dari
empat system perkongruenan, yaitu :
𝑥 ≡ 𝑥1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) 𝑥 ≡ 𝑝 − 𝑥1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
(i) { } (ii) { }
𝑥 ≡ 𝑥2 (𝑚𝑜𝑑 𝑞) 𝑥 ≡ 𝑥2 (𝑚𝑜𝑑 𝑞)
𝑥 ≡ 𝑥1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) 𝑥 ≡ 𝑝 − 𝑥1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
(iii) { } (iv) { }
𝑥 ≡ 𝑞 − 𝑥2 (𝑚𝑜𝑑 𝑞) 𝑥 ≡ 𝑞 − 𝑥2 (𝑚𝑜𝑑 𝑞)
Misalnya solusi dari (i) dan (ii) berturut-turut adalah x dan y. Solusi dari (iii) dan (iv)
berturut-turut adalah n-y dan n-x.
13
𝑝−1 𝑞−1
𝑎 𝑎
diketahui bahwa 𝑎 2 = (𝑝) = 1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) dan 𝑎 2 = (𝑞 ) = 1 (𝑚𝑜𝑑 𝑞). (Ingat bahwa kita
Jadi,
Selanjutnya dengan menggunakan Teorema Sisa Cina, kita dapat menemukan empat
solusi dari x2 ≡ 𝑎 (𝑚𝑜𝑑 𝑝𝑞).
Contoh 1.10:
Karena 11021 = 103.107, maka untuk mendapatkan empat solusinya, kita menyelesaikan
perkongruenan-perkongruenan
103+1
𝑥 ≡ ±36 4 ≡ ±3626 ≡ ±6 (𝑚𝑜𝑑 103)
dan
107+1
𝑥 ≡ ±4 4 ≡ ±427 ≡ ±2 (𝑚𝑜𝑑 107)
Dengan menggunakan Teorema Sisa Cina diperoleh x ≡ ±212, ±109 (𝑚𝑜𝑑 11021)
yang merupakan solusi dari empat system perkongruenanyang dibentuk oleh empat
kemungkinan pilihan tanda dalam system perkongruenan
𝑝−1
Misalkan p suatu bilangan prima ganjil, maka suatu bilangan genap, bila
2
𝑝−1
p ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4) dan suatu bilangan ganjil, bila p ≡ 3 (𝑚𝑜𝑑 4). Sehingga, jika p dan q dua
2
14
𝑝−1 𝑞−1
adalah genap, jika p ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4) atau q ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4), dan
2 2
𝑝−1 𝑞−1
adalah genjil, jika p ≡ 3 (𝑚𝑜𝑑 4) atau q ≡ 3 (𝑚𝑜𝑑 4).
2 2
𝑝 𝑞
Karena nilai-nilai yang mungkin dari (𝑞 ) dan (𝑝) hanya ±1, maka
𝑞
( ) , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑝 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑞 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4)
𝑝 𝑝
( )={ 𝑞 }
𝑞 − ( ) , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑝 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑞 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4)
𝑝
𝑝 𝑞
(𝑞 ) = (𝑝) apabila 𝑝 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑞 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4), dan
𝑝 𝑞
(𝑞 ) = − (𝑝) apabila 𝑝 ≡ 3 (𝑚𝑜𝑑 4) 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑞 ≡ 3 (𝑚𝑜𝑑 4).
Contoh 1.11:
13 17
(17) = (13). Selanjutnya, sesuai dengan sifat symbol Legendre
17 4 22 13 17 13
(13) = (13) = (13) = 1. Dan karena (17) = (13), maka (17) = 1.
Contoh 1.12:
7 19
(19) = − ( 7 ). Selanjutnya, mengingat sifat symbol Legendre diperoleh
19 5 5 7 7 2
( 7 ) = (7). Karena 5 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4), maka (7) = (5). (5) = (5) = 1 (sesuai dengan Teorema
7
10.6). Jadi (19) = 1.
15
Contoh 1.13:
713
Tentukan nilai dari (1009) dengan 1009 suatu bilangan prima.
713 23 31
Karena 713 = 23. 31, maka (1009) = (1009) (1009). Selanjutnya, karena 1009 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4),
23 1009 31 1009
maka (1009) = ( ) 𝑑𝑎𝑛 (1009) = ( ).
23 31
1009 20 22 5 2 2 5 5
( ) = (23) = ( 23 ) = (23) (23) = (23). Karena
23
5 23 3 5 2 23
5 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4), maka (23) = ( 5 ) = (5) = (3) = (3) = −1. Jadi (1009) = −1.
1009 17 17 31 14 2.7 2 7
( ) = (31). Karena 7. 5 ≡ 1 (𝑚𝑜𝑑 4), maka (31) = (17) = (17) = ( 17 ) = (17) (17) =
31
7 17 3 7 1 31
(17) = ( 7 ) = (7) = − (3) = − (3) = −1. Jadi (1009) = −1.
713
Kesimpulan (1009) = (−1)(−1) = 1.
Contoh 1.14:
2 1
i. Karena F2 = 22 + 1 = 17 dan 32 (17−1) ≡ −1 (𝑚𝑜𝑑 𝑓𝑚 ), maka oleh tes Pepin
disimpulkan bahwa F2 = 17 adalah prima.
5 1 32 −1) 31
ii. Karena F5 = 22 + 1 = 4294967297 dan 32 (2 = 32 ≡ 32147483648 ≡
10324303 ≢ −1 (𝑚𝑜𝑑 𝑓𝑚 ), maka oleh tes Pepin disimpulkan bahwa F5 bukan
prima.
16