Anda di halaman 1dari 390

108 Praktik

Klaim
September 2019

oleh: afrianto budi


KUMPULAN
Soal-Jawaban Ujian LSPP AAMAI

K.651210.108.01:

Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim


dalam Bisnis Asuransi Umum

September 2012 s.d. Maret 2019


dan beberapa prediksi soal tambahan

Untuk persiapan menghadapi ujian September 2019

Disusun oleh:
Afrianto Budi Purnomo, SS, MM

Copyright © 2019 oleh www.AkademiAsuransi.org


Edisi 4, Cetakan ke-2 pada April 2019

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG


DILARANG MEMPERBANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH
ISI BUKU DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN TERTULIS
DARI PENYUSUN/PENERBIT
Kata Pengantar

Kata Pengantar

Mulai tahun 2014, Gelar profesi ujian Asuransi untuk gelar AAAIK dan AAIK sudah tidak
diselenggarakan lagi oleh Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI), namun
akan diadakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Profisiensi AAMAI (LSPP AAMAI).
Menanggapi hal tersebut, saya berusaha menyusun kembali Buku Kumpulan Soal –
Jawaban LSPP AAMAI 108 (atau dengan kode baru K.651210.108.01) yang bertopik
“Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum”
untuk ujian LSPP AAMAI.

Buku Kumpulan Soal Jawaban AAMAI 108: “Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian
Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum” disediakan khusus untuk persiapan ujian
LSPP AAMAI untuk ujian LSPP September 2019. Kumpulan Soal Jawaban ini diambil dari
buku The Chartered Insurance Insitute edisi terbaru dan juga dari soal-soal yang penulis
kumpulkan. Mohon maaf jika ada soal-soal AAMAI yang tidak dimasukkan karena saya
tidak memiliki soalnya. Meski demikian, saya memasukkan suplemen soal-jawab sebagai
prediksi atas beberapa perubahan pada kurikulum baru.

Meskipun buku Buku Kumpulan Soal Jawaban LSPP AAMAI 108: “Menerapkan Pengelolaan
dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum” merupakan panduan belajar
pribadi, sangat senang apabila kumpulan soal yang saya susun ini dapat bermanfaat
bagi teman-teman. Terimakasih untuk para pengguna website www.akademiasuransi.org
dan para pelanggan artikel harian yang bisa didapat dengan memasukkan email melalui
kotak pelanggan feed burner. Saya berharap bahwa website tersebut tidak hanya menjadi
2
website pribadi, melainkan berguna bagi masyarakat banyak. Buku ini diterbitkan untuk
memperkaya konten www.akademiasuransi.org sebagai media belajar asuransi online
terbesar di dunia.

Terimakasih untuk sumbangan materi dan juga semangat untuk penerbitan buku ini,
terutama untuk keluargaku yang senantiasa mendoakan dan menyemangati. Kebaikan
Anda sangat bermanfaat untuk pengembangan website www.akademiasuransi.org dan
buku-buku yang akan terus diterbitkan satu demi satu. Segala kritik dan saran sungguh
saya harapkan.

Jakarta, 1 April 2019


Salam,
Afrianto Budi Purnomo, SS MM

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Daftar Isi

Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................ 2

Daftar Isi ........................................................................................................................... 3

BAB I: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi ............................................................. 4

BAB II: Menentukan Keberadaan Jaminan ....................................................................... 21

BAB III: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum ..................................................................... 53

BAB IV: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim ............................................................. 72

BAB V: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity ............................................................. 92

BAB VI: Sumber Tanggungjawab Sipil ............................................................................ 111

BAB VII: Pembelaan Umum dan Pembatasan ............................................................... 143

BAB VIII: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga ........................................................... 153

BAB IX: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif ................................................. 172

BAB X: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perseliihan ...................... 19 3


Soal LSPP AAMAI, Maret 2019 ........................................................................................ 208
Lampiran-lampiran ......................................................................................................... 211
Lampiran 1 - POLIS STANDAR ASURANSI KEBAKARAN INDONESIA

Lampiran 2 - PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI: Badan Mediasi dan Arbitrase


Asuransi Indonesia (BMAI)

Lampiran 3 - POJK No. 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN


SEKTOR JASA KEUANGAN

Lampiran 4 - POJK No. 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN


PEMASARAN PRODUK ASURANSI

Lampiran 5 - SE OJK No. 3/SEOJK.05/2015 TENTANG PENILAIAN TINGKAT


RISIKO PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

Lampiran 6 - POJK No. 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF


PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

1.1. Berkaitan dengan regulasi di Inggris, jelaskan 4 (empat) tujuan Financial Services
Authority yang ditetapkan oleh FSMA

Jawaban:
FSMA 2000 memberikan 4 tujuan utama FSA:
• Menjaga kepercayaan dalam sistem keuangan Inggris
Ini dicapai dengan mengawasi dan memonitor perusahaan dan transaksi, antara
meyakinkan bahwa mereka beropeasi secara benar dan juga bahwa mereka telah
memiliki modal yang cukup untuk memenuhi janji-janji finansial. Kita melihat akibat
kehilangan kepercayaan dalam instutusi keuangan dalam peritiwa munculnya
nasionalisasi atas Northern Rock Building Society di Februari 2008 dan kekacauan
dalam pasar keuangan yang mengikutinya pada tahun 2008 dan 2009. Sebuah
perusaan asuransi tentu memiliki janji untuk membayar dan tentunya stabilitas dan
kualitas keuangan yang ada di belakang janji-janji itu adalah kuncinya.
• Memperkenalkan pemahaman publik tentang sistem keuangan & Berkontribusi
pada Stabilitas Keuangan di Inggris
Tujuan FSA adalah untuk berkontribusi dalam perlindungan dan peningkatan
stabilitas dalam sistem keuangan di Inggris.

4
• Mengamankan derajat perlindungan konsumen
Perlindungan publik adalah aspek utama dalam tanggungjawab FSA. Karenanya,
hal itu mengawali pemeriksaan perusahaan dan individual (memeriksa kejujuran,
kompetensi, dan kesehatan keuangan) dan, sekali suatu bisnis aktif, FSA memonitor
pemeliharaan sesuai dengan standar yang didefinisikan secara memadai. Jika
ada masalah serius yang muncul, FSA akan menginvestigasi, dan jika memadai,
menegakkan disipin atau tuntutan tanggungjawab dalam melakukan bisnis di luar
peraturan. Ada kekuatan untuk mengembalikan dana ke konsumen.

• Membantu mengurangi kriminal finansia


Ini merupakan topik yang sangat luas dan ada area spesifik atas apa yang telah
FSA pilih untuk memfokuskan perhatiannya, yaitu:
• Pencucian uang
• Penipuan dan ketidakjujuran
• Kejahatan pasar kriminal (misal: insider dealing)

1.2. Berkaitan dengan regulasi berbasis prinsip, uraikan 11 (sebelas) prinsip Financial
Services Authority (FSA) mengenai praktik bisnis yang baik yang harus ada dalam
suatu perusahaan.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

Jawaban:
1. Suatu perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan penuh integritas
2. Suatu perusahaan harus menjalankan bisnisnya dengan kemampuan,
perhatian, dan ketekunan
3. Suatu perusahaan harus berrtanggungjawab untuk mengatur dan mengontrol
segala urusannya secara efektif dan bertanggungjawab dengan sistem risk
manajemen yang mencukupi
4. Suatu perusahaan harus menjaga sumber daya keuangan yang mencukupi
5. Suatu perusahaan harus mengamati standar yang layak dalam menjalankan
pasar
6. Suatu perusahaan harus tetap memperhatikan kepentingan konsumennya
dan memperlakukan mereka secara adil
7. Suatu perusahaan harus tetap memperhatikan informasi yang dibutuhkan
oleh klien dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada mereka dalam
cara yang jelas, adil, dan tidak menyesatkan
8. Suatu perusahaan harus mengelola konflik kepentingan secara adil, antara
perusahaan itu sendiri dan konsumennya maupun antara seorang konsumen
dengan klien yang lain
9. Suatu perusahaan harus memberi perhatian yang masuk akal dalam
memastikan kesesuaian dari nasihat dan pertimbangan keputusan untuk
setiap konsumen yang berhak mengandalkan pertimbangannya
10. Suatu perusahaan harus mengatur perlindungan yang memadai untuk aset
yang dimiliki oleh klien ketika perlindungan itu bertanggungjawab untuk
mereka 5
11. Suatu perusahaan harus berurusan dengan regulator dalam cara yang
kooperatif dan terbuka dan harus memberitahukan kepada FSA secara tepat
atas apapun yang berkaitan dengan perusahaan yang diharapkan dapat
dilaporkan kepada FSA sebagai suatu pemberitahuan

1.3. Uraikan mengapa dalam penanganan klaim, tidak hanya pengetahuan mengenai
regulasi di negara di mana polis dikeluarkan tapi juga harus mengetahui regulasi
negara lain (Mar 2013, No. 1).

Jawaban:
Penanggung dapat mengunderwrite bisnis di yurisdiksi seluruh dunia. Jika
perusahaan asuransi hadir di pasar lokal, kadang-kadang berhubungan dengan
klaim yang berasal dari risiko internasional yang secara lokal akan risiko. Hal ini
lebih mungkin, bagaimanapun, bahwa klaim adjuster yang berbasis di Indonesia
diperlukan untuk menangani klaim internasional. Dalam situasi itu sangat penting
bahwa manajemen departemen klaim telah menetapkan apakah aturan lokal
tertentu mungkin berlaku untuk klaim tersebut dan, jika demikian, telah memastikan
bahwa adjuster klaim ada untuk menangani klaim-klaim tersebut secara tepat. Hal
ini juga penting untuk dicatat bahwa aturan lokal juga akan berlaku untuk setiap
outsource atau administrator pihak ketiga yang berurusan dengan klaim atas nama
suatu perusahaan asuransi. Biasanya, tanggung jawab untuk memastikan bahwa
agen outsourcing yang dengan aturan-aturan akan bertumpu pada perusahaan

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

asuransi sebagai penanggung.

Claim handler perlu menyadari lingkungan regulasi yang menunjukkan parameter


bagaimana setiap klaim harus ditangani. Claim handler yang ada di Indonesia akan
secara natural perlu lebih menyadari lingkungan hukum Indonesia. Demikian pula
dalam ekonomi global ini, klaim mungkin dapat muncul di mana pun di dunia dan
claim handler akan perlu yakin bahwa penanganan klaim mereka sesuai dengan
aturan yang ada di negara tersebut juga.
Claim handler harus mengidentifikasi wilayah geografis yang berkaitan dengan
aturan tertentu yang spesifik, untuk memberikan wawasan mengenai peraturan yang
berbeda ditemukan di luar Indonesia. Jika Anda menemukan klaim internasional
di tempat kerja Anda, Anda harus, bagaimanapun, selalu yakin atas kemungkinan
bahwa mungkin ada aturan khusus yang mengatur pelaksanaan klaim. Anda harus
memastikan bahwa Anda menyadari posisi up-to-date skema pengaturan di luar
Indonesia sering berubah seperti yang mereka lakukan di Indonesia.

1.4. Dalam polis terdapat bagian yang mengatur mengenai hukum dan jurisdiksi yang
diberlakukan untuk polis tersebut (governing law). Uraikan maksud bagian ini
berkaitan dengan kliam pihak ketiga (Mar 2013, No. 3).

Jawaban:
Claim handler perlu menyadari lingkungan regulasi yang menunjukkan parameter
bagaimana setiap klaim harus ditangani. Claim handler yang ada di Indonesia akan
secara natural perlu lebih menyadari lingkungan hukum Indonesia. Demikian pula
6
dalam ekonomi global ini, klaim mungkin dapat muncul di mana pun di dunia dan
claim handler akan perlu yakin bahwa penanganan klaim mereka sesuai dengan
aturan yang ada di negara tersebut juga.
Claim handler harus mengidentifikasi wilayah geografis yang berkaitan dengan
aturan tertentu yang spesifik, untuk memberikan wawasan mengenai peraturan yang
berbeda ditemukan di luar Indonesia. Jika Anda menemukan klaim internasional
di tempat kerja Anda, Anda harus, bagaimanapun, selalu yakin atas kemungkinan
bahwa mungkin ada aturan khusus yang mengatur pelaksanaan klaim. Anda harus
memastikan bahwa Anda menyadari posisi up-to-date skema pengaturan di luar
Indonesia sering berubah seperti yang mereka lakukan di Indonesia.
Memahami governing law ini sangat penting dalam klaim pihak ketiga di mana dapat
terjadi bahwa pihak ketiga tidak berasal dari negara yang sama dengan negara
penerbit polis. Wawasan mengenai peraturan di negara lain amat penting untuk
menangani klaim tersebut.

1.5. Dalam kaitannya dengan praktek bisnis yang baik (good business practice),
uraikan 3 (tiga) prinsip utama di mana tingkat standar pelayanannya harus tetap
dipertahankan oleh personil yang bertanggungjawab dalam penanganan klaim (Mar
2013, No. 7).

Jawaban:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

- Melaksanakan bisnis dengan integritas, ketrampilan, perhatian, ketekunan (Prinsip


1 dan 2)
- Memperlakukan konsumen secara adil (Prinsip 2,6,7, 8, dan 9); dan
- Training dan kompetensi (Prinsip 2)

1.6. Berkaitan dengan prinsip FSA bagi konsumen, uraikan 6 (enam) penjabaran dari
treating customer fairly (TCF)

Jawaban:
1. Konsumen dapat yakin bahwa mereka berhadapan dengan perusahaan di
mana memperlakukan pelanggan secara adil adalah pusat budaya perusahaan.
2. Produk dan jasa yang dipasarkan dan dijual di pasar ritel dirancang untuk
memenuhi kebutuhan dari kelompok konsumen yang diidentifikasi dan
ditargetkan dengan sesuai.
3. Konsumen diberikan informasi yang jelas dan tetap diinformasikan secara tepat
sebelum, selama, dan setelah titik penjualan.
4. Dimana konsumen menerima saran, nasihat ini cocok dan memperhitungkan
keadaan mereka.
5. Konsumen disediakan dengan produk yang tampil sebagai tindakan perusahaan
dalam menjawab harapan konsumen, dan layanan yang terkait standar yang
dapat diterima dan juga yang telah mereka harapkan. 7
6. Konsumen tidak menghadapi hambatan purnajual yang dipaksakan secara tidak
masuk akal oleh perusahaan untuk mengubah produk, mengubah provider,
mengajukan klaim atau membuat suatu komplain.

1.7. Berkaitan dengan Insurance: Conduct of Business Sourcebook (ICOBS), uraikan 4


(empat) kewajiban perusahaan asuransi umum dalam penanganan klaim.

Jawaban:
(1) menangani klaim dengan segera dan adil;
(2) memberikan arahan yang wajar untuk membantu pemegang polis melakukan
klaim dan informasi yang sesuai dengan progressnya;
(3) tidak tanpa alasan dalam menolak klaim (termasuk dengan mengakhiri atau
mengabaikan suatu polis); dan
(4) menyelesaikan klaim segera setelah hal penyelesaian disepakati.

1.8. Uraikan perbedaan penting antara konsumen dan pelanggan komersial di bawah
ICOBS.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

Jawaban:
Konsumen adalah setiap orang pribadi yang bertindak untuk tujuan yang berada di
luar perdagangan dan profesi mereka.
Pelanggan komersial adalah pelanggan yang bukan konsumen.

Jika itu tidak jelas ke mana definisi pemegang polis tersebut dijatuhkan, maka
mereka harus diperlakukan sebagai konsumen. Pendekatan ini sedikit berbeda
dengan definisi konsumen sebelum ICO

1.9. Insurance: Conduct of Business Sourcebook (ICOBS) 8.1.1 berbicara mengenai


penanganan klaim secara adil dan tidak menolak klaim secara tidak masuk
akal. Jelaskan prinsip ‘adil’ dan ‘masuk akal’ tersebut dalam kaitannya dengan
penanganan klaim.

Jawaban:
FSA menekankan bahwa pemegang polis adalah konsumen. Kecuali jika ada
penipuan, jika pelanggan adalah konsumen maka perusahaan asuransi tidak
dapat mengandalkan poin cakupan polis tertentu untuk menolak klaim. Jika
ada non-disclosure oleh konsumen atas suatu fakta material, dan itu adalah
salah satu alasan bahwa pelanggan tidak akan pernah cukup diharapkan untuk
mengungkapkan fakta itu, maka klaim tidak dapat ditolak. Jika ada kelalaian atau 8
kekeliruan dari fakta material untuk risiko, maka lagi-lagi perusahaan asuransi tidak
dapat menggunakannya sebagai dasar untuk menolak klaim. Dan akhirnya, jika ada
pelanggaran kondisi polis (warranty atau condition) maka perusahaan asuransi tidak
bisa menggunaannya untuk menolak klaim, kecuali klaim tersebut berhubungan
langsung dengan pelanggaran itu.

Ini pelunakan aturan untuk klaim bagi konsumen yang mencerminkan pendekatan
yang diambil dalam situasi seperti oleh Dinas Ombudsman Keuangan (FOS).

1.10. Berkaitan dengan prinsip ke-2 FSA tentang cara perusahaan asuransi melakukan
bisnis, jelaskan:
a. Peran Pelatihan dan Kompetensi (Training and Competence - TC)
b. Kewajiban perusahaan dalam hal Pelatihan dan Kompetensi (Training and
Competence - TC)

Jawaban:
a. Peran Pelatihan dan Kompetensi (Training and Competence - TC)
Pasar semakin menyadari bahwa kualitas layanan klaim yang disediakan oleh
perusahaan asuransi adalah pembeda utama dan, memang, berpengaruh
pada titik penjualan yang positif. Ada langkah yang pasti dalam pasar asuransi

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

terhadap profesionalisme claim handler. Mempekerjakan petugas klaim yang


kompeten, terlatih dan profesional dapat membantu dalam pencapaian tujuan
perusahaan.

b. Kewajiban perusahaan dalam hal Pelatihan dan Kompetensi (Training and


Competence - TC)
Di bawah TC, sebuah perusahaan resmi harus memastikan bahwa:
1. karyawannya kompeten;
2. karyawannya tetap kompeten untuk pekerjaan yang mereka lakukan;
3. karyawannya secara tepat diawasi;
4. kompetensi karyawannya secara teratur diperiksa; dan
5. tingkat kompetensi sesuai dengan sifat bisnis
Oleh karena itu, claim handler harus dilatih dengan baik dan tingkat pelatihan
harus dipertahankan. Yang paling penting, perusahaan asuransi harus mampu
menunjukkan bahwa mereka memenuhi persyaratan itu. FSA mengatakan
bahwa jika menemukan pelanggaran di perusahaan itu, tidak akan ada tindakan
spesifik yang diambil atasnya, tapi sebaliknya akan melihat ini sebagai bukti
dari masalah yang lebih luas dan lebih serius pada manajemen yang tidak
memadai.

1.11. Berkaitan dengan ketentuan Insurance: Conduct of Business Sourcebook (ICOBS),


uraikan peraturan mengenai outsourcing dan administrator pihak ketiga dalam
9
penanganan klaim.

Jawaban:
Banyak perusahaan asuransi sekarang memilih untuk melakukan outsourcing untuk
beberapa atau semua claim handler mereka sebagai penyedia layanan klaim, baik
di Inggris maupun di luar negeri. Agen outsourcing ini (kadang-kadang disebut
administrator pihak ketiga (TPA) atau pengelola agen umum (MGAs)) sering akan
diberikan delegasi/wewenang untuk menangani klaim asuransi dalam batas keuangan
tertentu atau dalam parameter yang diberikan. Tingkat kewenangan didelegasikan
bervariasi antara asuransi. Penelitian FSA menunjukkan, bagaimanapun, bahwa
banyak keluhan dari pelanggan tentang layanan klaim yang buruk yang berhubungan
dengan yang disediakan di bawah pengaturan outsourcing. Hal ini sangat penting
untuk menyadari bahwa di bawah ICOBS perusahaan asuransi tetap bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa penanganan klaim memenuhi standar ICOBS,
bahkan jika telah menggunakan tenaga klaim outsourcing.
ICOBS 2.5.3 meliputi ketentuan ini:
Namun, perusahaan tidak bisa mendelegasikan tanggung jawabnya di
bawah sistem regulasi. Sebagai contoh, di mana aturan membebankan
kewajiban mutlak (seperti persyaratan untuk perusahaan asuransi untuk
menangani klaim dengan cepat dan adil) meskipun suatu perusahaan bisa
menggunakan pengaturan outsourcing untuk memenuhi kewajibannya, itu
tetap tanggung jawab pengaturan untuk mencapai hasil yang diperlukan.
Demikian pula, kewajiban asuransi untuk memastikan bahwa pelanggan
diperlakukan dengan adil, meluas ke pelanggan yang berurusan dengan agen

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

outsourcing penanggung.
Hal ini jelas bahwa harus ada pengawasan tingkat tinggi bagi agen outsourcing.
Kinerja mereka harus ditinjau berdasarkan standar pelayanan yang ditetapkan dan
disepakati dan ini, pada gilirannya, harus diatur sedemikian rupa sehingga prinsip
memperlakukan pelanggan dengan adil berjalan pula melalui mereka. Panduan
FSA menunjukkan bahwa proses pada Penanggung harus merangkul audit reguler
agen outsourcing. Penanggung juga harus memastikan bahwa personil klaim yang
berasal dari agen outsourcing terlatih dengan baik dan menyadari kewajiban ICOBS
dan TCF mereka.

1.12. Berkaitan dengan ketentuan Insurance: Conduct of Business Sourcebook (ICOBS),


uraikan 4 (empat) ketentuan ICOBS yang berkaitan dengan pengelolaan konfik
kepentingan.

Jawaban:
(1) Prinsip 8 menuntut suatu perusahaan untuk mengelola konflik kepentingan
secara adil.
(2) Pada umumnya, ini berarti bahwa sebuah perusahaan yang menangani
klaim harusnya tidak menempatkan dirinya sendiri dalam posisi di mana
kepentingannya sendiri, atau tugasnya kepada siapa pun untuk siapa
ia bertindak, konflik dengan tugasnya bagi pelanggan. Jika ada konflik
kepentingan tersebut, itu harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
pelanggan.
(3) Jika suatu perusahaan bertindak bagi pelanggan dalam menyusun polis,
10
ia seperti menjadi agen dari pelanggan (dan bagi setiap pemegang polis
lainnya). Jika suatu perusahaan bermaksud untuk menjadi agen asuransi
dalam kaitannya dengan klaim, perlu untuk menyadari risiko menjadi tidak
dapat bertindak tanpa melanggar tugasnya baik sebagai perusahaan asuransi
maupun sebagai konsumen dalam membuat klaim. Hal ini juga harus
diinformasikan terlebih dahulu kepada pelanggan mengenai niatnya itu.
(4) Sebuah perusahaan harus mempertimbangkan apakah mungkin untuk
mengelola konflik seperti itu melalui pengungkapan (disclosure) dan
persetujuan (consent). Sebuah contoh di mana ini tidak memadai adalah di
mana perusahaan tahu baik bahwa pelanggan akan menerima ganti rugi yang
kecil untuk mendapatkan pembayaran yang cepat, maupun bahwa usaha
asuransi bersedia menerima jumlah yang lebih tinggi.

1.13. Terdapat pendekatan yang berbeda dalam menangani klaim nasabah yang
diklasifikasi sebagai nasabah retail (consumer) dan komersial terutama dalam hal
penolakan klaim (Mar 2013, No. 10)
a. Uraikan perbedaan antara nasabah retail dan komersil
b. uraikan prinsip penolakan klaim bagi nasabah retail bila terjadi non disclosure
atau pelanggaran kondisi polis

Jawaban:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

a. Uraikan perbedaan antara nasabah retail dan komersil


Nasabah retail adalah setiap orang pribadi yang bertindak untuk tujuan
yang berada di luar perdagangan dan profesi mereka. Pelanggan komersial
adalah pelanggan yang bukan konsumen. Jika itu tidak jelas ke mana definisi
pemegang polis tersebut dijatuhkan, maka mereka harus diperlakukan
sebagai konsumen.

b. uraikan prinsip penolakan klaim bagi nasabah retail bila terjadi non disclosure
atau pelanggaran kondisi polis:
(1) tidak mengungkapkan fakta material atas risiko di mana pemegang polis
diharapkan untuk mengungkapkannya; atau
(2) ketidak kelalaian atau kekeliruan (misrepresentasi) atas fakta material
pada risiko; atau
(3) pelanggaran warranty atau kondisi polis kecuali keadaan klaim yang
berhubungan dengan ke pelanggaran

1.14. Dalam kaitannya dengan pinsip-prinsip FSA, jelaskan pengertian ‘regulatory divident’

Jawaban:
Seperti yang telah kita pelajari, FSA melandaskan peraturannya pada penilaian
risiko bahwa setiap orang tertentu yang disetujui, badan atau praktik pasar berusaha
untuk menunjukkan bahwa mereka bergerak pada pencapaian sesuai dengan
11
tujuan hukum. Hal ini memungkinkan FSA untuk memfokuskan perhatian dan
sumber daya yang terbatas pada entitas yang paling mungkin untuk mengancam
pencapaian tujuan-tujuannya. Jadi ada ‘Regulatory Dividend’ bagi perusahaan yang
mampu menunjukkan kepatuhan dengan aturan FSA dan dengan demikian mereka
dianggap sebagai perusahaan berisiko rendah. Apa yang dimaksud ini adalah
bahwa ada tingkat yang lebih rendah dari intervensi dan perhatian dari regulator
bagi perusahaan-perusahaan yang taat.
FSA mengatakan:
Kami percaya bahwa menyediakan perusahaan dengan fleksibilitas untuk
memutuskan lebih sering untuk diri mereka sendiri mengenai apa proses bisnis
dan kontrol yang harus dijalankan akan lebih baik dengan menyelaraskan
peraturan yang baik dengan praktek bisnis yang baik. Kami juga percaya bahwa
perusahaan yang serius berkomitmen untuk seperangkat prinsip berbasis hasil
berada dalam posisi terbaik untuk menilai detail dari bagaimana cara terbaik
untuk memberikan hasil positif di pasar.

Dengan mengambil pendekatan ini, kita menciptakan insentif bagi perusahaan untuk
fokus pada kepatuhan dengan imbalan Regulatory Dividend - yaitu pengurangan
intervensi atas peraturan.
Pendekatan ini muncul melalui inisiatif TCF. Ketika berbicara tentang batas waktu
TCF pada Desember 2008 FSA mengatakan:
Untuk perusahaan-perusahaan yang menuju ke tantangan, di mana manajemen
senior mendorong perubahan dalam empat belas bulan ke depan, akan ada
regulatory dividend. Supervisor memiliki sedikit alasan untuk mengajukan
pertanyaan lebih lanjut rinci jika Anda menghasilkan, dan menggunakan,

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

langkah-langkah yang dibangun dari kinerja Anda dan mereka menunjukkan


sebuah cerita yang kuat. Untuk perusahaan-perusahaan yang kehilangan
batas waktu dan jatuh untuk mengambil kewajiban mereka yang serius, pesan
kita benar-benar jelas - Anda akan menghadapi intervensi lebih atas regulasi.

Akibatnya, suatu perusahaan yang memastikan diri bahwa mereka patuh terhadap
aturan FSA akan mendapatkan manfaat dari regulasi sentuhan ringan (light touch)’.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sikap ini dapat berubah mengikuti krisis
keuangan pada paruh kedua tahun 2008 dan awal 2009. Rencana waktu itu adalah
bahwa FSA akan digantikan oleh dua regulator baru: Prudential Regulation Authority
dan the Financial Conduct Authority. Apakah ini regulator baru memutuskan untuk
beralih dari pendekatan FSA bagi asuransi, sebaik bagi lembaga perbankan,
hanya akan menjadi intime yang jelas. Publikasi pasar akan tetap up to date pada
perkembangan.
FSA tidak memiliki penyelesaian atas berbagai pilihan mengenai penegakan
hukum dan disiplin, mulai dari kecaman publik melalui penuntutan dan hukuman
keuangan. Anda akan telah mendapatkan pembahasannya secara rinci dalam studi
sebelumnya jadi kami tidak akan menyebutkannya lagi di sini. Namun, sudah ada
contoh profil tinggi terbaru dari kesediaan FSA untuk menggunakan orang-orang
pilihan dan kita akan melihat ini di sini.
Namun tekanan dari regulasi FSA lebih berupa ‘pencegahan bukannya
menyembuhkan’. Dengan kata lain yang dikutip sebelumnya, Direktur Penegakan
Hukum dari FSA melanjutkan dengan mengatakan:
FSA bukanlah regulator pemimpin penegakan hukum. Penegakan adalah salah
satu dari berbagai alat yang tersedia untuk menangani perilaku non-compliant,
tetapi bukan yang paling banyak digunakan. Hal ini digunakan secara selektif dan
strategis sebagai bagian dari strategi berbasis risiko secara keseluruhan dalam 12
starategi pengawasan dan dalam mendukung tujuan FSA ini.

1.15. Terkait dengan regulasi, jelaskan ketentuan mengenai mekanisme dan tatalaksana
pelayanan dan penyelesaian pengaduan nasabah yang harus dilaksanakan
perusahaan asuransi sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/
POJK.07/2013 Pasal 32-39 (Apr 2015, No. 9; Sept 2018, No. 14; Mar 2019, No. 11).

Jawaban:
Pasal 32
(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memiliki dan melaksanakan mekanisme
pelayanan dan penyelesaian pengaduan bagi Konsumen.
(2) Mekanisme pelayanan dan penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib diberitahukan kepada Konsumen.

Pasal 33
Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang mengenakan biaya apapun kepada
Konsumen atas pengajuan pengaduan.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

Pasal 34
(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib melaporkan secara berkala adanya
pengaduan Konsumen dan tindak lanjut pelayanan dan penyelesaian pengaduan
Konsumen dimaksud kepada Otoritas Jasa Keuangan, dalam hal ini Kepala Eksekutif
yang melakukan pengawasan atas kegiatan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat pada
tanggal 10 (sepuluh) setiap 3 (tiga) bulan. Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada
hari libur, maka penyampaian laporan dimaksud dilakukan pada hari kerja pertama
setelah hari libur dimaksud.
Pasal 35
(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib segera menindaklanjuti dan menyelesaikan
pengaduan paling lambat 20 hari kerja setelah tanggal penerimaan pengaduan.
(2) Dalam hal terdapat kondisi tertentu, Pelaku Usaha Jasa Keuangan dapat
memperpanjang jangka waktu sampai dengan paling lama 20 hari kerja berikutnya.
(3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:
a. kantor Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang menerima pengaduan tidak sama
dengan kantor Pelaku Usaha Jasa Keuangan tempat terjadinya permasalahan yang
diadukan dan terdapat kendala komunikasi di antara kedua kantor Pelaku Usaha
Jasa Keuangan tersebut;
b. transaksi keuangan yang diadukan oleh Konsumen memerlukan penelitian
khusus terhadap dokumen-dokumen Pelaku Usaha Jasa Keuangan; dan/atau
c. terdapat hal-hal lain di luar kendali Pelaku Usaha Jasa Keuangan seperti adanya
keterlibatan pihak ketiga di luar Pelaku Usaha Jasa Keuangan dalam transaksi
keuangan yang dilakukan oleh Konsumen. 13
(4) Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) wajib diberitahukan secara tertulis kepada Konsumen yang mengajukan
pengaduan sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir.

Pasal 38
Setelah menerima pengaduan Konsumen, Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib
melakukan:
a. pemeriksaan internal atas pengaduan secara kompeten, benar, dan obyektif;
b. melakukan analisis untuk memastikan kebenaran pengaduan; dan
c. menyampaikan pernyataan maaf dan menawarkan ganti rugi (redress/remedy)
atau perbaikan produk dan atau layanan, jika pengaduan Konsumen benar.

Pasal 39
(1) Dalam hal tidak mencapai kesepakatan penyelesaian pengaduan, Konsumen
dapat melakukan penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau melalui pengadilan.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui lembaga alternatif penyelesaian sengketa.
(3) Dalam hal penyelesaian sengketa tidak dilakukan melalui lembaga alternatif
penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Konsumen dapat
menyampaikan permohonan kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk memfasilitasi
penyelesaian pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Pelaku Usaha

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

Jasa Keuangan.

1.16. Terkait dengan regulasi Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.05/2015 tanggal 29
Januari 2015 tentang Penilaian Tingkat Risiko Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi, uraikan 9 (sembilan) topik yang dinilai dalam aspek manajemen dan
pengendalian dari risiko asuransi khususnya untuk bagian klaim. (Mar 2016, No. 9).

Jawaban:
Topik yang dinilai dalam manajemen dan pengendalian dari risiko asuransi
adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman direksi atau yang setara
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pemahaman atas risiko asuransi dan
pemantauan risiko asuransi.
2) Desain produk
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kebijakan dan prosedur untuk
pengembangan produk, lini usaha/jenis produk, proses persetujuan produk,
penilaian risiko produk, modifikasi produk, ketentuan polis (policy-wording), dan
persyaratan reasuransi.
3) Penetapan Premi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kebijakan dan prosedur penetapan
premi, asumsi aktuaria, estimasi klaim (biaya klaim), tingkat keuntungan/kerugian,
tujuan dan hasil investasi, reasuransi,dan reviu tarif premi.
14
4) Underwriting
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain struktur fungsi underwriting, infrastruktur
underwriting, prosedur dan proses underwriting, produk asuransi kumpulan,
pendelegasian wewenang, kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur, monitoring
portofolio, kualitas data, pertimbangan reasuransi dalam proses underwriting, dan
pelatihan.
5) Valuasi liabilitas
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain laporan valuasi liabilitas, laporan
kondisi keuangan, dan integritas data.
6) Reasuransi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain struktur program reasuransi, struktur
fungsi reasuransi, pengelolaan reasuransi, dokumentasi reasuransi, financial
reinsurance, dan perusahaan reasuransi yang menjadi rekanan.
7) Klaim
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain struktur fungsi penanganan klaim,
kebijakan dan prosedur klaim, proses penanganan klaim, sumber daya manusia,
sistem dan kualitas data, pemantauan portofolio, dan reasuransi.
8) Distribusi produk
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pemilihan jenis jalur distribusi, sistem
pemasaran dan e-business, perjanjian kerjasama, konflik jalur distribusi, struktur
komisi, dan mis-selling.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

9) Reviu oleh Pihak Independen


Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pendapat auditor internal dan/atau
eksternal dan pengawasan fungsi manajemen risiko.

1.17. Terkait dengan regulasi sesuai POJK No. 23/POJK.05/2015 tanggal 24 Nopember
2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi, uraikan 4 (empat)
ketentuan mengenai proses penyelesaian klaim yang harus dimasukkan dalam
Polis Asuransi. (Mar 2016, No. 11).

Jawaban:
Pasal 11 huruf l, m, n, o sebagai berikut:
l. syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti pendukung yang relevan
dan diperlukan dalam pengajuan klaim;
m. tata cara penyelesaian dan pembayaran klaim;
n. klausula penyelesaian perselisihan yang antara lain memuat mekanisme
penyelesaian di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan dan pemilihan
tempat kedudukan penyelesaian perselisihan; dan
o. bahasa yang dijadikan acuan dalam hal terjadi sengketa atau beda pendapat,
untuk Polis Asuransi yang dicetak dalam 2 (dua) bahasa atau lebih.

15
1.18. Uraikan ketentuan umum terkait kurs yang digunakan untuk polis asuransi dengan
mata uang asing bila pembayaran manfaat dikaitkan dengan mata uang rupiah
sesuai POJK no. 23/POJK.05/2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran
Produk Asuransi tanggal 24 November 2015. (Sept 2018, No. 4).

Jawaban:
Polis Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b harus memuat
ketentuan paling sedikit mengenai ... (e) kurs yang digunakan untuk Polis Asuransi
dengan mata uang asing apabila pembayaran Premi atau Kontribusi dan manfaat
dikaitkan dengan mata uang rupiah;
Ketentuan mengenai kurs yang digunakan untuk Polis Asuransi dengan mata uang
asing harus berupa kurs ekuivalen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada saat
pembayaran.
Kurs ekuivalen tersebut harus menghasilkan sejumlah mata uang asing yang
seharusnya diterima oleh penerima pembayaran tersebut jika pembayaran dilakukan
dengan mata uang asing dimaksud.

1.19. Uraikan 9 (sembilan) ketentuan umum yang wajib dimuat dalam Polis Asuransi
dengan mata uang asing sesuai POJK no 23/POJK.05/2015 tentang Produk
Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi tanggal 24 November 2015. (Sept 2018,
No. 11).

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

Jawaban:
a. saat berlakunya pertanggungan;
b. uraian manfaat yang diperjanjikan;
c. cara pembayaran Premi atau Kontribusi;
d. tenggang waktu (grace period) pembayaran Premi atau Kontribusi;
e. kurs yang digunakan untuk Polis Asuransi dengan mata uang asing apabila
pembayaran Premi atau Kontribusi dan manfaat dikaitkan dengan mata uang
rupiah;
f. waktu yang diakui sebagai saat diterimanya pembayaran Premi atau
Kontribusi;
g. kebijakan Perusahaan yang ditetapkan apabila pembayaran Premi atau
Kontribusi dilakukan melewati tenggang waktu yang disepakati;
h. periode pada saat Perusahaan tidak dapat meninjau ulang keabsahan kontrak
asuransi (incontestable period) pada Produk Asuransi jangka panjang;
i. tabel nilai tunai, bagi Produk Asuransi yang dipasarkan oleh Perusahaan
Asuransi Jiwa yang mengandung nilai tunai;
j. perhitungan dividen Polis Asuransi atau yang sejenis, bagi Produk Asuransi
yang dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa yang menjanjikan dividen
Polis Asuransi atau yang sejenis;
k. klausula penghentian pertanggungan, baik dari Perusahaan maupun
dari pemegang polis, tertanggung, atau peserta, termasuk syarat dan
penyebabnya;
16
l. syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti pendukung yang
relevan dan diperlukan dalam pengajuan klaim;
m. tata cara penyelesaian dan pembayaran klaim;
n. klausula penyelesaian perselisihan yang antara lain memuat mekanisme
penyelesaian di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan dan pemilihan
tempat kedudukan penyelesaian perselisihan; dan
o. bahasa yang dijadikan acuan dalam hal terjadi sengketa atau beda pendapat,
untuk Polis Asuransi yang dicetak dalam 2 (dua) bahasa atau lebih.

1.20. Terkait dengan penyelesaian danpenetapan nilai klaim, uraikan ketentuan syarat
umum yang terdapat dalam Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia (PSAKI)
berikut (Mar 2016, No. 13):
a. Cara penyelesaian dan penetapan ganti rugi.
b. Penentuan harga dalam hal kerugian.
c. Biaya yang diganti.

Jawaban:
a. Cara penyelesaian dan penetapan ganti rugi.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

11.1. Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas harta benda dan atau
kepentingan yang dipertanggungkan, Penanggung berhak menentukan pilihannya
untuk melakukan ganti rugi dengan cara :
11.1.1. pembayaran uang tunai;
11.1.2. perbaikan kerusakan, di mana perhitungan besarnya kerugian adalah
sebesar biaya untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi dengan kondisi yang
sama seperti sesaat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan;
11.1.3. penggantian kerusakan, di mana perhitungan besarnya kerugian adalah
sebesar biaya penggantian dengan barang sejenis dengan kondisi yang sama
seperti sesaat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan;
11.1.4. membangun kembali, di mana perhitungan besarnya kerugian adalah
sebesar biaya membangun kembali ke kondisi yang sama seperti sesaat sebelum
terjadinya kerugian atau kerusakan.
Biaya-biaya tersebut di atas setelah memperhitungkan unsur depresiasi teknis.
11.2. Tanggung jawab Penanggung atas kerugian atau kerusakan terhadap
harta benda yang dipertanggungkan setinggi-tingginya adalah sebesar Harga
Pertanggungan.
11.3. Perhitungan besarnya kerugian setinggi-tingginya adalah sebesar selisih
antara harga sebenarnya sesaat sebelum dengan harga sebenarnya sesaat setelah
terjadinya kerugian atau kerusakan.
11.4. Nilai sisa barang yang mengalami kerusakan, diperhitungkan untuk
mengurangi jumlah ganti rugi yang dapat dibayarkan.

b. Penentuan harga dalam hal kerugian. 17


Kecuali disetujui lain di dalam Polis :
10.1. Penentuan harga didasarkan pada harga sebenarnya dari harta benda yang
dipertanggungkan sesaat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan, dengan
memperhitungkan unsur depresiasi teknis tanpa ditambah unsur laba.
10.2. Barang-barang, bahan-bahan atau barang-barang dagangan dihitung
menurut harga beli pada saat sebelum terjadinya kerugian atau kerusakan dengan
mempertimbangkan unsur ketinggalan mode.

c. Biaya yang diganti.


13.1. Dalam hal terjadi kerugian, uang jasa dan biaya penilai kerugian dan tenaga
ahli yang ditunjuk Penanggung, menjadi beban Penanggung.
13.2. Biaya yang wajar yang dikeluarkan oleh Tertanggung guna mencegah atau
mengurangi kerugian atau kerusakan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat
(5.2.1.) dan (5.2.2.) mendapat ganti rugi dari Penanggung meskipun usaha yang
dilakukan itu tidak berhasil.

1.21. Uraikan 6 (enam) praktek klaim yang tidak adil menurut California Fair Claims
Settlement Practice Regulations (CFCSPR).

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

Jawaban:
Praktek klaim yang tidak adil meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Misrepresentasi mengenai fakta atau ketentuan polis;
2. Kegagalan untuk mengakui atau untuk bertindak segera setelah berkomunikasi;
3. Kegagalan untuk mempertahankan standar yang wajar dalam investigasi dan
memproses klaim secara cepat;
4. Gagal untuk membagi penyelesaian klaim secara yang cepat, adil dan merata;
5. Kegagalan untuk memberikan penjelasan yang masuk akal mengenai penolakan
jaminan polis / coverage; dan
6. menolak untuk membayar klaim tanpa terlebih dulu melakukan penyelidikan
yang wajar.

1.22. Uraikan 4 (empat) tujuan California Fair Claims Settlement Practice Regulations
(CFCSPR).

Jawaban:
California Fair Claims Settlement Practice Regulations (CFCSPR) adalah Kode
Asuransi California yang menyajikan contoh detail mengenai praktik penyelesaian
klaim yang berbeda yang ‘ketika secara sengaja bertekad pada kesempatan tunggal
atau perforrile dengan frekuensi seperti menunjukkan praktik bisnis umum’ dianggap
praktik penyelesaian klaim yang tidak adil dan karena itu dilarang. Pelanggaran 18
peraturan dapat menyebabkan tindakan itikad buruk dan / atau denda yang dapat
dikenakan pada perusahaan asuransi.

Tujuan dari CFCSPR adalah untuk:


1. menetapkan standar minimum terhadap penanganan klaim;
2. untuk mempromosikan itikad baik;
3. untuk mempromosikan penyelesaian klaim yang cepat, efisien dan adil; dan
4. untuk mencegah dan memantau klaim palsu dan penipuan.

1.23. Berkaitan dengan standar penanganan klaim di California, uraikan 7 (tujuh)


persyaratan penanganan klaim menurut California Fair Claims Settlement Practice
Regulations (CFCSPR).

Jawaban:
1. asuransi diminta untuk melakukan dan secara rajin mendorong ‘investigasi
yang menyeluruh, adil dan obyektif’;
2. perusahaan asuransi harus memberikan pemberitahuan klaim dalam waktu
15 hari kalender, kecuali jika klaim dibayar penuh dalam waktu tersebut,

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

menetapkan semua informasi yang dibutuhkan dari penggugat untuk bukti


klaim dan menyediakan penuntut dengan ‘bantuan yang masuk akal’;
3. perusahaan asuransi harus memulai penyelidikan klaim dalam waktu 15 hari
kalender pemberitahuan;
4. perusahaan asuransi harus menanggapi sepenuhnya dalam 15 hari kalender
untuk setiap komunikasi dari penggugat;
5. dalam waktu 40 hari kalender setelah pemberitahuan klaim, perusahaan
asuransi harus menerima atau menolak klaim tersebut, secara keseluruhan
atau sebagian, memberikan rincian lengkap tentang alasan penolakan setiap
bagian dari klaim;
6. setiap claim handler harus menerima pelatihan setiap tahun mengenai
peraturan; dan
7. asuransi tidak boleh membuat penawaran penyelesaian yang ‘terlalu rendah’.

1.24. Berkaitan dengan Kode Etik Asuransi Umum di Australia, uraikan 7 (tujuh) hal yang
harus dipatuhi oleh dipatuhi oleh claim handler.

Jawaban:
1. jika telah menerima semua informasi yang diperlukan, perusahaan asuransi
harus menerima atau menolak klaim tersebut dan memberitahukan
keputusannya kepada pemegang polis dalam waktu sepuluh hari kerja sejak
diterimanya klaim; 19
2. jika penyelidikan lebih lanjut atau dokumentasi diperlukan, dalam waktu sepuluh
hari kerja setelah menerima klaim asuransi harus memberitahu pemegang polis
mengenai informasi rinci yang diperlukan untuk membuat keputusan tentang
klaim;
3. jika perlu, perusahaan asuransi harus menunjuk loss adjuster / loss assessor
(dan memberikan pemberitahuan dalam waktu lima hari kerja dari janji itu);
4. asuransi harus memberikan perkiraan awal dari waktu yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan tentang klaim;
5. asuransi harus tetap memberitahukan kepada pemegang polis mengenai
kemajuan klaim mereka setidaknya setiap 20 hari kerja;
6. perusahaan asuransi harus merespon permintaan rutin untuk informasi dalam
sepuluh hari kerja; dan
7. setelah perusahaan asuransi memiliki semua informasi yang diperlukan dan telah
menyelesaikan semua investigasi, perusahaan asuransi harus memutuskan
untuk menerima atau menolak klaim tersebut dan memberitahukan pemegang
polis dari keputusannya dalam waktu sepuluh hari kerja.

1.25. Dalam kaitannya dengan penanganan klaim, uraikan 7 (tujuh) Kunci Peraturan
dalam Yurisdiksi non-UK.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 1: Lingkungan Regulasi dari Klaim Asuransi

Jawaban:
- Penanggung dapat mengunderwrite bisnis dalam yurisdiksi di seluruh dunia dan
seperti halnya bahwa klaim adjuster di UK diminta untuk berhubungan dengan
klaim internasional mereka
- Manajemen departemen klaim harus membangun apakah setiap peraturan lokal
khusus akan berlaku untuk klaim tersebut, dan jika berlaku, meyakinkan bahwa
klaim adjuster dilengkapi untuk menangani klaim mereka secara memadai
- Di seluruh Amerika Serikat, penanggung subject to: menyatakan peraturan
mengenai bagaimana mereka mengelola dan menyelesaikan klaim dan
menegaskan bahwa ‘praktik klaim yang tidak fair’ dilarang
- The California Fair Claims Settlement Practice Regulations (CFCSPR)
bertujuan untuk mengatur standar minimum untuk penanganan klaim; untuk
mempromosikan itikat baik; untuk mendorong kecepatan, efisiensi, dan
penyelesaian klaim yang adil; dan untuk menghalangi dan memonitor kesalahan
dan kecurangan klaim
- The Insurance Council of Australia mengembangkan Voluntary General
Insurance Code of Practice, yang berlaku bagi sebagian besar kelas asuransi
untuk risiko Australia, membuat tidak ada perbedaan antara konsumen dan
bisnis
- Ini memberikan timescale yang bervariasi bagaimana klaim handler harus
mengambil tindakan
- Adalah penting bagi claim handler untuk mematuhi peraturan dan hukum yang
berlaku dalam teritory tersebut

20

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

2.1. Uraikan definisi dari Kepastian Kontrak

Jawaban:
Definisi kepastian kontrak adalah
Perjanjian lengkap dan akhir dari semua hal antara tertanggung dan perusahaan
asuransi sebelum awal periode.

2.2. Terkait dengan kondisi polis, uraikan (Sept 2018, No. 9):
a) Perbedaan antara kondisi dan warranty dalam ketentuan umum mengenai
kontrak.
b) Perbedaan posisi kondisi dan warranty pada a) di atas dalam kontrak asuransi.

Jawaban:
a) Dalam hukum kontrak umum, terms diklasifikasikan sebagai conditions
atau warranties. Klasifika i ini tergantung pada pentingnya persyaratan dan
konsekuensi jika mereka rusak. Warranty dalam hukum kontrak umum adalah 21
ketentuan minor, tidak penting untuk tubuh kontrak. Jika rusak ini akan membuat
pihak yang dirugikan untuk menuntut ganti rugi, tetapi bukan sebagai aturan
untuk menolak kontrak. Di sisi lain conditions dalam hukum kontrak umum adalah
istilah yang berhubungan dengan bagian penting dari perjanjian - digambarkan
sebagai kontrak ‘going to root’. Karena itu, jika rusak maka pihak yang tidak
bersalah dapat menghindari kontrak serta mengklaim kerusakan.
b) Posisi sangat berbeda dalam kontrak asuransi. Di sini terms ‘conditions’ dan
‘warranty’ tidak membawa arti yang sama seperti dalam hukum kontrak umum.
Salah satu perbedaan penting adalah bahwa garansi dalam asuransi bukankah
bagian kecil dari agreement – melainkan ini adalah salah satu yang paling
penting.

2.3. Berkaitan dengan kontrak : (Sept 2013, No. 11).


a. uraikan apa yang dimaksud contract certainty
b. sebutkan bagian dari kontrak asuransi yang paling penting dalam proses
penanganan klaim serta uraikan alasannya.
c. Uraikan mengapa keakuratan, kelengkapan dan kejelasan kondisi polis
sangat penting dalam penanganan klaim.

Jawaban:
a. uraikan apa yang dimaksud contract certainty

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Definisi contract certainty adalah


Perjanjian lengkap dan akhir dari semua hal antara tertanggung dan
perusahaan asuransi sebelum awal periode.
Hal ini akan menghasilkan polis dengan terms dan kondisi yang disepakati
yang tersedia di awal penutupan risiko. Pada gilirannya, istilah yang tepat
dari kontrak asuransi sekarang harus jelas bagi klaim handler dalam melihat
setiap notifikasi klaim

b. sebutkan bagian dari kontrak asuransi yang paling penting dalam proses
penanganan klaim serta uraikan alasannya.
Yang paling penting adalah insuring clause (klausul asuransi). Pada intinya
klausul asuransi mengatakan bahwa, dengan tertanggung tunduk pada
semua ketentuan asuransi, perusahaan asuransi akan mengganti kerugian
tertanggung dengan cara dan sejauh yang ditentukan dalam polis. Untuk
klaim yang harus dibayar, klausa asuransi harus menjadi trigger/pemacu.
Klausa asuransi juga dapat disebut ‘klausa perjanjian’. Atau, mungkin ada
yang terpisah tingkat yang sangat tinggi ‘klausa perjanjian’ pada awal polis
atau sebelum ikhtisar - misalnya:
Tertanggung telah menyampaikan Proposal kepada Penanggung dan
deklarasi yang disepakati akan menjadi dasar, dan dimasukkan ke dalamnya,
Polis ini dan dengan pertimbangan bahwa Premium telah dibayar atau harus
dibayar oleh Tertanggung, Penanggung akan mengganti kerugian subject to:
syarat, kondisi, pengecualian, pembatasan dan batasan dalam polis ini.
Kompleksitas atau selain klausa asuransi akan bervariasi. Penggunaan
bahasa yang jelas dan sederhana dalam kontrak asuransi kini jelas dalam polis 22
personal lines yang khas, namun klaim handler masih akan jauh lebih bertele-
tele dan rumit dalam kelas bisnis lainnya. Klausul asuransi mengkonfirmasi
sifat penutupan (pihak pertama atau liability).
Dalam suatu polis yang mengkover berbagai kelas bisnis (misalnya polis
komersial gabungan khas dengan elemen pihak pertama dan pihak ketiga)
mungkin ada lebih dari satu klausa asuransi. Semua klausa asuransi perlu
dibaca secara bersama dengan bagian definisi dalam rangka membangun
lingkup cover yang disetujui secara akurat.

c. Uraikan mengapa keakuratan, kelengkapan dan kejelasan kondisi polis


sangat penting dalam penanganan klaim.
Polis yang akurat, lengkap dan jelas akan memberikan kepastian kontrak.
Polis yang akurat, lengkap dan jelas dapat menghindari penanggung dan
tertanggung dari perselisihan dan mempermudah penanggung dalam
memproses klaim. Ada banyak perselisihan selama bertahun-tahun yang
timbul dari terms dan kondisi polis yang ambigu atau tidak konsisten, yang
menyebabkan memakan waktu dan litigasi yang mahal.

2.4. Berkitan dengan ruang lingkup jaminan, uraikan 11 (sebelas) struktur umum polis.

Jawaban:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

1. Schedule
Schedule memberikan detail dari tertanggung tertentu di bawah kontrak asuransi
yang tertentu juga.

2. Klausa Asuransi (insuring clause)


Klausa Asuransi adalah bagian terpenting dari kontrak asuransi. Pasal ini
menyatakan janji untuk membayar dan perluasan dari janji itu. Ini menggambarkan
liability tertanggung atas premi yang dibayarkan.

3. Definis
Bagian ini akan mendefi isikan secara terpisah istilah kunci dalam kontrak
asuransi. Ini mungkin terkandung dalam schedule, atau dalam isi dari wording itu
sendiri. Telah menjadi praktik umum di kebanyakan Polis untuk menggarisbawahi
definisi wording dengan menggunakan huruf tebal atau huruf cetak miring, atau
dengan huruf kapital. Definisi Section/Bagian adalah bagian pertama untuk
menafsirkan kata-kata yang terdapat dalam kontrak. Namun, jika istilah tertentu
tidak didefini ikan secara spesifik atau dengan definisi yang jelas, pengadilan
akan berusaha untuk mendefinisikan makna istilah yang diintensikan oleh para
pihak.
Kasus hukum di area ini biasanya berasal dari situasi klaim dan sangat penting
bahwa sebagai klaim handler sepenuhnya menyadari cara di mana kata-kata
dalam polis dapat diinterpretasikan.

4. Batas Ganti Rugi / Sum Insured 23


Polis dapat mengekspresikan limit ini sebagai ‘any one loss’, ‘each and every
claim’ atau ‘in the aggregate’. Ini merupakan perbedaan penting dan polis dapat
mengikatnya menjadi ‘aggregation clause’ yang menentukan-bagaimana (jika
sama sekali) terkait klaim yang timbul, misalnya, dari peristiwa tunggal atau
penyebab dapat dikelompokkan bersama menjadi ‘klaim’ tunggal. Ini sangat
penting untuk membangun jumlah ekses yang dapat dibayar, atau untuk
serangkaian kerugian, apakah ada cover yang cukup tersedia. Ada banyak kasus
hukum yang menafsirkan ‘aggregation clause’ karena ini adalah area umum
untuk sengketa yang timbul antara perusahaan asuransi dan tertanggung.
Polis dapat membawa aggregate limit. Semua kerugian yang dibayar masing-
masing akan mengikis batas itu dan, setelah tercapai, coverage habis dan tidak
ada kerugian lebih lanjut akan dikover selama sisa periode Polis.

5. Deductible / Excess
Untuk jaminan Employers’ Liability, Peraturan mengenai Employers’ Liability
(Asuransi Wajib) 1998 melarang setiap excess atau deductible.
Sebagai suatu persoalan polis publik, tujuan asuransi wajib bagi Employers’
Liability adalah untuk memastikan bahwa orang yang terluka di tempat kerja yang
memiliki klaim yang sah akan menerima kompensasi, terlepas dari kemampuan
keuangan majikan mereka untuk memenuhi tuntutan apapun. Keberhasilan
karyawan penuntut tidak harus bergantung pada kesediaan majikan mereka
atau kemampuan untuk membayar sebagian dari kompensasi mereka dengan
cara excess. Tanggung jawab untuk seluruh klaim diteruskan ke perusahaan
asuransi (dengan asumsi, tentu saja, bahwa klam itu ada dalam limit tertentu).

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Sekalipun dalam prakteknya penanggung dapat mencapai kesepakatan terlebih


lebih dahulu dengan pengusaha besar yang berarti bahwa, pada dasarnya,
majikan tidak membayar bagian dari suatu klaim, hal ini tidak menggantikan
aturan utama. Aturan ini memastikan bahwa setiap risiko kebangkrutan
tertanggung akan diteruskan ke penanggung.
Selain itu deductible akan berarti bahwa tertanggung mempertahankan
beberapa risiko dan ini akan menjadi penting ketika underwriter menentukan
premi atas suatu risiko. Deductible juga kadang-kadang disebut sebagai retensi
tertanggung.

6. Extension / perluasan
Ekstensi memperluas jaminan sehingga mencakup area risiko atau bahaya
yang tidak termasuk jaminan standar. Asuransi yang berbeda memiliki praktek
yang berbeda dalam hal berapa banyak jaminan tambahan yang mereka mau
untuk mendapatkan premi tambahan.

7. Exclusion / pengecualian
Kita telah melihat bahwa klausul asuransi mendefinisikan jaminan yang disediakan
oleh polis. Namun, ini harus dibaca bersama sejajar dengan pengecualian polis.
Exclusion memiliki efek penyempitan jaminan dan harus merinci apa saja yang
tidak secara spesifik dijamin. Terlepas dari apakah bagian lain kontrak nampak
menjamin kerugian, jika itu jatuh dalam sebuah pengecualian, perusahaan
asuransi tidak berkewajiban untuk memberikan ganti rugi. Pengecualian
mendukung intensi asuransi: kerugian harus terjadi secara kebetulan dan jenis
asuransi tersebut bermaksud untuk mengkovernya. Akibatnya, polis tersebut
akan berusaha untuk menentukan secara ketat apa yang sebenarnya dikover 24
dan apa yang tidak. Biasanya ada daftar panjang pengecualian, bahkan untuk
kelas bisnis paling standar sekalipun.

8. Condition
Condition/Kondisi, secara umum, menetapkan kewajiban tertanggung dalam
kaitannya dengan risiko itu sendiri dan sering, lebih penting, pada kewajiban
mereka ketika terjadi kerugian. Kami membahas kondisi di bab 3, bagian H.

9. Interpretation
Interpretasi ini biasanya merupakan suatu paragraf bentuk standar. Sebuah
contoh khas akan seperti:
Dalam Polis ini:
(a) referensi untuk setiap peraturan, undang-undang atau ketentuan perundang-
undangan harus mencakup referensi pada ketentuan sebagaimana yang
telah diubah, kembali diberlakukan atau diganti dari waktu ke waktu apakah
sebelum atau setelah tanggal dimulainya polis ini;
(b) jika ada istilah, kondisi, pengecualian atau dukungan atau bagian ada dari
yang ditemukan untuk dilaksanakan sisanya akan berlaku dan memiliki
kekuatan penuh;
(c) judul dalam polis ini adalah untuk referensi umum saja dan tidak harus
dipertimbangkan ketika menentukan arti dari Polis ini.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

10. Peraturan mengenai hukum dan perselisihan


Bagian ini akan menetapkan hukum (biasanya hukum Inggris, tapi tidak selalu)
dan yurisdiksi di mana Polis tersebut akan beroperasi. Ini berarti bahwa, jika
ada sengketa antara perusahaan asuransi dan tertanggung untuk setiap aspek
dari Polis mereka akan menggunakan hukum ini ketika menetap sengketa. Jadi,
misalnya, Polis dapat menentukan bahwa hukum Inggris berlaku dan bahwa
pengadilan Inggris secara eksklusif harus digunakan.
Tentu saja, tergantung pada risiko dan wilayah tertanggung adalah mungkin
bahwa Polis tersebut akan mengkover klaim pihak ketiga yang diputuskan di
bawah hukum yang berbeda. Anda tidak harus bingung pada kemungkinan ini
pada klausul hukum yang mengatur. Klausul peraturan hukum berkaitan dengan
hukum yang berlaku sehubungan dengan kontrak asuransi antara perusahaan
asuransi dan tertanggung.

11. Komplain Pemegang Polis


Seperti yang akan Anda ingat dari bab 1, prinsip memperlakukan pelanggan
secara adil dan arahan lainnya dari FSA, mandat bahwa asuransi diatur harus
memiliki sistem yang efisien dan efektif untuk menangani komplain. Semua polis
sekarang harus berisi rincian yang jelas kepada siapa pemegang polis bisa
komplain. Ini akan menjadi perusahaan asuransi dalam contoh pertama, dan
kemudian dalam beberapa situasi berlanjut ke Layanan Ombudsman Keuangan,
jika pemegang polis tetap tidak puas dengan respon penanggung.

25
2.5. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan 10 (sepuluh) bagian dari polis dan
ikhtisar pertanggungan yang harus diperiksa oleh bagian klaim dalam menentukan
ganti rugi (Sep 2015, No. 14).

Jawaban:
1. Nomor polis / nomor sertifikat: bagi jaminan Employers’ Liability dan motor,
suatu sertifikat yang terpisah diperlukan untuk mengkonfirmasikan bahwa ada
cover. Ini akan ditampilkan di tempat kerja untuk EL cover dan untuk jaminan
motor harus ada dalam kepemilikan kendaraan bermotor tertanggung.
2. Entitas tertanggung: bisa menjadi sangat penting dalam menyelidiki coverage,
terutama di mana ada lebih dari satu tertanggung. Hal ini diperlukan untuk
meninjau definisi ‘tertanggung’ dalam kontrak. Kita akan membahas hal ini
secara rinci nanti dalam bagian E.
3. Bisnis Tertanggung: mana yang ada pada ikhtisar polis akan menjelaskan sifat
dari bisnis tertanggung.
4. Properti yang diasuransikan: untuk jaminan terhadap pihak pertama akan
menentukan, misalnya, alamat atau lokasi properti.
5. Alamat tertanggung: ini mungkin atau juga mungkin tidak sesuai dengan
barang yang diasuransikan.
6. Periode asuransi: biasanya untuk jangka waktu satu tahun dalam kebanyakan
kasus. Polis menetapkan tanggal awal dan tanggal kadaluwarsa dan akan
menentukan waktu, misalnya ‘keduanya pada 00.01 a.m

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

7. Limit polis / nilai pertanggungan: bagaimana Shcedule Polis menggambarkan


batasan yang akan tergantung pada jenis coverage yang ada. Ini akan kita
lihat nanti.
8. Deductible/excess: Schedule akan menentukan jumlah setiap kerugian yang
harus ditanggung oleh tertanggung untuk setiap bagian coverage. Ini akan
kita lihat nanti.
9. Premi: akan menyatakan jumlah premi yang harus dibayar oleh tertanggung
(ditambah pajak premi asuransi) itu.
10. Teritorial limit: polis mungkin berisi klausul yang mendefinisikan wilayah
mana polis ini beroperasi secara terbatas. Jika lebih dari satu wilayah dijamin
mungkin ada limit yang berbeda dan deductible yang berlaku untuk setiap
wilayah.
11. Proposal: Schedule akan secara spesifik menentukan tanggal dan judul
dokumen proposal dan mengkonfirmasi bahwa ini, ditambah dokumen
terdaftar lainnya, dianggap dimasukkan ke dalam Polis. Kita akan membahas
pentingnya Proposal Form ini di bawah ‘jaminan’ kemudian.
12. Endorsement: setiap endorsement, yang seperti kita lihat sebelumnya
mungkin akan mempersempit atau memperluas coverage, akan dicatat di
bentuk ‘judul’ pada bagian ini; Endorsement dapat disebut dengan akronim
jika endorsement sesuai pasar standar. Namun, untuk menjamin kepastian
kontrak, detail dari endorsement harus muncul dalam suatu tempat penuh
dalam kontrak atau pada halaman gabungan.

2.6. Apa saja asuransi wajib yang ada di Inggris? 26


Jawaban:
Kelas asuransi wajib di Inggris adalah:
• asuransi motor pihak ketiga; dan
• asuransi employers’ liability.
Selain itu beberapa badan-badan profesional mensyaratkan asuransi wajib
(misalnya pengacara).

2.7. Uraikan yang dimaksud dengan Aggregation Clause beserta fungsinya (Sept 2012,
No. 2; Sept 2015, No. 7; Sept 2018, No. 7).

Jawaban:
Polis dapat mengekspresikan limit ini sebagai ‘any one loss’, ‘each and every
claim’ atau ‘in the aggregate’. Ini merupakan perbedaan penting dan polis dapat
mengikatnya menjadi ‘aggregation clause’ yang menentukan-bagaimana (jika sama
sekali) terkait klaim yang timbul, misalnya, dari peristiwa tunggal atau penyebab
dapat dikelompokkan bersama menjadi ‘klaim’ tunggal. Ini sangat penting untuk
membangun jumlah ekses yang dapat dibayar, atau untuk serangkaian kerugian,
apakah ada cover yang cukup tersedia. Ada banyak kasus hukum yang menafsirkan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

‘aggregation clause’ karena ini adalah area umum untuk sengketa yang timbul
antara perusahaan asuransi dan tertanggung.
Polis dapat membawa aggregate limit. Semua kerugian yang dibayar masing-
masing akan mengikis batas itu dan, setelah tercapai, coverage habis dan tidak ada
kerugian lebih lanjut akan dikover selama sisa periode Polis.
Contoh:
EFG ltd memiliki Polis General Liability dari XYZ Insurance Co yang memberikan
cover sebesar £ 1.000.000 any one loss dan batas £ 3 juta in aggregate; Inception
Date: 1 Januari untuk periode dua belas bulan.
EFG melaporkan klaim yang valid sebagai berikut:
1. 15 Januari: £ 750.000
2. 31 Maret: £ 1.250.000
3. 5 Juni: £ 950.000
4. 31 Juli: £ 1.000.000
5. 17 September: £ 500.000
XYZ Insurance Co akan membayar klaim tersebut sebagai berikut:
1. 15 Januari £ 750.000: dibayar penuh.
2. 31 Maret £ 1.000.000: dibayar. Nilai £ 1.250.000 melebihi batas any one loss.
3. 5 Juni £ 950.000: dibayar penuh.
4. 31 Juli: £ 1.000.000 pertama, namun hanya £ 300.000 yang dibayar - batas
agregat kemudian habis. 27
5. 17 September £ 500.000: batas aggregate telah habis, sehingga tidak akan
ada kontribusi terhadap kerugian ini oleh Asuransi XVZ.
Dalam beberapa situasi (biasanya dalam asuransi wajib) hukum atau badan
profesional akan menentukan limit Polis. Misalnya, peraturan mengenai Employers’
Liability (Asuransi Wajib) Peraturan 1998 menuntut tingkat minimum jaminan
Employers’ Liability sebesar £ 5 juta. Asuransi TPL wajib untuk kendaraan bermotor
di bawah Road Taffic Act 1988 harus menyediakan jaminan terbatas untuk cedera
pihak ketiga atau mati dan nilai minimal adalah £ 1.000.000 untuk third party property
damage. Badan-badan profesional akan menentukan nilai minimum bagi anggota
mereka sendiri; misalnya Law Society mengharuskan pengacara membawa jaminan
Professional Indemnity untuk setiap klaim setidaknya £ 2 juta, atau £ 3.000.000 jika
praktik Tertanggung adalah LLP.
Di samping itu ada klausul yang mengatur bagaimana cover dapat dipulihkan jika
batas agregat yang berhubungan habis. Hal ini biasanya dengan pembayaran
premi tambahan dan biasanya akan ada limit pada jumlah reinstatements yang
akan dibuat.

2.8. Menggunakan metode aggregation limit, hitung nilai ganti rugi untuk setiap klaim
dalam kasus di bawah ini;
EFG ltd memiliki Polis General Liability dari XYZ Insurance Co yang memberikan
cover sebesar £ 1.000.000 any one loss dan batas £ 3 juta in aggregate; Inception
Date: 1 Januari untuk periode dua belas bulan.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

EFG melaporkan klaim yang valid sebagai berikut:


1. 15 Januari: £ 750.000
2. 31 Maret: £ 1.250.000
3. 5 Juni: £ 950.000
4. 31 Juli: £ 1.000.000
5. 17 September: £ 500.000

Jawaban:
XYZ Insurance Co akan membayar klaim tersebut sebagai berikut:
1. 15 Januari £ 750.000: dibayar penuh.
2. 31 Maret £ 1.000.000: dibayar. Nilai £ 1.250.000 melebihi batas any one loss.
3. 5 Juni £ 950.000: dibayar penuh.
4. 31 Juli: £ 1.000.000 pertama, namun hanya £ 300.000 yang dibayar - batas
agregat kemudian habis.
5. 17 September £ 500.000: batas aggregate telah habis, sehingga tidak akan ada
kontribusi terhadap kerugian ini oleh Asuransi XVZ.

2.9. Berkaitan dengan perluasan jaminan, uraikan 5 (lima) ekstensi yang biasa dilekatkan
dalam polis asuransi. 28

Jawaban:
1. Employers’ Liability: kesehatan dan keselamatan di tempat kerja (health and
safety at work) - biaya pembelaan hukum (legal defence cost). Ini memberikan
jaminan bagi tertanggung terhadap biaya hukum dan biaya pembelaan proses
pidana atas pelanggaran undang-undang kesehatan dan keselamatan kerja.
Catat, bagaimanapun, bahwa ekstensi ini selalu hanya untuk biaya yang
menyangkut masalah kebijakan publik yang secara khusus mengecualikan
denda dan hukuman (fines and penalties) dari coverage
2. motor: additional named drivers; jaminan kendaraan pengganti sementara
setelah kecelakaan.
3. Building and contents: accidental damage atau jaminan milik pribadi; jaminan
akomodasi alternatif yang mengikuti kerugian.
4. Employment Practices Liability perluasan umum yang kini semakin meningkat
bagi banyak kombinasi komersil maupun polis asuransi Directors’ and
Employers’ Liability.
5. Ekstensi juga mungkin berhubungan dengan additional territories di mana polis
tersebut akan beroperasi.

2.10. Berkaitan dengan jaminan yang disediakan oleh polis, uraikan 8 (delapan) jenis

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

pengecualian yang umum dilekatkan dalam polis asuransi.

Jawaban:
1. coverage yang lebih spesifik: misalnya, untuk polis Employers’ Liability akan
mengecualikan kerugian yang melibatkan kendaraan, yang akan lebih tepat
jika dikover dalam asuransi kendaraan bermotor. Kebanyakan asuransi
personal lines akan mengecualikan setiap properti yang digunakan untuk
tujuan bisnis.
2. Asuransi/penanggung lain: ini terkait dengan pengecualian pertama di mana
kerugian yang dijamin oleh asuransi lain sering dikecualikan.
3. Kerugian yang tidak kebetulan: ini berarti bahwa, polis properti, misalnya,
akan mengecualikan kerugian yang timbul dari keinginan pemeliharaan atau
keausan.
4. Tindakan yang disengaja juga akan dikeluarkan.
5. Ketidakjujuran dan penipuan adalah pengecualian umum.
6. Criminal fines and penalties: umumnya ini tidak dapat diasuransikan karena
merupakan masalah publik.
7. Bahaya tertentu seperti kontaminasi radioaktif, risiko nuklir, risiko perang,
ledakan sonik, terorisme dan polusi.
8. Keadaan atau klaim atau situasi yang sudah dikenal atau yang ada sejak awal.

29
2.11. Berkaitan dengan pengecualian dalam polis, uraikan:
a. 8 (delapan) tipe pengecualian yang umunya terdapat pada suatu polis dan
berikan masing-masing 1 (satu) contoh.
b. 2 (dua) Cara pengecualian disebutkan dalam polis.

Jawaban:
a. 8 (delapan) tipe pengecualian yang umunya terdapat pada suatu polis:
• coverage yang lebih spesifik: misalnya, untuk polis Employers’ Liability
akan mengecualikan kerugian yang melibatkan kendaraan, yang
akan lebih tepat jika dikover dalam asuransi kendaraan bermotor.
Kebanyakan asuransi personal lines akan mengecualikan setiap
properti yang digunakan untuk tujuan bisnis.
• Asuransi/penanggung lain: ini terkait dengan pengecualian pertama di
mana kerugian yang dijamin oleh asuransi lain sering dikecualikan.
• Kerugian yang tidak kebetulan: ini berarti bahwa, polis properti,
misalnya, akan mengecualikan kerugian yang timbul dari keinginan
pemeliharaan atau keausan.
• Tindakan yang disengaja juga akan dikeluarkan.
• Ketidakjujuran dan penipuan adalah pengecualian umum.
• Criminal fines and penalties: umumnya ini tidak dapat diasuransikan
karena merupakan masalah publik.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

• Bahaya tertentu seperti kontaminasi radioaktif, risiko nuklir, risiko


perang, ledakan sonik, terorisme dan polusi.
• Keadaan atau klaim atau situasi yang sudah dikenal atau yang ada
sejak awal.

b. 2 (dua) cara pengecualian disebutkan dalam polis.


1. Polis tersebut mengungkapkan jumlah excess sebagai sebuah
pengecualian. Misalnya, dalam daftar hal-hal dikecualikan mungkin
menyatakan sebagai salah satu pengecualian misalnya £ 100 pertama
dari setiap klaim.
2. Metode lain yang digunakan beberapa perusahaan asuransi ketika
menggunakan pengecualian, adalah dengan menggunakan difinisi formal
sebuah kata dalam bagian definisi Polis. Definisi kata kata apa dan tidak
termasuk. Misalnya, defin si dari `isi ‘mungkin mengatakan bahwa hal
itu tidak termasuk golf buggy, mungkin tidak ada pengecualian khusus
terpisah mengatakan bahwa golf buggy dikecualikan dari jaminan.
Karena itu, ketika menilai apakah kerugian yang dikecualikan atau tidak,
jangan lupa untuk melihat setiap kata yang relevan dan bagaimana
mereka didefinisikan dalam Polis tersebut

2.12. Berkaitan dengan luas jaminan polis, jelaskan ketentuan mengenai interpretasi.

Jawaban: 30
Interpretasi ini biasanya merupakan suatu paragraf bentuk standar. Sebuah contoh
khas akan seperti:
Dalam Polis ini:
(a) referensi untuk setiap peraturan, undang-undang atau ketentuan perundang-
undangan harus mencakup referensi pada ketentuan sebagaimana yang
telah diubah, kembali diberlakukan atau diganti dari waktu ke waktu apakah
sebelum atau setelah tanggal dimulainya polis ini;
(b) jika ada istilah, kondisi, pengecualian atau dukungan atau bagian ada dari
yang ditemukan untuk dilaksanakan sisanya akan berlaku dan memiliki
kekuatan penuh;
(c) judul dalam polis ini adalah untuk referensi umum saja dan tidak harus
dipertimbangkan ketika menentukan arti dari Polis ini.

Anda akan melihat dari sini bahwa klausul hanya menetapkan aturan konstruksi
yang berlaku pada polis. Sub-bagian pertama berkaitan dengan situasi di mana
bagian tertentu dari undang-undang diubah, baik sebelum atau selama periode
Polis. Ini menyatakan bahwa dalam situasi versi baru maupun versi yang diubah
dari undang-undang adalah salah satu kebijakan harus diambil untuk dirujuk.
Bagian kedua menjelaskan apa yang terjadi ketika pengadilan menemukan frase
tertentu atau bagian dari polis yang tidak dapat diterapkan. Jika hal ini terjadi, bagian
yang bersinggungan terputus dari sisa Polis, yang terus berlaku. Seluruh kontrak
menjadi tidak dapat diberlakukan ketika pengadilan mengeluarkan suatu bagian.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Bagian ketiga berarti bahwa, ketika melihat makna dari bagian tertentu dari polis,
judul atau pos tidak merupakan bagian dari kata-kata yang akan ditafsirkan. Jadi,
misalnya, tidak ada yang harus dibaca ke dalam judul yang mengatakan “warranties”
jika apa yang mengikutinya kenyataannya dimaksudkan untuk menjadi suatu
“condition”.

2.13. Jelaskan yang dimaksud dengan insuring clause / Klausula asuransi.

Jawaban:
Pada intinya klausul asuransi mengatakan bahwa, dengan tertanggung tunduk
pada semua ketentuan asuransi, perusahaan asuransi akan mengganti kerugian
tertanggung dengan cara dan sejauh yang ditentukan dalam polis. Untuk klaim yang
harus dibayar, klausa asuransi harus menjadi trigger/pemacu.

Klausa asuransi juga dapat disebut ‘klausa perjanjian’. Atau, mungkin ada yang
terpisah tingkat yang sangat tinggi ‘klausa perjanjian’ pada awal polis atau sebelum
ikhtisar - misalnya:

Tertanggung telah menyampaikan Proposal kepada Penanggung dan


deklarasi yang disepakati akan menjadi dasar, dan dimasukkan ke dalamnya,
Polis ini dan dengan pertimbangan bahwa Premium telah dibayar atau harus
dibayar oleh Tertanggung, Penanggung akan mengganti kerugian subject to:
syarat, kondisi, pengecualian, pembatasan dan batasan dalam polis ini. 31
Kompleksitas atau selain klausa asuransi akan bervariasi. Penggunaan bahasa
yang jelas dan sederhana dalam kontrak asuransi kini jelas dalam polis personal
lines yang khas, namun klaim handler masih akan jauh lebih bertele-tele dan rumit
dalam kelas bisnis lainnya. Klausul asuransi mengkonfirmasi sifat penutupan (pihak
pertama atau liability).

Dalam suatu polis yang mengkover berbagai kelas bisnis (misalnya polis komersial
gabungan khas dengan elemen pihak pertama dan pihak ketiga) mungkin ada lebih
dari satu klausa asuransi. Semua klausa asuransi perlu dibaca secara bersama
dengan bagian definisi dalam rangka membangun lingkup cover yang disetujui
secara akurat.

Beberapa contoh klausa asuransi yang ditetapkan di bawah ini menggambarkan


variasi:

Kami akan mengasuransikan perbaikan bangunan atau tenant dengan nilai


pertanggungan terhadap kerugian atau kerusakan fisik yang terjadi selama
periode asuransi, yang disebutkan bahwa kerugian atau kerusakan tersebut
tidak dikecualikan dalam bagian ini atau di bawah Pengecualian Umum.

Tunduk pada syarat, pengecualian, kondisi dan perluasan yang terkandung

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

di dalam polis dan endorsement sehingga asuransi akan mengganti


kerugian Tertanggung sehubungan dengan kerugian, kerusakan atau liability
sebagaimana tercantum dalam Schedule terlampir (yang mana Schedule
dinyatakan untuk dimasukkan dalam polisdan membentuk bagian dari polis ini)
yang timbul dari penyebab yang terjadi selama Periode Asuransi atau selama
periode berikutnya yang dijamin oleh Penanggung.

... Dalam hal peristiwa yang terjadi selama Periode asuransi dan tunduk
pada syarat dan pengecualian dan kondisi atau endorsement yanga ada,
Penanggung akan menyediakan jaminan asuransi dengan cara dan sejauh
ditentukan selanjutnya.
Penanggung akan membayar atas nama Tertanggung semua kerugian yang
secara hukum Tertanggung bertanggung jawab untuk membayar.
Sebagai imbalan untuk premi yang Anda bayar, kami setuju untuk
mengasuransikan aset Anda sesuai dengan syarat dan kondisi polis.

Kami akan mengkover kerugian atau kerusakan fisik kendaraan yang sudah diasuransikan
yang terjadi selama periode asuransi di manapun dalam batas-batas teritorial.

2.14. Berkaitan dengan Asuransi Pihak ketiga, jelaskan perbedaan antara claim made
wording dan losses occurring wording (Mar 2016, No. 10).

Jawaban:
32
Occurrence basis
Wording Occurrence atau Loss Occuring digunakan ketika polis dimaksudkan untuk
menjamin kerusakan fisik atau cedera pribadi (untuk situasi pihak pertama maupun
pihak ketiga). Untuk polis-polis ini, kerugian tertanggung terjadi ketika peristiwa fisik
menyebabkan kerusakan atau cedera, selama kerugian tersebut terjadi selama
periode asuransi. Tanggal kerugian biasanya akan bertepatan dengan tanggal
peristiwa yang menyebabkan kerugian. Untuk tujuan ini tidak masalah ketika
pemegang polis sebenarnya melaporkan klaim kepada perusahaan asuransi mereka
(walaupun mungkin saja ada ketentuan di polis lain yang menuntut notifikasi dalam
jangka waktu tertentu). Semua polis asuransi pihak pertama dan beberapa polis
pihak ketiga diunderwrite atas basis ini. Hal ini juga disebut bisnis ‘long tail’ karena
klaim dapat dilaporkan bertahun-tahun setelah peristiwa itu terjadi.
Hal ini tampaknya terang-terangan. Namun bahkan dengan occurrence wording pun
bisa ada kesulitan dalam menentukan polis mana yang akan berlaku. Bagaimana
jika ada unsur kerusakan laten dalam kerugian tersebut? Kerusakan laten adalah
di mana kerusakan terjadi tersembunyi – kerusakan yang dikover polis tetapi
baru muncul kemudian; dan bahkan kadang-kadang baru muncul bertahun-tahun
kemudian. Pada polis tahun yang mana klaim tersebut melekat? Contoh yang paling
menonjol dari masalah ini berkaitan dengan penyakit industri, dan penyakit yang
berhubungan dengan asbestos. Penyakit ini memiliki masa laten yang panjang dan
ada banyak ribuan klaim semacam ini dalam jaminan Employers’ Liability dan Public
Liability.

Claims made basis


Jenis lain dari cover adalah sebuah polis claims made. Menurut definisi, claims

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

made adalah polis tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga di mana sebuah
klaim dibuat terhadap tertanggung. Polis ini umumnya digunakan ketika polis
dimaksudkan untuk mengkover kerugian keuangan yang timbul dari pelanggaran
kewajiban atau kontrak oleh tertanggung. Tanggal di mana klaim yang dibuat adalah
trigger/pemacu bagi polis.
Bahkan, seperti dalam contoh di atas, di mana klaim mencakup suatu elemen
kerugian yang disebabkan oleh kerusakan fisik, dasar melekatnya tetap pada
saat klaim dibuat atau claims made dan seluruh klaim akan dikover Penanggung
ketika klaim sesungguhnya dibuat. Bagi profesional indemnity, penggunaan polis
claims made berarti bahwa bahkan setelah mereka pensiun, mereka perlu untuk
mempertahankan cover run-off. Ini biasanya untuk jangka waktu lebih dari enam
tahun dan perlu untuk memberikan cover sehingga mereka menerima klaim yang
timbul dari bisnis mereka pra-pensiun.
Masalah yang kompleks untuk polis claims made adalah bahwa keadaan timbul
selama periode polis yang mungkin mengakibatkan klaim. Cukup sering bahwa
tidak ada perkembangan lebih lanjut (seperti penerimaan klaim formal) sebelum
periode polis berakhir. Pemegang polis akan perlu untuk mengungkapkan keadaan
ini pada perpanjangan berikutnya: pertanyaan “apakah Anda mengetahui adanya
keadaan yang dapat menimbulkan kerugian?” adalah pertanyaan standar pada
setiap proposal form. Mengungkapkan keadaan ini pada proposal form berarti
bahwa polis baru hampir pasti akan mengecualikan setiap klaim yang timbul dari
cover. Ini tampaknya akan membiarkan tertanggung tanpa cover jika dan ketika
terjadi klaim yang timbul dari keadaan yang tidak terwujud.
Namun, dengan menggunakan wording polis ini jelas bahwa perusahaan asuransi
akan menganggap klaim yang timbul dari keadaan yang dilaporkan selama periode
polis sebagai klaim yang dibuat selama periode itu. Dalam J Rothschild Assurance
plc v. Collyear & others (1998), Rix, J menyatakan bahwa memang suatu polis
claims made hanya bisa bekerja pada basis ini. Anggapan ini memperluas cover
untuk klaim yang dibuat setelah kadaluwarsa, jika pemegang polis telah efektif
33
memberitahu klaim kepada perusahaan asuransi.
Sebuah wording khas untuk klausul ini akan menjadi:
Setiap klaim yang timbul dari keadaan seperti itu akan dianggap telah dibuat
selama periode asuransi yang berlaku sejak notifikasi yang diberikan kepada
Penanggung

Ini adalah wilayah kompleks dan berbagai masalah yang dapat timbul, misalnya:
• faktor apa yang akan membuat suatu keadaan harus dilaporkan;
• keadaan apa saja yang tidak diberitahukan selama periode polis sebelumnya
(yang sudah berakhir); dan
• claims made memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada notifikasi
keadaan yang sesungguhnya.

2.15. Uraikan perbedaan kewajiban informasi klaim yang harus disampaikan oleh
tertanggung antara polis loss occurring basis dan polis claims made basis (Sept
2017, No. 7).

Jawaban:

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Occurrence basis
Untuk polis-polis ini, kerugian tertanggung terjadi ketika peristiwa fisik menyebabkan
kerusakan atau cedera, selama kerugian tersebut terjadi selama periode asuransi.
Tanggal kerugian biasanya akan bertepatan dengan tanggal peristiwa yang
menyebabkan kerugian. Untuk tujuan ini tidak masalah ketika pemegang polis
sebenarnya melaporkan klaim kepada perusahaan asuransi mereka (walaupun
mungkin saja ada ketentuan di polis lain yang menuntut notifikasi dalam jangka
waktu tertentu). Polis Occurrence basis juga disebut bisnis ‘long tail’ karena klaim
dapat dilaporkan bertahun-tahun setelah peristiwa itu terjadi.
Claims made basis
Menurut definisi, claims made adalah polis tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga di mana sebuah klaim dibuat terhadap tertanggung. Polis ini umumnya
digunakan ketika polis dimaksudkan untuk mengkover kerugian keuangan yang
timbul dari pelanggaran kewajiban atau kontrak oleh tertanggung. Tanggal di mana
klaim yang dibuat adalah trigger/pemacu bagi polis.
Bahkan, seperti dalam contoh di atas, di mana klaim mencakup suatu elemen
kerugian yang disebabkan oleh kerusakan fisik, dasar melekatnya tetap pada
saat klaim dibuat atau claims made dan seluruh klaim akan dikover Penanggung
ketika klaim sesungguhnya dibuat. Bagi profesional indemnity, penggunaan polis
claims made berarti bahwa bahkan setelah mereka pensiun, mereka perlu untuk
mempertahankan cover run-off. Ini biasanya untuk jangka waktu lebih dari enam
tahun dan perlu untuk memberikan cover sehingga mereka menerima klaim yang
timbul dari bisnis mereka pra-pensiun.
Masalah yang kompleks untuk polis claims made adalah bahwa keadaan timbul
selama periode polis yang mungkin mengakibatkan klaim. Cukup sering bahwa
tidak ada perkembangan lebih lanjut (seperti penerimaan klaim formal) sebelum
periode polis berakhir. Pemegang polis akan perlu untuk mengungkapkan keadaan 34
ini pada perpanjangan berikutnya: pertanyaan “apakah Anda mengetahui adanya
keadaan yang dapat menimbulkan kerugian?” adalah pertanyaan standar pada
setiap proposal form. Mengungkapkan keadaan ini pada proposal form berarti
bahwa polis baru hampir pasti akan mengecualikan setiap klaim yang timbul dari
cover. Ini tampaknya akan membiarkan tertanggung tanpa cover jika dan ketika
terjadi klaim yang timbul dari keadaan yang tidak terwujud.
Namun, dengan menggunakan wording polis ini jelas bahwa perusahaan asuransi
akan menganggap klaim yang timbul dari keadaan yang dilaporkan selama periode
polis sebagai klaim yang dibuat selama periode itu. Dalam J Rothschild Assurance
plc v. Collyear & others (1998), Rix, J menyatakan bahwa memang suatu polis
claims made hanya bisa bekerja pada basis ini. Anggapan ini memperluas cover
untuk klaim yang dibuat setelah kadaluwarsa, jika pemegang polis telah efektif
memberitahu klaim kepada perusahaan asuransi.
Sebuah wording khas untuk klausul ini akan menjadi:
Setiap klaim yang timbul dari keadaan seperti itu akan dianggap telah dibuat
selama periode asuransi yang berlaku sejak notifikasi yang diberikan kepada
Penanggung

2.16. Terkait dengan statement pada operative clause dalam polis Asuransi Pihak Ketiga
di bawah ini, tentukan apakah statement tersebut termasuk ke dalam claims made
basis atau loss occurring basis (Sept 2018, No. 1).
We will indemnify you up to the sum insured for all sums which you shall become
legally liable to pay as compensation for claims made agains you for bodiliy injury or

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

damage to property arising out of incident occurring during the period of insurance.

Jawaban:
Mari kita simak kalimatnya:
We will indemnify you up to the sum insured for all sums which you shall become legally
liable to pay as compensation for claims made agains you for bodiliy injury or damage to
property arising out of incident occurring during the period of insurance.
Insiden selama periode asuransi-lah yang dicover dalam polis, tanpa menyebutkan
spesifik kapan batas waktu pelaporannya ---> berarti loss occurring basis

2.17. Uraikan mengapa polis dengan loss occurring basis seringkali disebut sebagai long
tail business (Sept 2017, No. 8).

Jawaban:
Polis Occurrence basis juga disebut bisnis ‘long tail’ karena klaim dapat dilaporkan
bertahun-tahun setelah peristiwa itu terjadi.

2.18. PT. XYZ membeli asuransi tanggung gugat berdasarkan Claims Made Basis
dengan batas penggantian IDR 1 milyar per kejadian dan IDR 2 milyar in aggregate
dengan risiko sendiri IDR 500 juta untuk periode asuransi 12 bulan dan batas tahun
35
retroaktif 2013. Selama periode asuransi terjadi klaim yang disebabkan peristiwa
yang dijamin polis dengan urutan sebagai berikut: (Mar 2015, No 14).
- Klaim pertama IDR 750 juta yang disebabkan peristiwa tahun 2014,
- klaim kedua IDR 1.5 milyar yang disebabkan peristiwa tahun 2012,
- klaim ketiga IDR 800 juta dengan biaya legal IDR 250 juta yang disebabkan
peristiwa tahun 2013,
- klaim keempat IDR 1.25 milyar dengan biaya legal IDR 500juta yang
disebabkan peristiwa tahun 2015 dan
- Klaim kelima IDR 2 milyar dengan biaya legal IDR 500juta yang disebabkan
peristiwa tahun 2014.
Hitunglah penggantian kerugian yang diperoleh PT. XYZ. Berikan asumsi yang
mendasari perhitungan saudara.

Jawaban:
Diketahui:
Limit = IDR 1 milyar per kejadian dan IDR 2 milyar in aggregate
Own risk = IDR 500 juta
Periode = 12 bulan (Asumsi 1 Jan 2014 - 1 Jan 2015)
Retroaktif = 2013 (sejak 1 Jan 2013)

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Jawaban:

Tahun Nilai Klaim (IDR) Deductible Klaim dibayar (IDR) Aggregate


2014 750,000,000 500 jt 250,000,000 250,000,000
2012 1,500,000,000 - 0 Over retroactive
date
2013 (max) 1,000,000,000 500 jt 500,000,000 750,000,000
2015 (max) 1,000,000,000 500 jt 500,000,000 1,250,000,000
2014 (max) 1,000,000,000 500 jt 500,000,000 1,750,000,000

2.19. PT. Karunia membeli Asuransi Pihak Ketiga berdasarkan Claims Made basis dengan
batas penggantian IDR 1 milyar per kejadian dan IDR 2 milyar in aggregate dengan
risiko sendiri IDR 500 juta untuk periode asuransi 12 bulan dari 1 Januari 2018
hingga 31 Desember 2018 dan batas tahun retroaktif 1 Januari 1 Januari 2016.
Selama periode asuransi terjadi klaim dengan urutan sebagai berikut: (Sept 2018,
No 12).
• Klaim pertama IDR 750 juta yang disebabkan peristiwa tahun 2017,
• Klaim kedua DR 1.5 milyar yang disebabkan peristiwa tahun 2015,
• Klaim ketiga IDR 800 juta dengan biaya legal IDR 250 juta yang disebabkan
peristiwa tahun 2016;
• Klaim keempat IDR 1.25 milyar dengan biaya legal IDR 500 juta yang
disebabkan peristiwa tahun 2018 dan
36
• Klaim kelima IDR 2 milyar dengan biaya legal IDR 500 juta yang disebabkan
peristiwa tahun 2017.
Hitunglah penggantian kerugian yang diperoleh PT Karunia.
Berikan asumsi yang mendasari perhitungan saudara.

Jawaban:
Diketahui:
Limit = IDR 1 milyar per kejadian dan IDR 2 milyar in aggregate
Own risk = IDR 500 juta
Periode = 12 bulan dari 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2018
Retroaktif = sejak 1 Januari 2016
Jawaban:

Tahun Nilai Klaim (IDR) Deductible Klaim dibayar (IDR) Aggregate


2017 750,000,000 500 jt 250,000,000 250,000,000
2015 1,500,000,000 - 0 Over retroactive
date
2016 (max) 1,000,000,000 500 jt 500,000,000 750,000,000
2018 (max) 1,000,000,000 500 jt 500,000,000 1,250,000,000

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

2017 (max) 1,000,000,000 500 jt 500,000,000 1,750,000,000

2.20. PT. Setara membeli asuransi tanggung gugat (Liability Insurance) berdasarkan
Claims Made Basis dengan batas penggantian IDR 1 milyar per kejadian dan IDR
2 milyar in aggregate dengan risiko sendiri IDR 500 juta untuk periode asuransi
12 bulan dari 30 Juni 2016 – 31 Mei 2017 dengan retroactive date 30 Juni 2015
serta deeming provision dalam polis. Selama periode asuransi terjadi klaim dengan
urutan sebagai berikut (Mar 2017, No 11):
a. Klaim pertama setelah IDR 750 juta yang disebabkan peristiwa 10 Juli 2016
dan klaim diterima sehari setelah tanggal kejadian.
b. Klaim kedua IDR 1.5 milyar yang disebabkan peristiwa 25 Mei 2015 dan
informasi disampaikan kepada asuransi pada hari yang sama klaim diterima
yaitu tanggal 25 Juli 2016.
c. Klaim ketiga IDR 800 juta dengan biaya legal IDR 250 juta yang disebabkan
peristiwa 1 Agustus 2015 dan informasi disampaikan kepada asuransi pada
hari yang sama klaim diterima yaitu tanggal 10 Oktober 2016.
d. Klaim keempat IDR 1.25 milyar dengan biaya legal IDR 500 juta yang
disebabkan peristiwa 5 Januari 2017 dan informasi disampaikan kepada
asuransi 10 Januari 2017 dan klaim diterima tanggal 6 April 2017.
e. Klaim kelima IDR 1 milyar dengan biaya legal IDR 300 juta yang disebabkan
peristiwa 31 Maret 2017 dan informasi peristiwa disampaian kepada asuransi
pada hari yang sama dengan klaim diterima tanggal 5 Juli 2017.
f. Klaim keenam IDR 1.5 milyar dengan biaya legal IDR 500 juta yang disebabkan 37
peristiwa 29 Mei 2017, informasi peristiwa disampaikan pada hari yang sama
dan klaim diterima tanggal 15 Juli 2017.
Hitunglah penggantian kerugian yang diperoleh PT. Setara. Berikan asumsi yang
mendasari perhitungan saudara.

Jawaban:
Diketahui:
Limit = IDR 1 milyar per kejadian dan IDR 2 milyar in aggregate
Own risk = IDR 500 juta
Periode = 12 bulan (30 Juni 2016 - 31 Mei 2017)
Retroaktif = Sejak 30 Juni 2015

Jawaban:

Waktu Lapor Nilai Klaim (IDR) Deductible Klaim dibayar (IDR) Aggregate
10/7/2016 750,000,000 500 jt 250,000,000 250,000,000
25/7/2016 1,500,000,000 - 0 Over retroactive
date
10/10/2016 (max) 1,000,000,000 500 jt 500,000,000 750,000,000
06/4/2017 (max) 1,000,000,000 500 jt 500,000,000 1,250,000,000

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

05/7/2017 ask: 1,300,000,000 - 0 Melebihi wkt lapor


05/7/2017 ask: 2,000,000,000 - 0 Melebihi wkt lapor

2.21. Terkait dengan Asuransi Pihak Ketiga, uraikan yang dimaksud dengan Latent
Damage dan permasalahan yang ditimbulkannya dalam penyelesaian klaim pada
polis occurrence basis. (Mar 2016, No 1).

Jawaban:
Kerusakan laten adalah di mana kerusakan terjadi tersembunyi – kerusakan yang
dikover polis tetapi baru muncul kemudian; dan bahkan kadang-kadang baru muncul
bertahun-tahun kemudian. Pada polis tahun yang mana klaim tersebut melekat?
Contoh yang paling menonjol dari masalah ini berkaitan dengan penyakit industri,
dan penyakit yang berhubungan dengan asbestos. Penyakit ini memiliki masa laten
yang panjang dan ada banyak ribuan klaim semacam ini dalam jaminan Employers’
Liability dan Public Liability.
Seperti yang kita pelajari, wording untuk public liability atau employers’ liability akan
selalu berada dalam occurrence basis. Penyakit yang berhubungan dengan asbes
memberikan contoh yang baik mengenai betapa sulitnya dalam menentukan polis
occurrence basis mana yang akan berlaku untuk suatu klaim. Hal ini karena individu
yang terekspose asbes bisa 20, 30, 40 tahun atau lebih sebelum individu mulai
menderita gejala atau perkembangan bentuk penyakit yang berhubungan dengan
asbes. Hanya ketika penyakit ini berkembang klaim akan dibuat. Pertanyaannya
di sini adalah apakah peristiwa yang memicu cover adalah paparan asbes atau
perkembangan penyakit tersebut atau bahkan munculnya gejala pertama. Ini sangat 38
penting, seperti yang sering majikan atau perusahaan bersalah dalam hal paparan
asbes selama praktek bisnis mereka dari tahun ke tahun.
Akibatnya tidak akan ada lagi dan dengan demikian tidak ada polis yang relevan
ketika penyakit tersebut mulai nampak. Jika pemicunya adalah manifestasi dari
penyakit, ini bisa meninggalkan penggugat tanpa kompensasi apapun. Namun,
industri asuransi juga menghadapi kerugian yang cukup besar dari klaim asbes
dan sifat alami long-tail mereka. Banyak perusahaan asuransi menghadapi klaim
asbes berada di run-off. Juga ada kemajuan medis mengenai pembentukan waktu
perkembangan penyakit. Jumlah masalah hukum yang kompleks di bidang ini telah
terbukti bermanfaat bagi proses pengadilan.

2.22. Berkaitan dengan asbestos, uraikan mengapa asbestos menjadi pengecualian


umum (Mar 2013, No 4).

Jawaban:
Asbestos merupakan penyakit yang berakibat dari suatu aktivitas industri dan
sifatnya yang laten. Kerusakan laten adalah di mana kerusakan terjadi tersembunyi
– kerusakan yang dikover polis tetapi baru muncul kemudian; dan bahkan kadang-
kadang baru muncul bertahun-tahun kemudian. Di kebanyakan kasus, gejala
asbestos baru muncul 20 - 30 tahun kemudian. Penyakit ini memiliki masa laten
yang panjang dan ada banyak ribuan klaim semacam ini dalam jaminan Employers’
Liability dan Public Liability. Sangat sulit untuk mengidentifikasi polis mana yang
akan bekerja atas klaim asbestos tersebut. Oleh karena sifatnya yang sangat long

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

tail tersebut, asbestos dikecualikan dalam polis.

2.23. Sebutkan jenis kerugian yang menjadi intensi penggunaan claims made basis policy
wording. (Sept 2017, No 3).

Jawaban:
Menurut definisi, claims made adalah polis tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga di mana sebuah klaim dibuat terhadap tertanggung. Polis ini umumnya
digunakan ketika polis dimaksudkan untuk mengkover kerugian keuangan yang
timbul dari pelanggaran kewajiban atau kontrak oleh tertanggung. Tanggal di mana
klaim yang dibuat adalah trigger/pemacu bagi polis.
Bahkan, seperti dalam contoh di atas, di mana klaim mencakup suatu elemen
kerugian yang disebabkan oleh kerusakan fisik, dasar melekatnya tetap pada
saat klaim dibuat atau claims made dan seluruh klaim akan dikover Penanggung
ketika klaim sesungguhnya dibuat. Bagi profesional indemnity, penggunaan polis
claims made berarti bahwa bahkan setelah mereka pensiun, mereka perlu untuk
mempertahankan cover run-off. Ini biasanya untuk jangka waktu lebih dari enam
tahun dan perlu untuk memberikan cover sehingga mereka menerima klaim yang
timbul dari bisnis mereka pra-pensiun.
Masalah yang kompleks untuk polis claims made adalah bahwa keadaan timbul
selama periode polis yang mungkin mengakibatkan klaim. Cukup sering bahwa
tidak ada perkembangan lebih lanjut (seperti penerimaan klaim formal) sebelum
periode polis berakhir. Pemegang polis akan perlu untuk mengungkapkan keadaan
ini pada perpanjangan berikutnya: pertanyaan “apakah Anda mengetahui adanya 39
keadaan yang dapat menimbulkan kerugian?” adalah pertanyaan standar pada
setiap proposal form. Mengungkapkan keadaan ini pada proposal form berarti
bahwa polis baru hampir pasti akan mengecualikan setiap klaim yang timbul dari
cover. Ini tampaknya akan membiarkan tertanggung tanpa cover jika dan ketika
terjadi klaim yang timbul dari keadaan yang tidak terwujud.
Namun, dengan menggunakan wording polis ini jelas bahwa perusahaan asuransi
akan menganggap klaim yang timbul dari keadaan yang dilaporkan selama periode
polis sebagai klaim yang dibuat selama periode itu. Dalam J Rothschild Assurance
plc v. Collyear & others (1998), Rix, J menyatakan bahwa memang suatu polis
claims made hanya bisa bekerja pada basis ini. Anggapan ini memperluas cover
untuk klaim yang dibuat setelah kadaluwarsa, jika pemegang polis telah efektif
memberitahu klaim kepada perusahaan asuransi.
Sebuah wording khas untuk klausul ini akan menjadi:
Setiap klaim yang timbul dari keadaan seperti itu akan dianggap telah dibuat
selama periode asuransi yang berlaku sejak notifikasi yang diberikan kepada
Penanggung

2.24. Berikan masing-masing 1 (satu) contoh wording occurrence dan claims made.

Jawaban:
Claims Made

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Jika selama Periode Asuransi dan sebagai hasil dari kegiatan bisnis Anda setiap pihak
membawa suatu klaim terhadap Anda setiap civil liability, kami akan memberikan
ganti rugi kepada Anda sejumlah yang Anda bayar sebagai kompensasi.
Penanggung akan mengganti kerugian tertanggung terhadap setiap klaim pertama
kali dibuat selama periode asuransi sehubungan dengan civil liability.

Occurrence
Asuransi ini mengkover properti terhadap kerugian atau kerusakan fisik yang terjadi
selama periode asuransi.
Kami akan mengganti kerugian Anda sampai nilai pertanggungan untuk semua nilai
yang menjadi liable secara hukum untuk membayar kompensasi atas klaim yang
dibuat kepada Anda atas cedera atau kerusakan properti yang timbul dari insiden
yang terjadi selama periode asuransi.

2.25. Berkaitan dengan luas jaminan polis, uraikan 10 (sepuluh) kelas asuransi beserta
basis wording yang tepat untuk kelas asuransi tersebut.

Jawaban:
Tabel 2.1: basis pada kelas mana biasanya diunderwrite
Kelas Asuransi Basis yang dibuat
Property (pihak pertama)
Business Interruption
Occurrence
Occurrence
40
Employers Liability Occurrence
Public Liability Occurrence
Product Recall Occurrence
Product Liability Occurrence atau Claims Made
Personal Lines Occurrence
Marine Hull Occurrence
Marine Cargo Occurrence
Marine Liability Occurrence atau Claims Made
Professional Indemnity Claims Made
Motor Occurrence
Financial Institutions Claims Made
Director and Officers Claims Made

2.26. Terkait dengan polis Professional Indemnity, uraikan: (Mar 2018, No. 5)
a. Yang dimaksud dengan run-off cover
b. Mengapa jaminan tersebut perlu dipertahankan setelah tertanggung pension

Jawaban:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Run off cover adalah suatu polis asuransi yang menjamin klaim terhadap perusahaan
yang telah diakuisisi, merger, atau berhenti beroprasi. Run off insurance atau run off
cover juga disebut sebagai ‘closeout insurance’, yang dibeli oleh perusahaan yang
sedang diakuisisi dan memperkuat perusahaan yang diakuisisi dari gugatan hukum
terhadap directors & officers di perusahaan yang diakuisisi tersebut
Sebagaimana kita tahu, mengakuisisi sebuah perusahaan berarti mengambil
alih kepemilikan yang tidak hanya berupa aset, tetapi juga kewajiban / liabilities,
termasuk kewajiban yang datang di masa depan. Liabilities mungkin muncul
karena pihak ketiga merasa bahwa mereka tidak diperlakukan secara adil dalam
kontrak. Investor mungkin merasa kecewa dengan bagaimana directors & officers
sebelumnya menjalankan bisnis. Kompetitor juga merasa bahwa hak kekayaan
intelektual mereka direnggut. Untuk melindungi diri dari kewajiban-kewajiban
tersebut, perusahaan yang akan mengakuisisi akan memiliki run off insurance untuk
perusahaan yang diakuisisi.
Para professional juga membeli polis run off untuk melindungi liabilitas para
professional setelah bisnis tidak lagi beroperasi. Namun karena itu bukan polis
asuransi ganti rugi professional yang lengkap, preminya berkurang seiring waktu.
Dan meskipun itu hanya memberikan perlindungan yang berguna terhadap klaim
dari pekerjaan yang dilakukan sebelumnya, run-off cover membantu menghindari
berbagai kerumitan dan biaya yang terjadi karena tuntutan dari pihak ketiga.
Suatu polis run off merupakan suatu jenis dari polis claims made, daripada
occurrence. Ini karena klaim mungkin dibuat beberapa tahun setelah insiden
yang menyebabkan kerugian / kerusakan, sedangkan polis occurrence hanya
menyediakan cover selama periode yang polisnya aktif. Panjangnya periode run
off cover biasanya tidak satu tahun, melainkan bisa sampai beberapa tahun setelah
polis aktif.
Bagi profesional indemnity, penggunaan polis claims made berarti bahwa bahkan
setelah mereka pensiun, mereka perlu untuk mempertahankan cover run-off. Ini 41
biasanya untuk jangka waktu lebih dari enam tahun dan perlu untuk memberikan
cover sehingga mereka menerima klaim yang timbul dari bisnis mereka pra-pensiun.

2.27. Simon memiliki cover comprehensive untuk bangunan dan isinya dengan Asuransi
XYZ. Polis asuransinya berakhir setiap tanggal 20 September. Rumahnya terbakar
habis pada 19 September 2008, setelah ada pesta di rumahnya. DIa tidak
melaporkan kebakaran itu sampai tanggal 21 September 2008. Apa trigger dari
kover asuransinya?

Jawaban:
Tanggal kebakaran yaitu 19 September 2008 adalah tanggal kerugian, karena
kebakaran adalah pemicunya. Polis bangunan ada dalam occurrence basis dan
polis akan merespon ini selama 20 September 2007 – 19 September 2008. Tanggal
kerugian dalam periode polis, sekalipun Simon tidak melaporkan kerugian sampai
periode asuransi yang baru. (Kita tentu telah mengabaikan semua isu persyaratan
dan tugas notifikasi pada saat perpanjangan untuk kepentingan contoh yang sangat
sederhana ini.)

2.28. PT. ABC memiliki polis Tanggung Gugat yang dikeluarkan PT. Asuransi XYZ dengan
batas pertanggungan IDR 10 milyar setiap kerugian dan IDR 30 milyar cara total

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

selama periode pertanggungan. Jangka waktu pertanggungan dimulai I januari


2012 untuk 12 bulan. PT. ABC meminta penggantian klaim berikut ini:
Tanggal 15 Januari 2012 IDR 7.5 milyar
Tanggal 1 April 2012 IDR 12.5 milyar
Tanggal 10 Juni 2012 IDR 9.5 milyar
Tanggal 10 September 2012 IDR 10 milyar Tanggal 20 November 2012 IDR 5 milyar
Hitunglah penggantian diberikan perusahaan asuransi PT. XYZ kepada PT. ABC

Jawaban:
Klaim 17 Januari 7,5 XYZ bayar IDR 7,5 M
Klaim 1 April 12,5 M XYZ bayar IDR 10 M / 12,5 M = 8 M (prorata)
Klaim 10 Juni 9 M XYZ bayar IDR 9 M
Klaim 10 November 2012 IDR 10 M

Total klaim 7,5 + 8 + 9 = 24,5 m --> XYZ bayar = 30 M – 24,5 M = 5,5 M


ABC bayar : 4,5 M
Klaim 20 November 5 M --> XYZ bayar 0 M
ABC bayar : 5 M
42

2.29. Pabrik kosmetik PT. Kosmetika terbakar akibat rambatan dari pabrik yang berlokasi
di sebelahnya, yaitu PT. Kemikal. Pabrik PT. Kosmetika tersebut diasuransikan
dengan Polis Standar Asuransi Kebakaran (PSAKI) di perusahaan asuransi PT.
Aman Sentosa dengan data (Sept 2018, No. 10).
Nilai pertanggungan bangunan IDR 4 milyar
Nilai pertanggungan mesin IDR 10 milyar
Nilai pertanggungan stok IDR 10 milyar
Submit untuk stok barang jadi IDR 250 juta
Risiko sendiri IDR 50 juta
Klausa perluasan yang dilekatkan: perluasan jaminan kerusuhan (4.1A), Perluasan
jaminan Banjir (4.3), Klausa Pemulihan Kembali (Reinstatement Value Clause).

Kebakaran mengakibatkan kerugian sebesar 9.5 milyar dengan perincian:


Biaya perbaikan bangunan IDR 1 milyar, sudah termasuk penambahan fasilitas
baru berupa sprinkler senilai IDR 200 juta.
Biaya penggantian mesin yang terbakar senilai IDR 5 milyar.
Stok kosmetik yang sedang dalam proses pengerjaan senilai IDR 3 milyar.
Stok kosmetik yang sudah dikerjakan tapi belum sempat dipindahkan ke gudang

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

senilai IDR 500 juta.

Diketahui bahwa sesaat sebelum kebakaran,


Nilai bangun baru IDR 5 milyar
Nilai pembelian semua mesin baru IDR 8 milyar
Total nilai stock kosmetik IDR 10 milyar

Pabrik yang menyebabkan kebakaran di PT. Kosmetika bersedia memberikan ganti


rugi sebesar IDR 9 milyar.

Hitunglah (tanpa menggunakan kalkulator atau sejenisnya):


a. Penggantian yang diterima PT. Kosmetika dari perusahaan asuransi PT. Aman
Sentosa.
b. Alokasi ganti rugi yang diterima dari PT Kemikal (pabrik yang menyebabkan
kebakaran) antara PT. Kosmetika dan PT. Aman Sentosa.

Jawaban:
DIKETAHUI:
Total Sum Insured PT Kosmetika
Nilai pertanggungan bangunan IDR 4 milyar 43
Nilai pertanggungan mesin IDR 10 milyar
Nilai pertanggungan stok IDR 10 milyar
Submit untuk stok barang jadi IDR 250 juta
TOTAL IDR 24.250 milyar

Own Retention: IDR 50 juta

Total biaya perbaikan


Perbaikan bangunan IDR 1 milyar
Penambahan sprinkler - (tidak dapat diklaim)
Penggantian mesin IDR 5 milyar
Stok kosmetik (sedang pengerjaan) IDR 3 milyar
Stok kosmetik (selesai pengerjaan) IDR 500 juta

Karena diletakkan Klausa Pemulihan Kembali (Reinstatement Value Clause), maka


nilai yang harus diletakkan dalam TSI harus nilai baru. Oleh karena itu, akan berlaku
prinsip underinsured atau over insured jika nilai TSI nya tidak tepat.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Nilai perolehan baru


Nilai bangun baru 5 milyar
Nilai mesin baru 8 milar
Nilai stok sebenarnya (total) 10 milyar

DITANYA:
a Penggantian yang diterima PT. Kosmetika dari perusahaan asuransi PT. Aman
Sentosa.
b. Alokasi ganti rugi yang diterima dari PT Kemikal (pabrik yang menyebabkan
kebakaran) antara PT. Kosmetika dan PT. Aman Sentosa.

JAWAB:
PENYESUAIAN NILAI PERTANGGUNGAN
Penggantian biaya perbaikan bangunan (underinsured):
4/5 x 1 milyar : IDR 800 juta

Perbaikan mesin (overinsured - jika terjadi overinsured yang terjadi adalah


pembayaran premi berlebih akan sia – sia karena asurasi membatasi pembayaran
klaim sebesar maksimal nilai harga sebenarnya pada saat terjadi kerugian): 44
10/8 x 5 milyar : maksimum IDR 5 milyar

Penggantian stock (overinsured):


Stock kosmetik (sedang pengerjaan): IDR 3 milyar
Stock kosmetik (selesai pengerjaan): max IDR 250 juta (nilai maksimum yang
disebutkan di polis)

Total nilai yang diakui sebagai klaim: IDR 9,050,000,000


Deductible: IDR 50,000,000
Net claim: IDR 9,050,000,000 - IDR 50,000,000 : IDR 9 milyar

Tertanggung harus memilih penggantian dari asuransi PT Aman Sentosa atau dari
PT Kemikal yang menyebabkan kebakaran.
a. Penggantian yang diterima PT. Kosmetika dari perusahaan asuransi PT. Aman
Sentosa : IDR 9 milyar (Asuransi dapat tuntut subrogasi IDR 9 milyar ke PT
Kemikal)
b. Tertantung kesepakatan. Nilai maksimal penggantian tetap IDR 9 Milyar,
kecuali total klaim dibayar oleh asuransi, sedangkan Risiko Sendirinya bisa
dituntut ke PT Kemikal, sebesar IDR 50 juta

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

2.30. Entah polis tersebut claims made atau occurrence, semuanya akan berisi ketentuan
yang menentukan tugas dan kewajiban pemegang polis dalam membuat klaim
sesuai polis. Uraikan ketentuan mengenai notifikasi klaim

Jawaban:
Ketentuan mengenai notifikasi klaim biasanya termuat dalam judul ‘kondisi’,
misalnya:
• di bawah judul ‘apa yang harus dilakukan jika terjadi klaim’; atau
• ketika Anda menemukan mengenai kemungkinan adanya klaim di bawah polis
ini, Anda harus memberitahu kami sesegera mungkin.

Biasanya pemberian notifikasi akan menentukan kapan tepatnya pemegang polis


harus memberikan notifikasi klaim, bagaimana mereka mengkomunikasikannya
dan berapa lama batas waktu untuk notifikasi

Dalam beberapa cover personal line pihak pertama, notifikasi dapat dilakukan
melalui telepon atau melalui internet. Kebanyakan polis lain akan membutuhkan
notifikasi secara tertulis dan sering dalam bentuk yang sudah ditentukan. Risiko
yang ditutup melalui broker akan sering menunjuk broker untuk menjadi agen dalam
notifikasi klaim dan polis akan mencakup ketentuan di mana notifikasi kepada
broker cukup untuk klaim yang sah sebagaimana klaim yang diberitahukan kepada 45
perusahaan asuransi.

Kadang-kadang polis akan menentukan satu set batas waktu untuk notifikasi,
misalnya ‘dalam waktu empat puluh delapan jam’. Dalam beberapa kasus,
persyaratan dipermudah dengan memberi notifikasi secara ‘cepat’ atau ‘langsung’
atau ‘segera’, tanpa definisi lebih lanjut. Dalam situasi itu akan menjadi persoalan
yang wajar untuk menilai apakah tertanggung telah jauh menuntut persyaratan dan
keterlambatan notifikasi: pada akhirnya pengadilanlah yang akan memutuskan

2.31. Dalam kaitan dengan polis Asuransi Pihak Ketiga berbasis claims made, uraikan
yang dimaksud dengan ‘deeming provision’ (Sept 2015, No. 4; Sept 2018, No. 6).

Jawaban:
Ketentuan deeming memperluas jaminan untuk polis claim made setelah
kadaluwarsa, jika pemegang polis telah memberitahu keadaan tersebut ke asuransi.
Sebuah wording khas untuk klausul ini akan:
Setiap klaim yang timbul dari keadaan seperti itu akan dianggap telah dilakukan
selama periode Polis menerapkan dimana pemberitahuan tersebut diberikan
kepada perusahaan asuransi.
Ini adalah wilayah yang kompleks dan banyak masalah mungkin dapat muncul,

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

misalnya:
• Faktor apa yang akan membuat keadaan yang dilaporkan,
• Keadaan yang tidak diberitahukan dalam Polis, dan
• Claim made dalam lingkup lebih luas dari pemberitahuan keadaan asli.
Ada penilaian profil tinggi tentang ketentuan deeming dan pemberitahuan keadaan
ini.
Deeming hanya bisa dipicu jika asuransi menerima pemberitahuan mengenai
keadaan potensi klaim yang valid sehingga menimbulkan klaim nantinya.

2.32. Dalam kaitan dengan polis Asuransi Pihak Ketiga, uraikan yang dimaksud dengan
Provisional Damages. (Sept 2018, No. 8).

Jawaban:
Di kebanyakan klaim personal injury hanya mungkin untuk memulihkan pembayaran
satu kali dengan cara kompensasi. Ini akan dilakukan melalui penyelesaian di luar
pengadilan atau juga melalui pengadilan. Ini dikenal sebagai penghargaan ‘penuh
dan final / full and final award
Namun dalam kondisi tertentu, jumlah yang diperlukan untuk memberi kompensasi
penuh terhadap korban cedera akan tetap tidak pasti. Sebagai akibatnya tidak adil
untuk melakukan pembayaran satu kali karena ini dapat menyebabkan kurangnya
kompensasi yang signifika . Oleh karena itu, dalam keadaan tertentu, dimungkinkan
untuk memperoleh penghargaan provisional damages atau ‘kerusakan sementara’
46
dan untuk mencari penghargaan lebih lanjut dari kompensasi cedera pribadi di
kemudian hari.
Keadaan terbatas di mana kerusakan sementara dapat diberikan adalah: -

- Dimana cedera terjadi secara berkelanjutan dan ada risiko kerusakan di


masa depan yang serius (seperti pengembangan artritis berat atau perlunya
menjalani penggantian sendi);
- Di mana ada risiko bahwa korban cedera pribadi dapat mengembangkan
kondisi lain yang timbul dari tindakan kelalaian asli yang akan mewakili
kerusakan yang signifik n dalam kesehatan mereka (misalnya seorang
individu dengan penebalan pleura berisiko mengalami kondisi yang lebih
serius terkait asbes lebih serius seperti kanker paru-paru atau mesothelioma).
Adalah masalah bagi Pengadilan untuk menentukan apakah ganti rugi sementara
sesuai dan atas ketentuan apa korban luka pribadi dapat kembali untuk mencari
kompensasi kompensasi lebih lanjut. Bukti medis akan diperlukan dari seorang ahli
untuk mengidentifikasi sifat risiko yang tersisa dan bagaimana ini akan mempengaruhi
individu yang bersangkutan. Permohonan akan diperlukan ke Pengadilan untuk
mendapatkan suatu permintaan untuk kerusakan sementara.
Ketika menangani klaim cedera pribadi, yang paling penting adalah Anda
mendapatkan saran lengkap tentang masalah seperti kerusakan sementara untuk
memastikan bahwa Anda memberikan kompensasi yang layak diterima.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

2.33. Sebutkan 4 (empat) alasan pentingnya tertanggung untuk segera memberitahukan


kepada perusahaan asuransi mengenai klaim dari pihak ketiga terutama pada polis
yang berbasiskan claims made dan loss occurring. (Mar 2018, No. 4).

Jawaban:
Penanggung membutuhkan pemberitahuan klaim yang sesegera mungkin untuk
sejumlah alasan:
• untuk memberikan kesempatan untuk meminimalkan kerugian;
• sehingga mereka dapat berada dalam posisi untuk membela klaim secara
layak;
• sehingga mereka dapat memenuhi setiap pengadilan atau deadlines lainnya;
dan
• untuk melindungi hak-hak subrogasi mereka.
Untuk polis claims made, sangat penting bagi tertanggung untuk melaporkan sedini
mungkin sebelum periode asuransi berakhir. Apabila klaim dilaporkan setelah
periode asuransi lewat, maka klaim tidak dapat diproses.
Untuk polis occurrence basis, klaim tetap harus segera dilaporkan walaupun
pelaporanya melewati periode polis dengan alasan di atas.

2.34. Berkaitan dengan ketentuan waktu pemberitahuan klaim, uraikan 4 (empat) alasan 47
pentingnya suatu klaim dilaporkan sedini mungkin pada perusahaan asuransi (Sept
2012, No. 8; Mar 2016, No. 7).

Jawaban:
Penanggung membutuhkan pemberitahuan klaim yang sesegera mungkin untuk
sejumlah alasan:
• untuk memberikan kesempatan untuk meminimalkan kerugian;
• sehingga mereka dapat berada dalam posisi untuk membela klaim secara
layak;
• sehingga mereka dapat memenuhi setiap pengadilan atau deadlines lainnya;
dan
• untuk melindungi hak-hak subrogasi mereka.

2.35. Berkaitan dengan pelaporan klaim, jelaskan penerapan ketentuan notifikasi klaim
dalam wording claims made basis.

Jawaban:
Kapan klaim handler harus menerima notifikasi dari suatu keadaan yang memicu

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

klaim? Wording dari bagian yang relevan di dalam polis menjadi penting.

Berikut ini adalah wording notifikasi klaim yang khas

Tertanggung harus melakukan praktik notifikasi kepada underwriter sesegera


mungkin secara tertulis dari setiap keadaan yang mereka sadari akan dapat
menimbulkan kerugian atau klaim terhadap mereka.

Selain dari kata ‘may – mungkin’ Anda juga akan melihat wordings yang menggunakan
‘might – mungkin’ atau ‘are likely to – cenderung’ atau ‘could - bisa.’ Penanggung
akan sering mengambil pendekatan yang berbeda pada nuansa antara berbagai
terms dan keputusan apakah sesuatu itu harus dilaporkan adalah fakta penting
yang memicu.

Sebuah klausul yang mengharuskan tertanggung untuk memberikan notifikasi dari


keadaan yang ‘mungkin’ menimbulkan klaim berarti bahwa notifikasi perlu diberikan
hanya jika ada lebih dari satu atau lebih potensi (yaitu lebih dari kemungkinan 50%)
klaim akan dibuat (Layher Ltd v. Lowe (2000)).

Dua keputusan hukum yang penting, yang dilakukan selama 2008, berurusan
dengan isu seputar notifikasi dari keadaan. Anda harus memastikan bahwa Anda
sepenuhnya menyadari detailnya. Kasus-kasus ini adalah:
48
• Kajima UK Engineering Ltd v. Underwiriter Insurance Company Ltd (2008).;
dan
• HLB Kidsons v. Lloyd Underwriters (2008).

Karena kasus-kasus ini sangat penting, kita akan membahas keduanya di sini.

Dalam Kajima UK Engineering Ltd v. Underwiriter Insurance Company Ltd (2008),


pengadilan diminta untuk menentukan apakah kontraktor tertanggung memberitahu
penanggung terhadap cacat tertentu yang muncul dalam proyek konstruksi.
Tertanggung, Kajima, adalah kontraktor utama pada pembangunan blok apartemen
untuk yayasan amal. Konstruksi berupa stacked accommodation pods. Selama
pembangunan, Kajima memberitahu penanggung asuransi profesional indemnity
mereka bahwa pembangunan pods tersebut selesai, menyebabkan atap sebelah,
balkon dan trotoar mendistorsi. Dalam notifikasi yang sama, Kajima mengacu
pada kemungkinan kerusakan lainnya dan pada fakta bahwa investigasi sedang
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab dan efek potensial atau risiko. Setelah
penyelidikan selesai, Kajima mengkonfirmasi telah mengungkapkan apa-apa
yang tak terduga dan posisi telah stabil: pekerjaan telah selesai dilakukan. Kajima
meminta perusahaan asuransi mereka untuk tetap open file untuk notifikasi tersebut
agar dapat dibuka selama dua belas bulan untuk melihat apakah posisi tetap sama.

Setelah berakhirnya polis, Kajima dan klien mereka melakukan penyelidikan lebih
lanjut yang mengungkapkan sejumlah masalah yang semakin serius dan luas –

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

beberapa di daerah yang sama dan dari jenis yang sama seperti notifikasi asli,
tetapi beberapa di luar area itu dan dari yang memiliki tipe yang berbeda. Masalah
itu begitu serius bahwa mereka pikir apartemen berisiko runtuh. Kajima membeli
apartemen dari klien dan mencari ganti rugi dari perusahaan asuransi. Isu sebelum
pengadilan adalah apakah notifikasi asli cukup untuk merangkul rantai peristiwa
yang menyimpulkan dengan penyelesaian akhir.

Pengadilan menyatakan bahwa pemberitahuan itu hanya efektif dalam kaitannya


dengan keadaan spesifik yang diberitahukan tersebut. Ini menolak argumen Kajimas
bahwa kerugian ada secara efektif berlanjut dari tanggal pemberitahuan sampai
ke penyelesaian akhir. Perluasan cacat dan kerusakan yang ditemukan selama
penyelidikan setelah tanggal pemberitahuan tidak terkait dengan persoalan yang
benar-benar diberitahu, setiap klaim yang berkaitan dengan mereka tidak muncul
dari keadaan yang diberitahukan. Harus ada beberapa hubungan antara kerusakan
tersebut dan kerusakan dan keadaan yang dilaporan. Tidak semua yang pandangan
akal sehat akan terhubung dengan keadaan notifikasi dapat diperlakukan secara
hukum sebagai sesuatu yang sedang dicover olehnya.

Dalam kasus populer HLB Kidsons v. Lloyd Underwriters (2008), Pengadilan


Tinggi harus mempertimbangkan apakah akuntan tertanggung telah memberikan
pernyataan efektif dari situasi yang berkaitan dengan saran perencanaan pajak
yang keliru yang diberikan kepada klien. Jika mereka memiliki, pengadilan kemudian
harus memutuskan apakah klaim berikutnya dibuat muncul dari pemberitahuan
tersebut.

Pada contoh pertama, Gloster, J menyatakan bahwa cover tidak akan diperpanjang
kecuali ada komunikasi dari tertanggung yang memberikan notifikasi sedemikian
49
rupa sehingga meninggalkan ‘diterima secara wajar tanpa diragukan’ yang diniati
oleh penanggung untuk memberitahu keadaan dengan tujuan untuk memicu cover.
Pengadilan Tinggi tidak melangkah sejauh ini, dan lebih memilih sesuatu yang
lebih ringan yaitu ‘cukup jelas’ daripada ‘tidak diragukan’. Pengadilan Tinggi tidak
setuju dengan hakim dalam menemukan bahwa harus ada justifikasi tujuan untuk
mendukung notifikasi tertanggung atas keadaan yang mungkin menyebabkan klaim.
Gloster, J juga menyatakan bahwa untuk memenuhi syarat sebagai ‘keadaan’,
subjek dari notifikasi perlu untuk menjadi ‘fakta; event; kejadian; atau pernyataan
keadaan’. Pengadilan Banding tidak setuju, dan definisi ini kemungkinan akan
diadopsi dalam kasus berikutnya.

Isu-isu seputar notifikasi dari keadaan tidak terbatas pada polis claims made. Kasus
yang sangat baru-baru ini Aspen Insurance UK Ltd & Others v. Pectel Ltd (2008)
yang berkaitan dengan kebakaran pada tahun 2004, yang terjadi pada deep tunnel
terowongan komunikasi yang dalam yang dimiliki oleh BT. Here (occurrence basis)
wording polis mengenai notifikasi dibaca

Prosedur klaim
Tertanggung harus memberikan kepada Miles Smith (broker) ... pemberitahuan
secara tertulis sesegera mungkin secara penuh detail dari:
setiap kejadian yang dapat menimbulkan ganti rugi dalam asuransi ini

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

Pengadilan menyadari, sebagai isu awal, apakah tertanggung telah memenuhi


ketentuan notifikasi ini. Teare, J merasa bahwa untuk kesadaran yang diperlukan
oleh pihak tertanggung untuk hadir, harus ada sesuatu yang ‘nyata dibandingkan
dengan risiko fantastis dari underwriter yang harus mengganti kerugian tertanggung.’
Ini mengkonfirmasi tes objektif Kidsons, dengan mempertimbangkan pengetahuan
yang dimiliki tertanggung. Dalam kasus Aspen hakim memutuskan bahwa ada
risiko nyata bahwa tertanggung mungkin mengklaim ganti rugi berdasarkan polis
dan risiko adalah sesuatu yang wajar yang memiliki pengetahuan dari tertanggung,
akan diakui.
 
Oleh karena itu, kita dapat melihat bahwa tes untuk memutuskan apakah keadaan
yang ‘mungkin’ menimbulkan klaim adalah obyektif. Pertanyaannya adalah apakah
seseorang dalam posisi tertanggung akan menganggap keadaan tertentu sebagai
sesuatu yang mungkin dapat menimbulkan klaim. Posisi ini telah dikonfirmasi di
Laker Vent Engineering Ltd v. Templeton Insurance Ltd (2008).

Untuk menyimpulkan, dalam ringkasan kasus hukum yang memutuskan menegaskan


bahwa, saat ini, keadaan yang dapat menimbulkan klaim adalah salah satu yang,
obyektif dievaluasi, menciptakan kemungkinan yang nyata dan cukup meyakinkan
bahwa itu akan menimbulkan kerugian atau klaim terhadap tertanggung. Risiko
harus nyata dan bukan angan-angan.

2.36. Berkaitan dengan penanganan klaim, uraikan definisi tertanggung


50
Jawaban:
Sebuah pertanyaan kunci untuk seorang klaim handler untuk dipertimbangkan adalah
apakah polis mencakup orang atau badan yang mencari ganti rugi berdasarkan
polis tersebut. Dalam polis personal lines adalah umum bagi tertanggung untuk
disebut sebagai ‘Anda’ sepanjang polis. Ada kemudian menjadi suatu definisi ‘Anda’
dalam bagian definisi, misalnya
orang disebut sebagai tertanggung dalam schedule dan semua anggota tetap
dari rumah tangga orang itu termasuk karyawan rumah tangga yang tinggal
di rumah.
Untuk jaminan polis komersial, ‘tertanggung’ biasanya akan mencakup setiap
perwakilan dan/atau anak perusahaan terkait (biasanya perusahaan asuransi
memerlukan identifikasi khusus selama proses proposal). Kadang-kadang
perusahaan utama akan terdaftar sebagai satu-satunya tertanggung dalam schedule
dan kemudian perpanjangan akan ditambahkan ke polia untuk daftar setiap entitas
lain yang juga akan dibahas. Jika sebuah perusahaan terbatas adalah entitas
tertanggung, maka coverage akan diperpanjang tanpa penjelasan lebih lanjut
kepada semua orang untuk yang bertindak entitas tertanggung yang akan memiliki
tanggung jawab perwakilan, kecuali secara khusus dibatasi di tempat lain.
Ada sejumlah skenario di mana pertanyaan tentang pihak siapa yang sebenarnya
dimaksudkan oleh asuransi untuk mengganti kerugian, dan dengan suatu
perpanjangan, pertanyaan tentang siapa yang tidak dimaksudkan akan muncul.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

2.37. Konflik kepentingan antara nasabah dan pialang asuransi dapat terjadi dalam hal
penanganan klaim. Uraikan: (Mar 2019, No. 10).
a. Bagaimana konflik k pentingan itu dapat terjadi.
b. Kewajiban perusahaan pialang asuransi tersebut terhadap nasabahnya.
c. Konsekuensi bagi tertanggung bila pemberitahuan klaim dari pialang asuransi
ke penanggung melebihi batasan waktu yang ditentukan dalam polis walaupun
tertanggung telah menyampaikannya sebelum batasan waktu tersebut.

Jawaban:
a. Bagaimana konflik kepentingan itu dapat terjadi
Dalam proses klaim, broker membantu nasabah dalam segala hal, mulai dari
penyampaian laporan notifikasi klaim ke asuransi, pengumpulan dokumen
klaim, negosiasi dengan asuransi, hingga pembayaran klaim. Dalam
beberapa case, nasabah kadang tidak memiliki itikad baik untuk menyediakan
dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh Penanggung untuk memproses
klaim lebih lanjut. Di satu sisi tertanggung meminta klaim untuk di bayar, di
sisi lain Penanggung tidak bersedia untuk memproses klaim lebih lanjut jika
data tidak lengkap.
Dalam hal lain, ada kalanya broker tidak mendapatkan komisi apapun
karena semua komisi dialihkan sebagai diskon ke tertanggung, namun harus
menangani klaim yang membutuhkan sumber daya manusia dan penanganan
khusus.
(Silahkan Anda menambahkan jawaban yang menurut Anda perlu untuk di
masukkan ke jawaban Anda) 51
b. Kewajiban perusahaan pialang asuransi tersebut terhadap nasabahnya.
Perusahaan Pialang Asuransi wajib membantu pemegang polis, tertanggung,
atau peserta dalam rangka memenuhi persyaratan pengajuan klaim kepada
Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah.
Dalam rangka membantu pemegang polis, tertanggung, atau peserta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Perusahaan Pialang Asuransi
wajib melakukan langkah-langkah paling sedikit sebagai berikut:
a. memberikan pemberitahuan awal kepada Perusahaan Asuransi atau
Perusahaan Asuransi Syariah mengenai informasi pengajuan klaim
atau manfaat dari pemegang polis, tertanggung, atau peserta paling
lama 1 (satu) hari kerja setelah diterimanya informasi pengajuan klaim
dari pemegang polis, tertanggung, atau peserta;
b. memberikan tanggapan atas pemberitahuan klaim atau manfaat dari
pemegang polis, tertanggung, atau peserta dengan menginformasikan
dokumen pendukung yang dibutuhkan pemegang polis, tertanggung,
atau peserta dalam proses pengajuan klaim atau manfaat paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak pemberitahuan klaim atau manfaat diterima; dan
d. menyampaikan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada
huruf b kepada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah
paling lama 1 (satu) hari kerja sejak seluruh dokumen pendukung
diterima.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 2: Menentukan Keberadaan Jaminan

c. Konsekuensi bagi tertanggung bila pemberitahuan klaim dari pialang


asuransi ke penanggung melebihi batasan waktu yang ditentukan dalam polis
walaupun tertanggung telah menyampaikannya sebelum batasan waktu tersebut.
Dalam hal ini, kesalahan ada pada pialang asuransi. Berdasarkan pasal 64 POJK No.
70 / POJK. 05/2016, pialang asuransi tetap bertanggung jawab untuk menyelesaikan
kewajiban pertanggungjawaban atas pembayaran klaim atau manfaat yang timbul
dari kerugian yang terjadi.

52

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

Bab 3: Penerapan Prinsip Hukum

3.1. Berkaitan dengan prinsip hukum, uraikan pengertian insurable interest.

Jawaban:
Ini adalah prinsip dasar hukum asuransi bahwa agar polis asuransi menjadi valid,
pemegang polis harus memiliki interest yang cukup terhadap subyek asuransi. Pada
dasarnya ini berarti bahwa pemegang polis hanya perlu untuk menunjukkan bahwa
mereka akan menderita kerugian dari kehancuran atau mendapatkan beberapa
manfaat dari pelestariannya.

Definisi dalam The Marine Insurance Act 1906 adalah:

Secara khusus, seseorang yang tertarik dalam suatu marine adventure di mana ia
berada dalam hubungan hukum atau keadilan pada adventure atau setiap properti
yang diasuransikan atas risiko di dalamnya, sebagai konsekuensinya ia dapat
mengambil manfaat atas selamatnya atau datangnya properti yang diasuransikan,
atau mungkin berprasangka pada kerugiannya, atau kerusakan padanya, atau
dengan penahanan daripadanya, atau mungkin dikenakan liability dalam hal
tersebut.

53
Life Assurance Act 1774 melarang pembuatan polis apapun.

Atas hidup atau tinggalnya orang atau sekelompok orang, atau atas setiap satu
kejadian atau beberapa kejadian apapun, di mana orang atau sekelompok orang
yang menggunakan, memanfaatkan, atau karena siapa polis atau polis-polis tersebut
akan dibuat, tidak akan memiliki interest atau dengan cara judi atau taruhan.

Kasus hukum dan undang-undang dan kasus tambal sulam yang kompleks selama
bertahun-tahun telah membangun insurable interest ke posisi saat ini. Alasan utama
mengapa prinsip insurable interest muncul adalah keinginan untuk mengurangi
moral hazard dan untuk mencegah perjudian. Anda telah membahas insurable
interest secara rinci dalam studi Anda hukum asuransi (catatan: materi AAMAI 102).
Untuk tujuan pembelajaran ini, penting untuk diingat bahwa kontrak asuransi akan
batal jika tidak ada kepentingan yang diasuransikan seperti yang dipersyaratkan
oleh hukum. Jika kontrak batal, maka tidak ada klaim yang dapat dibayar.

3.2. Berkaitan dengan prinsip hukum, uraikan pengertian insurable interest menurut The
Marine Insurance Act 1906.

Jawaban:
Secara khusus, seseorang yang tertarik dalam suatu marine adventure di mana ia

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

berada dalam hubungan hukum atau keadilan pada adventure atau setiap properti
yang diasuransikan atas risiko di dalamnya, sebagai konsekuensinya ia dapat
mengambil manfaat atas selamatnya atau datangnya properti yang diasuransikan,
atau mungkin berprasangka pada kerugiannya, atau kerusakan padanya, atau
dengan penahanan daripadanya, atau mungkin dikenakan liability dalam hal
tersebut.

3.3. Berkaitan dengan prinsip insurable interest (Apr 2015, No. 11):
a. uraikan pengertian prinsip tersebut dalam asuransi pengangkutan.
b. uraikan 2 (dua) tujuan utama penerapan prinsip ini dalam asuransi kerugian.
c. jelaskan pertimbangan yang dilakukan dalam menilai apakah kasus klaim di
bawah ini dijamin dalam polis:
A adalah produsen baju di Indonesia yang mendapat pesanan dari B yang
berfokasi di Amerika. Dalam kontrak antara A dan B disebutkan pembayaran
dilakukan 1 minggu setelah barang dimuat pada kapal. A membeli polis
asuransi pengangkutan dengan jaminan ICC C. Dalam perjalanan kapal
tenggelam 10 hari setelah kapal berlabuh dan A mengajukan klaim pada
perusahaan asuransinya.

Jawaban:
a. Insurable interest adalah prinsip dasar hukum asuransi bahwa agar polis
asuransi menjadi valid, pemegang polis harus memiliki interest yang cukup
terhadap subyek asuransi. Pada dasarnya ini berarti bahwa pemegang polis 54
hanya perlu untuk menunjukkan bahwa mereka akan menderita kerugian dari
kehancuran atau mendapatkan beberapa manfaat dari pelestariannya.

Definisi dalam The Marine Insurance Act 1906 adalah:


Secara khusus, seseorang yang tertarik dalam suatu marine adventure di mana
ia berada dalam hubungan hukum atau keadilan pada adventure atau setiap
properti yang diasuransikan atas risiko di dalamnya, sebagai konsekuensinya
ia dapat mengambil manfaat atas selamatnya atau datangnya properti yang
diasuransikan, atau mungkin berprasangka pada kerugiannya, atau kerusakan
padanya, atau dengan penahanan daripadanya, atau mungkin dikenakan
liability dalam hal tersebut.

b. Ada 2 alasan utama mengapa prinsip insurable interest muncul adalah:


- keinginan untuk mengurangi moral hazard dan
- untuk mencegah perjudian.

c. Dalam hal ini diandaikan pembayaran sudah diterima oleh A, sehingga


secara legal kini B menjadi pemilik atas stock baju tersebut dan A telah melepas
kepemilikanya. Oleh karena itu, yang berhak untuk mengajukan klaim atas
tenggelamnya stock tersebut adalah B. A tidak memiliki insurable interest atas stock
tersebut.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

3.4. Berkaitan dengan kontrak umum, uraikan persyaratan utama terbentuknya kontrak
yang sah.

Jawaban:
Harus ada suatu penawaran dan pihak lain harus menerimanya tanpa syarat.

3.5. Berkaitan dengan kontrak asuransi, uraikan apa yang disebut dengan prinsip utmost
good faith dana apa konsekuensinya apabila dilanggar.

Jawaban:
Sebuah kontrak asuransi marine adalah kontrak yang berdasarkan utmost good
faith, dan jika utmost good faith tidak diindahkan oleh masing-masing pihak, kontrak
dapat dihindari dengan pihak lain.

Utmost good faith mensyaratkan bahwa penanggung maupun tertanggung harus


berurusan dengan satu sama lain dengan cara yang jujur dan terbuka sementara
jika utmost good faith dalam kontrak asuransi dilanggar, maka satu-satunya jalan
adalah penolakan.
55
Utmost good faith berpusat pada dua konsep:
• kewajiban positif dalam tugas pengungkapan / duty of disclosure; dan
• misrepresentation.

Bagian 18 dari Act berkaitan dengan persyaratan disclosure:


tertanggung harus mengungkapkan kepada penanggung, sebelum kontrak
ditandatangani, setiap keadaan material yang diketahui kepada penanggung, dan
tertanggung dianggap mengetahui setiap keadaan yang, dalam kegiatan usaha
normal, yang seharusnya diketahui oleh dia. Jika tertanggung gagal untuk membuat
pengungkapan tersebut, perusahaan asuransi dapat menghindari kontrak.

Act melanjutkan dengan mengatakan bahwa:


Setiap keadaan adalah material jika akan mempengaruhi penilaian bijaksana
dari Penanggung dalam menentukan premium, atau menentukan apakah ia akan
mengambil risiko tersebut.

3.6. Uraikan mengapa tertanggung berkewajiban memberikan seluruh data dan informasi
mengenai klaim termasuk data atau informasi yang tersedia secara terbuka (Mar

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

2018, No. 8)

Jawaban:
Sebuah kontrak asuransi marine adalah kontrak yang berdasarkan utmost good faith,
Utmost good faith yang berupa kewajiban mengungkapkan fakta secara lengkap
dan jujur harus dijalankan oleh tertanggung sebelum penutupan asuransi, selama
periode polis (ketika terjadi perubahan), dan juga ketika terjadi klaim. Pelanggaran
atas hal ini bisa membuat penanggung menolak klaim yang diajukan.
Data yang disampaikan ketika klaim seharusnya mencerminkan data yang
disampaikan ketika tertanggung mengajukan penutupan asuransi.
Menyampaikan klaim secara lengkap dan detail juga membantu penanggung untuk
mengambil langkah yang cepat guna penanganan klaim dan pencegahan agar tidak
terjadi kerugian yang lebih besar,

3.7. Terkait prinsip Utmost good faith: (Sept 2017, No. 14)
a. Jelaskan kepada siapa ketentuan ini berlaku, apakah pihak tertanggung atau
pihak penanggung
b. Uraikan bagaimana seorang petugas klaim mengidentifikasi adanya
misrepresentation ataupun failure of disclosure
c. Uraikan bentuk informasi material yang membuat penanggung berhak
mengabaikan kontrak, baik saat proses awal kontrak maupun saat proses
klaim. 56
Jawaban:
a. Jelaskan kepada siapa ketentuan ini berlaku, apakah pihak tertanggung atau
pihak penanggung
Ketentuan ini berlaku untuk kedua pihak, baik penanggung maupun
tertanggung. Utmost good faith mensyaratkan bahwa penanggung maupun
tertanggung harus berurusan dengan satu sama lain dengan cara yang
jujur dan terbuka sementara jika utmost good faith dalam kontrak asuransi
dilanggar, maka satu-satunya jalan adalah penolakan.
Utmost good faith berpusat pada dua konsep:
• kewajiban positif dalam tugas pengungkapan / duty of disclosure; dan
• misrepresentation.

b. Uraikan bagaimana seorang petugas klaim mengidentifikasi adanya


misrepresentation ataupun failure of disclosure
Misrepresentasi adalah kegagalan untuk mengungkapkan informasi material.
Untuk membuktikan adanya misrepresentasi, kita harus melihat fakta-fakta
seputar kerugian dan membandingkannya dengan informasi yang diberikan
dalam proposal form, presentasi atau dokumen lainnya yang ada pada file
underwriting. Pertanyaan untuk dipertimbangkan termasuk:
• Dalam menghadapi itu, apakah risiko seperti yang dijelaskan dalam surat

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

pra-inception cocok dengan risiko seperti yang muncul dari dokumentasi


klaim?
• Apakah klaim atas kajian awal terlihat seperti semacam klaim yang
mungkin diharapkan pada jenis risiko tersebut?
• Apakah ada yang muncul dalam penyelidikan klaim yang tidak
mencerminkan dokumentasi proposal?
Pengecekan informasi yang terdapat dalam proposal form pada saat
klaim bertujuan untuk menemukan apakah fakta-fakta material yang ada
dalam proposal form sama dengan fakta yang ada pada saat klaim, dan
memastikan bahwa tidak ada misrepresentasi. Misrepresentasi adalah
kegagalan untuk mengungkapkan informasi material. Untuk membuktikan
adanya misrepresentasi, kita harus melihat fakta-fakta seputar kerugian dan
membandingkannya dengan informasi yang diberikan dalam proposal form,
presentasi atau dokumen lainnya yang ada pada file underwriting.

c. Uraikan bentuk informasi material yang membuat penanggung berhak


mengabaikan kontrak, baik saat proses awal kontrak maupun saat proses
klaim.
Setiap keadaan adalah material jika akan mempengaruhi penilaian bijaksana
dari Penanggung dalam menentukan premium, atau menentukan apakah
ia akan mengambil risiko tersebut. Sehingga, apapun bentuknya, informasi
yang dapat mempengaruhi penanggung untuk menerima atau menolak
risiko, dan untuk menetapkan premi merupakan fakta material.Fakta tersebut
diantaranya:
• Fakta bahwa risiko yang ditawarkan mempunyai sifat/beban risiko yang
lebih besar dibanding risiko sejenis secara umum. 57
• Fakta-fakta yang merupakan faktor eksternal yang memperbesar risiko.
• Fakta-fakta yang menunjukkan bahwa kemungkinan kerugian bisa lebih
besar dibanding risiko-risiko yang standar.
• Klaim yang pernah ada termasuk klaim dari polis lain.
• Pengalaman penolakan oleh Penanggung lain.
• Fakta-fakta yang membatasi hak subrogasi
• Fakta-fakta apabila ada polis lain.
• Fakta-fakta selengkapnya tentang obyek pertanggungan

Contoh Aplikasi :
• Asuransi Kebakaran : kontruksi dan okupasi bangunan.
• Asuransi Kecurian : jenis barang dan nilai (harga pertanggungan).
• Asuransi Kendaraan Bermotor : penggunaan + sopir selain Tertanggung
sendiri.
• Asuransi Pengangkutan : Fakta-fakta bahwa barang dimuat di dek.
• Asuransi Jiwa : sejarah / pengalaman penyakit yang ada.
• Asuransi Kecelakaan Diri : penyakit yang ada, jenis pekerjaan, umur.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

• Semua jenis asuransi : pengalaman-pengalaman lain yang pernah ada.

3.8. Terkait prinsip Utmost Good Faith, uralkan yang dimaksud dengan actual Inducement
test (Mar 2016, No. 8).

Jawaban:
Actual Inducement Test ‘test bujukan yang sebenarnya’ didasarkan pada hubungan
kasual antara non-disclosure dan keputusan perusahaan asuransi untuk masuk
ke dalam kontrak. The non-disclosure harus mendorong perusahaan asuransi
untuk masuk ke dalam kontrak. Jika non-disclosure tidak benar-benar mendorong
pembuatan kontrak, perusahaan asuransi tidak harus diizinkan untuk mengandalkan
itu sebagai dasar untuk menghindari kontrak. Hal ini karena hukum sudah cukup
lembut untuk perusahaan asuransi yang berusaha untuk menghindari kontrak
untuk non-disclosure dan tidak adil untuk meminta perusahaan asuransi untuk
menunjukkan bahwa ia menderita sebagai akibat dari non-disclosure.

3.9. Terkait dengan tahapan penyelesaian klaim, uraikan 3 (tiga) cara untuk mencapai
standar waktu pelayanan klaim yang optimal. (Mar 2017, No. 1).

Jawaban:
1. Membuat standar waktu respon terhadap klaim tertanggung
58
2. Mengatur perjanjian tingkat pelayanan bagi para pihak yang berkaitan dengan
klaim asuransi, misalnya adjuster, bengkel, pengacara, dst.
3. Juga penting bahwa seluruh organisasi memahami dan mendukung filsafat
dan prosedur penanganan klaim.

3.10. Uraikan tujuan pengecekan informasi yang terdapat dalam proposal form ketika
terjadi klaim (Sept 2017, No. 2).

Jawaban:
Pengecekan informasi yang terdapat dalam proposal form pada saat klaim
bertujuan untuk menemukan apakah fakta-fakta material yang ada dalam proposal
form sama dengan fakta yang ada pada saat klaim, dan memastikan bahwa tidak
ada misrepresentasi. Misrepresentasi adalah kegagalan untuk mengungkapkan
informasi material. Untuk membuktikan adanya misrepresentasi, kita harus melihat
fakta-fakta seputar kerugian dan membandingkannya dengan informasi yang
diberikan dalam proposal form, presentasi atau dokumen lainnya yang ada pada
file underwriting.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

3.11. Dalam kaitan dengan tahapan penyelesaian klaim, sebutkan 3 (tiga) pertanyaan
yang dapat membantu dalam menentukan adanya misrepresentation dan non-
disclosure yang dilakukan tertanggung (April 2015, No. 1).

Jawaban:
Misrepresentasi adalah kegagalan untuk mengungkapkan informasi material.
Untuk membuktikan adanya misrepresentasi, kita harus melihat fakta-fakta seputar
kerugian dan membandingkannya dengan informasi yang diberikan dalam proposal
form, presentasi atau dokumen lainnya yang ada pada file underwriting. Pertanyaan
untuk dipertimbangkan termasuk:
• Dalam menghadapi itu, apakah risiko seperti yang dijelaskan dalam surat pra-
inception cocok dengan risiko seperti yang muncul dari dokumentasi klaim?
• Apakah klaim atas kajian awal terlihat seperti semacam klaim yang mungkin
diharapkan pada jenis risiko tersebut?
• Apakah ada yang muncul dalam penyelidikan klaim yang tidak mencerminkan
dokumentasi proposal?

3.12. Uraikan pengertian dari prinsip indemnity (Mar 2019, No. 4).

Jawaban:
Prinsip Indemnity diartikan sebagai Kompensasi keuangan yang pasti dan cukup
untuk mengembalikan posisi keuangan Tertanggung setelah peristiwa kerugian,
59
sama dengan posisi keuangan sesaat sebelum terjadinya peristiwa kerugian
tersebut.
Penggantian kerugian dari asuransi tidak mungkin akan melampaui jumlah
kerugian yang sebenarnya terjadi (pelaksanaan Prinsip Subrogasi dan Prinsip
Kontribusi akan menjadi pendukung/Cololtary Prinsip Indemnity ini).
Penggantian kerugian akan sama dengan jumlah kerugian real yang di alami
tertanggung. Kalaupun jumlah penggantinya lebih kecil, hal itu pasti disebabkan
oleh aplikasi syarat-syarat pertanggungan yang tercantum dalam dokumen
perjanjian yaitu Polis.
Aplikasi prinsip indemnity merupakan salah satu upaya untuk pengendalian
adanya itikad-itikad buruk. Mencari atau memanfaatkan asuransi untuk tujuan
mencari keuntungan finansial, melalui manipulasi jumlah-jumlah pengganti
kerugian.

3.13. Jelaskan 5 prinsip dasar asuransi dalam kaitannya dengan klaim.

Jawaban:
1. Insurable Interest
Ini adalah prinsip dasar hukum asuransi bahwa agar polis asuransi menjadi
valid, pemegang polis harus memiliki interest yang cukup terhadap subyek

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

asuransi. Pada dasarnya ini berarti bahwa pemegang polis hanya perlu untuk
menunjukkan bahwa mereka akan menderita kerugian dari kehancuran atau
mendapatkan beberapa manfaat dari pelestariannya. Alasan utama mengapa
prinsip insurable interest muncul adalah keinginan untuk mengurangi moral
hazard dan untuk mencegah perjudian.

2. Utmost good faith


Seperti yang Anda akan ketahui, baik penanggung maupun tertanggung harus
berurusan dengan satu sama lain dengan cara yang jujur dan terbuka sementara
jika utmost good faith dalam kontrak asuransi dilanggar, maka satu-satunya
jalan adalah penolakan.

3. Indemnity
Prinsip Indemnity diartikan sebagai Kompensasi keuangan yang pasti dan cukup
untuk mengembalikan posisi keuangan Tertanggung setelah peristiwa kerugian,
sama dengan posisi keuangan sesaat sebelum terjadinya peristiwa kerugian
tersebut.
Penggantian kerugian dari asuransi tidak mungkin akan melampaui jumlah
kerugian yang sebenarnya terjadi (pelaksanaan Prinsip Subrogasi dan Prinsip
Kontribusi akan menjadi pendukung/Cololtary Prinsip Indemnity ini).
Penggantian kerugian akan sama dengan jumlah kerugian real yang di alami
tertanggung. Kalaupun jumlah penggantinya lebih kecil, hal itu pasti disebabkan
oleh aplikasi syarat-syarat pertanggungan yang tercantum dalam dokumen
perjanjian yaitu Polis.
Aplikasi prinsip indemnity merupakan salah satu upaya untuk pengendalian
60
adanya itikad-itikad buruk. Mencari atau memanfaatkan asuransi untuk tujuan
mencari keuntungan finansial, melalui manipulasi jumlah-jumlah pengganti
kerugian.

4. Proximate cause
Agar dikover, kerugian tersebut harus berasal langsung dari beroperasinya suatu
risiko yang diasuransikan. Ini adalah doktrin penyebab langsung/ proximate
clause.
Marine Insurance Act 1906, s.55 (1) menyediakan:
kecuali sebaliknya yang disediakan polis, perusahaan asuransi bertanggung
jawab atas kerugian langsung yang disebabkan oleh risiko yang diasuransikan,
tapi ... tidak bertanggung jawab atas kerugian yang tidak secara langsung
disebabkan oleh risiko yang diasuransikan.
Tidak ada definisi hukum spesifik mengenai proximate cause / ‘penyebab
langsung’. Ada banyak kasus untuk mendalami area ini dan pengadilan telah
menjelaskan ‘penyebab langsung’ dalam berbagai cara: sebagai penyebab
‘dominan’, ‘efektif’, atau ‘operatif’. Salah satu definis yang paling diterima akan
mengatakan bahwa penyebab langsung adalah penyebab utama kerugian –
atau penyebab yang paling kuat efeknya. Setiap kerugian akan menyebabkan
faktanya sendiri dan klaim handler perlu menerapkan common sense.

5. Subrogration

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

Prinsip Subrogasi adalah suatu prinsip yang mengatur dalam hal seorang
Penanggung telah menyelesaikan pembayaran ganti-rugi yang diderita oleh
Tertanggung, maka secara otomatis hak yang dimiliki Tertanggung untuk
menuntut pihak ketiga yang menimbulkan kerugian dan atau kerusakan tersebut
beralih ke Penanggung.
Jika Tertanggung mempunyai hak untuk memperoleh penggantian dari pihak
ketiga berkenaan dengan suatu kerugian yang dijamin oleh polis, maka ini
berarti ada 2(dua) sumber ganti rugi yang dimiliki oleh Tertanggung, yaitu:
- Perusahaan Asuransi
- Pihak Ketiga yang menimbulkan kerugian/kerusakan tersebut.
jika ia menerima penggantian dari kedua sumber itu, maka ia akan menikmati
penggantian yang lebih besar dari kerugian yang benar-benar ia derita, dalam
artikata bahwa Tertanggung telah mendapatkan keuntungan dari adanya
kerugian tersebut. Maka untuk mendukung agar prinsip Indemnitas berjalan
sesuai, maka diperlukan suatu prinsip lain yang memberi pihak Penanggung
yang telah membayar kerugian itu, hak untuk mengambil alih hak penggantian
dari pihak ketiga yang dimiliki Tertanggung.

3.14. Dalam kaitan dengan subrogasi, uraikan: (Sept 2012, No. 13); Mar 2016, No. 14)

a. apa yg dimaksud dengan subrogasi


b. tujuan aplikasi Express Subrogation Clause
61
c. hak subrogasi dalam penyelesaian klaim secara ex gratia.
d. bagaimana recovery yang diperoleh dari hasil subrogasi ke pihak ketiga
dibagi antara tertanggung dan penanggung baik untuk penggantian klaim
yang memang sesuai dengan kondisi polls serta penggantian klaim dengan
cara ex-gratia, masing-masing pada situasi di bawah ini :
c.1. recovery sama dengan nilai kerugian
c.2. recovery lebih besar dari nilai kerugian
c.3. recovery lebih kecil dari nilai kerugian

Jawaban:
a. apa yg dimaksud dengan subrogasi
Prinsip Subrogasi adalah suatu prinsip yang mengatur dalam hal seorang
Penanggung telah menyelesaikan pembayaran ganti-rugi yang diderita oleh
Tertanggung, maka secara otomatis hak yang dimiliki Tertanggung untuk
menuntut pihak ketiga yang menimbulkan kerugian dan atau kerusakan
tersebut beralih ke Penanggung.
Jika Tertanggung mempunyai hak untuk memperoleh penggantian dari pihak
ketiga berkenaan dengan suatu kerugian yang dijamin oleh polis, maka ini
berarti ada 2(dua) sumber ganti rugi yang dimiliki oleh Tertanggung, yaitu:
1. Perusahaan Asuransi
2. Pihak Ketiga yang menimbulkan kerugian/kerusakan tersebut.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

jika ia menerima penggantian dari kedua sumber itu, maka ia akan menikmati
penggantian yang lebih besar dari kerugian yang benar-benar ia derita, dalam
artikata bahwa Tertanggung telah mendapatkan keuntungan dari adanya
kerugian tersebut. Maka untuk mendukung agar prinsip Indemnitas berjalan
sesuai, maka diperlukan suatu prinsip lain yang memberi pihak Penanggung
yang telah membayar kerugian itu, hak untuk mengambil alih hak penggantian
dari pihak ketiga yang dimiliki Tertanggung.

b. Tujuan aplikasi Express Subrogation Clause


Dalam common law, perusahaan asuransi harus mengganti kerugian
tertanggung sebelum mereka dapat melaksanakan hak subrogasi. Namun,
penundaan ini berpotensi merugikan kesempatan perusahaan asuransi untuk
membuat pemulihan yang sukses. Misalnya, pihak lalai dapat mengubah
alamat sementara menunggu ganti rugi dari penanggung dan menjadi
mustahil untuk melacaknya. Oleh karena itu, perusahaan asuransi termasuk
dalam polis non-marine melekatkan suatu Express Subrogation Clause. Ini
memungkinkan perusahaan asuransi untuk memulai proses terhadap pihak
ketiga sebelum mereka menetapkan klaim itu sendiri.

c. hak subrogasi dalam penyelesaian klaim secara ex gratia.


Jika pembayaran ex gratia dibuat oleh perusahaan asuransi, mereka tidak
berhak untuk mendapatkan hak subrogasi. Subrogasi hanya muncul dari
pembayaran yang di bawah ketentuan polis. Jika tertanggung memulihkan
sejumlah uang, mereka berhak untuk mengambilnya.

62
d. Pengoperasian prinsip subrogasi, dan cara di mana setiap pemulihan dari
pihak ketiga dibagi antara tertanggung dan perusahaan asuransi, tergantung
pada dua faktor:
• jumlah pemulihan dalam kaitannya dengan kerugian; dan
• apakah asuransi mencakup kerugian secara penuh.

Kita akan melihat tiga skenario berikut:


• di mana pemulihan sama dengan kerugian;
• di mana pemulihan lebih besar dari kerugian; dan:
• di mana pemulihan kurang dari kerugian.

Pemulihan sama dengan kerugian


Dalam sebagian besar kasus, pemulihan akan sama dengan kerugian yang
diderita oleh tertanggung. Contoh:
Total kerugian dari tertanggung dan penanggung = £ 4.000.
Penanggung memulihkan £ 4.000.
Penanggung menahan £ 3.750 yang telah mereka bayar untuk Garth.
Selisih £ 250 dibuat untuk kepentingan Garth.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

Jika selain Garth memulihkan £ 4.000, prinsip yang sama akan berlaku

Pemulihan lebih besar dari kerugian


Ini adalah situasi yang jarang terjadi, tetapi perusahaan asuransi tidak dapat
memulihkan lebih dari yang telah mereka bayarkan. Contoh dari ini adalah
klaim yang dibuat dalam mata uang yang berbeda dengan currency yang
asli ke penanggung/tertanggung, misalnya dalam Euro ketika tertanggung
berkedudukan di Inggris. Fluktuasi rate berarti bahwa, ketika uang kembali
diubah menjadi sterling, jumlahnya bisa lebih dari kerugian yang asli. Jika ini
terjadi, tertanggung berhak atas uang surplus.

Pemulihan kurang dari kerugian


Kadang-kadang nilai yang direcovery mungkin kurang dari kerugian yang
diderita oleh tertanggung. Hal ini bisa terjadi jika pihak ketiga bangkrut atau
tidak mampu membayar atau pihak ketiga hanya sebagian bertanggung jawab
untuk kerugian.
Jika perusahaan asuransi telah membayar untuk seluruh kerugian tidak ada
masalah, perusahaan asuransi berhak untuk menyimpan semua uang pulih.
Namun, apa yang terjadi jika perusahaan asuransi telah membayar kurang
dari jumlah kerugian, misalnya, karena kelebihan atau underinsurance?
Dalam kasus ini, para pihak memiliki pedoman tertentu untuk mengikuti:
• Kekurangan pembayaran asuransi adalah karena kelebihan atau
underinsurance. perusahaan asuransi dapat menjelaskan elemen mereka
dari pembayaran untuk tertanggung. Oleh karena itu, dalam contoh kita,
jika perusahaan asuransi hanya dapat merecovery £ 3.500 dari driver 63
yang lalai, mereka akan berhak untuk mengambil semuanya, dan Garth
tidak akan mendapatkan sepeserpun. Hukum menganggap tertanggung
sebagai perusahaan asuransi mereka sendiri untuk £ 250 pertama dari
kerugian.
• Kekurangan berkaitan dengan kerugian yang tidak dijamin asuransi.
Nampaknya tertanggung akan memiliki prioritas dalam situasi ini. Namun,
tidak ada kasus hukum Inggris mengenai hal ini.
Akhirnya, jelas bahwa tertanggung dapat memotong dari setiap jumlah yang
berhak didapatkan oleh perusahaan asuransi dengan cara subrogasi, biaya
hukum atau biaya wajar lainnya yang timbul dalam usaha untuk memulihkan
kerugian yang diasuransikan, seperti kasus England v. Guardian Insurance
Ltd (2000).

Pembayaran Ex gratia
Jika pembayaran ex gratia dibuat oleh perusahaan asuransi, mereka tidak
berhak untuk mendapatkan hak subrogasi. Subrogasi hanya muncul dari
pembayaran yang di bawah ketentuan polis. Jika tertanggung memulihkan
sejumlah uang, mereka berhak untuk mengambilnya.

3.15. Berkaitan dengan waiver and estoppel, uraikan apa yang perlu disampaikan
kepada nasabah dan risiko apa yang akan dihadapi perusahaan asuransi bila tidak
melakukan hal tersebut (Mar 2013, No. 6).

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

Jawaban:
Kita tahu mengenai konsekuensi serius bagi tertanggung atas pelanggaran terhadap
suatu condition precedent to liability. Tentu saja, latar belakang atas pertanyaan
mengenai coverage adalah persyaratan utama dari regulator untuk ‘memperlakukan
pelanggan dengan adil’, sebaik kebijakan tertanggung dalam menyelidiki coverage.
Ini akan selalu menjadi keputusan perusahaan asuransi tersendiri, apakah untuk
menjalankan atau melepaskan hak-hak yang mereka miliki di bawah kontrak.
Pertimbangan komersial asuransi sering merupakan faktor penting di sini.
Apapun kelas bisnisnya, jika klaim handler merasa bahwa tertanggung telah
melanggar suatu ketentuan polis, maka mereka harus menyampaikan hal ini
untuk mendapat perhatian tertanggung sesegera mungkin. Cara yang paling biasa
dilakukan adalah dengan memberikan nasihat kepada tertanggung bahwa hak
perusahaan asuransi yang disediakan sementara penyelidikan lebih lanjut dilakukan.
Ini berarti bahwa, sementara mereka tidak mengambil langkah serius pada tahap
ini, perusahaan asuransi yang menyimpan haknya untuk menolak cover untuk klaim
(atau bagian dari klaim) jika pertanyaan menyangkut pelanggaran utmost good faith
atau ketentuan polis.
Sebuah reservasi atas hak biasanya tidak akan datang sebagai berita penyambutan
kepada tertanggung (dan mana yang relevan bagi broker mereka). Klaim handler
harus memastikan bahwa mereka secara jelas memberitahu tertanggung mengenai
masalah yang telah mendorong reservasi hak dan apa yang dapat dilakukan
atau disediakan oleh tertanggung untuk memungkinkan klaim handler mencapai
keputusan. Hal ini ada dalam keinginan semua orang bahwa keputusan coverage
dinal dibuat sesegera mungkin.
Sengketa dapat timbul ketika tertanggung berpendapat bahwa tindakan klaim
handler adalah sesuatu yang mereka abaikan atas setiap hak untuk mengandalkan 64
pembelaan cakupan polis. Dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa kebiasaan
klaim handler adalah tidak konsisten dengan pilihan untuk mempercayai hak-
hak mereka. Setelah perusahaan asuransi resmi menolak klaim karena alasan
cakupan polis, beban pembuktian terletak pada tertanggung untuk membuat waiver
(pelepasan hak).

Pengadilan tidak mungkin untuk menguatkan pembelaan coverage jika perusahaan


asuransi telah berjanji bahwa:
• tidak akan menggunakan hak hukumnya, dan tertanggung telah bertumpu
pada janji merugikan mereka; atau
• perusahaan asuransi entah bagaimana telah secara tegas mengkomunikasikan
bahwa itu tidak akan bergantung pada hak-hak, baik secara langsung atau
melalui tindakan yang tidak konsisten dengan pelaksanaan hak itu.

3.16. Berkaitan dengan kontrak asuransi, uraikan pengertian warranties dan 3 (tiga)
bentuk warranties.

Jawaban:
Dalam kontrak pada umumnya, warranties adalah suatu janji, yang merupakan
bagian dari kontrak, yang kalau terjadi pelanggaran dan menimbulkan kerugian,
maka pihak yang dirugikan dapat menuntut atas kerugian itu.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

Warranties dalam kontrak asuransi, adalah kondisi yang fundamental dalam kontrak,
yang kalau terjadi pelanggaran pihak yang dirugikan dapat membatalkan kontrak
itu.
Warranties yang harus dipenuhi oleh tertangggung adalah:
1. akan melakukan sesuatu, atau
2. tidak akan melakukan sesuatu, atau
3. suatu fakta yang dinyatakan ada, atau
4. suatu fakta yang dinyatakan tidak akan ada.
Alasan adanya warranties:
1. untuk meyakinkan bahwa sesuatu aspek akan dilakukan atau tidak dilakukan
atau harus ada atau tidak boleh ada yang menjadikan bahan pertimbangan bagi
penanggung.
2. untuk meyakinkan bahwa dampak risiko tinggi tidak timbul tanpa ada
sepengetahuan penanggung karena akan mempengaruhi premium rate

Warranties dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dapat diklasifikasikan sebagai


yang:
1. berkaitan dengan fakta-fakta masa lalu;
2. berkaitan dengan fakta-fakta saat ini; atau
3. berkaitan dengan keadaan yang terus berlanjut (suatu continuing warranties).
65

3.17. Tidak lama setelah sebuah kamar berlabuh dan seluruh awak kapalnya termasuk
nahkoda dan mualim meninggalkan kapal tersebut untuk beristirahat, kapal tersebut
terbakar akibat hubungan arus pendek pada generator kapal (Mar 2013, No. 13)
Jelaskan bagaimana penyelesaian klaim kapal tersebut bila pada polis Kerangka
Kapal dituliskan warranty sebagai berikut:
a. warranty owner and/or owner’s experienced skipper/master on board and in
charge at all times
b. warranted fully crewed at all times

Jawaban:
a. Warranted Owner and/or Owner’s experienced skipper on board and in
charge at all times.
Setelah kembali dari berlayar seharian, semua awak kapal meninggalkan kapal
untuk beristirahat. Tak lama setelah mereka pergi, kapal terbakar. Pada contoh
pertama, hakim memutuskan bahwa warranties telah dilanggar karena klausa
berarti apa yang dikatakan, dan tidak ada seorang pun di papan pada saat api.
Namun, Pengadilan Banding tidak setuju.
Anda akan melihat bahwa Pengadilan Tinggi melihat melampaui wording yang
sebenarnya dari warranty atas tujuan yang mendasarinya. Rasanya warranty terkait
dengan periode ketika kapal itu bernavigasi, termasuk ketika dia bermanuver. Klausul
harus ditafsirkan contra proferentem, yaitu, terhadap perusahaan asuransi, dan jika

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

perusahaan asuransi ingin pemilik atau juragan selalu di kapal setiap kali generator
berjalan, seharusnya itu ditetapkan. Selanjutnya, bahkan jika itu salah, pihak-pihak
tidak bisa membayangkan bahwa nakhoda diperlukan untuk memadamkan api:
tujuan warranty adalah untuk melindungi kapal dalam keadaan di mana kapten bisa
diharapkan akan diperlukan jika sesuatu hal yang buruk terjadi. Dan, klaim berhasil.

b. Warranted fully crewed at all times.


Kontrasnya keputusan ini dengan kasus sebelumnya GE Frankona Reinsurance Ltd
v Cmm Trust No.1400 (The Newfoundland Explorer) (2006) yang dianggap sebagai
warranty yang berbeda dalam polis marine untuk kapal pesiar - di sini wording
tersebut:
Warranted fully crewed at all times.
Sekali lagi, api yang disebabkan oleh overheating dari generator menyebabkan
kapal yang diasuransikan telah rusak parah. Tidak ada awak yang naik pada saat
kebakaran. Proposal form menyatakan bahwa kapal memiliki satu anggota kru penuh
waktu dan dua anggota awak sesekali. Pada hari kerugian, kapten mengunjungi
kapal sebelum kembali ke rumahnya, yang berjarak 15 mil jauhnya. Dia kembali
ke kapal kemudian. Perusahaan asuransi marine berpendapat bahwa warranty
mewajibkan pemilik yacht untuk menetapkan setidaknya satu anggota awak di
atas kapal sepanjang waktu, tergantung keadaan darurat dan keberangkatan
sementara yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas crewing. Pemegang
polis menyampaikan bahwa warranty itu dimaksudkan untuk memastikan kerja kru
yang cukup untuk menjaga kapal dengan benar dan bahwa lokasi kru pada waktu
tertentu adalah tidak relevan.
Pengadilan menyatakan bahwa wording warranty sebenarnya jelas. ‘Fully crewed’
berarti setidaknya satu anggota awak harus ada di kapal, entah apapun yang
dilakukannya. Untuk kapal yang harus ‘fully crewed at all times’ saat kapal bersandar
66
di dermaga harus ada setidaknya satu anggota awak di atas kapal 24 jam sehari.
Konteks dan praktis mendukung kesimpulan itu. Bertentangan dengan argumen
polis, warranty tidak berhubungan dengan pekerjaan kru cukup tetapi untuk
keberadaan mereka. Warranty wajib bagi pemegang polis untuk memastikan bahwa
setidaknya ada satu anggota awak di kapal sepanjang waktu, tunduk pada keadaan
darurat render keberangkatan mereka diperlukan atau sementara keberangkatan
yang diperlukan untuk tujuan melakukan tugas crewing atau kegiatan terkait lainnya.
Warranty telah rusak dan pemegang polis tidak berhak atas ganti rugi di bawah polis
mereka.
Dari dua hasil yang sangat berbeda Anda dapat melihat bagaimana wording yang
tepat dari suatu warranty adalah penting. Pengadilan akan melihat setiap situasi
individu untuk alasan di balik warranty ketika memutuskan jika telah dilanggar.
Underwriter harus sangat jelas dalam wording jaminan di polis untuk memastikan
bahwa mereka mendapatkan perlindungan dari risiko yang mereka butuhkan. Klaim
handler perlu memahami tujuan warranty dan untuk menilai fakta-fakta kerugian
terhadap warranty itu, untuk melihat jika ada kemungkinan bahwa klaim mungkin
tidak dikover.
Warranty sering dinyatakan dalam istilah yang sangat sederhana dan, jika warranty
jelas, akan ditafsirkan oleh pengadilan sebagaimana dimaksud oleh underwriter.

3.18. Dalam kaitan dengan warranty pada kondisi polis, jelaskan (Sept 2015, No. 9):
a. pengertian istilah tersebut

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

b. tujuan penanggung menerapkannya


c. konsekuensi bagi tertanggung apabila terjadi pelanggaran terhadap warranty

Jawaban:
a. warranties adalah istilah yang paling penting dalam kontrak asuransi di mana
pelanggaran warranties akan memiliki efek yang ‘kejam’. Kasus utama atas
pelanggaran warranties adalah Bank of Nova Scotia v. Hellenic Mutual War
Risk Association (Bermuda) Ltd (The Good Luck) (1992).
Dalam kasus Good Luck, pengadilan menyatakan bahwa pelanggaran
warranties membatalkan cover secara otomatis sejak tanggal pelanggaran
tersebut.
Warranties dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dapat diklasifikasikan
sebagai yang:
• berkaitan dengan fakta-fakta masa lalu;
• berkaitan dengan fakta-fakta saat ini; atau
• berkaitan dengan keadaan yang terus berlanjut (suatu continuing
warranties).
b. Perusahaan asuransi menyiratkan intensi dengan memasukkan sejumlah
warranty adalah untuk memastikan bahwa penanggung tidak akan bertanggung
jawab atas kerugian dalam peristiwa yang tidak tepat.

c. Jika warranty dilanggar maka tertanggung tidak berhak atas ganti rugi. 67

3.19. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan konsekuensi terhadap pembayaran


klaim dan validitas kontrak apabila terjadi penyimpangan pada warranty (Sept 2017,
No. 4).

Jawaban:
warranties adalah istilah yang paling penting dalam kontrak asuransi di mana
pelanggaran warranties akan memiliki efek yang ‘kejam’. Kasus utama atas
pelanggaran warranties adalah Bank of Nova Scotia v. Hellenic Mutual War Risk
Association (Bermuda) Ltd (The Good Luck) (1992). Dalam kasus Good Luck,
pengadilan menyatakan bahwa pelanggaran warranties membatalkan cover
secara otomatis sejak tanggal pelanggaran tersebut. Jika warranty dilanggar maka
tertanggung tidak berhak atas ganti rugi.

3.20. Berkaitan dengan kontrak asuransi, uraikan pengertian conditions.

Jawaban:
Suatu kondisi preseden dalam suatu polis berarti bahwa kesesuaian dengan kondisi
sangat diperlukan jika kewajiban diikatkan ke dalamnya untuk menajdi mengikat.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

Kita melihat bahwa jika pemberitahuan klaim adalah kondisi preseden untuk
polis asuransi, dan kondisi yang tidak diikuti dengan surat, hasilnya bisa menjadi
penolakan untuk memberikan ganti rugi atas klaim.
Beberapa kondisi tersirat begitu mendasar yang mereka mempengaruhi keabsahan
seluruh kontrak dalam hal non-kepatuhan. Pelanggaran kondisi setelah kontrak
memungkinkan perusahaan asuransi untuk menghindari polis secara keseluruhan
sejak tanggal pelanggaran jika ada hubungan kausal antara klaim dan kegagalan
untuk mengamati kondisi. Kondisi preseden kewajiban memberikan asuransi hak
untuk menolak klaim tetapi tidak untuk menolak kontrak secara keseluruhan.

3.21. Berkaitan dengan ruang lingkup jaminan polis asuransi, uraikan perbedaan risiko
independent dan risiko interdependent.

Jawaban:
Risiko Independen.
Sebuah kerugian yang disebabkan oleh risiko independen, adalah satu risiko di
mana baik bahaya yang telah menyebabkan beberapa kerugian pada dirinya sendiri
(dan satu yang tidak menyebabkan kerugian yang lain). Perusahaan asuransi
bertanggung jawab hanya untuk bagian dari kerugian yang timbul atas bahaya
mana yang diasuransikan.

Risiko Interdependen/saling terkait.


68
Di mana hanya satu kombinasi bahaya yang menyebabkan kerugian, yaitu bahaya
tidak akan menyebabkan kerusakan sendiri dan tidak mengenai yang lain, kemudian
risiko menjadi interdependen/saling terkait. Jika ada risiko saling terkait, di mana
kedua penyebab sama-sama kuat dalam efeknya, masing-masing adalah penyebab
langsung. Pertanyaan apakah cover tersedia akan tergantung pada apakah perils
diasuransikan, dikecualikan secara khusus atau tidak diasuransikan.

3.22. Uraikan apa yang dimaksud dengan independent perils dan interdependent perils,
serta lengkapi jawaban anda mengenai cara penentuan liability perusahaan asuransi
atas kerugian yang terjadi (Sept 2013, No. 12).

Jawaban:
• Risiko Independen. Sebuah kerugian yang disebabkan oleh risiko
independen, adalah satu risiko di mana baik bahaya yang telah menyebabkan
beberapa kerugian pada dirinya sendiri (dan satu yang tidak menyebabkan
kerugian yang lain). Perusahaan asuransi bertanggung jawab hanya untuk
bagian dari kerugian yang timbul atas bahaya mana yang diasuransikan.
• Risiko Interdependen/saling terkait. Di mana hanya satu kombinasi
bahaya yang menyebabkan kerugian, yaitu bahaya tidak akan menyebabkan
kerusakan sendiri dan tidak mengenai yang lain, kemudian risiko menjadi
interdependen/saling terkait. jika ada risiko saling terkait, di mana kedua
penyebab sama-sama kuat dalam efeknya, masing-masing adalah penyebab
langsung. Pertanyaan apakah cover tersedia akan tergantung pada apakah

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

perils diasuransikan, dikecualikan secara khusus atau tidak diasuransikan.

Kasus hukum risiko independen dan interdependen:


Wayne Tank and Pump Co Ltd v. Employers’ Liability Insurance Corporation
Ltd (1974) melibatkan kebakaran yang dimulai pada tangki penyimpanan dan
menghancurkan pabrik plastisin. Perusahaan tertanggung telah membangun tangki
penyimpanan. Penyelidikan menunjukkan bahwa penyebab kebakaran adalah
kombinasi dari dua elemen: tangki yang cacat dan karyawan yang lalai membiarkan
peralatan diaktifkan sepanjang malam. Polis asuransi mengecualikan secara
khusus liability atas peralatan yang rusak, tetapi mengkover kelalaian karyawan.
Pengadilan menyatakan bahwa penyebab kebakaran antara independen dan
interdependen. Ditemukan bahwa penyebab langsung adalah peralatan yang rusak
dan karena ini dikecualikan, klaim tidak bisa dikover. Namun, pengadilan melanjutkan
dengan mengatakan bahwa kombinasi kedua penyebab itu sama kuatnya namun
perusahaan asuransi akan tetap menolak membayar, karena ada salah satu bahaya
yang dikecualikan. Akibatnya, jika ada kombinasi dari bahaya yang dikecualikan
secara khusus dan bahaya yang tidak dikecualikan, pengecualian yang dominan
dan sehingga tidak ada cover.
Namun, jika kombinasinya adalah satu bahaya yang diasuransikan dan satu bahaya
yang tidak diasuransikan, maka hasilnya berbeda. Di sini kita perlu melihat kasus
J.J. Lloyd (Instruments) Ltd v Northern Star Insurance Co Ltd (1987) - yang dikenal
sebagai Miss Jay Jay. Kapal pesiar, Miss Jay Jay, rusak karena ombak dan klaim
dibuat untuk kerusakan itu. Polis pemilik yacht mengkover ‘risiko-risiko laut’ (yang
termasuk cuaca buruk pada saat kerugian) dan pada pandangan pertama kerugian
tampaknya akan dikover. Namun, pada penyelidikan menjadi jelas bahwa cacat
desain yacht juga menjadi penyebab kerugian. Antara cuaca buruk dan kesalahan
desain telah menyebabkan kerusakan dan tidak akan menyebabkan masalah
jika salah satu di antara keduanya tidak ada. Polis tersebut tidak secara khusus 69
mengecualikan desain yang rusak, jadi ini adalah bahaya yang tidak diasuransikan.
Pengadilan menyatakan bahwa dalam situasi ini perusahaan asuransi yang
bertanggung jawab secara penuh. Padahal, jika salah satu penyebab interdependen
dikecualikan akan menjadi alasan bagi perusahaan asuransi untuk lari dari liability.
Kasus terbaru di area ini berasal dari kasus Tektrol Ltd v. lnternational Insurance Co
Of Hanover Ltd and Great Lakes Reinsurance (UK) Ltd (2004). Tertanggung, Tektrol,
memiliki sebuah polis all risk gabungan dan mencari ganti rugi di bawah polis untuk
kerugian konsekuensial dalam bentuk gangguan bisnis. Kerugian yang terlibat
adalah penghapusan source code yang merupakan dasar dari bisnis tertanggung.
Tertanggung menjaga kode tersebut dalam lima cara yang terpisah – pada empat
komputer yang berbeda dan pada hard-copy print-out. Namun, dalam waktu tiga
minggu kelima salinan kode sumber telah hilang sebagai akibat dari dua insiden -
virus komputer di email dan perampokan.
Polis secara khusus mengecualikan kerusakan atau kerugian konsekuensial
maupun kerugian langsung atau tidak langsung yang disebabkan oleh ‘kerugian
karena penghapusan distorsi atau kerusakan informasi pada sistem komputer...
disebabkan secara sengaja oleh ... orang jahat’ dan kehilangan informasi pada
sistem komputer ‘kecuali yang dihasilkan dari bahaya yang disebutkan sejauh itu
tidak dinyatakan dikecualikan ‘.
Hakim menyimpulkan bahwa entah sebagai suatu masalah ‘naluri’ atau atas dasar
peningkatan risiko kerugian, baik virus dan pencurian secara benar digambarkan
sebagai penyebab kerugian konsekuensial. Akibatnya, jika salah satu penyebab
secara khusus dikecualikan maka klaim tertanggung akan gagal secara keseluruhan.
Dia melihat tidak ada perbedaan prinsip antara situasi di mana satu peristiwa seperti
kebakaran dengan dua penyebab langsung yang menyebabkan kerugian (seperti
dalam kasus Wayne Tank) dan di mana dua peristiwa terpisah yang terjadi dua

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

minggu berbeda yang menyebabkan kerugian.


Hakim mengatakan bahwa penggunaan kata ‘sengaja’ dalam pengecualian hanya
berarti ‘dilakukan dengan sengaja’ dan bukan ‘accidentally’ atau ‘inscidentally’. Oleh
karena itu, adil untuk mengatakan dalam bahasa Inggris umum bahwa penghapusan
source code itu disebabkan secara sengaja oleh mereka yang menciptakan atau
mengirimkan virus komputer. Akibatnya, pengecualian berlakudan cover tidak dipicu.

3.23. Terkait proximate clause, uraiakan: (Mar 2019, No. 13)


a.1. Apa yang dimaksud dengan Independent perils
a.2. Bagaimana penggantian klaim sesuai a.1. di atas bila suatu kerugian
disebabkan:
I. insured perils dan excluded peril
II. insured peril dan uninsured peril
II. excluded peril dan uninsured peril

b.1. Apa yang dimaksud dengan interdependent perils


b.2. Bagaimana penggantian klaim sesuai b.1. di atas bila suatu kerugian
disebabkan:
I. insured perils dan excluded peril
II. insured peril dan uninsured peril 70
II. excluded peril dan uninsured peril

Jawaban:
a.1. independent perils
Sebuah kerugian yang disebabkan oleh risiko independen, adalah satu risiko
di mana bahaya telah menyebabkan beberapa kerugian pada dirinya sendiri
dan satu yang tidak menyebabkan kerugian yang lain. Perusahaan asuransi
bertanggung jawab hanya untuk bagian dari kerugian yang timbul atas bahaya
mana yang diasuransikan.

a.2. Bagaimana penggantian klaim sesuai a.1. di atas bila suatu kerugian
disebabkan:
I. insured perils dan excluded peril
Klaim tetap diganti karena kerugian disebabkan oleh risiko yang dijamin,
walaupun di saat yang sama terjadi risiko yang dikecualikan dalam
polis. Sejauh kerugian tidak dapat dipisahkan, klaim tetap diganti. Beda
cerita jika masing-masing risiko tersebut dapat dipisahkan penyebab
kerugiannya, maka yang akan diganti adalah kerugian yang disebabkan
oleh risiko yang dijamin dalam polis.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 3: Penerapan Prinsip-prinsip Hukum

II. insured peril dan uninsured peril


Klaim tetap diproses karena kerugian disebabkan oleh risiko yang
dijamin dalam polis, sekalipun juga disebabkan oleh risiko yang tidak
dijamin.

II. excluded peril dan uninsured peril


Klaim sama sekali tidak dapat diproses karena tidak ada risiko yang
dijamin dalam polis.

b.1. interdependent perils


Di mana hanya satu kombinasi bahaya yang menyebabkan kerugian, yaitu
bahaya tidak akan menyebabkan kerusakan sendiri dan tidak mengenai yang
lain, kemudian risiko menjadi interdependen/saling terkait. Jika ada risiko saling
terkait, di mana kedua penyebab sama-sama kuat dalam efeknya, masing-
masing adalah penyebab langsung. Pertanyaan apakah cover tersedia akan
tergantung pada apakah perils diasuransikan, dikecualikan secara khusus
atau tidak diasuransikan.

b.2. Bagaimana penggantian klaim sesuai b.1. di atas bila suatu kerugian
disebabkan:
I. insured perils dan excluded peril
Klaim tidak dapat diproses karena kerugian disebabkan oleh risiko yang
dikecualikan, sekalipun kerusakan tersebut juga disebabkan karena 71
risiko yang dijamin dalam polis.

II. insured peril dan uninsured peril


Klaim tetap diproses karena kerugian disebabkan oleh risiko yang
dijamin dalam polis, sekalipun juga disebabkan oleh risiko yang tidak
dijamin. Sejauh kerugian tidak dapat dipisahkan, klaim tetap diganti.
Beda cerita jika masing-masing risiko tersebut dapat dipisahkan
penyebab kerugiannya, maka yang akan diganti adalah kerugian yang
disebabkan oleh risiko yang dijamin dalam polis.

II. excluded peril dan uninsured peril


Klaim sama sekali tidak dapat diproses karena tidak ada risiko yang
dijamin dalam polis.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

Bab 4: Pentingnya Informasi Klaim dan Penggunaannya

4.1. Jelaskan 6 (enam) manfaat dan kegunaan dari informasi klaim.

Jawaban:
Informasi klaim juga memiliki berbagai kegunaan, yang tidak secara langsung terkait
dengan evaluasi klaim dan manfaatnya. Ini dapat termasuk:

• Feedback Underwriting: underwriter mengandalkan informasi klaim untuk


menyediakan pengalaman klaim yang menjadi dasar penentuan rate/premi dan
untuk menguji kinerja wording polis, terutama pada kondisi dan pengecualian.
Pengacara diminta untuk memberikan nasihat tentang informasi yang disediakan
pada perkara coverage kepada underwriter dan wording polis mengenai seberapa
baik, atau tidak baik, produk polis mereka menanggapi keadaan kerugian yang
nyata, dan apakah pengecualian beroperasi sebagaimana dimaksudkan, atau
mungkin lebih baik jika wording disusun ulang.

• Pencadangan (kasus) klaim: cadangan harus disisihkan untuk memenuhi klaim


saat klaim menjadi payable. Tanpa cadangan klaim perusahaan tidak akan
memiliki cukup modal untuk memenuhi kewajiban yang luar biasa dan akan
berresiko gagal bayar. Departemen aktuaria dan statistik memerlukan data
dari cadangan klaim sebagai masukan utama ke dalam produksi mereka dari
berbagai laporan yang meliputi:
72
1. Laporan profitabilitas dari berbagai lini bisnis yang berbeda,
2. Perkiraan kerugian di masa depan, dan
3. Laporan pada kebutuhan arus kas masa depan.
Departemen Keuangan perlu menahan investasi perusahaan dengan cara yang
membuat uang tersedia untuk memenuhi klaim saat jatuh tempo pembayaran.
Investasi ini harus dalam mata uang yang tepat dan durasi yang tepat untuk
mencocokkan aset dan kewajiban perusahaan dan untuk membantu mengelola
risiko investasi perusahaan.

• Informasi Akuntansi: klaim yang dibayarkan dan klaim yang dicadangkan


merupakan bagian dari laporan laba rugi dari perusahaan asuransi dan
digunakan untuk menghitung cadangan teknis dalam neraca perusahaan.
Total cadangan ini merupakan bagian dari ‘cadangan teknis’ pada laporan dan
rekening perusahaan. Cadangan teknis biasanya bagian terbesar dari laba-
rugi perusahaan asuransi, sehingga kepentingan mereka tidak dapat dilebih-
lebihkan. Kita akan membahas penggunaan ini lebih dalam bab 9.

• Informasi Reasuransi: informasi klaim dibutuhkan untuk membuat klaim untuk


rekoveri reasuransi dan untuk menunjukkan kepada reasuradur bahwa mereka
dilindungi oleh reasuransi. Figur klaim juga merupakan bagian dari informasi
underwriting yang diberikan kepada reasuradur pada quotation atau placing slip.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

• Informasi Manajemen: Angka klaim, terutama yang berkaitan dengan


pembayaran dekat, akan menyediakan informasi yang diperlukan manajemen
untuk mengendalikan arus kas perusahaan, memutuskan mana kelas bisnis
yang harus diperluas atau dikurangi dan untuk memantau kinerja underwriting
dan kinerja investasi.

• Hubungan pelanggan, kepatuhan pada compliance dan penanganan komplain:


informasi tentang klaim itu sendiri dan cara menanganinya diperlukan untuk
memungkinkan keluhan klaim terkait terhadap perusahaan ditangani dengan
baik dan setiap sengketa hukum dengan perusahaan dibela dengan benar. Kita
membahas hal ini lebih dalam pada bab 9, bagian E.

4.2. lnformasi klaim dlperlukan bukan hanya untuk bagian klalm ltu sendiri tapi juga
diperlukan berbagai pihak lain (Sept 2013, No. 9).
Jelaskan kegunaan informasi klaim bagi baglan :
a. underwriting
b. akunting dan keuangan
c. investasi
d. manajemen.

Jawaban: 73
Lihat di atas

4.3. Terkait dengan informasi klaim, informasi tersebut diperlukan bukan hanya untuk
bidang klaim itu sendiri tetapi juga diperlukan oleh pihak lain. Jelaskan kegunaan
informasi klaim bagi bidang underwriting, akunting, keuangan, dan investasi (Mar
2017, No. 9).

Jawaban:
Lihat di atas

4.4. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, sebutkan 4 (empat) peranan petugas klaim
(Mar 2019, No. 1).

Jawaban:
Peran petugas klaim adalah untuk:
• Menangani dengan cepat dan adil dengan semua klaim yang diajukan
• Dapat membedakan antara klaim nyata dan palsu

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

• Menilai biaya klaim sehingga nilai realistis ditempatkan di atasnya sebelum


pembayaran (ini adalah proses yang disebut Cadangan)
• Menentukan apakah orang lain, seperti perusahaan adjuster asuransi, perlu
dilibatkan, dan
• Dapat menyelesaikan klaim dengan minimal pemborosan (beban misalnya).

4.5. Berkaitan dengan manfaat informasi klaim, uraikan 3 (tiga) laporan keuangan yang
membutuhkan informasi mengenai cadangan klaim.

Jawaban:
1. Laporan profitabilitas dari berbagai lini bisnis yang berbeda,
2. Perkiraan kerugian di masa depan, dan
3. Laporan pada kebutuhan arus kas masa depan.

4.6. Berkaitan dengan informasi klaim, jelaskan 7 (tujuh) informasi yang perlu
diungkapkan dalam formulir laporan klaim.

Jawaban: 74
Setiap formulir klaim akan meminta:
• Nama tertanggung. Untuk asuransi pribadi biasanya ini akan menjadi individu,
meskipun dalam beberapa kasus mungkin terdiri dari dua orang atau lebih.
Untuk asuransi komersial umumnya akan menjadi nama perusahaan yang
diasuransikan, meskipun untuk beberapa usaha kecil mungkin nama pemilik
atau pedagang tunggal.
• Nomor polis atau referensi. Ini harus sesuai dengan nama tertanggung dan
tertanggung mengkonfirmasi. Ini akan memungkinkan Anda untuk memastikan
bahwa Anda memiliki wording polis yang tepat di mana klaim akan jatuh dan
untuk memeriksa bahwa pihak yang mengajukan klaim telah membayar premi.
• Tanggal, waktu dan tempat kejadian terjadinya klaim tersebut. Dari informasi
ini Anda dapat memeriksa bahwa klaim jatuh dalam periode polis, yang telah
diberitahukan sesuai dengan batas waktu atau kondisi lain yang ditetapkan
dalam polis dan, jika ditetapkan, bahwa lokasi kejadian sesuai dengan batasan
teritorial dalam polis. Waktu yang tepat dari insiden, seperti kebakaran, dapat
menjadi sangat penting jika kerusakan terjadi pada hari terakhir dari periode
polis: beberapa polis menentukan waktu serta tanggal di mana polis berakhir
(misalnya tengah malam). Jika polis diam, maka biasanya, waktu kadaluwarsa
diambil pada tengah malam. Jika insiden itu terjadi di negara yang berbeda dari
negara tempat polis itu diterbitkan, atau tertanggung tinggal atau terletak (jika
sebuah bisnis) di negara yang berbeda, maka perhatian harus diambil untuk
memungkinkan zona waktu yang berbeda dan pengecekan dibuat apakah
diberikan waktu setempat atau waktu domestic, jika kerusakan disebabkan
oleh operasi dari sebuah bahaya yang sedang berlangsung – angin topan atau
banjir misalnya – yang melampaui berakhirnya polis, Anda harus memastikan
kapan tepatnya terjadi kerusakan. Untuk polis loss occurring pihak pertama

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

maka hanya kerusakan yang terjadi dalam periode polis yang akan menjadi
liability perusahaan asuransi. Jika polis tersebut telah diperbaharui dengan
penanggung yang sama, ini tidak terlalu diperhatkian, tetapi jika diperpanjang di
perusahaan asuransi lain, atau asuransi belum diperpanjang sama sekali, dan
tanggal yang tepat dan waktu kerusakan sulit untuk dibangun, klaim mungkin
harus dipisahkan antara periode polis.
• Penjelasan tentang apa yang terjadi. Ini akan memberikan indikasi apakah
risiko yang beroperasi dicover atau tidak dicover. Dalam beberapa kasus, nama
dan alamat saksi akan dibutuhkan.
• Penjelasan mengenai kerusakan yang diderita. Misalnya, hilangnya item,
kerusakan parsial untuk barang, furniture atau properti lainnya, cedera, atau
kerugian finansial berkelanjutan, luka kepada pihak ketiga dll, dan, jika ada,
perkiraan biaya klaim. Jika kerugian sangat besar, mungkin memicu kebutuhan
untuk memberitahu reasuransi dari sebuah klaim reasuransi potensial.
• Tanda tangan dari tertanggung, atau orang mengisi formulir atas nama mereka,
bersama-sama dengan pernyataan bahwa informasi yang diberikan, sejauh
penulis menyadari, adalah benar dan tepat. Ini, sekali lagi, sebuah perlindungan
terhadap kemungkinan klaim palsu atau tidak benar.
• Tanggal di mana tertanggung memberitahukan klaim diperlukan untuk
memastikan bahwa setiap kondisi pemberitahuan klaim dalam polis telah
dipenuhi. Jika ini adalah kondisi preseden untuk liability, klaim mungkin tidak
dibayar sama sekali. Di bawah polis claims made, tertanggung mungkin telah
diminta untuk memberitahu keadaan yang menyebabkan klaim selama periode
kebijakan sebelumnya bagi cover untuk beroperasi. Kita akan menjelaskan
penggunaan dan pengoperasian persyaratan pemberitahuan klaim ini dalam
bab 2 – informasi klaim dari tertanggung pada tahap ini digunakan untuk melihat
apakah kondisi ini sebenarnya sudah cocok.
75

4.7. Berkaitan dengan investigasi klaim, uraikan 4 (empat) tanggapan awal yang mungkin
ada dari departemen klaim setelah membaca formulir klaim.

Jawaban:
1. penolakan langsung karena kurangnya cover;
2. penerimaan liability, tunduk pada konfirmasi jumlah (termasuk penerapan limi
polis, deductible, excess, dan sejenisnya);
3. indikasi bahwa masukan dari loss adjuster atau pengacara dibutuhkan; atau
4. indikasi bahwa informasi dari pihak ketiga lainnya diperlukan, seperti informasi
dari polisi atau pemadam kebakaran laporan, laporan cuaca dll.

4.8. Terkait informasi klaim yang biasanya terdapat dalam formulir klaim, uraikan: (Mar
2018, No. 11)
a. 2 (dua) tujuan diperlukannya informasi nomor polis
b. 3 (tiga) tujuan diperlukannya informasi jam, tanggal, dan tempat kejadian
c. Tujuan pencatatan tanggal diterimanya notifik si klaim dari tertanggung

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

d. 3 (tiga) kegunaan informasi-informasi dasar pada formulir klaim tersebut


dalam penilaian awal klaim

Jawaban:
a. 2 (dua) tujuan diperlukannya informasi nomor polis
Ini harus sesuai dengan nama tertanggung dan tertanggung mengkonfirmasi. Ini
akan memungkinkan Anda untuk memastikan bahwa Anda memiliki wording polis
yang tepat di mana klaim akan jatuh dan untuk memeriksa bahwa pihak yang
mengajukan klaim telah membayar premi.

b. 3 (tiga) tujuan diperlukannya informasi jam, tanggal, dan termpat kejadian


ari informasi ini Anda dapat memeriksa bahwa klaim jatuh dalam periode polis, yang
telah diberitahukan sesuai dengan batas waktu atau kondisi lain yang ditetapkan
dalam polis dan, jika ditetapkan, bahwa lokasi kejadian sesuai dengan batasan
teritorial dalam polis. Waktu yang tepat dari insiden, seperti kebakaran, dapat
menjadi sangat penting jika kerusakan terjadi pada hari terakhir dari periode polis:
beberapa polis menentukan waktu serta tanggal di mana polis berakhir (misalnya
tengah malam). Jika polis diam, maka biasanya, waktu kadaluwarsa diambil pada
tengah malam. Jika insiden itu terjadi di negara yang berbeda dari negara tempat
polis itu diterbitkan, atau tertanggung tinggal atau terletak (jika sebuah bisnis) di
negara yang berbeda, maka perhatian harus diambil untuk memungkinkan zona
waktu yang berbeda dan pengecekan dibuat apakah diberikan waktu setempat
atau waktu domestic, jika kerusakan disebabkan oleh operasi dari sebuah bahaya
yang sedang berlangsung – angin topan atau banjir misalnya – yang melampaui
berakhirnya polis, Anda harus memastikan kapan tepatnya terjadi kerusakan. Untuk
polis loss occurring pihak pertama maka hanya kerusakan yang terjadi dalam periode 76
polis yang akan menjadi liability perusahaan asuransi. Jika polis tersebut telah
diperbaharui dengan penanggung yang sama, ini tidak terlalu diperhatkian, tetapi
jika diperpanjang di perusahaan asuransi lain, atau asuransi belum diperpanjang
sama sekali, dan tanggal yang tepat dan waktu kerusakan sulit untuk dibangun,
klaim mungkin harus dipisahkan antara periode polis.

c. Tujuan pencatatan tanggal diterimanya notifikasi klaim dari tertanggun


Tanggal di mana tertanggung memberitahukan klaim diperlukan untuk memastikan
bahwa setiap kondisi pemberitahuan klaim dalam polis telah dipenuhi. Jika ini adalah
kondisi preseden untuk liability, klaim mungkin tidak dibayar sama sekali. Di bawah
polis claims made, tertanggung mungkin telah diminta untuk memberitahu keadaan
yang menyebabkan klaim selama periode kebijakan sebelumnya bagi cover untuk
beroperasi. Kita akan menjelaskan penggunaan dan pengoperasian persyaratan
pemberitahuan klaim ini dalam bab 2 – informasi klaim dari tertanggung pada tahap
ini digunakan untuk melihat apakah kondisi ini sebenarnya sudah cocok.

d. 3 (tiga) kegunaan informasi-informasi dasar pada formulir klaim tersebut


dalam penilaian awal klaim
Informasi-informasi dasar pada formulir klaim berguna untuk:
• penolakan langsung jika klaim tidak tercover;
• penerimaan liability, tunduk pada konfirmasi jumlah (termasuk penerapan limi
polis, deductible, excess, dan sejenisnya);

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

• indikasi bahwa masukan dari loss adjuster atau pengacara dibutuhkan; atau
• indikasi bahwa informasi dari pihak ketiga lainnya diperlukan, seperti informasi
dari polisi atau pemadam kebakaran laporan, laporan cuaca dll.

4.9. Berkaitan dengan informasi klaim, uraikan dokumen yang harus ada dalam klaim
asuransi:
a) Properti
b) Pencurian
c) Kendaraan Bermotor
d) Third Party Liability
e) Personal Accident & Travel

Jawaban:
• untuk klaim properti pihak pertama: tanda terima untuk properti yang hilang
atau rusak atau bukti lain dari nilai tersebut;
• untuk klaim pencurian dan perampokan adalah biasa untuk meminta bukti
bahwa kejadian tersebut telah dilaporkan ke polisi – biasanya nomor referensi
polisi atau kejahatan - sebagai pencegahan terhadap potensi penipuan;
• untuk klaim kendaraan bermotor untuk kendaraan yang rusak itu adalah umum
untuk tidak meminta tertanggung untuk memberikan perkiraan biaya klaim, 77
tetapi untuk memungkinkan kendaraan diperiksa oleh penilai yang ditunjuk oleh
perusahaan asuransi. Juga lokasi kendaraan rusak – apakah itu telah dihapus
dari lokasi kecelakaan - akan diperlukan:
• untuk klaim pihak ketiga, atau klaim yang disebabkan oleh pihak ketiga, Anda
akan membutuhkan identitas asuransi pihak ketiga, baik untuk memungkinkan
negosiasi atas kewajiban atau kontribusi atau untuk mengejar setiap subrogasi
atau recovery; dan
• untuk personal accident atau polis travel yang timbul dari penyakit atau cedera
adalah biasa untuk meminta beberapa verifikasi medis penyebab dan durasi
penyakit atau cedera. Hal ini umumnya diperlukan untuk menetapkan bahwa
klaim tidak muncul dari setiap (pengecualian) pra kondisi dan bahwa setiap
persyaratan polis untuk memperoleh persetujuan asuransi yang terarah di luar
negeri atau repatriasi telah dipenuhi.

4.10. Berkaitan dengan investigasi kliam, uraikan 5 (lima) data penutupan asuransi yang
diperlukan kembali pada saat proses klaim.

Jawaban:
• identitas tertanggung;
• periode polis;
• bahwa kondisi polis telah dipenuhi;

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

• bahwa penyebab kerugian / bahaya dicover; dan


• pertanyaan-jawaban apakah ada masalah penghindaran atau pelanggaran
kondisi atau warranty.

4.11. Sebutkan 3 (tiga) pertimbangan underwriter yang mungkin dibuat apabila terjadi
misrepresentasi material atau non-disclosure mengenai fakta material yang
berkaitan dengan polis.

Jawaban:
1. apakah hendak memperpanjang cover untuk tertanggung begitu saja;
2. apakah hendak menanyakan lebih lanjut pada posisi yang benar berkaitan
dengan misrepresentasi dan menyembunyikan fakta material; atau
3. apakah mereka ingin berurusan dengan tertanggung dengan cara lain.
Misalnya, mereka mungkin memutuskan untuk mengecualikan kerugian yang
timbul dari situasi tersebut atau memasukkan warranty dalam polis untuk posisi
diharapkan ada.

4.12. Terkait informasi tambahan pada proses litigasi, uraikan yang dimaksud dengan
disclosure. (Mar 2019, No. 2)
78
Jawaban:
Disclosure adalah pengungkan fakta atau informasi yang perlu diketahui oleh pihak
lain, dalam hal ini asuransi, untuk keperluan penutupan risiko / penerimaan klaim.
Dalam proses penutupan asuransi biasanya calon tertanggung akan mengisi sebuah
proposal form atau surat/formulir permohonan penutupan asuransi. Dan untuk risiko
tertentu, surveyor dari penanggung melakukan survey.
Calon tertanggung tersebut wajib menyampaikan semua keterangan / informasi
/ fakta yang bersifat material, yaitu yang mempengaruhi tingginya risiko dan
keputusan penanggung dalam akseptasinya.
Kewajiban tertanggung dan penanggung dalam hal duty of disclosure.
Tertanggung wajib :
1. mengungkapkan fakta material yaitu informasi, keterangan, keadaan dan
fakta yang mempengaruhi pertimbangan Penanggung dalam menerima atau
menolak suatu permohonan penutupan asuransi dan dalam menetapkan
suku premi apabila permohonan dimaksud diterima;
2. membuat pernyataan yang benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan
penutupan asuransi; yang disampaikan baik pada waktu pembuatan
perjanjian asuransi maupun selama jangka waktu pertanggungan.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

4.13. Sekarang ini informasi mengenai klaim seringkali dimintakan kepada tertanggung
melalui telepon pada waktu tertanggung pertama kali melaporkan adanya klaim.
Uraikan (Sept 2013, No. 13):
a. 3 (tiga) keuntungan cara tersebut.
b. kelemahan cara tersebut dan langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi
kelemahan tersebut

Jawaban:
a. Tiga keuntungan pelaporan klaim melalui telepon
1. Memungkinkan tertanggung dapat melaporkan sesegera mungkin
untuk menghindari penolakan klaim karena terlambat lapor. Biasanya
pelaporan klaim melalui telepon dapat dilakukan sepanjang hari 24 jam.
2. Memungkinkan perusahaan asuransi melakukan investigasi dan
penyelidikan sesegera mungkin, menyelamatkan salvage, dan
melakukan tindakan recovery dengan cepat.
3. Pelaporan klaim melalui telepon dirasa lebih efi ien.
(silakan ditambahi sendiri jika dirasa ada jawaban yang lebih tepat).

b. kelemahan cara tersebut dan langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi
kelemahan tersebut
Informasi yang didapat dalam notifikasi klaim lebih awal tidak terlalu lengkap,
bahkan bisa dibilang sangat terbatas. Oleh karena itu, notifikasi klaim melalui
telepon perlu direkam. Salinan rekaman jawaban dalam percakapan telepon
79
ini harus dikirim ke tertanggung sesegera mungkin setelah itu sehingga
mereka dapat memverifikasi atau memperbaiki mereka, menambahkan
informasi terkait lainnya yang mungkin telah menjadi jelas (atau yang lupa
Anda tanyakan) dan menandatangani dokumen dan mengembalikannya.
Dengan salinan ini, setiap bukti dokumenter yang diperlukan dari tertanggung
harus diperinci, apakah diminta atau tidak selama percakapan telepon.

4.14. Seorang tertanggung mengajukan Asuransi kebakaran untuk sebuah gudang besar.
Rincilah tiga aspek dari properti tertanggung yang akan dianggap risiko material,
tetapi yang – kalau bukan karena utmost good faith – tertanggung mungkin memilih
untuk tidak mengungkapkannya.

Jawaban:
Mungkin ada sejumlah fitur seperti, misalnya
• bahwa tidak ada sistem sprinkler yang bekerja;
• bahwa akses ke gedung yang digunakan tidak terkontrol;
• bahwa nilai konten umumnya melebihi nilai pertanggungan yang diminta;
• bahwa bangunan rentan terhadap banjir dari selokan tetangga dan memiliki
sejarah klaim banjir;

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

• bahwa bangunan dekat dengan fasilitas manufaktur yang bisa menciptakan


kebakaran yang signifikan atau bahaya ledakan; ata
• klaim sebelumnya (atau klaim) telah dilakukan terhadap perusahaan asuransi
sebelumnya tapi tidak diungkapkan kepada Penanggung saat ini.

Anda mungkin telah memikirkan peristiwa lain.

4.15. Berkaitan dengan proses klaim, uraikan 6 (enam) peran loss adjuster.

Jawaban:
• menyelidiki penyebab kerugian: misalnya dalam klaim kebakaran yang besar
dan tampaknya mencurigakan, mereka mungkin diperlukan untuk memastikan
apakah ada indikasi bahwa kebakaran terjadi karena disengaja; atau
• nasihat tentang kuantum kerugian dan merekomendasikan cadangan; atau
• bekerjasama dengan tertanggung; atau
• mengawasi perbaikan atau pembangunan kembali properti yang rusak; atau
• menegosiasikan penyelesaian atau
• kombinasi dari beberapa.
Pada waktu yang berbeda loss adjuster mungkin akan diperintahkan dalam semua
peran tersebut; Instruksi harus cukup jelas supaya adjuster tidak melakukan lebih
80
dari yang dibutuhkan. Jika mereka melakukannya akan dikenakan kelebihan biaya
dalam bentuk fee untuk pekerjaan yang, pada kenyataannya, tidak ditugaskan.

4.16. Uraikan 3 (tiga) hal yang harus disetujui bersama antara perusahan asuransi dan
pihak ketiga yang membantu dalam penyelesaian klaim sebelum perusahaan
asuransi memberikan surat penunjukan kepada pihak ketiga tersebut (April 2015,
No. 2).

Jawaban:
Sebelum mengkonfirmasikan suatu pertemuan, hal-hal seperti:
1. pemberian otoritas,
2. nilai upah yang telah disepakati dan
3. deadline atau batas waktu harus ditetapkan.
Sebuah sistem harian akan membantu memastikan bahwa tenggat waktu, terutama
tenggat waktu pengadilan atau pembatasan cut-off, dihindari. Banyak perusahaan
asuransi sekarang menggunakan panel penasihat, termasuk pengacara, loss
adjuster, jasa perbaikan kendaraan bermotor dan lain-lain. Anggota panel kadang-
kadang digaransi instruksi dalam pertukaran untuk perjanjian tingkat layanan
tertentu dan biaya yang sudah disepakati sebelumnya. Jika ada panel tetap maka
instruksi seharusnya hanya diberikan kepada anggota non-panel dalam keadaan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

luar biasa – seperti jika tidak ada anggota panel yang tersedia di lokasi tertentu
dalam kerangka waktu yang diperlukan.
Sebelum menginstruksikan setiap adviser eksternal, harus ada alasan yang cukup
jelas mengapa mereka dibutuhkan. Apa sebenarnya yang ingin mereka lakukan
untuk Anda? Mereka harus diberi instruksi yang spesifik sesuai otoritasnya.

4.17. Berkaitan dengan investigasi dan penyelesaian klaim, uraikan 4 (empat) hal yang
dapat dilakukan lawyer (pengacara) bagi perusahaan asuransi (Mar 2019, No. 9).

Jawaban:
• memberi nasihat tentang coverage; atau
• menyarankan cadangan untuk klaim liability berdasarkan nilai yang diklaim;
atau
• nasihat tentang kemungkinan liability tertanggung dan tingkat umum keputusan
pengadilan untuk cedera atau kerusakan properti yang terjadi; atau
• mengambil alih dan membela klaim terhadap tertanggung, termasuk mengawasi
keseluruhan proses litigasi sampai ke titik penyelesaian jika memungkinkan.

Pengacara mungkin diminta untuk mencari kesepakatan penanggung tersebut


pada setiap tahap proses, atau diinstruksikan untuk menangani seluruh persoalan
atas inisiatifnya sendiri (walaupun ini akan tidak mungkin, kecuali untuk klaim
yang lebih kecil dan paling mudah). Perusahaan asuransi mungkin atau mungkin
81
tidak memerintahkan mereka untuk mencapai penyelesaian atau sebaliknya dapat
menginstruksikan mereka hanya untuk bernegosiasi dan kemudian mendapatkan
persetujuan asuransi untuk itu.

4.18. Berkaitan dengan klaim, uraikan untuk siapa ahli atau penasehat di bawah ini
bekerja:
a. Pengacara pembela
b. Loss adjuster independen
c. Penasihat ahli, expert adviser, konsultan atau pengacara
d. Saksi ahli

Jawaban:
• pengacara pembela bekerja atas nama tertanggung untuk membela klaim
mereka, sebaik untuk penanggung untuk siapa mereka akan memiliki peran
penasehat;
• loss adjuster independen, meskipun ditunjuk oleh perusahaan asuransi, mereka
memiliki kewajiban di bawah aturan Chartered Institute of Adjusters Loss (CILA)
untuk bertindak tanpa memihak siapapun;
• penasihat ahli/expert adviser, konsultan atau pengacara diperintahkan oleh

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

perusahaan asuransi dan memiliki tugas hanya untuk klien mereka;


• saksi ahli, meskipun diperintahkan oleh perusahaan asuransi, memiliki tugas
utama di pengadilan, --- jika pengadilan memerintahkan penunjukan saksi ahli
saja, mereka tidak hanya memiliki tugas utama ke pengadilan, tetapi tugas
untuk menginstruksikan kedua belah pihak.

4.19. Uraikan kepada pihak mana seharusnya loss adjuster bertanggungjawab dalam
menjalankan tugasnya dalam penyelesaian klaim (Mar 2019, No. 3).

Jawaban:
Loss Adjuster adalah suatu profesi di dalam industri asuransi yang memberikan jasa
berupa pemeriksaan dan/atau penilaian atas suatu tuntutan ganti rugi yang diajukan
oleh Tertanggung kepada Penanggung berdasarkan persyaratan / ketentuan yang
terdapat di dalam polis dan kaidah umum asuransi. Karena pengalamannya dalam
pemeriksaan musibah-musibah (yang biasanya akan menimbulkan suatu tuntutan
ganti rugi) Loss Adjuster juga dapat memberikan saran untuk mengurangi kerugian,
menghindari kerugian lebih lanjut dan mengurangi resiko kerugian.
Loss adjuster independen, meskipun ditunjuk oleh perusahaan asuransi, mereka
memiliki kewajiban di bawah aturan Chartered Institute of Adjusters Loss (CILA)
untuk bertindak tanpa memihak siapapun;

82
4.20. Uraikan 3 (tiga) kriteria dan pertimbangan perusahaan asuransi pemilihan tenaga
ahli atau penasehat dalam klaim asuransi.

Jawaban:
• apa alasan pengangkatanannya;
• apa instruksi yang diperlukan – yang harus sejelas mungkin dan jika diperlukan,
mengatakan apa saja yang bukan kewenangannya: dan
• informasi apa yang diharapkan dapat diberikan seorang ahli:
 rekomendasi, katakanlah, cadangan atau tindakan, dalam hal ini harus
diterima atau ditolak dan keputusan yang diambil mengenai apa yang
harus dilakukan selanjutnya dalam mengelola klaim; atau
 informasi tentang pengambilan tindakan yang perlu disetujui?
Kebanyakan perusahaan asuransi memiliki pedoman internal mereka sendiri atau
protokol bagaimana mereka umumnya akan menggunakan penasihat eksternal,
otoritas macam apa yang akan didelegasikan kepada mereka, hal-hal apa yang
disediakan untuk perusahaan asuransi itu sendiri dan perusahaan mana yang lebih
dipilih untuk digunakan.

4.21. Uraikan 6 (enam) hal yang ada dalam standar surat penunjukan ahli atau penasihat
dalam hal klaim asuransi.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

Jawaban:
Menulis surat adalah masalah gaya individu atau gaya rumah perusahaan dan
beberapa perusahaan telah menciptakan satu set ‘standar surat’ untuk digunakan,
di mana nama dan alamat penerima, rincian polis dan klaim dan sebagainya yang
perlu dimasukkan. Bagaimanapun semua surat harus:

 mengidentifikasi polis, tertanggung dan penuntut jika sesuai


 memberikan rincian singkat dari klaim untuk diselidiki atau dilaporkan;
 memberikan penjelasan yang jelas mengenai instruksi yang diberikan – apa
yang dibutuhkan dan apa yang bukan berwenangnya secara khusus;
 skala waktu atau tenggat waktu untuk menanggapi;
 format untuk semua laporan (seperti laporan tertulis resmi lengkap, formulir
laporan catatan singkat, email atau panggilan telepon); dan
 dasar yang diharapkan untuk biaya yang akan dibebankan (tarif per jam atau
harian, nilai tetap, termasuk atau tidak termasuk biaya dan pengeluaran) dan
setiap biaya maksimum.

4.22. Sebutkan masing-masing 4 (empat) penasihat spesialis dan ahli yang biasanya ada
dalam klaim:
a. Property 83
b. Personal Accident

Jawaban:
Untuk klaim property:
o Surveyor (penyurutan klaim);
o Akuntan/akuntan forensik (kehilangan keuntungan, gangguan usaha,
kehilangan pendapatan):
o Investigator kebakaran (untuk memastikan penyebab kebakaran).

Untuk klaim personal accident:


o Dokter (diagnosis dan prognosis);
o Akuntan (rugi laba);
o Spesialis rehabilitasi; dan
o Pengacara (menilai sebab-akibat, penilaian kerusakan).

4.23. Berkaitan dengan klaim asuransi, uraikan 2 (dua) bentuk tugas penasihat hukum

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

atau pengacara.

Jawaban:
1. Memberikan pembelaan kepada tertanggung di bawah polis terhadap klaim
yang diajukan oleh pihak ketiga terhadap mereka dan bernegosiasi mengenai
setiap penyelesaian dengan pengacara penggugat; dan
2. memberikan saran dalam klaim berdasarkan polis, memberi nasihat tentang
pertanyaan coverage, menyelidiki keadaan yang menimbulkan klaim pihak
ketiga, menilai liability polis dan memperkirakan kuantum, dengan pelaporan
berkala kepada perusahaan asuransi.
Batas kewenangan pengacara, entah untuk bernegosiasi, untuk menetapkan, atau
hanya untuk memberikan nasihat dan mencari petunjuk, biasanya ditetapkan dalam
perjanjian standar pelayanan antara Penanggung dan pengacara, atau ditetapkan
secara khusus dalam instruksi case by case.
Pengacara pembela dan pengacara coverage masing-masing menyediakan dua
jenis masukan hukum yang berbeda. Jika pengacara pembela memiliki kewenangan
untuk menegosiasikan klaim dengan mitra mereka, petunjuk yang diberikan
kepada mereka harus sangat jelas, apakah mereka benar-benar dapat setuju
terhadap settlement atau tidak, atau apakah keputusan akhir dicadangkan untuk
penanggung. Seringkali pengacara yang sama akan bertindak sebagai pengacara
pembela dan pengacara coverage. Namun, ini dapat menimbulkan kesulitan dan
potensi konflik kepentingan antara perusahaan asuransi dan pemegang polis
di mana jika tertanggung memerlukan pembelaan untuk klaim mereka, tetapi
asuransi memiliki keberatan untuk coverage-nya. Dalam beberapa yurisdiksi tugas
untuk membela tertanggung (meski tidak perlu membayar setiap klaim yang bagi
pengadilan dinyatakan bahwa mereka liable) dapat menciptakan kekhawatiran
mengenai coverage. Pengacara tersebut memiliki kepentingan yang sama untuk
84
tertanggung dan penanggung, yang mungkin akan sulit mereka selesaikan. Jika ini
menjadi jelas, praktek terbaik adalah dengan menunjuk pengacara yang terpisah,
lebih baik lagi jika berasal dari perusahaan yang berbeda, untuk menjalankan peran
masing-masing.

4.24. Dalam kaitan dengan penggunaan pakar dalam penyelesaian klaim (Sept 2015, No.
12).
a. uraikan yang dimaksud dengan coverage lawyer
b. uraikan yang dimaksud dengan defence lawyer
c. jelaskan kelemahan bila pengacara yang ditunjuk perusahaan berfungsi
ganda sebagai defence lawyer dan juga coverage lawyer

Jawaban:
a. uraikan yang dimaksud dengan coverage lawyer
Defence lawyer dan coverage lawyer masing-masing menyediakan dua
jenis masukan hukum yang berbeda. Defence lawyer memiliki kewenangan
untuk menegosiasikan klaim dengan mitra mereka, petunjuk yang diberikan
kepada mereka harus sangat jelas, apakah mereka benar-benar dapat setuju
terhadap settlement atau tidak, atau apakah keputusan akhir dicadangkan
untuk penanggung.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

b. uraikan yang dimaksud dengan defence lawyer


Defence lawyer adalah pengacara yang memberikan saran mengenai
klaim berdasarkan polis. Ia memberi nasihat tentang pertanyaan coverage,
menyelidiki keadaan yang menimbulkan klaim pihak ketiga, menilai liability
polis dan memperkirakan kuantum, dengan pelaporan berkala kepada
perusahaan asuransi.

c. jelaskan kelemahan bila pengacara yang ditunjuk perusahaan berfungsi


ganda sebagai defence lawyer dan juga coverage lawyer
Seringkali pengacara yang sama akan bertindak sebagai pengacara pembela
dan pengacara coverage. Namun, ini dapat menimbulkan kesulitan dan
potensi konflik kepentingan antara perusahaan asuransi dan pemegang polis
di mana jika tertanggung memerlukan pembelaan untuk klaim mereka, tetapi
asuransi memiliki keberatan untuk coverage-nya. Dalam beberapa yurisdiksi
tugas untuk membela tertanggung (meski tidak perlu membayar setiap klaim
yang bagi pengadilan dinyatakan bahwa mereka liable) dapat menciptakan
kekhawatiran mengenai coverage. Pengacara tersebut memiliki kepentingan
yang sama untuk tertanggung dan penanggung, yang mungkin akan sulit
mereka selesaikan. Jika ini menjadi jelas, praktek terbaik adalah dengan
menunjuk pengacara yang terpisah, lebih baik lagi jika berasal dari perusahaan
yang berbeda, untuk menjalankan peran masing-masing. Masyarakat Hukum
menerbitkan panduan bagi pengacara di Inggris dan Wales dalam berurusan
dengan dan menghindari konflik kepentingan

4.25. Dalam kaitannya dengan klaim, uraikan 2 (dua) macam bantuan ahli. 85

Jawaban:
Ketika dihadapkan dengan klaim, ada dua macam bantuan ahli yang tersedia:
1. saran ahli yang diberikan kepada perusahaan asuransi untuk membantu
dalam mengevaluasi klaim: untuk menentukan liability atau penyebab,
untuk merekomendasikan restitusi atau perbaikan yang sesuai, atau untuk
memberikan penilaian atau perkiraan kuantum; dan
2. pendapat ahli atau bukti yang diperlukan sebagai bagian dari proses litigasi
(mungkin timbul dalam kasus liability).

Seorang ahli dalam konteks yang terakhir ini adalah yang disebut saksi ahli
dan merupakan seseorang yang diinstruksikan secara formal untuk membantu
pengadilan dalam memahami hal-hal teknis. Berdasarkan aturan prosedur sipil
(CPR) di Inggris dan Wales, pengadilan perlu memberikan izin untuk membawa
saksi ahli dan saksi ahli memiliki tugas utama di pengadilan, yang melebihi kewajiban
terhadap klien perusahaan asuransi mereka. Mereka diminta untuk memberikan,
pendapat obyektif independen tanpa memperhatikan apakah posisi pihak yang
memerintahkan mereka baik atau tidak. Peraturan yang mengatur saksi ahli dan
peran saksi ahli yang terkandung dalam Bagian 35 dari CPR dan Arah Praktek yang
terkait. Panduan untuk saksi ahli dan yang memerintahkan mereka membentuk
Protocol di bawah CPR dan aturan yang mendeskripsikan bentuk laporan ahli yang
harus diambil.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

4.26. Berkaitan dengan informasi klaim, sebutkan 5 (lima) pihak di luar perusahaan
asuransi yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menentukan
penggantian klaim harta benda (Apr 2015, No. 3; Sept 2018, No. 5).

Jawaban:
- Loss Adjuster Independen;
- penasihat ahli/expert adviser;
- Surveyor (penyurutan klaim);
- Akuntan/akuntan forensik (kehilangan keuntungan, gangguan usaha,
kehilangan pendapatan);
- Investigator kebakaran (untuk memastikan penyebab kebakaran).

4.27. Dalam kaitannya dengan klaim, jelaskan 2 (dua) kategori hak istimewa.

Jawaban:
Hak istimewa/privilege berlaku untuk dokumen dalam arti luas dan mencakup email,
pesan suara, database komputer dan rekaman tape, serta komunikasi tradisional
dalam bentuk kertas. Ada dua kategori hak istimewa/privilege:
86
1. Hak istimewa saran hukum: ini melindungi komunikasi rahasia antara
pengacara yang bertindak dalam kapasitas profesional hukum mereka dan klien
mereka yang dibuat untuk tujuan dominan dalam mencari atau memberikan
nasihat hukum.
2. Hak istimewa proses peradilan: di mana ada ‘kemungkinan nyata’ dari
proses peradilan atau proses peradilan sungguh-sungguh berlangsung untuk
melindungi komunikasi antara pengacara dan klien, atau antara pengacara
dan pihak ketiga, dibuat untuk tujuan utama dalam memajukan penuntutan
atau pembelaan dari materi atau mencari atau memberikan nasihat hukum
sehubungan dengan itu.

4.28. Uraikanlah informasi yang diperlukan berdasarkan surat Penanggung terhadap loss
adjuster di bawah ini:
Dalam klaim pihak pertama, surat memerintahkan loss adjuster untuk menyelidiki
keadaan kebakaran yang mencurigakan mungkin diutarakan:
Mohon menyelidiki semua keadaan yang mengarah ke kebakaran, khususnya
berkaitan dengan apakah kebakaran tersebut disengaja atau tidak. Laporkan
temuan Anda ke email ini sesegera mungkin. Pada tahap ini Anda tidak berwenang
untuk masuk ke dalam setiap negosiasi penyelesaian dengan tertanggung, atau
untuk membuat saran kepadanya mengenai nilai setelmen. Laporan Anda harus
diperlakukan sebagai rahasia untuk asuransi. Jika memungkinkan, harap berikan
laporan awal melalui telepon dalam waktu tiga puluh hari dari surat ini...

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

Jawaban:
Informasi yang diperlukan akan mencakup:
• setiap laporan investigasi pemadam kebakaran dan pernyataan saksi telah
mereka peroleh (diperoleh dari pemadam kebakaran);
• setiap pernyataan kesaksian dari polisi maupun laporan polisi (diperoleh dari
otoritas polisi setempat);
• laporan dari penyidik ​​spesialis kebakaran atau engineer mengenai kemungkinan
penyebab kebakaran (rincian yang diperoleh dari daftar profesional ahli tersebut,
misalnya Asosiasi Industri Kebakaran atau Register Saksi Ahli atau individu
dikenal dan dihormati oleh Penanggung atau loss adjuster); dan
• perkiraan surveyor untuk kerusakan berkelanjutan, yang diperlihatkan dari
biaya membangun kembali bangunan ke kondisi sebelum terjadinya kebakaran
(yang diperoleh dari loss adjuster atau dari surveyor independen).

4.29. Uraikanlah informasi yang diperlukan berdasarkan surat Penanggung terhadap loss
adjuster di bawah ini:
Sebuah perusahaan loss adjuster berurusan dengan serangkaian klaim banjir atas
peralatan rumah tangga yang timbul dalam sebuah wilayah tertentu dan dari satu
aktivitas, mungkin diinstruksikan untuk:
Menyelidiki keadaan semua klaim kerusakan banjir (dalam lokalitas) sesuai
kondisi polis kami, membuat pengaturan yang tepat untuk akomodasi alternatif 87
bagi tertanggung dimana semua aspek pengeringan dan perbaikan ini dikover dan
ditangani. Kami melampirkan salinan form polis standar kami, daftar tertanggung
berdasarkan kode pos, dan rincian kerugian untuk semua klaim yang dilaporkan
kepada kami sampai saat ini. Harap memberikan penilaian awal dari biaya kerugian
secara keseluruhan sesegera mungkin – maka penanggung akan membuat
pertimbangan untuk pembentukan dana klaim atas settlement yang Anda buat.
Setelah itu berikan laporan bulanan sesuai nomor klaim yang diterima dan diselidiki,
dibayar, disepakati untuk pembayaran dan memperkirakan jumlah yang luar biasa
oleh penggugat, bersamaan dengan deskripsi singkat dari setiap interest kepada
Penanggung.

Jawaban:
Informasi yang diperlukan akan meliputi:
• Informasi meteorologi yang mengkonfirmasi bahwa banjir itu terjadi di wilayah
itu, dalam wilayah yang tepat, seberapa dalam dan seberapa lama (diperoleh
dari Kantor Meteorologi atau perusahaan spesialis konsultan meteorologi,
secara langsung atau melalui internet);
• Rincian akomodasi supplier lokal atau akomodasi sewa atau rumah mobil untuk
alternatif (diperoleh dari direktori perdagangan lokal atau melalui internet); dan
• Detail spesialis penyedia peralatan pengeringan (lagi diperoleh dari direktori
perdagangan lokal, termasuk internet, atau dari database kerugian adjuster
sendiri).

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

4.30. Uraikanlah informasi yang diperlukan berdasarkan surat Penanggung terhadap


Pengacara di bawah ini:
Seorang pengacara diinstruksikan untuk menangani pembelaan klaim pihak ketiga
untuk professional indemnity mungkin diinstruksikan:
.. untuk menyelidiki keadaan dan memberikan pembelaan kepada tertanggung
sehubungan dengan persoalan tersebut. Harap dicatat bahwa saat ini kami telah
memesan hak-hak kami terhadap tertanggung sehubungan dengan kemungkinan
non-notifikasi selama periode polis sebelumnya mengenai keadaan yang mengarah
pada terjadinya klaim ini. Anda harus bermusyawarah dengan tertanggung tanpa
dasar prasangka sampai masalah ini diselesaikan. Mohon alamatkan semua laporan
ke penasihat hukum di kantor kami di alamat di atas tanda ‘Private & Confidential
dan ‘Tanpa Prejudice” dan untuk perhatian dar Ms–. Sebuah laporan awal termasuk
perkiraan kerusakan mungkin diperlukan paling lambat akhir bulan depan..

Jawaban:
Informasi yang diperlukan akan meliputi:
• semua korespondensi antara penggugat dan tertanggung sebelum
pemberitahuan klaim ke Penanggung. Ini akan menyoroti keadaan yang
menimbulkan klaim dan kondisi ketika tertanggung pertama kali sadar
mengenai kemungkinan terjadinya klaim (diperoleh dari tertanggung dalam
tahap pertama; kemudian di bawah protokol pra-tindakan dari penggugat atau
pengacara mereka atau melalui pengungkapan dalam proses persidangan);
• pernyataan kesaksian dari partner, manajemen senior dan karyawan
perusahaan untuk rantai yang tepat dari peristiwa yang mengarah ke klaim 88
terhadap tertanggung (yang akan diambil oleh pengacara yang diinstruksikan);
• bukti ahli untuk standar yang tepat dari praktek profesional harus tertanggung
patuhi pada saat munculnya dugaan perilaku yang dapat menimbulkan klaim
(lagi diperoleh dari register profesional yang sesuai, atau individu yang dikenal
dan dihormati oleh Penanggung atau pengacara diperintahkan); dan
• Arahan hukum kausalitas dan kerugian yang diderita oleh penggugat sebagai
hasilnya (Awalnya diperoleh dari pengacara yang diinstruksikan, meskipun saran
nasihat ini dapat dicari nanti jika masalah ini tampaknya menuju percobaan).

4.31. Insuring clause dari suatu polis Professional Indemnity berbunyi sebagai berikut:
(Sept 2012, No. 14)
If during the period of insurance and as a result of your business activity any party
brings a claim against you for any civil liability we will indemnify you against the
sums that you have to pay as compensation. Insurers will indemnify the insured
against any claim first made against them during the period of insurance in respect
of any civil liability.
PT. ABC bertangungjawab atas desain suatu gedung baru. Desain dibuat tahun
2006 dan gedung selesai dibangun tahun 2008. Tapi ketika pada tahapan uji coba
di tahun 2008, terdapat kebocoran pada atap dimana setelah investigasi ditemukan
bahwa penyebab kebocoran tersebut adalah kesalahan pada desain. Pemilik
gedung terpaksa menunda pembukaan gedung tersebut untuk memperbaiki
kerusakan yang ada. PT. ABC menerima gugatan pemilik gedung atas kerusakan
tersebut di tahun 2009.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

PT. ABC melakukan kesalahan desain pada tahun 2006 dimana kesalahan tersebut
di temukan di tahun 2008 sedangkan gugatan diterima PT. ABC di tahun 2009.
Tertanggung memiliki polls Professional Indemnify sejak tahun 2005 yang terus
diperpanjang hingga sekarang.
Berdasarkan insuring clause di atas, jelaskan polis Professional indemnity yang
berlaku di tahun yang mana (2006, 2008 atau 2009) yang akan bertanggungjawab
atas kerugian di atas.

Jawaban:
Tanggungjawab hukum seorang professional secara profesi yang dilakukan karena
mal-praktek dalam melaksanakan profesinya sehingga professional tsb harus
mengganti kerugian secara keperdataan untuk luka badan/kematian/ kerusakan
harta benda
Salah satu pesyaratan tersirat (implied terms) dalam kontrak jasa antara seorang
profesional dengan pelanggannya adalah ia memberikan jasa dengan keahlian dan
kehati-hatian yang wajar.
Batas ganti rugi adalah batas agregat (aggregate limit) yang berkurang setiap kali
terjadi klaim. Pembayaran biaya dan pengeluaran lain adalah cost inclusive. Kadang
kala dalam polis juga tercantum batas ganti rugi setiap kejadian (single occurrence
limit).
Berdasarkan klausul yang ada maka yang akan bertanggung jawab adalah polis
tahun 2006 karena pada saat tersebut dibuat desain.

89
4.32. Insuring clause dari suatu polis Professional Indemnity berbunyi sebagai berikut:
(Mar 2019, No. 12)
This insurance covers the following property against physical loss or physical damage
occurring during the period of insurance. We will indemnity you up to the sum insured
for all sums which you shall become legally liable to pay as compensation for claims
made against you for bodily injury or damage to property arising out of incidents
occurring during the period of insurance.

PT. ABC Bertanggungjawab atas desain suatu stadion baru.


Desain dibuat tahun 2016, stadion selesai dibangun tahun 2018, tetapi ketika
tahapan uji coba di tahun 2018 terdapat kebocoran pada atap di mana setelah
investigasi ditemukan bahwa penyebab kebocoran tersebut adalah kesalahan pada
desain. Pemilik stadion terpaksa menunda pembukaan stadion untuk memperbaiki
kerusakan yang terjadi.
PT. ABC menerima gugatan dari pemilik stadion atas kerusakan tersebut di tahun
2019. PT. ABC memiliki polis professional indemnity sejak 1 Januari 2014 yang
diperpanjang setiap tahun hingga sekarang dengan dasar sesuai insuring clause di
atas.

Jelaskan:
a. Periode polis Professional Indemnity yang bertanggungjawab atas kerugian di
atas

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

b. Pihak mana yang mempunyai kewajiban pembuktian (burden of proof) pada


kasus tersebut di atas

Jawaban:
Insuring clause tersebut berisi beberapa poin sebagai berikut:
- asuransi menjamin cedera tubuh atau kerusakan property
- kehilangan atau kerusakan fisik itu terjadi sela a periode asuransi
- ganti rugi berupa kompensasi maksimal sebesar nilai pertanggungan /
batasan pertanggungan

Dari informasi di atas, kerusakan property baru dirasakan pada tahun 2018 setelah
serah terima stadion. Kerusakan terjadi karena kesalahan desain yang dibuat pada
tahun 2016. Insuring clause itu menegaskan bahwa polis menjamin kerusakan
selama periode asuransi. Oleh karena itu, polis yang akan dipakai adalah polis
periode 2018.

Untuk semua bentuk produk insurance named perils, kewajiban untuk membuktikan
(burden of proof) terletak pada tertanggung yang mengalami kerugian.

90

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 4: Manfaat dan Kegunaan Informasi Klaim

91

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

Bab 5: Menentukan Tingkat Ganti Rugi

5.1. Sebutkan 4 (empat) batasan polis yang dapat membatasi jumlah penggantian
kerugian yang diterima tertanggung (Sept 2018, No. 2).

Jawaban:
1. Indemnity
Polis asuransi adalah kontrak indemnity/ganti rugi. Kontrak tersebut dimaksudkan
untuk memberikan kompensasi finansial untuk kerugian yang telah diderita
tertanggung, dan untuk menempatkan mereka dalam posisi yang sama sesaat
sebelum terjadi kerugian. Bagaimanapun juga, mungkin ada batas penerapan ganti
rugi. Ini dapat disebabkan oleh kesepakatan bersama dengan pihak kontraktor, atau
yang diberlakukan oleh salah satu pihak.

2. Sum insured atau limit liability


Dalam kebanyakan polis, nilai pertanggungan atau limit indemnity/limit ganti rugi
(atau limit liability) membatasi jumlah maksimum yang dapat diperoleh kembali.
Ketika suatu polis memiliki nilai pertanggungan atau limit ganti rugi, tertanggung
tidak dapat memulihkan lebih dari jumlah ini. Hal ini bahkan berlaku di mana
kerugian, yang diukur dengan prinsip indemnity, adalah sesuatu yang lebih tinggi.

92
3. Limit polis lainnya
Dalam keseluruhan nilai pertanggungan atau limit ganti rugi, mungkin ada limit yang
terpisah jauh (kadang-kadang disebut ‘sub-limit’) untuk jenis tertentu dari kerugian
atau jenis tertentu dari properti. Contohnya:

a. Valuable/Barang berharga
Contoh pertama dari bagaimana polis akan memiliki limit lebih lanjut terjadi
dalam polis household contents. Seringkali, polis household contents akan
membatasi cover yang disediakan untuk ‘valuable/barang berharga’ secara
individual. Polis menentukan barang-barang berharga seperti emas atau
perak item, perhiasan, barang antik, karya seni dan sejenisnya. Polis ini
akan membatasi cover untuk, katakanlah, 5% dari total nilai pertanggungan.
Ini berarti bahwa, terlepas dari nilai barang yang hilang, paling polis akan
membayar untuk item tersebut yaitu 5% dari total nilai pertanggungan.
Di mana pemegang polis memiliki barang-barang berharga yang nilainya
melebihi limit atas barang berharga polis ini, mereka dapat mengatur agar
barang-barang ini diasuransikan secara spesifik dalam polis. Oleh karena
itu, dalam contoh kita, Jodie telah meminta perusahaan asuransinya untuk
memberikan cover khusus untuk lukisan di angka £ 7.000. Dia kemudian
akan memperoleh ganti rugi penuh saat lukisan itu hilang dalam kebakaran.

b. Inner policy limit


Beberapa polis akan memiliki limit dalam bagian yang berbeda dari polis

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

tersebut. Sebuah polis komersial, misalnya, mungkin memiliki sub-limit yang


berlaku saat uang cash dicuri. Batasan yang berbeda mungkin berlaku
tergantung apakah uang itu di tempat yang aman pada saat kerugian, jenis
penyimpanan dan waktu hilangnya berlangsung.

c. Pair and Sets Clause1


Contoh kita yang ketiga dari penggunaan limit dalam polis juga berlaku untuk
polis household. Kebanyakan asuransi akan mencakup klausa pair and sets
(atau mencocokan item) dalam polis mereka. Klausa ini membatasi cover
untuk mengganti hanya item yang rusak, bahkan jika itu adalah bagian dari
satu set.

4. Underinsurance dan klausa average


Kita melihat sebelumnya bahwa jika sum insured atau limit indemnity tidak cukup
untuk memenuhi kerugian, tertanggung jelas tidak mendapatkan ganti rugi penuh.
Pada bagian ini, kita akan mempertimbangkan lebih lanjut mengapa begitu.

5. (Limitations and restrictions) Pembatasan dan pengetatan


Sejauh ini, kita telah melihat bagaimana perusahaan asuransi dapat membatasi hak
pemegang polis untuk ganti rugi di bawah polis mereka melalui penggunaan limit
polis, sub-limit dan penerapan average. Namun, penyelesaian klaim juga tunduk
pada pembatasan dan pengetatan, yang mengurangi jumlah yang akan diterima oleh
pemegang polis di bawah polis mereka. Pembatasan dan pengetatan berbentuk:
1. excess; 93
2. franchise; dan
3. deductible.

5.2. Uraikan perbedaan antara excess, franchise dan deductible (Sept 2013, No. 6).

Jawaban:
a. Excess
Klausul excess memberikan jumlah pertama kerugian yang harus ditanggung
oleh tertanggung. Hal ini dapat dinyatakan sebagai sejumlah uang (misalnya £
250) maupun sebagai persentase dari kerugian (misalnya 5%). Klausa ini biasa
ada di banyak jenis polis, termasuk household, motor dan berbagai asuransi
komersial.

Tujuan dari excess adalah sebagai berikut:


1
If any claim arises herein for loss or damage (consequent upon a risk covered by the policy) of or to an
article constituting one of an insured pair or set, no regard shall be had to the value of the pair or set and the
amount recoverable under this policy shall be calculated as though the article had been separately insured at
pro rata of the insured value of the pair or set. Underwriters shall not be liable for any diminution in the value
of the pair or set as a result of loss or damage.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

1. menjadikan tertanggung sebagai penanggung sendiri atas jumlah excess


tertentu sehingga mungkin akan mendorong perawatan/perhatian yang
lebih besar atau kehati-hatian atas aset mereka sendiri;
2. untuk meringankan asuransi dari keharusan untuk berurusan dengan klaim-
klaim kecil (di mana biaya penanganan cenderung lebih tinggi daripada
jumlah yang diklaim); dan
3. untuk mengurangi ukuran setiap pembayaran klaim yang dibuat. Efeknya
adalah mengurangi biaya keseluruhan dari asuransi, yang menguntungkan
baik perusahaan asuransi maupun tertanggung.

Excess polis standar yang wajib umumnya tidak dapat dihapus. Sebagian
Penanggung properti komersial dan industri akan menerapkan excess terpisah
untuk berbagai bagian dari polis. Misalnya, excess terpisah bisa berlaku untuk
malicious damage, storm dan subsidence.
Pentingnya penggunaan excess adalah untuk melawan hasil underwriting yang
tidak memuaskan. Hal ini kadang-kadang diperlukan untuk memaksakan excess
dalam risiko kebakaran, misalnya, penundaan pemisahan proses berbahaya
dari area pabrik utama. Contoh lain adalah satu di mana beberapa klaim yang
telah terjadi dari sebuah proses perdagangan tertentu dan improvement dalam
perlindungan dari risiko dan pencegahan kerugian, baik tidak dapat ditemukan
atau pun yang tidak akan diimplementasikan. Dalam asuransi pencurian, sebuah
perusahaan asuransi mungkin menuntut tertanggung untuk melaksanakan
perbaikan besar untuk keamanan dan deteksi dan menerapkan excess untuk
sementara waktu.
Sebuah excess memberikan kesempatan kepada tertanggung untuk
mengasuransikan sendiri diri suatu elemen risiko. Beberapa klien komersial yang
lebih besar dapat mengambil keuntungan dari kesempatan ini dan membawa 94
excess yang sangat besar, katakanlah, £ 100.000 atau lebih. Dalam situasi ini,
selisih tersebut sering disebut sebagai deductible.

b. Franchise
Sebuah franchise mirip dengan excess dalam hal bahwa tidak ada liability untuk
setiap kerugian yang kurang dari nilai franchise. Namun, hal ini akan berbeda
dalam hal setelah franchise telah terlampaui, kerugian akan dibayarkan secara
penuh.
Franchise sangat tidak lazim untuk digunakan sekarang ini. Ada sebuah
pemikiran bahwa franchise bisa meningkatkan moral hazard dari risiko, karena
dapat menggoda untuk membesarkan nilai klaim sehingga melebihi batas nilai
franchise dan, karenanya, seluruh klaim akan dibayar. Kadang-kadang time
franchise digunakan dalam asuransi engineering atau kecelakaan pribadi dan
polis sickness.

c. Deductible
Sebuah deductible bekerja dengan cara yang persis sama seperti excess. Satu-
satunya perbedaan adalah bahwa, jika tertanggung secara sukarela menerima
untuk membayar bagian pertama dari jumlah klaim pada jumlah yang lebih tinggi
dari excess standar, suatu diskon atas premi diperbolehkan.
Deductible dapat diatur secara terpisah untuk asuransi kerusakan properti atau
dalam kombinasi dengan asuransi gangguan usaha yang sesuai. Keduanya
dapat diatur baik dengan atau tanpa limit agregat.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

Tertanggung mungkin dapat memilih tingkat deductible yang sama untuk semua
perils yang dipertanggungkan atau dengan deductible yang berbeda. Dalam hal
badai, banjir dan kerugian air termasuk yang disebabkan kebocoran sprinkler,
tertanggung dapat mengatur deductible untuk diterapkan secara terpisah di
masing-masing tempat, atau seluruh polis.
Jika deductible diterapkan dii seluruh polis, wording tersebut berkaitan dengan
total dari semua kerugian ‘yang terjadi di dalam setiap periode terpisah dari 72
jam berturut-turut’. Ini penting bagi tertanggung ketika cuaca buruk lazim atas
area yang luas dari negara, seperti yang ditunjukkan oleh badai topan Oktober
1987 dan Januari 1990.
Penanggung menggunakan istilah ‘ deductible’ dengan cara yang berbeda.
Oleh karena itu, adalah selalu penting untuk memeriksa wording polis ketika
memastikan berapa deductible yang berlaku dalam kasus tertentu.

5.3. Dalam kaitan dengan risiko sendiri, uraikan (Mar 2019, No. 7)
a. Cara kerja franchise
b. Alasan franchise tidak lazim lagi digunakan oleh perusahaan asuransi

Jawaban:
a. Sebuah franchise mirip dengan excess dalam hal bahwa tidak ada liability untuk
setiap kerugian yang kurang dari nilai franchise. Namun, hal ini akan berbeda
dalam hal setelah franchise telah terlampaui, kerugian akan dibayarkan secara
penuh. 95
b. Franchise sangat tidak lazim untuk digunakan sekarang ini. Ada sebuah
pemikiran bahwa franchise bisa meningkatkan moral hazard dari risiko, karena
dapat menggoda untuk membesarkan nilai klaim sehingga melebihi batas nilai
franchise dan, karenanya, seluruh klaim akan dibayar. Kadang-kadang time
franchise digunakan dalam asuransi engineering atau kecelakaan pribadi dan
polis sickness.

5.4. Berkaitan dengan Excess dalam penetapan penggantian kerugian, uraikan: (Mar
2018, No. 9)
a. Apa yang dimaksud dengan Excess
b. 3 (tiga) tujuan aplikasi excess
c. Perbedaannya dengan franchise dan deductible

Jawaban:
Lihat jawaban di atas

5.5. Mengapa contractual obligation umumnya dikecualikan dalam polis tanggung gugat
(Sept 2013, N0. 7)

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

Jawaban:
Hal ini tidak selalu tepat, dari sudut pandang bisnis, dari pihak ketiga yang lalai
untuk diupayakan dalam hal klaim. Sebagai contoh, mungkin ada anak perusahaan
dari perusahaan tertanggung utama yang menyebabkan kerugian dan sehingga
dalam prakteknya berarti tertanggung akan menggugat diri sendiri. Kadang-kadang,
sebuah perusahaan asuransi akan setuju dengan kondisi tertentu bahwa mereka
tidak akan menggunakan hak subrogasinya terhadap pihak tertentu lainnya atau
orang-orang yang terkait dengan tertanggung.
Sekali lagi, cara kedua belah pihak mengatur penanggung mereka agar dapat
membujuk pengadilan bahwa tidak boleh ada hak subrogasi.
Di mana asuransi secara jelas dimaksudkan untuk kepentingan kedua belah pihak,
perusahaan asuransi tidak dapat menggunakan hak subrogasi mereka terhadap
salah satu pihak. Ini mengikuti keputusan Mark Rowlands Ltd v. Berni Losmen Ltd
(1986). Pada kesempatan ini penyewa telah memberikan kontribusi terhadap premi
asuransi untuk bangunan. Dalam perjanjian sewa, dinyatakan bahwa penyewa tidak
bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan dari setiap risiko tertanggung.
Sebuah kebakaran terjadi dan kebakaran ini diyakini sebagai kesalahan penyewa.
Pengadilan Banding memutuskan bahwa perusahaan asuransi tidak bisa
menggunakan hak subrogasi terhadap penyewa.

5.6. Jelaskan pengertian aggregate limit.

Jawaban:
96
Tertanggung dengan deductible yang besar dalam polis mereka mungkin menderita
beberapa kerugian dalam setahun terakhir dan ingin memaksakan limit atas jumlah
yang akan mereka bayar. Limit ini dikenal sebagai limit agregat. Penanggung
biasanya mencari suatu nilai agregat dari setidaknya empat kali deductible. Rasio ini
penting dalam memperbaiki tingkat diskon. Sementara tidak ada agregat minimum
yang ditetapkan, kebanyakan asuransi saat ini akan menetapkan minimal £ 50.000.
Umumnya, tertanggung akan mengatur cover sehingga mereka tidak mengajukan
klaim kecil, sehingga bertanggungjawab atas jumlahnya sendiri. Hal ini sering
dikenal sebagai ‘worker’ atau ‘working excess’ dan dapat bervariasi dari £500
sampai £50.000 atau lebih tinggi, tergantung pada ukuran perusahaan dan dana
cadangan. Untuk kebanyakan perusahaan besar, masing-masing anak perusahaan
bertanggung jawab untuk pendanaan biaya klaim ini dari anggaran sendiri. ‘worker’
dapat membantu untuk bertindak sebagai alat manajemen risiko dan menanamkan
kesadaran karyawan dan manajemen yang lebih besar dan peduli.
Setelah agregat tercapai, standar excess polis akan berlaku.
Bagaimana deductible ini bekerja? Kita bisa menjelaskan hal ini dengan melihat
contoh di bawah ini:

Chosen Ltd memiliki polis menawarkan berikut:


• Deductible £ 20.000 berlaku untuk cover kebakaran standar;
• limit agregat sebesar £ 100.000;
• working excess £ 1.000 (5% dari deductible); dan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

• policy excess £ 1.000.


Mereka mengalami kerugian kebakaran berikut:

* Policy excess hanya berlaku ketika limit agregat tercapai.

Kita dapat membuat komentar jelas berikut:


• Dalam contoh ini, kita memiliki working excess £ 1.000. Oleh karena itu,
tidak ada klaim bawah £ 1.000 yang diperhitungkan agregat. Tertanggung
‘membayar’ semua klaim tersebut.
• Untuk klaim atas £ 1.000, tertanggung bertanggung jawab untuk £ 20.000
pertama dari setiap klaim. Setiap jumlah lebih dari £ 20.000 dibayar di bawah
polis. 97
• Namun, tertanggung telah memutuskan bahwa £ 100.000 adalah jumlah
maksimum yang mampu mereka bayar; karena timbul klaim, nilai yang harus
dibayar oleh tertanggung ditotal hingga mencapai £ 100.000;
• setelah mereka mencapai jumlah agregat dari £ 100.000, asuransi kemudian
membayar semua klaim(mendatang), tetapi mengurangi policy excess £
1.000, yang terus dibayar oleh tertanggung.

5.7. PT. Tambang Bersama memiliki Asuransi Alat Berat dengan luas jaminan All Risk
serta kondisi sebagai berikut (Sept 2017, No. 12):
a. Risiko sendiri (deductible) USD 5,000 per unit per kejadian
b. Aggregate deductible limit USD 15,000
c. Policy working excess USD 2,000.
Selama periode pertanggungan 1 Januari 2017 - 31 Desember 2017), PT Tambang
Bersama mengalami kerugian sebagai berikut. Dengan asumsi kerugian tersebut
masuk dalam jaminan polis, hitunglah berapa nilai penggantian klaim dari perusahaan
asuransi untuk tiap kejadian.

Tanggal kejadian Kerugian

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

01.02.2017 USD 500


01.03.2017 USD 2,000
01.04.2017 USD 2,500
01.05.2017 USD 5,000
01.06.2017 USD 10,000
01.07.2017 USD 15,000
01.08.2017 USD 1,000
01.09.2017 USD 2,500

Jawaban:

98

5.8. Berkaitan dengan prinsip subrograsi, uraikan penerapan prinsip subrogasi dalam
hal:
• di mana pemulihan sama dengan kerugian;
• di mana pemulihan lebih besar dari kerugian; dan:
• di mana pemulihan kurang dari kerugian.

Jawaban:

Pemulihan sama dengan kerugian


Dalam sebagian besar kasus, pemulihan akan sama dengan kerugian yang diderita
oleh tertanggung. Mari kita lihat kedua pada contoh kantor Garth ini.
Contoh

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

Total kerugian dari tertanggung dan penanggung = £ 4.000.


Penanggung memulihkan £ 4.000.
Penanggung menahan £ 3.750 yang telah mereka bayar untuk Garth.
Selisih £ 250 dibuat untuk kepentingan Garth.
Jika selain Garth memulihkan £ 4.000, prinsip yang sama akan berlaku

Pemulihan lebih besar dari kerugian


Ini adalah situasi yang jarang terjadi, tetapi perusahaan asuransi tidak dapat
memulihkan lebih dari yang telah mereka bayarkan. Contoh dari ini adalah
klaim yang dibuat dalam mata uang yang berbeda dengan currency yang asli ke
penanggung/tertanggung, misalnya dalam Euro ketika tertanggung berkedudukan
di Inggris. Fluktuasi rate berarti bahwa, ketika uang kembali diubah menjadi sterling,
jumlahnya bisa lebih dari kerugian yang asli. Jika ini terjadi, tertanggung berhak
atas uang surplus.

Pemulihan kurang dari kerugian


Kadang-kadang nilai yang direcovery mungkin kurang dari kerugian yang diderita
oleh tertanggung. Hal ini bisa terjadi jika pihak ketiga bangkrut atau tidak mampu
membayar atau pihak ketiga hanya sebagian bertanggung jawab untuk kerugian.

Jika perusahaan asuransi telah membayar untuk seluruh kerugian tidak ada
masalah, perusahaan asuransi berhak untuk menyimpan semua uang pulih.
Namun, apa yang terjadi jika perusahaan asuransi telah membayar kurang dari 99
jumlah kerugian, misalnya, karena kelebihan atau underinsurance? Dalam kasus
ini, para pihak memiliki pedoman tertentu untuk mengikuti:

• Kekurangan pembayaran asuransi adalah karena kelebihan atau underinsurance.


perusahaan asuransi dapat menjelaskan elemen mereka dari pembayaran untuk
tertanggung. Oleh karena itu, dalam contoh kita, jika perusahaan asuransi
hanya dapat merecovery £ 3.500 dari driver yang lalai, mereka akan berhak
untuk mengambil semuanya, dan Garth tidak akan mendapatkan sepeserpun.
Hukum menganggap tertanggung sebagai perusahaan asuransi mereka sendiri
untuk £ 250 pertama dari kerugian.
• Kekurangan berkaitan dengan kerugian yang tidak dijamin asuransi. Nampaknya
tertanggung akan memiliki prioritas dalam situasi ini. Namun, tidak ada kasus
hukum Inggris mengenai hal ini.

Akhirnya, jelas bahwa tertanggung dapat memotong dari setiap jumlah yang berhak
didapatkan oleh perusahaan asuransi dengan cara subrogasi, biaya hukum atau
biaya wajar lainnya yang timbul dalam usaha untuk memulihkan kerugian yang
diasuransikan, seperti kasus England v. Guardian Insurance Ltd (2000).

5.9. Berkaitan dengan prinsip subrograsi, uraikan konsekuensi dari pemberian ex-gratia
atas klaim yang tidak liable.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

Jawaban:
Jika pembayaran ex gratia dibuat oleh perusahaan asuransi, mereka tidak berhak
untuk mendapatkan hak subrogasi. Subrogasi hanya muncul dari pembayaran yang
di bawah ketentuan polis. Jika tertanggung memulihkan sejumlah uang, mereka
berhak untuk mengambilnya.

5.10. Terkait prosedur penyelesaian klaim serta kontrak asuransi dengan pihak reasuradur,
uraikan apa yang dimaksud dengan without prejudice settlement atau ex-gratia
payment dan penyelesaiannya dengan reasurasudur (Mar 2017, No. 6).

Jawaban:
Ex gratia secara singkat dapat diartikan sebagai pembayaran klaim secara
kebijaksanaan untuk klaim yg sebenarnya tidak liable. Pembayaran klaim ini semata-
mata atas pertimbangan faktor-faktor non-teknis, termasuk business consideration
atau hubungan baik. Umumnya, pembayaran ex gratia tidak full dan tidak mengambil
porsi reasuransi (facultative)
Reasuransi mungkin tidak menanyakan lebih-erat dalam setiap kasus – mereka
mungkin sudah akrab dengan praktek penanganan klaim perusahaan asuransi, atau
kejadian kerugian mungkin langsung. Namun, untuk klaim yang rumit dan besar,
terutama klaim liability, reasuransi membutuhkan informasi yang cukup tentang
klaim yang dapat memastikan validitas bawah polis original yang dikeluarkan oleh
perusahaan asuransi. Jikaklaim handler, untuk alasan apapun, telah melakukan
pembayaran ke tertanggung atas dasar apa pun selain kewajiban yang dibuktikan
100
dalam hal polis, reasuransi belum tentu akan diwajibkan untuk menanggapi
permintaan untuk rekoveri. Cara paling umum yang dapat timbul adalah pembuatan
sebuah penyelesaian ‘without prejudice’ atau pembayaran ‘ex gratia’ untuk
tertanggung.

5.11. Uraikan apa yang dimaksud dengan cost in addition basis pada polis Tanggung
Gugat (Mar 2019, No. 8).

Jawaban:
Dalam polis asuransi tanggung gugat, cost in addition basis merupakan biaya
tambahan dalam klaim yang memisahkan biaya hukum / biaya pembelaan dari
limit biaya kompensasi / perbaikan. Biaya ini menjadi jaminan tambahan tanpa
mengurangi total limit liability.
Contoh:
Jika Limit of Liability Anda sebesar USD 1,000,000 dan klaim terhadap Anda
dikenakan biaya sebesar USD 50,000 untuk biaya legal/pembelaan, maka nilai USD
50,000 tersebut tidak mengurangi limit Anda yang sebesar USD 1,000,000 tersebut.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

5.12. Berkaitan dengan klaim, uraikan perbedaan antara subrograsi, abandonment, dan
salvage.

Jawaban:
• subrogasi memberikan hak bagi penanggung untuk mengejar klaim terhadap
pihak ketiga atas hilangnya obyek pertanggungan, sedangkan abandonment
dan salvage memberikan hak hanya atas obyek pertanggungan itu sendiri.
• tindakan dengan cara subrogasi tidak dapat dibawa dalam nama perusahaan
asuransi sendiri (dengan satu pengecualian) sedangkan penanggung yang
menerima abandonment menjadi pemilik barang;
• asuransi dapat membuat keuntungan pada properti yang di­abandonment atau
dilepaskan, sedangkan subrogasi memungkinkan perusahaan asuransi untuk
memulihkan tidak lebih dari pembayaran sendiri; dan
• subrogasi beroperasi secara otomatis sebagai akibat dari prinsip indemnity.
sedangkan properti yang diabandonment atau dilepaskan tidak perlu diterima
oleh perusahaan asuransi.

5.13. Berkaitan dengan besaran ganti rugi, uraikan:


a. Pengertian kontribusi
b. Kondisi-kondisi yang harus dipenuhi dalam kontribusi

101
Jawaban:
Kontribusi adalah juga merupakan akibat wajar dari prinsip indemnity dan efektif
mencegah tertanggung dari ‘membuat keuntungan dari kerugiannya’: Dalam
kasus ini, bagaimanapun, kemungkinan membuat keuntungan muncul dari adanya
asuransi ganda. Kontribusi berkaitan dengan pembagian kerugian antara asuransi
ketika terdapat asuransi ganda seperti itu. Prinsip-prinsip utama adalah bahwa
tertanggung tidak dapat memulihkan kerugian yang sama dua kali dan bahwa
asuransi harus berbagi kerugian dengan cara yang adil.

Contoh
Dales Fabrics memiliki polis asuransi yang mengkover stock yang diletakkan di
gudangnya pada industrial estate. Sifat fluktuasi bisnisnya menjadikkan bahwa
Dales Fabrics kadang-kadang perlu menyimpan stock di gudang lainnya. Untuk
mengkover situasi ini, Dales Fabrics memiliki polis lain dengan Penanggung yang
berbeda, atas dasar ‘floating yang mencakup stock di seluruh rangkaian gudang.
Kontribusi timbul karena kedua polis mencakup stock yang disimpan di gudang
asli Dales di industrial estate.

Kontribusi muncul ketika kondisi berikut dipenuhi:


1. ada dua atau lebih polis indemnity;
2. setiap polis menjamin subyek kerugian;
3. setiap polis menjamin bahaya yang menimbulkan kerugian;
4. setiap polis menjamin kepentingan yang sama terhadap obyek pertanggungan;

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

dan
5. setiap polis bertanggung jawab atas kerugian.

Secara teori, tertanggung hanya bisa mengklaim dari salah satu polis yang mengkover
kerugian dan mengabaikan polis lain sama sekali. Pendekatan seperti ini tidak
menyinggung prinsip indemnity, tetapi tidak berarti bahwa salah satu perusahaan
asuransi membayar untuk seluruh kerugian sementara yang lain menerima premi
untuk kerugian tanpa harus memberikan ganti rugi.

5.14. Terkait dengan penyelesaian klaim, sebutkan 5 (lima) kondisi yang harus dipenuhi
agar prinsip kontribusi dapat diaplikasikan. (Mar 2017, No. 2).

Jawaban:
1. Kontribusi muncul ketika kondisi berikut dipenuhi:
2. ada dua atau lebih polis indemnity;
3. setiap polis menjamin subyek kerugian;
4. setiap polis menjamin bahaya yang menimbulkan kerugian;
5. setiap polis menjamin kepentingan yang sama terhadap obyek pertanggungan;
dan
6. setiap polis bertanggung jawab atas kerugian. 102

5.15. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan (Sept 2015, No. 10).
a. 1 ( satu) persamaan antara Subrogasi dengan Salvage and Abandonment
b. 4 (empat) perbedaan antara Subrogasidengan Salvage and Abandonment

Jawaban:
a. Abandonment sering dikaitkan dengan subrogasi, dan memiliki tujuan umum
yang sama yaitu mencegah tertanggung pulih lebih dari nilai ganti rugi.
b. Lihat jawaban di soal jawab sebelumnya.

5.16. Sebutkan 5 (lima) kondisi yang harus dipenuhi agar prinsip kontribusi dapat
diaplikasikan (Sept 2012, No. 6).

Jawaban:
Kontribusi muncul ketika kondisi berikut dipenuhi:
1. ada dua atau lebih polis indemnity;

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

2. setiap polis menjamin subyek kerugian;


3. setiap polis menjamin bahaya yang menimbulkan kerugian;
4. setiap polis menjamin kepentingan yang sama terhadap obyek pertanggungan;
dan
5. setiap polis bertanggung jawab atas kerugian.

5.17. Uraikan pengertian ‘Rateable proportion’ clauses.

Jawaban:
Klausul ini menyatakan bahwa asuransi akan bertanggung jawab ‘secara
proporsional’ hanya dari kerugian yang juga diasuransikan oleh polis lain. Sebagai
contoh:
jika pada saat kerugian, kerusakan atau tanggung jawab juga dikover oleh
asuransi lain dalam insiden tersebut, kami akan membayar hanya bagian
kami secara proporsional.
Efeknya adalah untuk mencegah tertanggung dari pulih secara penuh di bawah
polis yang mencakup kondisi tersebut. Hampir semua polis akan membawa klausul
jenis ini, sehingga tertanggung akan diwajibkan untuk mengklaim secara terpisah
sesuai dengan proporsi dari masing-masing perusahaan asuransi.

103
5.18. Berkaitan dengan prinsip kontribusi, uraikan 2 (dua) metode utama dalam
menghitung ratio kontribusi.

Jawaban:
Ada dua metode utama menghitung rasio kontribusi:
1. metode liability maksimum; dan
2. metode liability independen.

Metode liability maksimum


Menurut metode liability maksimum, perusahaan asuransi berbagi kerugian secara
proporsional dengan jumlah maksimum cover yang tersedia di bawah setiap polis.
Dalam kasus asuransi properti, ini biasanya setara dengan nilai pertanggungan.
Contoh:
John mengasuransikan lokasinya sebagai berikut:

• £ 10.000 dengan asuransi A; dan

• £ 20.000 dengan asuransi B.

Dalam skenario ini, dengan menggunakan metode liability maksimum, asuransi akan
membayar sebagai berikut:

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

• A akan membayar 1/3 kerugian; dan

• B akan membayar 2/3

John menderita kerugian sebesar £ 6.000

• A membayar £ 10.000 / £ 30.000 x £ 6.000 = £ 2.000

• B membayar £ 20.000 / £ 30.000 x £ 6.000 = £ 4.000

Penanggung menggunakan metode ini untuk polis properti yang tidak tunduk pada average
dan di mana subyek asuransi (properti) identik.

Metode liability independen


Penanggung menggunakan metode ini ketika polis properti tunduk pada average,
yang saat ini paling sering digunakan. Oleh karena itu, metode ini hampir selalu
digunakan untuk klaim properti. Menyusul kasus Union Commercial v. Hayden
(1977), metode ini juga merupakan metode yang paling sering digunakan untuk
asuransi liability.
Metode liability independen menilai liability masing-masing perusahaan asuransi
untuk kerugian tertentu, seolah-olah polis adalah satu-satunya yang berlaku. Sosok
yang menghasilkan setiap kasus merupakan liability independen perusahaan
asuransi kerugian. Dua perusahaan asuransi kemudian berbagi kerugian sebanding
dengan liability independen mereka. Rumus untuk menghitung proporsi masing-
masing perusahaan asuransi kerugian adalah:
104

Contoh:
Mari kita lihat lagi contoh John. Kali ini John mengalami kerugian sebesar £15.000 dan
penanggung menggunakan metode liability independen untuk menghitung stock mereka.

Sum Insured polis A = £ 10.000


Sum Insured polis B = £ 20.000
Loss = £ 15.000

liability independen dari A = £ 10.000


liability independen dari B = £ 15.000 (kerugian penuh, tunduk pada kecukupan uang
pertanggungan)
A membayar:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

B membayar:

5.19. Berkaitan dengan prinsip subrograsi dan kontribusi, uraikan manfaat perjanjian
antar perusahaan asuransi ketika terjadi klaim pihak ketika yang melibatkan dua
perusahaan asuransi.

Jawaban:
• mereka menghemat perselisihan yang tidak perlu sehubungan dengan
interpretasi susunan wording polis dan, akibatnya, meningkatkan citra industri
asuransi; dan
• mereka menghemat biaya administrasi yang tidak perlu bagi perusahaan
asuransi.

5.20. Berkaitan dengan prinsip subrograsi, uraikan aplikasi salvage dan abandonment
dalam asuransi marine.

105
Jawaban:
Dalam asuransi marine, prinsipnya adalah bahwa, di mana apabila perusahaan
asuransi telah membayar tertanggung untuk kerugian total, perusahaan asuransi
berhak untuk mengklaim atas apa pun kepentingan sendiri yang tersisa dari obyek
pertanggungan. Salvage dan abandonment sangat penting dalam asuransi marine
karena mengakui baik kerugian total dan jumlah kerugian konstruktif sebagai berikut:

• actual total loss: subyek hancur atau hilang atau dirampas dari tertanggung; dan
• constructive total loss: subyek tidak hancur, tetapi tertanggung kehilangan
kepemilikan atas kapal atau barang dan:
 mereka tidak mungkin dapat memulihkan kapal atau barang, atau
 biaya pemulihan kapal atau barang kemungkinan akan melebihi nilai mereka
ketika pulih.

Di mana ada kerugian total yang sebenarnya di bawah polis marine, abandonment
terjadi secara otomatis. Namun, dalam kasus constructive total loss, tertanggung
harus memberikan pemberitahuan abandonment pada asuransi jika mereka ingin
dibayar untuk kerugian total. Ini adalah pemberitahuan resmi yang menunjukkan
kesediaan tertanggung menyerahkan obyek pertanggungan kepada perusahaan
asuransi. Anda tidak harus bingung dengan tindakan abandonment itu sendiri. Jika
mereka gagal untuk memberikan pemberitahuan tersebut, tertanggung dianggap
telah menderita kerugian parsial dan dapat mengklaim hanya untuk bagian ini.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

5.21. Berkaitan dengan salvage dan abandonment: (Sept 2012, No. 12; Apr 2015, No. 14)
a. uraikan pengertian masing-masing istilah tersebut
b. bagaimana konsep abandonment pada Asuransi Kerangka Kapal
c. bagaimana konsep salvage & abandonment pada Asuransi Harta Benda
d. bagaimana aplikasi perhitungan salvage jika penggantian dari asuransi
dikenakan prorata karena pertanggungan dibawah harga

Jawaban:
a. uraikan pengertian masing-masing istilah tersebut
Abandonment: suatu tindakan menyerahkan subject of matter of insurance
yang mengalami klaim kepada perusahaan asuransi. Tindakan ini tidak terjadi
secara otomatis. Biasanya dalam bentuk surat.
Salvage: hak perusahaan asuransi untuk mengambil alih subject of matter of
insurance. Bersifat otomatis, sebagai penerapan prinsip subrograsi.

b. bagaimana konsep abandonment pada Asuransi Kerangka Kapal


Dalam asuransi marine, prinsipnya adalah bahwa, di mana apabila perusahaan
asuransi telah membayar tertanggung untuk kerugian total, perusahaan
asuransi berhak untuk mengklaim atas apa pun kepentingan sendiri yang 106
tersisa dari obyek pertanggungan. Salvage dan abandonment sangat penting
dalam asuransi marine karena mengakui baik kerugian total dan jumlah
kerugian konstruktif sebagai berikut:
• actual total loss: subyek hancur atau hilang atau dirampas dari tertanggung;
dan
• constructive total loss: subyek tidak hancur, tetapi tertanggung kehilangan
kepemilikan atas kapal atau barang dan:
 mereka tidak mungkin dapat memulihkan kapal atau barang, atau
 biaya pemulihan kapal atau barang kemungkinan akan melebihi nilai
mereka ketika pulih.

Di mana ada kerugian total yang sebenarnya di bawah polis marine,


abandonment terjadi secara otomatis. Namun, dalam kasus constructive
total loss, tertanggung harus memberikan pemberitahuan abandonment
pada asuransi jika mereka ingin dibayar untuk kerugian total. Ini adalah
pemberitahuan resmi yang menunjukkan kesediaan tertanggung menyerahkan
obyek pertanggungan kepada perusahaan asuransi. Anda tidak harus
bingung dengan tindakan abandonment itu sendiri. Jika mereka gagal untuk
memberikan pemberitahuan tersebut, tertanggung dianggap telah menderita
kerugian parsial dan dapat mengklaim hanya untuk bagian ini.

c. bagaimana konsep salvage & abandonment pada Asuransi Harta Benda

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

Dalam asuransi non-marine, konsep constructive total loss tidak dikenal.


Kerugian baik actual total loss maupun partial loss dan poin yang dibuat di
atas pemberitahuan dan abandonment, karenanya tidak relevan.

Namun, ketika perusahaan asuransi membayar (yang sebenarnya) total


loss di bawah polis non-marine, doktrin abandonment dan salvage akan
berlaku. Doktrin abandonment dan salvage mendukung prinsip indemnity dan
mencegah tertanggung dari ‘membuat keuntungan dari kerugiannya’.
Ketika asuransi membayar kerugian total di bawah polis non-marine sering
akan ada sedikit nilai yang tersisa, karena properti akan hilang, hancur
atau tidak berguna. Namun demikian, jika tertanggung tidak setuju untuk
memperlakukan properti sebagai sepenuhnya hancur, mereka tidak boleh
bersikeras menerima ganti rugi untuk kerugian total. Selain itu, jelas dari kasus
seperti Rankin v. Potter (1873) bahwa penanggung asuransi properti berhak
untuk setiap material yang ditinggalkan oleh kebakaran (atau bahaya lainnya),
di mana mereka telah sepakat untuk membayar total loss secara penuh.
Financial Ombudsman Service telah menyatakan bahwa, di mana properti
direcovery setelah klaim diselesaikan tertanggung harus diberi kesempatan
yang pertama kali untuk membeli kembali properti. Misalnya, merecovery
perhiasan yang dicuri mungkin memiliki nilai sentimental untuk tertanggung.
Dimana average diterapkan pada penyelesaian klaim, tertanggung berhak
untuk nilai proporsional dari hasil penjualan salvage. Hal ini karena mereka,
secara efektif, masih menjadi pemilik bersama dari salvage tersebut.
Dalam beberapa kasus, di mana ada total loss, tertanggung tidak akan
menerima ganti rugi penuh karena underinsurance atau pengoperasian
excess polis. Tidak jelas apakah penanggung dapat mengambil seluruh
salvage jika mereka belum memberikan ganti rugi penuh, tetapi kemungkinan
107
adalah bahwa mereka tidak bisa.

d. bagaimana aplikasi perhitungan salvage jika penggantian dari asuransi


dikenakan prorata karena pertanggungan dibawah harga
( Harga pertanggungan / value at risk x kerugian ) - salvage
Contoh:
Harga Pertanggungan : Rp 120 milyar, Nilai barang pada saat kejadian Rp
150 milyar, kerugian : Rp 90 milyar, Salvage : Rp 40 milyar
Nilai pengantian :
(120 milyar / 150 milyar x 90 milyar ) – 40 milyar = 32 milyar

5.22. Berkaitan dengan prinsip subrograsi, uraikan perbedaan actual total loss dan
constructive total loss.

Jawaban:
• actual total loss: subyek hancur atau hilang atau dirampas dari tertanggung; dan
• constructive total loss: subyek tidak hancur, tetapi tertanggung kehilangan

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

kepemilikan atas kapal atau barang dan:


- mereka tidak mungkin dapat memulihkan kapal atau barang, atau
- biaya pemulihan kapal atau barang kemungkinan akan melebihi nilai mereka
ketika pulih.

5.23. Berkaitan dengan prinsip subrograsi, uraikan aplikasi salvage dan abandonment
dalam asuransi non-marine.

Jawaban:
Dalam asuransi non-marine, konsep constructive total loss tidak dikenal. Kerugian
baik actual total loss maupun partial loss dan poin yang dibuat di atas pemberitahuan
dan abandonment, karenanya tidak relevan.

Namun, ketika perusahaan asuransi membayar (yang sebenarnya) total loss di


bawah polis non-marine, doktrin abandonment dan salvage akan berlaku. Doktrin
abandonment dan salvage mendukung prinsip indemnity dan mencegah tertanggung
dari ‘membuat keuntungan dari kerugiannya’.

Ketika asuransi membayar kerugian total di bawah polis non-marine sering akan ada
sedikit nilai yang tersisa, karena properti akan hilang, hancur atau tidak berguna.
Namun demikian, jika tertanggung tidak setuju untuk memperlakukan properti
sebagai sepenuhnya hancur, mereka tidak boleh bersikeras menerima ganti rugi
108
untuk kerugian total. Selain itu, jelas dari kasus seperti Rankin v. Potter (1873) bahwa
penanggung asuransi properti berhak untuk setiap material yang ditinggalkan oleh
kebakaran (atau bahaya lainnya), di mana mereka telah sepakat untuk membayar
total loss secara penuh.

5.24. PT. KLM telah mengasuransikan pabriknya dengan data sebagai berikut (Apr 2015,
No. 12):
• Bangunan seluas 500 m2 dibangun tahun 2004 dengan harga pertanggungan
sebesar Rp. 600,000,000
• Mesin-mesin buatan tahun 2005 dengan kapasitas 5,000 ton dengan harga
pertanggungan sebesar Rp. 5,000,000,000. -
• Stok bahan baku dan stok dalam proses sebanyak 6,000 ton dengan harga
pertanggungan sebesar Rp. 5,000,000,000. -
• Stok barang jadi sebanyak 2,000 ton dengan harga pertanggungan sebesar
Rp. 2,500,000,000. -
• Periode pertanggungan dari tanggal 1 Juni 2014 sampai dengan tanggal 1
Juni 2015

Telah terjadi kebakaran pada pabrik PT. KLM pada tanggal 1 September 2014 yang
mengakibatkan kerugian sebagai berikut:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

• Bangunan seluas 200 m2 harus dibangun ulang.


• Biaya perbaikan mesin yang rusak akibat kebakaran sebesar Rp.
1,000,000,000.-
• Stok bahan baku dan stok dalam proses yang terbakar habis sebanyak 500
ton senilai Rp.500,000,000.-

Dari data yang dikumpulkan setelah terjadi klaim :


• Harga membangun kembali bangunan yang rusak saat terjadi kebakaran
sebesar Rp. 2,000,000 per m2
• Harga mesin baru dengan kapasitas 5,000 ton senilai Rp. 5,000,000,000. -
• Total jumlah stok bahan baku dan stok dalam proses sesaat sebelum
kebakaran sebesar 2,000 ton dengan total nilai Rp. 2,000,000,000.-
• Diasumsikan tingkat depresiasi atas bangunan dan mesin sama, yaitu sebesar
2% per tahun
• Diketahui polis menggunakan basis Indemnity dan terdapat Average Relief
Clause (85%).
• Resiko sendiri untuk kebakaran adalah 5% dari klaim minimum Rp. 50.000.000.-
• Hasil penjualan salvage bangunan sebesar Rp. 5.000.000, -

Dengan mengasumsikan bahwa klaim diatas masuk dalam jaminan Polis,


hitung nilai penggantian kerugian yang berhak diterima oleh tertanggung.
109
Jawaban:
Klaim atas Bangunan
- Adjusted loss: Nilai klaim Rp. 2,000,000/m2. Andaikan saja bahwa harga baru
yaitu Rp. 2,000,000/m2 tersebut masuk akal atau wajar. Maka, total tuntutan
kerugian adalah sebesar Rp. 400,000,000. Mengingat ada depresiasi, maka
dikalikan dengan total depresiasi, yaitu 20% (10 tahun x 2%). Maka harga
indemnity adalah Rp. 400,000,000 x 80% = Rp. 320,000,000.
- Hitung Value At Risk (VAR): Harga pasaran bangunan baru pada tahun 2015
adalah 1,000,000,000 (Rp 2jt/m2), maka VAR juga harus diperhitungkan
secara indemnity, yaitu: Rp. 1,000,000,000 x depresiasi 10 tahun (10 tahun x
2%) = Rp. 800,000,000. Maka, Sum Insured (SI) building di bawah nilai VAR.
- Perhitungkan average relief clause 85%, di mana SI/VAT > 85% = Rp.
600,000,000 / Rp. 800,000,000 x 100% = 75%. Karena 75% di bawah 85%,
maka average relief clause tidak bisa dipakai dan harus dikenakan prorata.
- Nilai penggantian bangunan adalah: SI / VAR Indemnity x Kerugian atau
sebesar Rp. 600,000,000 / Rp. 800,000,000 x Rp. 320,000,000 = Rp.
240,000,000.

Klaim atas Mesin-mesin


- Adjusted loss: Nilai perbaikan Rp. 1,000,000,000. Andaikan saja bahwa nilai
perbaikannya masuk akal atau wajar. Maka, total tuntutan kerugian adalah

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 5: Menentukan Luas Ganti Rugi/Indemnity

sebesar Rp. 1,000,000,000. Mengingat ada depresiasi, maka dikalikan


dengan total depresiasi, yaitu 20% (9 tahun x 2%). Maka harga indemnity
adalah Rp. 1,000,000,000 x 82% = Rp. 820,000,000.
- Hitung Value At Risk (VAR): Harga mesin baru dengan kapasitas 5,000 ton
senilai Rp. 5,000,000,000., maka VAR juga harus diperhitungkan secara
indemnity, yaitu: Rp. 5,000,000,000 x depresiasi 9 tahun (9 tahun x 2%) = Rp.
4,100,000,000. Maka, Sum Insured (SI) mesin di atas nilai VAR.
- Average relief clause 85% tidak berlaku karena SI > daripada VAR.
- SI overinsured. Oleh karena itu klaim dibayar dengan nilai maksimal Rp.
820,000,000.

Klaim atas Stock bahan baku dan stock dalam proses


- Adjusted loss: Rp. 500,000,000 untuk 500 ton stock. Stock tidak mengenal
depresiasi.
- Hitung Value At Risk (VAR): Diketahui dengan jelas dalam soal bahwa total
jumlah stok bahan baku dan stok dalam proses sesaat sebelum kebakaran
sebesar 2,000 ton dengan total nilai Rp. 2,000,000,000.-.
- SI dalam polis adalah Rp. 2,500,000,000. Karena SI lebih besar dari VAR,
maka overinsured. Average relief clause tidak berlaku. Nilai penggantian stock
adalah penuh, yaitu sebesar Rp. 500,000,000

Total penggantian:
- Total nilai klaim sebelum deductible : Rp. 240,000,000 + Rp. 820,000,000 + 110
Rp. 500,000,000 = Rp. 1,560,000,000.
- Deductible: 5% dari klaim min Rp. 50,000,000. Adapun 5% dari klaim adalah
sebesar Rp. 78,000,000 dan lebih besar dari nilai minimum Rp. 50,000,000.
Sehingga, deductible Rp. 78,000,000 lah yang dipakai.
- Hasil penjualan salvage bangunan sebesar Rp. 5.000.000, -
- Total nilai klaim indemnity yang dibayarkan ke tertanggung adalah:
Rp. 1,560,000,000 - 78,000,000 + Rp. 5.000.000 = 1,487,000,000.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Bab 6: Sumber Tanggung Jawab Perdata

6.1. Uraikan 3 (tiga) sumber hukum perdata.

Jawaban:
Ada tiga sumber hukum perdata:
• custom;
• common law (hukum adat); dan
• legislation (undang-undang / hukum formal).

Dua sumber khusus yang relevan untuk penanganan klaim adalah common law dan
legislation/statute (undang-undang). Custom sebagian besar telah digantikan oleh
common law, meskipun hal ini berguna karena dapat memberikan efek bisnis dalam
suatu kesepakatan.
Beberapa undang-undang secara langsung mengubah area hukum tertentu. Namun,
undang-undang yang lain mencoba untuk batasan bertindak bagi berbagai pihak.
Misalnya, mereka mungkin mendikte cara para pihak dalam melaksanakan kontrak
tertentu, atau menentukan tugas pihak satu dengan pihak yang lain. Legislasi telah
mendorong kewajiban pada individu dan entitas dalam situasi tertentu. Apabila
hukum-hukum ini dilanggar, ada potensi munculnya klaim liability bagi pihak yang
bersalah yang telah membeli asuransi. 111

6.2. Berkaitan dengan tanggungjawab hukum, uraikan ruang lingkup hukum pidana atau
criminal law.

Jawaban:
Criminal Law atau hukum pidana berkaitan dengan kontrol perilaku yang
membahayakan atau mengancam perdamaian dan stabilitas masyarakat. Kontrol
hukum ini adalah dengan menghukum orang yang melakukan kesalahan serius
yang cenderung merusak kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Kejahatan
seperti pencurian atau pembunuhan jelas menyebabkan korban individu, tetapi
mereka juga mengancam stabilitas masyarakat secara keseluruhan jika mereka tak
terkendali. Akibatnya, kejahatan-kejahatan semacam itu juga diperlakukan sebagai
kesalahan umum dan dapat dihukum oleh negara.

6.3. Berkaitan dengan kewajiban hukum, jelaskan perbedaan tort dan kontrak.

Jawaban:
Sebuah kontrak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban, yang diberlakukan

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

atau diakui oleh hukum. Anda akan memiliki pengalaman menjadi pihak dalam
kontrak, misalnya, ketika Anda membeli rumah atau mobil.
Sebuah tort adalah kesalahan sipil. Hukum mengenai tort membebankan kewajiban
pada individu atau kelompok individu. Ini mengatur perilaku manusia yang satu
terhadap manusia yang lain, dengan tidak adanya hubungan hukum kontrak
atau lainnya. Sebuah tort harus mampu menimbulkan tindakan untuk kerusakan
unliquidated (kerusakan yang tidak dapat dinilai dengan mengacu pada kesepakatan
nilai di awal), seperti, kompensasi untuk rasa sakit dan penderitaan yang mengikuti
suatu cedera.
Dalam kontrak, kerusakan kadang-kadang liquidated, yang berarti bahwa para
pihak dari kontrak akan sepakat, di awal, mengenai jumlah kompensasi tetap yang
harus dibayar jika ada pelanggaran kontrak. Sebuah contoh misalnya suatu kontrak
untuk membangun pekerjaan di mana pembangun setuju untuk membayar denda
jika mereka tidak menyelesaikan tahap kunci dengan tanggal yang disepakati.
Hukum tort membebankan kewajiban yang tidak bisa dihindari. Di sisi lain, meskipun
kontrak tersebut juga memberikan kewajiban, asumsi mereka adalah sukarela
sebagaimana memasuki sebuah kontrak juga bersifat sukarela.
Ada kemungkinan bahwa pelanggaran kontrak dapat juga membentuk dasar dari
suatu tindakan tort atau perbuatan melawan hukum. Misalnya, pengacara mungkin
melakukan pelanggaran dari ketentuan tersirat dari kontrak antara mereka dan klien
mereka dan bertanggung jawab di bawah tort negligence/ kelalaian.
Seperti yang kita lihat sebelumnya, undang-undang dapat mengintervensi
kebebasan pihak dalam kontrak. Hal ini dilakukan dengan memberlakukan syarat
tersirat dalam beberapa jenis kontrak dan membatasi kekuatan untuk melepaskan
tanggung jawab, yang tidak akan melekat pada common law. The Sale Good Act
1979 dan Unfair Cotract Terms Act 1977 adalah contoh yang baik.
112

6.4. Uraikan perbedaan liquidated damages dan unliquidated damages (Sept 2013, No.
5).

Jawaban:
Perbedaan antara kerusakan liquidated dan unliquidated adalah kerusakan
liquidated bersifat kuantitatif/tetap sebelum peristiwa seperti pinalti waktu dalam
kontrak; sementara kerusakan unliquidated tidak diukur sebelum peristiwa dan
diputuskan oleh pengadilan, seperti kompensasi untuk rasa sakit dan penderitaan
untuk cedera.

6.5. Uraikan perbedaan liquidated damages dan unliquidated damages dalam


penyelesaian klaim pihak ketiga dalam Liability Insurance (Mar 2017, No. 4).

Jawaban:
Perbedaan antara kerusakan liquidated dan unliquidated adalah kerusakan
liquidated bersifat kuantitatif/tetap sebelum peristiwa seperti pinalti waktu dalam
kontrak; sementara kerusakan unliquidated tidak diukur sebelum peristiwa dan
diputuskan oleh pengadilan, seperti kompensasi untuk rasa sakit dan penderitaan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

untuk cedera.
Dalam liability insurance, Sebuah tort harus mampu menimbulkan tindakan untuk
kerusakan unliquidated (kerusakan yang tidak dapat dinilai dengan mengacu pada
kesepakatan nilai di awal), seperti, kompensasi untuk rasa sakit dan penderitaan
yang mengikuti suatu cedera.
Dalam kontrak, kerusakan kadang-kadang liquidated, yang berarti bahwa para
pihak dari kontrak akan sepakat, di awal, mengenai jumlah kompensasi tetap yang
harus dibayar jika ada pelanggaran kontrak. Sebuah contoh misalnya suatu kontrak
untuk membangun pekerjaan di mana pembangun setuju untuk membayar denda
jika mereka tidak menyelesaikan tahap kunci dengan tanggal yang disepakati.

6.6. Jelaskan pengertian negligence.

Jawaban:
Negligence/kelalaian saat ini adalah tort yang paling penting dalam sejumlah kasus
yang masuk ke pengadilan. Definisi modern yang ditetapkan dalam buku teks
populer mengenai tort (Winfield dan Jolowicz) adalah sebagai berikut
Negligence sebagai tort adalah pelanggaran kewajiban hukum untuk care
yang mengakibatkan kerusakan, yang tidak diinginkan oleh tergugat, kepada
penggugat.

Ada satu hal yang hilang dari definisi di atas yaitu pertanyaan remoteness/
keterpencilan dari kerusakan. Oleh karena itu, kita perlu menambahkan persyaratan
113
lebih lanjut yaitu bahwa penggugat juga harus menunjukkan bahwa:
• jenis kerusakan yang disebabkan itu dapat diramalkan; atau
• datang dalam pengecualian untuk aturan dasar tentang remoteness.

Harus dicatat bahwa kerusakan mencakup cedera serta kerusakan material.

Sejumlah besar klaim liability timbul dari kelalaian seseorang. Dengan kata lain,
seorang individu gagal untuk melakukan tindakan penuh perhatian (duty of care)
yang tepat ketika melaksanakan tugas atau bisnis mereka. Akibatnya, orang lain
cedera atau mengalami kerusakan properti. Sebagai contoh, ketika mencoba
dapur, seorang peserta meletakkan paku ke dalam pipa sehingga menyebabkan
kebocoran air.

6.7. Berkaitan dengan penyelesaian klaim Tanggung Gugat, jelaskan 2 (dua) metode
pengujian yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang tergugat
melakukan kelalaian (negligence) (Apr 2015, No. 13).

Jawaban:

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Apakah suatu entitas atau individu memiliki kewajiban tersebut dalam sepaket
keadaan akan tergantung pada two-fold test berikut ini:

• kemungkinan penyebab cedera atau kerusakan harus cukup dapat


diramalkan, dan
• orang yang terluka, atau properti yang rusak, harus dekat dengan tindakan
atau perilaku yang dipertanyakan.

Pertanyaan yang perlu dijawab ketika mempertimbangkan foreseeability (dapat


diramalkan) adalah, dengan mempertimbangkan semua keadaan, apakah pihak
yang wajar, dihadapkan dengan situasi yang sama, telah mengidentifikasi risiko
yang signifikan dari cedera atau kerusakan

Konsep proximity/kedekatan tidak selalu mudah. Jika seseorang berhadapan


dengan kerusakan fisik langsung atau cedera, mungkin hanya ada sedikit kesulitan.
Kerusakan atau cedera tidak akan terjadi kecuali jika properti atau individu sangat
dekat dengan tindakan tergugat. Namun, bagaimana Anda menerapkan aturan
dalam situasi di mana, misalnya, seorang pekerja jalan lalai memotong kabel listrik,
melenyapkan sebuah kota yang bermil-mil jauhnya dari tenaga listrik, sehingga
menyebabkan gangguan bisnis dan kerugian ekonomi? Atau bagaimana jika
A melukai B dan C, seorang pengamat, begitu terpengaruh ketika menyaksikan
adegan mereka yang menderita penyakit jiwa? Apakah C cukup dekat dengan
acara, dan apakah A tidak memiliki duty of care terhadap C?

114
6.8. Uraikan tiga hal penting agar suatu tindakan negligence dapat berhasil.

Jawaban:
Agar berhasil dalam tindakan Negligence, penggugat harus membuktikan:
• bahwa tergugat berutang duty of care kepada penggugat;
• bahwa tergugat melanggar tugas itu; dan
• bahwa pelanggaran telah menyebabkan kerusakan atau kerugian kepada
penggugat.

6.9. Berkaitan dengan prinsip duty of care, uraiakan penerapan neighbor principle atau
‘prinsip tetangga’.

Jawaban:
Penerapan neighbor principle atau ‘prinsip tetangga’ di mana jika layak dapat diduga
bahwa suatu tindakan atau kelalaian bisa melukai tetangga, maka tindakan itu harus
dihindari. Seorang tetangga didefinisikan sebagai orang yang begitu terpengaruh
erat dengan perbuatan atau kelalaian mereka, dan tindakan atau dampak potensial
kelalaian ini pada mereka, harus diingat ketika melakukan tindakan tersebut.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

6.10. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan apa yang dimaksud dengan two-fold
test (Apr 2015, No. 7).

Jawaban:
Two-fold test merupakan dua kondisi/keadaan yang digunakan untuk menguji
apakah suatu entitas atau individu memiliki kewajiban. Dua kondisi tersebut adalah:
• kemungkinan penyebab cedera atau kerusakan harus cukup dapat diramalkan,
dan
• orang yang terluka, atau properti yang rusak, harus dekat dengan tindakan atau
perilaku yang dipertanyakan.

6.11. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan perbedaan antara claim dan loss
dalam asuransi harta benda (Apr 2015, No. 8).

Jawaban:
(Sorry, belum ketemu jawabannya). Anda bisa mengarang indah untuk soal ini,
karena poinnya tidak besar (Nilai: 3 dari 100).
115

6.12. Berkaitan dengan klaim pihak ketiga dalam Liability Insurance, uraikan apa yang
dimaksud dengan ketentuan eggshell skull (Mar 2017, No. 5).

Jawaban:
Aturan ‘the thin skull - cangkang tipis’ (atau ‘eggshell skull - cangkang kulit telur’).
Aturan dalam kasus-kasus personal injury adalah bahwa Anda mengambil korban
sebagai Anda menemukan mereka. Aturan bahwa Anda mengambil korban Anda
karena Anda menemukan mereka nampak untuk menutup kasus di mana sekalipun
ada penyebab langsung yang lemah (seperti yang ditunjukkan oleh kasus Robinson
v. Post Office (1974))

6.13. Berkaitan dengan tanggung jawab hukum, jelaskan mengenai novus actus
interveniens.

Jawaban:
Rantai sebab-akibat antara peristiwa dan hasilnya mungkin rusak karena adanya
penyebab intervensi (novus actus interveniens). Penyebab intervensi ini akan
membebaskan tergugat dari kewajiban, meskipun tindakan aslinya memang berupa
kecerobohan.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Ada sedikit perbedaan apakah intervensi timbul dari sebab-sebab alamiah atau
melalui aktivitas independen dari pihak ketiga:

• intervensi sebab alami mungkin novus actus; dan


• intervensi dari pihak ketiga yang independen mungkin merupakan novus actus.

Aturan umum adalah bahwa, jika kelalaian tergugat hanya menciptakan keadaan
dan kesempatan bagi kesalahan independen oleh yang lain, maka peristiwa
keduanya adalah novus actus. Kebanyakan tergantung pada tingkat remoteness/
keterpencilan antar peristiwa.

6.14. Uraikan pengertian remoteness of damage.

Jawaban:
Meskipun penggugat dapat membuktikan bahwa penyebab langsung kerusakan
yang mereka derita adalah kegiatan tergugat, mereka mungkin masih belum pulih
sepenuhnya dari kerugian mereka. Pengadilan dapat mempertimbangkan beberapa
kerugian terlalu jauh dari tindakan asli untuk dapat dipulihkan.

116
Kasus kunci pada keterpencilan adalah kasus terkenal Overseas Tankshlp (UK) Ltd
v.Mort Dock dan Engineering Co Ltd (1961) (umumnya dikenal sebagai The Wagon
Mound No. 1) diputuskan oleh Komite peradilan Privy Council.

Sebagai hasil dari kasus ini, uji foreseeability (dapat diduga/diramalkan) yang wajar
menggantikan uji kelangsungan.

6.15. Jelaskan ketentuan mengenai contributory negligence (Kelalaian kontributif).

Jawaban:
Pertanyaan mengenai kelalaian kontributif kadang-kadang ditangani di bawah
judul ‘defences - pembelaan’. The Law Reform (Contributory Negligence) Act 1945
diberlakukan, di mana seseorang menderita cedera atau kerusakan sebagai akibat
sebagian dari kesalahan mereka sendiri, klaim mereka tidak akan dikalahkan.
Namun, kerusakan mereka akan dikurangi sedemikian rupa karena pengadilan
berpikir adil, dengan memperhatikan kontribusi mereka dalam tanggung jawab atas
kerusakan.

Aspek-aspek berikut penting:


• Pengadilan akan menilai kerusakan secara penuh dan kemudian mengurangi

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

total hukuman atas dasar kelalaian kontributif.


• The 1945 Act berlaku untuk klaim fatal, baik di bawah The Law Reform
(Miscellaneous Provisions) Act 1934 atau Fatal Accidents Act 1976. Ini berarti,
pada dasarnya, bahwa penerima manfaat dan tanggungan almarhum yang
mengalami kerusakan akan berkurang jika almarhum memiliki sebagian
kontribusi kesalahan dalam menyebabkan kematiannya sendiri.
• Tes kelalaian kontributif, tidak seperti pelanggaran kewajiban dalam negligence,
adalah subjektif. Kelalaian kontributif adalah ‘negligence-kelalaian’ dengan
‘n’ kecil dan itu berarti kurangnya perawatan (lack of care). Pengadilan harus
menilai apakah penggugat bertindak cukup dalam situasi. Sebuah pengadilan
tidak akan mengurangi kerusakan ringan. Harus ada tingkat signifikan kesalahan
pada bagian dari penggugat, dan faktor sekitarnya yang akan diperhitungkan.

Seorang anak dapat bersalah karena kelalaian kontributif, tetapi standar diatur oleh
apa yang wajar untuk anak usia itu. Tidak ada usia yang fix dalam hal ini di mana
anak-anak tidak pernah bisa bersalah dalam hal kelalaian kontributif dan telah ada
sejumlah kasus di mana anak-anak berusia antara 5 dan 13 memiliki pengurangan
kerusakan mereka. Itu semua tergantung pada keadaan, tetapi pengadilan
umumnya akan enggan untuk menemukan unsur kesalahan pada anak di bawah
sembilan tahun.

Aturan yang berlaku pada kelalaian kontributif yang identik dengan yang berkaitan
dengan pembelaan Volenti (lihat pembelaan umum dalam bab 7). Dalam Forsikrings
Vesta v. Butcher (1989), pengadilan menyatakan bahwa di mana ada pelanggaran
kontrak juga ada pelanggaran tugas dalam perbuatan melawan hukum, Peraturan
1945 akan berlaku, meskipun kasus ini dibingkai dalam kontrak saja. 117

6.16. Uraikan prinsip Negligent misstatements (pernyataan yang salah).

Jawaban:
Kasus kunci berurusan dengan pertanyaan apakah duty of care, berdasarkan
foreseeability dan kedekatan, harus berlaku untuk kerugian keuangan yang mengalir
dari kesalahan saran atau pernyataan yang ceroboh dari Hedley Byrne & Co v.
Heller & Ptnrs (1963). Dalam hal ini, pengadilan menyatakan bahwa ada kewajiban
untuk menghindari kelalaian pernyataan yang salah, meskipun orang yang terkena
tidak dalam hubungan kontrak dengan pihak yang memberikan nasihat.

Konsep foreseeability dan kedekatan ditetapkan dalam kasus yang diterapkan lebih
bersifat terbatas. Seseorang yang memberi saran, baik secara lisan maupun tertulis
memiliki sedikit kontrol atas ke mana kata-kata mereka akan berakhir dan yang
mungkin bertindak atas mereka. Selanjutnya, kemungkinan akibat dari informasi
yang tidak benar terhadap kerugian ekonomi, sebagai lawan dari kerusakan fisik
atau cedera. Tidak mudah untuk meramalkan sifat dan tingkat kerugian tersebut.
Dengan demikian, perlu untuk membatasi ‘neighbour principle’ dalam kasus tersebut.

Berikut ini adalah contoh penerapan prinsip di Hedley Byrne.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

• Caparo Industries v. Dickman and Others (1990). Seperti yang kita lihat
sebelumnya, pengadilan menyatakan bahwa sebuah perusahaan auditor tidak
memiliki duty of care untuk pemegang saham yang ada atau potensial dalam
penyusunan rekening yang diaudit.
• Yianni v. Edwin Evans and Sons (1981). Pengadilan menyatakan bahwa surveyor
melakukan survei bangunan masyarakat memiliki duty of care terhadap pembeli.
Ini karena pembeli mengandalkan survei tersebut, ketimbang menginstruksikan
surveyor independen. Selanjutnya, surveyor berusaha untuk mengandalkan
penolakan, tapi dibanding konsolidasi Smith v. Bush dan Harris v. Wyre Forest
UDC (1989) ditemukan bahwa penolakan tersebut tidak memenuhi uji kewajaran
yang ditetapkan dalam Unfair Contract Terms Act tahun 1977.
• Spring v. Guardian Assurance plc (1994). Pengadilan menyatakan bahwa
majikan berutang tugas perawatan untuk seorang karyawan ketika memberikan
referensi kepada calon majikan.

6.17. Penggantian kerugian pada asuransi Tanggung Gugat umumnya hanya meliputi
kerugian terhadap harta benda dan Iuka badan. Sebutkan 3 (tiga) kondisi kerugian
ekonomis yang dapat dipertimbangkan dalam penggantian kerugian (Apr 2015, No.
6).

Jawaban:
kerugian ekonomi akan dipulihkan hanya pada kasus berikut:
• di mana ada hubungan kontraktual antar pihak; 118
• dalam kasus kelalaian saran atau kesalahan pernyataan dengan prinsip
Hedley Byrne; dan
• dalam kasus-kasus tertentu yang melibatkan mesin yang kompleks.

6.18. Berkaitan dengan prinsip indemnity, uraikan ketentuan mengenai Kerusakan


psychiatric / nervous shock.

Jawaban:
Pengadilan sekarang tidak membuat perbedaan antara luka fisik dan mental, jika
masing-masing adalah asli. Namun, masalah yang terkait dengan foreseeability dan
proximity masih tetap dan peraturan khusus telah dikembangkan dengan maksud
untuk membatasi jumlah orang yang memiliki hak pemulihan.
Kasus terbaru yang paling penting pada subjek tersebut berasal dari Alcock v.
Chief Constable of South Yorkshire (1991) dan White v. Chief Constable of South
Yorkshire (1998).

Dalam Page v Smith (1995) pengadilan menarik perbedaan antara korban primer
dan korban sekunder shock saraf:
• korban primer adalah mereka yang secara langsung terlibat dalam kecelakaan
meskipun mungkin tidak terluka secara fisik; da

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

• korban sekunder adalah mereka yang tidak terlibat langsung dalam kecelakaan
itu, tetapi melihat hal tersebut atau segera setelahnya mengalami nervous shock
sebagai hasilnya.

Dalam kasus cedera mental yang diderita oleh korban primer, tes mengenai apakah
tugas duty of care yang dimiliki adalah foreseeability dari bahaya apapun, baik fisik
maupun mental. Satu-satunya persyaratan di atas ini, adalah bahwa cedera harus
berhubungan dengan kondisi kejiwaan yang dikenali.

6.19. Uraikan perbedaan antara korban primer dan korban sekunder.

Jawaban:
• korban primer adalah mereka yang secara langsung terlibat dalam kecelakaan
meskipun mungkin tidak terluka secara fisik; da
• korban sekunder adalah mereka yang tidak terlibat langsung dalam kecelakaan
itu, tetapi melihat hal tersebut atau segera setelahnya mengalami nervous shock
sebagai hasilnya.

6.20. Berkaitan dengan Occupational Stress, uraikan 2 (dua) elemen untuk mengidentifikasi
apakah penyakit yang diderita oleh karyawan cukup dapat diduga disebabkan oleh
tekanan di tempat kerja.
119

Jawaban:
• kondisi yang diderita karyawan tersebut harus suatu cedera kesehatan yang
bertentangan dengan stres emosional; dan
• itu harus disebabkan stres di tempat kerja dan tidak dari pengaruh luar. Jika
penyakit itu kombinasi keduanya, majikan hanya akan bertanggung jawab atas
kontribusi mereka.

6.21. Berkaitan dengan Occupational Stress, uraikan 9 (sembilan) pedoman tentang


menilai kasus yang terkait dengan stres yang diperkenalkan oleh Pengadilan Tinggi
di Hatton.

Jawaban:
1. Tes ini sama untuk apapun sifat pekerjaannya: tidak ada pekerjaan yang secara
intrinsik berbahaya untuk kesehatan mental.
2. Sifat dan luas pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
3. Tanda-tanda akan terjadinya bahaya kesehatan mental harus cukup jelas untuk
setiap majikan yang wajar untuk melakukan sesuatu.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

4. Majikan akan melanggar tugas mereka hanya jika mereka gagal untuk
mengambil langkah-langkah yang wajar, mempertimbangkan besarnya risiko,
efek merugikan, biaya dan kepraktisan untuk mencegah dan pembenaran untuk
menjalankan risiko
5. Ukuran dan lingkup operasi majikan adalah relevan, termasuk efek mentransfer
pekerjaan ke karyawan lain dan kebutuhan untuk memperlakukan mereka
dengan adil.
6. Majikan hanya cukup diharapkan untuk mengambil tindakan yang mungkin
untuk melakukan sesuatu yang baik.
7. Jika satu-satunya solusi praktis adalah memberhentikan atau menurunkan
karyawan, majikan tidak akan melanggar kewajiban mereka untuk memungkinkan
karyawan untuk terus bekerja.
8. Seorang majikan yang menawarkan rahasia konseling atau pengobatan layanan
tidak mungkin melanggar tugas mereka, - ini telah dilakukan pengujian, lihat
Intel Corp (UK) Ltd v. Daw (2007) di bawah ini.
9. Penggugat harus membuktikan sebab-akibat, yaitu bahwa stres itu disebabkan
oleh kurangnya care dari majikan. Stres kerja per se tidaklah cukup.

6.22. Uraikan pengertian Onus of proof dan res ispa loquitur.

Jawaban:
Sebelum berhasil dalam tindakan dalam Negligence, atau untuk persoalan 120
kebanyakan klaim sipil, perlu bagi penggugat untuk membuktikan fakta-fakta di atas
mana klaim didasarkan. Memang, sebagian besar kasus di Negligence diputuskan
pada fakta-fakta, karena hanya kasus langka yang menyajikan sengketa yang
didasarkan pada hukum. Prinsip utama, seperti telah kita lihat, adalah bahwa ‘dia
yang menyangkakan harus membuktikan’ atau onus of proof. Jika penggugat ingin
mentransfer kerugian mereka ke tergugat, mereka harus membangun bukti yang
cukup untuk menunjukkan bahwa kelalaian tergugat telah menyebabkan mereka
cedera atau menyebabkan kerusakan. Dengan demikian, kewajiban pembuktian
ada di penuntut dalam persidangan untuk menunjukkan, pada keseimbangan
probabilitas, bahwa tergugat telah lalai. Istilah ‘keseimbangan probabilitas’ hanya
berarti bahwa itu adalah ‘lebih mungkin daripada tidak’ bahwa tergugat bertanggung
jawab. Secara teori, jika bukti itu sama seimbang, penggugat mampu membuktikan
kasus mereka.

Namun ada situasi di mana informasi yang memadai memungkinkan mereka untuk
melepaskan beban pembuktian yang dimiliki penggugat. Dimungkinkan bagi mereka
untuk mengandalkan pepatah res ipsa loquitur, yaitu ‘hal yang berbicara untuk
dirinya sendiri’. Ini akan berlaku di mana fakta-fakta rinci tidak dapat dibuktikan
tetapi di mana fakta-fakta yang diketahui menunjukkan bahwa:
• objek yang menyebabkan kerusakan atau cedera berada di bawah kontrol
langsung dari tergugat, pegawai atau agen mereka; dan
• kecelakaan itu tidak mungkin terjadi tanpa Negligence.

Doktrin ini, jika berlaku, memunculkan kesimpulan dari kewajiban. Kesimpulan ini

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

bagaimanapun masih bisa dibantah oleh tergugat jika mereka dapat menghasilkan
bukti yang menunjukkan bahwa kecelakaan itu masih bisa terjadi tanpa Negligence
apapun dari pihak mereka.

6.23. Dalam kaitan dengan Asuransi Pihak Ketiga, jelaskan burden of proof atau onus of
proof pada klaim tanggung gugat (Mar 2016, No. 12).

Jawaban:
Sebelum berhasil dalam tindakan dalam Negligence, atau untuk persoalan
kebanyakan klaim sipil, perlu bagi penggugat untuk membuktikan fakta-fakta di atas
mana klaim didasarkan. Memang, sebagian besar kasus di Negligence diputuskan
pada fakta-fakta, karena hanya kasus langka yang menyajikan sengketa yang
didasarkan pada hukum. Prinsip utama, seperti telah kita lihat, adalah bahwa ‘dia
yang menyangkakan harus membuktikan’ atau onus of proof. Jika penggugat ingin
mentransfer kerugian mereka ke tergugat, mereka harus membangun bukti yang
cukup untuk menunjukkan bahwa kelalaian tergugat telah menyebabkan mereka
cedera atau menyebabkan kerusakan. Dengan demikian, kewajiban pembuktian
ada di penuntut dalam persidangan untuk menunjukkan, pada keseimbangan
probabilitas, bahwa tergugat telah lalai. Istilah ‘keseimbangan probabilitas’ hanya
berarti bahwa itu adalah ‘lebih mungkin daripada tidak’ bahwa tergugat bertanggung
jawab. Secara teori, jika bukti itu sama seimbang, penggugat mampu membuktikan
kasus mereka.

121
6.24. Uraikan pengertian nuisance.

Jawaban:
Nuisance adalah sebuah kesalahan yang dilakukan kepada seorang dengan
melawan hukum mengganggu dia dalam kenikmatan miliknya atau, dalam beberapa
kasus, dalam melaksanakan hak umum.

6.25. Uraikan tes kewajaran pada nuisance.

Jawaban:
Tes kewajaran di nuisance berkonsentrasi pada keadaan di mana tergugat telah
dibiarkan berkembang di tanah mereka dan yang mempengaruhi tetangga mereka,
sebagai lawan apakah tindakan cenderung menyebabkan bahaya yang dapat diduga.
Kesalahan dalam nuisance berhubungan dengan pengetahuan dari kemungkinan
konsekuensi dari situasi yang tergugat memungkinkan untuk berkembang. Sebuah
penghuni properti harus menyadari apa yang terjadi di tanah mereka dan mengambil
tindakan untuk mencegahnya mengganggu tetangga mereka.

Nuisance konsen pada perlindungan hak atau kepentingan yang biasanya terkait

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

dengan tanah. Tampilannya lebih pada hasil dari tindakan seseorang daripada
apakah mereka telah sesuai dengan standar perilaku umum seperti halnya dengan
negligence. Hal ini diatur oleh pepatah sic utere tuo ut alienum non laedas, yang
diterjemahkan ke dalam ‘sehingga dalam menggunakan properti, Anda tidak melukai
tetangga Anda’.

6.26. Jelaskan 3 (tiga) jenis nuisance.

Jawaban:
Ada tiga jenis nuisance:
1. public;
2. private; dan
3. statute/undang-undang, misalnya Pemberitahuan pengurangan dari otoritas
lokal.

Public nuisance/Gangguan publik dianggap sebagai kejahatan karena mempengaruhi


masyarakat luas. Namun, seorang individu yang menderita ‘kerusakan khusus’,
yaitu kehilangan atau ketidaknyamanan yang lebih besar dari yang diderita oleh
masyarakat umum, dapat mengajukan gugatan perdata.

Private nuisance/Gangguan pribadi adalah lebih penting dari yang lain dalam 122
konteks coursebook ini. Akibatnya, kita akan memfokuskan perhatian kita pada
aspek tertentu.

6.27. Berkaitan dengan klaim tanggungjawab hukum, uraikan 5 (lima) hal yang harus
dibuktikan oleh penggugat agar berhasil dalam klaim nuisance.

Jawaban:
Agar berhasil dalam klaim nuisance, penggugat harus menunjukkan bahwa
gangguan:
1. adalah nyata, bukan khayalan;
2. melibatkan sesuatu yang terus-menerus, meskipun suatu pernyataan terisolasi
pada urusan yang mungkin cukup mengancam kerusakan;
3. menyebabkan kerusakan, yang meliputi ketidaknyamanan fisik, seperti suara
keras, bau berlebihan, dll.;
4. mempengaruhi tanah di mana mereka memiliki kepentingan kepemilikan; dan
5. tidak masuk akal.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

6.28. Berkaitan dengan hukum nuisance, uraikan siapa yang bisa menuntut dan siapa
yang bisa dituntut.

Jawaban:
Siapa yang bisa menuntut?
Kepentingan yang dilindungi oleh hukum nuisance adalah kepemilikan dari
tanah. Akibatnya, hanya seseorang dalam kepemilikan tanah atau yang memiliki
kepentingan kepemilikan di dalamnyalah yang dapat menuntut (lihat Hunter v.
Canary Wharf (1997)). Misalnya, pemilik atau penyewa properti dapat menuntut,
tapi bukan seseorang yang hanya menggunakan tanah.

Siapa yang bisa dituntut?


Secara umum, penghuni dan pemilik lahan bisa dituntut. Namun, siapa pun yang
memulai gangguan di tanah, bahkan jika mereka masuk tanpa izin, juga bisa dituntut.

6.29. Berkaitan dengan hukum nuisance, uraikan tugas penghuni tanah.

Jawaban:
Seorang penghuni tanah memiliki tugas sebagai berikut:
123
1. untuk menahan diri dari membuat gangguan;
2. untuk mencegah gangguan yang datang ke dalam kehidupannya, baik yang
disebabkan oleh sebab-sebab alamiah atau tindakan manusia; dan
3. meredakan setiap efek dari gangguan di tanah mereka.

Aliran kewajiban dari premis bahwa penghuni memiliki kontrol penuh atas apa
yang terjadi pada tanah mereka dan, jika ini menyebabkan kerusakan atau
ketidaknyamanan tetangga mereka, mereka kemudian memiliki kewajiban untuk
mengambil tindakan. Di mana ada tempat yang menjadi berbahaya karena
kurangnya perbaikan maka penghuni bertanggung jawab, apakah mereka tahu atau
seharusnya mengetahui bahaya tersebut (Wringe v. Cohen (1940)).
Sebuah tugas yang sangat besar menempel pada penghuni (atau pemilik, jika
pemilik memiliki tugas untuk memperbaiki) untuk pemeliharaan bangunan yang
berdampingan dengan jalan raya. Hal ini, secara efektif, memiliki strict liability, tetapi
terbatas untuk gangguan yang timbul dari kurangnya perawatan.

6.30. Uraikan prinsip hukum the creator of the nuisance.

Jawaban:

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Setiap orang, entah itu penghuni, tresspaser/pelanggar, atau orang asing, yang
menciptakan nuisance (sebagai lawan dari melestarikan) bertanggung jawab untuk
itu. Tidak penting bahwa individu memiliki interest terhadap tanah, atau bahwa
mereka memiliki hak untuk meredakan nuisance tersebut.

6.31. Berkaitan dengan nuisance, uraikan bagaimana seorang pemilik properti dapat
bertanggungjawab dalam nuisance.

Jawaban:
Pemilik properti mungkin akan bertanggung jawab jika mereka membiarkan penyewa
untuk melakukan gangguan. Lebih lanjut, jika seorang tuan tanah memungkinkan
properti untuk kegiatan yang dalam dirinya sendiri bersifat nuisance, mereka akan
bertanggung jawab seolah-olah mereka menciptakan gangguan tersebut. Namun,
jika mereka dapat menunjukkan bahwa penyewa mereka dapat melakukan kegiatan
yang dipermasalahkan tanpa nuisance, mereka tidak akan bertanggung jawab.

6.32. Berkaitan dengan pembelaan dalam nuisance, uraikan 3 (tiga) hal mengenai:
a. Pembelaan yang gagal
b. Pembelaan yang efektif

124
Jawaban:
Ineffectual defences atau pembelaan yang gagal meliputi:
• Penggugat sengaja datang ke nuisance tersebut. Namun, sifat lokalitas mungkin
relevan apakah nuisance ada sama sekali, dan dalam kasus tertentu tergugat
mungkin dapat mengatur strategi pembelaan (lihat di bawah).
• Public benefit/manfaat umum, yaitu nuisance untuk kepentingan masyarakat
luas, meskipun merugikan individu ini juga berlaku di mana tergugat tidak bisa
melaksanakan kegiatan tersebut kecuali pada lokasi tertentu.
• keterampilan dan pemeliharaan/care memadai yang diambil. Nuisance tidak
mengakui standar pemeliharaan: namun banyak pemeliharaan dilakukan, jika
hasilnya adalah gangguan yang tidak masuk akal dengan tanah, maka sebuah
nuisance telah dibuat.
• tindakan kontributif, yaitu nuisance yang terdiri dari kejadian-kejadian kecil, yang
masing-masing tidak akan merupakan gangguan, misalnya efek gabungan dari
asap dari sejumlah cerobong asap. Setiap pelaku tort kemudian bertanggung
jawab untuk proporsi mereka atas kerusakan yang telah disebabkan.

Effectual defences atau pembelaan yang efektif meliputi:


• Consent/Persetujuan. jika penggugat telah menyetujui untuk suatu nuisance, ini
akan membentuk suatu pembelaan.
• Prescription/Rekomendasi. Jika gangguan tersebut telah ada selama 20 tahun
terakhir, maka tergugat bisa memperoleh hak preskriptif/rekomendasi untuk

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

melanjutkan. Secara teknis hak menjadi suatu kenikmatan. Namun, mereka akan
memperoleh hak hanya jika kegiatan tersebut telah mengganggu selama 20
tahun dan telah diselenggarakan pada tanpa keluhan selama periode tersebut.
• Statutory authority/Otoritas Hukum. Di mana kewajiban hukum atau kekuasaan
diberikan kepada suatu organisasi, maka pihak yang tidak bertanggung jawab
dalam gangguan bagi kegiatan yang dilakukan pada semata-mata karena
mereka menerapkan tugas atau wewenang. Kegiatan ini bagaimanapun harus
dilakukan tanpa kelalaian pada bagian dari otoritas yang relevan.

6.33. Dalam kaitan dengan penyelesaian klaim asuransi pihak ketiga (Third Party Liability),
uraikan 3 (tiga) bentuk effectual defences (Sept 2015, No. 5).

Jawaban:
• Consent/Persetujuan. jika penggugat telah menyetujui untuk suatu nuisance, ini
akan membentuk suatu pembelaan.
• Prescription/Rekomendasi. Jika gangguan tersebut telah ada selama 20 tahun
terakhir, maka tergugat bisa memperoleh hak preskriptif/rekomendasi untuk
melanjutkan. Secara teknis hak menjadi suatu kenikmatan. Namun, mereka akan
memperoleh hak hanya jika kegiatan tersebut telah mengganggu selama 20
tahun dan telah diselenggarakan pada tanpa keluhan selama periode tersebut.
• Statutory authority/Otoritas Hukum. Di mana kewajiban hukum atau kekuasaan
diberikan kepada suatu organisasi, maka pihak yang tidak bertanggung jawab
dalam gangguan bagi kegiatan yang dilakukan pada semata-mata karena
mereka menerapkan tugas atau wewenang. Kegiatan ini bagaimanapun harus
125
dilakukan tanpa kelalaian pada bagian dari otoritas yang relevan.

6.34. Sebutkan 5 (lima) defences dalam penyelesaian klaim pihak ketiga (Sept 2017, No.
1).

Jawaban:
• otoritas hukum. Jika hal yang berbahaya terakumulasi di bawah otoritas resmi,
aturan tidak berlaku. Bagaimanapun, para tergugat tidak harus lalai untuk lari
dari kewajiban tersebut.
• Persetujuan. Persetujuan harus nyata, tidak dipaksa, tetapi dapat tersirat. Dalam
kondisi tersebut, penuntut akan dianggap telah menerima risiko melarikan diri.
• manfaat masyarakat umum. Ini adalah contoh dari persetujuan tersirat.
Akumulasi harus terjadi untuk kepentingan umum dari penggugat maupun
tergugat, misalnya, pipa air di blok kantor yang multi-kepemilikan. Saluran air
dari satu kantor ke kantor lain tidak akan menjadi dasar tindakan dalam Rylands.
• kelalaian kontributif. Pembelaan ini tersedia jika dapat menunjukkan bahwa
pelarian juga dikontribusi oleh kecerobohan si penuntut.
• tindakan orang asing. Ini akan menjadi pembelaan selama tergugat tidak punya
kendali atas orang asing, dan benar-benar tidak bisa diramalkan atau dicegah
untuk melarikan diri.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

• Act of God. Batasan pembelaan ini juga berlaku.

6.35. Berkaitan dengan defence, uraikan 3 (tiga) jenis pembelaan untuk pelanggaran
kewajiban hukum.

Jawaban:
• volenti non fit injuria
• act of third party - tindakan pihak ketiga; dan
• contributory negligence - kelalaian kontributif.

6.36. Uraiakan 4 (empat) pembelaan umum untuk klaim-strict liability.

Jawaban:
• act of God (vis major);
• tindakan pihak ketiga;
• kelalaian dan, mungkin, adanya persetujuan dari penggugat; dan
• act of Queen’s enemies. 126

6.37. Berkaitan dengan strict liability, uraikan yang Anda ketahui mengenai bailee.

Jawaban:
Seorang Bailee adalah orang yang memiliki hak asuh atas property milik orang
lain dalam pengertian bahwa mereka nanti akan mengembalikannya. Contohnya
adalah pegadaian. Sebuah kontrak bailment dapat melekat di daerah lain di mana
tujuan utama dari transfer barang tidak mereka amankan. Misalnya, pemilik garasi
motor adalah Bailee untuk mobil yang dipercayakan kepada mereka untuk suatu
perbaikan. Hukum membebankan kewajiban untuk mengembalikan kendaraan ke
pemilik setelah mereka selesai melakukan perbaikan atau menghasilkan alasan
mengapa mereka tidak bisa. Dalam kebanyakan kasus, ada kontrak tertulis antara
para pihak, meskipun kontrak bailment mungkin tersirat dalam perilaku.
Dalam keadaan normal, seorang Bailee memiliki tugas untuk mengembalikan barang
yang ditebus pada akhir periode bailment dan tanggung jawab kepada mereka
adalah untuk menjelaskan bagaimana jika mereka gagal untuk melakukannya.
Karena Bailee memiliki kepemilikan properti, tugas perawatan sehubungan dengan
itu tinggi. Dalam Houghland vs R R Low (Luxury Coaches) Ltd (1962), Pengadilan
Banding memutuskan bahwa tidak ada satu tes tunggal dari liability. Sebaliknya,
pengadilan harus menilai apakah, dengan mempertimbangkan semua keadaan dari
kasus tersebut, para tergugat telah mengadopsi standar perawatan yang cukup.
Kemungkinannya adalah bahwa pengadilan akan memberlakukan kewajiban yang
lebih rendah pada Bailee yang tidak menerima keuntungan finansial dari transaksi

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Kita perlu untuk menarik perbedaan antara bailment dan licence/lisensi. Sebuah
perjanjian yang memungkinkan lain hanya sekedar untuk mendepositkan barang di
tanah itu cenderung menjadi sebuah lisensi, bukan bailment, bahkan jika ada biaya.
Umumnya, ini adalah kasus di mana pemilik properti memperoleh manfaat lebih
atau setara dari transaksi.

6.38. Dalam keadaan apa seseorang mungkin menjadi seorang bailee?

Jawaban:
Contohnya termasuk seorang pembersih kering, penjahit yang mengambil pakaian
untuk suatu perubahan, seorang ahli perhiasan yang perbaikan perhiasan. Anda
mungkin dapat memikirkan orang lain.

6.39. Jelaskan kewajiban pemilik penginapan berdasarkan The Hotel Proprietors’ Act
1956.

Jawaban:
Berdasarkan Common law, seorang pemilik penginapan memiliki strict liability
untuk keselamatan tamu mereka. The Hotel Proprietors’ Act 1956 sekarang 127
mendefinisikan perluasan kewajiban ini. Anda harus ingat bahwa tindakan tersebut
tidak memberlakukan suatu strict liability: itu hanya sekedar mendefinisikan
persyaratan dan memberikan batasan moneter. Memang, batas moneter belum
diubah sejak tahun 1956 dan, karenanya strict liability hotel menjadi kurang dan
semakin kurang penting.

Bagian 1 (3) undang-undang tersebut mendefinisikan hotel sebagai


Sebuah bangunan yang diadakan oleh pemilik sambil menawarkan makanan,
minuman dan, jika diperlukan, akomodasi tidur, tanpa kontrak khusus, untuk setiap
wisatawan yang menampilkan dirinya yang nampak mampu dan mau membayar
sejumlah uang yang wajar untuk layanan dan fasilitas yang disediakan dan siapa
yang dalam keadaan fit untuk diterima.

Definisi tersebut tidak mencakup guest house atau hotel pribadi di mana kontrak
pendahuluan diperlukan. Strict liability akan melekat hanya dalam situasi berikut
sebagaimana ditetapkan dalam S.2 (1) yang berbunyi:
a) pada saat terjadinya kerugian atau kerusakan akomodasi tidur di hotel telah
disediakan bagi wisatawan;
b) kerugian atau kerusakan yang terjadi selama periode dimulai dengan tengah
malam tepat sebelum berakhir dengan tengah malam segera setelah periode
yang objektif di mana tamu ada di hotel dan berhak menggunakan akomodasi
sehingga disediaan.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Tiga pembelaan standar untuk strict liability juga berlaku, yaitu:


• Act of God;
• Queen’s enemies; dan
• negligence atau default/kelalaian tamu.

Jika semua kriteria berlaku dan strict liability muncul, ini akan terbatas pada £50 untuk
satu artikel atau agregat dari £100. Pengusaha hotel hanya dapat mengandalkan
limit ini jika mereka menampilkan pemberitahuan resmi dengan memberikan rincian
dari tindakan di tempat yang mencolok. Limit-limit tidak berlaku jika:
• properti hilang karena negligence (kelalaian), default (keteledoran) atau wilful
(kesengajaan) dari pengusaha atau staf;
• properti dititipkan oleh pengusaha hotel untuk diamankan; dan
• properti ditawarkan untuk diamankan oleh pengusaha hotel tetapi dinolak, atau
karena keteledoran pihak hotel, tamu tidak dapat menitipkan properti.

Strict liability tidak berlaku untuk kendaraan bermotor atau isinya, ataupun hewan.

6.40. Berkaitan dengan trespases, Uraikan aturan Rylands v. Fletcher.

Jawaban:
128
Seorang penghuni yang masuk ke dalam dan menetap pada tanahnya yang mungkin
menyebabkan kerusakan jika melarikan diri terhadap suatu strict liability untuk
mencegah melarikan diri dan bertanggungjawab atas kerusakan yang disebabkan
sebagai akibat dari tindakan melarikan dirinya.

6.41. Uraikan defences/pembelaan terhadap aturan dalam Rylands v Fletcher.

Jawaban:
• otoritas hukum. Jika hal yang berbahaya terakumulasi di bawah otoritas resmi,
aturan tidak berlaku. Bagaimanapun, para tergugat tidak harus lalai untuk lari
dari kewajiban tersebut.
• Persetujuan. Persetujuan harus nyata, tidak dipaksa, tetapi dapat tersirat. Dalam
kondisi tersebut, penuntut akan dianggap telah menerima risiko melarikan diri.
• manfaat masyarakat umum. Ini adalah contoh dari persetujuan tersirat.
Akumulasi harus terjadi untuk kepentingan umum dari penggugat maupun
tergugat, misalnya, pipa air di blok kantor yang multi-kepemilikan. Saluran air
dari satu kantor ke kantor lain tidak akan menjadi dasar tindakan dalam Rylands.
• kelalaian kontributif. Pembelaan ini tersedia jika dapat menunjukkan bahwa
pelarian juga dikontribusi oleh kecerobohan si penuntut.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

• tindakan orang asing. Ini akan menjadi pembelaan selama tergugat tidak punya
kendali atas orang asing, dan benar-benar tidak bisa diramalkan atau dicegah
untuk melarikan diri.
• Act of God. Batasan pembelaan ini juga berlaku.

6.42. Berkaitan dengan tanggung jawab hukum, uraikan 2 (dua) kewajiban atas tindakan
kelalaian yang dilakukan oleh orang lain.

Jawaban:
a. Kewajiban langsung
Adalah penting untuk membedakan antara kewajiban langsung yang timbul dari
suatu tindakan yang orang lain yang telah berkomitmen dan vicarious liability
(kewajiban perwakilan) yang sesungguhnya. Kita akan mempertimbangkan
vicarious liability kemudian. Dalam bagian ini kita akan berurusan dengan kasus-
kasus di mana kewajiban melekat pada tergugat untuk tindakan lalai mereka
sendiri, meskipun situasi di balik kewajiban mereka muncul melalui perantaraan
pihak ketiga.

b. Vicarious Liability
Vicarious liability berarti bahwa X bertanggung jawab untuk tindakan tort yang
dilakukan oleh Y. Contoh di atas semua melibatkan gugatan tort atas X sendiri
karena gagal menangani situasi yang diciptakan oleh Y. Agar vicarious liability/ 129
kewajiban perwakilan dapat dibangun, harus ada hubungan dekat antara X dan
Y. Ada empat kategori:
• majikan/karyawan;
• principal/agent;
• principal/kontraktor independen; dan
• partners.

6.43. Uraikan kewajiban perwakilan / vicarious liability untuk:


• majikan/karyawan;
• principal/agent;
• principal/kontraktor independen; dan
• partners.

Jawaban:
a. Majikan/karyawan
Pada bagian ini, kita konsen dengan situasi ketika majikan vicarious liability kepada
pihak ketiga atas tindakan karyawan mereka. Kita tidak peduli dengan tugas

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

perawatan hukum yang dibebankan kepada majikan terhadap karyawan mereka.

Pertama, kita perlu memahami definisi karyawan dan berbagai pengujian yang
pengadilan lakukan dalam menentukan apakah ada hubungan master/servant.

Siapa yang merupakan ‘karyawan’? Dalam beberapa situasi hal ini tidak mudah
untuk memutuskan apakah seorang itu karyawan atau yang lain. Di mana seseorang
melibatkan orang lain untuk bekerja bagi mereka, membayar mereka, mengontrol
cara mereka bekerja, dan memiliki hak untuk memberhentikan mereka, hubungan
majikan dan karyawan pasti ada.

b. Principal/agen
Seorang principal umumnya akan bertanggung jawab terhadap tindakan agen
mereka. Pepatah qui facit per alium facit per se - siapa yang melakukan tindakan
melalui orang lain, dia melakukan tindakan itu sendiri - mengatur relasi. Namun,
hanya jika tindakan agen berada ada dalam kewenangan agen, apakah mereka
akan diperhitungkan sebagai tindakan principal? Otoritas ini dapat berbentuk
tersurat, tersirat oleh tindakan atau melalui pengesahan yang sesuai.
Dalam lingkungan kerja saat ini ini semakin kompleks, dengan banyak orang
menganggap diri mereka bekerja sendiri untuk keperluan pajak, sementara dalam
banyak kasus, ia bekerja terus menerus untuk majikan yang sama. Ini adalah
masalah yang sangat umum dalam industri bangunan, namun hal ini menjadi lebih
umum di area lain seperti IT dan telepon.

130
c. Principal / kontraktor independen
Di mana ada seorang principal dan seorang kontraktor independen maka ada
pembalikan situasi normal dalam aturan umum di sini bahwa tidak ada kewajiban
perwakilan yang melekat pada seorang principal untuk tindakan tort yang dilakukan
oleh kontraktor independen.

d. Partners
Hak dan kewajiban partner diatur dalam Partnership Act 1890. Bab 10 dari peraturan
ini memenjelaskan bahwa setiap tindakan yang salah atau kelalaian yang dilakukan
oleh partner dalam kegiatan usaha kemitraan, yang menyebabkan kerugian atau
cedera kepada siapa pun selain partner, membebankan tanggung jawab perwakilan
dari perusahaan secara keseluruhan.

6.44. Berkaitan dengan Vicarious Liability dalam Asuransi Tanggung Gugat (Third Party
Liability) (Sept 2015, No. 11)
a. uraikan apa yang dimaksud dengan Vicarious Liability
b. jelaskan 4 (empat) kategori hubungan kerjasama yang dapat menimbulkan
tanggung jawab hukum ini

Jawaban:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

a. Vicarious liability berarti bahwa X bertanggung jawab untuk tindakan tort yang
dilakukan oleh Y. Contoh di atas semua melibatkan gugatan tort atas X sendiri
karena gagal menangani situasi yang diciptakan oleh Y. Agar vicarious liability/
kewajiban perwakilan dapat dibangun, harus ada hubungan dekat antara X
dan Y.
b. Ada empat kategori:
• majikan/karyawan;
• principal/agent;
• principal/kontraktor independen; dan
• partners.
(penjelasannya lihat jawaban sebelumnya.

6.45. Dalam kaitannya dengan tanggung jawab hukum terhadap majikan, uraikan siapa
yang disebut sebagai karyawan.

Jawaban:
Dalam beberapa situasi hal ini tidak mudah untuk memutuskan apakah seorang itu
karyawan atau yang lain. Di mana seseorang melibatkan orang lain untuk bekerja
bagi mereka, membayar mereka, mengontrol cara mereka bekerja, dan memiliki
hak untuk memberhentikan mereka, hubungan majikan dan karyawan pasti ada.
131
Dalam lingkungan kerja saat ini ini semakin kompleks, dengan banyak orang
menganggap diri mereka bekerja sendiri untuk keperluan pajak, sementara dalam
banyak kasus, ia bekerja terus menerus untuk majikan yang sama. Ini adalah
masalah yang sangat umum dalam industri bangunan, namun hal ini menjadi lebih
umum di area lain seperti IT dan telepon.

Pengadilan di Short v. J & W Henderson Ltd (1946) memberikan empat tes untuk
membantu menentukan apakah ada hubungan majikan/karyawan (meskipun
keempatnya tidak perlu selalu ada secara bersamaan). Keempatnya yaitu:

• kuasa seleksi majikan terhadap karyawan mereka;


• pembayaran upah atau imbalan lainnya;
• hak majikan untuk mengontrol cara melakukan pekerjaan; dan
• hak majikan untuk penangguhan atau pemecatan.

Akan sulit untuk menentukan apakah hubungan majikan/karyawan akan lulus tes ini.
Karenanya, untuk menghindari kebingungan sebagian besar aturan mendefinisikan
‘karyawan’ sebagai individu yang melakukan pekerjaan yang sama dengan yang
dilakukan oleh karyawan dan yang berada di bawah tingkat kontrol yang sama
sebagai karyawan.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

6.46. Uraikan 4 (empat) pengujian yang membantu kita untuk menentukan apakah ada
hubungan antara majikan dan karyawan.

Jawaban:
Pengadilan di Short v. J & W Henderson Ltd (1946) memberikan empat tes untuk
membantu menentukan apakah ada hubungan majikan/karyawan (meskipun
keempatnya tidak perlu selalu ada secara bersamaan). Keempatnya yaitu:
• kuasa seleksi majikan terhadap karyawan mereka;
• pembayaran upah atau imbalan lainnya;
• hak majikan untuk mengontrol cara melakukan pekerjaan; dan
• hak majikan untuk penangguhan atau pemecatan.

6.47. Berkaitan dengan vicarious liability, uraikan 4 (empat) tes untuk menentukan apakah
master memiliki direct liability atau vicarious liability berkaitan dengan pegawai yang
dipinjamkan.

Jawaban:
Dalam rangka untuk menentukan apakah master memiliki direct liability atau
vicarious liability berkaitan dengan pegawai dipinjamkan tes berikut berlaku: 132

• Pengadilan akan melihat keadaan insiden dan hubungan antara perusahaan


peminjam dan memberi pinjaman karyawan, dan menentukan, sebagai
persoalan fakta, siapa yang merupakan master di waktu yang relevan.
• Tanggung jawab pembuktian ada di master pemberi pinjaman untuk menunjukkan
bahwa master peminjam telah mengakuisisi kontrol yang cukup atas karyawan
tersebut.
• Seorang master pemberi pinjaman tidak dapat mendelegasikan tugas perawatan
untuk kesehatan dan keselamatan karyawan mereka. Jadi jika karyawan sendiri
terluka, kemungkinan mentransfer tanggung jawab untuk master peminjam
jauh.
• Sebuah istilah dalam kontrak tidak dapat bertindak untuk mentransfer hubungan
master/servant.

6.48. Dalam kaitan dengan vicarious liability, uraikan: (Mar 2013, No. 12)
a. 4 (empat) cara pengujian untuk menentukan apakah ada hubungan antar
pekerja dan pemberi kerja
b. 3 (tiga) cara pengujian untuk menentukan pemberi kerja kerja yang mana
yang akan bertanggung jawab (A dan B) atas seorang pekerja bila pekerja itu
dipinjamkan oleh A kepada B.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Jawaban:
a. Pengadilan di Short v. J & W Henderson Ltd (1946) memberikan empat tes
untuk membantu menentukan apakah ada hubungan majikan/karyawan (meskipun
keempatnya tidak perlu selalu ada secara bersamaan). Keempatnya yaitu:
• kuasa seleksi majikan terhadap karyawan mereka;
• pembayaran upah atau imbalan lainnya;
• hak majikan untuk mengontrol cara melakukan pekerjaan; dan
• hak majikan untuk penangguhan atau pemecatan.
Akan sulit untuk menentukan apakah hubungan majikan/karyawan akan lulus tes ini.
Karenanya, untuk menghindari kebingungan sebagian besar aturan mendefinisikan
‘karyawan’ sebagai individu yang melakukan pekerjaan yang sama dengan yang
dilakukan oleh karyawan dan yang berada di bawah tingkat kontrol yang sama
sebagai karyawan.

b. Cukup sering seorang ‘majikan’ akan meminjamkan seorang ‘pekerja’ kepada


yang lain. Jika pekerja cidera atau mereka melukai atau menyebabkan kerusakan
pada properti dari pihak ketiga, ini membangkitkan vicarious liability. Pertanyaannya
adalah apakah peminjam (B) atau pemberi pinjaman (A) karyawan itu bertanggung
jawab.
Dalam rangka untuk menentukan apakah pemberi kerja A memiliki direct liability
atau vicarious liability berkaitan dengan pekerja yang dipinjamkan kepada B, tes
berikut berlaku:
133
• Pengadilan akan melihat keadaan insiden dan hubungan antara perusahaan
peminjam dan perusahaan yang memberi pinjaman karyawan, dan
menentukan, sebagai persoalan fakta, siapa yang merupakan master di waktu
yang relevan.
• Tanggung jawab pembuktian ada pada master pemberi pinjaman untuk
menunjukkan bahwa master peminjam telah mengakuisisi kontrol yang cukup
atas karyawan tersebut.
• Seorang master pemberi pinjaman tidak dapat mendelegasikan tugas
perawatan untuk kesehatan dan keselamatan karyawan mereka. Jadi jika
karyawan sendiri terluka, kemungkinan mentransfer tanggung jawab untuk
master peminjam jauh.
• Sebuah istilah dalam kontrak tidak dapat bertindak untuk mentransfer
hubungan master/servant.

6.49. Uraikan prinsip qui facit per alium facit per se.

Jawaban:
Qui facit per alium facit per se artinya siapa yang melakukan tindakan melalui orang
lain, dia melakukan tindakan itu sendiri. Pepatah ini mengatur relasi antara dua
principal dan agen.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

6.50. Uraikan 8 (delapan) pengecualian di mana principal dapat bertanggungjawab atas


kelalaian kontraktor independen.

Jawaban:
Di mana ada seorang principal dan seorang kontraktor independen maka ada
pembalikan situasi normal dalam aturan umum di sini bahwa tidak ada kewajiban
perwakilan yang melekat pada seorang principal untuk tindakan tort yang dilakukan
oleh kontraktor independen. Namun demikian, ada beberapa pengecualian penting:

• tindakan melanggar hukum. Jika tugas yang didelegasikan kepada kontraktor


itu sendiri melanggar hukum, kewajiban akan melekat kepada principal, ---
misalnya, jika tugas yang didelegasikan kepada kontraktor tidak dapat dilakukan
tanpa membuat gangguan, principal akan bertanggung jawab serta kontraktor.
• kewajiban hukum yang tidak dapat didelegasikan. Beberapa undang-undang
dari Parlemen memaksakan tanggung jawab mutlak pada principal untuk
melaksanakan pekerjaan. Mereka dapat mendelegasikan pekerjaan, tapi bukan
tanggung jawab dan mereka sendiri akan bertanggung jawab jika tindakan
menyakitkan dari kontraktor menyebabkan cedera atau kerusakan.
• Strict liability. Dalam melibatkan strict liability atau kewajiban yang ketat, akan
bertanggungjawab sendiri atas tindakan kontraktor. Sebagian besar hal ini
akan melibatkan kewajiban di bawah peraturan dalam Rylands v. Fletcher dan
kewajiban untuk melarikan diri dari kebakaran.
• pekerjaan ekstra berbahaya. Jika principal mengharuskan kontraktor untuk
melaksanakan pekerjaan yang sifatnya berbahaya atau melibatkan resiko
134
terhadap kerusakan atau cedera yang tidak biasa, principal tidak bisa lepas
tanggung jawab dengan alasan bahwa tugas itu didelegasikan kepada kontraktor
independen.
• Penarikan dukungan. Jika A menikmati hak dukungan dari tanah dan/atau
bangunan dari B, dan tanah A dirusak dengan menghilangkan dukungan itu, B
akan bertanggung jawab, meskipun mereka mempercayakan pekerjaan untuk
kontraktor independen.
• Intervensi yang diperlukan. Di mana suatu tindakan harus melibatkan campur
tangan properti orang lain, pemilik properti memiliki tugas terhadap kelalaian,
gangguan atau pelanggaran. Tugas tersebut adalah non-delegable, dan tidak
dapat dihindari dengan memanfaatkan jasa kontraktor independen.
• Pekerjaan yang dilakukan pada atau dekat jalan raya. Jika pekerjaan
yang dilakukan pada atau dekat jalan raya, dan pekerjaan yang mungkin
membahayakan orang yang menggunakan jalan raya, maka principal akan
bertanggung jawab jika terjadi cedera atau kerusakan.
• Bailee. Properti yang dipercayakan oleh Bailee kepada sub-kontraktor tidak akan
meringankan tanggung jawab sesungguhnya dari Bailee jika properti tersebut
dicuri (Morris v. C W Martin (1966)).

Meskipun ini merupakan sebuah daftar panjang pengecualian, semuanya cukup


spesifik, dan dalam kebanyakan kasus kelalaian biasa oleh kontraktor yang benar-
benar independen tidak akan membebankan tanggung jawab perwakilan kepada
principal. Namun, principal wajib untuk memerintahkan kontraktor yang kompeten.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

6.51. Berkaitan dengan vicarious liability, uraikan hubungan tanggungjawab hukum antar
partner.

Jawaban:
Hak dan kewajiban partner diatur dalam Partnership Act 1890. Bab 10 dari peraturan
ini memenjelaskan bahwa setiap tindakan yang salah atau kelalaian yang dilakukan
oleh partner dalam kegiatan usaha kemitraan, yang menyebabkan kerugian atau
cedera kepada siapa pun selain partner, membebankan tanggung jawab perwakilan
dari perusahaan secara keseluruhan.

6.52. Berkaitan dengan vicarious liability, uraikan 2 (dua) factor yang harus dipertimbangkan
oleh penghuni dalam menjalankan duty of carenya.

Jawaban:
• penilaian harus diambil dari fakta bahwa anak-anak akan cenderung kurang
hati-hati daripada orang dewasa; dan
• penghuni harus berharap bahwa orang-orang yang memasuki tempat untuk
menjalankan tugas mereka (misalnya tukang listrik) akan mencegah dirinya
sendiri dari bahaya yang melekat dalam tugasnya itu. 135
Kedua kategori tersebut tidak lengkap dan pengadilan akan mengambil faktor
lainnya. Sebagai contoh, sebuah penghuni harus waspada terhadap kenyataan
bahwa kaki orang tua tidak mungkin sangat stabil, dan bahwa pengelihatan dan
kesadaran umum mungkin tidak sebagus yang orang muda.

6.53. Berkaitan dengan duty of care, uraikan kewajiban terhadap bagunan yang dimiliki
oleh:
a. Pemilik lahan
b. Pengunjung
c. Orang di jalan raya / tetangga
d. Kontraktor / vendor

Jawaban:
a. Pemilik lahan
The Defective Premises Act 1972 memodifikasi hukum umum yang berkaitan
dengan pemilik (owners) dan tuan tanah (landlords). Bagian 4 (1) dan (2) dari
The Defective Premises Act 1972 berbunyi:

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

1) Di mana suatu tempat ada di bawah suatu kontrak sewa yang


menempatkan tuan tanah pada kewajiban terhadap penyewa untuk
pemeliharaan atau perbaikan tempat, tuan tanah berutang kepada semua
orang yang diperkirakan mungkin akan terpengaruh oleh cacat dalam
kaitannya dengan duty of care yang wajar dalam semua situasi untuk
melihat bahwa mereka cukup aman dari cedera atau dari kerusakan
properti yang disebabkan oleh cacat yang relevan.
2) Kewajiban yang dikatakan tersebut dimiliki jika tuan tanah tahu (apakah
sebagai hasil dari diberitahu oleh penyewa atau sebaliknya) atau jika ia
seharunya telah mengenal cacat yang relevan di semua keadaan.

b. Pengunjung
Pada common law, pemilik, sebagai pemilik, tidak memiliki kewajiban bagi
pengunjung. Begitu tuan tanah melepaskan dirinya dari kewajiban yang melekat
dari pendudukan tempat, mereka melakukan divestasi diri dari kewajiban yang
melekat untuk penghuni dan menyerahkannya kepada penyewa. Namun, jika
pemilik mempertahankan kontrol dari setiap bagian dari lokasi, mereka akan
berutang tugas perawatan untuk orang yang secara sah tinggal di lokasi tersebut
(lihat Wheat v. Lacon (1966)).

c. Orang di jalan raya / tetangga


Pada common law tidak ada duty of care yang dibebankan kepada pengunjung;
hal itu diikuti dengan tidak adanya kewajiban kepada pihak yang tidak di tempat.
Namun, seperti yang telah kita lihat, kewajiban dapat melekat dalam nuisance
jika tuan tanah, misalnya, menciptakan atau memberikan kewenangan suatu
gangguan, atau memungkinkan properti yang digunakan untuk tujuan yang 136
pada dasarnya merupakan suatu nuisance.

Sebuah strict liability juga akan melekat di bawah Wringe v. Cohen (1940)
jika tempat keruntuhan di atau dekat jalan raya atau properti tetangga karena
kegagalan untuk memelihara.

d. Kontraktor dan vendor


The Defective Premises Act 1972 juga membebankan tugas berkaitan dengan
vendor dan kontraktor bangunan yang mendirikan, memperluas atau selain
bekerja di lokasi.

Bagian 1 dari undang-undang ini membebankan kewajiban pada pembangun


dan kontraktor untuk membangun dan memperbaiki tempat tinggal dengan cara
yang kompeten, dan menggunakan bahan-bahan yang tepat, sehingga hunian
ini cocok untuk tempat tinggal. Mereka berutang tugas kepada pembeli atau
siapapun yang berminat.

Bagian 3 mengatur bahwa setiap kewajiban yang timbul dari cacat di lokasi tidak
akan berhenti hanya karena vendor telah menjual tempat. Dengan demikian,
kewajiban bisa terus melekat beberapa tahun setelah kepemilikan telah berhenti.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

6.54. Berkaitan dengan kontrak, uraikan 5 (lima) pedoman bagi pengadilan untuk
memastikan apakah ketentuan tertentu adalah wajar.

Jawaban:
Lima pedoman ini adalah:
1. kekuatan posisi tawar kedua pihak relatif satu sama lain, dengan
mempertimbangkan (antara lain) sarana alternatif di mana kebutuhan pelanggan
bisa dipenuhi;
2. apakah pelanggan menerima bujukan untuk menyetujui atau menerima terms,
memiliki kesempatan untuk masuk ke dalam kontrak yang sama dengan orang
lain, tanpa harus menerima terms yang serupa;
3. apakah pelanggan tahu atau seharusnya telah mengetahui keberadaan
dan luasnya terms (antara lain dengan memperhatikan setiap kebiasaan
perdagangan dan setiap kasus sebelumnya yang berkaitan dengan para pihak);
4. di mana terms mengecualikan atau membatasi kewajiban yang relevan jika
beberapa kondisi tidak dipenuhi, apakah pada saat kontrak merupakan hal
yang wajar untuk diharapkan bahwa kontrak akan sesuai dengan kondisi yang
akan dilaksanakan; dan
5. apakah barang yang diproduksi, diproses atau disesuaikan dengan pesanan
khusus dari pelanggan.

137
6.55. Berkaitan dengan legislasi keselamatan UK, uraikan 4 (empat) tugas majikan yang
berkaitan dengan tempat kerja.

Jawaban:
Seluruh legislasi keselamatan UK, regulasi dan kode praktek yang berkaitan dengan
tempat kerja, adalah untuk menempatkan pada majikan pada suatu tugas untuk:
• mengidentifikasi semua potensi bahaya bagi kesehatan
• mengevaluasi potensi bahaya tersebut;
• menghilangkan mereka sedapat mungkin; dan
• menyusun praktek kerja yang meminimalkan bahaya-bahaya yang tidak
dapat dihilangkan.

Tugas ini adalah tugas yang berkelanjutan. Kebanyakan tugas tunduk pada uji
kewajaran dan kepraktisan namun ada juga yang mutlak, di mana ketidakpatuhan
menciptakan strict liability.

6.56. Berkaitan dengan duty of care, jelaskan 3 (tiga) kewajiban majikan terhadap
karyawan.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Jawaban:
Tugas majikan meliputi:
• Kewajiban untuk mempekerjakan karyawan yang kompeten. Kompetensi hanya
berkaitan dengan setiap cedera yang mungkin dapat mereka alami. Tugas ini
penting karena majikan secara perwakilan bertanggung jawab atas kelalaian
karyawan mereka.
• Kewajiban untuk menyediakan dan / atau mempertahankan:
o Tempat kerja yang aman. Tugas ini meluas ke akses dan exit dari tempat
kerja dan tidak bisa dialihkan dengan cara delegasi kepada kontraktor
yang kompeten. Tugas adalah tidak ketat, tapi salah satu perawatan yang
wajar;
o Sistem kerja yang aman. Ini termasuk perencanaan dan koordinasi
kerja dan tata letak mesin dan penyediaan pakaian pelindung, instruksi,
pelatihan dan pengawasan; dan
o Pabrik yang aman dan cocok. Pengusaha harus mengambil langkah
yang sewajarnya dalam menyediakan karyawan mereka dengan pabrik
dan peralatan yang diperlukan dan cukup, yang dapat digunakan untuk
melakukan pekerjaan mereka dan ini harus sesuai dengan tujuan, tidak
cacat, dan dipelihara dengan baik.
• Kepatuhan dengan kewajiban hukum. Pelanggaran kewajiban hukum
yang mengakibatkan cedera atau penyakit memberikan kasus prima facie
dari pelanggaran duty of care. Namun, Health and Safety at Work and Fire
Precautions (Workplace) (Amandemen) 2003 membatasi hak untuk membawa
proses sipil untuk karyawan menyusul pelanggaran dari dua peraturan tertentu: 138
o Management of Health and Safety at Work Regulation 1999; dan
o Fire Precautions (Workplace) Regulations 1997.

6.57. Berkaitan dengan EU Liability for Defective Products Rights Directive 1985 (85/374 /
EEC), uraikan 6 (enam) prinsip utama perlindungan korban atas risiko akibat produk
yang catat.

Jawaban:
• strict liability: korban tidak perlu membuktikan kesalahan pada bagian dari
produsen.
• Kewajiban terkait dengan penyebab: korban harus membuktikan cacat,
kerusakan dan hubungan sebab akibat antara keduanya.
• Kewajiban terbatas dalam waktu: korban kehilangan hak mereka untuk
membawa klaim setelah sepuluh tahun berlalu setelah produk pertama kali
dipasarkan.
• Kewajiban hukum: produsen tidak dapat mengabaikan kewajiban mereka
dengan cara disclaimer.
• Kewajiban relatif: produsen dapat lepas dari kewajiban jika mereka dapat
menunjukkan bahwa keadaan teknis/pengetahuan ilmiah pada saat produk

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

dipasarkan tersebut sudah mengantisipasi cacat yang ditemukan sebelumnya.


• Joint/beberapa kewajiban: semua produsen players – pabrik dan pengecer –
dapat bertanggung jawab untuk memastikan kompensasi bagi korban.

6.58. Uraikan yang dimaksud dengan Relative Liability terkait relevansi informasi dalam
penyelesaian klaim (Mar 2018, No. 1).

Jawaban:
Relative Liability: produsen dapat lepas dari kewajiban jika mereka dapat
menunjukkan bahwa keadaan teknis/pengetahuan ilmiah pada saat produk
dipasarkan tersebut sudah mengantisipasi cacat yang ditemukan sebelumnya.

6.59. Apa yang dimaksud dengan Liability linked to a cause pada Defective Products
Rights Directive 1985 (Sept 2017, No. 5).

Jawaban:
Kewajiban terkait dengan penyebab: korban harus membuktikan cacat, kerusakan
dan hubungan sebab akibat antara keduanya
139
6.60. Dalam kaitan dengan asuransi pihak ketiga berbentuk Product Defect, sebutkan 3
(tiga) pihak yang bertanggungjawab atas kerugian akibat ketidaklayakan produk
tersebut (Sept 2015, No. 1).

Jawaban:
• produsen produk;
• setiap orang yang dengan menempatkan nama mereka pada produk atau
menggunakan merek dagang atau tanda pembeda lainnya dalam kaitannya
dengan produk telah menjadikan dirinya sebagai produsen produk; dan
• setiap orang yang telah mengimpor produk (dari luar Uni Eropa) dalam rangka,
perjalanan bisnis mereka sendiri, untuk memasok ke yang lain.

6.61. Terkait Consumer Protection Act 1987: (Mar 2018, No. 10)
a. Uraikan apa yang dimaksud dengan strict liability
b. Sebutkan 3 (tiga) definisi produsen
c. Uraikan bagaimana konsumen yang menderita injury akibat produk yang tidak
diketahui produsennya dapat meminta ganti rugi atas derita yang dialaminya
tersebut.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

Jawaban:
a. Apa yang dimaksud dengan strict liability?
Yang dimaksud dengan “bertanggung jawab mutlak” atau strict liability adalah unsur
kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar pembayaran
ganti rugi. Ketentuan ayat ini merupakan lex specialis dalam gugatan tentang
perbuatan melanggar hukum pada umumnya.
Dalam hukum pidana dan perdata, strict liabilityadalah standar pertanggungjawaban
di mana seseorang secara hukum bertanggung jawab atas konsekuensi yang
mengalir dari suatu kegiatan bahkan tanpa adanya kesalahan atau maksud kriminal
dari pihak tergugat.
Di bidang gugatan, contoh menonjol dari strict liabilitytermasuk tanggung jawab
produk, aktivitas yang sangat berbahaya (misalnya, peledakan), penyusupan ke
tanah orang lain oleh ternak, dan kepemilikan hewan liar. Juga pelanggaran pidana
tradisional yang tidak memerlukan unsur niat (mens rea) termasuk pemerkosaan
dan pembunuhan hukum.

b. Defini produse
Berkaitan dengan produk, undang-undang mendefinisikan produsen sebagai
• orang yang memproduksi produk;
• dalam kaitannya pada sebuah substansi yang belum diproduksi tapi telah
menang atau disarikan, orang yang menang atau diabstraksikan itu (istilah
‘menang’ diambil untuk diterapkan pada bidang pertambangan atau ekstraksi
pasir atau kerikil); dan
• dalam kasus sebuah produk yang belum diproduksi, menang atau disarikan, 140
tetapi karakteristik penting dari proses industri atau lainnya telah dilakukan
(misalnya, hasil pertanian), orang yang melakukan proses tersebut.

c. Dalam hal terjadi kerugian yang dialami oleh konsumen atas produk yang dibelinya
dan tidak tahu siapa produsennya, maka ada beberapa pihak yang bisa dimintai
pertanggungjawaban, yaitu:
- Setiap pihak yang menyebutkan namanya pada produk tersebut atau
menggunakan merk atau tanda pembeda lainnya yang berkaitan dengan
produk. Dalam hal ini mereka telah menempatkan diri sebagai produsen dari
produk tersebut.
- Setiap pihak yang mengimpor produk ke dalam negri dari luar negeri, atau
pihak yang menyalurkannya ke pihak lain

6.62. Berkaitan dengan Consumer Protection Act 1987, uraikan 3 (tiga) definisi produsen.

Jawaban:
Berkaitan dengan produk, undang-undang mendefinisikan produsen sebagai
• orang yang memproduksi produk;
• dalam kaitannya pada sebuah substansi yang belum diproduksi tapi telah

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

menang atau disarikan, orang yang menang atau diabstraksikan itu (istilah
‘menang’ diambil untuk diterapkan pada bidang pertambangan atau ekstraksi
pasir atau kerikil); dan
• dalam kasus sebuah produk yang belum diproduksi, menang atau disarikan,
tetapi karakteristik penting dari proses industri atau lainnya telah dilakukan
(misalnya, hasil pertanian), orang yang melakukan proses tersebut.

6.63. Berkaitan dengan defamation, jelaskan:


a. Pengertian defamation
b. dua bentuk dari tort defamation
c. perbedaan antara keduanya

Jawaban:
a. Defamation atau fitnah pada dasarnya adalah pernyataan palsu tentang
seseorang, yang menyebabkan cedera pada reputasi orang itu. Menurut definisi
klasik, pernyataan mencemarkan nama baik terjadi jika pernyataan tersebut
adalah palsu dan menghadapkan penuntut untuk ‘kebencian, cemoohan atau
penghinaan atau menurunkan mereka di mata atau benak masyarakat umum’.
Tujuan dari tort ini adalah untuk melindungi kepentingan seseorang terhadap
reputasi mereka.
b. Gugatan pencemaran nama baik mengambil dua bentuk yaitu libel dan slander.
c. Libel muncul di mana pernyataan pencemaran nama baik ada dalam bentuk
141
permanen dan Slander muncul di mana pernyataan ini ada dalam bentuk yang
tidak permanen).

6.64. Berkaitan dengan defamation, uraikan 3 (tiga) eleman yang harus ada dalam
defamation.

Jawaban:
Agar tindakan defamation atau pencemaran nama baik berhasil, elemen-elemen
berikut harus ada:
• harus ada pernyataan memfitnah
• referensi harus dilakukan oleh pernyataan kepada penggugat;
• Pernyataan harus dipublikasikan, yaitu dikomunikasikan kepada beberapa
orang selain penuntut; dan
• kecuali fitnah tersebut ditindaklanjuti per se (lihat P05), itu harus dibuktikan
bahwa itu menyebabkan kerusakan reputasi seseorang.

Penggugat harus membuktikan bahwa mereka adalah orang yang dimaksud oleh
pernyataan itu. Jika pernyataan itu tidak menyebutkan nama mereka, mereka harus
membuktikan bahwa orang yang wajar membaca pernyataan, dan mengetahui

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 6: Sumber Tanggungjawab Sipil

penggugat, akan menganggap bahwa pernyataan itu ditujukan kepada mereka.


Referensi untuk penggugat tidak perlu disengaja.

Sebuah pernyataan fitnah tidak ditindaklanjuti kecuali dipublikasikan, yaitu


dikomunikasikan kepada beberapa orang lain dari penggugat. Di mana tidak ada
publikasi yang dimaksudkan, tergugat akan bertanggung jawab jika publikasi itu
dapat diduga dan pada kenyataannya terjadi. Seseorang yang menyampaikan
pernyataan fitnah juga bertanggung jawab, bahkan jika mereka tidak menyadari
bahwa hal itu memfitnah, kecuali mereka hanya ‘distributor mekanik’ (misalnya
agen koran atau toko buku).

Penuntut harus membuktikan bahwa pernyataan itu menyebabkan kerugian jika


fitnah tersebut pada hakikatnya tidak ditindaklanjuti. Kerusakan harus material
yang memiliki sejumlah nilai keuangan.

6.65. Berkaitan dengan Asuransi Pihak ketiga (Third Party Liability) terhadap personal
injury uraikan (Sept 2015, No. 13).
a. definisi defamatio
b. 2 (dua) bentuk defamation dan perbedaan diantara keduanya
c. sebutkan 4 (empat) elemen yang harus ada dalam gugatan yang
mengatasnamakan defamasi
142
Jawaban:
Lihat jawaban pada dua soal di atas.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

7.1. Berkaitan dengan tort, jelaskan 9 (sembilan) pembelaan umum terhadap tuntutan
pihak ketiga.

Jawaban:
1 Inevitable Accident
Ini adalah dalil bahwa tidak semua cedera merupakan kesalahan seseorang.
Misalnya, dalam Stanley v. Powell (1891) terdakwa berusaha untuk menembak
burung ketika peluru memantul pohon dan tanpa sengaja menembak penuntut.
Pengadilan menyatakan bahwa tidak ada kewajiban yang melekat pada terdakwa.

2 Vis major - act of God;


Pembelaan ini terbatas pada efeknya. Act of God telah ditetapkan sebagai kejadian
karena ‘penyebab alami terjadi secara langsung dan eksklusif tanpa campur tangan
manusia dan (yang) tidak bisa dicegah oleh sejumlah tindakan dan perhatian yang
cukup diharapkan. Contoh peristiwa tersebut termasuk badai atau tornado yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, ini tidak akan melindungi individu dari
kegagalan untuk menjaga properti mereka untuk melawan efek normal dari badai,
karena kondisi atmosfer yang cukup parah memang sungguh ada di negeri ini dan
efek mereka dapat diperkirakan.

143
3 Emergency-necessity / darurat-keharusan;
Dalam situasi tertentu, tindakan seseorang tidak harus dianggap lalai karena mereka
bertindak cepat dalam upaya untuk mencegah terjadinya sesuatu yang berbahaya.
Standar perawatan ada di mana terdakwa akan dinilai memperhitungkan apa
yang wajar jika orang akan melakukan hal yang sama dalam kondisi yang sama.
Sebuah contoh mungkin jika ada orang yang menghancurkan pintu terkunci untuk
memberikan bantuan kepada seseorang yang mengalami keruntuhan di dalam
rumah.

4 Volenti non fit injuri


Ini diterjemahkan sebagai ‘tidak ada cedera yang dilakukan untuk orang yang
bersedia melakukannya.’ Tujuan dari pembelaan ini adalah untuk menunjukkan
bahwa penggugat baik secara tersurat maupun tersirat menyetujui risiko cedera
atau kerusakan. Persetujuan harus nyata dan tidak diperoleh dengan paksaan. Ini
tidak boleh hanya berupa pengetahuan tentang situasi berbahaya dan persetujuan
dapat dinegasikan karena kondisi darurat atau kebutuhan.

5 Ex Turpi causa
Judul lengkapnya adalah ‘ex turpi causa non oritur actio’ yang berarti, pada
dasarnya, tidak ada yang akan mendapatkan keuntungan dari kejahatan mereka
sendiri. Pembelaan ini muncul dari kebijakan publik, yang mencegah seseorang
memperoleh kompensasi atas kerugian yang timbul dari tindakan ilegal mereka
sendiri.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

Ini berlaku untuk kontrak hukum serta tort, dan bahkan ada pandangan pada satu
waktu itu bahwa ini hanya diterapkan untuk kontrak. Sebuah contoh dari hukum
kontrak adalah bahwa kontrak tidak dapat didasarkan pada pertimbangan ilegal.

6 Private Defence
Pembelaan ini tidak hanya berupa pembelaan diri tetapi juga perlindungan properti
seseorang, keluarga dan, mungkin juga orang asing yang sedang berada dalam
kesulitan. Seperti dalam hukum pidana, sarana yang diadopsi harus sepadan
dengan kekerasan yang dilakukan atau terancam. Sementara langkah yang wajar
dapat diambil untuk mencegah penyusup, Anda tidak harus memasang perangkap
yang disengaja.

7 Otoritas Hukum
Beberapa undang-undang mengotorisasi kegiatan yang sebaliknya akan
menyakitkan. Banyak di antaranya ada dalam bidang nuisance (lihat bab 6, bagian
D). Namun, ada dua prinsip dasar dari penerapan umum:
• kekebalan hanya akan meluas ke tort yang secara spesifik relevan: kekebalan
dari gangguan tidak mengizinan aktivitas dilakukan secara lalai; dan
• kecuali secara khusus disediakan, undang-undang tidak akan dianggap
mengambil hak-hak pribadi individu tanpa kompensasi dan adalah hak terdakwa
yang mengandalkan kekebalan untuk membuktikan niat ini.

144
8 Kesesuaian dan kepuasan
Sejauh ini mayoritas klaim tortius diselesaikan di luar pengadilan, banyak juga yang
sebelum proses di pengadilan bahkan telah dimulai di luar. Bahkan, Civil Procedure
Rules aktif mendorong penyelesaian klaim antara para pihak, tanpa menggunakan
proses yang dikeluarkan dan/atau didengarkan dalam sidang pengadilan.
Penyelesaian klaim tersebut membentuk kontrak yang mengikat antara pihak-
pihak. ‘Kesesuaian dan kepuasan’ membebaskan terdakwa dari segala kewajiban
lebih lanjut. Jika penuntut melanjutkan untuk memulai proses, terdakwa dapat
menggunakannya sebagai pembelaan. Dalam kasus yang melibatkan anak di
bawah umur, persetujuan pengadilan umumnya diperlukan.

9 Res judicata
Pepatah ini mengartikan bahwa penggugat tidak dapat menuntut penyebab yang
sama atas tindakan lebih dari sekali. Setelah penggugat telah mengajukan tuntutan
ke hakim, mereka tidak bisa menuntut orang yang sama dua kali untuk cedera yang
sama, meskipun mungkin cidera telah memburuk. Itu tidak menghalangi menggugat
terdakwa berbeda untuk cedera yang sama, atau berpotensi mengeluarkan banding
terhadap putusan asli (lihat bagian C di joint tortfeasors).

7.2. Uraikan batasan pengertian Act of God yg dapat diterima sebagai pembelaan
(defence) dalam gugatan tanggung jawab hukum (Sept 2013, No. 3).

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

Jawaban:
Pembelaan ini terbatas pada efeknya. Act of God telah ditetapkan sebagai kejadian
karena ‘penyebab alami terjadi secara langsung dan eksklusif tanpa campur tangan
manusia dan (yang) tidak bisa dicegah oleh sejumlah tindakan dan perhatian yang
cukup diharapkan. Contoh peristiwa tersebut termasuk badai atau tornado yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, ini tidak akan melindungi individu dari
kegagalan untuk menjaga properti mereka untuk melawan efek normal dari badai,
karena kondisi atmosfer yang cukup parah memang sungguh ada di negeri ini dan
efek mereka dapat diperkirakan.

7.3. Jelaskan 5 (lima) pembelaan umum yang paling utama yang digunakan dalam
menentukan adanya tanggungjawab hukum pada asuransi tanggung gugat (Mar
2019, No. 14).

Jawaban:
Lihat di atas.

7.4. Berkaitan dengan tort, sebutkan pihak-pihak yang perlu dipertimbangkan dalam
klaim.
145
Jawaban:
• corporations/partners;
• unincorporated associations/clubs;
• trade unions;
• bankrupts and insolvent companies;
• third parties;
• husband and wife;
• parents and child; and
• minors and unborn children.

7.5. Uraikan tanggung jawab tindakan tort yang dimiliki oleh Corporations / Partners.

Jawaban:
Korporasi adalah badan hukum yang terpisah dari para anggotanya. Sebagian
besar perusahaan adalah perusahaan yang terdaftar di bawah Companies Act.
Mereka dapat dituntut dan dapat menuntut atas nama perusahaan mereka. Namun,
sebuah perusahaan tidak dapat melakukan beberapa torts, misalnya penyerangan

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

atau salah tangap. Asuransi khusus tersedia untuk mengkover liability dari direksi
dan pejabat.
Sebuah kemitraan tidak menikmati keistimewaan perusahaan dan mitra memiliki
renteng tanggung jawab atas tindakan tort terhadap kemitraan. Ini berarti bahwa
masing-masing partner bertanggung jawab pada perluasan sarana personal
mereka atas tindakan mereka sendiri dan bagi sesama partner mereka, asalkan
tindakan menyakitkan itu dilakukan sehubungan dengan bisnis kemitraan tersebut.
Kewajiban kemitraan terbatas (Limited Liability Partners - LLP) mirip dalam beberapa
cara untuk kemitraan standar. Namun, anggota individu memiliki kewajiban yang
lebih rendah untuk setiap hutang yang mungkin timbul dalam menjalankan bisnis
dan ada tugas-tugas administratif yang lebih terlibat. Bahkan, sebuah LLP lebih
mirip dengan operasi perusahaan terbatas.
Dalam hal kewajiban, kewajiban kemitraan terbatas pada tanggung jawabnya
sendiri atas hutang yang timbul saat menjalankan bisnis, bukan individu anggota
LLP. Akibatnya, LLP lebih cocok untuk bisnis yang membuat keuntungan.

7.6. Uraikan tanggung jawab tindakan tort yang dimiliki oleh Unincorporated associations
/ clubs.

Jawaban:
Unincorporated associations/clubs tidak memiliki legal personality independent
dan tidak bisa menggugat atau digugat atas hak mereka sendiri. Anggota individu
melakukan renteng tanggung jawab untuk ganti rugi mereka sendiri, tetapi bukan
gugatan dari anggota lain. Namun, ada saat-saat semua anggota mungkin memiliki
146
liability. Dalam beberapa keadaan anggota club, misalnya sekretaris atau ketua
mungkin meminjamkan nama mereka untuk tindakan perwakilan.

Contoh:
Tom patah kaki ketika kakinya melangkah melewati papan lantai kayu di
clubhousenya. Papan lantai kayu ditemukan keropos. Tom menggugat klub untuk
penghasilan yang hilang ketika ia tidak mampu untuk bekerja sebagai tukang ledeng
wiraswasta. Tony Smith, sekretaris klub, memberikan namanya dalam persidangan
berikutnya. Petugas dari klub mungkin secara pribadi bertanggung jawab untuk
jatuh untuk melaksanakan tugas-tugas khusus yang dipercayakan kepada mereka.
Mereka mungkin berutang tugas tersebut kepada anggota klub lainnya.

7.7. Uraikan tanggung jawab tindakan tort yang dimiliki oleh Trade Union atau Serikat
Buruh.

Jawaban:
Serikat buruh adalah jenis khusus dari asosiasi yang tak berhubungan. Namun,
mereka memiliki beberapa atribut yang terbatas dari suatu perusahaan di bawah
S.2 dari Trade Union and Labour Relations Act 1974. Umumnya, mereka memiliki
hak untuk menuntut dan dituntut atas nama mereka sendiri. Mereka memiliki
kekebalan terhadap gugatan dalam kasus gugatan tertentu, misalnya menginduksi

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

pelanggaran kontrak karena mereka tidak mampu untuk melakukan fungsi mereka.
Kekebalan tersebut berlaku hanya jika tindakan yang dilakukan oleh serikat sebagai
kelanjutan dari sengketa perdagangan.

7.8. Berkaitan dengan perbuatan melawan hukum, uraikan hak untuk menuntut bagi
pasangan suami isteri berdasarkan common law dan Law Reform (Husband and
Wife) Act 1962.

Jawaban:
Dalam common law, pasangan suami istri tidak bisa saling menuntut dalam perbuatan
melawan hukum karena mereka dianggap sebagai satu orang. Ini diubah oleh Law
Reform (Husband and Wife) Act 1962, yang mengatur bahwa masing-masing pihak
yang menikah memiliki hak tindakan dalam perbuatan melawan hukum terhadap
yang lain seolah-olah mereka tidak menikah.

7.9. Uraikan tanggung jawab atas tindakan tort yang dilakukan oleh anak.

Jawaban:
Seorang anak bertanggung jawab untuk tindakan tort mereka sendiri, meskipun
tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang anak lebih kecil dari orang dewasa.
Tesnya adalah jumlah perawatan yang diharapkan dari seorang anak sesuai usia
147
itu.
Orang tua tidak menanggung tanggung jawab perwakilan, sebagai orang tua, untuk
tindakan tort dari seorang anak. Namun, ada saat-saat liabilitas yang ketat yang
mungkin timbul, seperti dalam Animal Act 1971 untuk cedera yang disebabkan oleh
anak-anak, tunduk pada ketentuan undang-undang tersebut.
Bagaimanapun orang tua bisa secara langsung bertanggung jawab untuk
kelalaiannya dalam mengawasi anak-anak. Dalam Donaldson v. McNiven (1952)
terdakwa telah membiarkan anaknya menggunakan senapan angin ketika dia tidak
membawanya keluar rumah. Menyimpang dari ketentuan ini, anak itu menggunakan
senapan di sebuah gang dan melukai anak lain. Pengadilan menyatakan bahwa
bapak tidak bertanggung jawab atas kelalaian: anak telah melanggar perintah
langsung dan ayah tidak punya alasan untuk percaya bahwa anak akan melanggar
perintahnya.

7.10. Berkaitan dengan tort, uraikan 3 (tiga) faktor utama yang dipertimbangkan oleh
pengadilan untuk menentukan apakah seorang anak telah diawasi secara memadai.

Jawaban:
• usia anak;
• normalitas anak; dan

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

• instruksi yang diberikan kepada mereka.

7.11. Uraikan tanggung jawab atas tindakan tort yang dimiliki oleh minor dan anak-anak
yang belum lahir.

Jawaban:
Minor atau anak-anak adalah mereka yang usianya di bawah 18 tahun. Seorang
minor dapat menggugat atau digugat hanya melalui ‘next friend’, istilah hukum
untuk seseorang yang mewakili minor sebagai penggugat atau tergugat. Merea
akan menjadi orang tua atau wali.

Seorang minor tidak bisa dituntut karena melanggar kontrak (Minors Contracts
Act 1987) terlepas dari adanya beberapa pengecualian. Pengecualian ini adalah
kontrak untuk kebutuhan seperti makanan, obat-obatan, akomodasi dan pakaian.
Kontrak untuk magang, pekerjaan, dan pendidikan dikecualikan. Seperti yang kita
ketahui, pelanggaran kontrak juga bisa menjadi perbuatan melawan hukum, tapi,
hukum tidak akan mengizinkan anak di bawah umur untuk digugat dalam perbuatan
melawan hukum jika tindakan serupa pada anak-anak yang dituntut dalam kontrak.

Di bawah Congenital Disabilitas (Civil Liability) Act 1976 seorang anak yang cedera
sementara masih dalam rahim mungkin masih menuntut setelah lahir, jika tugas
perawatan telah melekat kepada orang tua. Namun, jika seorang wanita menderita
cedera dan diketahui bahwa anak yang dikandung dapat lahir cacat, kewajiban 148
tidak akan melekat.

7.12. Uraikan pengertian Joint tortfeasors. Berikan contohnya!

Jawaban:
Seorang pelaku tort adalah seseorang yang melakukan perbuatan melawan hukum.
Several tortfeasors adalah orang yang melakukan gugatan independen, yang
kebetulan menyebabkan kerusakan yang sama. Joint tortfeasors adalah orang
yang menimbulkan kerusakan pada pihak ketiga ketia melaksanakan desain umum.
Atau, kewajiban bersama dapat timbul di mana salah satu pihak secara perwakilan
bertanggung jawab atas tindakan orang lain, yaitu:

• master / servant;
• principal / agent;
• kasus khusus dari principal / kontraktor independen; dan
• partners.

Joint tortfeasors berada dalam renteng tanggung jawab (yaitu secara terpisah) dan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

bersama-sama bertanggung jawab atas gugatan mereka. Dalam common law,


pihak ketiga bisa menuntut salah satu tortfeasors dan memulihkan secara penuh.
Penggugat tidak bisa pulih lebih dari kerugian yang diderita. Jika mereka mengambil
tindakan terhadap salah satu tortfeasors dan memenangkan kasus mereka, tetapi
tidak dapat memulihkan kerusakan, misalnya, karena impecuniosity terdakwa, Civil
Liability (Contribution) Act tahun 1978 memungkinkan mereka untuk menuntut
tindakan lebih lanjut terhadap tortfeasors lainnya.

Salah satu contoh dari situasi di mana mungkin ada joint tortfeasors adalah klaim
penyakit. Seorang individu mungkin telah bekerja selama lebih dari satu majikan,
yang masing-masing telah terkena risiko yang sama, misalnya asbes. Sebuah
tabrakan beberapa kendaraan juga dapat menghasilkan joint tortfeasors.

7.13. Uraikan apa yang dimaksud dengan Contra Proferentem Rule (Mar 2013, No. 2;
Mar 2018, No. 6).

Jawaban:
Pengertian Contra Proferentem Rule dalam Asuransi adalah suatu cara atau
ketentuan dalam menafsirkan atau mengartikan kata-kata / kalimat / bunyi polis
bahwa jika ada kata-kata / kalimat / bunyi polis yang kurang jelas atau mempunyai
dua pengertian atau lebih, sehingga menimbulkan ketidakjelasan (ambiguity), maka
bunyi polis tersebut harus diartikan untuk kepentingan dan keuntungan tertanggung.
Artinya tertanggung tidak boleh dirugikan.
149

7.14. Uraikan alasan mengapa underwriter memberikan pembatasan waktu bagi


seseorang untuk mengajukan gugatan.

Jawaban:
Selama bertahun-tahun hukum telah memberlakukan batas waktu di mana penggugat
harus mengajukan gugatan. Tujuan dari batas waktu untuk menghindari klaim basi,
dengan ingatan terkait yang samar-samar dan saksi yang tidak dapat diandalkan,
datang sebelum pengadilan. Ini juga mengamankan terdakwa dari masalah yang
terkait dengan pembelaan klaim yang berdasarkan dari sebuah insiden yang terjadi
sejak lama.

Secara teknis, berakhirnya pembatasan periode tidak mematikan hak tuntutan.


Klaim tetap berlaku, tetapi pengadilan tidak mungkin untuk memprosesnya.
Pembelaan mengenai pembatasan harus secara khusus dimohonkan. Aturan yang
terkandung dalam Limitation Act 1980 saat ini dan, pada tingkat lebih rendah, dalam
Laten Damage Act 1986. Kita akan mempertimbangkan ini secara rinci nanti tapi
pertama-tama kita harus berurusan dengan prinsip-prinsip umum.

7.15. Berdasarkan Limitation Act 1980, uraikan definisi ‘tanggal pengetahuan’ dari suatu

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

cedera pribadi.

Jawaban:
Bagian 14 menetapkan definisi ‘tanggal pengetahuan dan berbunyi:

14 1) Dalam bagian 11 dan 12 dari Undang-Undang ini, referensi untuk tanggal


pengetahuan seseorang adalah referensi untuk tanggal di mana ia pertama kali
memiliki pengetahuan tentang fakta-fakta berikut:

a) bahwa cedera tersebut adalah signifikan; da


b) bahwa cedera itu disebabkan secara keseluruhan atau sebagian untuk tindakan
atau kelalaian yang diduga merupakan kelalaian, gangguan atau pelanggaran
terhadap kewajiban; dan
c) identitas terdakwa; dan
d) jika dugaan bahwa tindakan atau kelalaian berasal dari orang lain selain terdakwa,
identitas orang itu dan fakta-fakta tambahan yang mendukung membawa suatu
tindakan terhadap terdakwa; dan
e) pengetahuan bahwa setiap tindakan atau kelalaian lakukan atau tidak, sebagai
masalah hukum, melibatkan kelalaian, gangguan atau pelanggaran kewajiban
tidak relevan.

2) Untuk keperluan bagian ini, suatu cedera adalah signifikan jika orang pada 150
tanggal pengetahuan yang dipermasalahkan akan menganggap cukup serius
untuk membenarkan kerusakan terhadap terdakwa dan tidak membantah adanya
kewajiban yang muncul dan dirasa mampu memuaskan sejumlah pertimbangan.

3) Untuk keperluan bagian ini pengetahuan seseorang mencakup pengetahuan


yang mungkin telah cukup diharapkan untuk memperoleh:
a) dari fakta-fakta yang dapat diamati atau yang telah ditentukan olehnya; atau
b) dari fakta-fakta yang telah dipastikan olehnya dengan bantuan saran ahli medis
atau lainnya yang masuk akal baginya untuk mencari;
c) tetapi seseorang tidak akan tetap dalam ayat ini dengan pengetahuan tentang
fakta dipastikan hanya dengan bantuan saran ahli selama dia telah mengambil
semua langkah yang wajar untuk mendapatkan nasihat itu.

7.16. Uraikan 3 (tiga) aspek yang harus diperhatikan klaim handler berkaitan dengan
tanggal klaim dan/atau tanggal kerugian terjadi dan/atau tanggal pelaporan klaim
(Mar 2013, No. 8).

Jawaban:
1. Apakah polis menggunakan claims made basis atau occurrence basis.
Apabila menggunakan claims made basis, maka tanggal pelaporan harus ada

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

dalam periode polis. Apabila menggunakan occurrence basis, maka tanggal


kerugian atau tanggal klaim harus ada dalam periode polis, tanpa menuntut
pelaporan klaim harus dalam periode polis.
2. Klaim handler harus memperhatikan klausul notifikasi “notification clause”.
Apabila ketentuan mengenai tanggal pelaporan klaim dilanggar, maka
penanggung berhak untuk tidak membayar klaim. Kita melihat sebelumnya
bahwa pemberian pemberitahuan dalam case ini membutuhkan notifikasi
‘sesegera mungkin’. Kombinasi wording notifikasi dan kondisi ini mendorong
pada penemuan bahwa konstruksi sesungguhnya dari polis yang sesuai
dengan ketentuan notifikasi itu adalah condition precedent bagi penanggung
untuk mengganti kerugian. Hakim merasa bahwa itu adalah niat yang jelas dari
kedua belah pihak bahwa harus ada hubungan bersyarat antara kewajiban
tertanggung untuk mematuhi ketentuan pemberitahuan dan kewajiban
asuransi untuk membayar klaim.
3. Apakah rekoveri dan pencegahan klaim yang lebih besar dapat segera dibuat
setelah adanya pemberitahuan klaim tersebut.

7.17. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan konsekuensi dari segi pembayaran
klaim serta validitas kontrak bila terjadi penyimpangan pada kondisi precedent to
liability (Mar 2018, No. 2).

Jawaban:
Conditions precedent to the liability dinyatakan di dalam polis dan berurusan dengan
prosedur klaim, misalnya kondisi ini harus dipenuhi sebelum ada liability. Pada 151
asuransi jiwa, express conditions baik general atau particular dapat diklasifikasikan
sbb:
• restrictive, misal residence, war risk
• privilage, misal days of grace, surrender value, paid-up loans
• special, misal payment of premium by installment
Apabila terjadi penyimpangan pada kondisi precedent to liability, klaim tidak dapat
dibayar karena kontraknya menjadi tidak valid. Kontrak menjadi tidak valid pada
saat terjadinya penyimpangan tersebut.

7.18. Dalam kaitannya dengan Limitation of Actions, uraikan: (Mar 2013, No. 11)
a. Apa yang dimaksud dengan Limitation of Actions
b. 2 (dua) tujuan penerapan Limitation of Actions
c. Aturan umum mengenai saat dimulainya periode Limitation of Actions
d. Aplikasinya pada polis Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia

Jawaban:
a. Apa yang dimaksud dengan Limitation of Actions

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 7: Pembelaan Umum dan Pembatasan

Adalah batas waktu di mana penggugat harus mengajukan gugatan.

b. 2 (dua) tujuan penerapan Limitation of Actions


- untuk menghindari klaim basi, dengan ingatan yang samar-samar dan saksi
yang tidak dapat diandalkan, datang sebelum pengadilan.
- Untuk mengamankan terdakwa dari masalah yang terkait dengan pembelaan
klaim yang berdasarkan dari sebuah insiden yang terjadi sejak lama.

c. Aturan umum mengenai saat dimulainya periode Limitation of Actions


Aturan umum adalah bahwa pembatasan waktu dimulai sejak tanggal akrual
tindakan, yaitu tanggal ketika penuntut memiliki sebuah penyebab tindakan yang
valid. Tanggal akrual dalam kontrak adalah tanggal pelanggaran, dan, dalam
gugatan, adalah tanggal cedera atau kerusakan yang diketahui telah terjadi.
Perbedaan dapat menjadi penting di mana kasus cocok untuk tindakan baik itu
kontrak dan tort. Lihat bagian D2A yang berkenaan dengan tanggal untuk klaim
kecelakaan itu diketahui.

d. Aplikasinya pada polis Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia


PSAKI juga mengatur batas waktu pelaporan klaim. Peraturan tersebut ada
dalam pasal 5 sebagai berikut:
5.1. Tertanggung, sesudah mengetahui atau pada waktu ia dianggap seharusnya
sudah mengetahui adanya kerugian atau kerusakan atas harta benda dan
atau kepentingan yang dipertanggungkan dalam Polis ini, wajib : 152
5.1.1. segera memberitahukan hal itu kepada Penanggung;
5.1.2. dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah ayat (5.1.1.) di atas,
memberikan keterangan tertulis yang memuat hal ikhwal yang diketahuinya
tentang kerugian atau kerusakan tersebut. Keterangan tertulis itu harus
menguraikan tentang segala sesuatu yang terbakar, musnah, hilang, rusak
dan terselamatkan serta mengenai penyebab kerugian atau kerusakan
yang terjadi;
5.1.3. paling lambat dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak terjadinya kerugian
dan atau kerusakan, mengajukan tuntutan ganti rugi kepada Penanggung
tentang besarnya jumlah kerugian yang diderita.
Segala hak atas ganti-rugi menjadi hilang apabila ketentuan dalam pasal ini tidak
dipenuhi oleh Tertanggung.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

Bab 8: Menilai Kuantum Klaim Pihak Ketiga

8.1. Dalam kaitan dengan penilaian kerugian harta benda, uraikan 2 (dua) bentuk
betterment (Sept 2012, No. 5; Sept 2016, No. 6).

Jawaban:
Betterment dapat mengambil dua bentuk:

1. mengikuti repair atau replacement dari aspek-aspek tertentu dari properti yang
berada dalam kondisi yang lebih baik daripada kondisi sesaat sebelum terjadi
kerugian, misalnya dekorasi baru; dan
2. Barang yang diperbaiki atau diganti lebih baik dari barang asli tersebut ketika
barang itu ada dalam kondisi baru, misalnya bangunan sekarang memiliki alat
penyiram, di mana sebelum itu tidak ada.

8.2. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan metode perkiraan ganti rugi untuk:
a. Building
b. Non-Building
153
Jawaban:
Bangunan
Untuk bangunan, perkiraan kerusakan umumnya berupa biaya perbaikan dikurangi
dengan faktor pengurang untuk betterment. Namun, pengadilan tidak mungkin untuk
membuat pemotongan apapun untuk perbaikan minor, saat mereka mengambil
pandangan bahwa penuntut biasanya memiliki pilihan kecuali untuk memperbaiki
dengan bahan baru dan mereka tidak harus berkontribusi pada kerugian yang
disebabkan oleh yang lain.
Jika bangunan hancur, perkiraan kerusakan adalah reinstatement dikurangi dengan
betterment (meskipun keberatan yang sama berlaku untuk betterment). Kadang
nilai pasar digunakan, jika hal ini lebih mencerminkan kerugian secara tepat.

Betterment dapat mengambil dua bentuk:


1. mengikuti repair atau replacement dari aspek-aspek tertentu dari properti yang
berada dalam kondisi yang lebih baik daripada kondisi sesaat sebelum terjadi
kerugian, misalnya dekorasi baru; dan
2. Barang yang diperbaiki atau diganti lebih baik dari barang asli tersebut ketika
barang itu ada dalam kondisi baru, misalnya bangunan sekarang memiliki alat
penyiram, di mana sebelum itu tidak ada.

Sementara bentuk pertama dari betterment akan relevan dengan klaim material

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

damage, hal itu tidak akan berhubungan dengan klaim pihak ketiga untuk kerusakan
properti. Sejauh bentuk kedua berkaitan, ini tidak akan jatuh pada pertimbangan
di bawah klaim kerusakan properti pihak ketiga kecuali perbaikan yang diperlukan
oleh regulasi, misalnya peraturan pembangunan atau persyaratan otoritas lokal
seperti yang ditunjukkan oleh Harbutt Plastisin Ltd v. Wayne Tank dan Pompa Co
Ltd (1970).
Kasus terkemuka menunjukkan bahwa betterment tidak berkurang untuk kerusakan
bangunan, tetapi untuk barang bergerak (isi dan milik pribadi) adalah Imperial
College of Science and Technology v. Norman and Dawbarn (1987). Selubung
genting, yang berusia 20 tahun, jatuh dari gedung. Terdakwa berargumen bahwa
pengadilan harus mempertimbangkan usia ubin. Namun, pengadilan tidak setuju
karena mendapati usia tidak relevan karena akan menjadi untuk harta benda.

Properti – non-building
Penyelesaian klaim properti non-building akan dilakukan dalam basis indemnity
atau ganti rugi. Misalnya, klaim untuk contents diselesaikan atas dasar biaya
penggantian dikurangi wear & tear.
Klaim untuk stock yang rusak akan berupa biaya asli dari stock, bukan nilai ritel.
Namun, penting untuk mempertimbangkan usia dan musim dari stock. Oleh karena
itu, jika stock itu melewati musim, nilainya mungkin kurang dari harga pembelian
asli.
Aturan utama adalah bahwa dalam kasus-kasus repair atau reinstatement, biaya
yang direkoveri akan berkaitan dengan tanggal kerugian, atau dalam waktu yang
wajar setelah itu, sehingga memungkinkan penggugat untuk mencari penawaran
dan/atau mempersiapkan undangan tender. Kemisinan umumnya bukan menjadi
alasan mempengaruhi keterlambatan perbaikan, meskipun, seperti yang telah kita
lihat sebelumnya, hukum di bidang ini tidak sepenuhnya jelas saat ini. Namun, jika
154
penuntut terlambat untuk melakukan perbaikan atau pemulihan, pengadilan memiliki
pilihan untuk menyerahkan interest atas kerusakan. Hal ini mungkin atau mungkin
tidak mengkompensasi penuntut secara memadai, tergantung pada tingkat bunga
dan inflasi selama periode yang bersangkutan

8.3. Dalam kaitannya dengan klaim atas property dan personal injury, uraikan 2 (dua)
jenis remedies yang tersedia bagi penggugat untuk mengkompensasi kerugian
yang diderita.

Jawaban:
Jika penggugat berhasil menggugat terdakwa dalam tindakan di muka hukum,
mereka berhak atas remedy untuk mengkompensasi mereka atas kerugian yang
diderita. Dua jenis yang paling umum adalah:

1. injunction;
2. damages.

Injunction
Injunction/perintah adalah perintah pengadilan yang mengharuskan tergugat untuk

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

menahan diri dari tindakan tertentu. Remedy ini ditemukan terutama dalam tindakan
atas nuisance dan trespass. Ada kemungkinan bahwa mungkin ada klaim untuk
sebuah injunction dan untuk kerusakan. Sebagai contoh, sebuah injunction bisa
dikeluarkan mencegah kebisingan dari operasi pabrik antara tengah malam dan
6:00.

Damages
Damages adalah suatu nilai keuangan yang diberikan pengadilan untuk penggugat
atas kerusakan, cedera atau kerugian yang mereka alami. Damages adalah
kompensasi untuk penggugat, bukan hukuman untuk tergugat. Tujuannya, sejauh
uang dapat menggantikannya, adalah untuk mencoba untuk menempatkan
penggugat di posisi yang sama bahwa sesaat sebelum kecelakaan itu terjadi.
Penggantian dari kerusakan ini tidak kena pajak. Oleh karena itu, semua damages
yang akan diperhitungan dengan pajak dengan cara biasa, misalnya kehilangan
pendapatan, harus dihitung secara net.

8.4. Uraikan perbedaan antara damages dan injunction pada klaim pihak ketiga dalam
Liability Insurance (Mar 2017, No. 8).

Jawaban:
Injunction
Injunction/perintah adalah perintah pengadilan yang mengharuskan tergugat untuk 155
menahan diri dari tindakan tertentu. Remedy ini ditemukan terutama dalam tindakan
atas nuisance dan trespass. Ada kemungkinan bahwa mungkin ada klaim untuk
sebuah injunction dan untuk kerusakan. Sebagai contoh, sebuah injunction bisa
dikeluarkan mencegah kebisingan dari operasi pabrik antara tengah malam dan
6:00.

Damages
Damages adalah suatu nilai keuangan yang diberikan pengadilan untuk penggugat
atas kerusakan, cedera atau kerugian yang mereka alami. Damages adalah
kompensasi untuk penggugat, bukan hukuman untuk tergugat. Tujuannya, sejauh
uang dapat menggantikannya, adalah untuk mencoba untuk menempatkan
penggugat di posisi yang sama bahwa sesaat sebelum kecelakaan itu terjadi.
Penggantian dari kerusakan ini tidak kena pajak. Oleh karena itu, semua damages
yang akan diperhitungan dengan pajak dengan cara biasa, misalnya kehilangan
pendapatan, harus dihitung secara net.

8.5. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, sebutkan 5 (lima) klasifikasi damages (Sept
2017, No. 6).

Jawaban:
1) General damages

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

Ini adalah damages yang hukum anggap akan timbul yang tidak perlu dibuktikan
secara khusus oleh penggugat. Biasanya adalah unliquidated damages, yaitu
damages yang tidak bisa dinilai secara matematis akurat, atau dibuktikan
dengan dokumentasi. Jenis yang paling umum adalah kompensasi untuk
kesakitan, penderitaan dan kehilangan kesenangan. Akan tetapi, ini juga temasuk
kerugian masa mendatang yang sebagian besar bersifat spekulatif.
2) Special damages
Ini adalah damages yang tidak timbul secara alami sejak perbuatan tort dan
penggugat harus membuktikan kerugiannya. Special damages termasuk seperti
kehilangan pendapatan yang sudah terjadi dan kerusakan pada harta benda,
kedua-duanya dapat dinilai dengan keakuratan matematis dan didukung
oleh bukti dokumen. Special damage biasanya liquidated, yaitu kerugian yang
diketahui dan dapat dibuktikan.
3) Nominal damages
Damages ini tidak dimaksudkan untuk mengkompensasi dan biasanya kecil.
Ini merupakan suatu pengakuan bahwa suatu tort telah dilakukan terhadap
penggugat, walaupun tidak ada kerugian riil yang timbul. Damages ini diberikan
sebagai penghargaan atas hak hukum penggugat.
4) Exemplary or punitive damages
Ini diberikan sebagai tambahan damages yang sebenarnya untuk menyatakan
pandangan pengadilan bahwa tingkah laku tergugat menyesalkan atau keterlaluan.
Damages ini bersifat menghukum, bukan mengkompensasi. Damages ini jarang
diberikan, dan dalam Rookes v. Barnard (1964) pengadilan membatasi aplikasinya
untuk beberapa kategori.
5) Contemptuous damages
156
Damages ini biasanya berupa pecahan terkecil mata uang yang berlaku. Ini
dberikan untuk mengakui bahwa walaupun penggugat memiliki dasar yang
kuat untuk menuntut, mereka tidak perlu membawanya ke pengadilan karena
itu sembrono atau menjengkelkan. Dalam kasus-kasus ini biasanya penggugat
harus membayar biaya mereka sendiri, yang membuat mereka secara keseluruhan
menderita kerugian.

8.6. Pagar Bp Ahmad tertabrak mobil yang dimiliki Bp. Dedi. Bp. Ahmad meminta
penggantian untuk biaya perbaikan bagar senilai IDR 10 juta. (Mar 2018, No. 13).
Diketahui pagar tersebut dibangun 5 (lima) tahun yang lalu, di mana biasanya life
time pagar jenis tersebut adalah 20 tahun.
Mobil Bp. Dedi diasuransikan pada peruashaan asuransi PT. Aman Sentosa dengan
perluasan Jaminan Tanggung Jawab Hukum (TJH) dan jaminan polis berlaku.
Limit TJH yang dimiliki Bp. Dedi adalah IDR 15 juta.
a. Hitung berapa nilai penggantian dari PT Aman Sentosa kepada Bp. Ahmad
dan jelaskan metode penghitungan Anda
b. Uraikan tipe damages yang mencerminkan pengantian di atas

Jawaban:
a.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

Nilai perbaikan : IDR 10,000,000


Limit TJH : IDR 15,000,000
Life time pagar : 20 tahun, saat acciddent di tahun ke-2. Sisa life time 15 tahun.
Dengan metode indemnity, maka perhitungan nilai penggantian adalah sbb:
- Nilai Depresiasi pertahun: IDR 10,000,000 / 20 tahun = IDR 500,000. Nilai tembok
di tahun ke-5: IDR 10,000,000 - IDR 2,500,000 : IDR 7,500,000
- Mengingat nilai kerugian kurang dari limit TJH, maka penggantian diberikan secara
penuh senilai IDR 7,500,000 sesuai nilai buku.

b. Tipe damage yang mencerminkan penggantian di atas adalah Special Damages.


Ini adalah damages yang tidak timbul secara alami sejak perbuatan tort dan
penggugat harus membuktikan kerugiannya. Special damages termasuk seperti
kehilangan pendapatan yang sudah terjadi dan kerusakan pada harta benda,
kedua-duanya dapat dinilai dengan keakuratan matematis dan didukung
oleh bukti dokumen. Special damage biasanya liquidated, yaitu kerugian yang
diketahui dan dapat dibuktikan.

8.7. Uraikan 4 (empat) tipe damages pada klaim pihak ketiga (Sept 2013, No. 1; Mar
2016, No. 2).

Jawaban: 157
• nominal damages;
• expemplary/punitive damages;
• general damages; dan
• special damages.

Nominal damages
Damages ini tidak dimaksudkan untuk memberi kompensasi dan biasanya bernilai
kecil. Mereka mengakui bahwa perbuatan melawan hukum telah dilakukan terhadap
penggugat, meskipun tidak ada kerugian nyata yang muncul. Damages ini diberikan
sebagai suatu hak hukum penggugat.

Expemplary/punitive damages
Pengadilan memberikan kompensasi sebagai tambahan atas kerusakan nyata untuk
mengungkapkan pandangannya bahwa tindakan terdakwa tersebut tercela atau
keterlaluan. Damages ini berupa hukuman, bukan suatu kompensasi. Expemplary/
punitive damages telah dikritik dengan alasan bahwa pengadilan sipil tidak harus
konsen dengan hukuman. Bagaimanapun Expemplary/punitive damages jarang
diberikan dan, di Rookes v. Barnard (1964), Mahkamah Agung membatasi aplikasi
tersebut untuk beberapa kategori. Beberapa damages adalah umum di wilayah luar
negeri tertentu, seperti Amerika Serikat dan Kanada.
Perlu dicatat bahwa damages tersebut dikecualikan dari polis asuransi Inggris.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

General/special damages
Istilah general damages (atau unliquidated damages) digunakan untuk
menggambarkan bahwa elemen kompensasi tidak mungkin untuk diukur secara
matematis. Rasa sakit dan penderitaan yang disebabkan oleh cedera akan datang
di bawah judul ini.
Mungkin ada kompensasi yang berlaku untuk kerugian keuangan yang diderita
penuntut sampai dengan tanggal sidang, karena ini dapat dihitung secara tepat.
Ini adalah kerusakan khusus atau ganti rugi – kerugian tersebut dapat dikenali dan
dapat dibuktikan.

Special Damage
Kita melihat pada bagian B2C bahwa ada kerugian yang dapat dievaluasi dan yang
muncul antara tanggal kecelakaan dan tanggal persidangan. Ini adalah kerusakan
khusus dan pokok utama di bawah klaim mereka adalah:
• item dari kerugian tertentu, misalnya pakaian, kerusakan kendaraan;
• hilangnya pendapatan sampai dengan tanggal persidangan;
• biaya pengobatan sebelum sidang;
• nilai pelayanan yang diberikan oleh pihak ketiga sebelum persidangan; dan
• biaya yang berkaitan dengan biaya hidup dengan disabilitas sebelum sidang.

158
8.8. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, sebutkan klasifikasi damages yang sesuai
dengan jenis penggantian kerugian tersebut dibawah ini (April 2015, No. 4; Maret
2019, No. 5).
a. Andi mendapat penggantian kerugian USD 10,000 untuk kehilangan
pendapatan yg diderita sejak tanggal kecelakaan hingga persidangan.
b. Budi menerima penggantian USD 100 atas kecelakaan yg dialami walaupun
tidak mengalami kerugian ataupun luka badan akibat kecelakaan tersebut.
c. Cindy menerima USD 100,000 sebagai kompensasi atas penderitaan yang
dialami akibat suatu kecelakaan.
d. Dina menerima USD 10,000 atas tindakan yang berlebihan dari pelaku
yang menyebabkan suatu kecelakaan.

Jawaban:
a. Andi mendapat penggantian kerugian USD 10,000 untuk kehilangan
pendapatan yg diderita sejak tanggal kecelakaan hingga persidangan. -->
SPECIAL DAMAGES
b. Budi menerima penggantian USD 100 atas kecelakaan yg dialami walaupun
tidak mengalami kerugian ataupun luka badan akibat kecelakaan tersebut. -->
NOMINAL DAMAGES
c. Cindy menerima USD 100,000 sebagai kompensasi atas penderitaan yang
dialami akibat suatu kecelakaan. --> GENERAL DAMAGES

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

d. Dina menerima USD 10,000 atas tindakan yang berlebihan dari


pelaku yang menyebabkan suatu kecelakaan. --> EXEMPLARY/PUNITIVE
DAMAGES

8.9. Berkaitan dengan klaim personal injury, uraikan 7 (tujuh) jenis general damages.

Jawaban:
o rasa sakit, penderitaan dan kehilangan kenikmatan;
o rintangan di pasar tenaga kerja;
o hilangnya pendapatan di masa depan;
o kehilangan pekerjaan yang sesuai;
o Biaya perawatan masa depan/biaya masa depan untuk peralatan khusus;
o kehilangan pensiun; dan
o kehilangan penggunaan kendaraan bermotor.

8.10. Terkait klaim Tanggung Gugat (Liability Insurance), uraikan (Mar 2017, No. 12):
a. Apa yang dimaksud dengan general damages dan sebutkan 5 (lima) bentuk
utama. 159
b. Apa yang dimaksud dengan special damages dan sebutkan 5 (lima) bentuk
utama.

Jawaban:
General/special damages
Istilah general damages (atau unliquidated damages) digunakan untuk
menggambarkan bahwa elemen kompensasi tidak mungkin untuk diukur secara
matematis. Rasa sakit dan penderitaan yang disebabkan oleh cedera akan datang
di bawah judul ini.

Mungkin ada kompensasi yang berlaku untuk kerugian keuangan yang diderita
penuntut sampai dengan tanggal sidang, karena ini dapat dihitung secara tepat.
Ini adalah kerusakan khusus atau ganti rugi – kerugian tersebut dapat dikenali dan
dapat dibuktikan.
Lima bentuk utama general damages:
o rasa sakit, penderitaan dan kehilangan kenikmatan;
o rintangan di pasar tenaga kerja;
o hilangnya pendapatan di masa depan;
o kehilangan pekerjaan yang sesuai;
o Biaya perawatan masa depan/biaya masa depan untuk peralatan khusus;

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

o kehilangan pensiun; dan


o kehilangan penggunaan kendaraan bermotor.

Special Damage
Kita melihat pada bagian B2C bahwa ada kerugian yang dapat dievaluasi dan yang
muncul antara tanggal kecelakaan dan tanggal persidangan. Ini adalah kerusakan
khusus dan pokok utama di bawah klaim mereka adalah:
• item dari kerugian tertentu, misalnya pakaian, kerusakan kendaraan;
• hilangnya pendapatan sampai dengan tanggal persidangan;
• biaya pengobatan sebelum sidang;
• nilai pelayanan yang diberikan oleh pihak ketiga sebelum persidangan; dan
• biaya yang berkaitan dengan biaya hidup dengan disabilitas sebelum sidang.

8.11. Berkaitan dengan klaim personal injury, jelaskan pengertian damages “rasa sakit,
penderitaan dan kehilangan kenikmatan”.

Jawaban:
Damages untuk rasa sakit, penderitaan, dan kehilangan kenikmatan, meskipun
sesungguhnya merupakan dua hal yang berbeda, biasanya dikelompokkan
bersama sebagai hasil tunggal. Seperti namanya, damages untuk rasa sakit
160
dan penderitaan berusaha untuk mengkompensasi korban untuk rasa sakit dan
penderitaan yang timbul dari cedera. Jika cedera serius, mereka akan mencoba
untuk mengkompensasi korban untuk rasa sakit dan penderitaan di masa depan,
baik fisik dan psikologis, sebaik yang dialami segera setelah terjadi kecelakaan
Dasar dari hasil ini adalah tes subjektif: ‘Apa rasa sakit dan penderitaan dari
tuntutan khusus ini?’ Misalnya, cedera yang mengakibatkan bekas luka wajah dapat
menyebabkan rasa sakit dan penderitaan bagi seorang wanita muda daripada
seorang wanita yang sudah menikah, usia 60 – plus laki-laki. Sindrom cangkang
telur (thin skull) yang telah kita bahas dalam bab 6 bagian C2C akan menjadi relevan
di sini. Namun, harus ada bukti bahwa penggugat telah mengalami rasa sakit dan
penderitaan.
Kompensasi di bawah bagian ini juga akan berupa kehilangan harapan hidup, jika
cedera telah mengurangi harapan hidup.
Kehilangan kenikmatan mengkompensasi kerugian yang lebih luas dan
mencerminkan keterbatasan fisik dan/atau mental yang berhubungan dengan
cedera. Ini dapat meliputi gangguan kehidupan seks penggugat, atau kehilangan
dan kenikmatan liburan, olahraga dan hobi.
Ini adalah tes obyektif dan penggugat dapat menerima kompensasi, bahkan jika
mereka tidak menyadari kerugian, misalnya jika mereka tidak sadar (West v. Shepard
(1964)). Namun, pengadilan akan mempertimbangkan pada gaya hidup penggugat.
Contoh:
Errol dan Tony kehilangan jari dalam kecelakaan terpisah. Keduanya bekerja di
kantor tetapi Errol mendapatkan penghasilan tambahan dari bermain piano di bar
lokal. Akibatnya, hilangnya kemudahan karena kecelakaan yang dialami Errol lebih
besar dari Tony.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

8.12. Berkaitan dengan klaim personal injury, uraikan 5 (lima) pertimbangan ketika
seorang klaim handler meninjau laporan medis.

Jawaban:
• Berapa banyak waktu yang telah berlalu sejak kecelakaan dan saat laporan
medis, untuk mengidentifi asi periode untuk rasa sakit dan penderitaan (gejala
mungkin sudah diselesaikan oleh pengadilan). Dampak dari cedera jauh lebih
parah jika penggugat telah menderita selama dua atau tiga tahun lebih daripada
hanya selama enam bulan.
• Sifat gejala yang telah diderita penggugat, serta jenis dan tingkat keparahan
mereka.
• Apakah ada gejala yang sedang berlangsung, yang hanya menimbulkan
gangguan kecil sesekali atau yang menyebabkan dampak yang signifikan setiap
hari dan berapa lama dampaknya akan berlanjut?
• Apakah ada kemungkinan akan adanya degenerasi masa depan, seperti
osteoporosis?
• Apakah ada perawatan masa depan yang dibutuhkan, misalnya, jika terjadi
patah tulang, apakah ada pelat atau sekrup yang perlu untuk diambil?

8.13. Berkaitan dengan klaim personal injury, uraikan ketentuan dalam menilai hilangnya
161
pedapatan di masa depan.

Jawaban:
Istilah ‘masa depan’ berlaku dari tanggal sidang, karena sangat mungkin untuk
menghitung secara akurat kerugian yang telah terjadi hingga tanggal tersebut
dan membuat sebuah penilaian di bawah special damages. Sebuah klaim atas
kehilangan pendapatan masa depan mengandaikan beberapa bentuk cacat tetap
atau, setidaknya, cacat yang akan bertahan dalam beberapa waktu ke depan.

Kerugian di masa depan mungkin berupa kerugian total atau parsial. Seorang
penuntut mungkin tidak dapat bekerja sama sekali karena cacat mereka, atau mereka
mungkin tidak dapat bekerja selama berjam-jam seperti itu, atau bahkan melakukan
kerja lembur. Mereka mungkin harus mengambil pekerjaan yang cenderung lebih
ringan dengan pendapatan yang lebih ringan pula.

Dalam rangka menilai kerugian di masa depan, pengadilan telah mengembangkan


perhitungan berdasarkan multiplicand/pengalihan dan multiplier/pengganda. Ini
memberikan lump sum yang memperhitungkan:

• kemungkinan hidup; dan


• penerimaan yang dipercepat dari jumlah yang penggugat telah tersedia

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

untuk investasi

8.14. Berkaitan dengan klaim personal injury, uraikan pengertian Multiplier.


Jawaban:
Multiplier adalah jumlah tahun dari tanggal sidang hingga tanggal kemungkinan
pensiun dan sering disebut sebagai ‘tahun pembelian’. Penerapan multiplier untuk
multiplicand memberikan kompensasi penuh terhadap kerusakan di bawah tema ini.
Multiplier akan tergantung pada penggugat dan usia pensiun mereka yang mungkin
sebaik pekerjaan mereka.

Contoh
Beberapa pekerjaan, seperti menjadi anggota parlemen, jarang pensiun pada usia
65, sedangkan pekerjaan lain seperti kepolisian memungkinkan pensiun lebih awal
dari 65 jika seorang individu telah melayani jumlah tahun yang diperlukan.

Multiplier tidak pernah sama dengan periode penuh dari tanggal persidangan dengan
tanggal kemungkinan pensiun. Kerusakan diberikan secara lump sum dan akan
dibayarkan setelah sidang. Dengan demikian, penuntut akan segera mendapatkan
uang mereka dan akan dinyatakan telah mendapatkan lebih dari beberapa tahun.
Perhitungan multiplier berasumsi bahwa penggugat akan menginvestasikan secara
lump sum dan bahwa kombinasi modal dan pendapatan akan memberi mereka
uang setara dengan penghasilan yang akan mereka dapatkan jika kecelakaan itu
tidak terjadi. 162

8.15. Terkait dengan damages, uraikan (Mar 2018, No. 12).


a. Perbedaan antara damages untuk pain and suffering dan loss of amenity
b. Metode kuantifikasi klaim luka badan, terutama jika korban memiliki kondisi
pre-existing.
c. Perbedaan antara Structured settlements dan Periodic payments.

Jawaban:
a. Perbedaan antara damages untuk pain and suffering dan loss of amenity
Damages untuk rasa sakit (pain), penderitaan (suffering), dan kehilangan
kenikmatan (loss of amenity), meskipun sesungguhnya merupakan dua hal
yang berbeda, biasanya dikelompokkan bersama sebagai hasil tunggal. Seperti
namanya, damages untuk rasa sakit (pain) dan penderitaan (suffering) berusaha
untuk mengkompensasi korban untuk rasa sakit dan penderitaan yang timbul dari
cedera. Jika cedera serius, mereka akan mencoba untuk mengkompensasi korban
untuk rasa sakit dan penderitaan di masa depan, baik fisik dan psikologis, sebaik
yang dialami segera setelah terjadi kecelakaan.
Dasar dari hasil ini adalah tes subjektif: ‘Apa rasa sakit dan penderitaan dari
tuntutan khusus ini?’ Misalnya, cedera yang mengakibatkan bekas luka wajah dapat
menyebabkan rasa sakit dan penderitaan bagi seorang wanita muda daripada

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

seorang wanita yang sudah menikah, usia 60 – plus laki-lakiNamun, harus ada bukti
bahwa penggugat telah mengalami rasa sakit dan penderitaan.
Kompensasi di bawah bagian ini juga akan berupa kehilangan harapan hidup, jika
cedera telah mengurangi harapan hidup.
Kehilangan kenikmatan (loss of amenity) mengkompensasi kerugian yang lebih luas
dan mencerminkan keterbatasan fisik dan/atau mental yang berhubungan dengan
cedera. Ini dapat meliputi gangguan kehidupan seks penggugat, atau kehilangan
dan kenikmatan liburan, olahraga dan hobi.

b. Metode kuantifikasi klaim luka badan, terutama jika korban memiliki kondisi
pre-existing.
Tidak ada cara yang tepat untuk mengukur klaim cedera. Nilai kompensasi dari
pengadilan telah dibangun dari waktu ke waktu, menggunakan kasus hukum
sebagai preseden.
Dalam rangka membantu hakim, dan bukannya untuk memperbaiki general
damages, Judicial Studies Board telah menerbitkan panduan berjudul ‘Pedoman
Penilaian Kerusakan Umum dalam Kasus Cedera Pribadi’. Ini diperbarui secara
teratur dan Anda harus memastikan bahwa Anda memiliki salinan terbaru ketika
meninjau klaim. Ia tidak memiliki otoritas hukum dan satu-satunya panduan ke
tingkat kerusakan yang benar adalah kompensasi yang dibuat dalam kasus-kasus
sebelumnya. Tidak mengikat, tetapi berguna dalam menentukan parameter yang
luas untuk cedera jenis tertentu dan secara luas diikuti. Sumber penting lainnya
untuk cedera pribadi adalah:
• Kemp and Kemp – The Quantum of Damages. Karya ini secara teratur
diperbarui;
163
• Current Law – memberikan contoh bulanan mengenai kompensasi dan
mengikuti format Kemp and Kemp;
• cedera pribadi dan laporan kuantum; dan
• Butterworth’s Personal Injury Service.
Ketika menilai nilai dari suatu cedera, Guidelines adalah titik awal yang baik untuk
mendapatkan jangkauan yang luas dari cedera tersebut. Kemudian Anda harus
melihat kasus-kasus sebelumnya dimana pengadilan telah membuat tindakan untuk
cedera serupa. Anda tidak mungkin akan menemukan kasus yang sama persis,
sehingga Anda akan perlu melihat sejumlah kasus untuk membangun gambaran
lengkap.
Ketika meninjau kasus hukum sebelumnya, satu hal yang penting untuk diingat
adalah untuk membuat kelonggaran inflasi jika kasus tersebut tidak berasal dari
tahun berjalan. Kemp and Kemp berguna untuk ini karena menyediakan tabel untuk
tujuan ini.
Bagaimana jika sudah ada kondisi pre-existing?
Kadang-kadang penggugat memiliki cacat yang sudah ada sebelumnya. Hal ini
penting untuk mengisolasi rasa sakit, penderitaan dan kehilangan kemudahan yang
disebabkan oleh cedera atau kecelakaan, karena tidak akan ada kompensasi untuk
itu yang akan terjadi dalam setiap peristiwa. Tantangannya adalah untuk ahli medis
dalam menguraikan tingkat penderitaan sebenarnya yang disebabkan oleh cedera,
agar kompensasi dapat dibuat dengan tepat.
Sebuah komplikasi lebih lanjut, yang dapat terjadi ketika menilai klaim cedera
pribadi, adalah percepatan dari kondisi yang sudah ada sebelumnya. Kadang-
kadang, cedera telah dipercepat atau dimajukan dari kondisi gejala yang sudah ada

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

sebelumnya. Jika cedera tidak terjadi, maka penuntut akan menderita gejala yang
sama di beberapa titik di masa depan. Daerah yang paling umum adalah cedera
yang melibatkan leher atau punggung. Penuntut hanya berhak untuk memulihkan
periode percepatan. Anda tidak harus bingung dengan ‘sindrom tengkorak cangkang
telur’ ini di mana kita harus mengambil penggugat karena kita menemukan mereka.
Jika penggugat rentan terhadap cedera, mereka akan menerima kompensasi untuk
semua konsekuensi dari cedera jika kecelakaan itu menyebabkan semua rasa sakit
dan penderitaan.

c. Perbedaan antara Structured settlements dan Periodic payments.


Structured settlements (penyelesaian terstruktur)
Sebagaimana yang telah kita lihat, metode konvensional untuk menyelesaian
klaim cedera pribadi adalah dengan membayar lump sum, yang bebas pajak
dan mencerminkan modal di tangan penuntut di klaim-kecil atau menengah. Hal
ini menyajikan sedikit kesulitan, tapi, jika klaim besar dan mencerminkan unsur
besar kerugian di masa depan, ada kecenderungan di mana penggantian akan
dihamburkan sebelum kebutuhan penggugat sepenuhnya terpenuhi.
Metode alternatif, berlaku untuk kasus-kasus yang lebih besar (biasanya yang
melibatkan jumlah lebih dari £100.000), adalah dengan menggunakan penyelesaian
terstruktur. Ini umumnya mengambil bentuk kesepakatan antara penggugat dan
asuransi terdakwa bahwa yang terakhir akan menyediakan dana untuk membeli
anuitas yang akan memberikan pendapatan tahunan bagi pengguga. Ini memberikan
keuntungan bagi penggugat suatu kompensasi yang lebih akurat dan mencegah
disipasi di awal penggantian. Hal ini menguntungkan bagi perusahaan asuransi
juga, dalam hal mencapai finalitas dan menghapus cadangan. Selanjutnya, pajak
dan keuntungan lain berarti bahwa total pengembalian penyelesaian terstruktur
cenderung lebih baik daripada penghargaan konvensional. Jelas, harus ada 164
beberapa insentif keuangan untuk perusahaan asuransi untuk mendanai skema
penyelesaian terstruktur, namun dalam kasus premi anuitas yang cukup besar,
dapat secara signifikan kurang dari penghargaan konvensional yang setara dengan
penyelesaian yang terstruktur yang sedang didorong oleh pengadilan dan legislatif.

Periodic payments (pembayaran periodik)


Sampai dengan tahun 2003, pengadilan tidak memiliki kekuatan untuk memaksakan
penyelesaian terstruktur. Meskipun penyelesaian terstruktur sudah didorong untuk
sampai ke pihak yang bersangkutan dalam keadaan apapun untuk mereka adopsi.
Namun, amandemen dari Damages Act 1996 oleh Courts Act 2003 memberi kuasa
pengadilan untuk memerintahkan pembayaran berkala dalam kasus cedera pribadi
yang melibatkan kerugian uang di masa depan. Pengadilan dapat menetapkan
pembayaran periodik, bukan lump sum atau alongside lump sum.
Ketika memutuskan apakah pembayaran periodik atau lump sum sesuai, pengadilan
akan pertimbangkan hal berikut:
• skala pembayaran tahunan, dengan mempertimbangkan pengurangan
apapun untuk kelalaian kontributif;
• preferensi penggugat, termasuk;
- Alasan mereka, dan
- Sifat dari setiap nasihat keuangan yang telah ditrima penggugat, ketika
mempertimbangkan jenis penyelesaian;
• preferensi terdakwa yang berkaitan dengan jenis penyelesaian dan alasan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

pendukung.

Pembayaran periodik berbeda dari penyelesaian terstruktur dalam sejumlah hal.


Perbedaan utamanya adalah:
• penyelesaian terstruktur mulai dengan lump sum, disepakati oleh para pihak,
yang kemudian diinvestasikan; dan
• untuk pembayaran berkala dilakukan usaha untuk menilai kebutuhan masa
depan dari penggugat dan memutuskan bagaimana kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi dalam hal keuangan, --- ini sering menyebabkan terdakwa atau
perusahaan asuransi mereka setuju untuk melakukan pembayaran secara
berkala, biasanya dalam skala mingguan atau bulanan.

8.16. Berkaitan dengan klaim personal injury, uraikan special damage yang dapat muncul
antara tanggal kecelakaan dan tanggal persidangan.

Jawaban:
Ada kerugian yang dapat dievaluasi dan yang muncul antara tanggal kecelakaan
dan tanggal persidangan. Ini adalah kerusakan khusus dan pokok utama di bawah
klaim mereka adalah:

• item dari kerugian tertentu, misalnya pakaian, kerusakan kendaraan; 165


• hilangnya pendapatan sampai dengan tanggal persidangan;
• biaya pengobatan sebelum sidang;
• nilai pelayanan yang diberikan oleh pihak ketiga sebelum persidangan; dan
• biaya yang berkaitan dengan biaya hidup dengan disabilitas sebelum sidang.

Kita akan mempertimbangkan setiap pokok klaim ini di bagian berikut:

Item dari kerugian tertentu


Secara potensial, beberapa kerugian yang terkena penggugat akan sekali saja.
Misalnya, kerusakan pakaian selama kecelakaan atau biaya resep untuk obat
apa pun yang diperlukan. Ini cukup mudah untuk diukur. Tanggung jawab berada
pada penggugat untuk membuktikan kerugian mereka dan mereka biasanya dapat
melakukan ini dengan membuat resep. Penyelesaian ganti rugi dibuat untuk wear &
tear perlu dikurangi. Anda harus ingat bahwa ini hanya mewakili sebagian kecil dari
seluruh klaim dan karena itu, Anda perlu mengambil pandangan pragmatis terhadap
penyelesaian.

Nilai dari layanan yang diberikan oleh pihak ketiga sebelum sidang
Seperti yang kita lihat sebelumnya, kita semua menerima begitu saja untuk banyak
hal yang diberikan dalam kegiatan sehari-hari yang diperlukan oleh penggugat yang
terluka. Untuk luka yang bersifat lebih serius, bantuan ini mungkin perlu berada di

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

tingkat pelayanan medis.

Jika luka mereka serius dan penggugat membutuhkan bantuan semacam itu,
mereka berhak untuk mengklaim untuk biaya perawatan yang diberikan. Hal ini
berlaku apakah keluarga dan teman-teman yang memberikannya maupun oleh
lembaga komersial di luar.

Sejumlah faktor perlu dipertimbangkan ketika memutuskan keabsahan klaim


untuk perawatan dan bantuan. Laporan medis biasanya akan memberikan banyak
informasi untuk membantu penilaian ini. Faktor-faktor ini adalah:

• Kebutuhan: didasarkan pada bukti medis yang diajukan, apakah ada persyaratan
untuk perawatan?
• Periode perawatan: berapa lama mobilitas penggugat telah dibatasi atau
memerlukan bantuan tambahan? Kapan penggugat dapat kembali untuk
bekerja?
• Jumlah jam: sejauh mana perawatan lanjutan mungkin diperlukan? Sering,
laporan medis juga akan menyebutkan perawatan apa yang disediakan.

Kehilangan pendapatan sampai dengan tanggal persidangan


Berkaitan dengan special damages, adalah tema yang paling umum dari kerusakan
dalam klaim personal injury. Perhitungan upah yang hilang dilakukan dengan
mengalikan rata-rata upah net mingguan sebelum kecelakaan dengan jumlah 166
minggu kerugian yang dialami penuntut setelah kecelakaan itu.
Dalam menghitung rata-rata pra-kecelakaan, perawatan diperlukan untuk
memastikan bahwa angka-angka perwakilan digunakan. Di mana penggugat adalah
wiraswasta, buku-buku rekening mereka dan pajak akan menyediakan hal ini.

8.17. Uraikan langkah-langkah untuk menghitung rata-rata kerugian upah mingguan.

Jawaban:
Perhitungan rata-rata kerugian upah mingguan ini melibatkan langkah-langkah
berikut:
• memperoleh pendapatan untuk periode 13-minggu sesegera mungkin sebelum
kecelakaan;
• memastikan bahwa penggantian merepresentasikan dengan benar dari
pendapatan penggugat, misalnya uang lembur dan bonus disertakan atau
dikecualikan sebagai fluktuasi yang sesuai dan musiman
• melakukan penyesuaian atau mungkin memperoleh pendapatan pra-kecelakaan
untuk jangka waktu yang lama; dan menghitung upah rata-rata mingguan net
(setelah pajak, Asuransi Nasional dan pembayaran kontrak pensiun) dengan
mengambil total net dan membaginya dengan 13 (atau periode yang lebih
lama).

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

• Kadang-kadang, itu mungkin cocok untuk menggunakan pendapatan dari


seorang rekan, terutama jika penggugat tidak hadir dari pekerjaan untuk waktu
yang lama, atau dalam aturan dan tidak membentuk pola pendapatan.

8.18. Berkaitan dengan klaim personal injury, uraikan:


a. Prinsip perhitungan kebergantungan
b. Bagaimana ketergantungan dapat hilang

Jawaban:
a. Prinsip perhitungan kebergantungan
Ketergantungan tidak diasumsikan dan harus dibuktikan. Harus ada kerugian
keuangan bukan hanya ketergantungan emosional. Pengadilan Banding
menegaskan hal ini dalam Thomas v. Kwik Save Stores Ltd (2000). Ini
menegaskan kembali prinsip bahwa, ketika memberikan kerusakan di bawah
Fatal Accident Act 1976, pengadilan prihatin dengan kerugian finansial dan
penggugat tidak memiliki ketergantungan emosional pada almarhum. Dalam
kebanyakan kasus, ini tidak ada masalah.

Dalam suatu pernikahan, istri dan anak-anak biasanya dapat membuktikan


ketergantungan pada suami. Hal ini masih mungkin untuk menunjukkan kerugian
finansial, bahkan jika tidak ada pengeluaran oleh almarhum. Misalnya, orangtua
lanjut usia dapat hidup dengan sewa almarhum gratis di rumah almarhum 167
sebelum kematian mereka. Orang tua akan memiliki klaim atas manfaat ini yang
dapat diukur secara finansial

Kerugian harus sebagai akibat dari hubungan keluarga pribadi dengan


almarhum. Oleh karena itu, kerugian yang disebabkan oleh hubungan bisnis
tidak akan menjadi klaim yang sah.

b. Bagaimana ketergantungan dapat hilang


Saat menghitung ketergantungan, multipliers dan multiplicands digunakan
dalam cara yang mirip dengan klaim atas hilangnya pendapatan di masa depan.
Multiplicand merupakan kerugian tahunan bersih dari tanggungan dan multiplier
adalah jumlah tahunan penggugat yang akan tergantung pada almarhum.

Untuk menghitung multiplicand, cara normal adalah dengan menghitung


pendapatan bersih tahunan almarhum dan kemudian membuat pengurang untuk
jumlah almarhum seperti halnya untuk biaya hidup mereka sendiri. Pendapatan
bersih almarhum pada saat persidangan yang relevan dan mungkin tepat untuk
menyesuaikan pendapatan bersih pada saat kematian. Berkenaan dengan
biaya hidup pribadi almarhum sendiri, secara konvensional diambil di 33,3%
jika tidak ada anak-anak yang tergantung dan 25% jika ada anak-anak. Namun,
angka-angka ini dapat disesuaikan jika faktor-faktor lain yang mereka sarankan
salah. Misalnya, seorang pria dengan enam anak mungkin harus menghabiskan
proporsi yang lebih besar dari pendapatannya daripada keluarga dari seseorang
dengan hanya satu anak.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

Sama halnya, mungkin ada multiplicands berbeda untuk periode yang berbeda.
Misalnya, angka 75% dapat digunakan sampai anak-anak mencapai 18,
atau menyelesaikan pendidikan penuh waktu. Setelah itu, multiplicand dapat
dikurangi menjadi 66,6%.

Pasangan almarhum seringkali juga bekerja. Di mana ini adalah posisi,


pendekatan ini untuk mengambil multiplicand sebagai persentase dari total
pendapatan bersih gabungan dikurangi pendapatan berkelanjutan.

8.19. Berkaitan dengan Administration Justice Act 1982, jelaskan ketentuan mengenai
klaim atas kerugian sementara.

Jawaban:
Kadang-kadang penuntut mungkin dalam posisi di mana kondisi mereka mungkin
memburuk pada beberapa waktu di masa depan. Namun, risiko yang terjadi, atau
tingkat kerusakan itu, tidak dapat diprediksi dengan tingkat akurasi. Prosedur untuk
menangani situasi ini diberikan dalam s.6 Administration Justice Act 1982.

Bagian ini mungkin memberikan ganti rugi atas kerugian sementara untuk penuntut
berdasarkan kondisi mereka saat ini dan pada asumsi bahwa tidak ada kerusakan
akan terjadi. Penuntut memiliki hak untuk kembali ke pengadilan dalam skala waktu 168
tertentu jika kerusakan tersebut tidak terjadi dan mengalami kerusakan lebih lanjut
(yang akan dinilai pengadilan).

Ini memiliki keuntungan bahwa kerusakan dapat dinilai lebih akurat, tetapi merugikan
bagi asuransi karena asuransi akan terbebani dengan kemungkinan pembayaran
masa depan yang mungkin tidak akan pernah dituntut.

Ada provisos tertentu yang penting, namun, untuk hak dalam menuntut ganti rugi
sementara:
• klaim harus secara khusus dimohonkan;
• pada beberapa waktu tertentu atau tidak tertentu di masa depan harus
dimungkinkan bahwa penuntut akan mengalami penyakit serius atau kerusakan,
dalam kondisi fisik atau mental mereka, sebagai akibat dari tindakan asli; da
• penggugat harus mengajukan permohonan untuk kerusakan tambahan dalam
waktu yang ditentukan oleh pengadilan, meskipun periode ini dapat diperpanjang
dengan pengajuan aplikasi ke pengadilan.

Di mana pengadilan memutuskan bahwa kasus sesuai untuk kerusakan sementara,


tindakan tertentu akan mengikuti:

• kerusakan akan dinilai atas dasar bahwa penyakit penuntut tidak akan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

berkembang atau penuntut akan menderita penurunan kondisi;


• kerusakan atau penyakit akan diidentifikasi
• periode (yang mungkin tidak terbatas) di mana penggugat dapat kembali ke
pengadilan untuk kerusakan lebih lanjut jika penyakit atau kerusakan terjadi,
dapat didefinisikan; da
• dokumen yang relevan disimpan oleh pengadilan.

8.20. Uraikan 3 (tiga) jenis rehabilitasi.

Jawaban:
Rehabilitasi dapat mencakup berbagai pilihan seperti:
• medis: berkaitan dengan cedera atau penyakit;
• kejuruan: mencari pekerjaan alternatif, jika kembali ke pekerjaan pra-kecelakaan
tidak mungkin, dan memberikan pelatihan yang sesuai; dan
• kualitatif: membuat sebagian besar kemampuan gangguan penggugat untuk
memungkinkan mereka untuk memimpin hidupnya secara penuh sebisa
mungkin.

8.21. Dalam kaitan dengan prinsip kontribusi dalam penyelesaian klaim (Sept 2017, No.
169
13)
a. Uraikan perbedaan penggunaan perhitungan kontribusi dengan cara maximum
liability method dan independent liability method.
b. Hitung penggantian yang diberikan masing-masing perusahaan asuransi
dalam klaim di bawah ini dengan metode independent liability.
A membeli asuransi tanggung jawab pada perusahaan asuransi X dengan
batasan penggantian IDR 100 juta di mana ia dikenakan risiko sendiri sebesar
IDR 10 juta. Tapi ia juga memberi asuransi yang sama di perusahaan asuransi
Y dengan batasan penggantian IDR 50 juta. A mengalami gugatan dari pihak
ketiga yang dijamin dalam kedua polis tersebut dengan nilai penggantian IDR
50 juta.

Jawaban:
Ada 2(dua) cara untuk menghitung Rateable Proportion (bagian-bagian yang
seimbang) dalam prinsip kontribusi, yaitu:
a. Methode Sum Insured / Maximum …..….tanpa Average
b. Methode Independent Liability …....…… dengan Average

a. Methode Sum Insured


Dalam methode ini, kontribusi ganti-rugi masing-masing penanggung/polis dihitung

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

menurut formula :
Nilai pertanggungan penangung yg bersangkutan
= ------------------------------------------------------------------------ x Nilai Kerugian
Total Nilai pertanggungan seluruh penanggung

b. Methode Independent Liability


Dalam methode ini, setiap polis atau Penanggung harus membayar kerugian sesuai
perbandingan antara liability penanggung/polis dengan liability untuk semua polis
atau penanggung yang terlibat.
Dalam hal polis-polis property yang ditutup dengan ketentuan “average” atau
dalam mana berlaku batas kerugian individual dalam suatu jumlah pertanggungan
walaupun polis-polis tersebut ditutup tanpa ketentuan “average”,
Perhitungan kontribusi masing-masing polis harus dilakukan dengan methode
“Independent Liability”
Jika jumlah indemnity liability para penanggung lebih besar dari jumlah kerugian,
maka jumlah kerugian itu harus dibagi menurut perimbangan besarnya indemnity
liability masing-masing penanggung dengan formula :
Independent Liability Penanggung ybs.
= ------------------------------------------------------------------- x Kerugian
Jumlah Independent Liability para Penanggung
Jika terdapat 2 (dua) atau lebih polis yang menjamin kerugian yang sama dalam
Asuransi Tanggung Gugat (liability insurance), perhitungan kontribusi masing- 170
masing polis dalam kerugian itu dilakukan berdasarkan Independent Liability. Hal
ini ditegaskan oleh hakim dalam perkara antara “Commercial Union Assurance”
melawan “Hayden” pada tahun 1977.

Jawaban atas soal kasus klaim sbb:


A membeli asuransi tanggung jawab pada perusahaan asuransi X dengan batasan
penggantian IDR 100 juta di mana ia dikenakan risiko sendiri sebesar IDR 10 juta.
Tapi ia juga memberi asuransi yang sama di perusahaan asuransi Y dengan batasan
penggantian IDR 50 juta. A mengalami gugatan dari pihak ketiga yang dijamin dalam
kedua polis tersebut dengan nilai penggantian IDR 50 juta.

Diketahui:
- Limit liability Asuransi X: IDR 100,000,000 dengan deductible: IDR
10,000,000.
- Limit liability Asuransi Y: IDR 50,000,000
- Tanggung gugat Pihak Ketiga kepada Tertanggung sebesar IDR 50,000,000

Ditanya: Nilai penggantian asuransi X dan asuransi Y dengan metode independent


liability

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 8: Menilai Kuantum – Klaim Pihak Ketiga

Jawab:
Independent Liability :
- Polis X sebesar limitnya, yakni Rp. 100 juta
- Polis Y sebesar kerugian, yakni Rp. 50 juta
- Total limit liability adalah sebesar Rp. 150 juta

Jadi, polis-polis tersebut membayar sebagai berikut :


Rp. 100 juta
- Polis X = ------------------- X Rp. 50 juta = Rp. 33,3 juta
Rp. 150 juta

Rp. 50 juta
- Polis Y = ------------------ X Rp. 50 juta = Rp. 16,7 juta.
Rp. 150 juta

Kesimpulan:
Penggantian Polis X = Rp. 33,3 juta dikurangi deductible Rp. 10 juta, sehingga total
penggantiannya adalah sebesar Rp. 23,3 juta.
Penggantian Polis Y = Rp. 16,7 juta (karena tidak disebutkan ada deductibe di polis 171
Y).

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

9.1. Uraikan 4 (empat) bagian dalam perusahaan yang membutuhkan informasi


mengenai cadangan klaim.

Jawaban:
• underwriting;
• oleh manajemen;
• akuntansi dan tujuan informasi statistik; dan
• departemen aktuaria.

Semua membutuhkan informasi mengenai cadangan klaim dan klaim handler


kadang-kadang perlu untuk bekerja sama dengan rekan-rekan dari salah satu
departemen atau dari semua departemen tersebut. Penggunaan yang berbeda-
beda tersebut menunjukkan bahwa klaim handler harus selalu mengatur cadangan
klaim secara konsisten, terlepas dari subjektivitas yang melekat dan tersirat dalam
estimasi mereka.
Penggunaan pertama dan paling jelas dari cadangan klaim sederhanya hanya
untuk memungkinkan perusahaan asuransi untuk menyisihkan cukup uang untuk
membayar klaim ketika klaim sudah berada dalam proses penyelesaian. Total
cadangan ini merupakan bagian dari ‘cadangan teknis’ pada laporan dan rekening 172
perusahaan (yang merupakan perkiraan statistik untuk klaim masa depan dan
risiko yang belum berakhir atau premi yang ditangguhkan, tetapi untuk hal ini, ini
ada di luar silabus). Cadangan teknis biasanya bagian terbesar dari laporan laba-
rugi perusahaan asuransi, sehingga, seperti yang kita lihat di Bab 4, kepentingan
mereka tidak dapat dilebih-lebihkan.
Anda mungkin ingat kasus Independent Insurance Company. Perusahaan asuransi
ini ternyata sukses dilikuidasi pada bulan Juni 2001. Sementara ada beberapa
alasan untuk kehancurannya (ketua dan direktur dipenjara untuk kasus penipuan
pada tahun 2007), salah satu penyebab utama adalah kegagalan untuk menangkap
cadangan klaim yang tepat yang luar biasa besar. Perusahaan tidak memiliki cukup
modal untuk memenuhi kewajiban yang luar biasa besar dan dengan demikian
gagal.
Cadangan klaim juga menyediaan perkiraan dari kemungkinan biaya atas klaim
individual. Maka, ini memberikan indikasi keseriusan klaim dan membantu dalam
pembuatan keputusan lain, seperti menentukan jumlah proporsional yang perlu
dibelanjakan pada investigasi atau saran eksternal. Manajemen senior juga bisa
mendapatkan indikasi dari pentingnya hal tersebut. Ini akan membantu mereka
memutuskan bagaimana menangani klaim tersebut dan menetapkan klaim handler
dengan tingkat otoritas yang tepat. Sebuah cadangan yang telah diatur dengan
benar bertindak sebagai panduan bagi klaim handler mengenai jumlah penyelesaian
klaim yang tepat ketika mereka memasuki tahap berikutnya dalam siklus hidup klaim
ini – yaitu negosiasi dan penyelesaian. Dengan cara ini cadangan bisa dikatakan
‘memberdayakan’ klaim handler untuk mencapai penyelesaian klaim dan bahwa
mereka menentukan pada tingkat moneter yang tepat, bahkan jika penyelesaian
klaim tidak persis sama dengan cadangan.
Underwriter akan menggunakan cadangan klaim outstanding sebaik nilai yang

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

dibayar untuk menilai pengalaman kerugian dan bagaimanapun pada rate yang
akan mereka kenakan pada bisnis. Sebagaimana yang telah kita lihat, hal-hal itu
juga merupakan masukan penting ke dalam rekening perusahaan asuransi.
Akhirnya, cadangan klaim membantu dengan analisis statistik yang diperlukan
untuk menghitung cadangan klaim asuransi yang perlu dibuat di masa depan yang
belum dilaporkan pada akhir periode akuntansi. Klaim seperti ini disebut klaim
‘incurred but not reported – terjadi namun tidak dilaporkan’ (IBNR) dan aktuaris
biasanya memperkirakan nilai dengan menggunakan berbagai teknik forecasting.
Hal ini diperlukan untuk memungkinkan penilaian yang tepat atas laba atau rugi
perusahaan asuransi. Cadangan kasus aktual menjadi berguna untuk latihan ini.
Penting bahwa cadangan klaim harus dibuat seakurat mungkin dan dengan cara
yang konsisten untuk masing-masing kelas bisnis.

9.2. Terkait dengan tahapan penyelesaian klaim, uraikan 4 (empat) tujuan pencadangan
klaim (Sept 2013, No. 14; Sept 2017, No. 9).

Jawaban:
1) Penggunaan pertama dan paling jelas dari cadangan klaim sederhanya hanya
untuk memungkinkan perusahaan asuransi untuk menyisihkan cukup uang
untuk membayar klaim ketika klaim sudah berada dalam proses penyelesaian.
Total cadangan ini merupakan bagian dari ‘cadangan teknis’ pada laporan dan
rekening perusahaan (yang merupakan perkiraan statistik untuk klaim masa
depan dan risiko yang belum berakhir atau premi yang ditangguhkan, tetapi
untuk hal ini, ini ada di luar silabus). Cadangan teknis biasanya bagian terbesar
dari laporan laba-rugi perusahaan asuransi, sehingga, seperti yang kita lihat di 173
Bab 4, kepentingan mereka tidak dapat dilebih-lebihkan. Anda mungkin ingat
kasus Independent Insurance Company. Perusahaan asuransi ini ternyata
sukses dilikuidasi pada bulan Juni 2001. Sementara ada beberapa alasan
untuk kehancurannya (ketua dan direktur dipenjara untuk kasus penipuan
pada tahun 2007), salah satu penyebab utama adalah kegagalan untuk
menangkap cadangan klaim yang tepat yang luar biasa besar. Perusahaan
tidak memiliki cukup modal untuk memenuhi kewajiban yang luar biasa besar
dan dengan demikian gagal.

2) Cadangan klaim juga menyediaan perkiraan dari kemungkinan biaya atas klaim
individual. Maka, ini memberikan indikasi keseriusan klaim dan membantu
dalam pembuatan keputusan lain, seperti menentukan jumlah proporsional
yang perlu dibelanjakan pada investigasi atau saran eksternal. Manajemen
senior juga bisa mendapatkan indikasi dari pentingnya hal tersebut. Ini akan
membantu mereka memutuskan bagaimana menangani klaim tersebut
dan menetapkan klaim handler dengan tingkat otoritas yang tepat. Sebuah
cadangan yang telah diatur dengan benar bertindak sebagai panduan bagi
klaim handler mengenai jumlah penyelesaian klaim yang tepat ketika mereka
memasuki tahap berikutnya dalam siklus hidup klaim ini – yaitu negosiasi dan
penyelesaian. Dengan cara ini cadangan bisa dikatakan ‘memberdayakan’
klaim handler untuk mencapai penyelesaian klaim dan bahwa mereka
menentukan pada tingkat moneter yang tepat, bahkan jika penyelesaian klaim
tidak persis sama dengan cadangan.

3) Underwriter akan menggunakan cadangan klaim outstanding sebaik nilai yang

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

dibayar untuk menilai pengalaman kerugian dan bagaimanapun pada rate


yang akan mereka kenakan pada bisnis. Sebagaimana yang telah kita lihat,
hal-hal itu juga merupakan masukan penting ke dalam rekening perusahaan
asuransi.

4) Akhirnya, cadangan klaim membantu dengan analisis statistik yang diperlukan


untuk menghitung cadangan klaim asuransi yang perlu dibuat di masa depan
yang belum dilaporkan pada akhir periode akuntansi. Klaim seperti ini disebut
klaim ‘incurred but not reported – terjadi namun tidak dilaporkan’ (IBNR) dan
aktuaris biasanya memperkirakan nilai dengan menggunakan berbagai teknik
forecasting. Hal ini diperlukan untuk memungkinkan penilaian yang tepat atas
laba atau rugi perusahaan asuransi. Cadangan kasus aktual menjadi berguna
untuk latihan ini. Penting bahwa cadangan klaim harus dibuat seakurat
mungkin dan dengan cara yang konsisten untuk masing-masing kelas bisnis.

9.3. Berkaitan dengan pencadangan klaim, dikenal metode pencadangan ‘step laddering’
atau ‘step reserving = Uraikan yang dimaksud dengan metode tersebut serta alasan
mengapa sebaiknya metode tersebut dihindari (Sept 2013, No. 8).

Jawaban:
Salah satu perangkap untuk dihindari adalah praktek membuat cadangan yang
awalnya rendah berdasarkan informasi yang tersedia dan kemudian secara berkala
meningkatkan cadangan klaim karena informasi berkembang. Hal ini dikenal
sebagai ‘step-laddering’ reserves atau ‘step-reserving’. Ini berarti bahwa cadangan 174
kasus tidak pernah sesuai dengan apa yang seharusnya – perkiraan biaya akhir
klaim yang dapat diandalkan – dan ini tidak dapat melayani salah satu tujuan yang
disebutkan di atas.
Masalah akan sering timbul dengan installment pembayaran klaim, seperti
pembayaran tunjangan kesehatan bulanan dalam kecelakaan pribadi atau klaim
cedera pribadi, dan periode pembayaran tergantung pada prognosis medis.
Jika laporan medis tidak memperkirakan keuntungan yang mungkin terjadi atas
kesehatan penuntut, tidak mungkin untuk membuat cadangan penuh dan ada
kecenderungan hanya membuat cadangan pembayaran untuk satu tahun pada
suatu waktu. Jika klaim tersebut tetap terbuka selama beberapa tahun, maka nilai
mereka untuk keperluan neraca atau statistik akan selalu terlalu rendah. Cadangan
tidak akan mencerminkan rentang hidup keseluruhan dari klaim dan nilai penuh
tidak akan pernah direkam.
Kadang-kadang tingkat pencadangan yang tepat akan berubah selama siklus hidup
klaim untuk alasan yang baik, misalnya:
• informasi yang baru dipelajari;
• munculnya bukti baru mengenai kesalahan tertanggung;
• biaya membangun kembali lebih dari yang diharapkan;
• kondisi medis dari penggugat personal injury memburuk; dan
• klaim long-tail (liability) dapat memakan beberapa tahun untuk membela dan
menyelesaian sehingga mengharuskan cadangan diubah dari waktu ke waktu
untuk memastikan inflasi tidak mengikis nilai cadangan
Dalam kasus tersebut jangan takut untuk mengubah cadangan, meskipun selalu

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

baik untuk mencatat alasan untuk perubahan. Juga merupaan kebiasaan yang
baik untuk merekam asumsi-asumsi di balik cadangan yang setiap kali diatur atau
diubah. Kemudian, jika salah satu asumsi berubah, alasan perubahan cadangan
tersebut menjadi transparan. Ini membantu mereka di departemen lain yang
menggunakan cadangan klaim untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti yang
kita bahas sebelumnya. Jika kenaikan cadangan berarti bahwa klaim tidak lagi ada
dalam kewenangan penyelesaian oleh klaim handler, maka tentu saja mereka harus
merujuk kepada seseorang yang memiliki otoritas yang cukup.

9.4. Berkaitan dengan pencadangan klaim, uraikan yang dimaksud dengan metode
pencadangan ‘step laddering’ atau ‘step reserving serta alasan sebaiknya metode
tersebut dihindari (Mar 2016, No. 5).

Jawaban:
Lihat di atas

9.5. Uraikan 5 (lima) alasan atau kondisi yang membuat cadangan klaim dapat berubah.

Jawaban:
Tingkat cadangan klaim akan berubah selama siklus klaim untuk beberapa alasan
misalnya:
175

• informasi yang baru dipelajari;


• munculnya bukti baru mengenai kesalahan tertanggung;
• biaya membangun kembali lebih dari yang diharapkan;
• kondisi medis dari penggugat personal injury memburuk; dan
• klaim long-tail (liability) dapat memakan beberapa tahun untuk membela dan
menyelesaian sehingga mengharuskan cadangan diubah dari waktu ke waktu
untuk memastikan inflasi tidak mengikis nilai cadangan

9.6. Sebutkan 7 (tujuh) tahapan dalam proses penanganan klaim (Sept 2012, No. 1).

Jawaban:
Tujuh tahapan dalam proses penanganan klaim adalah:
1. Kejadian yang menimbulkan klaim
2. Klaim notifikas
3. Claim Review

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

4. Reponse to claimant
5. Investigasi klaim
6. Negoisasi klaim
7. Claim Settlement
8. Claim recovery
9. Review of performance

9.7. Uraikan 3 (tiga) tahapan utama yang dilakukan oleh divisi klaim dalam menangani
suatu laporan klaim.

Jawaban:
Tiga tahapan klaim adalah:
• menetapkan liability dalam polis;
• menetapkan nilai klaim; dan
• menyelesaikan klaim.

9.8. Dalam bab 4 kita melihat bahwa beberapa perusahaan asuransi memiliki suatu 176
paket standar surat untuk digunakan dalam menunjuk penasihat sementara yang
lainnya menulis surat individual case by case. Apa yang Anda pikirkan mengenai
keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode?

Jawaban:
Surat standard menghemat waktu dan usaha dan dapat dirancang di awal untuk
memastikan bahwa tidak ada hal penting yang ditinggalkan. Surat standar ini
memiliki kelemahan bahwa mereka mungkin tidak cocok untuk setiap keadaan.
Surat yang dipesan lebih dahulu dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik
dari situasi tertentu, namun memiliki kelemahan bahwa mereka harus benar-benar
ditulis setiap kali, dan beberapa item penting dapat sengaja dihilangkan.

9.9. Berkaitan dengan kliam, uraikan setidaknya 4 (empat) tugas adjuster.

Jawaban:
• menyelidiki penyebab klaim dan ukurannya;
• membuat rekomendasi penyelesaian;
• bernegosiasi dengan tertanggung; atau
• salah satu atau ketiganya.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

9.10. Berkaitan dengan investigasi dan penyelesaian klaim, jelaskan 4 (empat) alasan
perusahaan asuransi menggunakan loss adjuster (Sept 2013, No. 4; Sept 2017,
No. 10).

Jawaban:
• Klaim kerusakan fisik komersial yang besar (seperti ledakan dan kebakaran
di kilang minyak Buncefie d di Hertfordshire pada Desember 2005). Penyebab
kerugian tersebut mungkin sulit untuk dipastikan dan mungkin ada pertanyaan
akan adanya kemungkinan kewajiban terhadap pihak ketiga (seperti tetangga
yang memiliki properti) dan kemungkinan subrogasi atau recovery terhadap
pihak lain sebaik klaim personal injury.
• Klaim yang mencakup elemen dari business interruption atau loss of profits.
Analisis account bisnis mungkin diperlukan, biasanya oleh seseorang yang
memenuhi syarat finansial (akuntan carteran, akuntan bersertifikat atau akuntan
forensik).
• Klaim yang timbul akibat bencana alam seperti gempa bumi, angin topan atau
banjir. Sejumlah besar bangunan di daerah tertentu akan menderita kerusakan
dari penyebab yang sama dalam waktu singkat sehingga sejumlah besar klaim
akan perlu disesuaikan secara bersamaan – bencana ini menciptakan masalah-
masalah spesifik
• kendaraan bermotor klaim kerusakan sendiri. Sebuah penilai kerusakan motor
biasanya diinstruksikan untuk memeriksa kendaraan rusak untuk melaporkan
tingkat kerusakan dan memperkirakan biaya perbaikan yang direkomendasikan. 177

9.11. Berkaitan dengan klaim, uraikan pengertian agreed value dan penerapannya.

Jawaban:
Polis agreed value kadang-kadang disebut valued policy, yang sebagaimana
namanya, adalah polis di mana jumlah yang akan dibayarkan harus sejumlah
kerugian yang telah disepakati di awal. Hal ini mungkin berlaku untuk semua atau
beberapa item yang tercakup oleh polis dan nilai yang disepakati dinyatakan dalam
polis atau schedule. Istilah tersebut masih merupakan polis indemnity: perbedaan
adalah bahwa perusahaan asuransi dan tertanggung setuju mengenai ukuran ganti
rugi di awal. Namun, sementara prinsip indemnity masih berlaku, tidak akan perlu
untuk:

• mendapatkan bukti atas nilai barang yang dicuri;


• perkiraan dan membuat suatu pengurangan terhadap depresiasi atau keausan,
atau nilai pasar; atau
• mempertimbangkan pertanyaan tentang underinsurance.

Ada banyak contoh dari polis properti pihak pertama mengenai nilai yang disepakati

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

antara konsumen dan penanggung komersial. Polis household dengan dasar ‘new
for old’, coverage memiliki beberapa karakteristik polis agreed value, dalam hal
ini tidak perlu untuk menghitung nilai sekarang dari contents yang rusak setelah
memungkinkan wear & tear. Di bawah polis tersebut, biaya penggantian item yang
setara adalah jumlah yang dibayarkan. Nilai polis yang disepakati dengan benar
sebenarnya menentukan jumlah yang akan dibayar polis sehubungan dengan
item tertanggungatas dasar itu. Asuransi konsumen sering menggunakan valued
policy untuk item yang nilai pasar atau biaya penggantiannya sulit dibangun. Ini
akan menyangkut barang-barang langka atau mereka yang memiliki fitur khusus,
misalnya:
 
• di bawah polis household, item tertentu atas mebel antik mungkin diperinci dan
diasuransikan secara agreed value;
• polis seni rupa, meliputi gambar dan karya seni lainnya, sering ditulis secara
agreed value; dan
• kendaraan motor tua dapat diasuransikan untuk agreed value dalam hal
kerugian atau kerusakan.

Dalam asuransi komersial kita sering menemukan building dan tempat tertanggung
pada ‘first loss basis’. Basis ini adalah di mana penanggung dan tertanggung saling
setuju bahwa nilai pertanggungan tidak mewakili nilai penuh dari barang yang
diasuransikan.

Ketika menegosiasikan dan menyelesaikan klaim di bawah valued basis, klaim


handler masih perlu melakukan analisis coverage yang sama dan estimasi cadangan 178
sebagaimana layaknya untuk polis indemnity penuh. Perbedaan utama adalah
bahwa, setelah mereka mengakui klaim sah di bawah polis tersebut, maka untuk
setiap item yang hilang atau hancur total, agreed value-nya adalah jumlah klaim.

9.12. Berlawanan dengan prinsip indemnity, uraikan 3 (tiga) hal yang dapat diabaikan
dalam polis agreed value.

Jawaban:
• mendapatkan bukti atas nilai barang yang dicuri;
• perkiraan dan membuat suatu pengurangan terhadap depresiasi atau keausan,
atau nilai pasar; atau
• mempertimbangkan pertanyaan tentang underinsurance.

9.13. Uraikan 3 (tiga) jenis pertanggungan yang biasanya menggunakan agreed value
basis.

Jawaban: 

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

• polis household, item tertentu atas mebel antik mungkin diperinci dan
diasuransikan secara agreed value;
• polis seni rupa, meliputi gambar dan karya seni lainnya, sering ditulis secara
agreed value; dan
• kendaraan motor tua dapat diasuransikan untuk agreed value dalam hal
kerugian atau kerusakan.

9.14. Berkaitan dengan jumlah besaran ganti rugi, uraikan 4 (empat) penerapan operasi
limit on indemnity.

Jawaban:
Limit of indemnity beroperasi sebagai berikut:
 Klaim yang mana excess akan berlaku. Jika tertanggung menerima pembayaran
tunai, maka jumlah dikurangkan dengan excess atau harus dikurangi dari jumlah
klaim yang dibayar. Jika klaim telah diselesaikan dengan penggantian atau
perbaikan, entah diawasi oleh loss adjuster atau tidak, maka tertanggung harus
melakukan pembayaran ke perusahaan asuransi senilai dengan excess – ini
sebaiknya diperoleh sebelum penyelesaian akhir dari klaim.
• Jika biaya aktual untuk ganti rugi tertanggung melebihi sum insured maka
jumlah lebih dari nilai pertanggungan jatuh kepada tertanggung. Dalam kasus
total loss pada polis ini, sederhananya adalah menghitung: penanggung hanya
membuat pembayaran tunai untuk limit polis dan meninggalkan tertanggung
untuk menangani sisanya seperti yang mereka lihat sesuai. Jika penyelesaian 179
bukan berupa pembayaran tunai, maka perusahaan asuransi dapat:
 Menghentikan tanggung jawab untuk pekerjaan perbaikan di atas limit
polis; atau
 Mengamankan pembayaran dari tertanggung untuk jumlah excess.
• Klaim dimana jelas bahwa ada underinsurance. Dalam kasus di mana kerugian
total akan menimbulkan pembayaran lebih besar dari policy limit atau sum
insured ini, ditangani dengan meninggalkan biaya apapun yang lebih dari batas
ke account tertanggung. Dalam kasus kerugian parsial, posisi lebih rumit.
Penilaian value at risk ketika kerugian terjadi mungkin membuat jelas bahwa
nilai pertanggungan tersebut lebih rendah dari nilai penuh dari barang yang
diasuransikan. Dalam kasus seperti prinsip average berlaku: asuransi hanya
bertanggung jawab untuk proporsi pembayaran kerugian yang mana sum
insured berhadapan dengan nilai penuh pada saat risiko terjadi.
• Banyak asuransi properti terganggung, khususnya polis household contents dan
sejenisnya, mengandung pair and sets clause. Hal ini membatasi jumlah yang
harus dibayarkan oleh perusahaan asuransi jika hanya sebagian dari satu set
atau sepasang item yang hilang atau rusak. Oleh karena itu ini tidak sepenuhnya
mengganti kerugian tertanggung yang tidak lagi memiliki satu set lengkap item
seperti sebelumnya. Financial Ombudsman Service memerintah lebih dari sekali
bahwa jika itu adalah penting untuk posisi tertanggung bahwa mereka memiliki
seluruh set item, bahwa asuransi harus membayar penyediaan satu set lengkap
baru, meskipun ketentuan polis selalu atas dasar perlakuan yang adil dan wajar.
Karena itu mungkin saja terjadi bahwa ketentuan polis ini jatuh dari penggunaan
di masa depan.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

9.15. Berkaitan dengan limit of indemnity, uraikan:


a. Sum Insured
b. Excess
c. Average Clause

Jawaban:
a) Sum insured adalah nilai maksimum yang dapat dipulihkan di dalam polis.
b) Excess adalah bagian pertama dari setiap klaim yang harus dibayar oleh
tertanggung, baik karena pilihan atau tidak, kadang-kadang dengan imbalan
pengurangan premium.
c) Sebuah klausul average memberikan bahwa di mana nilai pertanggungan
kurang dari nilai pada risiko, tertanggung akan dianggap sebagai perusahaan
asuransi mereka sendiri untuk bagian yang tidak diasuransikan dari risiko dan
pembayaran klaim akan diperkecil secara proporsional.

9.16. Uraikan bagaimana Pair and Sets Clause dapat membatasi penggantian kerugian
yang diterima tertanggung (Mar 2018, No. 7).

Jawaban: 180
Banyak asuransi properti terganggung, khususnya polis household contents dan
sejenisnya, mengandung pair and sets clause. Hal ini membatasi jumlah yang
harus dibayarkan oleh perusahaan asuransi jika hanya sebagian dari satu set atau
sepasang item yang hilang atau rusak. Klausa ini membatasi cover untuk mengganti
hanya item yang rusak, bahkan jika itu adalah bagian dari satu set. Oleh karena itu
ini tidak sepenuhnya mengganti kerugian tertanggung yang tidak lagi memiliki satu
set lengkap item seperti sebelumnya.

9.17. Berkaitan dengan klaim, uraikan:


d. Prinsip Subrograsi
e. Prinsip Kontribusi

Jawaban:
Prinsip subrogasi
Subrogasi adalah akibat wajar dari prinsip ganti rugi. Di mana tertanggung dapat
menerima kompensasi dari tempat lain untuk klaim dari perusahaan asuransi yang
telah mereka bayar, maka perusahaan asuransi mereka berhak untuk menerima
pemulihan tersebut untuk mengimbangi pembayaran yang telah mereka buat. Jika
ini tidak terjadi, tertanggung secara efektif akan mendapat manfaat dari pemulihan
ganda dan menerima lebih dari ganti rugi. Bahkan, mereka akan lebih baik dari
sebelumnya klaim terjadi. Jika tindakan atau kelalaian pihak ketiga ini telah

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

menyebabkan kerugian tertanggung, dan perusahaan asuransi telah membayar


konsekuensi klaim, maka berhak untuk pemulihan dari pihak ketiga. Mengejar
subrogasi atau pemulihan dari pihak lain adalah setara dengan membuat (sebagai
penggugat) klaim pihak ketiga. Perusahaan asuransi mengikuti semua prosedur
yang berlaku untuk klaim pihak ketiga (yang akan kita bahas di bagian berikutnya
dan dalam bab 10), kecuali, tentu saja, bahwa perusahaan asuransi adalah bukan
tergugat.

Perusahaan asuransi harus menunjuk seorang pengacara untuk menangani setiap


upaya untuk menggunakan hak subrogasinya atau untuk mendapatkan pemulihan
dari pihak ketiga. Sebagian besar perusahaan asuransi menggunakan pengacara
mereka sendiri untuk tugas ini.

Jika perusahaan asuransi telah membayar kerugian total di bawah polis, maka
subyek klaim sekarang milik mereka. Tertanggung tidak lagi memiliki kepentingan di
dalamnya atau kepemilikan atasnya. Akibatnya, jika kendaraan bermotor ‘written off’,
yaitu dianggap constructive total loss karena nilainya kurang dari biaya perbaikan,
maka tertanggung menerima pembayaran untuk nilai pasar kendaraan pada
tanggal kerugian. Jika ada nilai sisa, misalnya untuk memo atau suku cadang yang
dapat digunakan, maka keuntungan ini dimiliki oleh perusahaan asuransi. Di mana
perusahaan asuransi telah melakukan pembayaran untuk properti yang dicuri yang
kemudian ter-recovery, ia memiliki kepemilikan properti yang ter-recovery. Dalam
beberapa keadaan, biasanya di mana properti memiliki nilai sentimental atau nilai
khusus (misalnya sebuah lukisan terkenal), tertanggung dapat membeli kembali dari
perusahaan asuransi dengan membayar uang klaim yang awalnya mereka terima.

Prinsip Kontribusi
181
Kontribusi adalah akibat wajar yang lain dari prinsip ganti rugi. Jika dua atau lebih
polis menutup interest yang sama (atau kepemilikan) dalam subject matter yang
sama dan terhadap risiko yang sama, maka semua polis harus berkontribusi,
sebanding dengan uang pertanggungan yang ditawarkan oleh masing-masing,
dalam hal kerugian. Tertanggung tidak berhak untuk memulihkan kerugian mereka
lebih dari sekali. Jika salah satu perusahaan asuransi membayar klaim secara
penuh untuk manfaat, maka penanggung yang berhak atas pemulihan pro rata dari
asuransi lain yang memberikan kontribusi.

9.18. Berkaitan dengan klaim, uraikan tahap-tahap penyelesaian klaim atas polis non-
indemnity.

Jawaban:
Negosiasi dan penyelesaian klaim di bawah sejumlah polis sama-sama mengikuti
tahap pertama sebagaimana klaim polis indemnity. Tahap ini adalah:
 menetapkan coverage polis;
• membangun perkiraan biaya klaim; dan
• melakukan pembayaran di bawah subjek polis untuk setiap syarat dan ketentuan
khusus dan excess apapun.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

Penyelesaian ini mirip dengan penyelesaian yang ada di bawah polis agreed value,
bahwa tidak ada kebutuhan untuk menilai indemnity. Pembayaran klaim akan
menjadi jumlah yang tetap dalam polis.
 

9.19. Dalam kaitan dengan penyelesaian klaim, uraikan 2 (dua) keuntungan


diberlakukannya knock for knock agreement’ (Apr 2015, No. 8).

Jawaban:
Knock for knock agreement merupakan perjanjian antar perusahaan asuransi untuk
tidak saling meminta pertanggungjawaban atas kerusakan kendaraan bermotor,
melainkan masing-masing memperbaiki kerusakan kendaraan tertanggung masing-
masing dan perusahaan asuransi yang tertanggungnya menabrak, membayarkan
besarnya resiko sendiri kepada perusahaan asuransi yang tertanggungnya ditabrak.
Tujuannya untuk efisiensi operasional baik dari segi waktu maupun biaya sehingga
untuk nilai klaim yg relatif tidak besar tapi berfrekuensi tinggi tidak perlu setiap kali
melakukan gugatan ke perusahaan asuransi lain.
Mengapa perusahaan asuransi melakukan kesepakatan ini? Tujuannya antara lain
adalah:
• Menghindari tuntutan hukum yang berkepanjangan.
• Menerapkan efisiensi operasional (dari segi waktu dan biaya) dengan tidak
mengajukan gugatan ke perusahaan asuransi lain setiap saat.

182
9.20. Sebutkan jenis pertanggungan yang tidak menggunakan prinsip indemnity dalam
penggantian kerugiannya dan uraikan mengapa jenis pertanggungan ini dikecualikan
dari prinsip tersebut (Apr 2015, No. 5).

Jawaban:
Tidak semua polis asuransi adalah polis indemnity. Pengecualian yang paling
penting adalah polis asuransi jiwa – yang berada di luar ruang lingkup matakuliah
ini. Polis asuransi umum yang pada umumnya bukan polis indemnity adalah polis
kecelakaan diri, yang membayar jumlah yang disepakati dalam hal kematian atau
cedera pada tertanggung. Mereka bukan polis indemnity karena tidak mungkin
untuk menempatkan nilai pada hilangnya nyawa atau luka atau cacat.

9.21. Terkait dengan prinsip indemnity: (Mar 2019, No. 6).


a. Sebutkan 2 (dua) jenis pertanggungan yang tidak menggunakan prinsip
indemnity dalam penggantian kerugiannya.
b. Uraikan alasan jenis pertanggungan pada a) di atas, dikecualikan dari prinsip
tersebut.

Jawaban:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

a. 2 jenis pertanggungan yang tidak menggunakan prinsip indemnity:


- asuransi jiwa
- kecelakaan diri
- asuransi mikro: demam berdarah, kebakaran, dll

b. Mereka bukan polis indemnity karena tidak mungkin untuk menempatkan nilai
pada hilangnya nyawa atau luka atau cacat.

9.22. Berkaitan dengan prinsip treating customer fairly, uraikan bagaimana menolak klaim
yang berada di luar jaminan polis.

Jawaban:
Ketika klaim, sebagaimana yang disampaikan oleh tertanggung, tidak tercakup
dalam polis, untuk alasan apa pun, masih perlu mengikuti persyaratan FSA dalam
menangani klaim ‘segera dan adil’. Prinsip memperlakukan pelanggan secara adil
berlaku sebanyak klaim yang tidak dibayar sebagaimana seharusnya. Ini berarti
klaim handler harus menulis pernyataan penolakan kepada tertanggung sesegera
mungkin dan beserta dengan alasannya. Di bawah aturan FSA surat itu harus
berisi penjelasan mengapa klaim ditolak atau menawarkan penjelasan kepada
tertanggung dalam ‘media tahan lama’ (media tahan lama biasanya berarti surat,
fax atau email, tapi bukan percakapan telepon).
183

9.23. Dalam penanganan klaim dikenal istilah reservation of rights. Uraikan maksud istilah
tersebut (Sept 2013, No. 2).

Jawaban:
Jika ada keraguan apakah semua atau bagian dari klaim valid dan penyelidikan
lebih lanjut diperlukan, maka kewajiban di bawah ICOBS 8 adalah untuk menjaga
tertanggung sepenuhnya diberitahu untuk kemajuan klaim mereka. Jika informasi
lebih lanjut diperlukan untuk membuat suatu keputusan tentang klaim, klaim handler
harus memberitahu tertanggung bahwa mereka telah menerima notifikasi klaim,
tetapi memerlukan informasi lebih lanjut untuk membuat keputusan. Hal ini kadang-
kadang dikenal sebagai menerima klaim di bawah reservation of right. Reservation
of right akan menjelaskan bahwa, meskipun klaim akan terus ditangani, akan
tunduk pada reservasi, yaitu bahwa mungkin pada akhirnya disimpulkan bahwa
klaim tersebut tidak terkover.

9.24. Berkaitan dengan pencadangan klaim dalam prosedur penyelesaian klaim, bila
terdapat klaim tanggung jawab pihak ketiga senilai IDR 1 milyar dan diperoleh
informasi bahwa probabilitas tertanggung akan dinyatakan bersalah adalah sebesar
25%, uraikan (Mar 2013, No. 14; Mar 2017, No. 13):
a. 3 (tiga) opsi pencadangan jumlah klaim yang dapat diambil perusahaan

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

asuransi tersebut.
b. Kelebihan dan kekurangan dari masing-masing opsi pada poin (a) di atas.

Jawaban:
a. Perkiraan probabilitas dalam hal ini adalah bahwa tertanggung memiliki 25%
kesempatan untuk keharusan membayar klaim. Ada tiga pilihan bagaimana
cadangan dapat diatur:
• cadangan ditetapkan secara penuh IDR 1 milyar atas dasar bahwa
jumlah penuh mungkin harus dibayar;
• cadangan ditetapkan sebesar 25% dari IDR 1 milyar, yaitu IDR 250 juta
yang merupakan probabilitas tertanggung; atau
• tidak ada cadangan yang diatur sama sekali atas dasar bahwa
tertanggung memiliki kesempatan tinggi untu lari diri kewajiban.
b. Opsi pertama menjamin bahwa cadangan cukup untuk klaim individual.
Namun, total semua cadangan untuk nilai buku atau bisnis mungkin dibesar-
besarkan. Untuk itu, pilihan kedua lebih populer, meskipun memiliki risiko
bahwa cadangan tidak memadai dan mungkin harus ditingkatkan selama
kehidupan klaim. Opsi ketiga berarti bahwa nilai buku hampir pasti under-
reserved.

9.25. Uraikan cara pencatatan angka cadangan untuk potential recovery claim yang
sebaiknya dilakukan serta alasan di belakangnya (Mar 2017, No. 7). 184
Jawaban:
Beberapa perusahaan memilih untuk tidak melakukan kelonggaran untuk recovery.
Justifikasinya adalah bahwa pemulihan tidak pasti dan melibatkan biaya, yang
akan mengurangi signifik nsinya. Lebih penting lagi, pendekatan ini meninggalkan
cadangan sebagai perkiraan yang benar dari klaim original. Asuransi lain sungguh-
sungguh membuat kelonggaran untuk potensial recovery. Ini adalah praktik yang
baik untuk mencatat potensial recovery sebagai jumlah negatif yang terpisah, bukan
hanya untuk mengurangi cadangan keseluruhan. Dengan cara itu lebih mudah untuk
melacak bagian yang terpisah dari penanganan klaim. Setiap biaya diantisipasi dan
biaya yang berhubungan dengan usaha untuk memperoleh recovery juga harus
secara terpisah diperinci, sebagaimana dengan biaya lainnya.
Recovery untuk reasuransi agak berbeda. Recovery harus sungguh-sungguh
dicadangan jika laporan dan rekening penanggung harus dipersiapkan dengan baik,
yang berada di luar silabus ini. Bagaimana menangani cadangan secara kasus akan
dibahas kemudian ketika kita hendak memastikan recovery reasuransi.

9.26. Berkaitan dengan pemasaran produk asuransi, uraikan 4 (empat) manfaat


penanganan klaim yang baik dan professional bagi kelangsungan bisnis.

Jawaban:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

Sebagian besar organisasi asuransi modem mengakui bahwa penanganan klaim dan
pelayanan klaim kepada tertanggung adalah ‘jendela toko’ organisasi. Penanganan
klaim yang baik meningkatkan reputasi perusahaan dan citra publik. Praktek ini:

• memungkinkan underwriting untuk lebih berbeda;


• membantu kampanye pemasaran dan penjualan;
• meningkatkan retensi bisnis / tingkat renewal; dan
• mengurangi sumber daya yang dibutuhkan untuk merespon keluhan atau
menangani sengketa klaim lama yang berlarut-larut.

Semua ini mengurangi biaya dan memberikan kontribusi pada kesehatan keuangan
organisasi.

9.27. Uraikan jenis-jenis reasuransi yang umum dalam asuransi kerugian.

Jawaban:
Ada dua jenis utama dari reasuransi: proporsional dan non-proporsional (excess
of loss), dan dua metode utama yang dapat dilakukan: fakultatif dan treaty. Kedua
jenis reasuransi ini dapat dilakukan oleh kedua metode.
185
Sebuah definisi singkat dari masing-masing akan menjadi sebagai berikut
• reasuransi fakultatif mereasuransikan asuransi yang mendasari secara individual
basis.
• reasuransi treaty melindungi atau mengkover seluruh account asuransi atau
business of bookk (yaitu banyak risiko).
• reasuransi proporsional atau risiko lay off. Reasuradur menyerahkan proporsi
risiko yang disepakati, atau portofolio risiko, menerima proporsi premi untuk risiko
dan membayar proporsi yang sama dari setiap klaim. Bentuk yang paling umum
dari perjanjian proporsional adalah quota share dan surplus treaty. Karena sifat
dari berbagi reasuransi proporsional, reasuransi adalah dengan persyaratan
yang sama, untuk setiap risiko, sebagai perusahaan asuransi asli, cedants, dan
karena itu ‘mengikuti nasib’ dari cedants mereka.
• Excess of loss atau non-proportional reinsurance melindungi terhadap kerugian
besar atau tak diinginkan. Reasuransi dapat berupa kontrak fakultatif, per risiko
atau per event treaty. Excess of loss adalah kontrak terpisah, dinilai secara
terpisah, dan mengganti kerugian tertanggung pada sebuah buku bisnis tertentu
dalam hal kejadian tertentu. Oleh karena itu cukup sering mereka tidak memiliki
dasar yang persis sama dengan asuransi asli yang dilindungi, dan klaim yang
recoverable harus memenuhi persyaratan reasuransi serta termasuk dalam
polis asli – reasuradur ‘mengikuti pemukiman’ dari reasuradur mereka.

9.28. Terkait prosedur penyelesaian klaim serta kontrak asuransi dengan pihak reasuradur,

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

uraikan (Mar 2017, No. 10).


a. 2 (dua) cara reasuransi memberikan proteksi terhadap bottom line asuradur.
b. 2 (dua) tipe utama reasuransi dan 2 (dua) bentuk umum dari masing-masing
tipe tersebut.
c. 2 (dua) metode utama reasuransi.

Jawaban:
a. Reasuransi adalah ‘asuransi untuk perusahaan asuransi’ dan merupakan
perlindungan bottom line perusahaan asuransi atas berbagi risiko dengan:
- Menyediakan kapasitas reasuransi atau
- Memberiperlindungan terhadap pengalaman kerugian yang merugikan.
Sebagai subjek dalam dirinya sendiri itu ada di luar lingkup kursus ini.
Namun, penting bahwa klaim ditangani dengan baik untuk memaksimalkan,
atau setidaknya bukan prasangka, setiap pemulihan yang dapat dicari
oleh perusahaan asuransi di bawah program reasuransi ‘keluar’ yang
ada untuk melindungi perusahaan asuransi. Klaim handler membutuhkan
pemahaman dasar reasuransi sehingga mereka tahu apa yang diperlukan
dalam penanganan, catatan, negosiasi dan menyelesaikan tuntutan untuk
memastikan pemulihan reasuransi.
b&c Ada dua jenis utama dari reasuransi: proporsional dan non-proporsional
(excess of loss), dan dua metode utama yang dapat dilakukan: fakultatif dan
treaty. Kedua jenis reasuransi ini dapat dilakukan oleh kedua metode tersebut.
Sebuah definisi singkat dari masing-masing akan menjadi sebagai berikut 186
• reasuransi fakultatif mereasuransikan asuransi yang mendasari secara
individual basis.
• reasuransi treaty melindungi atau mengkover seluruh account asuransi
atau business of bookk (yaitu banyak risiko).
• reasuransi proporsional atau risiko lay off. Reasuradur menyerahkan
proporsi risiko yang disepakati, atau portofolio risiko, menerima proporsi
premi untuk risiko dan membayar proporsi yang sama dari setiap
klaim. Bentuk yang paling umum dari perjanjian proporsional adalah
quota share dan surplus treaty. Karena sifat dari berbagi reasuransi
proporsional, reasuransi adalah dengan persyaratan yang sama, untuk
setiap risiko, sebagai perusahaan asuransi asli, cedants, dan karena itu
‘mengikuti nasib’ dari cedants mereka.
• Excess of loss atau non-proportional reinsurance melindungi terhadap
kerugian besar atau tak diinginkan. Reasuransi dapat berupa kontrak
fakultatif, per risiko atau per event treaty. Excess of loss adalah kontrak
terpisah, dinilai secara terpisah, dan mengganti kerugian tertanggung
pada sebuah buku bisnis tertentu dalam hal kejadian tertentu. Oleh
karena itu cukup sering mereka tidak memiliki dasar yang persis sama
dengan asuransi asli yang dilindungi, dan klaim yang recoverable harus
memenuhi persyaratan reasuransi serta termasuk dalam polis asli –
reasuradur ‘mengikuti pemukiman’ dari reasuradur mereka.

9.29. Terkait dengan penyelesaian klaim, uraikan perbedaan penyelesaian klaim antara

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

reasuransi dengan bentuk proportional dan non-proporlional. (Sept 2016, No. 4).

Jawaban:
• reasuransi proporsional atau risiko lay off. Reasuradur menyerahkan proporsi
risiko yang disepakati, atau portofolio risiko, menerima proporsi premi untuk risiko
dan membayar proporsi yang sama dari setiap klaim. Bentuk yang paling umum
dari perjanjian proporsional adalah quota share dan surplus treaty. Karena sifat
dari berbagi reasuransi proporsional, reasuransi adalah dengan persyaratan
yang sama, untuk setiap risiko, sebagai perusahaan asuransi asli, cedants, dan
karena itu ‘mengikuti nasib’ dari cedants mereka.
• Excess of loss atau non-proportional reinsurance melindungi terhadap kerugian
besar atau tak diinginkan. Reasuransi dapat berupa kontrak fakultatif, per risiko
atau per event treaty. Excess of loss adalah kontrak terpisah, dinilai secara
terpisah, dan mengganti kerugian tertanggung pada sebuah buku bisnis tertentu
dalam hal kejadian tertentu. Oleh karena itu cukup sering mereka tidak memiliki
dasar yang persis sama dengan asuransi asli yang dilindungi, dan klaim yang
recoverable harus memenuhi persyaratan reasuransi serta termasuk dalam
polis asli – reasuradur ‘mengikuti pemukiman’ dari reasuradur mereka.

9.30. Berkaitan dengan pembebanan biaya klaim pada program dengan metode excess
layer, jelaskan kedua cara asuransi dalam penanganan biaya tersebut serta
perbedaannya berdasarkan contoh berikut ini. (Sept 2018, No. 13).
Program terdiri dari 3 layer:
Primary IDR 1 milyar,
187
First excess IDR 4 milyar xs IDR 1 milyar,
Second excess layer IDR 5 milyar xs IDR 5 milyar.

Biaya pembelaan (defence cost) yang dijamin dalam polis adalah di luar limit
penggantian (in addition to).
Terjadi klaim dengan total klaim IDR 6 milyar dan biaya pembelaan IDR 1.5 milyar.

Jawaban:
Ada 2 jenis treaty non proporsional dengan metode excess layer:
1. Working Excess of Loss
• Reasuradur terlibat untuk setiap loss yang melebihi suatu nilai tertentu
(underlying retention/ deductible/ priority)
• Kapasitas otomatis (treaty)
• Disebut working cover --> dalam satu tahun reasuradur dapat terlibat di
beberapa kerugian individu (any one risk)
• Cover limit dibentuk dalam layer-layer dgn penulisan sbb:
- 1st layer: Cover Limit layer pertama ‘in excess of’ Underlying Retention
- 2nd layer: Cover Limit layer kedua ‘in excess of’ 1st layer attachment

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

point
- dst

Contoh:
Total klaim: IDR 7.5 milyar

Ceding Reinsurer Sisa Klaim


Primary 1 milyar Nil 6.5 milyar
Fist excess 1 milyar 4 milyar 1.5 milyar
Second excess 1.5 milyar Nil -
3.5 milyar 4 milyar

2. Stop Loss (Excess of Loss Ratio)


• Cover fluktuasi ‘net claims/ loss ratio’ dari suatu kelas bisnis dalam
setahun periode reasuransi
• Dibentuk dalam layer-layer sebagai berikut:
- 1st layer : Cover limit (% loss ratio) in excess of U/R (% loss ratio)
- 2nd layer: Cover limit (% loss ratio) in excess of 1st layer attach
point (% L/R) dan layer-layer seterusnya
• Umumnya ada sebagian partisipasi kembali ceding dalam limit bag
reas. Contoh kelas bisnis: Hail Account (loss berfluktuasi tajam dari thn
ke thn)
188
Contoh:
Perusahaan asuransi “XZY” memiliki Stop Loss Treaty dengan cover 90%
(10% menjadi tanggungan Ceding Company) dari kelebihan loss ratio di
atas 70% hingga 100%. Pendapatan premi Own Retention Ceding Company
selama periode Treaty tersebut, misalnya Rp. 5.000.000.000,- dan klaim-
klaim yang menjadi tanggung jawab Own Retention Ceding Company dalam
periode yang sama, misalnya, Rp. 7.500.000.000,- (atau loss ratio 150%).
Pembagian tanggung jawab masing-masing pihak dalam klaim Rp.
7.500.000.000,- tersebut adalah sebagai berikut :

Tanggungan Ceding Tanggungan


Nilai Klaim
Company Reasuradur
Rp. 5.25 Milyar (70%) Rp. 5.25 Milyar (70%) -
Rp. 2.25 Milyar (30%) Rp. 225 juta (10%) Rp. 2.025 Milyar
(90% dari 2.25 M)
Total Rp. 5.475 Milyar Rp. 2.025 Milyar
(73% dari nilai klaim) (27% dari nilai klaim)
Hasil pertanggungan di atas menunjukkan bahwa fasilitas Stop Loss Treaty ini
dapat memperkecil atau menekan Loss Ratio dari klaim-klaim Own Retention
Ceding Company dari yang semula 150% menjadi hanya 73%.
(cek kembali ke Underwriter / Divisi Treaty untuk jawaban yang lebih tepat)

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

9.31. Berkaitan dengan tahapan penyelesaian klaim untuk mendapatkan penggantian


klaim (recovety) dari reasuradur pada kontrak reasuransi non proporsional, uraikan
3 (tiga) faktor utama yang akan dinilai reasuradur dalam penanganan penggantian
klaim berdasarkan kondisi follow the settlement. (Sept 2016, No. 3).

Jawaban:
Faktor utama yang dinilai reasuradur berdasarkan prinsip follow the settlement:
o Klaim jatuh dalam syarat dan kondisi kontrak;
o Klaim telah disesuaikan dengan cara yang tepat dengan cara lugas; dan
o tidak adanya penipuan.

9.32. Berkaitan dengan reinsurance recovery, uraikan perbedaan antara aplikasi Claim
Cooperation Clause dan Claim Control Clause (Sept 2012, No. 4; Sept 2015, No. 3).

Jawaban:
Claim Co-operation Clause
Susunan kata bervariasi, namun secara umum berisi bahwa reasuransi harus segera
diberitahu tentang kerugian yang mungkin melibatkan reasuransi. Perusahaan
asuransi kemudian harus bekerja sama dengan reasuradur dalam penanganan 189
klaim.

Claim Control Clause


Tugas penanggung di bawah klausul ini lebih berat. Mereka harus memberitahu
reasuransi segera atas kerugian yang mungkin melibatkan mereka dan
memungkinkan reasuransi untuk mengendalikan klaim. Jika penanggung gagal
untuk memberitahu reasuransi pada waktu yang tepat, mereka mungkin dianggap
melanggar ketentuan ini. Sangat penting bahwa baik penanggung maupun
reasuransi harus memahami hak-hak mereka dan kewajiban masing-masing sesuai
dengan ketentuan atas claim control clause ini. Hal ini diperlihatkan dalam kasus
Royal dan Sun Alliance Insurance plc v Dornoch Ltd (2004), di mana reasuransi
berusaha untuk menghindari liability polis ketika disajikan klaim oleh penanggung.

9.33. Berkaitan dengan klaim di mana ada indikasi kecurangan (fraudulent claim), jelaskan
5 (lima) indikator adanya kecurangan tersebut (Mar 2013, No. 9).

Jawaban:
• Overstatement claim / klaim ‘berlebihan’: banyak tertanggung akan
‘mengumpulkan’ jumlah klaim yang mereka buat dengan harapan bahwa
asuransi akan menegosiasikan nilai ke bawah. Semua overstatements secara
teknis merupakan penipuan, tapi biasanya ditangani dengan suatu penilaian yang

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

akurat dari jumlah benar yang diperlukan untuk mengganti kerugian tertanggung.
Setiap klaim berlebihan, bagaimanapun, harus meningkatkan kecurigaan bahwa
klaim tidak asli dan klaim handler harus menyelidiki lebih lanjut, dalam contoh
pertama kerugian adjuster independen akan melihat secara dekat mengenai
suatu keadaan kerugian. Jika tertanggung tidak dapat memverifikasi dugaan
kerugian mereka, asuransi dapat menolak untuk memenuhi klaim.
• Kurangnya bukti bahwa tertanggung memiliki properti yang merupakan subjek
dari klaim: seringkali tertanggung tidak dapat menunjukkan tanda terima
pembelian untuk menunjukkan bahwa awalnya mereka memiliki harta apapun
yang diduga dicuri, rusak atau hilang – banyak orang tidak rutin menyimpan
tanda terima. Namun, untuk barang-barang yang berharga atau besar,
tertanggung harus mampu menghasilkan suatu bukti kepemilikan, setidaknya
sebagian konklusif. Sebagai contoh, jika bagian dari warisan besar mungkin
menghasilkan salinan dari kepemilikan tersebut. Contoh lain bisa berupa
ketersediaan foto tertanggung yang mengenakan perhiasan yang hilang atau
menampilkan perabotan yang dicuri atau barang antik (atau gambar) yang rusak
di latar belakang; jika ada sesuatu hadiah sumbangan mungkin dapat diverifikasi
hadiah dan nilai perkiraannya.
• Lebih dari satu nama tertanggung pada satu polis: ini dapat terjadi dengan
sempurna dan sah, tetapi dalam beberapa keadaan penanggung atau loss
adjuster mereka mungkin menduga, tanpa bukti yang memadai, di mana
klaim adalah hasil dari tindakan yang disengaja oleh tertanggung. Kadang-
kadang pembayaran kepada tertanggung lain pada polis dapat memastikan
bahwa pelaku diduga mendapatkan manfaat tidak langsung dari penipuan, dan
keberatan untuk pembayaran tersebut mungkin menjadi indikator penipuan lebih
lanjut.
• Beberapa polis asuransi mengkover risiko yang sama: jika ada polis indemnity,
misalnya polis fire, maka tertanggung yang berhasil mencoba untuk membuat
lebih dari satu klaim untuk kejadian yang sama akan menerima lebih dari hak
190
mereka. Jika hal ini dilakukan secara tidak sengaja, dan tertanggung menyatakan
keberadaan cover tambahan, atau obyek pertanggungan dengan rute lain,
maka pertanyaannya adalah berkaitan dengan mencari kontribusi dari semua
perusahaan asuransi yang terlibat, sehingga total penerimaan tertanggung
adalah ganti rugi yang tepat. Jika keberadaan polis tambahan yang tersembunyi
oleh tertanggung, maka ini harus membuat praduga mengenai adanya penipuan.
Masalahnya juga sering muncul di kelas asuransi seperti polis kecelakaan diri,
yang bukan merupakan polis indemnity – tertanggung dapat mengklaim secara
cukup sah. Sebaliknya, jika ada sejumlah besar polis yang memberikan manfaat
keseluruhan yang sangat besar, ini sendiri mungkin menjadi indikator penipuan.
• Tidak konsisten, atau mengubah, keadaan yang menimbulkan klaim tersebut:
ini mungkin merupakan indikasi bahwa peristiwa yang dijelaskan tidak pernah
terjadi.

9.34. Uraikan definisi fraud sesuai SEOJK no. 46/SEOJK.05/2017 (tentang Pengendalian
Fraud, Penerapan Strategi Anti Fraud, dan Laporan Strategi Anti Fraud Bagi
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi,
Perusahaan Reasuransi Syariah, atau Unit Syariah) tertanggal 25 Agustus 2017
(Sept 2018, No. 3).

Jawaban:
Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syariah,


pemegang polis, tertanggung, peserta, atau pihak lain, sehingga Perusahaan, Unit
Syariah, pemegang polis, tertanggung, peserta, atau pihak lain menderita kerugian
dan/atau pelaku Fraud memperoleh keuntungan keuangan baik secara langsung
maupun tidak langsung.

9.35. Uraikan 5 (lima) prosedur penanganan pengaduan atau komplain.

Jawaban:
Perusahaan asuransi harus memiliki prosedur internal tertulis yang tepat dan efektif
untuk menangani keluhan dari pengadu tersebut. Ekspresi ketidakpuasan bisa
secara lisan atau tertulis dan mungkin atau tidak mungkin dibenarkan. Mereka dapat
berhubungan dengan ketentuan perusahaan, atau kegagalan untuk menyediakan
layanan keuangan. Prosedur penanganan pengaduan internal harus menyediakan
untuk:
1. menerima keluhan;
2. menanggapi keluhan;
3. merujuk keluhan ke perusahaan lain;
4. melakukan penyelidikan sesuai keluhan; dan
5. memberitahukan pengadu mengenai hak mereka untuk pergi ke Ombudsman
Jasa Keuangan (FOS) mana yang sesuai.
191
Prosedur penanganan pengaduan internal harus memungkinkan pengadu untuk
mengajukan keluhan dengan cara apapun yang wajar (misalnya, surat, telepon,
email atau secara langsung). Prosedur penanganan keluhan suatu perusahaan harus
membuat ketentuan untuk pengaduan yang harus diselidiki oleh seorang karyawan
yang memiliki kompetensi yang memadai yang, bila sesuai, tidak terlibat langsung
dalam subyek pengaduan. Mereka harus memiliki kewenangan yang cukup untuk
menyelesaikan keluhan, termasuk kemampuan untuk membuat menawaran ganti
rugi, atau memiliki akses pada seseorang yang memiliki otoritas yang diperlukan.
FSA merekomendasikan bahwa keluhan akan ditangani oleh departemen keluhan
yang berdedikasi, dan bukan oleh bagian dari perusahaan yang kepadanya keluhan
itu disampaikan. Klaim handler harus tahu kepada siapa untuk merujuk keluhan
yang diterima.

Perusahaan harus mengambil langkah-langkah yang wajar untuk memastikan


penanganan complain yang adil, konsisten dan cepat. Di mana perusahaan
menentukan bahwa ganti rugi sesuai, harus memberikan kompensasi yang adil
bagi pengadu untuk setiap tindakan atau kelalaian yang liable. Penanggung harus
mematuhi tawaran ganti rugi yang diterima pengadu.

9.36. Berkaitan dengan proses klaim, buatlah flowchart/diagram tahapan penangan klalm
pihak ketiga pada polis tanggung gugat, lengkap dengan berbagai kemungkinan
hasil investigasi dan keputusan para pihak yang terkait (Sept 2013, No. 10).

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

Jawaban:

192

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

193

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 9: Negosiasi dan Penyelesaian Klaim yang Efektif

mempertimbangkan apa yang adil dan wajar, ombudsman akan memperhitungkan:

• hukum yang relevan;


• peraturan yang relevan;
• peraturan regulator, panduan dan standar;
• setiap kode praktek yang relevan; dan
• dimana dianggap tepat, apa yang mereka anggap sebagai praktik industri yang
baik pada waktu yang relevan.

194

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

Bab 10: Litigasi dan Metode Lain Untuk Menyelesaikan


Perselisihan

10.1. Berkaitan dengan penyelesaian sengketa, uraikan 2 (dua) bagian dari Civil
Procedure Rules.

Jawaban:
Civil Procedure Rules – Aturan Prosedur Perdata (CPR) terdiri dari beberapa bagian
terkait. Aturan itu sendiri, yang disebut dengan Parts dilengkapi dengan:

• Practice Directions memberikan panduan extra dan petunjuk bagaimana Aturan


akan dioperasikan; dan
• Pre-Action Protocols, yang menetapkan langkah-langkah yang harus diikuti
sebelum klaim mencapai pengadilan dan proses litigasi/peradilan dimulai.

Rules, Practice dan Protocols bersama-sama membentuk tubuh CPR. Oleh karena
itu, bahkan jika klaim tidak pernah sampai ke pengadilan, klaim itu harus ditangani
sesuai dengan surat dan semangat CPR.

195
10.2. Berkaitan dengan Civil Procedure Rules, uraikan 5 (lima) tindakan yang wajib
dilakukan oleh pengadilan dalam menangani setiap kasus klaim.

Jawaban:
(A) memastikan bahwa para pihak memiliki pijakan yang sama;
(B) menghemat biaya
(C) menangani kasus ini secara proporsional
(I) dengan jumlah uang yang terlibat
(II) dengan pentingnya kasus ini
(III) dengan kompleksitas isu; dan
(IV) ke posisi keuangan masing-masing pihak;
(D) memastikan bahwa klaim ditangani secepatnya dan adil; dan
(E) membagikan share yang sesuai dengan sumber daya pengadilan, sementara
memperhitungkan kebutuhan untuk membagikan sumber daya untuk kasus lain.

10.3. Uraikan 3 (tiga) jenis track dalam mengelola kemajuan kasus melalui pengadilan.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

Jawaban:
Ada 3 track yaitu:
• small claims track;
• fast track; dan
• multi-track.

Small claims track


Ini adalah track yang biasa untuk:
• klaim untuk personal injury di mana nilai keuangan dari klaim tersebut tidak lebih
dari £5.000 dan nilai keuangan dari klaim untuk kerusakan untuk personal injury
tidak lebih dari £ 1.000;
• klaim oleh penyewa perumahan terhadap pemilik untuk meminta perbaikan atau
pekerjaan lain di mana biaya perbaikan atau pekerjaan lain yang tidak lebih
dari £1.000 dan nilai keuangan klaim lain atas kerusakan yang tidak lebih dari £
1.000; dan
• klaim lain yang memiliki nilai keuangan tidak lebih dari £5.000. (Prosedur untuk
track ini sangat mirip dengan prosedur pengadilan klaim kecil sebelumnya.)

Fast track
Ini adalah track yang biasa untuk setiap klaim di mana small claims track bukanlah 196
track yang biasa dan yang memiliki nilai finansial tidak lebih dari £25.000 (dinaikan
dari £15.000 sejak 6 April 2009). Fast track adalah jalur biasa untuk klaim ini hanya
jika pengadilan menganggap persidangan cenderung berlangsung tidak lebih dari
satu hari; dan bukti ahli di pengadilan akan terbatas pada:
• satu ahli per pihak dalam kaitannya dengan bidang ahli; dan
• bukti ahli dalam dua bidang ahli.
(Bukti ahli Oral umumnya tidak didengar.)

Multi-track
Ini adalah track yang biasa untuk setiap klaim di mana klaim kecil atau fast track
bukan track biasa. Dengan kata lain, itu adalah jalur yang biasa untuk klaim:
• dengan nilai yang lebih besar; atau
• kompleksitas yang lebih besar; atau
• di mana pengadilan tidak bisa diperkirakan hanya berlangsung dalam satu hari.

10.4. Uraikan alasan dibalik terbentuknya Civil Procedure Rules - Pre-Action Protocols,
yang menentukan bagaimana dan dalam skala waktu apa klaim harus ditangani
pra-litigasi.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

Jawaban:
Kita telah melihat bahwa salah satu tujuan dari CPR ini adalah untuk memastikan
bahwa klaim diselesaikan secepat mungkin. CPR juga bertujuan untuk memastikan
bahwa klaim ditangani dengan adil, yang mencakup dengan cara proporsional
dalam hal ukuran dan kepentingan masing-masing pihak. Sebuah konsekuensi dari
ini adalah bahwa CPR mendorong para pihak untuk menggunakan litigasi sebagai
pilihan terakhir dan, jika mungkin, untuk mencapai penyelesaian tanpa sidang
pengadilan.

10.5. Uraikan 10 (sepuluh) protocol yang ada dalam Civil Procedure Rules - Pre-Action
Protocols.

Jawaban:
• Pre-Action Protocol untuk Klaim Personal injury, yang mencakup beberapa
daftar instruksi pengungkapan khusus untuk menangani Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan mengklaim (kami menyertakan salinan ini sebagai Lampiran 2 untuk bab
ini).
• Pre-Action Protocol untuk Klaim Penderitaan dan Penyakit.
• Pre-Action Protocol untuk Resolusi Sengketa Clinical.
• Kelalaian Profesional Pre-Action Protocol.
• Pre-Action Protocol untuk Konstruksi dan Sengketa Teknik.
• Pre-Action Protocol untuk Klaim kepemilikan berdasarkan sewa tunggakan.
197
• Pre-Action Protocol untuk klaim kepemilikan berdasarkan mortgage atau Home
Purchase Plan sehubungan dengan Properti Residensial.
• Pre-Action Protocol untuk klaim perumahan rusak.
• Pre-Action Protocol untuk defamation.
• Pre-Action Protocol untuk judicial review.

Lima protocol yang pertama ini adalah yang paling relevan dengan penanganan
klaim pihak ketiga oleh asuransi.

10.6. Direction CPR Practice untuk Pre-Action Protocol berkaitan dengan ruang lingkup
dan penerapan Protocol. Uraikan:
a. Pengertian protocol
b. Tujuan pre-action protocol
c. Sanksi bila protocol tidak dipenuhi

Jawaban:
a. Pre-Action Protocol menguraikan langkah-langkah yang harus diambil oleh

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

kedua belah pihak untuk mencari informasi dari dan memberikan informasi
kepada satu sama lain tentang klaim hukum yang diharapkan; dan
b. Tujuan dari Pre-Action Protocol adalah:
1) untuk mendorong pertukaran informasi awal dan lengkap tentang klaim
hukum yang diharapkan untuk memungkinkan para pihak menghindari
litigasi dengan menyetujui penyelesaian klaim sebelum dimulainya
persidangan.
2) untuk mendukung proses pengelolaan yang efisien di mana litigasi tidak
dapat dihindari.

c. Ada hukuman jika gagal mematuhi protocol. CPR memungkinkan pengadilan


untuk mempertimbangkan kepatuhan atau ketidakkepatuhan pada protocol
yang berlaku saat memberikan arah untuk pengelolaan proses dan ketika
membuat cadangan biaya. Protocol menetapkan berbagai biaya yang dapat
dibuat pengadilan, dan pengadilan akan menggunakan kekuasaan untuk
melakukannya ‘dengan obyek menempatkan pihak yang tidak bersalah pada
posisi yang tidak buruk daripada jika protocol telah dipenuhi.

10.7. Uraikan 3 (tiga) aspek yang harus ada dalam suatu protocol.

Jawaban:
Semua Protocol umumnya memiliki hal berikut ini: 198
• sebuah pernyataan mengenai tujuan dari protocol tertentu
• daftar langkah-langkah yang harus diikuti ketika membuat dan menanggapi
klaim;
- Kadang-kadang dengan batas waktu yang tepat, dan
- Kadang-kadang dengan panduan rinci untuk informasi yang mungkin cukup
diperlukan untuk menangani klaim secara efektif; dan
• saran bahwa pihak harus mempertimbangkan pendekatan alternatif penyelesaian
sengketa untuk dispute atau klaim, jika dirasa memungkinkan dan tepat.

10.8. Sebutkan 4 (empat) prinsip yang harus diterapkan sebuah Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa sesuai ketentuan pasal 4 POJK nomor 1/POJK/07/2014
tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan
tertanggal 23 Januari 2014. (Mar 2018, No. 3)

Jawaban:
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dimuat dalam Daftar Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan oleh OJK meliputi Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa yang menerapkan prinsip:
- aksesibilitas,

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

- independensi,
- keadilan, dan
- efisiensi dan efektifitas dalam setiap peraturanny

10.9. Berkaitan dengan penyelesaian sengketa melalui BMAI (Badan Mediasi Asuransi
Indonesia), sebutkan: (Sept 2015, No. 6)
a. Besaran jumlah klaim maksimum yang dapat ditangani BMAI
b. 2 (dua) tahap penyelesaian sengketa yang dilakukan BMAI

Jawaban:
a. Untuk proses Mediasi dan Ajudikasi, nilai tuntutan ganti rugi atau manfaat
polis yang dipersengketakan tidak melebihi Rp 750.000.000 (tujuh ratus lima puluh
juta rupiah) per klaim untuk asuransi kerugian/umum dan Rp 500.000.000 (lima
ratus juta rupiah) per klaim untuk asuransi jiwa atau Asuransi jaminan sosial.

b. Penyelesaian sengketa klaim (tuntutan ganti rugi/ manfaat) dilakukan oleh


BMAI dalam 3 (tiga) bagian yaitu: Tahap Mediasi, Tahap Ajudikasi, serta Tahap
Arbitrase.

Tahap I – Mediasi: Permohonan Penyelesaian Sengketa Klaim Asuransi yang 199


diterima BMAI akan ditangani oleh Mediator yang akan berupaya agar Tertanggung
atau Pemegang Polis dan Penanggung (Perusahaan Asuransi) dapat mencapai
kesepakatan untuk menyelesaian sengketa secara damai dan wajar bagi kedua
belah pihak. Mediator akan bertindak sebagai penengah antara Tertanggung
atau Pemegang Polis (Pemohon) dan Penanggung atau Perusahaan Asuransi
(Termohon).

Tahap 2 – Ajudikasi: Bila Sengketa Klaim (tuntutan ganti rugi atau manfaat) tidak dapat
diselesaikan melalui Mediasi (Tahap 1), maka Pihak Pemohon dapat mengajukan
permohonan kepada Ketua BMAI agar sengketanya dapat diselesaikan melalui
proses Ajudikasi. Sengketa akan diputuskan oleh Majelis Ajudikasi yang ditunjuk
oleh BMAI.

Tahap 3 – Arbitrase: Atas sengketa klaim yang tidak dapat diselesaikan pada proses
Mediasi atau Ajudikasi dan yang nilai sengketanya melebihi Batas Nilai Tuntutan
Ganti Rugi dilakukan proses Arbitrase. Sengketa klaim akan diperiksa dan diadili
oleh Arbiter Tunggal atau Majelis Arbitrase. Keputusan arbitrase bersifat final dan
mengikat para Pihak dan tidak dapat dimintakan banding, kasasi atau upaya hukum
lainnya.

10.10. Terkait dengan penyelesaian sengketa yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 1/POJK.07/2017 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa di Sektor Jasa Keuangan, uraikan apa yang dimaksud dengan (Mar 2017,

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

No. 14).
a. Mediasi
b. Ajudikasi
c. Arbitrase

Jawaban:
a. Mediasi: Permohonan Penyelesaian Sengketa Klaim Asuransi yang diterima BMAI
akan ditangani oleh Mediator yang akan berupaya agar Tertanggung atau Pemegang
Polis dan Penanggung (Perusahaan Asuransi) dapat mencapai kesepakatan untuk
menyelesaian sengketa secara damai dan wajar bagi kedua belah pihak. Mediator
akan bertindak sebagai penengah antara Tertanggung atau Pemegang Polis
(Pemohon) dan Penanggung atau Perusahaan Asuransi (Termohon).

b. Ajudikasi: Bila Sengketa Klaim (tuntutan ganti rugi atau manfaat) tidak dapat
diselesaikan melalui Mediasi (Tahap 1), maka Pihak Pemohon dapat mengajukan
permohonan kepada Ketua BMAI agar sengketanya dapat diselesaikan melalui
proses Ajudikasi. Sengketa akan diputuskan oleh Majelis Ajudikasi yang ditunjuk
oleh BMAI.

c. Arbitrase: Atas sengketa klaim yang tidak dapat diselesaikan pada proses Mediasi
atau Ajudikasi dan yang nilai sengketanya melebihi Batas Nilai Tuntutan Ganti Rugi
dilakukan proses Arbitrase. Sengketa klaim akan diperiksa dan diadili oleh Arbiter
Tunggal atau Majelis Arbitrase. Keputusan arbitrase bersifat final dan mengikat para
Pihak dan tidak dapat dimintakan banding, kasasi atau upaya hukum lainnya. 200

10.11. Jelaskan tahapan penyelesaian sengketa di sektor keuangan sesuai Peraturan


Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tertaggal 16 Januari 2014 tentang
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan (Sept 2017,
No. 11).

Jawaban:
Hal ini dijelaskan pada Bab II pasal 2 sbb:
(1) Pengaduan wajib diselesaikan terlebih dahulu oleh Lembaga Jasa Keuangan.
(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian Pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Konsumen dan Lembaga Jasa Keuangan dapat
melakukan penyelesaian Sengketa di luar pengadilan atau melalui pengadilan.
(3) Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.
(4) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dimuat dalam Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang
ditetapkan oleh OJK.
Pasal 4 - Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dimuat dalam Daftar
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan oleh OJK meliputi
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang mempunyai layanan penyelesaian
Sengketa paling kurang berupa:

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

1) mediasi;
2) ajudikasi; dan
3) arbitrase.
(Ketiga layanan ini dapat Anda jelaskan dari soal-jawab sebelum soal ini)

10.12. Uraikan 6 (enam) protocol yang dapat diterapkan dalam klaim personal injury.

Jawaban:
Personal Injury Protocol membutuhkan:
• pemberitahuan awal: jika untuk alasan apa pun penggugat ingin memberikan
notifikasi klaim terlebih dahulu sebelum mengirim surat klaim resmi (kadang-
kadang disebut letter before action), tindakan ini belum memulai timetable untuk
sebuah tanggapan.
• Penggugat (biasanya pengacara mereka) harus mengirimi tertanggung dua
salinan dari surat gugatan, salah satu salinannya kemudian diteruskan ke
perusahaan asuransi. Mereka harus segera mengirimkan informasi yang cukup
tersedia untuk mendukung klaim, tetapi sebelum mereka mengatasi isu-isu
terperinci dari kuantum. Protocol ini menekankan bahwa tertanggung harus
melewati tahap ini ke klaim handler sesegera mungkin. Jika klaim handler
menerimanya setelah ‘beberapa penundaan oleh tertanggung’, ini harus
masuk akal bagi mereka kepada penggugat untuk meminta waktu tambahan
untuk menanggapi. Surat klaim ini harus berisi informasi yang cukup tentang 201
keadaan klaim agar klaim handler dapat menilai liability dan ‘setidaknya
menempatkan penilaian yang luas pada risiko’. Di bawah protocol, penuntut
tidak harus melakukan penyelidikan lebih lanjut atas pertanggungjawaban
sampai mereka menerima respon dari klaim handler, atas nama perusahaan
asuransi, menunjukkan apakah itu merupakan sengketa liability. Surat itu harus
berisi ringkasan yang jelas dari fakta-fakta yang mendasari klaim, sifat dari
setiap luka yang diderita dan kerugian keuangan yang timbul. Lampiran Protocol
menyediakan format standar yang direkomendasikan.
• Penanggung (atau tertanggung) harus membalas dalam waktu 21 hari kalender
dari tanggal pengiriman surat klaim (tunduk pada ketentuan di atas dalam hal
keterlambatan oleh tertanggung dalam meneruskan surat tersebut). Jawabannya
harus mengidentifikasi penanggung dan mengidentifikasi setiap kelalaian yang
signifikan dari surat gugatan. Jika penuntut tidak menerima balasan dalam waktu
21 hari mereka berhak untuk memulai proses hukum.
• Klaim handler kemudian memiliki maksimal tiga bulan sejak tanggal pengakuan
mereka untuk menyelidiki. Pada akhir tiga bulan mereka harus membalas
dan menyatakan apakah mereka menolak liability, dan jika mereka menerima
liability, latar belakang penolakan termasuk versi alternatif dari fakta-fakta yang
mendasarinya.
• Jika kecelakaan terjadi di luar Inggris dan Wales dan/atau terdakwa di luar
yurisdiksi, periode waktu umumnya diperpanjang untuk 42 hari dan enam bulan
masing-masing.
• Jika perusahaan asuransi menyangkal liability, surat balasan mereka harus
berisi dokumen yang dimiliki klaim handler, mana fakta yang material terhadap
masalah antara para pihak dan yang akan cenderung untuk diungkapkan oleh
pengadilan.

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

10.13. Berdasarkan Direction Practice Part 31, uraikan apa yang dimaksud dengan
dokumen.

Jawaban:
Praktek Direction untuk Part 31 mengemukanan apa yang dimaksud dengan
“dokumen”. Ini termasuk semua dokumen asli serta salinan dari dokumen tersebut,
tetapi juga berbagai bahan elektronik, beberapa di antaranya mungkin tidak tampak
sebagai ‘dokumen’. Ini termasuk data yang tersimpan dalam berbagai bentuk
elektronik, termasuk database dan email, data yang dihapus dan apa yang disebut
‘metadata’ (data tersembunyi di hard drive komputer), bahkan pesan teks ponsel
dan gambar. Daftar pengungkapan harus dibuat pada formulir pengadilan yang
ditentukan, yang berisi semua kategori dokumen yang mungkin ada, dan yang berisi
pernyataan yang ditandatangani oleh pihak pengacara untuk kategori dokumen
yang relevan dan bahkan daftar dokumen yang tidak ingin mereka ungkapkan, dan
pengadilan akan memutuskan dokumen mana yang harus mereka sediakan.

10.14. Uraikan ketentuan Penyelesaian Perselisihan yang wajib dituliskan dalam polis
sesuai ketentuan regulasi pasal 17 dan pasal 18 POJK No. 23/POJK.05/2015
tanggal 24 Nopember 2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk
Asuransi (Mar 2018, No. 14).

202
Jawaban:
Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan diungkapkan dalam pasal 17 dan
18 sebagai berikut:
Pasal 17
Perusahaan dilarang mencantumkan suatu ketentuan di dalam Polis Asuransi yang
dapat ditafsirkan:
a. bahwa pemegang polis, tertanggung, atau peserta tidak dapat melakukan upaya
hukum sehingga pemegang polis, tertanggung, atau peserta harus menerima
penolakan pembayaran klaim; dan/atau
b. sebagai pembatasan upaya hukum bagi para pihak dalam hal terjadi perselisihan
mengenai ketentuan Polis Asuransi.
Pasal 18
(1) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai penyelesaian
perselisihan harus memuat penyelesaian sengketa yaitu di luar pengadilan dan
melalui pengadilan.
(2) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai penyelesaian
perselisihan atas perjanjian asuransi yang dilakukan di luar pengadilan, harus
memberikan pilihan alternatif penyelesaian sengketa yaitu melalui lembaga
alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai lembaga alternatif penyelesaian sengketa di sektor
jasa keuangan.
(3) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai penyelesaian

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

perselisihan atas perjanjian asuransi yang dilakukan melalui pengadilan, tidak


boleh membatasi pemilihan pengadilan hanya pada pengadilan negeri di tempat
kedudukan Perusahaan.

10.15. Uraikan pengertian arbitrase dan mediasi serta kegunaannya.

Jawaban:
Arbitrase
Arbitrase adalah sebuah proses penyelesaian perselisihan yang mengikat yang
sering digunakan sebagai alternatif dari proses peradilan. Pihak-pihak yang
berselisih sering menggunakan ini jika mereka ingin perselisihan mereka didengar
oleh seorang hakim yang mengetahui mengenai subjek perselisihan, selain oleh
pengadilan atau di mana mereka berharap bahwa kasus dan hasilnya tetap rahasia.
Banyak polis asuransi komersial (dan kebanyakan kontrak reasuransi) berisi sebuah
arbitration clause yang menyatakan bahwa perselisihan akan dimasukkan dalam
proses arbitrase (dan dimana dan dibawah peraturan apapun). Klausul umumnya
diatur atau secara spesifik peraturan procedural dari arbitrase akan mengikuti dan
pengaturan perjanjian dengan arbitrator. Dalam hal ketiadaan peraturan pre-agreed,
pihak-pihak mungkin dapat memutuskan bahwa prosesur dan peraturan untuk
diadopsi. Karena arbitration clause dalam sebuah kontrak diperlakukan sebagai
kontrak terpisah, ini tetap valid untuk menentukan sebuah dispute sekalipun jika
polis atau treaty menurut dugaan ditolak. Sekalipun jika polis tidak memuat sebuah
arbitration clause, terbuka pada para pihak untuk menentukan para suatu arbitrase
jika kedua belah pihak setuju.
203
Mediasi
Mediasi adalah hal yang paling lazim dari ADR, dan sesungguhnya suatu
penggunaan yang kurang tepat dari istilah ADR sebagai sinonim dari mediasi.
Mediasi dapat digunakan dalam perselisihan pihak ketiga, atau dengan persetujuan,
dalam perselisihan antara penanggung dan tertanggung. Mediasi bukanlah proses
penyelesaian perselisihan yang mengikat karena hanya semacam memfasilitasi
negosiasi. Mediator tidak memutuskan hasil atau perkiraan klaim atau perselisihan,
tetapi membimbing pihak-pihak pada penyelesaian sesuai dengan pilihan mereka.
Tidakan mereka sebagai perantara atau negosiator penjemput. Segala sesuatu
yang mereka katakan selama mediasi tetaplah rahasia sekalipun mereka memiliki
izin untuk mengumumkannya kepada pihak lain. Menggunakan suatu kombinasi
dari pengujian realita, pertanyaan dan saran “what-if”, dan analisis kebutuhan para
pihak, mereka mencoba untuk membawa pada suatu penyelesaian yang disetujui.
Sebuah mediasi memiliki status di mata pengadilan sebagai sesuatu yang tanpa
prasangka adanya penyelesaian dan tidak rahasia pada mediasi yang dapat
digunakan dalam proses yang berikutnya di pengadilan.

Mediasi bekerja karena sungguh-sungguh memiliki kerahasiaan penuh dan karena


sifat privatnya. Dunia di luar biasa tidak akan menggunakan mediasi sekalipun
mencoba mengambil tempat untuk mediasi, apalagi hasilnya. Ini juga bekerja karena
pihak-pihak dapat sewaktu-waktu mencapai suatu solusi dengan sebuah pengadilan
atau tribunal arbitrase yang tidak dapat menyediakan – seperti beberapa form ganti
rugi non moneter, permohonan maaf, pencabutan gugatan publik, dari dugaan atau
perjanjian untuk maju pada sebuah basis yang baru. Kunci dari kesuksesan mediasi
adalah untuk meyakinkan bahwa kehadiran individual memiliki sebuah pengertian

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

penuh dari mereka, atau posisi dan prioritas dan pengertian organisasi mereka dan
telah menyelesaian wewenang untuk mencapai sebuah penyelesaian pada mediasi.

10.16. Sebutkan 3 (tiga) keuntungan dan 2 (dua) kerugian penggunaan mediasi dalam
penyelesaian sengketa klaim (Sept 2012, No. 3).

Jawaban:
Keuntungan dari mediasi adalah:
• relatif murah: dalam kasus yang diajukan ke pengadilan atau berpotensi di
bawa ke pengadilan, biaya persiapan juga akan dikeluarkan, dan hanya biaya
mediator dan biaya sidang sehari;
• biasanya juga relatif cepat; dan
• fleksibel untuk hasilnya.

Kelemahan adalah:
• dapat menambah biaya total jika dilakukan pada waktu yang salah; dan
• proses ini tidak mengikat dan tidak menentukan tanggung jawab hukum.

204
10.17. Dalam kaitannya dengan arbitrase, uraikan (Sept 2012, No. 11):
a. yang dimaksud dengan klausul arbitrase.
b. isi klausul arbitrase sebagaimana Polis Standar Asuransi Kebakaran
Indonesia.
c. 4 (empat) keuntungan penyelesaian sengketa dengan cara arbitrase
dibandingkan cara litigasi.

Jawaban:
a. yang dimaksud dengan klausul arbitrase.
Arbitrase adalah sebuah proses penyelesaian perselisihan yang mengikat yang
sering digunakan sebagai alternatif dari proses peradilan. Pihak-pihak yang
berselisih sering menggunakan ini jika mereka ingin perselisihan mereka didengar
oleh seorang hakim yang mengetahui mengenai subjek perselisihan, selain oleh
pengadilan atau di mana mereka berharap bahwa kasus dan hasilnya tetap rahasia.
Banyak polis asuransi komersial (dan kebanyakan kontrak reasuransi) berisi sebuah
arbitration clause yang menyatakan bahwa perselisihan akan dimasukkan dalam
proses arbitrase (dan dimana dan dibawah peraturan apapun). Klausul umumnya
diatur atau secara spesifik peraturan procedural dari arbitrase akan mengikuti dan
pengaturan perjanjian dengan arbitrator. Dalam hal ketiadaan peraturan pre-agreed,
pihak-pihak mungkin dapat memutuskan bahwa prosesur dan peraturan untuk
diadopsi. Karena arbitration clause dalam sebuah kontrak diperlakukan sebagai
kontrak terpisah, ini tetap valid untuk menentukan sebuah dispute sekalipun jika
polis atau treaty menurut dugaan ditolak. Sekalipun jika polis tidak memuat sebuah

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

arbitration clause, terbuka pada para pihak untuk menentukan para suatu arbitrase
jika kedua belah pihak setuju.

b. isi klausul arbitrase sebagaimana Polis Standar Asuransi Kebakaran


Indonesia.
Klausul Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase (Pasal 24 Nomor A)
Dengan ini dinyatakan dan disepakati bahwa Tertanggung dan Penanggung akan
melakukan usaha penyelesaian sengketa melalui Arbitrase Ad Hoc sebagai berikut :
1. Majelis Arbitrase Ad Hoc terdiri dari 3 (tiga) orang Arbiter. Tertanggung dan
Penanggung masing-masing menunjuk seorang Arbiter dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari kalender setelah diterimanya pemberitahuan, yang kemudian
kedua Arbiter tersebut memilih dan menunjuk Arbiter ketiga dalam waktu 14
(empat belas) hari kalender setelah Arbiter yang kedua ditunjuk. Arbiter ketiga
menjadi ketua Majelis Arbitrase Ad Hoc.
2. Dalam hal terjadi ketidaksepakatan dalam penunjukkan Arbiter ketiga,
Tertanggung dan atau Penanggung dapat mengajukan permohonan kepada
ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya di mana termohon bertempat
tinggal untuk menunjuk para Arbiter dan atau ketua Arbiter.
3. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180
(seratus delapan puluh) hari sejak Majelis Arbitrase Ad Hoc terbentuk. Dengan
persetujuan para pihak dan apabila dianggap perlu oleh Majelis Arbitrase Ad
Hoc, jangka waktu pemeriksaan sengketa dapat diperpanjang.
4. Putusan Arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan
mengikat Tertanggung dan Penanggung. Dalam hal Tertanggung dan atau
Penanggung tidak melaksanakan putusan Arbitrase secara sukarela, putusan 205
dilaksanakan berdasarkan perintah ketua Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya di mana termohon bertempat tinggal atas permohonan salah satu
pihak yang bersengketa.
5. Untuk hal-hal yang belum diatur dalam pasal ini berlaku ketentuan yang diatur
dalam undang-undang tentang arbitrase, yang untuk saat ini adalah Undang-
Undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 1999 tanggal 12 Agustus 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

c. 4(empat) keuntungan penyelesaian sengketa dengan cara arbitrase


dibandingkan cara litigasi.
Keuntungan dari mediasi adalah :
• relatif murah: dalam kasus yang diajukan ke pengadilan atau berpotensi
di bawa ke pengadilan, biaya persiapan juga akan dikeluarkan, dan
hanya biaya mediator dan biaya sidang sehari;
• biasanya juga relatif cepat; dan
• fleksibel untuk hasilnya.
• prosesnya tertutup, sehingga terhindar dari ekspose media yang dapat
mempengaruhi kepercayaan publik.

10.18. Dalam kaitannya dengan penyelesaian sengketa, sebutkan masing-masing 2 (dua)

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

perbedaan dan 2 (dua) persamaan antara arbitrase dan mediasi (Mar 2013, No. 5;
Mar 2017, No. 3).

Jawaban:
Perbedaan
- Prosedur arbitrase yang tunduk pada Arbitration Act 1996 sedangkan mediasi
tidak diatur oleh ketentuan undang-undang;
- Arbitrase adalah proses pengikatan sedangkan mediasi adalah proses yang
tidak mengikat meskipun settlement dapat dibuat mengikat berdasarkan
kesepakatan; dan
- Dalam arbitrase masalah ini diputuskan oleh pengadilan sementara di mediasi
pihak memutuskan settlement yang dapat diterima bersama.

Persamaan antara mediasi dan abitrase adalah sebagai berikut:


Arbitrase dan mediasi (dan bentuk lain dari alternative dispute resolution – ADR)
adalah cara menyelesaikan setiap klaim atau perselisihan tanpa menggunakan
litigasi di pengadilan. Arbitrase adalah sebuah proses menyelesaian sengketa yang
mengikat namun privat dan konfidensial, yang secara praktis cenderung menjadi
formal dan mengikuti prosedur peradilan sebagai penggerak utamanya.
Mediasi juga bersifat privat dan konfidensial, tetapi lebih kurang formal. Ini sebagian
besar ada dalam control dari pihak-pihak, tetapi prosesnya tidaklah mengikat
(sekalipun setiap settlement dapat dibuat mengikat jika para pihak setuju).
206
10.19. Berkaitan dengan penyelesaian sengketa, uraikan pengertian:
a. Early neutral evaluation
b. Expert determination

Jawaban:
• Early neutral evaluation melibatkan penggunaan pihak ketiga yang netral untuk
mengevaluasi manfaat dari argumen kedua belah pihak dan menyarankan
untuk kemungkinan hasil dari keputusan pengadilan. Ini adalah evaluasi yang
tidak mengikat, tetapi dapat membantu pihak untuk sampai pada settlement. Ini
kadang-kadang didorong atau ditawarkan oleh pengadilan, terutama Pengadilan
Niaga, dimana evaluator netral seringkali adalah seorang hakim yang lain.
• Expert determination adalah perjanjian oleh para pihak untuk mengajukan
sebuah sengketa, perbedaan atau klaim untuk seorang ahli yang disepakati
bersama untuk menentukan masalah ini. Para pihak terlebih dahulu harus
setuju bahwa keputusan ahli akan mengikat. Penentuan ahli memiliki beberapa
kesamaan dengan baik ajudikasi dan arbitrasi, tetapi tidak tunduk pada ketentuan
perundang-undangan yang mengatur secara baik. Hal ini sering digunakan
untuk:
o Valuasi;
o Perselisihan kuantum; dan

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Bab 10: Pendakwaan dan Metode Lain dalam Penyelesaian Perselisihan

o Di mana keputusan akan sangat berdasarkan hal-hal teknis.

10.20. Berkaitan dengan penyelesaian sengketa, uraikan pengertian Expert determination


(Sept 2015, No. 2).

Jawaban:
Lihat di atas

207

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Soal LSPP AAMAI, Maret 2019

KODE UNIT: K.651210.108.01


JUDUL UNIT: MELAKSANAKAN PENGELOLAAN RISIKO DAN
AKSEPTASI LINI USAHA ASURANSI PENGANGKUTAN
HARi, TANGGAL: Selasa, 26 Maret 2019
WAKTU: Jam : 09.00 - 12.00

o Ujian ini terdiri dari dua bagian (Bagian Idan Bagian II)
o Jawab seluruhnya 8 (delapan) pertanyaan pada Bagian I (bobot 25%)
o Jawab 4 (empat) pertanyaanpadaBagian II (bobot 75%)
o Waktu yang tersedia 3 (tiga) jam

BAGIAN I
Jawab seluruhnya DELAPAN pertanyaan pada bagian ini. Seluruh pertanyaan memiliki
bobot yang sama (equal marks). Dianjurkan menggunakan waktu max 45 menit untuk
mengerjakan Bagian I.

1. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, sebutkan 4 (empat) peranan petugas klaim.


(Jawaban ada pada halaman 73) 208
2. Terkait informasi tambahan pada proses litigasi, uraikan yang dimaksud dengan
disclosure. (Jawaban ada pada halaman 78)

3. Uraikan kepada pihak mana seharusnya loss adjuster bertanggungjawab dalam


menjalankan tugasnya dalam penyelesaian klaim. (Jawaban ada pada halaman 82)

4. Uraikan pengertian dari prinsip indemnity. (Jawaban ada pada halaman 59)

5. Berkaitan dengan penyelesaian klaim, sebutkan klasifikasi damages yang sesuai


dengan jenis penggantian kerugian tersbeut di bawah ini: (Jawaban ada pada
halaman 158)
a. Andi mendapat penggantian kerugian USD 10,000 untuk kehilangan pendapatan
yang diderita sejak tanggal kecelakaan hingga persidangan.
b. Budi menerima penggantian USD 100 atas kecelakaan yang dialami walaupun
tidak mengalami kerugian ataupun luka badan akibat kecelakaan tersebut.
c. Cindy menerima USD 100,000 sebagai kompensasi akibat penderitaan yang
dialami akibat suatu kecelakaan.
d. Dina menerima USD 10,000 atas tindakan yang berlebihan dari pelaku yang
menyebabkan suatu kecelakaan.

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Soal LSPP AAMAI, Maret 2019

6. Terkait dengan prinsip indemnity: (Jawaban ada pada halaman 182)


a. Sebutkan 2 (dua) jenis pertanggungan yang tidak menggunakan prinsip
indemnity dalam penggantian kerugiannya.
b. Uraikan alasan jenis pertanggungan pada a) di atas, dikecualikan dari prinsip
tersebut.

7. Dalam kaitan dengan risiko sendiri, uraikan: (Jawaban ada pada halaman 95)
a. Cara kerja franchise
b. Alasan franchise tidak lazim lagi digunakan oleh perusahaan asuransi

8. Uraikan apa yang dimaksud dengan cost in addition basis pada polis Tanggung
Gugat. (Jawaban ada pada halaman 100)

BAGIAN II
Jawab EMPAT dari ENAM pertanyaan pada bagian ini. Apabila dijawab lebih dari 4
(empat) soal, maka yang akan dinilai hanyalah jawaban dengan urutan pengerjaan
1(satu) sampai 4 (empat) tanpa memperhatikan nomor urut soal.
Seluruh pertanyaan memiliki bobot yang sama ( equal marks)
209

9. Berkaitan dengan investigasi dan penyelesaian klaim, uraikan 4 (empat) hal yang
dapat dilakukan lawyer (pengacara) bagi perusahaan asuransi. (Jawaban ada pada
halaman 81)

10. Konflik kepentingan antara nasabah dan pialang asuransi dapat terjadi dalam hal
penanganan klaim. Uraikan: (Jawaban ada pada halaman 51)
a. Bagaimana konflik k pentingan itu dapat terjadi.
b. Kewajiban perusahaan pialang asuransi tersebut terhadap nasabahnya.
c. Konsekuensi bagi tertanggung bila pemberitahuan klaim dari pialang asuransi
ke penanggung melebihi batasan waktu yang ditentukan dalam polis walaupun
tertanggung telah menyampaikannya sebelum batasan waktu tersebut

11. Terkait dengan regulasi, jelaskan ketentuan mengenai mekanisme dan tatalaksana
pelayanan dan penyelesaian pengaduan nasabah yang harus dilaksanakan
perusahaan asuransi sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/
POJK.07/2013 Pasal 32-39. (Jawaban ada pada halaman 12)

12. Insuring clause dari suatu polis Professional Indemnity berbunyi sebagai berikut:
(Jawaban ada pada halaman 89)

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


Soal LSPP AAMAI, Maret 2019

This insurance covers the following property against physical loss or physical damage
occurring during the period of insurance. We will indemnity you up to the sum insured
for all sums which you shall become legally liable to pay as compensation for claims
made against you for bodily injury or damage to property arising out of incidents
occurring during the period of insurance.

PT. ABC Bertanggungjawab atas desain suatu stadion baru.


Desain dibuat tahun 2016, stadion selesai dibangun tahun 2018, tetapi ketika tahapan
uji coba di tahun 2018 terdapat kebocoran pada atap di mana setelah investigasi
ditemukan bahwa penyebab kebocoran tersebut adalah kesalahan pada desain.
Pemilik stadion terpaksa menunda pembukaan stadion untuk memperbaiki kerusakan
yang terjadi.
PT. ABC menerima gugatan dari pemilik stadion atas kerusakan tersebut di tahun
2019. PT. ABC memiliki polis professional indemnity sejak 1 Januari 2014 yang
diperpanjang setiap tahun hingga sekarang dengan dasar sesuai insuring clause di
atas.

Jelaskan:
a. Periode polis Professional Indemnitu yang bertanggungjawab atas kerugian di
atas
b. Pihak mana yang mempunyai kewajiban pembuktian (burden of proof) pada
kasus tersebut di atas

13. Terkait proximate clause, uraiakan: (Jawaban ada pada halaman 70) 210
a.1. Apa yang dimaksud dengan Independent perils
a.2. Bagaimana penggantian klaim sesuai a.1. di atas bila suatu kerugian disebabkan:
I. insured perils dan excluded peril
II. insured peril dan uninsured peril
II. excluded peril dan uninsured peril

b.1. Apa yang dimaksud dengan interdependent perils


b.2. Bagaimana penggantian klaim sesuai b.1. di atas bila suatu kerugian disebabkan:
I. insured perils dan excluded peril
II. insured peril dan uninsured peril
II. excluded peril dan uninsured peril

14. Jelaskan 5 (lima) pembelaan umum yang paling utama yang digunakan dalam
menentukan adanya tanggungjawab hukum pada asuransi tanggung gugat. (Jawaban
ada pada halaman 145)

108 - Menerapkan Pengelolaan dan Pengendalian Praktik Klaim dalam Bisnis Asuransi Umum
Lampiran-lampiran
Lampiran 1 - POLIS STANDAR ASURANSI KEBAKARAN INDONESIA

Lampiran 2 - PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI: Badan Mediasi dan


Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI)
211
Lampiran 3 - POJK No. 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

Lampiran 4 - POJK No. 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI


DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

Lampiran 5 - SE OJK No. 3/SEOJK.05/2015 TENTANG PENILAIAN TINGKAT


RISIKO PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN
REASURANSI

Lampiran 6 - POJK No. 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF


PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.AkademiAsuransi.org


LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

POLIS STANDAR ASURANSI KEBAKARAN INDONESIAN FIRE INSURANCE STANDARD


INDONESIA POLICY

Bahwa Tertanggung yang disebutkan dalam Ikhtisar Whereas the Insured named in the Schedule(s) hereto
Polis ini telah mengajukan kepada Penanggung suatu has made to the Insurers a written proposal which
permohonan tertulis yang dilengkapi dengan together with any other written statements being the
keterangan tertulis lainnya yang menjadi dasar dan basis of and incorporated in this Policy, now subject
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Polis to the Insured having paid to the Insurers the
ini, maka dengan syarat Tertanggung telah membayar premium mentioned in the Policy and subject to
premi kepada Penanggung sebagaimana disebutkan the terms, exclusions and conditions contained herein
dalam Polis dan tunduk pada syarat-syarat, or endorsed hereon, the Insurers will indemnify the
pengecualian-pengecualian dan ketentuan-ketentuan Insured in the manner and to the extent hereinafter
yang terkandung di dalamnya atau ditambahkan provided against losses caused by the perils insured
padanya, Penanggung akan membayar ganti rugi and described in the terms and conditions printed,
kepada Tertanggung sesuai dengan cara dan attached and or stated in this Policy.
ketentuan-ketentuan dalam polis ini terhadap kerugian
yang disebabkan oleh risiko-risiko yang dijamin dan
ditegaskan dalam syarat serta kondisi yang tercetak,
dilekatkan dan atau dicantumkan pada Polis ini.

BAB I CHAPTER I
RISIKO YANG DIJAMIN PERILS INSURED

Polis ini menjamin kerugian atau kerusakan pada This policy covers loss of or damage to property and or
harta benda dan atau kepentingan yang interest insured directly caused by:
dipertanggungkan yang secara langsung disebabkan
oleh :
1. KEBAKARAN 1. FIRE
1.1. yang disebabkan oleh kekurang hati-hatian 1.1. in consequences of negligence or wrongdoing
atau kesalahan Tertanggung atau pihak lain, of the Insured or other party, or other
ataupun karena sebab kebakaran lain unknown cause of fire not excluded in this
sepanjang tidak dikecualikan dalam Polis, Policy,
1.2. yang diakibatkan oleh : 1.2. in consequences of :

Page 1 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

1.2.1. menjalarnya api atau panas yang timbul 1.2.1. spreading of fire or heat caused by
sendiri atau karena sifat barang itu self-combustion or due to inherent
sendiri; vice;
1.2.2. hubungan arus pendek; 1.2.2. short-circuit;
1.2.3. kebakaran yang terjadi karena 1.2.3. fire spreading from nearby objects
kebakaran benda lain di sekitarnya provided that such fire is not caused
dengan ketentuan kebakaran benda by perils excluded in this Policy;
lain tersebut bukan akibat dari risiko
yang dikecualikan Polis;
termasuk juga kerugian atau kerusakan sebagai including loss or damage as a consequence of
akibat dari air dan atau alat-alat lain yang water and or other devices used to fight or
dipergunakan untuk menahan atau memadamkan extinguish the fire and or destruction of all or part
kebakaran dan atau dimusnahkannya seluruh atau of the property and or interest insured ordered by
sebagian harta benda dan atau kepentingan yang lawful authorities to prevent further spreading of
dipertanggungkan atas perintah yang berwenang the fire.
dalam upaya pencegahan menjalarnya kebakaran.

2. PETIR 2. LIGHTNING
Kerusakan yang secara langsung disebabkan oleh Damage directly caused by lightning.
petir.
Khusus untuk mesin listrik, peralatan listrik atau In respect of electrical machinery, electrical or
elektronik dan instalasi listrik, kerugian atau electronic equipment and electrical installations,
kerusakan dijamin oleh Polis ini apabila petir such loss or damage will only be covered
tersebut menimbulkan kebakaran pada benda- hereunder if the lightning ignites fire to such
benda dimaksud. property.

3. LEDAKAN 3. EXPLOSION
yang berasal dari harta benda yang arising from property insured in this Policy or other
dipertanggungkan pada Polis ini atau Polis lain yang Policy which is running in conjunction with this
berjalan serangkai dengan Polis ini untuk Policy for the interest of the same Insured.
kepentingan Tertanggung yang sama.

Pengertian ledakan dalam Polis ini adalah setiap Explosion in this Policy is deemed to mean any
pelepasan tenaga secara tiba-tiba yang disebabkan sudden release of energy resulting from the

Page 2 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

oleh mengembangnya gas atau uap. expansion of gases or vapour.

Meledaknya suatu bejana (ketel uap, pipa dan The bursting of a container (boiler, pipe etc.) is
sebagainya) dapat dianggap ledakan jika dinding considered as an explosion if the walls of the
bejana itu robek terbuka sedemikian rupa sehingga container are torn open to such extent that a
terjadi keseimbangan tekanan secara tiba-tiba di sudden equilibrium of the pressure inside and
dalam maupun di luar bejana. outside the container takes place.

Jika ledakan itu terjadi di dalam bejana sebagai If an explosion occurs inside a container in
akibat reaksi kimia, setiap kerugian pada bejana consequence of a chemical reaction, any damage
tersebut dapat diberikan ganti rugi sekalipun dinding to the container is indemnifiable even if the walls of
bejana tidak robek terbuka. the container are not torn open.

Kerugian yang disebabkan oleh rendahnya tekanan Loss or damage caused by implosion is not
di dalam bejana tidak dijamin oleh Polis. covered by this Policy.

Kerugian pada mesin pembakar yang diakibatkan Loss of or damage to combustion engine resulting
oleh ledakan di dalam ruang pembakaran atau from the explosion taking place within the
ledakan pada bagian tombol saklar listrik akibat combustion chambers or explosion of any part of
timbulnya tekanan gas, tidak dijamin. electrical switches arising from gas pressure is not
covered.

Dengan syarat apabila terhadap risiko ledakan If explosion is also covered by more specific policy,
ditutup juga pertanggungan dengan Polis jenis lain the Insurer shall only indemnify the remaining loss
yang khusus untuk itu, Penanggung hanya from the amount which should be payable under
menanggung sisa kerugian dari jumlah yang such other policy as if this Policy does not exist.
seharusnya dapat dibayarkan oleh polis jenis lain
tersebut apabila polis ini dianggap seolah-olah tidak
ada.

4. KEJATUHAN PESAWAT TERBANG 4. IMPACT OF FALLING AIRCRAFT


Kejatuhan pesawat terbang yang dijamin dalam Impact of falling aircraft covered under this Policy is
polis ini adalah benturan fisik antara pesawat any physical contact of an aircraft including
terbang termasuk helikopter atau segala sesuatu helicopter or any object falling there from with the

Page 3 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

yang jatuh dari padanya dengan harta benda dan property and or interest insured or with the building
atau kepentingan yang dipertanggungkan atau containing the property and or interest insured.
dengan bangunan yang berisikan harta benda dan
atau kepentingan yang dipertanggungkan.

5. ASAP 5. SMOKE
yang berasal dari kebakaran harta benda yang arising from the burning of the property insured in
dipertanggungkan pada Polis ini atau Polis lain yang this Policy or other Policy which is running in
berjalan serangkai dengan Polis ini untuk conjunction with this Policy for the interest of the
kepentingan Tertanggung yang sama. same Insured.

BAB II CHAPTER II
PENGECUALIAN EXCLUSIONS

1. RISIKO YANG DIKECUALIKAN 1. PERILS EXCLUDED


1.1. Polis ini tidak menjamin kerugian atau 1.1. This Policy does not cover any loss of or
kerusakan pada harta benda dan atau damage to property and or interest insured
kepentingan yang dipertanggungkan yang directly or indirectly caused by or as a
secara langsung atau tidak langsung consequence of :
disebabkan oleh atau akibat dari:

1.1.1. pencurian dan atau kehilangan pada 1.1.1. theft and or loss during and after the
saat dan setelah terjadinya peristiwa occurrence of an insured peril;
yang dijamin Polis;
1.1.2. kesengajaan Tertanggung, wakil 1.1.2. willful act of the Insured, his
Tertanggung atau pihak lain atas representatives or other party by the
perintah Tertanggung; order of the Insured;
1.1.3. kesengajaan pihak lain dengan 1.1.3. willful act of other party acknowledged
sepengetahuan Tertanggung, kecuali by the Insured, unless it can be proved
dapat dibuktikan bahwa hal tersebut that it occurs beyond the control of the
terjadi di luar kendali Tertanggung; Insured;
1.1.4. kesalahan atau kelalaian yang 1.1.4. willful wrongdoing or negligence by the
disengaja oleh Tertanggung atau wakil Insured or his representatives;
Tertanggung;

Page 4 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

1.1.5. kebakaran hutan, semak, alang-alang 1.1.5. forest, bush, wild grass and peat fires;
atau gambut;
1.1.6. segala macam bahan peledak; 1.1.6. any kind of explosives;
1.1.7. reaksi nuklir termasuk tetapi tidak 1.1.7. nuclear reaction, including but not
terbatas pada radiasi nuklir, ionisasi, limited to nuclear radiation, ionization,
fusi, fisi atau pencemaran radio-aktif, fusion, fission or pollution by
tanpa memandang apakah itu terjadi di radioactivity, regardless of whether such
dalam atau di luar bangunan dimana processes occur inside or outside the
disimpan harta benda dan atau buildings where the property and or
kepentingan yang dipertanggungkan; interest insured is contained;
1.1.8. gempa bumi, letusan gunung berapi 1.1.8. earthquake, volcanic eruption and
atau tsunami; tsunami;
1.1.9. segala macam bentuk gangguan usaha. 1.1.9. business interruption of any kind.

1.2. Polis ini tidak menjamin kerugian atau 1.2. This Policy does not cover any loss of or
kerusakan pada harta benda dan atau damage to property and or interest insured
kepentingan yang dipertanggungkan yang directly or indirectly caused by, arising from or
secara langsung atau tidak langsung as a consequence of the following perils and
disebabkan oleh, timbul dari, atau akibat dari or expenses, unless otherwise extended :
risiko-risiko dan atau biaya berikut, kecuali jika
secara tegas dijamin dengan perluasan
jaminan khusus untuk itu :
1.2.1 Kerusuhan, Pemogokan, Penghalangan 1.2.1. Riots, Strikes, Locked-out Workers,
Bekerja, Perbuatan Jahat, Huru-hara, Malicious Acts, Civil Commotions,
Pembangkitan Rakyat, Pengambil- Insurrection/Popular Rising, Usurped
alihan Kekuasaan, Revolusi, Power, Revolution, Rebellion, Military
Pemberontakan, Kekuatan Militer, Power, Invasion, Civil War, War and
Invasi, Perang Saudara, Perang dan Hostilities, Subversive Acts, Terrorism,
Permusuhan, Makar, Terorisme, Sabotage or Looting.
Sabotase atau Penjarahan;
Dalam suatu tuntutan, gugatan atau In any action, suit or other
perkara lainnya, di mana Penanggung proceedings, where the Insurer alleges
menyatakan bahwa suatu kerugian that loss or damage is directly or
secara langsung atau tidak langsung indirectly caused by one or more of the

Page 5 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

disebabkan oleh satu atau lebih risiko- excluded perils under this Section, the
risiko yang dikecualikan di atas, maka burden of proof that such loss or
merupakan kewajiban Tertanggung damage is covered shall be upon the
untuk membuktikan sebaliknya; Insured;
1.2.2 tertabrak kendaraan, asap industri, 1.2.2. vehicle impact, industrial smoke,
tanah longsor, banjir, genangan air, landslide, flood, inundation, windstorm
angin topan atau badai; or tempest.
1.2.3 biaya pembersihan puing-puing. 1.2.3. debris removal expenses.

2. HARTA BENDA DAN KEPENTINGAN YANG 2. PROPERTY OR INTEREST EXCLUDED


DIKECUALIKAN
2.1. Kecuali jika secara tegas dijamin dengan 2.1. Unless otherwise specifically extended, this
perluasan jaminan khusus untuk itu, polis ini Policy does not cover loss of or damage to
tidak menjamin kerugian atau kerusakan property insured which is the cause of :
pada harta benda yang merupakan penyebab
dari :
2.1.1 menjalarnya api atau panas yang 2.1.1. spreading of fire or heat caused by
timbul sendiri atau karena sifat barang self-combustion or due to inherent
itu sendiri; vice;
2.1.2. hubungan arus pendek yang terjadi 2.1.2. short circuit occurred on any electrical
pada suatu unit peralatan listrik atau or electronic equipment unit, unless
elektronik, kecuali yang digunakan used for household purposes whether
untuk keperluan rumah tangga baik causing fire or not
menimbulkan kebakaran ataupun tidak.
2.2. Kecuali jika secara tegas dinyatakan sebagai 2.2. Unless specifically stated as property and or
harta benda dan atau kepentingan yang interest insured in the Schedule, this Policy
dipertanggungkan dalam Ikhtisar does not cover :
Pertanggungan, Polis ini tidak menjamin :
2.2.1. barang-barang milik pihak lain yang 2.2.1. goods held in trust and or on
disimpan dan atau dititipkan atas consignment or on commission;
percaya atau atas dasar komisi;
2.2.2. kendaraan bermotor, kendaraan alat- 2.2.2. motor vehicle, heavy equipment,
alat berat, lokomotif, pesawat terbang, railway locomotive, aircraft, watercraft
kapal laut dan sejenisnya; and the like;

Page 6 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

2.2.3. logam mulia, perhiasan, batu permata 2.2.3. bullion, jewelry, precious stones;
atau batu mulia;
2.2.4. barang antik atau barang seni; 2.2.4. curiosity or work of art;
2.2.5. segala macam naskah, rencana, 2.2.5. plans, drawings or designs, patterns,
gambar atau desain, pola, model atau models or moulds and prints;
tuangan dan cetakan;
2.2.6. efek-efek, obligasi, saham atau segala 2.2.6. effects, bonds, shares or all kinds of
macam surat berharga dan dokumen, negotiable certificates and documents,
perangko, meterai dan pita cukai, uang stamps and excise stamps, notes and
kertas dan uang logam, cek, buku-buku coins, cheques, business books and
usaha dan catatan-catatan sistem computer records;
komputer;
2.2.7. perangkat lunak komputer, kartu 2.2.7. computer software, magnetic cards,
magnetis, chip; chips;
2.2.8. pondasi, bangunan di bawah tanah, 2.2.8. foundation, basement, fence;
pagar;
2.2.9 pohon kayu, tanaman, hewan dan atau 2.2.9. standing timber, growing crops, pets
binatang; and or animals;
2.2.10 taman, tanah (termasuk lapisan atas, 2.2.10. landscape, land (including topsoil,
urugan, drainase atau gorong-gorong), backfill, drainage or culvert), channels,
saluran air, jalan, landas pacu, jalur rel, ways, runways, railway lines, dams,
bendungan, waduk, kanal, pengeboran reservoirs, canals, rigs, wells,
minyak, sumur, pipa dalam tanah, underground pipelines, underground
kabel dalam tanah, terowongan, cables, tunnels, bridges, docks, piers,
jembatan, galangan, tempat berlabuh, wharves, mining property
dermaga, harta benda pertambangan di underground, offshore property.
bawah tanah, harta benda di lepas
pantai.

BAB III CHAPTER III


DEFINISI DEFINITIONS

Menyimpang dari arti yang berbeda yang mungkin Notwithstanding anything which may be defined in any
diberikan oleh peraturan hukum yang berlaku, untuk laws or regulations to the contrary, for the purpose of

Page 7 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

keperluan Polis ini semua istilah yang dicetak miring this Policy, all terminology printed in underlined italics
dan digaris-bawahi diartikan sebagaimana diuraikan shall be defined as follows:
berikut ini :
1. Kerusuhan adalah tindakan suatu kelompok orang 1. Riots is an act of a group of at least 12 (twelve)
minimal sebanyak 12 (dua belas) orang yang persons, who in the execution of their common
dalam melaksanakan suatu tujuan bersama purpose cause public disturbance tumultuously
menimbulkan suasana gangguan ketertiban umum with violence and damage to the property of others,
dengan kegaduhan dan menggunakan kekerasan not amounting to Civil Commotions.
serta pengrusakan harta benda orang lain, yang
belum dianggap sebagai suatu Huru-hara.

2. Pemogokan adalah tindakan pengrusakan yang 2. Strikes is a deliberate act of damage, by a group
disengaja oleh sekelompok pekerja, minimal of workers of at least 12 (twelve) persons or one
sebanyak 12 (dua belas) pekerja atau separuh dari half of the entire workforce (if the total number of
jumlah pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerja workforce is less than 24 persons), refusing to
kurang dari dua puluh empat orang), yang menolak work as usual in an attempt to force the employer
bekerja sebagaimana biasanya dalam usaha to accept their demands or to protest against any
untuk memaksa majikan memenuhi tuntutan dari terms of employment enforced by the employer.
pekerja atau dalam melakukan protes terhadap
peraturan atau persyaratan kerja yang
diberlakukan oleh majikan.

3. Penghalangan Bekerja adalah tindakan 3. Locked-out Workers is a deliberate act of damage,


pengrusakan yang sengaja dilakukan oleh by a group of workers of at least 12 (twelve)
sekelompok pekerja, minimal sebanyak 12 (dua persons or one half of the entire workforce (if the
belas) pekerja atau separuh dari jumlah pekerja total number of workforce is less than twenty-four
(dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari dua persons), to protest against the termination or
puluh empat orang), akibat dari adanya pekerja suspension of a fellow employee by the employer.
yang diberhentikan atau dihalangi bekerja oleh
majikan.

4. Perbuatan Jahat adalah tindakan seseorang yang 4. Malicious Acts is an act of any person(s)
dengan sengaja merusak harta benda orang lain deliberately causing damage to the property of
karena dendam, dengki, amarah atau vandalistis, others driven by vengeance, hatred , anger or

Page 8 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

kecuali tindakan yang dilakukan oleh seseorang vandalistic, except such acts done by the
yang berada di bawah pengawasan atau atas employee(s) of the Insured, or any person(s) on
perintah Tertanggung atau yang mengawasi atau behalf of the Insured, or by person(s) entrusted by
menguasai harta benda tersebut, atau oleh the Insured to maintain or keep such property, or
pencuri/perampok/penjarah. by thieves/robbers/looters.

5. Pencegahan adalah tindakan pihak yang 5. Preventive Acts is an act of any lawfully
berwenang dalam usaha menghalangi, constituted authority or body in an attempt to
menghentikan atau mengurangi dampak atau prevent or suppress the occurrence of any of
akibat dari terjadinya risiko-risiko yang dijamin. insured perils or to minimize the consequences of
any such perils.

6. Huru-hara adalah keadaan di satu kota di mana 6. Civil Commotions is an act of a large number of
sejumlah besar massa secara bersama-sama atau people acting together disrupting public peace and
dalam kelompok-kelompok kecil menimbulkan disturbance tumultuously with violence and a chain
suasana gangguan ketertiban dan keamanan of destruction of a large number of properties,
masyarakat dengan kegaduhan dan menggunakan indicated by the cessation of more than one half of
kekerasan serta rentetan pengrusakan sejumlah the normal activity of commercial/shopping or
besar harta benda, sedemikian rupa sehingga business areas or schools or public transportation
timbul ketakutan umum, yang ditandai dengan in one city for at least 24 (twenty-four ) hours
terhentinya lebih dari separuh kegiatan normal consecutively commencing immediately before,
pusat perdagangan/pertokoan atau perkantoran during or after the event.
atau sekolah atau transportasi umum di kota
tersebut selama minimal 24 (duapuluh empat) jam
secara terus-menerus yang dimulai sebelum,
selama atau setelah kejadian tersebut.

7. Pembangkitan Rakyat adalah gerakan sebagian 7. Insurrection/Popular Rising is an uprising of a


besar rakyat di Ibukota Negara, atau di tiga atau majority of the people in the capital city of the
lebih Ibukota Propinsi dalam kurun waktu 12 country, or in three or more capital cities of the
(duabelas) hari, yang menuntut penggantian provinces within 12 (twelve) days, demanding a
Pemerintah yang sah de jure atau de facto, atau change in the government de jure or de facto, or
melakukan penolakan secara terbuka terhadap open resistance against the government de jure or
Pemerintah yang sah de jure atau de facto, yang de facto, not amounting to a Rebellion.

Page 9 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

belum dianggap sebagai suatu Pemberontakan.

8. Pengambilalihan Kekuasaan adalah keadaan yang 8. Usurped Power is a situation where the established
memperlihatkan bahwa Pemerintah yang sah de order has been overthrown and replaced by some
jure atau de facto telah digulingkan dan digantikan illegal authority which is in a position to lay down
oleh suatu kekuatan yang memberlakukan dan rules of conduct and also ensure that the rules are
atau memaksakan pemberlakuan peraturan- obeyed.
peraturan mereka sendiri.

9. Revolusi adalah gerakan rakyat dengan kekerasan 9. Revolution is an uprising of the people with force to
untuk melakukan perubahan radikal terhadap make a radical change to the current public
sistem ketatanegaraan (pemerintahan atau administration system of the country or to
keadaan sosial) atau menggulingkan Pemerintah overthrow the established government de jure or
yang sah de jure atau de facto, yang belum de facto, not amounting to a Rebellion.
dianggap sebagai suatu Pemberontakan.

10. Pemberontakan adalah tindakan terorganisasi dari 10. Rebellion is a state of organized resistance
suatu kelompok orang yang melakukan against the established authority with the object of
pembangkangan dan atau penentangan terhadap supplanting or overthrowing it with force using fire
Pemerintah yang sah de jure atau de facto dengan arms which threatens the existence of such
kekerasan yang menggunakan senjata api, yang authority.
dapat menimbulkan ancaman terhadap
kelangsungan Pemerintah yang sah de jure atau
de facto.

11. Kekuatan Militer adalah kelompok angkatan 11. Military Power is an act by a group of home or
bersenjata baik dalam maupun luar negeri minimal foreign armed forces personnel consisting of at
sebanyak 30 (tiga puluh) orang yang least 30 (thirty) persons using force with the
menggunakan kekerasan untuk menggulingkan intention to overthrow the established authority or
Pemerintah yang sah de jure atau de facto atau to cause public disorder and disturbance.
menimbulkan suasana gangguan ketertiban dan
keamanan umum.

12. Invasi adalah tindakan kekuatan militer suatu 12. Invasion is an act by the military power of one

Page 10 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

negara memasuki wilayah negara lain dengan country to penetrate or invade the territory of
maksud menduduki atau menguasainya secara another with the object of permanently or
sementara atau tetap. temporarily occupying and taking control over such
territory.

13. Perang Saudara adalah konflik bersenjata 13. Civil War is an armed conflict between regions or
antardaerah atau antarfaksi politik dalam batas political factions within the territorial limits of a
teritorial suatu negara dengan tujuan country with the object of gaining legitimate power.
memperebutkan legitimasi kekuasaan.

14. Perang dan Permusuhan adalah konflik bersenjata 14. War and Hostilities is a widespread armed conflict
secara luas (baik dengan atau tanpa pernyataan (whether or not war has been declared) or a
perang) atau suasana perang antara dua negara warlike situation between two or more countries,
atau lebih, termasuk latihan perang suatu negara including military exercises of a country or joint-
atau latihan perang gabungan antar negara. military exercises between countries.

15. Makar adalah tindakan seseorang yang bertindak 15. Subversive Acts is an act by any person on behalf
atas nama atau sehubungan dengan suatu of or in connection with any organization with
organisasi atau sekelompok orang dengan activities directed towards the overthrow by force of
kegiatan yang diarahkan pada penggulingan the government “de jure” or “de facto”, or to the
dengan kekerasan Pemerintah yang sah de jure influencing of it by Terrorism or Sabotage or
atau de facto atau mempengaruhinya dengan violence.
Terorisme atau Sabotase atau kekerasan.

16. Terorisme adalah tindakan termasuk tetapi tidak 16. Terrorism is an act including but not limited to the
terbatas pada penggunaan pemaksaan atau use of force or violence and or the threat thereof ,
kekerasan dan atau ancaman daripadanya, yang of any person or group of persons, whether acting
dilakukan oleh orang atau kelompok orang-orang, alone or on behalf of or in connection with any
apakah bertindak sendiri atau mengatas-namakan organization or government, committed for political,
atau berhubungan dengan organisasi atau religious, ideological or similar purposes including
pemerintah, dengan tujuan politik, agama, ideologi the intention to influence any government and or to
atau tujuan sejenis termasuk maksud untuk put the public in fear.
mempengaruhi pemerintahan dan atau membuat
ketakutan publik.

Page 11 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

17. Sabotase adalah tindakan pengrusakan harta 17. Sabotage is a destructive act against property or
benda atau penghalangan kelancaran pekerjaan the obstruction of work process or causing the
atau yang berakibat turunnya nilai suatu pekerjaan, reduction in value of work, by any person in an
yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha attempt to achieve a goal which according to public
mencapai suatu tujuan yang menurut pendapat opinion has a political background.
umum berlatar belakang politik.

18. Penjarahan adalah pengambilan atau perampasan 18. Looting is the appropriation of property belonging
harta benda orang lain oleh seseorang (termasuk to another by any person (including those
oleh orang-orang di bawah pengawasan employed by or under the control of the Insured),
Tertanggung), untuk dikuasai atau dimiliki secara with the intention of permanently depriving that
melawan hukum. other of it.

BAB IV CHAPTER IV
SYARAT UMUM CONDITIONS

PASAL 1 ARTICLE 1
KEWAJIBAN UNTUK MENGUNGKAPKAN FAKTA DUTY OF DISCLOSURE

1.1. Tertanggung wajib : 1.1. The Insured is obliged to :


1.1.1. mengungkapkan fakta material yaitu 1.1.1. disclose any material fact, being any
informasi, keterangan, keadaan dan fakta information, description, circumstances and
yang mempengaruhi pertimbangan fact which may influence the Insurer’s
Penanggung dalam menerima atau decision in accepting or declining an
menolak suatu permohonan penutupan insurance proposal and in charging a
asuransi dan dalam menetapkan suku premium rate on it should the proposal be
premi apabila permohonan dimaksud accepted;
diterima;
1.1.2. membuat pernyataan yang benar tentang 1.1.2. make true statements regarding the matters
hal-hal yang berkaitan dengan penutupan relating to insurance contract;
asuransi;
yang disampaikan baik pada waktu pembuatan declared whether at the time of entering into the
perjanjian asuransi maupun selama jangka waktu Insurance contract or during the insurance period.

Page 12 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

pertanggungan.
1.2. Jika Tertanggung tidak melaksanakan kewajiban 1.2. Should the Insured fail to fulfill his duties as
sebagaimana diatur dalam ayat (1.1.) diatas, described in paragraph (1.1.) above, the Insurer
Penanggung tidak wajib membayar kerugian yang shall not be liable to indemnify any loss and shall
terjadi dan berhak menghentikan pertanggungan be entitled to terminate this insurance and shall
serta tidak wajib mengembalikan premi. not be liable to refund the premium.
1.3. Ketentuan pada ayat (1.2.) diatas tidak berlaku 1.3. Provisions under Paragraph (1.2.) above shall not
dalam hal fakta material yang tidak diungkapkan be applied in regard to such material fact which is
atau yang dinyatakan dengan tidak benar tersebut undisclosed or untruly stated has already been
telah diketahui oleh Penanggung, namun known by the Insurer, but the Insurer does not
Penanggung tidak mempergunakan haknya untuk exercise his rights to terminate the insurance
menghentikan pertanggungan dalam waktu 30 within 30 (thirty) calendar days after the Insurer
(tiga puluh) hari setelah Penanggung mengetahui becomes aware of such breach.
pelanggaran tersebut.

PASAL 2 ARTICLE 2
PEMBAYARAN PREMI PREMIUM PAYMENT

2.1. Menyimpang dari Pasal 257 Kitab Undang- 2.1. Notwithstanding anything to the contrary in the
Undang Hukum Dagang dan tanpa mengurangi provision of Article 257 of the Commercial Code
ketentuan yang diatur pada ayat (2.3.) di bawah (Kitab Undang-undang Hukum Dagang) and
ini, maka merupakan prasyarat dari tanggung subject to provisions as stipulated in item (2.3)
jawab Penanggung atas jaminan asuransi below, it is a condition precedent to liability under
berdasarkan Polis ini, bahwa setiap premi this Policy, that any premium due must have been
terhutang harus sudah dibayar lunas dan secara paid to and actually received in full by the Insurer :
nyata telah diterima seluruhnya oleh pihak
Penanggung :
2.1.1. jika jangka waktu pertanggungan tersebut 2.1.1. if the period of insurance is 30 (thirty)
30 (tiga puluh) hari kalender atau lebih, calendar days or more, payment of premium
maka pelunasan pembayaran premi harus must be made within the grace period of 30
dilakukan dalam tenggang waktu 30 (tiga (thirty) calendar days starting from the
puluh) hari kalender dihitung dari tanggal inception date of the Policy ;
mulai berlakunya Polis;
2.1.2. jika jangka waktu pertanggungan tersebut 2.1.2. if the period of insurance is less than 30

Page 13 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

kurang dari 30 (tiga puluh) hari kalender, (thirty) calendar days, payment of premium
pelunasan pembayaran premi harus must be made within the period of insurance
dilakukan dalam tenggang waktu sesuai specified in the Policy.
dengan jangka waktu pertanggungan yang
disebut dalam Polis.
2.2. Pembayaran premi dapat dilakukan dengan cara 2.2. Premium payment may be made by cash, cheque,
tunai, cek, bilyet giro, transfer atau dengan cara giro, transfer or other means as agreed between
lain yang disepakati antara Penanggung dan the Insurer and the Insured.
Tertanggung.
Penanggung dianggap telah menerima The Insurer shall be deemed as having received
pembayaran premi, pada saat : the premium payment at the time when :
2.2.1. diterimanya pembayaran tunai, atau 2.2.1. cash payment is received, or
2.2.2. premi bersangkutan sudah masuk ke 2.2.2. the said premium is credited into the bank
rekening Bank Penanggung, atau account of the Insurer; or
2.2.3. Penanggung telah menyepakati 2.2.3. the Insurer has agreed in writing on the
pelunasan premi bersangkutan secara settlement of the said premium.
tertulis.
2.3. Apabila premi dimaksud tidak dibayar sesuai 2.3. In the event of the premium is not paid in the
dengan ketentuan dan dalam jangka waktu yang manner and within the time stipulated above, this
ditetapkan, Polis ini batal dengan sendirinya Policy shall be automatically terminated without
tanpa harus menerbitkan endosemen pembatalan issuing cancellation endorsement starting from the
terhitung mulai tanggal berakhirnya tenggang expiry of the grace period and the Insurer shall be
waktu tersebut dan Penanggung dibebaskan dari discharged from any liability there from. However
semua tanggung jawab atas kerugian sejak the Insured shall remain obliged to pay the time on
tanggal dimaksud. Namun demikian Tertanggung risk premium for the insurance period already
tetap berkewajiban membayar premi untuk jangka lapsed amounting to 20% (twenty percent) of the
waktu pertanggungan yang sudah berjalan annual premium.
sebesar 20% (dua puluh per seratus) dari premi
satu tahun.
2.4. Apabila terjadi kerugian yang dijamin oleh Polis 2.4. Should there be any loss covered by this Policy
dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud during the grace period as stated in items (2.1.1.)
pada ayat (2.1.1.) dan (2.1.2.) di atas, and (2.1.2.) above, the Insurer shall only be liable
Penanggung hanya akan bertanggung jawab for such loss if the Insured pays the premium
terhadap kerugian tersebut apabila Tertanggung within that grace period.

Page 14 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

melunasi premi dalam tengggang waktu


bersangkutan.

PASAL 3 ARTICLE 3
PERUBAHAN RISIKO ALTERATION TO RISK

3.1. Tertanggung wajib memberitahukan kepada 3.1.The Insured is obliged to notify the Insurer of any
Penanggung setiap keadaan yang memperbesar circumstances which increases the risks insured
risiko yang dijamin Polis, selambat-lambatnya under this Policy, at the latest within 7 (seven)
dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender apabila : calendar days in case of :
3.1.1. terjadi perubahan atas harta benda yang 3.1.1. any alteration to the property insured;
dipertanggungkan;
3.1.2. terjadi perubahan lokasi di mana harta 3.1.2. any alteration to the location where the
benda yang dipertanggungkan disimpan; insured property is stored;
3.1.3. terjadi perubahan okupasi dan atau 3.1.3. any alteration to occupation and or
konstruksi atas sebagian atau seluruh construction of part of or whole building
bangunan yang disebutkan dalam Ikhtisar stated in the Schedule;
Pertanggungan;
3.1.4. terdapat barang-barang lain yang 3.1.4. there are other goods stored in the building
disimpan di dalam bangunan yang stated in the Schedule.
disebutkan dalam Ikhtisar
Pertanggungan.
3.2. Sehubungan dengan perubahan risiko pada ayat 3.2. In respect of the risk alterations mentioned in item
(3.1.) di atas, Penanggung berhak : (3.1.) above, the Insurer is entitled to :
3.2.1. menetapkan pertanggungan ini diteruskan 3.2.1. determine that this insurance be continued at
dengan suku premi yang sudah ada atau the existing or a higher premium rate, or
dengan suku premi yang lebih tinggi, atau
3.2.2. menghentikan pertanggungan sama sekali 3.2.2. terminate this insurance at once with a
dengan pengembalian premi refund premium as stipulated in item (22.2) of
sebagaimana diatur pada pasal 22 ayat article 22
(22.2.)

Page 15 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

PASAL 4 ARTICLE 4
PINDAH TEMPAT DAN PINDAH TANGAN REMOVAL AND CHANGE OF OWNERSHIP

4.1. Pertanggungan ini tidak berlaku terhadap harta 4.1. This insurance shall not apply to any insured
benda yang dipertanggungkan apabila harta property which has been removed to room or floor
benda tersebut dipindahkan ke ruangan atau or location or premises other than those mentioned
lantai atau tempat atau bangunan atau lokasi in this Policy, unless the Insurer has agreed to such
selain dari yang disebutkan dalam Polis, kecuali removal beforehand and stated it in Policy
apabila sebelumnya Penanggung telah Endorsement.
menyetujui hal tersebut dan mencantumkannya O
dalam Lampiran Polis.
4.2. Apabila harta benda dan atau kepentingan yang 4.2. In the event of a change of ownership of the
dipertanggungkan pindah tangan, baik property and or interest insured, whether on the
berdasarkan suatu persetujuan ataupun karena basis of agreement or due to the death of the
Tertanggung meninggal dunia, maka Insured, then notwithstanding the provisions of
menyimpang dari Pasal 263 Kitab Undang- Article 263 of the Commercial Code (Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang, Polis ini batal dengan Undang Hukum Dagang), this Insurance shall
sendirinya 10 (sepuluh) hari kalender sejak automatically become void 10 (ten) calendar days
pindah tangan tersebut, kecuali apabila after such change of ownership, unless the Insurer
Penanggung memberikan persetujuan secara has given his consent in writing to continue this
tertulis untuk melanjutkannya. Insurance.

PASAL 5 ARTICLE 5
KEWAJIBAN TERTANGGUNG DALAM HAL OBLIGATION OF THE INSURED IN THE EVENT OF
TERJADI KERUGIAN ATAU KERUSAKAN LOSS OR DAMAGE

5.1. Tertanggung, sesudah mengetahui atau pada 5.1. The Insured, upon knowing or when it could be
waktu ia dianggap seharusnya sudah deemed that the Insured should have known
mengetahui adanya kerugian atau kerusakan about the occurrence of loss or damage to the
atas harta benda dan atau kepentingan yang property and or interest insured in this Policy, is
dipertanggungkan dalam Polis ini, wajib : obliged to :
5.1.1. segera memberitahukan hal itu kepada 5.1.1. immediately notify it to the Insurer;
Penanggung;
5.1.2. dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender 5.1.2. within 7 (seven) calendar days after

Page 16 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

setelah ayat (5.1.1.) di atas, memberikan notification as stated in paragraph (5.1.1.)


keterangan tertulis yang memuat hal above, submit written notice containing
ikhwal yang diketahuinya tentang circumstances of loss or damage known to
kerugian atau kerusakan tersebut. him. Such written notice shall describe any
Keterangan tertulis itu harus menguraikan item burnt, destroyed, lost, damaged and
tentang segala sesuatu yang terbakar, saved as well as the cause of loss or
musnah, hilang, rusak dan terselamatkan damage occurred;
serta mengenai penyebab kerugian atau
kerusakan yang terjadi;
5.1.3. paling lambat dalam waktu 12 (dua belas) 5.1.3. at the latest within 12 (twelve) months from
bulan sejak terjadinya kerugian dan atau the occurrence of any loss and or damage,
kerusakan, mengajukan tuntutan ganti lodge a claim to the Insurer regarding the
rugi kepada Penanggung tentang amount of loss incurred.
besarnya jumlah kerugian yang diderita.
5.2. Pada waktu terjadi kerugian atau kerusakan, 5.2. Upon the occurrence of the loss or damage, the
Tertanggung wajib : Insured is obliged to :
5.2.1. sedapat mungkin menyelamatkan harta 5.2.1. as far as possible save the property and or
benda dan atau kepentingan yang interest insured and allow other party to save
dipertanggungkan serta mengijinkan such property and or interest;
pihak lain untuk menyelamatkan harta
benda dan atau kepentingan tersebut;
5.2.2. mengamankan harta benda dan atau 5.2.2. safeguard the property and or interest
kepentingan yang dipertanggungkan yang insured which still has salvage value;
masih bernilai;
5.2.3. memberikan bantuan sepenuhnya 5.2.3. provide full assistance to the Insurer or other
kepada Penanggung atau pihak lain yang party appointed by the Insurer to conduct
ditunjuk oleh Penanggung untuk investigation of the loss or damage occurred.
melakukan penelitian atas kerugian atau
kerusakan yang terjadi.
Segala hak atas ganti-rugi menjadi hilang apabila All rights to indemnification shall be forfeited if
ketentuan dalam pasal ini tidak dipenuhi oleh the provisions of this article are not fulfilled by the
Tertanggung. Insured.

Page 17 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

PASAL 6 ARTICLE 6
SISA BARANG SALVAGE

6.1. Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan, 6.1. In the event of loss or damage, the Insured shall
Tertanggung bertanggung jawab, termasuk be responsible, including to safeguard and keep
menjaga dan menyimpan sisa barang yang the salvage, if any.
terselamatkan, jika ada.
6.2. Ketentuan pada ayat (6.1.) di atas tidak dapat 6.2. Provisions under paragraph (6.1.) above shall
diartikan sebagai pengakuan tanggung jawab not be meant as an admission of liability of the
Penanggung berdasarkan polis ini. Insurer under this Policy.

PASAL 7 ARTICLE 7
TUNTUTAN GANTI RUGI CLAIM PROCEDURES

Dalam hal Tertanggung menuntut ganti rugi In the event the Insured lodges a claim under this
berdasarkan Polis ini, Tertanggung wajib : Policy, the Insured is obliged to :
7.1. mengisi formulir laporan klaim yang disediakan 7.1. complete the claim form provided by the Insurer
Penanggung dan menyerahkannya kepada and submit it to the Insurer;
Penanggung;
7.2. menyerahkan fotocopy Polis dan menyerahkan 7.2. submit the copy of the Policy and an Official
Berita Acara atau Surat Keterangan mengenai Report of the incident from the Kepala Desa or
peristiwa kerugian tersebut dari Kepala Desa Kepala Kelurahan or local Kepala Kepolisian;
atau Kepala Kelurahan atau Kepala Kepolisian
setempat;
7.3. menyerahkan laporan rinci dan selengkap 7.3. submit a detailed and complete report regarding
mungkin tentang hal ikhwal yang menurut the circumstances which according to his
pengetahuannya menyebabkan kerugian atau knowledge have caused the loss or damage;
kerusakan itu;
7.4. memberikan keterangan-keterangan dan bukti- 7.4. provide any other relevant information and
bukti lain yang relevan, yang wajar dan patut evidence, which is reasonably and properly
diminta oleh Penanggung. requested by the Insurer.

Page 18 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

PASAL 8 ARTICLE 8
LAPORAN TIDAK BENAR FRAUDULENT REPORT

Tertanggung yang bertujuan memperoleh keuntungan The Insured with the intention of taking benefit from
dari jaminan Polis ini tidak berhak mendapatkan ganti this Policy shall not be entitled to get indemnification if
rugi apabila dengan sengaja : the Insured deliberately:
8.1. mengungkapkan fakta dan atau membuat 8.1. discloses facts and or makes statements which
pernyataan yang tidak benar tentang hal-hal are untrue regarding circumstances relating to the
yang berkaitan dengan permohonan yang proposal submitted at the time of effecting this
disampaikan pada waktu pembuatan Polis ini Policy and relating to the loss and or damage
dan yang berkaitan dengan kerugian dan atau occurred;
kerusakan yang terjadi;
8.2. memperbesar jumlah kerugian yang diderita; 8.2. exaggerates the amount of loss suffered;
8.3. menyembunyikan atau tidak memberitahukan 8.3. hides or does not disclose the value of items
nilai barang-barang yang seharusnya menjadi which supposed to be part of the property or
bagian dari harta benda atau kepentingan yang interest insured at the time of the occurrence of
dipertanggungkan pada saat terjadinya kerugian loss with the intention to avoid under insurance;
dengan tujuan untuk menghindari pertanggungan
di bawah harga;
8.4. memberitahukan barang-barang yang tidak ada 8.4. declares items which did not exist as being
sebagai barang-barang yang ada pada saat existent at the time of incident and states such
peristiwa dan menyatakan barang-barang items as had been destroyed;
tersebut musnah;
8.5. menyembunyikan barang-barang yang 8.5. hides saved items or their salvage and declares
terselamatkan atau barang-barang sisanya dan those items as had been destroyed;
menyatakan sebagai barang - barang yang
musnah;
8.6. mempergunakan surat atau alat bukti palsu, 8.6. uses any letter or evidence which is fake,
dusta atau tipuan. falsehood or deceit.

Page 19 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

PASAL 9 ARTICLE 9
KERUGIAN ATAS BARANG YANG DAPAT LOSS OF MOVABLE ITEMS
DIPINDAHKAN

9.1. Untuk kerugian atas barang yang dapat 9.1. In respect of loss of movable items, the Insured is
dipindahkan, dalam waktu 14 (empat belas) hari obliged within 14 (fourteen) calendar days to
kalender Tertanggung wajib memberikan: submit :
9.1.1. dalam hal perabot rumah tangga : 9.1.1. regarding household goods :
daftar nama barang dan taksiran harga a list containing detailed type of each and
barang yang diuraikan secara rinci satu every item and its estimated value
demi satu sesuai dengan harganya immediately before the loss or damage as
sesaat sebelum peristiwa kerugian atau well as a list containing the salvage value;
kerusakan dan daftar khusus tentang sisa
barang itu;
9.1.2. dalam hal bahan-bahan dan barang- 9.1.2. regarding raw materials and merchandise :
barang dagangan : a list containing estimated value of each
daftar khusus berisi penilaian tentang and every item immediately before the loss
segala sesuatu yang ada sesaat sebelum or damage as well as a list containing the
peristiwa kerugian atau kerusakan dan salvage value;
daftar khusus tentang nilai barang yang
tersisa;
9.1.3. buku-buku, catatan administrasi dan 9.1.3. books, administration records and relevant
surat-surat terkait jika dikehendaki oleh documents as may be requested by the
Penanggung; kalau semuanya itu tidak Insurer; if not available, invoices, notes, or
ada, maka dapat diganti dengan faktur- any document which can be used to prove
faktur, catatan atau daftar yang dapat the loss;
membuktikan kerugian itu.

9.2. Barang-barang umum. 9.2. General items


9.2.1. Dalam hal barang - barang yang 9.2.1. In respect of items insured under this Policy
dipertanggungkan dalam Polis ini described as general terms, such as
dinyatakan dengan sebutan umum, yaitu “household goods”, “machinery”, “property”,
“perabot rumah”, “mesin - mesin”, “harta “materials” or “merchandise” hereinafter
benda”, “bahan - bahan” atau “barang - meant as household goods, machinery,

Page 20 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

barang dagangan”, yang dimaksud di property, materials or merchandise which


sini ialah perabot rumah tangga, mesin- at the time of the loss or damage were at
mesin, harta benda, bahan-bahan atau the place mentioned in this Policy,
barang - barang dagangan yang pada regardless whether they were there or not
saat terjadinya kerugian atau kerusakan at the time this insurance was effected;
ada di tempat yang tersebut dalam subject always to the provisions of Article
Polis, dengan tidak memandang 10 of this Policy.
apakah sudah atau belum ada di tempat
tersebut ketika pertanggungan dibuat,
dengan tetap memperhatikan ketentuan
pada Pasal 10 Polis ini.
Ketentuan ini tidak berlaku terhadap This provision shall not be applicable to
barang-barang yang tidak tergantikan irreplaceable items for which special
untuk mana ketentuan khusus yang provisions agreed by the Insurer and the
disepakati antara Penanggung dan Insured will be applied.
Tertanggung dapat diberlakukan.
9.2.2. Jika jenis barang - barang yang 9.2.2. If the kind of the insured items is specified
dipertanggungkan dirinci dalam Polis, in this Policy, the provision under
ketentuan dalam ayat (9.2.1.) di atas paragraph (9.2.1.) above will only be
hanya berlaku apabila barang-barang applied if those items were existent at the
tersebut berada di tempat itu pada saat premises at the time of the loss or damage.
terjadinya kerugian atau kerusakan. 2.

PASAL 10 ARTICLE 10
PENENTUAN HARGA DALAM HAL KERUGIAN ASSESSMENT OF VALUE IN THE EVENT OF LOSS

Kecuali disetujui lain di dalam Polis : Unless otherwise agreed in this Policy :
10.1. Penentuan harga didasarkan pada harga 10.1. The assessment of value shall be based on the
sebenarnya dari harta benda yang actual value of the property insured immediately
dipertanggungkan sesaat sebelum terjadinya before the loss or damage, by taking into account
kerugian atau kerusakan, dengan technical depreciation factor without adding any
memperhitungkan unsur depresiasi teknis tanpa profit.
ditambah unsur laba.
10.2. Barang-barang, bahan-bahan atau barang- 10.2. Goods, materials or merchandise shall be

Page 21 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

barang dagangan dihitung menurut harga beli calculated by its cost price immediately before the
pada saat sebelum terjadinya kerugian atau loss or damage by taking into account obsolete
kerusakan dengan mempertimbangkan unsur factor.
ketinggalan mode.

PASAL 11 ARTICLE 11
CARA PENYELESAIAN DAN PENETAPAN GANTI ASSESMENT AND SETTLEMENT OF CLAIM
RUGI

11.1. Dalam hal terjadi kerugian atau kerusakan atas 11.1. In the event of loss or damage to the property and
harta benda dan atau kepentingan yang or interest insured, the Insurer shall be entitled
dipertanggungkan, Penanggung berhak to take their option to indemnify by:
menentukan pilihannya untuk melakukan ganti
rugi dengan cara :
11.1.1. pembayaran uang tunai; 11.1.1. cash payment;
11.1.2. perbaikan kerusakan, di mana 11.1.2. repair of the damage, where the
perhitungan besarnya kerugian adalah amount of loss is equal to the cost of
sebesar biaya untuk memperbaiki repair of damage occurred to the same
kerusakan yang terjadi dengan kondisi condition as immediately before the loss
yang sama seperti sesaat sebelum or damage;
terjadinya kerugian atau kerusakan;
11.1.3. penggantian kerusakan, di mana 11.1.3. replacement of the damage, where the
perhitungan besarnya kerugian adalah amount of loss is equal to cost of
sebesar biaya penggantian dengan replacement by similar items with the
barang sejenis dengan kondisi yang same condition as immediately before
sama seperti sesaat sebelum terjadinya the loss or damage;
kerugian atau kerusakan;
11.1.4. membangun kembali, di mana 11.1.4. reinstatement, where the amount of
perhitungan besarnya kerugian adalah loss is equal to cost of reinstatement to
sebesar biaya membangun kembali ke the same condition as immediately
kondisi yang sama seperti sesaat before the loss or damage.
sebelum terjadinya kerugian atau
kerusakan.
Biaya-biaya tersebut di atas setelah The costs mentioned above are after taking into

Page 22 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

memperhitungkan unsur depresiasi teknis. account technical depreciation factor.

11.2. Tanggung jawab Penanggung atas kerugian atau 11.2. The liability of the Insurer for loss of or damage to
kerusakan terhadap harta benda yang the property insured shall not exceed the Sum
dipertanggungkan setinggi-tingginya adalah Insured.
sebesar Harga Pertanggungan.
11.3. Perhitungan besarnya kerugian setinggi- 11.3. The extent of loss shall not exceed the difference
tingginya adalah sebesar selisih antara harga between actual value immediately before and
sebenarnya sesaat sebelum dengan harga immediately after the loss or damage occurred.
sebenarnya sesaat setelah terjadinya kerugian
atau kerusakan.
11.4. Nilai sisa barang yang mengalami kerusakan, 11.4. The value of any salvage shall be taken into
diperhitungkan untuk mengurangi jumlah ganti account to reduce the amount of loss payable.
rugi yang dapat dibayarkan.

PASAL 12 ARTICLE 12
PERTANGGUNGAN DI BAWAH HARGA UNDER INSURANCE

12.1. Jika pada saat terjadinya kerugian atau 12.1. If at the time of the loss or damage caused by
kerusakan yang disebabkan oleh risiko yang perils covered by this Policy, where the total
dijamin Polis ini, di mana harga pertanggungan sum insured is less than actual value of all the
keseluruhan harta benda lebih kecil daripada property insured immediately before the loss or
nilai sebenarnya dari keseluruhan harta benda damage, then the Insured shall be considered
yang dipertanggungkan sesaat sebelum as being his own insurer for the difference and
terjadinya kerugian atau kerusakan, maka shall bear a rateable proportion of the loss
Tertanggung dianggap sebagai penanggungnya accordingly.
sendiri atas selisihnya dan menanggung
sebagian kerugian yang dihitung secara
proporsional.
12.2. Jika Polis ini menjamin lebih dari satu jenis 12.2. If this Policy covers more than one item, this
barang , ketentuan ini berlaku untuk masing- provision shall be applied to each item
masing jenis barang tersebut secara terpisah. separately.
Perhitungan ini dilakukan sebelum pengurangan risiko These conditions shall be applied before the application
sendiri yang terdapat dalam polis. of deductible as stated in this Policy.

Page 23 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

PASAL 13 ARTICLE 13
BIAYA YANG DIGANTI REIMBURSEMENT

13.1. Dalam hal terjadi kerugian, uang jasa dan 13.1. In case of loss, service fees and honoraria for the
biaya penilai kerugian dan tenaga ahli yang loss adjuster and other experts appointed by the
ditunjuk Penanggung, menjadi beban Insurer, shall be borne by the Insurer.
Penanggung.
13.2. Biaya yang wajar yang dikeluarkan oleh 13.2. Reasonable expenses disbursed by the Insured
Tertanggung guna mencegah atau to prevent or reduce loss or damage in
mengurangi kerugian atau kerusakan accordance with Article 5 paragraph (5.2.1.) and
sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (5.2.2.) shall be reimbursed by the Insurer even
(5.2.1.) dan (5.2.2.) mendapat ganti rugi dari though such effort was not successful.
Penanggung meskipun usaha yang dilakukan
itu tidak berhasil.

PASAL 14 ARTICLE 14
PERTANGGUNGAN LAIN OTHER INSURANCE

14.1. Pada waktu pertanggungan ini dibuat, 14.1. At the time of the attachment of this insurance,
Tertanggung wajib memberitahukan kepada the Insured is obliged to notify the Insurer of any
Penanggung pertanggungan-pertanggungan lain other insurances already effected on the same
atas harta benda dan atau kepentingan yang property and or interest, if any.
sama, jika ada.
14.2. Jika setelah pertanggungan ini dibuat, 14.2. If subsequent to the attachment of this Insurance,
Tertanggung kemudian menutup pertanggungan the Insured effected other insurance on the same
lainnya atas harta benda dan atau kepentingan property and or interest, it is obliged to be notified
yang sama, maka hal itupun wajib diberitahukan to the Insurer.
kepada Penanggung.

PASAL 15 ARTICLE 15
GANTI RUGI PERTANGGUNGAN RANGKAP INDEMNIFICATION OF MULTIPLE INSURANCES

15.1. Menyimpang dari Pasal 277 ayat 1 Kitab 15.1. Notwithstanding anything to the contrary in the
Undang-Undang Hukum Dagang, dalam hal provision of article 277 paragraph 1 of the

Page 24 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

terjadi kerugian atau kerusakan atas harta Commercial Code (Kitab Undang-Undang
benda dan atau kepentingan yang Hukum Dagang), in the event of loss of or
dipertanggungkan dengan Polis ini, di mana damage to the property and or interest insured
harta benda dan atau kepentingan tersebut by this Policy, where such property and or
sudah dijamin pula oleh satu atau lebih interest has also been insured by one or more
pertanggungan lain dan jumlah seluruh other policies and the sum of the total sum
harga pertanggungan polis yang ada insured under all policies (in force) is higher than
(berlaku) lebih besar dari harga sebenarnya the actual value of the property and or interest
dari harta benda dan atau kepentingan immediately before the occurrence of loss, the
yang dimaksud itu sesaat sebelum maximum amount recoverable under this Policy
terjadinya kerugian, maka jumlah ganti rugi shall be reduced proportionately based on the
maksimum yang dapat diperoleh proportion of the total sum insured of this Policy
berdasarkan Polis ini berkurang secara to the sum of the total sum insured of all policies
proporsional menurut perbandingan antara (in force), but the premium shall not be reduced
harga pertanggungan polis ini dengan or refunded.
jumlah seluruh harga pertanggungan polis
yang ada (berlaku), tetapi premi tidak
dikurangi atau dikembalikan.
15.2. Ketentuan di atas akan dijalankan, biarpun 15.2. The above provision will be put into effect, even
segala pertanggungan yang dimaksud itu though said insurances are made up of multiple
dibuat dengan beberapa polis yang policies effected on various days,
diterbitkan pada hari yang berlainan, dengan notwithstanding the stipulation of article 277 of
tidak mengurangi ketentuan pada Pasal 277 the Commercial Code (Kitab Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu Hukum Dagang), i.e. if the date of the policy or
jika pertanggungan atau semua all policies precede the date of this Policy and
pertanggungan itu tanggalnya lebih dahulu do not contain provision as stipulated in
daripada tanggal Polis ini dan tidak berisi paragraph (15.1.) above.
ketentuan sebagaimana tersebut pada ayat
(15.1.) di atas.
15.3. Dalam hal terjadi kerugian atau 15.3. In the event of loss or damage, the Insured is
kerusakan, Tertanggung wajib obliged to notify in writing of any other insurance
memberitahukan secara tertulis in force covering the same property and or
pertanggungan-pertanggungan lain yang interest at the time of loss or damage.
sedang berlaku atas harta benda dan atau

Page 25 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

kepentingan yang sama pada saat


terjadinya kerugian atau kerusakan.
Dalam hal Tertanggung tidak memenuhi Should the Insured fails to comply with these
persyaratan ini maka haknya atas ganti rugi menjadi requirements then his rights to indemnification shall be
hilang. forfeited.

PASAL 16 ARTICLE 16
SUBROGASI SUBROGATION

16.1. Sesuai dengan Pasal 284 Kitab Undang-Undang 16.1. In accordance with Article 284 of the Commercial
Hukum Dagang, setelah pembayaran ganti rugi Code (Kitab Undang - Undang Hukum Dagang),
atas harta benda dan atau kepentingan yang upon payment of indemnity on the property and
dipertanggungkan dalam Polis ini, Penanggung or interest insured by this Policy, the Insurer will
menggantikan Tertanggung dalam segala hak replace the Insured as regard to any rights that
yang diperolehnya terhadap pihak ketiga the Insured has against third party concerning
sehubungan dengan kerugian tersebut. Hak the loss. The right of subrogation set out above
Subrogasi termaksud dalam ayat ini berlaku shall be in force automatically without requiring
dengan sendirinya tanpa memerlukan suatu any Power of attorney from the Insured.
surat kuasa khusus dari Tertanggung.
16.2. Tertanggung tetap bertanggung jawab atas 16.2. The Insured remains responsible for any action
setiap perbuatan yang mungkin dapat merugikan that could possibly prejudice the rights of the
hak Penanggung terhadap pihak ketiga tersebut. Insurer against third party.
16.3. Kelalaian Tertanggung dalam melaksanakan 16.3. The failure of the Insured to carry out his
kewajibannya tersebut pada ayat (16.2.) di atas responsibilities under paragraph (16.2.) above
dapat menghilangkan atau mengurangi hak will remove or reduce the rights of the Insured to
Tertanggung untuk mendapatkan ganti-rugi. indemnification under this Policy.

PASAL 17 ARTICLE 17
RISIKO SENDIRI DEDUCTIBLE

Untuk setiap kerugian yang terjadi, Tertanggung For each and every loss, the Insured shall bear the
menanggung terlebih dahulu jumlah risiko sendiri yang amount of the deductible as stated in the Policy.
tercantum dalam Polis.
Apabila terdapat pertanggungan di bawah harga In case of under insurance as stated in Article 12, the

Page 26 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

sebagaimana diatur pada Pasal 12, maka perhitungan calculation of the deductible will be applied after the
risiko sendiri dilakukan setelah perhitungan calculation of under insurance.
pertanggungan di bawah harga.

PASAL 18 ARTICLE 18
PEMBAYARAN GANTI RUGI INDEMNIFICATION

Penanggung wajib menyelesaikan pembayaran ganti The Insurer is obliged to settle the payment of
rugi dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak indemnity within 30 (thirty) calendar days after a
adanya kesepakatan tertulis antara Penanggung dan written agreement between the Insurer and the Insured
Tertanggung atau kepastian mengenai jumlah ganti has been reached or after the confirmation on the
rugi yang harus dibayar. amount of the indemnity.

PASAL 19 ARTICLE 19
PEMULIHAN HARGA PERTANGGUNGAN REINSTATEMENT OF THE SUM INSURED

Setelah terjadi kerugian atau kerusakan pada harta After the occurrence of loss of or damage to property
benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, and or interest insured, the Sum Insured will be
Harga Pertanggungan berkurang sebesar kerugian reduced by the amount of such loss or damage.
atau kerusakan tersebut.
Setelah pemulihan kerusakan, Tertanggung dapat After the reinstatement of the damage, the Insured may
meminta pemulihan Harga Pertanggungan dengan request reinstatement of the Sum Insured by paying
membayar tambahan premi yang dihitung secara additional premium on prorate basis for the unexpired
prorata untuk sisa jangka waktu pertanggungan yang period of insurance. However, the Insurer has the rights
belum dijalani. Namun demikian Penanggung berhak to decline such request.
untuk menolak permintaan tersebut.

PASAL 20 ARTICLE 20
HILANGNYA HAK GANTI RUGI FORFEITURE OF RIGHTS TO INDEMNIFICATION

20.1. Hak Tertanggung atas ganti rugi berdasarkan 20.1. The rights of the Insured to indemnification will
Polis ini hilang dengan sendirinya apabila: be automatically forfeited if the Insured:
20.1.1. tidak mengajukan tuntutan ganti rugi 20.1.1. fails to submit claim according to
sesuai dengan ketentuan pasal 5 ayat provisions of article 5 paragraph (5.1.3);

Page 27 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

(5.1.3.);
20.1.2. tidak mengajukan keberatan atau 20.1.2. fails to file an objection nor request for
menempuh upaya penyelesaian melalui settlement by arbitration or other legal
arbitrase atau upaya hukum lainnya proceeding within 6 (six) months from the
dalam waktu 6 (enam) bulan sejak time the Insurer declares in writing that the
Penanggung memberitahukan secara Insured does not have any rights for
tertulis bahwa Tertanggung tidak berhak indemnification;
untuk mendapatkan ganti rugi;
20.1.3. tidak memenuhi kewajiban berdasarkan 20.1.3. fails to comply with obligations under this
Polis ini. Policy;

20.2. Hak Tertanggung untuk menuntut ganti rugi 20.2. The rights of the Insured to claim for an
dalam jumlah yang lebih besar daripada yang indemnification which is greater than that has
telah disetujui Penanggung akan hilang apabila been agreed by the Insurer will be forfeited if
dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak Penanggung within 3 (three) months from the time the Insurer
memberitahukan secara tertulis, Tertanggung notifies in writing, the Insured does not submit
tidak mengajukan keberatan secara tertulis atau any written objection or does not take settlement
tidak menempuh upaya penyelesaian melalui by arbitration or other legal proceeding.
arbitrase atau upaya hukum lainnya.

PASAL 21 ARTICLE 21
MATA UANG CURRENCY

Dalam hal premi dan atau klaim berdasarkan polis ini In case of premium and or claim under this Policy is
ditetapkan dalam mata uang asing tetapi denominated in foreign currency but the payment will
pembayarannya dilakukan dengan mata uang rupiah, be settled in Rupiah currency, such payment shall be
maka pembayaran tersebut dilakukan dengan executed based on the selling rate of Bank Indonesia
menggunakan kurs jual Bank Indonesia pada saat at the time of payment.
pembayaran.

PASAL 22 ARTICLE 22
PENGHENTIAN PERTANGGUNGAN TERMINATION OF INSURANCE

22.1. Selain dari hal-hal yang diatur pada pasal 1 ayat 22.1. Other than those stipulated in article 1

Page 28 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

(1.2.), Penanggung dan Tertanggung masing- paragraph (1.2.), the Insurer and the Insured are
masing berhak setiap waktu menghentikan respectively entitled to terminate this Insurance
pertanggungan ini dengan memberitahukan at any time by giving the reason.
alasannya.
Pemberitahuan penghentian dimaksud dilakukan Such notification of termination shall be made in
secara tertulis melalui surat tercatat oleh pihak writing by registered letter by the party who
yang menghendaki penghentian pertanggungan wants the termination to the other party at their
kepada pihak lainnya di alamat terakhir yang latest known address. The Insurer is released
diketahui. Penanggung bebas dari segala from all liabilities under this Policy within 5 (five)
kewajiban berdasarkan Polis ini, 5 (lima) hari calendar days from the dispatch date of the
kalender terhitung sejak tanggal pengiriman surat notification.
tercatat atas pemberitahuan tersebut.
22.2. Apabila terjadi penghentian pertanggungan 22.2. Should there be any termination of insurance as
sebagaimana dimaksud pada ayat (22.1.) di atas, stated in paragraph (22.1.) above, a refund
premi akan dikembalikan secara prorata untuk premium shall be made on pro rata basis for the
jangka waktu pertanggungan yang belum unexpired insurance period, after being
dijalani, setelah dikurangi biaya akuisisi deducted by the Insurer’s acquisition cost.
Penanggung. Namun demikian, dalam hal However, in case this insurance terminated by
penghentian pertanggungan dilakukan oleh the Insured whereas during the insurance period
Tertanggung di mana selama jangka waktu already lapsed there be a claim exceeding the
pertanggungan yang telah dijalani, telah terjadi premium stated in the Schedule, the Insured
klaim yang jumlahnya melebihi jumlah premi shall not be entitled to any refund premium for
yang tercantum dalam Ikhtisar Pertanggungan, the unexpired insurance period.
maka Tertanggung tidak berhak atas
pengembalian premi untuk jangka waktu
pertanggungan yang belum dijalani.

PASAL 23 ARTICLE 23
PENGEMBALIAN PREMI REFUND OF PREMIUM

Tertanggung tidak berhak atas pengembalian premi , The Insured shall not be entitled to any refund of
kecuali dalam hal sebagaimana diatur pada Pasal 3, premium other than as stipulated in Articles 3, 4 and
4, dan 22. 22.

Page 29 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

PASAL 24 ARTICLE 24
PERSELISIHAN DISPUTE

Apabila timbul perselisihan antara Penanggung dan In the event of any dispute arising between the Insurer
Tertanggung sebagai akibat dari penafsiran atas and the Insured as consequence of the interpretation
tanggung jawab atau besarnya ganti rugi dari Polis ini, of liability or amount of indemnity of this Policy, the
maka perselisihan tersebut akan diselesaikan melalui dispute shall be settled amicably within 60 (sixty)
perdamaian atau musyawarah dalam waktu paling calendar days from the dispute arose. The dispute
lama 60 (enam puluh) hari kalender sejak timbulnya arises since the Insured or the Insurer has expressed
perselisihan. Perselisihan timbul sejak Tertanggung in writing his disagreement on the subject matter of the
atau Penanggung menyatakan secara tertulis dispute. If the dispute could not be settled amicably,
ketidaksepakatan atas hal yang diperselisihkan. the Insurer shall give the option to the Insured to elect
Apabila penyelesaian perselisihan melalui perdamaian either one of the following dispute clauses as stated
atau musyawarah tidak dapat dicapai, Penanggung below, and such choice could not be withdrawn or
memberikan kebebasan kepada Tertanggung untuk revoked. The Insured must notify his choice in writing
memilih salah satu dari klausul penyelesaian sengketa to the Insurer within 30 (thirty) calendar days from the
sebagaimana diatur di bawah ini, untuk selanjutnya disagreement. If the Insured fails to notify his choice
tidak dapat dicabut atau dibatalkan. Tertanggung wajib within such period, the Insurer shall have the rights to
untuk memberitahukan pilihannya tersebut secara elect either one of the following dispute clauses.
tertulis kepada Penanggung dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari kalender sejak tidak tercapainya
kesepakatan tersebut. Apabila Tertanggung tidak
memberitahukan pilihannya dalam kurun waktu
tersebut, maka Penanggung berhak memilih salah
satu klausul penyelesaian sengketa dimaksud.
A. Klausul Penyelesaian Sengketa melalui A. Settlement of Dispute through Arbitration
Arbitrase Clause
Dengan ini dinyatakan dan disepakati bahwa It is hereby declared and agreed that the Insured
Tertanggung dan Penanggung akan melakukan and the Insurer shall settle the dispute through
usaha penyelesaian sengketa melalui Arbitrase Ad Arbitration Ad Hoc as follows :
Hoc sebagai berikut :
1. Majelis Arbitrase Ad Hoc terdiri dari 3 (tiga) 1. The Arbitration Ad Hoc consists of 3 (three)
orang Arbiter. Tertanggung dan Penanggung Arbitrators. The Insured and the Insurer shall
masing-masing menunjuk seorang Arbiter dalam each appoint one Arbitrator within 30 (thirty)

Page 30 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah calendar days from the date of the receipt of
diterimanya pemberitahuan, yang kemudian the written notification, then the two Arbitrators
kedua Arbiter tersebut memilih dan menunjuk shall choose and appoint the third Arbitrator
Arbiter ketiga dalam waktu 14 (empat belas) hari within 14 (fourteen) calendar days from the
kalender setelah Arbiter yang kedua ditunjuk. date of appointment of the second Arbitrator.
Arbiter ketiga menjadi ketua Majelis Arbitrase Ad The third Arbitrator shall act as Umpire of the
Hoc. Arbitration Ad Hoc.
2. Dalam hal terjadi ketidaksepakatan dalam 2. Should there be any failure as to the
penunjukkan Arbiter ketiga, Tertanggung dan appointment of the third Arbitrator, the Insured
atau Penanggung dapat mengajukan and or the Insurer could request the Chairman
permohonan kepada ketua Pengadilan Negeri of the court (Ketua Pengadilan Negeri) where
yang daerah hukumnya di mana termohon the defendant domiciles to appoint the
bertempat tinggal untuk menunjuk para Arbiter Arbitrators and or the Umpire.
dan atau ketua Arbiter.
3. Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan 3. The examination of the dispute shall be settled
dalam waktu paling lama 180 (seratus delapan within 180 (one hundred and eighty) calendar
puluh) hari sejak Majelis Arbitrase Ad Hoc days from the date of the formation of the
terbentuk. Dengan persetujuan para pihak dan Arbitration Ad Hoc. The period of examination
apabila dianggap perlu oleh Majelis Arbitrase Ad of the case could be extended. Upon the
Hoc, jangka waktu pemeriksaan sengketa dapat agreement of both parties and if it is deemed
diperpanjang. necessary by the Arbitration Ad Hoc, the period
of examination of the dispute could be
extended.
4. Putusan Arbitrase bersifat final dan mempunyai 4. The Arbitration award is final and enforceable
kekuatan hukum tetap dan mengikat at law and binding the Insured and the Insurer.
Tertanggung dan Penanggung. Dalam hal Should the Insured and or the Insurer fail to
Tertanggung dan atau Penanggung tidak comply with the arbitration award, then the
melaksanakan putusan Arbitrase secara award shall be executed under the order of the
sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan Chairman of the court (Ketua Pengadilan
perintah ketua Pengadilan Negeri yang daerah Negeri) where the defendant domiciles at the
hukumnya di mana termohon bertempat tinggal request of the other party in dispute.
atas permohonan salah satu pihak yang
bersengketa.
5. Untuk hal-hal yang belum diatur dalam pasal ini 5. Other matters which are not provided under

Page 31 of 32
LAMPIRAN SK NO. 126/AAUI/06

berlaku ketentuan yang diatur dalam undang- this clause shall be subject to the provisions of
undang tentang arbitrase, yang untuk saat ini laws on arbitration, which currently be the Act
adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. of the Republic of Indonesia Nr. 30 year 1999
30 Tahun 1999 tanggal 12 Agustus 1999 tentang dated August 12, 1999 regarding Arbitration
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. and Alternative Dispute Resolution.

B. Klausul Penyelesaian Sengketa melalui B. Settlement of Dispute through Court Clause


Pengadilan
Dengan ini dinyatakan dan disepakati bahwa It is hereby declared and agreed that the Insured
Tertanggung dan Penanggung akan melakukan and the Insurer shall settle the dispute through the
usaha penyelesaian sengketa melalui Pengadilan Court (Pengadilan Negeri) where the defendant
Negeri yang daerah hukumnya di mana termohon domiciles.
bertempat tinggal.

PASAL 25 ARTICLE 25
PENUTUP CONCLUSION

25.1. Apabila terdapat perbedaan pada naskah antara 25.1. Should there be any difference in the wordings
yang tertera pada Polis ini dengan yang telah contained in this Policy and that circulated under
diedarkan melalui Surat Keputusan Pengurus a decree of the Board of Executives of General
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia kepada Insurance Association of Indonesia to all
segenap anggota Asosiasi Asuransi Umum members of the General Insurance Association of
Indonesia (AAUI) yang aslinya disimpan di Indonesia (AAUI), the original of which is filed at
Kantor Sekretariat AAUI, maka yang berlaku the Secretariat of AAUI, then the valid version
adalah yang disebut terakhir. shall be the latter.
25.2. Untuk hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur 25.2. Other matters which may not be sufficiently
dalam Polis ini, berlaku ketentuan Kitab Undang- stipulated in this Policy shall be subject to the
Undang Hukum Dagang dan atau Peraturan provisions of the Commercial Code (Kitab
Perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Hukum Dagang) and or
prevailing Laws and Regulations.

(This wording is a translation of the original version in Bahasa Indonesia; in


the event of any dispute arising from the interpretation of any meaning herein,
the terms and conditions shall be interpreted according to the original Bahasa
Indonesia version)

Page 32 of 32
PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI

Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia


(BMAI)

Gedung Menara Duta Lt. 7, Wing A


Jl. HR. Rasuna Said Kav. B-9 Jakarta 12910
Telp: (021) 527 4145, Faks: (021) 527 4146,
Email: info@bmai.or.id Website:
www.bmai.or.id

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 1


DAFTAR ISI

1. Daftar isi ..................................................................................... 2


2. Kata Pengantar ............................................................................ 4
3. LOGO ........................................................................................ 5
4. Visi dan Misi Badan Mediasi Dan Arbitrase Asuransi Indonesia .......... 6
5. Badan Mediasi Asuransi Indonesia .................................................. 7
6. Surat Keputusan (No.008/SK-BMAI/11.2014) Tentang Peraturan dan 10
Prosedur Mediasi Badan Mediasi Dan Arbitrase Asuransi Indonesia….
7. Arti dan Istilah .............................................................................. 11
8. Pernyataan Persetujuan .................................................................. 12
9. Pemberitahuan Penting dan Catatan Penting Kepada Tertanggung …… 12
10. Sengketa yang dapat ditangani oleh BMAI ........................................ 13
11. Sengketa yang dikecualikan ............................................................. 13
12. Pemohon .................................................................................... 14
13. Kewenangan dan Fungsi BMAI ....................................................... 14
14. Permohonan Untuk Investigasi ....................................................... 14
15. Batas Waktu Pengajuan Permohonan ............................................. 15
16. Proses Ketika Permohonan Diterima................................................. 15
17. Proses Investigasi dan Mediasi Sengketa ........................................... 15
18. Penunjukkan Kuasa Tetap .............................................................. 17
19. Upaya Penyelesaian secara Musyawarah .......................................... 18
20. Penghentian Proses Penyelesaian Sengketa Tanpa Mediasi ……………. 18
21. Kerjasama Para Pihak .................................................................... 18
22. Jangka Waktu Penyelesaian Sengketa Oleh Mediator ......................... 19
23. Penyelesaian Melalui Mediasi Atau Kelanjutan ke Ajudikasi …………… 19
24. Yurisdiksi Membuat Keputusan……………………………………………. 19
25. Tindak Lanjut Hasil Mediasi……………………………………………….. 19
26. Kerahasiaan………………………………………………………………….. 20
27. Pelepasan Tanggung Jawab………………………………………………… 21
28. Tidak Ada Tuntutan………………………………………………………… 21

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 2


29. Idemnitas……………………………………………………………………. 22
30. Bukan Penasehat Hukum………………………………………………….. 22
31. Pelayanan Lainnya kepada Masyarakat Tertanggung…………………… 22
32. Penutup……………………………………………………………………… 23
LAMPIRAN - LAMPIRAN
I. Lampiran - 01: SK Nomor: 008/SK-BMAI/11.2014 - Pasal 2 ayat 1 : 24
Bentuk Surat Perjanjian………………………………………………………
II. Lampiran - 02: SK Nomor: 008/SK-BMAI/11.2014 - Pasal 3 ayat C : 25
Pemberitahuan Penting .................................................................
III. Lampiran - 03: SK Nomor: 008/SK-BMAI/11.2014 - Pasal 3 ayat d : 26
Catatan Penting ............................................................................
IV. Lampiran - 04: SK Nomor: 008/SK-BMAI/11.2014 - Pasal 8 ayat 1 : 27
Formulir Permohonan Penyelesaian Sengketa (FPPS)
...................................................................................................
V. Lampiran - 05: SK Nomor: 008/SK-BMAI/11.2014 - Pasal 8 ayat 2 : 31
Petunjuk Pengisian Formulir Permohonan Penyelesaian Sengketa
(FPPS)…………………………………………….. ................................
VI. Lampiran - 06: SK Nomor: 008/SK-BMAI/11.2014 - Pasal 12 ayat 4 : 32
Surat Kuasa Khusus …………………………………………………………
VII. Lampiran - 07: SK Nomor: 008/SK-BMAI/04.2010 - Pasal 15 ayat 1d - 34
Etika Perilaku………………………………………..……………………….
VIII. Lampiran - 08: SK Nomor: 008/SK-BMAI/04.2010) – Pasal 17 ayat 1 &
Pasal 19 ayat 1 : Surat Kesepakatan Penyelesaian Sengketa Melalui 40
Mediasi (SKPSM) ..........................................................................

IX. Lampiran - 09: SK Nomor: 008/SK-BMAI/04.2010 – Pasal 17 ayat 2 :


Formulir Permohonan Penyelesaian Sengketa Melalui Ajudikasi 42
(FPPSAj)……………….. ................................................................

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 3


KATA PENGANTAR

Peraturan BMAI tentang “Proses Penanganan Sengketa Melalui Mediasi dan atau
Ajudikasi” telah ditetapkan untuk pertama kalinya pada bulan September 2006, saat BMAI
mulai beroperasi. Dan seiring dengan berjalannya waktu, terhadap peraturan tersebut telah
diladakan penyesuaian dan perbaikan melalui Keputusan BMAI No. 001/SK-BMAI/04.2010
tanggal 01 April 2010 tentang Proses Penanganan Sengketa Melalui Mediasi dan/atau
Ajudikasi.

Dengan diterbitkannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014,


tanggal 16 Janjuari 2014, tentang “Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa
Keuangan” oleh Otoritas Jasa Keuangan RI, maka Peraturan BMAI tentang Proses Penanganan
Sengketa Melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi harus disesuaikan dan diperbaiki lagi. Selain itu,
Otoritas Jasa Keuangan menetapkan agar Peraturan dan Prosedur Mediasi dipisahkan dari
Peraturan dan Prosedur Ajudikasi. Oleh karenanya buku ini hanya berisi ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang Mediasi yang diselenggarakan di BMAI. Penyesuaian dan perbaikan
tersebut dilakukan dengan menerbitkan Surat Keputusan BMAI No.008/SK-BMAI/11.2014,
tanggal 01 Nopember 2014 tentang “Peraturan dan Prosedur Mediasi BMAI”.

Sejalan dengan ketentuan POJK disebut di atas, BMAI telah memperluas kegiatannya
dengan menjadi Lembaga Arbitrase dan oleh karena itu “Badan Mediasi Asuransi Indonesia”
telah mengubah namanya menjadi “Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia”. Namun
demikian, meskipun namanya diubah, singkatannya tetap dipertahankan, yaitu: BMAI.
Perubahan nama dan perluasan kegiatan BMAI ini telah disahkan oleh Kementerian Hukum
dan HAM RI melalui Surat Keputusan Nomor AHU-52.AH.01.08 Tahun 2014, tanggal 25
Pebruari 2014. Untuk menjalankan kegiatan berarbitrase, BMAI telah mempunyai suatu
perangkat peraturan yang lain yaitu “Peraturan dan Prosedur Arbitrase BMAI”.

Dengan mulai berlakunya Keputusan BMAI No. 008/SK-BMAI/11.2014 tentang


“Peraturan dan Prosedur Mediasi BMAI”, maka Keputusan BMAI No. 001/SK-BMAI/04.2010
tentang Proses Penanganan Sengketa Melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi dan Petunjuk
Pelaksanaan Proses atau Prosedur Penanganan Sengketa dinyatakan tidak berlaku lagi.

Diharapkan Peraturan dan Prosedur Mediasi BMAI ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan, terutama bagi Calon Pemohon dan Anggota. Semoga proses
penyelesaian Sengketa melalui Mediasi oleh BMAI dapat berjalan dengan lebih baik lagi.

Jakarta, 01 Nopember 2014


Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia.

Frans Lamury
Ketua

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 4


LOGO

Logo BMAI terdiri dari sebuah marka, tipografi BMAI, dan tipografi Badan Mediasi Asuransi
Indonesia, yang bermakna:

1. Marka berbentuk dot atau titik yang terbentuk dari dua bangun yang melambangkan
sinkronisasi atau keselarasan, artinya sesuai dengan tugas BMAI sebagai mediator.

2. Jumlah dot dalam satu baris pada tiap bangunnya sebanyak 12 untuk mengingatkan
tanggal berdirinya BMAI.

3. Tipografi memakai font eras, yang memiliki bentuk modern dan profesional yang
melambangkan ketegasan dan keluwesan institusi.

4. Warna merah pada dot menyimbolkan komunikasi yang hangat dan berhasil guna.

5. Warna biru pada dot menyimbolkan semangat BMAI yang dapat dipercaya, dewasa
dan kokoh.

6. Warna hitam pada tipografi menyimbolkan kerapihan, profesional, dan mandirinya


sebuah institusi.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 5


BADAN MEDIASI DAN ARBITRASE ASURANSI INDONESIA (BMAI)

VISI

MEMBERIKAN PELAYANAN PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ASURANSI SECARA ADIL


MELALUI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAN PELAYANAN KONSUMEN
ASURANSI UNTUK MENUMBUHKAN KEPERCAYAAN DAN MINAT MASYARAKAT
BERASURANSI DEMI MEWUJUDKAN KEHIDUPAN YANG NYAMAN DAN SEJAHTERA.

MISI

SECARA PROFESIONAL, INDEPENDEN DAN IMPARSIAL,


• MEMBANTU MENYELESAIKAN SENGKETA KLAIM ASURANSI ANTARA PENANGGUNG
DAN TERTANGGUNG MELALUI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA,

• MEMBERIKAN INFORMASI DAN PEMAHAMAN KEPADA MASYARAKAT TENTANG


PERASURANSIAN DAN MANAJEMEN RISIKO,

• MEMBERIKAN MASUKAN KEPADA PEMERINTAH DAN PELAKU USAHA


PERASURANSIAN BAHAN PEMBELAJARAN DARI SENGKETA-SENGKETA YANG
DITANGANI.

NILAI-NILAI

INTEGRITAS - INDEPENDEN - IMPARSIAL

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 6


Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia
(BMAI)

• Pendirian BMAI

Secara resmi BMAI didirikan pada tanggal 12 Mei 2006 dan mulai beroperasi pada
tanggal 25 September 2006. Pendiriannya ini sejalan dengan Surat Keputusan Bersama
empat Menteri yaitu a) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
No.KEP.45/M.EKON/07/2006; b) Gubernur Bank Indonesia No.8/50/KEP.GBI/ 2006; c)
Menteri Keuangan No.357/KMK.012/2006; dan d) Menteri Negara Badan Usaha Milik
Negara No.KEP-75/MBU/2006 Tentang Paket Kebijakan Sektor Keuangan yang
ditetapkan di Jakarta tanggal 5 Juli 2006. Juga sejalan dengan ketentuan Lampiran III
Lembaga Keuangan Non-Bank poin - 3 program -3 tentang Perlindungan Pemegang Polis
dengan Penanggung Jawab Departemen Keuangan RI.

Pendirian BMAI digagas oleh beberapa Asosiasi Perusahaan Perasuransian Indonesia yang
berada di bawah FAPI (Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia) yaitu Asosiasi Asuransi
Umum Indonesia (AAUI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Asuransi
Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI) dan didukung penuh oleh Biro Perasuransian, Bapepam
LK, Dept Keuangan RI.

BMAI didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan yang profesional dan
transparan yang berbasis pada kepuasan dan perlindungan serta penegakkan hak-hak
Tertanggung atau Pemegang Polis melalui proses Mediasi dan Ajudikasi. BMAI dibentuk
dengan tujuan untuk memberikan representasi yang seimbang antara Tertanggung
dan/atau Pemegang Polis dan Penanggung (Perusahaan Asuransi). Tertanggung atau
Pemegang Polis yang tidak menyetujui penolakan tuntutan ganti rugi atau manfaat
polisnya oleh Penanggung (Perusahaan Asuransi) dapat meminta bantuan BMAI untuk
menyelesaikan sengketa antara mereka. BMAI senantiasa berupaya untuk menyelesaikan
sengketa klaim asuransi secara lebih cepat, adil, murah dan informal.

Dengan terbitnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor: 1/POJK.07/2014


tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) di Sektor Jasa Keuangan, BMAI
harus mengadakan beberapa penyesuaian agar ia bisa diterima sebagai LAPS yang diakui
oleh OJK. Oleh karena itu, BMAI telah memperluas kegiatannya dengan fungsi
penyelenggara arbitrase dan mengubah namanya menjadi Badan Mediasi dan Arbitrase
Asuransi Indonesia.

• Perhimpunan Yang Independen Dan Imparsial

BMAI adalah sebuah badan hukum yang berbentuk Perhimpunan yang bersifat
independen dan imparsial. BMAI memberikan pelayanan untuk penyelesaian sengketa
klaim (tuntutan ganti rugi atau manfaat) Asuransi antara Anggotanya yaitu Perusahaan
Asuransi dan Tertanggung atau Pemegang Polis. Mediator, Ajudikator dan Arbiter BMAI
terdiri dari tokoh tokoh berpengalaman baik dalam bidang perasuransian maupun bidang
hukum dan dengan demikian ada jaminan bahwa BMAI selalu bertindak independen, adil
dan transparan.
PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 7
• Manfaat BMAI

BMAI adalah suatu lembaga yang mudah diakses masyarakat Tertanggung atau Pemegang
Polis. Melalui proses Mediasi dan Ajudikasi BMAI membantu menyelesaikan sengketa
klaim (tuntutan ganti rugi/manfaat) dan memberikan solusi yang mudah bagi Tertanggung
atau Pemegang Polis yang kurang memahami asuransi dan kurang mampu untuk
menyelesaikan suatu perkara melalui pengadilan negeri, apalagi membayar biaya bantuan
hukum yang mahal. BMAI mengupayakan penyelesaian sengketa klaim secara lebih cepat,
adil, murah dan informal.

• Cara Pengajuan Permohonan Penyelesaian Sengketa

Tertanggung atau Pemegang Polis harus mengisi dengan lengkap Formulir Permohonan
Penyelsaian Sengketa (FPPS) yang disediakan BMAI dan menyampaikannya kepada BMAI,
untuk digunakan sebagai dasar melakukan investigasi atas suatu Sengketa.

 Batas Nilai Tuntutan Ganti Rugi

Untuk proses Mediasi dan Ajudikasi, nilai tuntutan ganti rugi atau manfaat polis yang
dipersengketakan tidak melebihi Rp 750.000.000 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) per
klaim untuk asuransi kerugian/umum dan Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) per
klaim untuk asuransi jiwa atau Asuransi jaminan sosial.

• Proses Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa klaim (tuntutan ganti rugi/ manfaat) dilakukan oleh BMAI dalam 3
(tiga) bagian yaitu: Tahap Mediasi, Tahap Ajudikasi, serta Tahap Arbitrase.

Tahap I – Mediasi: Permohonan Penyelesaian Sengketa Klaim Asuransi yang diterima


BMAI akan ditangani oleh Mediator yang akan berupaya agar Tertanggung
atau Pemegang Polis dan Penanggung (Perusahaan Asuransi) dapat mencapai
kesepakatan untuk menyelesaian sengketa secara damai dan wajar bagi
kedua belah pihak. Mediator akan bertindak sebagai penengah antara
Tertanggung atau Pemegang Polis (Pemohon) dan Penanggung atau
Perusahaan Asuransi (Termohon).

Tahap 2 – Ajudikasi: Bila Sengketa Klaim (tuntutan ganti rugi atau manfaat) tidak dapat
diselesaikan melalui Mediasi (Tahap 1), maka Pihak Pemohon dapat
mengajukan permohonan kepada Ketua BMAI agar sengketanya dapat
diselesaikan melalui proses Ajudikasi. Sengketa akan diputuskan oleh Majelis
Ajudikasi yang ditunjuk oleh BMAI.

Tahap 3 – Arbitrase: Atas sengketa klaim yang tidak dapat diselesaikan pada proses
Mediasi atau Ajudikasi dan yang nilai sengketanya melebihi Batas Nilai
Tuntutan Ganti Rugi dilakukan proses Arbitrase. Sengketa klaim akan
diperiksa dan diadili oleh Arbiter Tunggal atau Majelis Arbitrase. Keputusan
arbitrase bersifat final dan mengikat para Pihak dan tidak dapat dimintakan
banding, kasasi atau upaya hukum lainnya.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 8


• Biaya

Pelayanan Mediasi dan Ajudikasi untuk nilai klaim yang ditetapkan di atas, diberikan
secara Cuma-cuma alias Gratis.

Untuk Arbitrase, ditetapkan berdasarkan nilai klaim yang dipersengketakan.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 9


Surat Keputusan
No. 008/SK-BMAI/11.2014

Tentang:
PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI
BADAN MEDIASI DAN ARBITRASE ASURANSI INDONESIA
(BMAI)

Pengurus Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia

Menimbang : a. bahwa untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang


terjadi dan perlu adanya perbaikan atas kekurangan-kekurangan pada
Peraturan dan Prosedur Mediasi dan Ajudikasi tentang Proses
Penanganan Sengketa Melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi, perlu
dilakukan penyesuaian secara menyeluruh terhadap Peraturan dan
Prosedur Mediasi dan Ajudikasi mengenai Proses Penanganan
Sengketa Melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi sebagaimana diatur
dalam Surat Keputusan Ketua Badan Mediasi Asuransi Indonesia
No.001/SK-BMAI/04.2010;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a), dipandang perlu menetapkan Keputusan Ketua Badan Mediasi
Asuransi Indonesia tentang Proses Penanganan Sengketa Melalui
Mediasi dan/atau Ajudikasi.

Mengingat : a. Ketentuan Anggaran Dasar Badan Mediasi Asuransi Indonesia Pasal 7


tentang Kegiatan;
b. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2014 tentang
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) di Jasa Keuangan.
c. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen
Bab-XI tentang Badan Penyelesaian Sengketa pasal 52 tentang Tugas
dan Wewenangnya;
d. Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum Bab II Pasal 6 tentang
Alternatif Penyelesaian Sengketa.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI BADAN MEDIASI DAN


ARBITRASE ASURANSI INDONESIA (BMAI)

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 10


Pasal 1
Arti dan Istilah

Dalam Peraturan dan Prosedur Mediasi ini, yang dimaksud dengan:

1) “Anggaran Dasar” adalah anggaran dasar Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia
(BMAI).

2) “Anggota” adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi yang terdaftar dan


memenuhi syarat-syarat keanggotaan BMAI.

3) “BMAI” adalah Perhimpunan Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia

4) “Klaim Asuransi” adalah tuntutan ganti rugi dan/atau manfaat polis Asuransi yang dapat
dinilai dengan sejumlah uang.

5) “Mediasi” adalah proses penyelesaian Sengketa melalui upaya musyawarah dan mufakat
antara Pemohon dan Termohon (Anggota) yang difasilitasi oleh Mediator.

6) “Mediator” adalah karyawan tetap BMAI yang berwenang untuk melakukan investigasi
dan proses mediasi Sengketa yang diajukan Pemohon kepada BMAI.

7) “Para Pihak” adalah Pemohon dan Termohon (Anggota).

8) “Pemohon” adalah:
a) nasabah yang mempunyai hubungan dengan Termohon atau seseorang yang
mempunyai kepentingan untuk menerima manfaat dari perjanjian asuransi termasuk
seseorang yang atas dirinya dibuat sebuah perjanjian Asuransi atau seseorang yang
mempunyai hak untuk menerima manfaat dari suatu klaim asuransi yang timbul
karena adanya perjanjian, Undang-Undang atau subrograsi, atau seorang
tertanggung yang disebutkan dalam polis asuransi atau pihak ketiga yang
mempunyai hak yang disebutkan dalam perjanjian Asuransi untuk mengajukan klaim
atas sebuah perjanjian asuransi yang menjamin atau diperluas untuk menjamin
pertanggungan terhadap pihak ketiga.
b) Anggota (Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi)

9) “Pengaduan” adalah ungkapan ketidakpuasan Pemohon yang disebabkan oleh adanya


kerugian atau potensi kerugian financial pada Pemohon yang diduga terjadi karena
kesalahan atau kelalaian Anggota dalam menangani klaim Asuransi, kelangsungan
kontrak Asuransi dan terbitnya polis Asuransi dan atau pemanfaatan pelayanan dan atau
produk Asuransi yang disediakan Anggota.

10) “Penolakan final” adalah surat atau dokumen tertulis lainnya yang dikeluarkan oleh
Anggota dan disampaikan kepada Pemohon yang secara jelas menyatakan bahwa surat
tersebut adalah jawaban final dari Anggota tersebut atas klaim yang diajukan Pemohon.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 11


11) “Perjanjian Mediasi” adalah suatu kesepakatan antara Para Pihak untuk menyelesaikan
sengketa mereka melalui mediasi BMAI oleh Mediator BMAI.

12) “Perjanjian Perdamaian” adalah suatu kesepakatan penyelesaian Sengketa antara Para
Pihak yang difasilitasi oleh Mediator yang bersifat final dan mengikat Para Pihak.

13) “Sengketa” adalah:


a) perselisihan yang timbul sehubungan dengan penolakan tertulis oleh Anggota atas
klaim Asuransi, atau atas permohonan pemulihan (reinstatement) polis, atau atas
klaim penebusan (surrender) polis yang diajukan oleh Pemohon kepada Anggota
yang menjadi penanggung berdasarkan perjanjian asuransi dan yang diajukan oleh
Pemohon kepada Perhimpunan paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal surat Penolakan Final, atau
b) perselisihan antara para Anggota yang menyangkut klaim Asuransi yang diajukan
oleh Anggota kepada Perhimpunan paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak
timbul perselisihan. Perselisihan timbul saat salah satu Anggota menyatakan ketidak-
sepakatan atas hal yang dipersengketakan.

14) “Termohon” adalah Anggota BMAI

Pasal 2
Pernyataan Persetujuan

1) Mediasi diselenggrakan setelah para Pihak menandatangani Surat Perjanjian Mediasi


(lampiran – 01, Surat Keputusan ini).

2) Anggota sepakat untuk memenuhi dan tunduk pada semua Ketentuan yang terdapat
dalam Peraturan dan Prosedur Mediasi, termasuk semua perubahan, modifikasi dan/atau
pemutakhiran yang dibuat oleh BMAI atas Ketentuan dari Peraturan dan Prosedur Mediasi
ini.

3) Apabila Anggota bertindak tidak sesuai dengan Ketentuan Pasal 15, BMAI berwenang
meminta Anggota tersebut untuk melakukan langkah-langkah perbaikan yang perlu
dilaksanakan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak terjadinya pelanggaran. Bila
Anggota tidak memenuhi hal tersebut, BMAI akan mengenakan sanksi sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Pengawas BMAI.

Pasal 3
Pemberitahuan Penting dan Catatan Penting Kepada Tertanggung

Anggota diminta untuk:


1) memberikan penjelasan tentang keberadaan BMAI kepada setiap calon Tertanggung baik
secara lisan atau tertulis dan mengenai peranan BMAI sebagai lembaga independen dan
imparsial yang memberikan pelayanan untuk penyelesaian Sengketa.
2) mengedarkan brosur yang diterbitkan BMAI.
3) melekatkan “Pemberitahuan Penting” pada setiap polis yang diterbitkan sesuai Lampiran –
02, Surat Keputusan ini.
PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 12
4) memasukan “Catatan Penting” pada setiap surat Penolakan Final sesuai Lampiran – 03,
Surat Keputusan ini

Pasal 4
Sengketa yang dapat ditangani oleh BMAI

1) Semua Sengketa dapat diajukan dan ditangani oleh BMAI, dengan ketentuan:
a) Pemohon yang mengajukan adalah pihak yang berkepentingan.
b) Anggota yang terlibat dalam Sengketa harus merupakan pihak yang tunduk pada
yurisdiksi BMAI karena masih terdaftar sebagai Anggota.
c) Sengketa yang timbul dari permasalahan berkaitan dengan hubungan Pemohon
dengan Anggota.
d) Lingkup Sengketa yang diajukan harus berada dalam yurisdiksi BMAI sejak BMAI
didirikan.
e) Anggota tidak dapat menyelesaikan Sengketa secara langsung dengan Pemohon sesuai
dengan tuntutan Pemohon dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak
disampaikannya keberatan oleh Pemohon kepada Anggota.

2) Nilai tuntutan ganti rugi atau manfaat polis yang dipersengketakan tidak melebihi Rp
750.000.000 (tujuhratus limapuluh juta rupiah) per klaim untuk asuransi kerugian/umum
dan Rp 500.000.000 (limaratusjuta rupiah) per klaim untuk asuransi jiwa atau Asuransi
jaminan sosial.

3) Untuk menghindari keraguan, Mediator, sesuai dengan kasus yang dihadapi, mempunyai
kewenangan untuk menetapkan apa yang dimaksud dengan ‘per klaim’. Keputusan
Mediator atas apa yang dimaksud dengan “per klaim” akan mengikat bagi Anggota.

4) Semua Sengketa yang belum pernah diajukan oleh Pemohon kepada Anggota sehingga
Anggota belum mendapat kesempatan untuk menyelesaikannya secara langsung, akan
dianggap sebagai Keluhan dan bila diajukan kepada BMAI maka BMAI akan
mengembalikannya kepada Anggota untuk mendapat pertimbangan lebih dahulu.

5) Lingkup daerah yurisdiksi BMAI hanya mencakup Sengketa terhadap aktifitas Anggota
atau Perwakilannya yang melakukan kegiatan usaha dalam wilayah Republik Indonesia.

Pasal 5
Sengketa Yang Dikecualikan

Sengketa berikut tidak dapat diproses oleh BMAI:


1) Keputusan yang dibuat atas dasar pertimbangan komersial;
2) Kebijakan harga dan kebijakan lainnya, seperti suku premi, biaya dan kurs valuta asing;
3) Kasus yang sedang dalam proses investigasi oleh pihak yang berwajib, termasuk kasus-
kasus dengan tuduhan adanya penipuan atau tindakan kriminal dan kasus tersebut telah
dilaporkan kepada yang berwajib untuk dilakukan investigasi;
4) Sengketa yang telah lebih dari 6 (enam) bulan sejak Anggota memberikan surat Penolakan
Final;
5) Sengketa yang sebelumnya telah diselesaikan secara langsung antara Pemohon dengan
Anggota;
6) Sengketa yang belum mendapat Penolakan Final dari Anggota.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 13


7) Sengketa yang berkaitan dengan Anggota yang dikenakan sanksi Pembatasan Kegiatan
Usaha (PKU) dan/atau Pencabutan Izin Usaha Perasuransian.
8) Sengketa yang pernah atau sedang disidangkan di Pengadilan.

Pasal 6
Pemohon

Pihak-pihak berikut disebut sebagai Pemohon dan dapat mengajukan Sengketa kepada BMAI:
1) Nasabah (Pemegang Polis) yang mempunyai hubungan perjanjian Asuransi dengan
Anggota:
2) Seseorang yang mempunyai kepentingan finansial atas manfaat suatu perjanjian asuransi,
termasuk orang-orang berikut:
a) Seseorang yang atas dirinya dibuat atau dimaksudkan untuk dibuat sebuah perjanjian
asuransi (Tertanggung);
b) Seseorang yang mempunyai hak untuk menerima manfaat dari suatu Klaim Asuransi
yang timbul karena adanya perjanjian, undang-undang atau subrogasi (Termaslahat);
3) Seorang Tertanggung yang disebutkan dalam polis Asuransi.
4) Pihak ketiga yang mempunyai hak untuk mengajukan klaim atas sebuah perjanjian
asuransi yang menjamin atau diperluas untuk menjamin pertanggungan terhadap pihak
ketiga.
5) Anggota (Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi)

Pasal 7
Kewenangan dan Fungsi BMAI

1) BMAI akan selalu bertindak independen dalam memberikan pelayanan dan sebagai media
yang tidak memihak (imparsial) dan penengah perselisihan dan tidak akan bertindak
sebagai penasehat hukum baik bagi Anggota, Pemohon atau pihak-pihak lainnya yang
mengajukan Sengketa kepadanya.

2) BMAI akan:
a) bertindak sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan dan Prosedur
Mediasi BMAI;
b) mematuhi Peraturan dan Prosedur Mediasi yang ditetapkan oleh Pengawas BMAI;
c) memberikan pelayanan atas semua Sengketa yang diajukan sesuai ketentuan Pasal 4
Peraturan dan Prosedur Mediasi ini;
d) melakukan investigasi dan Mediasi atas Sengketa dengan tujuan untuk mendapatkan
suatu penyelesaian;
e) melakukan Ajudikasi atas Sengketa, bilamana tidak tercapai kesepakatan melalui
Mediasi, dengan tunduk pada ketentuan Pasal 17,
f) melakukan Arbitrase atas Sengketa dengan nilai yang dipersengketakan melebihi
wewenang BMAI sesuai ketentuan Peraturan dan Prosedur Mediasi dan Ajudikasi
BMAI.
g) tidak memberikan informasi umum tentang Anggota (selain bilamana dianggap wajar
terkait dengan proses penyelesaian Sengketa) dan informasi atas perjanjian dari
Anggota tersebut atau jasa pelayanan, serta tidak memberikan saran-saran hukum,
akuntansi dan saran-saran profesional lainnya.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 14


3) Pengurus, dengan persetujuan Pengawas BMAI, mempunyai wewenang melakukan
perubahan dan penambahan atas suatu Standar dan Ketentuan yang terdapat dalam
Peraturan dan Prosedur Mediasi ini.

Pasal 8
Permohonan Investigasi

1) Pemohon harus mengisi dan menyampaikan Formulir Permohonan Penyelesaian Sengketa


(FPPS) yang telah disediakan oleh BMAI sebagai dasar BMAI melakukan investigasi atas
suatu Sengketa, sesuai Lampiran – 04, Surat Keputusan ini.

2) FPPS dapat diunduh dari website BMAI, sesuai Lampiran – 05, Surat Keputusan ini

3) FPPS yang sudah dilengkapi dapat diantar langsung ke alamat kantor BMAI dan/atau
dapat dikirim melalui faksimili BMAI dan atau melalui alamat email BMAI.

Pasal 9
Batas Waktu Pengajuan Permohonan

1) FPPS harus diisi dan disampaikan oleh Pemohon kepada BMAI paling lama dalam waktu 6
(enam) bulan terhitung sejak Anggota menyampaikan surat Penolakan Final kepada
Pemohon dan selama dalam kurun waktu 6 (enam) bulan tersebut tidak ada
tanggapan/sanggahan dari pihak Pemohon.

2) Pemohon wajib memberikan bukti-bukti dan atau dokumen sebagai kelengkapan FPPS
sebagaimana yang diatur pada ayat (1) pasal ini, antara lain:
a. copy polis Asuransi;
b. copy surat Penolakan Final dari Anggota
c. copy identitas Pemohon
d. ringkasan peristiwa atau kronologis peristiwa sampai dengan terjadinya perselisihan;
e. fakta-fakta hukumnya seperti surat-menyurat/email dengan pihak Termohon, jika ada.

Pasal 10
Proses Ketika Permohonan Diterima

1) Setelah FPPS diterima BMAI, Sengketa akan ditangani oleh Mediator dengan melakukan
verifikasi kelengkapan dan kebenaran administrasi sesuai yang dipersyaratkan peraturan
ini.

2) BMAI akan memberikan jawaban kepada Pemohon dalam jangka waktu 3 (tiga) hari
setelah FPPS diterima.

Pasal 11
Proses Investigasi dan Mediasi Sengketa

1) Setelah FPPS diterima, Mediator akan meneliti hal-hal berikut:

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 15


a) apakah Sengketa telah memenuhi syarat sebagai Sengketa yang sah sesuai dengan
ketentuan Pasal 4.
b) apakah Sengketa merupakan Sengketa yang dikecualikan sesuai ketentuan Pasal 5
c) apakah Pemohon memenuhi syarat sebagai Pemohon sesuai ketentuan Pasal 6; dan
d) apakah permohonan untuk melakukan investigasi disampaikan dalam jangka waktu
sesuai ketentuan Pasal 9.

2) Bila Sengketa tidak memenuhi salah satu persyaratan dalam ayat 1 di atas, Mediator dapat
menolak untuk menindak lanjuti Sengketa tersebut.

3) Mediator berwenang meminta kepada Para Pihak dan Para Pihak wajib memberikan
kepada Mediator semua informasi dan materi yang berkaitan dengan Sengketa termasuk
tetapi tidak terbatas pada:
a) Copy lengkap dari polis beserta klausul dan endorsemennya, Surat Permintaan
Asuransi (SPA), koresponden berkaitan dengan akseptasi sampai polis diterbitkan.
b) Formulir Klaim dan laporan-laporan pihak lain (polisi, loss adjuster, dokter, dan lain-
lain).
c) Bukti-bukti berkaitan dengan nilai ganti rugi yang diajukan.
d) Bukti-bukti berkaitan dengan alasan penolakan klaim (jika ada)
e) Copy semua koresponden antara Para Pihak berkaitan dengan proses penyelesaian
klaim termasuk notulasi atau catatan-catatan rapat antara Para Pihak (jika ada).
f) Informasi dari pihak ketiga (Agen Asuransi dan atau Pialang Asuransi) yang
memfasilitasi penerbitan/penutupan Asuransi tersebut.

4) Secara khusus Mediator akan memberitahukan Anggota bahwa BMAI telah menerima
FPPS dan meminta informasi dan materi yang dimaksud dalam ayat 2 pasal ini. Anggota
wajib memenuhi permintaan ini dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak permintaan
BMAI diterimanya.

5) Mediator akan melakukan wawancara, bila dianggap perlu, baik melalui telepon maupun
dengan pertemuan langsung.

6) Mediator akan melakukan analisa atas setiap Pengaduan yang masuk sehingga dapat
membuat kesimpulan awal dan menentukan arah penyelesaian yang akan ditempuh
selanjutnya sesuai dengan Peraturan dan Prosedur Mediasi BMAI yang berlaku.

7) Mediator juga akan merpertimbangkan apakah akan menghentikan proses penyelesaian


Sengketa sebagaimana diatur dalam pasal 14.

8) Apabila proses penyelesaian Sengketa tidak dihentikan sesuai dengan ketentuan pasal 14,
maka proses investigasi dan Mediasi dapat diteruskan.

9) Apabila dalam kesimpulan awalnya Mediator tidak sependapat dengan penolakan klaim
oleh Anggota, Mediator segera menghubungi Anggota untuk membahas kasus tersebut
dan upaya ini dapat dilakukan walaupun Pemohon belum datang ke BMAI. Pembahasan
langsung ini diharapkan dapat menghasilkan suatu celah penyelesaian yang baik untuk
Para Pihak yang nantinya dapat ditawarkan kepada Pemohon.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 16


10) Apabila tidak tercapai kesepakatan antara Mediator dengan Anggota, Mediator akan
melakukan pendekatan kepada Pemohon dan menjelaskan dengan sebaik-baiknya alasan
penolakan Anggota serta tawaran yang diberikan Anggota (jika ada).

11) Apabila Pemohon tidak sepenuhnya dapat menerima alasan penolakan Anggota tetapi
bersedia untuk menerima suatu ganti rugi secara kompromi, maka Mediator akan
melakukan pendekatan kepada Anggota. Bila Anggota setuju maka Sengketa dapat
diselesaikan tetapi bila Anggota tidak setuju, Sengketa dapat dilanjutkan ke tingkat
Adjudikasi.

12) Apabila Pemohon berada diluar Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan
Bekasi), maka Mediator dapat menyelenggarakan mediasi dengan memanfaatkan fasilitas
alat komunikasi telepon, fax, email atau dengan mendatangi Pemohon.

Pasal 12
Penunjukan Kuasa Tetap

1) Pemohon orang perorangan wajib mengikuti sendiri semua proses penyelesaian Sengketa
yang diselenggarakan oleh BMAI melalui Mediasi dan tidak diperkenankan menunjuk
pihak lain untuk mewakilinya. Pemohon boleh didampingi oleh paling banyak 2 (dua)
orang dan para pendamping tersebut tidak mempunyai hak berbicara kecuali atas izin
Mediator.

2) Pemohon yang berstatus perusahaan, wajib menunjuk seorang atau lebih, paling banyak 3
(tiga) karyawannya dengan menyebutkan posisi atau jabatan di perusahaan tersebut,
sebagai kuasa tetap yang dapat mewakili perusahaannya untuk:
a) Menangani penyelesaian Sengketa berkaitan dengan tuntutan ganti rugi dan/atau
tuntutan atas manfaat polis asuransi.
b) Membuat, menjawab dan/atau menandatangani surat-surat, faxsimile, email berkaitan
dengan penyelesaian Sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat 2.a) pasal ini.
c) Menyerahkan semua dokumen, informasi, catatan dan laporan investigasi, notulasi
rapat dan lain-lain, kepada BMAI, yang diperlukan untuk proses penyelesaian
Sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat 2.a) pasal ini.
d) Membuat keputusan penyelesaian melalui Mediasi dan menandatangani Perjanjian
Perdamaian hasil Mediasi,

3) Anggota wajib menunjuk seorang atau lebih, paling banyak 3 (tiga) orang karyawannya
dengan menyebutkan posisi atau jabatan di perusahaan tersebut sebagai kuasa tetap yang
dapat mewakili perusahaannya untuk melaksanakan tugas-tugas yang disebutkan pada
ayat 2 a) sampai dengan d) pasal ini.

4) Surat kuasa tersebut diberikan tanpa hak substitusi dan berlaku sejak tanggal
ditandatangani sampai dibatalkan secara tertulis oleh pemberi kuasa. Contoh Surat Kuasa
Khusus seperti Lampiran – 06, Surat Keputusan ini.

5) Pemohon dan para penerima kuasa tetap wajib menunjukkan identitas diri dan/atau
identitas kekaryawanannya.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 17


Pasal 13
Upaya Penyelesaian Secara Musyawarah

1) Pada waktu berlangsungnya proses investigasi oleh Mediator atas suatu Sengketa,
Mediator dapat tetap melanjutkan upaya tercapainya penyelesaian Sengketa tersebut
dengan mufakat antara Para Pihak.

2) Sepanjang berlangsungnya investigasi atas Sengketa oleh Mediator, Para Pihak selalu dapat
berupaya untuk mencapai suatu penyelesaian berdasarkan musyawarah dan mufakat.

Pasal 14
Penghentian Proses Penyelesaian Sengketa Tanpa Mediasi

1) Mediator, dengan persetujuan dari Ketua BMAI, dapat menghentikan proses investigasi
atau Mediasi suatu Sengketa, bilamana:
a) Mediator berpendapat bahwa Sengketa tersebut bersifat melampaui batas kewajaran;
b) terdapat alasan-alasan memaksa lainnya yang membuat Sengketa tersebut tidak tepat
untuk ditangani oleh BMAI.

2) Untuk menghindari keraguan, semua keputusan yang dibuat oleh Ketua BMAI sesuai
ketentuan Pasal ini bersifat final dan konklusif dan tidak dapat dipertanyakan oleh Para
Pihak.

Pasal 15
Kerjasama Para Pihak

1) Mediator:
a) harus mendapat dukungan kerjasama sepenuhnya dari Anggota dan/atau Perwakilan
dari Anggota dan Pemohon dalam melakukan investigasi atas suatu Sengketa;
b) dapat meminta Anggota dan Perwakilannya serta Pemohon untuk memberikan semua
informasi yang berkaitan dengan pokok permasalahan dari Sengketa yang berada
dalam kepemilikan dan kendalinya yang menurut pendapat umum atau disepakati
oleh Para Pihak secara tertulis harus diungkapkan atau Para Pihak diharuskan untuk
mengungkapkan oleh hukum yang berlaku, dan
c) mempunyai kewenangan untuk meminta Anggota dan/atau Perwakilan dari Anggota
tersebut, bilamana dianggap perlu, untuk menghadiri wawancara untuk keperluan
membuat rekaman suatu pernyataan atas sesuatu hal apapun dari Anggota dan/atau
Perwakilan Anggota tersebut.
d) dalam menjalankan fungsinya, wajib menaati ketentuan Peraturan dan Prosedur ini
serta Etika Perilaku. (Lampiran - 07, Surat Keputusan ini) Terhadap dugaan
pelanggaran Peraturan dan Prosedur ini dan Etika Perilaku akan diproses melalui
sidang kode etik.

2) Anggota akan memberikan kepada Mediator semua data, informasi dan materi yang
relevan dengan suatu Sengketa untuk memungkinkan bagi Mediator melakukan upaya
mediasi secara menyeluruh, dan akan menghadiri atau memastikan agar Perwakilannya

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 18


menghadiri semua wawancara yang diminta oleh Mediator kepada Anggota dan/atau
Perwakilan Anggota tersebut.

3) Anggota harus selalu memenuhi dan memastikan bahwa semua pejabat, perwakilan
dan/atau agen-agennya memenuhi semua instruksi dan permintaan yang dibuat oleh
Mediator BMAI dan pejabat serta pegawai BMAI yang berwenang.

Pasal 16
Jangka Waktu Penyelesaian Sengketa Oleh Mediator

1) Sejalan dengan tujuan Perhimpunan untuk menyelesaikan Sengketa secara “cepat”, maka
penyelesaian Sengketa pada proses mediasi dilakukan dalam waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal ditandatanganinya Surat Perjanjian Mediasi secara
lengkap.

2) Jangka waktu dimaksud dalam ayat 1) pasal ini dapat diperpanjang untuk waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari, dengan persetujuan para pihak.

Pasal 17
Penyelesaian Melalui Mediasi Atau Kelanjutan ke Ajudikasi

1) Apabila Sengketa dapat diselesaikan melalui Mediasi, Mediator harus mencatat secara
tertulis semua persyaratan penyelesaian yang dicapai oleh Para Pihak, dan Para Pihak
menandatangani Surat Kesepakatan Penyelesaian Sengketa (SKPS), sesuai Lampiran – 08,
Surat Keputusan ini.

2) Apabila Sengketa tidak dapat diselesaikan melalui Mediasi, Mediator akan menanyakan
kepada Pemohon, apakah Pemohon mau melanjutkan ke Ajudikasi dan jika Pemohon
menyetujuinya, Mediator meminta Pemohon untuk melengkapi Formulir Permohonan
Penyelesaian Sengketa ke Ajudikasi (FPPSAj) (Lampiran – 09, Surat Keputusan ini) yang
ditujukan kepada Ketua BMAI untuk meminta persetujuannya.

3) FPPSAj harus diserahkan kepada BMAI paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah Sengketa
dinyatakan tidak dapat diselesaikan melalui Mediasi.

Pasal 18
Yurisdiksi Membuat Keputusan

1) Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat suatu keputusan atau penetapan


pembayaran.
2) Mediator hanya dapat melakukan mediasi dengan tujuan untuk mencapai suatu
penyelesaian antara Anggota dan Pemohon.

Pasal 19
Tindak Lanjut Hasil Mediasi

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 19


1) Hasil mediasi wajib dituangkan dalam Surat Kesepakatan Penyelesaian Sengketa (SKPS).
2) Jika hasil mediasi adalah Pihak Termohon bersedia memenuhi permohonan Pemohon,
maka Termohon wajib menyelesaikannya selambat-lambatnya 30 hari terhitung sejak
Surat Kesepakatan Mediasi ditandatangani.
3) Jika hasil mediasi adalah permohonan Pemohon tidak dapat dipenuhi oleh Termohon,
maka Pemohon bebas mencari upaya hukum lainnya atau memohon kepada Ketua BMAI
agar sengketanya dapat diselesaikan ke jenjang Ajudikasi BMAI.
4) BMAI wajib memonitor pelaksanaan kesepakatan yang tertuang dalam SKPS, dengan cara:
a. Membuat catatan mengenai tanggal jatuh tempo pelaksanaan kesepakatan;
b. Pada hari jatuh tempo pelaksanaan kesepakatan, BMAI menghubungi melalui
telepon, email kepada Pemohon dan atau Anggota untuk memastikan kesepakatan
telah dilaksanakan;
c. Jika kesepakatan belum dilaksanakan, BMAI mengirimkan surat kepada Anggota
dengan tembusan Pemohon dan meminta Anggota untuk segera melaksanakan
kesepakatan, selambat-lambatnya dalam 15 (lima belas) hari terhitung sejak surat ini
diterima;
d. Jika dalam waktu yang ditentukan dalam Ayat 4) c., Kesepakatan belum juga
dilaksanakan, BMAI mengirimkan surat kedua dengan tembusan Pemohon, semua
Anggota dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meminta Anggota segera
melaksanakan kesepakatan dalam 15 (lima belas) hari terhitung sejak surat ini diterima.

5) Para Pihak mengetahui dan menyetujui serta tidak akan mengajukan tuntutan dalam
bentuk apapun kepada BMAI dan Pihak lain mengenai tindakan BMAI sesuai ketentuan
yang diatur pada Ayat 4) pasal ini.

Pasal 20
Kerahasiaan

1. Pemohon dan Anggota wajib menjaga kerahasiaan dari semua informasi, dokumen, surat-
menyurat (termasuk email), pokok-pokok permasalahan yang dibicarakan, dan lain-lain;
dan tidak akan memberitahukan atau membocorkan semua hal tersebut (baik secara
tertulis atau lisan) kepada pihak lain, kecuali untuk memenuhi Peraturan dan Prosedur
Mediasi BMAI, perundang-undangan yang berlaku, perintah pengadilan, ketentuan
lembaga pemerintah lainnya.

2. Kecuali untuk memenuhi Peraturan dan Prosedur Mediasi BMAI, perundang-undangan


yang berlaku, perintah pengadilan atau ketentuan lembaga pemerintah lainnya atau
ketentuan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan Perjanjian Penyelesaian sengketa
dalam mediasi, semua orang yang terlibat dalam proses Mediasi harus menjaga
kerahasiaan dan tidak menggunakan hal-hal berikut sebagai jaminan atau tujuan
tersembunyi dalam persidangan lainnya:
2.1 fakta bahwa suatu proses Mediasi akan berlangsung, sedang berlangsung atau telah
selesai;
2.2 hal-hal yang terungkap selama proses Mediasi;
2.3 semua pendapat yang diungkapkan atau disarankan atau penawaran penyelesaian
oleh salah satu pihak selama berlangsungnya proses Mediasi untuk penyelesaian
Sengketa;
2.4 saran-saran yang diusulkan oleh Mediator;

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 20


2.5 semua hal yang diserahkan dan komunikasi yang dilakukan selama proses Mediasi;
2.6 semua bahan-bahan, informasi, korespondensi (termasuk email), hal-hal yang
dibicarakan, yang disampaikan selama proses mediasi, termasuk dan tidak terbatas
pada Perjanjian Penyelesaian (dan substansi dan/atau persyaratan yang terdapat
didalamnya), kecuali bila secara langsung diperlukan untuk melaksanakan isi
Perjanjian Penyelesaian tersebut.

3. Kecuali sebagaimana diatur dalam Peraturan dan Prosedur Mediasi BMAI, perundang-
undangan yang berlaku, atau perintah pengadilan, semua bahan-bahan yang disampaikan,
dokumen atau informasi lainnya yang diserahkan untuk keperluan Mediasi harus
diberlakukan secara khusus dan tidak diperkenankan untuk dipergunakan sebagai bukti
dalam persidangan lainnya atas Sengketa tersebut, kecuali bila dalam keadaan sebaliknya,
dokumen tersebut dapat diterima sebagai bukti dalam persidangan serupa.

4. Para pihak tidak dapat meminta mediator, atau karyawan BMAI untuk menjadi saksi,
konsultan, arbiter atau ahli untuk memberikan pendapat dalam suatu persidangan lainnya
atas Sengketa yang sama.

5. Kewajiban Pemohon dan Anggota untuk menjaga kerahasiaan tidak berkurang dan akan
terus berlanjut sepenuhnya setelah selesainya proses Mediasi.

Pasal 21
Pelepasan Tanggung-Jawab

Mediator dan semua pejabat, karyawan, wakil BMAI lainnya tidak bertanggung-jawab
kepada Pemohon atau Anggota atas kesalahan dalam kaitan dengan penyediaan pelayanan
untuk keperluan proses Mediasi kecuali bila tindakan kesalahan tersebut dilakukan dengan
itikad tidak baik.

Pasal 22
Tidak Ada Tuntutan

1. BMAI dan/atau karyawan, pejabat atau wakilnya tidak akan, dalam keadaan dan
kapasitas apapun, memberikan, menawarkan atau mengemukakan pendapat apapun atas
suatu posisi hukum (baik bersifat profesional maupun pribadi).

2. Pemohon dan/atau Anggota dan/atau Wakil dari Anggota tidak akan mengajukan
tuntutan ganti rugi kepada Mediator dan/atau karyawan, pejabat maupun wakil BMAI
termasuk dan tidak terbatas pada ganti rugi atas suatu hal apapun berkaitan dengan:
2.1 pelayanan yang diberikan oleh BMAI (karyawan, pejabat atau wakil);
2.2 suatu Mediasi, dan/atau investigasi yang dilakukan oleh BMAI;
2.3 Sengketa yang diajukan oleh Pemohon;
2.4 klaim yang diajukan oleh Pemohon;
2.5 suatu penyelesaian yang dibuat antara Pemohon dengan Anggota atau Wakilnya;
2.6 suatu eksekusi Perjanjian Penyelesaian yang dilakukan oleh Pemohon dan Anggota
dan/atau Wakilnya;

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 21


2.7 suatu perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi ketentuan hukum, Peraturan dan
Prosedur Mediasi BMAI atau administratif yang ditetapkan lembaga Pemerintah
lainnya; dan/atau
2.8 suatu perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi suatu perundang-undangan yang
berlaku di Republik Indonesia atau perintah pengadilan.

3. Pemohon dan/atau Anggota dengan ini menyatakan dan bersepakat bahwa tuntutan ganti
rugi yang diajukan dengan alasan pelanggaran atas Ketentuan ini merupakan suatu
kerugian yang tidak dapat dipulihkan dengan ganti rugi yang wajar dan mencukupi.
Pemohon dan Anggota secara tegas menyetujui bahwa bilamana terjadi tuntutan ganti
rugi dan/atau pelanggaran yang demikian, BMAI baik karyawan, Mediator, pejabat
maupun wakil akan berhak memperoleh ganti rugi sesuai keputusan pengadilan disamping
ganti rugi lainnya sebagaimana diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. BMAI baik
karyawan, pejabat maupun wakilnya berhak atas penggantian biaya perkara secara penuh
dari Pemohon dan/atau Anggota atau Wakilnya atau dari Pihak lainnya yang bersalah
yang telah melakukan pelanggaran atas Ketentuan ini.

Pasal 23
Indemnitas

Apabila suatu tuntutan ganti rugi diajukan terhadap BMAI dan/atau pejabat, karyawan,
Mediator, oleh Perwakilan dari Anggota, Anggota wajib memberikan ganti rugi kepada BMAI
dan/atau pejabat, karyawan, BMAI secara penuh atas kerugian yang diderita oleh BMAI
dan/atau pejabat, karyawan, sebagai akibat dari tuntutan tersebut, termasuk penggantian atas
semua biaya yang dikeluarkan dalam pembelaan terhadap tuntutan tersebut.

Pasal 24
Bukan Penasehat Hukum

BMAI dan/atau pejabat, karyawan, tidak dapat dianggap, dalam keadaan atau kapasitas
apapun, bertindak sebagai penasehat hukum, apakah secara profesional atau pribadi,
menyangkut posisi hukum hak-hak Pemohon, Anggota atau Perwakilan dari Anggota.

Pasal 25
Pelayanan Lainnya Kepada Masyarakat Tertanggung

Walaupun bukan merupakan tugas dan kewajiban BMAI sesuai Anggaran Dasar, tidak
tertutup kemungkinan masyarakat Tertanggung yang mengalami kesulitan dalam penyelesaian
klaimnya dengan Anggota (walaupun belum ada penolakan tertulis dari Anggota) akan
datang ke BMAI untuk mengajukan permasalahan yang mereka hadapi. Sebagai organisasi
publik, BMAI tentu tidak dapat menolak untuk melayani masyarakat Tertanggung tersebut.
Dalam hal demikian, bukan dalam kapasitas sebagai penasehat hukum, BMAI akan:

1) Menampung masukan/keluhan dari masyarakat Tertanggung dan berusaha sebaik-baiknya


memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang tugas dan tanggung-jawab BMAI.

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 22


2) Berusaha untuk menjelaskan kepada Tertanggung terkait permasalahan yang dihadapinya
hanya sejauh sudut pandang ahli sesuai substansi masalah yang dikemukakan Tertanggung.
3) Berusaha untuk memberikan pengarahan kepada Tertanggung langkah-langkah apa yang
harus dilakukan untuk menindaklanjuti penyelesaian dengan Anggota.
4) Menginformasikan kepada Anggota keluhan yang diterima dari Tertanggung untuk dapat
ditanggapi sebagaimana mestinya.

Pasal 26
Penutup

1) Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

2) Apabila terdapat hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan ini, akan diadakan
perubahan, penambahan atau penyempurnaan lebih lanjut dengan persetujuan Pengawas
BMAI.

3) Pada saat Surat Keputusan ini mulai berlaku, Surat Keputusan No. 001/SK.BMAI/04.2010
tentang Proses Penanganan Sengketa melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi dan Surat
Keputusan No. 002/SK.BMAI/04.2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Proses atau Prosedur
Penanganan Sengketa dinyatakan tidak berlaku.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal 01 Nopember 2014
Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia,

Ketut Sendra Frans Lamury


Sekretraris Ketua

PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI ----------------------------------- 23


OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR: 1/POJK.07/2013
TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31 Undang-Undang


Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, perlu
menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Perlindungan
Konsumen Sektor Jasa Keuangan;
Mengingat : Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
111; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan:


1. Pelaku Usaha Jasa Keuangan adalah Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, Bank
Kustodian, Dana Pensiun, Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Reasuransi, Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Gadai, dan
Perusahaan Penjaminan, baik yang melaksanakan kegiatan
usahanya secara konvensional maupun secara syariah.
2. Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya
dan/atau memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga

Jasa...
-2-

Jasa Keuangan antara lain nasabah pada Perbankan, pemodal di


Pasar Modal, pemegang polis pada perasuransian, dan peserta
pada Dana Pensiun, berdasarkan peraturan perundang-undangan
di sektor jasa keuangan.
3. Perlindungan Konsumen adalah perlindungan terhadap
Konsumen dengan cakupan perilaku Pelaku Usaha Jasa
Keuangan.
4. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
5. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip
Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
6. Perusahaan Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan usaha
sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau
Manajer Investasi.
7. Penjamin Emisi Efek adalah Pihak yang membuat kontrak dengan
Emiten untuk melakukan Penawaran Umum bagi kepentingan
Emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa Efek
yang tidak terjual.
8. Perantara Pedagang Efek adalah Pihak yang melakukan kegiatan
usaha jual beli Efek untuk kepentingan sendiri atau Pihak lain.
9. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahanya
mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola
portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali
perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan
sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
10. Penasihat Investasi adalah Pihak yang memberi nasihat kepada
Pihak lain mengenai penjualan atau pembelian Efek dengan
memperoleh imbalan jasa.
11. Bank Kustodian adalah Bank Umum yang memberikan jasa
penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta
jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak - hak lain,
menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening
yang menjadi nasabahnya.
12. Perusahaan Asuransi Kerugian adalah perusahaan asuransi yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko kerugian,

kehilangan...
-3-

kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak


ketiga, yang timbul dari peristiwa dari tak pasti.
13. Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan asuransi yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan
dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan.
14. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.
15. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan mengenai lembaga pembiayaan.
16. Perusahaan Gadai adalah badan usaha yang didirikan untuk
menyalurkan uang pinjaman kepada nasabah dengan menerima
barang bergerak sebagai jaminan.
17. Perusahaan Penjaminan adalah badan hukum yang bergerak di
bidang keuangan dengan kegiatan usaha pokok melakukan
penjaminan.

Pasal 2

Perlindungan Konsumen menerapkan prinsip:


a. transparansi;
b. perlakuan yang adil;
c. keandalan;
d. kerahasiaan dan keamanan data/informasi Konsumen; dan
e. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa Konsumen
secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.

BAB II

KETENTUAN PERLINDUNGAN KONSUMEN


SEKTOR JASA KEUANGAN
Pasal 3

Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak untuk memastikan adanya


itikad baik Konsumen dan mendapatkan informasi dan/atau
dokumen mengenai Konsumen yang akurat, jujur, jelas, dan tidak
menyesatkan.

Pasal 4...
-4-

Pasal 4

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan dan/atau


menyampaikan informasi mengenai produk dan/atau layanan
yang akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
dalam dokumen atau sarana lain yang dapat digunakan sebagai
alat bukti.
(3) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib:
a. disampaikan pada saat memberikan penjelasan kepada
Konsumen mengenai hak dan kewajibannya;
b. disampaikan pada saat membuat perjanjian dengan
Konsumen; dan
c. dimuat pada saat disampaikan melalui berbagai media antara
lain melalui iklan di media cetak atau elektronik.

Pasal 5

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyampaikan informasi yang


terkini dan mudah diakses kepada Konsumen tentang produk
dan/atau layanan.

Pasal 6

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyampaikan informasi


kepada Konsumen tentang penerimaan, penundaan atau
penolakan permohonan produk dan/atau layanan.
(2) Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyampaikan
informasi tentang penundaan atau penolakan permohonan
produk dan/atau layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyampaikan alasan
penundaan atau penolakannya kecuali diatur lain oleh peraturan
perundang-undangan.

Pasal 7

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menggunakan istilah, frasa,


dan/atau kalimat yang sederhana dalam Bahasa Indonesia yang
mudah dimengerti oleh Konsumen dalam setiap dokumen yang:
a. memuat hak dan kewajiban Konsumen;
b. dapat digunakan Konsumen untuk mengambil keputusan;
dan
c. memuat persyaratan dan dapat mengikat Konsumen secara
hukum.

(2) Bahasa...
-5-

(2) Bahasa Indonesia dalam dokumen sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat disandingkan dengan bahasa lain jika diperlukan.
(3) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menggunakan huruf, tulisan,
simbol, diagram dan tanda yang dapat dibaca secara jelas.
(4) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan penjelasan atas
istilah, frasa, kalimat dan/atau simbol, diagram dan tanda yang
belum dipahami oleh Konsumen.
(5) Dalam hal dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
menggunakan bahasa asing, bahasa asing tersebut harus
disandingkan dengan Bahasa Indonesia.

Pasal 8

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyusun dan menyediakan


ringkasan informasi produk dan/atau layanan.
(2) Ringkasan informasi produk dan/atau layanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib dibuat secara tertulis, sekurang-
kurangnya memuat:
a. manfaat, risiko, dan biaya produk dan/atau layanan; dan
b. syarat dan ketentuan.

Pasal 9

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan pemahaman kepada


Konsumen mengenai hak dan kewajiban Konsumen.

Pasal 10

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan informasi


mengenai biaya yang harus ditanggung Konsumen untuk setiap
produk dan/atau layanan yang disediakan oleh Pelaku Usaha
Jasa Keuangan.
(2) Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang memberikan fasilitas
secara otomatis yang mengakibatkan tambahan biaya tanpa
persetujuan tertulis dari Konsumen.

Pasal 11

(1) Sebelum Konsumen menandatangani dokumen dan/atau


perjanjian produk dan/atau layanan, Pelaku Usaha Jasa Keuangan
wajib menyampaikan dokumen yang berisi syarat dan ketentuan
produk dan/atau layanan kepada Konsumen.

(2) Syarat...
-6-

(2) Syarat dan ketentuan produk dan/atau layanan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. rincian biaya, manfaat, dan risiko; dan
b. prosedur pelayanan dan penyelesaian pengaduan di Pelaku
Usaha Jasa Keuangan.

Pasal 12

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menginformasikan kepada


Konsumen setiap perubahan manfaat, biaya, risiko, syarat, dan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen dan/atau perjanjian
mengenai produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
diberitahukan kepada Konsumen paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sebelum berlakunya perubahan manfaat, biaya, risiko, syarat
dan ketentuan atas produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa
Keuangan.
(3) Dalam hal Konsumen tidak menyetujui perubahan terhadap
persyaratan produk dan/atau layanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), maka Konsumen berhak memutuskan produk
dan/atau layanan tanpa dikenakan ganti rugi apapun.
(4) Dalam hal Konsumen sudah diberikan waktu untuk
menyampaikan pendapatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan Konsumen tidak memberikan pendapatnya maka Pelaku
Usaha Jasa Keuangan menganggap Konsumen menyetujui
perubahan tersebut.

Pasal 13

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyusun pedoman penetapan


biaya atau harga produk dan/atau layanan jasa keuangan.

Pasal 14

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyelenggarakan edukasi


dalam rangka meningkatkan literasi keuangan kepada Konsumen
dan/atau masyarakat.
(2) Rencana penyelenggaraan edukasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib disusun dalam suatu program tahunan dan
dilaporkan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan rencana
penyelenggaraan edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 15...
-7-

Pasal 15

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan akses yang


setara kepada setiap Konsumen sesuai klasifikasi Konsumen atas
produk dan/atau layanan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
(2) Klasifikasi Konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan berdasarkan:
(a) latar belakang Konsumen;
(b) keterangan mengenai pekerjaan;
(c) rata-rata penghasilan;
(d) maksud dan tujuan menggunakan produk dan/atau layanan
Pelaku Usaha Jasa Keuangan; atau
(e) informasi lain yang digunakan untuk menentukan klasifikasi
Konsumen.

Pasal 16

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memperhatikan kesesuaian


antara kebutuhan dan kemampuan Konsumen dengan produk
dan/atau layanan ditawarkan kepada Konsumen.

Pasal 17

Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang menggunakan strategi


pemasaran produk dan/atau layanan yang merugikan Konsumen
dengan memanfaatkan kondisi Konsumen yang tidak memiliki pilihan
lain dalam mengambil keputusan.

Pasal 18

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan dapat menjual produk dan/atau


layanan dalam satu paket dengan produk dan/atau layanan lain
(bundling product/service).
(2) Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menjual produk
dan/atau layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka :
a. Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang memaksa Konsumen
untuk membeli produk dan/atau layanan lain dalam paket
produk dan/atau layanan tersebut; dan
b. Konsumen dapat memilih penyedia produk dan/atau layanan
lain dalam paket produk dan/atau layanan tersebut.
(3) Dalam hal produk dan/atau layanan lain dalam paket produk
dan/atau layanan yang ditawarkan merupakan pilihan

Konsumen...
-8-

Konsumen, maka risiko atas pilihan tersebut menjadi tanggung


jawab Konsumen.

Pasal 19

Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang melakukan penawaran produk


dan/atau layanan kepada Konsumen dan/atau masyarakat melalui
sarana komunikasi pribadi tanpa persetujuan Konsumen.

Pasal 20

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib mencantumkan dan/atau


menyebutkan dalam setiap penawaran atau promosi produk
dan/atau layanan:
a. nama dan/atau logo Pelaku Usaha Jasa Keuangan; dan
b. pernyataan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan terdaftar
dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Dalam hal penjualan produk dan/atau layanan hanya dapat
dilakukan oleh orang perorangan yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan, dalam penawaran atau promosi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan pernyataan bahwa
orang perorangan dimaksud terdaftar dan diawasi oleh Otoritas
Jasa Keuangan.

Pasal 21

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memenuhi keseimbangan,


keadilan, dan kewajaran dalam pembuatan perjanjian dengan
Konsumen.

Pasal 22

(1) Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan menggunakan perjanjian


baku, perjanjian baku tersebut wajib disusun sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(2) Perjanjian baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berbentuk digital atau elektronik untuk ditawarkan oleh Pelaku
Usaha Jasa Keuangan melalui media elektronik.
(3) Perjanjian baku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang
digunakan oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang:
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban
Pelaku Usaha Jasa Keuangan kepada Konsumen;

b. menyatakan...
-9-

b. menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak


menolak pengembalian uang yang telah dibayar oleh
Konsumen atas produk dan/atau layanan yang dibeli;
c. menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada Pelaku
Usaha Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak atas
barang yang diagunkan oleh Konsumen, kecuali tindakan
sepihak tersebut dilakukan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
d. mengatur tentang kewajiban pembuktian oleh Konsumen, jika
Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyatakan bahwa hilangnya
kegunaan produk dan/atau layanan yang dibeli oleh
Konsumen, bukan merupakan tanggung jawab Pelaku Usaha
Jasa Keuangan;
e. memberi hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk
mengurangi kegunaan produk dan/atau layanan atau
mengurangi harta kekayaan Konsumen yang menjadi obyek
perjanjian produk dan layanan;
f. menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru,
tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara
sepihak oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dalam masa
Konsumen memanfaatkan produk dan/atau layanan yang
dibelinya; dan/atau
g. menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada Pelaku
Usaha Jasa Keuangan untuk pembebanan hak tanggungan,
hak gadai, atau hak jaminan atas produk dan/atau layanan
yang dibeli oleh Konsumen secara angsuran.

Pasal 23

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan, agen penjual, dan


pengurus/pegawai dari Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib
menghindari benturan kepentingan antara Pelaku Usaha Jasa
Keuangan dengan Konsumen.
(2) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan informasi
mengenai adanya benturan kepentingan atau potensi benturan
kepentingan.

Pasal 24

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menyediakan layanan khusus


kepada Konsumen dengan kebutuhan khusus.

Pasal 25...
- 10 -

Pasal 25

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menjaga keamanan simpanan,


dana, atau aset Konsumen yang berada dalam tanggung jawab Pelaku
Usaha Jasa Keuangan.

Pasal 26

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan tanda bukti


kepemilikan produk dan/atau pemanfaatan layanan kepada
Konsumen tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian dengan
Konsumen.

Pasal 27

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memberikan laporan kepada


Konsumen tentang posisi saldo dan mutasi simpanan, dana, aset,
atau kewajiban Konsumen secara akurat, tepat waktu, dan dengan
cara atau sarana sesuai dengan perjanjian dengan Konsumen.

Pasal 28

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib melaksanakan instruksi


Konsumen sesuai dengan perjanjian dengan Konsumen dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab atas kerugian


Konsumen yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian,
pengurus, pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak
ketiga yang bekerja untuk kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

Pasal 30

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib mencegah pengurus,


pengawas, dan pegawainya dari perilaku:
a. memperkaya atau menguntungkan diri sendiri atau pihak
lain,
b. menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukannya,
yang dapat merugikan Konsumen.

(2) Pengurus...
- 11 -

(2) Pengurus dan pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib


mentaati kode etik dalam melayani Konsumen, yang telah
ditetapkan oleh masing-masing Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
(3) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib bertanggung jawab kepada
Konsumen atas tindakan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang
bertindak untuk kepentingan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

Pasal 31

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang dengan cara apapun,


memberikan data dan/atau informasi mengenai Konsumennya
kepada pihak ketiga.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan
dalam hal:
a. Konsumen memberikan persetujuan tertulis; dan/atau
b. diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal Pelaku Usaha Jasa Keuangan memperoleh data
dan/atau informasi pribadi seseorang dan/atau sekelompok
orang dari pihak lain dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan akan
menggunakan data dan/atau informasi tersebut untuk
melaksanakan kegiatannya, Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib
memiliki pernyataan tertulis bahwa pihak lain dimaksud telah
memperoleh persetujuan tertulis dari seseorang dan/atau
sekelompok orang tersebut untuk memberikan data dan/atau
informasi pribadi dimaksud kepada pihak manapun, termasuk
Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
(4) Pembatalan atau perubahan sebagian persetujuan atas
pengungkapan data dan atau informasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dilakukan secara tertulis oleh Konsumen
dalam bentuk surat pernyataan.

Pasal 32

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memiliki dan melaksanakan


mekanisme pelayanan dan penyelesaian pengaduan bagi
Konsumen.
(2) Mekanisme pelayanan dan penyelesaian pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib diberitahukan kepada Konsumen.

Pasal 33

Pelaku Usaha Jasa Keuangan dilarang mengenakan biaya apapun


kepada Konsumen atas pengajuan pengaduan.

Pasal 34...
- 12 -

Pasal 34

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib melaporkan secara berkala


adanya pengaduan Konsumen dan tindak lanjut pelayanan dan
penyelesaian pengaduan Konsumen dimaksud kepada Otoritas
Jasa Keuangan, dalam hal ini Kepala Eksekutif yang melakukan
pengawasan atas kegiatan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling
lambat pada tanggal 10 (sepuluh) setiap 3 (tiga) bulan. Apabila
tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka penyampaian
laporan dimaksud dilakukan pada hari kerja pertama setelah hari
libur dimaksud.
Pasal 35

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib segera menindaklanjuti dan


menyelesaikan pengaduan paling lambat 20 hari kerja setelah
tanggal penerimaan pengaduan.
(2) Dalam hal terdapat kondisi tertentu, Pelaku Usaha Jasa
Keuangan dapat memperpanjang jangka waktu sampai dengan
paling lama 20 hari kerja berikutnya.
(3) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:
a. kantor Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang menerima
pengaduan tidak sama dengan kantor Pelaku Usaha Jasa
Keuangan tempat terjadinya permasalahan yang diadukan
dan terdapat kendala komunikasi di antara kedua kantor
Pelaku Usaha Jasa Keuangan tersebut;
b. transaksi keuangan yang diadukan oleh Konsumen
memerlukan penelitian khusus terhadap dokumen-dokumen
Pelaku Usaha Jasa Keuangan; dan/atau
c. terdapat hal-hal lain di luar kendali Pelaku Usaha Jasa
Keuangan seperti adanya keterlibatan pihak ketiga di luar
Pelaku Usaha Jasa Keuangan dalam transaksi keuangan yang
dilakukan oleh Konsumen.
(4) Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib diberitahukan secara
tertulis kepada Konsumen yang mengajukan pengaduan sebelum
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir.

Pasal 36

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memiliki unit kerja dan/atau
fungsi untuk menangani dan menyelesaikan pengaduan yang
diajukan Konsumen.

(2) Kewenangan...
- 13 -

(2) Kewenangan unit kerja dan/atau fungsi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) wajib diatur dalam mekanisme pelayanan dan
penyelesaian pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32.
(3) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib menunjuk 1 (satu) orang
pegawai di setiap kantor Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk
menangani penyelesaian pengaduan Konsumen.

Pasal 37

Dalam hal pengaduan Konsumen terkait transaksi atau kegiatan


melibatkan pegawai Pelaku Usaha Jasa Keuangan yang memiliki
kewenangan untuk menangani pengaduan atau pegawai Pelaku
Usaha Jasa Keuangan yang menyelesaikan pengaduan tersebut,
maka penanganan dan penyelesaian pengaduan wajib dilakukan oleh
pegawai lain.

Pasal 38

Setelah menerima pengaduan Konsumen, Pelaku Usaha Jasa


Keuangan wajib melakukan:
a. pemeriksaan internal atas pengaduan secara kompeten, benar,
dan obyektif;
b. melakukan analisis untuk memastikan kebenaran pengaduan;
dan
c. menyampaikan pernyataan maaf dan menawarkan ganti rugi
(redress/remedy) atau perbaikan produk dan atau layanan, jika
pengaduan Konsumen benar.

Pasal 39

(1) Dalam hal tidak mencapai kesepakatan penyelesaian pengaduan,


Konsumen dapat melakukan penyelesaian sengketa di luar
pengadilan atau melalui pengadilan.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui lembaga alternatif penyelesaian
sengketa.
(3) Dalam hal penyelesaian sengketa tidak dilakukan melalui
lembaga alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Konsumen dapat menyampaikan permohonan
kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk memfasilitasi penyelesaian
pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Pelaku
Usaha Jasa Keuangan.

BAB III...
- 14 -

BAB III

PENGADUAN KONSUMEN DAN PEMBERIAN FASILITAS


PENYELESAIAN PENGADUAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN
Pasal 40

(1) Konsumen dapat menyampaikan pengaduan yang berindikasi


sengketa antara Pelaku Usaha Jasa Keuangan dengan
Konsumen kepada Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Konsumen dan/atau masyarakat dapat menyampaikan
pengaduan yang berindikasi pelanggaran atas ketentuan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
kepada Otoritas Jasa Keuangan.
(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan, dalam hal ini
Anggota Dewan Komisioner yang membidangi edukasi dan
perlindungan Konsumen.

Pasal 41

Pemberian fasilitas penyelesaian pengaduan Konsumen oleh Otoritas


Jasa Keuangan dilakukan terhadap pengaduan yang berindikasi
sengketa di sektor jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 ayat (1) dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Konsumen mengalami kerugian finansial yang ditimbulkan oleh:
1. Pelaku Usaha Jasa Keuangan di bidang Perbankan, Pasar
Modal, Dana Pensiun, Asuransi Jiwa, Pembiayaan,
Perusahaan Gadai, atau Penjaminan, paling banyak sebesar
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
2. Pelaku Usaha Jasa Keuangan di bidang asuransi umum
paling banyak sebesar Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah);
b. Konsumen mengajukan permohonan secara tertulis disertai
dengan dokumen pendukung yang berkaitan dengan pengaduan;
c. Pelaku Usaha Jasa Keuangan telah melakukan upaya
penyelesaian pengaduan namun Konsumen tidak dapat menerima
penyelesaian tersebut atau telah melewati batas waktu
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
ini;
d. pengaduan yang diajukan bukan merupakan sengketa sedang
dalam proses atau pernah diputus oleh lembaga arbritrase atau
peradilan, atau lembaga mediasi lainnya;
e. pengaduan yang diajukan bersifat keperdataan;

f. pengaduan...
- 15 -

f. pengaduan yang diajukan belum pernah difasilitasi oleh Otoritas


Jasa Keuangan; dan
g. pengajuan penyelesaian pengaduan tidak melebihi 60 (enam
puluh) hari kerja sejak tanggal surat hasil penyelesaian
Pengaduan yang disampaikan Pelaku Usaha Jasa Keuangan
kepada Konsumen.
Pasal 42

Pemberian fasilitas penyelesaian pengaduan yang dilaksanakan oleh


Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
merupakan upaya mempertemukan Konsumen dan Pelaku Usaha
Jasa Keuangan untuk mengkaji ulang permasalahan secara
mendasar dalam rangka memperoleh kesepakatan penyelesaian.

Pasal 43

Otoritas Jasa Keuangan menunjuk fasilitator untuk melaksanakan


fungsi penyelesaian pengaduan.

Pasal 44

Otoritas Jasa Keuangan memulai proses fasilitasi setelah Konsumen


dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan sepakat untuk difasilitasi oleh
Otoritas Jasa Keuangan yang dituangkan dalam perjanjian fasilitasi
yang memuat:
a. kesepakatan untuk memilih penyelesaian pengaduan yang
difasilitasi oleh Otoritas Jasa Keuangan; dan
b. persetujuan untuk patuh dan tunduk pada aturan fasilitasi yang
ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 45

(1) Pelaksanaan proses fasilitasi sampai dengan ditandatanganinya


Akta Kesepakatan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari kerja sejak Konsumen dan Pelaku Usaha Jasa
Keuangan menandatangani perjanjian fasilitasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44.
(2) Jangka waktu proses fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diperpanjang sampai dengan 30 (tiga puluh) hari kerja
berikutnya berdasarkan Akta Kesepakatan Konsumen dan Pelaku
Usaha Jasa Keuangan.

Pasal 46...
- 16 -

Pasal 46

(1) Kesepakatan antara Konsumen dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan


yang dihasilkan dari proses fasilitasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 45 dituangkan dalam Akta Kesepakatan yang
ditandatangani oleh Konsumen dan Pelaku Usaha Jasa
Keuangan.
(2) Dalam hal tidak terjadi kesepakatan antara Konsumen dengan
Pelaku Usaha Jasa Keuangan, maka ketidaksepakatan tersebut
dituangkan dalam berita acara hasil fasilitasi Otoritas Jasa
Keuangan yang ditandatangani oleh Konsumen dan Pelaku Usaha
Jasa Keuangan.

BAB IV

PENGENDALIAN INTERNAL
Pasal 47

(1) Direksi atau pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan bertanggung


jawab atas ketaatan pelaksanaan ketentuan Peraturan ini.
(2) Dewan Komisaris atau pengawas Pelaku Usaha Jasa Keuangan
melakukan pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi
atau pengurus terhadap ketaatan pelaksanaan ketentuan
Peraturan ini.

Pasal 48

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memiliki sistem pengawasan


bagi Direksi atau pengurus dalam rangka perlindungan
Konsumen.
(2) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib membentuk sistem
pelaporan untuk menjamin optimalisasi pengawasan Direksi atau
pengurus terhadap ketaatan pelaksanaan Peraturan ini.

Pasal 49

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memiliki dan menerapkan


kebijakan dan prosedur tertulis perlindungan Konsumen.
(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan
dalam standar prosedur operasional yang kemudian dijadikan
panduan dalam seluruh kegiatan operasional Pelaku Usaha Jasa
Keuangan.

(3) Kebijakan...
- 17 -

(3) Kebijakan dan prosedur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


wajib ditaati oleh pengurus dan pegawai Pelaku Usaha Jasa
Keuangan.

Pasal 50

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memiliki sistem pengendalian


internal terkait dengan perlindungan Konsumen.
(2) Sistem pengendalian internal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sekurang-kurangnya mencakup:
a. kepatuhan Pelaku Usaha Jasa Keuangan terhadap
pelaksanaan prinsip-prinsip perlindungan Konsumen; dan
b. sistem pelaporan dan monitoring terhadap tindak lanjut
pengaduan Konsumen.

BAB V

PENGAWASAN PERLINDUNGAN KONSUMEN


SEKTOR JASA KEUANGAN
Pasal 51

(1) Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengawasan kepatuhan


Pelaku Usaha Jasa Keuangan terhadap penerapan ketentuan
perlindungan Konsumen.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pengawasan secara langsung maupun tidak langsung.

Pasal 52

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan kepatuhan Pelaku Usaha


Jasa Keuangan terhadap penerapan ketentuan perlindungan
Konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51, Otoritas Jasa
Keuangan berwenang meminta data dan informasi dari Pelaku
Usaha Jasa Keuangan berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan
perlindungan Konsumen.
(2) Permintaan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila
diperlukan.

BAB VI...
- 18 -

BAB VI

SANKSI
Pasal 53

(1) Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan/atau pihak yang melanggar


ketentuan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini
dikenakan sanksi administratif, antara lain berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang
tertentu;
c. Pembatasan kegiatan usaha;
d. Pembekuan kegiatan usaha; dan
e. Pencabutan izin kegiatan usaha.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c,
huruf d, atau huruf e dapat dikenakan dengan atau tanpa
didahului pengenaan sanksi peringatan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a.
(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
dikenakan secara tersendiri atau secara bersama-sama dengan
pengenaaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
huruf d, atau huruf e.
(4) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan ketentuan
tentang sanksi administratif berupa denda yang berlaku untuk
setiap sektor jasa keuangan.
(5) Otoritas Jasa Keuangan dapat mengumumkan pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
masyarakat.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 54

Perjanjian baku yang telah dibuat oleh Pelaku Usaha Jasa


Keuangan sebelum berlakunya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
ini, wajib disesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diatur
dalam Pasal 22 paling lambat pada saat berlakunya Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini.

BAB VIII...
- 19 -

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 55

Ketentuan-ketentuan pelaksanaan yang mengatur perlindungan


Konsumen di sektor jasa keuangan dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini.

Pasal 56

Pelaku Usaha Jasa Keuangan wajib memiliki kelengkapan internal


untuk melaksanakan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini paling
lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan ini diundangkan.

Pasal 57

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku setelah 1 (satu)


tahun terhitung sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Juli 2013

KETUA DEWAN KOMISIONER


OTORITAS JASA KEUANGAN,
Ttd.
MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Agustus 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 118
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA DIVISI BANTUAN HUKUM
DIREKTORAT HUKUM,

Ttd.

MUFLI ASMAWIDJAJA
OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN


NOMOR 23 /POJK.05/2015
TENTANG
PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa produk asuransi dan pemasaran produk asuransi


yang semakin beragam dan kompleks dapat
meningkatkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan
asuransi maupun pemegang polis, tertanggung, atau
peserta;
b. bahwa penerapan tata kelola yang baik (good corporate
governance), manajemen risiko yang memadai, dan
praktik asuransi yang sehat pada perusahaan asuransi
serta pemberdayaan pemegang polis, tertanggung, atau
peserta perlu ditingkatkan sehingga risiko terkait produk
asuransi dan pemasaran produk asuransi dapat dikelola
dengan baik;
c. bahwa dalam rangka meningkatkan akses masyarakat
berpenghasilan rendah terhadap produk asuransi
diperlukan pengaturan dan pengawasan yang dapat
mendukung perkembangan asuransi mikro;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c dipandang
perlu untuk menetapkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan tentang Produk Asuransi dan Pemasaran
Produk Asuransi;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas


Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5253);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 337, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5618);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG
PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud
dengan:
1. Produk Asuransi adalah:
a. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1
(satu) jenis atau lebih risiko yang dapat
diasuransikan yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti dengan memberikan penggantian kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita pemegang polis,
tertanggung, atau peserta, atau pemberian jaminan
pemenuhan kewajiban pihak yang dijamin kepada
pihak yang lain apabila pihak yang dijamin tersebut
tidak dapat memenuhi kewajibannya;
b. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1
(satu) jenis atau lebih risiko yang terkait dengan
meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan,
hidup dan meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan, atau anuitas asuransi jiwa;
-3-

c. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1


(satu) jenis atau lebih risiko yang terkait dengan
keadaan kesehatan fisik seseorang atau
menurunnya kondisi kesehatan seseorang yang
dipertanggungkan; dan/atau
d. program yang menjanjikan perlindungan terhadap 1
(satu) jenis atau lebih risiko dengan memberikan
penggantian atau pembayaran kepada pemegang
polis, tertanggung, atau peserta atau pihak lain yang
berhak dalam hal terjadi kecelakaan.
2. Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi yang
selanjutnya disebut PAYDI adalah Produk Asuransi yang
paling sedikit memberikan perlindungan terhadap risiko
kematian dan memberikan manfaat yang mengacu pada
hasil investasi dari kumpulan dana yang khusus
dibentuk untuk Produk Asuransi baik yang dinyatakan
dalam bentuk unit maupun bukan unit.
3. Produk Asuransi Bersama adalah Produk Asuransi yang
dirancang untuk dipasarkan dan ditanggung atau
dikelola risikonya oleh 2 (dua) atau lebih perusahaan
asuransi.
4. Produk Asuransi Standar adalah Produk Asuransi yang
memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan ini.
5. Produk Asuransi Mikro adalah Produk Asuransi yang
didesain untuk memberikan perlindungan atas risiko
keuangan yang dihadapi masyarakat berpenghasilan
rendah.
6. Polis Asuransi adalah akta perjanjian asuransi atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan akta perjanjian
asuransi, serta dokumen lain yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian
asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat
perjanjian antara pihak perusahaan asuransi dan
pemegang polis.
-4-

7. Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh


perusahaan asuransi dan disetujui oleh pemegang polis
untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian asuransi atau
sejumlah uang yang ditetapkan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mendasari program
asuransi wajib untuk memperoleh manfaat.
8. Kontribusi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh
perusahaan asuransi syariah dan disetujui oleh
pemegang polis untuk dibayarkan berdasarkan perjanjian
asuransi syariah untuk memperoleh manfaat dari dana
tabarru’ dan/atau dana investasi peserta dan untuk
membayar biaya pengelolaan atau sejumlah uang yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mendasari program asuransi wajib untuk
memperoleh manfaat.
9. Perusahaan adalah perusahaan asuransi dan
perusahaan asuransi syariah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
10. Perusahaan Asuransi Umum adalah Perusahaan yang
menyelenggarakan usaha asuransi umum dan/atau
usaha asuransi umum syariah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
11. Perusahaan Asuransi Jiwa adalah Perusahaan yang
menyelenggarakan usaha asuransi jiwa dan/atau usaha
asuransi jiwa syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang
Perasuransian.
12. Aktuaris Perusahaan adalah aktuaris yang ditunjuk dan
merupakan karyawan Perusahaan.
13. Bancassurance adalah aktivitas kerja sama antara
Perusahaan dengan bank dalam rangka memasarkan
Produk Asuransi melalui bank.
14. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK
adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud
-5-

dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang


Otoritas Jasa Keuangan.

BAB II
PRODUK ASURANSI

Bagian Kesatu
Jenis dan Kriteria Produk Asuransi

Pasal 2
Setiap Produk Asuransi harus memberikan perlindungan dari
paling sedikit 1 (satu) jenis risiko yang dapat diasuransikan.

Pasal 3
Produk Asuransi harus memiliki:
a. Premi atau Kontribusi yang sesuai dengan manfaat yang
dijanjikan, yang ditetapkan pada tingkat yang
mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak diterapkan
secara diskriminatif; dan
b. Polis Asuransi yang tidak mengandung kata, frasa, atau
kalimat yang dapat:
1. menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai
risiko yang ditutup, kewajiban Perusahaan, dan
kewajiban pemegang polis, tertanggung, atau
peserta; dan/atau
2. mempersulit pemegang polis, tertanggung, atau
peserta mengurus haknya.

Pasal 4
(1) PAYDI harus memenuhi kriteria:
a. memiliki proporsi perlindungan terhadap risiko
kematian dan manfaat yang dikaitkan dengan
investasi;
b. memiliki masa pertanggungan tertentu; dan
c. memiliki strategi investasi yang spesifik.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai PAYDI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Surat Edaran OJK.
-6-

Pasal 5
(1) Produk Asuransi Bersama dirancang untuk dipasarkan
dan ditanggung atau dikelola risikonya melalui
mekanisme kerja sama antara:
a. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan
Asuransi Umum lainnya;
b. Perusahaan Asuransi Jiwa dan Perusahaan Asuransi
Jiwa lainnya; atau
c. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan
Asuransi Jiwa.
(2) Pembagian risiko antara Perusahaan Asuransi Umum
dan Perusahaan Asuransi Jiwa dalam Produk Asuransi
Bersama harus sesuai dengan ruang lingkup usaha
Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi
Jiwa.
(3) Produk Asuransi Bersama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak termasuk pertanggungan bersama yang
dilakukan oleh 2 (dua) atau lebih Perusahaan yang
sejenis dalam rangka penyebaran risiko untuk satu objek
pertanggungan yang bersifat kasus per kasus.

Pasal 6
(1) Produk Asuransi Bersama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (1) harus dituangkan dalam suatu perjanjian
tertulis.
(2) Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. susunan keanggotaan, termasuk Perusahaan yang
menjadi ketua (leader) yang akan mengkoordinir
kegiatan pemasaran Produk Asuransi Bersama
dimaksud;
b. tugas ketua;
c. pembagian risiko untuk masing-masing Perusahaan
yang tergabung dalam pemasaran Produk Asuransi
Bersama sesuai dengan ruang lingkup usaha
masing-masing Perusahaan;
-7-

d. tata cara pembayaran Premi atau Kontribusi oleh


pemegang polis;
e. prosedur underwriting, prosedur penerimaan, dan
penerusan Premi atau Kontribusi, serta prosedur
penyelesaian dan pembayaran klaim; dan
f. prosedur penyelesaian perselisihan antara
Perusahaan yang tergabung dalam pemasaran
Produk Asuransi Bersama.

Pasal 7
Produk Asuransi Standar harus memenuhi kriteria yaitu
memiliki Polis Asuransi yang sama dengan polis standar
asuransi yang dibuat oleh asosiasi industri asuransi.

Pasal 8
(1) Produk Asuransi Mikro harus memiliki karakteristik:
a. sederhana;
b. mudah;
c. ekonomis; dan
d. segera.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Produk Asuransi Mikro
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Surat Edaran OJK.

Pasal 9
(1) Produk Asuransi yang dapat dipasarkan oleh Perusahaan
Asuransi Umum adalah Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf a, huruf c, dan
huruf d.
(2) Produk Asuransi yang dapat dipasarkan oleh Perusahaan
Asuransi Jiwa adalah Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf b, huruf c, huruf
d, dan angka 2.
(3) Produk Asuransi Mikro yang dapat dipasarkan oleh
Perusahaan Asuransi Jiwa adalah Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), kecuali anuitas
asuransi jiwa dan PAYDI.
-8-

(4) Produk Asuransi yang dapat dipasarkan oleh Perusahaan


Asuransi Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan/atau Perusahaan Asuransi Jiwa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), dapat diperluas dengan
mengikuti perluasan ruang lingkup usaha asuransi.

Pasal 10
(1) Perusahaan harus memberi nama untuk setiap Produk
Asuransi yang dipasarkan.
(2) Nama Produk Asuransi yang dipasarkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a. menggunakan kata asuransi atau kata lain yang
semakna;
b. tidak menimbulkan tafsiran bahwa produk tersebut
bukan Produk Asuransi; dan
c. sesuai dengan nama Produk Asuransi pada saat
dilaporkan ke OJK.
(3) Nama dari Produk Asuransi Mikro harus menggunakan
frasa “asuransi mikro” atau frasa lain yang semakna.

Bagian Kedua
Polis Asuransi

Pasal 11
Polis Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
harus memuat ketentuan paling sedikit mengenai:
a. saat berlakunya pertanggungan;
b. uraian manfaat yang diperjanjikan;
c. cara pembayaran Premi atau Kontribusi;
d. tenggang waktu (grace period) pembayaran Premi atau
Kontribusi;
e. kurs yang digunakan untuk Polis Asuransi dengan mata
uang asing apabila pembayaran Premi atau Kontribusi
dan manfaat dikaitkan dengan mata uang rupiah;
f. waktu yang diakui sebagai saat diterimanya pembayaran
Premi atau Kontribusi;
-9-

g. kebijakan Perusahaan yang ditetapkan apabila


pembayaran Premi atau Kontribusi dilakukan melewati
tenggang waktu yang disepakati;
h. periode pada saat Perusahaan tidak dapat meninjau
ulang keabsahan kontrak asuransi (incontestable period)
pada Produk Asuransi jangka panjang;
i. tabel nilai tunai, bagi Produk Asuransi yang dipasarkan
oleh Perusahaan Asuransi Jiwa yang mengandung nilai
tunai;
j. perhitungan dividen Polis Asuransi atau yang sejenis,
bagi Produk Asuransi yang dipasarkan oleh Perusahaan
Asuransi Jiwa yang menjanjikan dividen Polis Asuransi
atau yang sejenis;
k. klausula penghentian pertanggungan, baik dari
Perusahaan maupun dari pemegang polis, tertanggung,
atau peserta, termasuk syarat dan penyebabnya;
l. syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti
pendukung yang relevan dan diperlukan dalam
pengajuan klaim;
m. tata cara penyelesaian dan pembayaran klaim;
n. klausula penyelesaian perselisihan yang antara lain
memuat mekanisme penyelesaian di dalam pengadilan
maupun di luar pengadilan dan pemilihan tempat
kedudukan penyelesaian perselisihan; dan
o. bahasa yang dijadikan acuan dalam hal terjadi sengketa
atau beda pendapat, untuk Polis Asuransi yang dicetak
dalam 2 (dua) bahasa atau lebih.

Pasal 12
Polis Asuransi untuk Produk Asuransi dengan prinsip syariah,
selain harus memuat ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11, juga harus memuat hal-hal sebagai berikut:
a. jenis akad yang digunakan;
b. hak, kewajiban, dan wewenang masing-masing pihak
berdasarkan akad yang disepakati;
c. besar Kontribusi yang dialokasikan ke dalam dana
tabarru’, ujrah, dan dana investasi;
- 10 -

d. besar, waktu, dan cara pembayaran bagi hasil investasi


dalam hal Produk Asuransi menggunakan akad
mudharabah atau mudharabah musytarakah;
e. alokasi penggunaan surplus underwriting untuk dana
tabarru’, dana peserta, dan/atau dana Perusahaan; dan
f. pemberian qardh oleh Perusahaan dalam hal dana
tabarru’ tidak cukup untuk membayar manfaat asuransi.

Pasal 13
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berlaku
juga bagi Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Mikro,
kecuali huruf e, huruf i, huruf j, dan huruf n.

Pasal 14
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal
12 berlaku juga bagi Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Mikro dengan prinsip syariah, kecuali Pasal 11 huruf e, huruf
i, huruf j, huruf n, dan Pasal 12 huruf b.

Pasal 15
(1) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
dan Pasal 12, Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Bersama harus memuat bagian risiko yang akan
ditanggung oleh masing-masing Perusahaan yang
tergabung dalam pemasaran Produk Asuransi Bersama.
(2) Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Bersama
diterbitkan oleh Perusahaan yang ditunjuk menjadi ketua
dalam pemasaran Produk Asuransi Bersama.
(3) Polis Asuransi untuk Produk Asuransi Bersama harus
ditandatangani oleh:
a. seluruh Perusahaan yang tergabung dalam
pemasaran Produk Asuransi Bersama; atau
b. Perusahaan yang menjadi ketua dalam pemasaran
Produk Asuransi Bersama.
(4) Dalam hal Polis Asuransi untuk Produk Asuransi
Bersama ditandatangani hanya oleh Perusahaan yang
menjadi ketua dalam pemasaran Produk Asuransi
- 11 -

Bersama, perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 6 ayat (1) dan Polis Asuransi untuk Produk
Asuransi Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memuat ketentuan bahwa Perusahaan yang
tergabung dalam pemasaran Produk Asuransi Bersama
terikat sesuai porsi risiko masing-masing.

Pasal 16
(1) Ketentuan mengenai kurs yang digunakan untuk Polis
Asuransi dengan mata uang asing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf e, harus berupa kurs
ekuivalen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada saat
pembayaran.
(2) Kurs ekuivalen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus menghasilkan sejumlah mata uang asing yang
seharusnya diterima oleh penerima pembayaran tersebut
jika pembayaran dilakukan dengan mata uang asing
dimaksud.

Pasal 17
Perusahaan dilarang mencantumkan suatu ketentuan di
dalam Polis Asuransi yang dapat ditafsirkan:
a. bahwa pemegang polis, tertanggung, atau peserta tidak
dapat melakukan upaya hukum sehingga pemegang
polis, tertanggung, atau peserta harus menerima
penolakan pembayaran klaim; dan/atau
b. sebagai pembatasan upaya hukum bagi para pihak dalam
hal terjadi perselisihan mengenai ketentuan Polis
Asuransi.

Pasal 18
(1) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai
penyelesaian perselisihan harus memuat penyelesaian
sengketa yaitu di luar pengadilan dan melalui pengadilan.
(2) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai
penyelesaian perselisihan atas perjanjian asuransi yang
dilakukan di luar pengadilan, harus memberikan pilihan
- 12 -

alternatif penyelesaian sengketa yaitu melalui lembaga


alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai lembaga alternatif penyelesaian sengketa di
sektor jasa keuangan.
(3) Ketentuan dalam Polis Asuransi yang mengatur mengenai
penyelesaian perselisihan atas perjanjian asuransi yang
dilakukan melalui pengadilan, tidak boleh membatasi
pemilihan pengadilan hanya pada pengadilan negeri di
tempat kedudukan Perusahaan.

Pasal 19
(1) Polis Asuransi harus ditulis dengan jelas sehingga dapat
dibaca dengan mudah dan dimengerti oleh pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.
(2) Dalam hal Polis Asuransi terdapat perumusan yang dapat
ditafsirkan sebagai:
a. pengecualian atau pembatasan penyebab risiko yang
ditutup berdasarkan Polis Asuransi yang
bersangkutan; dan/atau
b. pengurangan, pembatasan, atau pembebasan
kewajiban Perusahaan,
bagian perumusan dimaksud harus ditulis atau dicetak
dengan huruf tebal atau miring sehingga dapat dengan
mudah diketahui adanya pengecualian atau pembatasan
penyebab risiko atau adanya pengurangan, pembatasan,
atau pembebasan kewajiban Perusahaan.

Pasal 20
(1) Setiap Polis Asuransi yang diterbitkan dan dipasarkan di
wilayah hukum Indonesia harus dibuat dalam bahasa
Indonesia.
(2) Dalam hal diperlukan, Polis Asuransi dapat diterbitkan
dalam bahasa asing atau bahasa daerah berdampingan
dengan bahasa Indonesia.
- 13 -

Pasal 21
(1) Polis Asuransi diterbitkan dalam bentuk hardcopy atau
digital/elektronik.
(2) Dalam hal Polis Asuransi diterbitkan dalam bentuk
digital/elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Perusahaan harus memperoleh persetujuan pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.

Pasal 22
Dalam pemasaran Produk Asuransi kumpulan, Perusahaan
wajib:
a. menerbitkan Polis Asuransi induk yang mencantumkan
nama tertanggung atau peserta asuransi dan masa
pertanggungan dari masing-masing tertanggung atau
peserta asuransi; dan
b. menerbitkan bukti kepesertaan bagi masing-masing
tertanggung/peserta asuransi.

Pasal 23
(1) Setiap polis standar asuransi yang dibuat oleh asosiasi
industri asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
harus dilaporkan oleh ketua asosiasi industri asuransi
kepada OJK untuk memperoleh surat persetujuan.
(2) Polis standar asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus memenuhi ketentuan mengenai Polis Asuransi
sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK ini.

Pasal 24
Dalam setiap penutupan asuransi, Polis Asuransi harus
sesuai spesimen Polis Asuransi yang dilaporkan oleh
Perusahaan atau polis standar asuransi yang dilaporkan oleh
ketua asosiasi industri asuransi kepada OJK.

Pasal 25
Dalam hal OJK menilai bahwa dalam ketentuan Polis
Asuransi atau polis standar asuransi terdapat hal-hal yang
dapat merugikan pemegang polis, tertanggung, atau peserta,
- 14 -

atau Perusahaan, OJK dapat meminta Perusahaan atau ketua


asosiasi industri asuransi untuk mengubah ketentuan Polis
Asuransi atau polis standar asuransi dimaksud sesuai dengan
rekomendasi OJK.

Bagian Ketiga
Premi atau Kontribusi

Pasal 26
(1) Perhitungan Premi atau Kontribusi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf a harus didasarkan pada
asumsi yang wajar dan praktik asuransi yang berlaku
umum.
(2) Penetapan Premi atau Kontribusi Produk Asuransi yang
dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Umum harus
dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit
sebagai berikut:
a. Premi atau Kontribusi murni yang dihitung
berdasarkan profil kerugian (risk and loss profile)
jenis asuransi yang bersangkutan untuk paling
kurang 5 (lima) tahun terakhir; dan
b. biaya akuisisi, biaya administrasi, dan biaya umum
lainnya.
(3) Penetapan Premi atau Kontribusi Produk Asuransi yang
dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa harus
dilakukan dengan mempertimbangkan paling sedikit
sebagai berikut:
a. Premi atau Kontribusi murni yang dihitung
berdasarkan profil risiko, tingkat bunga, tabel
mortalita, atau tabel morbidita;
b. perkiraan hasil investasi dari Premi atau Kontribusi;
dan
c. biaya akuisisi, biaya administrasi, dan biaya umum
lainnya.
- 15 -

Pasal 27
(1) Penghentian pertanggungan, baik atas kehendak
Perusahaan maupun pemegang polis, tertanggung, atau
peserta, harus dilakukan dengan pemberitahuan secara
tertulis.
(2) Dalam hal terjadi penghentian pertanggungan pada
Produk Asuransi yang tidak memiliki unsur tabungan
dan/atau investasi, maka besar pengembalian Premi atau
Kontribusi paling sedikit sebesar jumlah yang dihitung
secara proporsional berdasarkan sisa jangka waktu
pertanggungan, setelah dikurangi bagian Premi atau
Kontribusi yang telah dibayarkan kepada perusahaan
pialang asuransi, agen asuransi, dan/atau tenaga
pemasar.
(3) Dalam hal terjadi penghentian pertanggungan pada
Produk Asuransi yang memiliki unsur tabungan
dan/atau investasi, Perusahaan harus membayar paling
sedikit sejumlah:
a. nilai tunai atau cadangan akumulasi dana bagi
Produk Asuransi selain Produk Asuransi dengan
prinsip syariah; atau
b. akumulasi dana investasi peserta bagi Produk
Asuransi dengan prinsip syariah,
pada saat penghentian tersebut.

BAB III
PERSETUJUAN DAN PENCATATAN
PRODUK ASURANSI

Bagian Kesatu
Kewajiban Pelaporan

Pasal 28
(1) Setiap Produk Asuransi baru yang akan dipasarkan wajib
dilaporkan kepada OJK untuk memperoleh surat
persetujuan atau surat pencatatan.
- 16 -

(2) Kriteria Produk Asuransi baru sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
a. Produk Asuransi yang belum pernah dipasarkan
oleh Perusahaan yang bersangkutan; atau
b. Produk Asuransi tersebut merupakan perubahan
atas Produk Asuransi yang sudah dipasarkan, yang
perubahannya meliputi:
1. risiko yang ditanggung termasuk pengecualian
atau pembatasan penyebab risiko yang
ditanggung;
2. rumusan Premi atau Kontribusi;
3. perubahan kategori risiko;
4. asumsi yang terkait dengan pembentukan
rumusan Premi atau Kontribusi; dan/atau
5. metode perhitungan nilai tunai.
(3) Produk Asuransi baru yang akan dilaporkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus tercantum
dalam rencana bisnis Perusahaan.

Pasal 29
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) dilakukan oleh direksi
Perusahaan atau yang setara.
(2) Dalam hal Produk Asuransi baru yang dilaporkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
merupakan Produk Asuransi Bersama, pelaporan
dilakukan oleh direksi atau yang setara dari
Perusahaan yang ditunjuk menjadi ketua dalam
pemasaran Produk Asuransi Bersama.

Pasal 30
(1) Perusahaan yang akan melaporkan Produk Asuransi
baru harus:
a. memenuhi ketentuan tingkat kesehatan keuangan;
dan
b. tidak sedang dikenai sanksi administratif.
- 17 -

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak


berlaku dalam hal pelaporan Produk Asuransi baru
dimaksud merupakan:
a. pengganti atau perbaikan atas Produk Asuransi yang
telah dipasarkan dan merupakan bagian dari
rencana penyehatan Perusahaan yang telah disetujui
oleh OJK; atau
b. salah satu upaya untuk dapat dicabutnya sanksi
administratif yang dikenakan karena Perusahaan
belum melaporkan Produk Asuransi yang sudah
dipasarkan.
(3) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bagi Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi
kredit dan/atau suretyship harus memenuhi
persyaratan/kriteria lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan mengenai persyaratan/kriteria
usaha asuransi kredit dan/atau suretyship.

Bagian Kedua
Persetujuan Produk Asuransi

Pasal 31
Produk Asuransi yang wajib dilaporkan kepada OJK untuk
memperoleh surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) adalah Produk Asuransi baru selain Produk
Asuransi Standar.

Pasal 32
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru untuk memperoleh
surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
31, harus dilengkapi dokumen sebagai berikut:
a. formulir pelaporan Produk Asuransi baru;
b. proyeksi pendapatan Premi atau Kontribusi dan
pengeluaran yang dikaitkan dengan pemasaran
Produk Asuransi baru untuk jangka waktu 3 (tiga)
tahun;
c. deskripsi Produk Asuransi baru;
- 18 -

d. spesimen Polis Asuransi; dan


e. surat pernyataan dewan pengawas syariah, khusus
untuk Produk Asuransi dengan prinsip syariah.
(2) Surat pernyataan dewan pengawas syariah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e harus menyatakan
kesesuaian Produk Asuransi yang dilaporkan dengan
prinsip syariah yang paling sedikit mencakup hal sebagai
berikut:
a. Polis Asuransi;
b. deskripsi Produk Asuransi;
c. brosur atau media pemasaran;
d. kebijakan dan prosedur pengelolaan kekayaan; dan
e. kebijakan akuntansi terkait dengan produk yang
akan dipasarkan.

Pasal 33
Selain kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32, dalam hal pelaporan Produk Asuransi Bersama
merupakan pelaporan:
a. Produk Asuransi baru yang belum pernah dipasarkan
oleh Perusahaan yang bersangkutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a, harus
dilengkapi dengan dokumen perjanjian tertulis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1).
b. Produk Asuransi baru yang merupakan perubahan atas
Produk Asuransi yang sudah dipasarkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b, harus
dilengkapi dengan surat persetujuan atau surat
pencatatan Produk Asuransi Bersama dimaksud.

Pasal 34
(1) Selain kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32, untuk pelaporan Produk Asuransi kredit
dan/atau suretyship harus dilengkapi dengan dokumen
lain.
(2) Ketentuan mengenai dokumen lain untuk pelaporan
Produk Asuransi kredit dan/atau suretyship diatur dalam
- 19 -

ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai


pelaporan Produk Asuransi kredit dan/atau suretyship.

Pasal 35
OJK memberikan surat persetujuan atas pelaporan Produk
Asuransi baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah dokumen diterima secara
lengkap dan benar.

Pasal 36
Perusahaan dilarang memasarkan Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 sebelum
mendapatkan surat persetujuan dari OJK.

Bagian Ketiga
Pencatatan Produk Asuransi

Pasal 37
Produk Asuransi yang wajib dilaporkan kepada OJK untuk
memperoleh surat pencatatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1), adalah sebagai berikut:
a. Produk Asuransi baru yang berupa Produk Asuransi
Standar; dan
b. Produk Asuransi yang telah dipasarkan yang mengalami
perubahan selain perubahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (2) huruf b dengan ketentuan:
1. Produk Asuransi dimaksud dipasarkan kepada
tertanggung orang perorangan; atau
2. Produk Asuransi dimaksud dipasarkan kepada
tertanggung selain orang perorangan, yang pernah
dihentikan pemasarannya.

Pasal 38
(1) Pelaporan Produk Asuransi baru yang berupa Produk
Asuransi Standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37
huruf a, harus dilengkapi dokumen sebagai berikut:
a. formulir pelaporan Produk Asuransi baru;
- 20 -

b. deskripsi Produk Asuransi baru; dan


c. surat pernyataan dewan pengawas syariah mengenai
kesesuaian Produk Asuransi yang dilaporkan
dengan prinsip syariah, khusus untuk Produk
Asuransi Standar dengan prinsip syariah.
(2) Surat pernyataan dewan pengawas syariah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, harus mencakup paling
sedikit:
a. Polis Asuransi;
b. deskripsi Produk Asuransi;
c. brosur atau media pemasaran;
d. kebijakan dan prosedur pengelolaan kekayaan; dan
e. kebijakan akuntansi terkait dengan produk yang
akan dipasarkan.

Pasal 39
Pelaporan perubahan atas Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 huruf b, harus dilengkapi dokumen
sebagai berikut:
a. formulir pelaporan perubahan Produk Asuransi;
b. surat persetujuan atau surat pencatatan atas Produk
Asuransi sebelum perubahan;
c. deskripsi Produk Asuransi;
d. matriks perbandingan Produk Asuransi sebelum dan
sesudah perubahan; dan
e. spesimen Polis Asuransi setelah perubahan, khusus
untuk Produk Asuransi selain Produk Asuransi Standar.

Pasal 40
(1) Pelaporan Produk Asuransi Standar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 huruf a yang merupakan
Produk Asuransi Bersama, selain harus memenuhi
kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38, juga harus dilengkapi dengan dokumen
perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1).
- 21 -

(2) Pelaporan perubahan atas Produk Asuransi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 37 huruf b yang merupakan
Produk Asuransi Bersama, selain harus memenuhi
kelengkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39, juga harus dilengkapi dengan surat persetujuan
atau surat pencatatan dari Produk Asuransi Bersama
dimaksud.

Pasal 41
OJK memberikan surat pencatatan atas pelaporan Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 paling lama
7 (tujuh) hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap
dan benar.

Pasal 42
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
dapat dipasarkan oleh Perusahaaan setelah mendapatkan
tanda terima dari OJK atas penyampaian pelaporan Produk
Asuransi dimaksud.

Bagian Keempat
Pemenuhan Kelengkapan Dokumen
Pelaporan Produk Asuransi

Pasal 43
(1) Dalam hal pelaporan Produk Asuransi baru atau
perubahan atas Produk Asuransi yang telah dipasarkan
belum memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan atau belum memenuhi kelengkapan dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, Pasal 33, Pasal
34, Pasal 38, Pasal 39, dan/atau Pasal 40, OJK
menyampaikan pemberitahuan mengenai persyaratan
yang harus dipenuhi dan/atau dokumen yang harus
dilengkapi kepada Perusahaan melalui:
a. surat;
b. surat elektronik;
- 22 -

c. pertemuan dengan pihak Perusahaan di kantor OJK;


dan/atau
d. cara lain yang dapat ditelusuri dan disimpan
buktinya.
(2) Apabila dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja
sejak tanggal pemberitahuan dari OJK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Perusahaan tidak memenuhi
persyaratan dan/atau melengkapi dokumen, Perusahaan
dianggap membatalkan pelaporan Produk Asuransi baru
atau perubahan atas Produk Asuransi yang telah
dipasarkan.
(3) Apabila Perusahaan tetap bermaksud memasarkan
Produk Asuransi baru atau melakukan perubahan atas
Produk Asuransi yang telah dipasarkan setelah melewati
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Perusahaan harus menyampaikan kembali pelaporan
Produk Asuransi baru atau perubahan atas Produk
Asuransi yang telah dipasarkan dimaksud kepada OJK.

Pasal 44
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, bentuk, dan format
pelaporan Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32, Pasal 38, dan Pasal 39 diatur dalam Surat Edaran
OJK.

BAB IV
SALURAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

Pasal 45
(1) Perusahaan hanya dapat memasarkan Produk Asuransi
melalui saluran pemasaran sebagai berikut:
a. secara langsung (direct marketing);
b. agen asuransi;
c. Bancassurance; dan/atau
d. badan usaha selain bank.
- 23 -

(2) Pemasaran Produk Asuransi Mikro dapat dilakukan


melalui saluran pemasaran pada ayat (1) dan/atau
tenaga pemasar.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai saluran pemasaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dalam Surat Edaran OJK.

Pasal 46
Perusahaan yang akan memasarkan Produk Asuransi melalui
saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf b sampai dengan huruf d wajib memiliki
perjanjian tertulis dengan pihak yang melakukan pemasaran.

Pasal 47
(1) Saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (1) dapat menggunakan media komunikasi jarak
jauh.
(2) Pemasaran Produk Asuransi melalui media komunikasi
jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memuat informasi mengenai identitas Perusahaan,
Produk Asuransi yang ditawarkan, serta syarat dan
ketentuan Polis Asuransi.
(3) Saluran pemasaran dengan menggunakan media
komunikasi jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), untuk PAYDI wajib diikuti dengan pertemuan
langsung secara tatap muka.

Pasal 48
Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui agen
asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1)
huruf b, wajib memastikan bahwa agen asuransi tersebut
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai agen asuransi.
- 24 -

Pasal 49
(1) Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui
Bancassurance sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf c harus terlebih dahulu memperoleh surat
persetujuan Bancassurance dari OJK.
(2) Perusahaan dilarang melakukan pemasaran melalui
Bancassurance sebelum mendapat surat persetujuan dari
OJK.

Pasal 50
Perusahaan yang memasarkan Produk Asuransi melalui
badan usaha selain bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45 ayat (1) huruf d dengan kriteria tertentu harus terlebih
dahulu memperoleh surat persetujuan dari OJK.

Pasal 51
Pemasaran Produk Asuransi Mikro melalui tenaga pemasar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) harus
dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan mengenai
asuransi dan Produk Asuransi Mikro.

Pasal 52
Dalam hal pemasaran Produk Asuransi dilakukan melalui
saluran pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan ayat (2), Perusahaan
wajib:
a. memastikan bahwa pihak yang melakukan pemasaran
dimaksud menyampaikan informasi yang akurat, jelas,
jujur, dan tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi
kepada calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
sebelum calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi
dengan Perusahaan; dan
b. bertanggung jawab atas semua tindakan pihak yang
melakukan pemasaran dimaksud yang berkaitan dengan
Produk Asuransi yang dipasarkan.
- 25 -

BAB V
PERLINDUNGAN KONSUMEN ASURANSI

Pasal 53
(1) Perusahaan dan/atau perusahaan pialang asuransi wajib
menyampaikan informasi yang akurat, jelas, jujur, dan
tidak menyesatkan mengenai Produk Asuransi kepada
calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta sebelum
calon pemegang polis, tertanggung, atau peserta
memutuskan untuk melakukan penutupan asuransi
dengan Perusahaan.
(2) Perusahaan yang memasarkan PAYDI wajib memiliki,
menerapkan, dan mengembangkan kebijakan dan
prosedur penilaian kesesuaian Produk Asuransi dengan
kebutuhan dan profil calon pemegang polis, tertanggung,
atau peserta yang menjadi target pemasaran (customer
risk profile assessment).
(3) Perusahaan wajib menyelesaikan setiap keluhan terkait
Produk Asuransi yang diajukan oleh pihak pemegang
polis, tertanggung, atau peserta.

Pasal 54
(1) Perusahaan wajib menyampaikan Polis Asuransi kepada
pemegang polis, tertanggung, atau peserta dalam bentuk
hardcopy atau digital/elektronik.
(2) Dalam hal Polis Asuransi disampaikan dalam bentuk
digital/elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bagian Polis Asuransi yang berupa ikhtisar polis tetap
wajib disampaikan dalam bentuk hardcopy.

BAB VI
MANAJEMEN PRODUK ASURANSI

Bagian Kesatu
Perencanaan Produk Asuransi

Pasal 55
(1) Perusahaan wajib memiliki rencana pengembangan dan
pemasaran Produk Asuransi yang ditetapkan oleh direksi
atau yang setara.
- 26 -

(2) Rencana pengembangan dan pemasaran Produk Asuransi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
dari rencana bisnis Perusahaan.
(3) Ketentuan mengenai bentuk, susunan, dan tata cara
penyusunan rencana pengembangan dan pemasaran
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan Surat Edaran OJK mengenai
rencana korporasi dan rencana bisnis perusahaan
asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan
reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah.

Bagian Kedua
Pemantauan Kinerja Produk Asuransi

Pasal 56
(1) Perusahaan wajib melakukan pemantauan atas kinerja
setiap Produk Asuransi.
(2) Pemantauan atas kinerja setiap Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mengevaluasi antara lain:
a. embedded value atas Produk Asuransi dimaksud;
b. profit testing dan asset share dengan menggunakan
asumsi pada saat pemantauan; dan
c. analisis atas value new business (dampak new
business suatu Produk Asuransi terhadap
solvabilitas atau modal).
(3) Evaluasi pemantauan atas kinerja setiap Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
secara periodik oleh Aktuaris Perusahaan sesuai dengan
standar praktik dan kode etik yang dikeluarkan oleh
asosiasi profesi aktuaris Indonesia.
(4) Berdasarkan evaluasi pemantauan atas kinerja setiap
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Aktuaris Perusahaan memberikan rekomendasi untuk:
a. melanjutkan pemasaran Produk Asuransi;
b. mengubah asumsi yang digunakan dalam Produk
Asuransi; atau
c. menghentikan pemasaran Produk Asuransi.
- 27 -

(5) Perusahaan wajib mendokumentasikan hasil


pemantauan atas kinerja setiap Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian Ketiga
Penghentian Pemasaran Produk Asuransi

Pasal 57
(1) OJK dapat memerintahkan Perusahaan untuk
menghentikan pemasaran Produk Asuransi, dalam hal:
a. Produk Asuransi yang dipasarkan berbeda dengan
Produk Asuransi yang telah memperoleh surat
persetujuan atau surat pencatatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1); dan/atau
b. Produk yang dipasarkan tidak lagi memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Perusahaan wajib menghentikan seluruh kegiatan
pemasaran Produk Asuransi yang dikenakan penghentian
oleh OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 58
(1) Perusahaan wajib melaporkan penghentian pemasaran
Produk Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
kepada OJK paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak
penghentian pemasaran Produk Asuransi dimaksud.
(2) Perusahaan yang telah menghentikan pemasaran Produk
Asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 dapat
memasarkan Produk Asuransi tersebut kembali setelah
Produk Asuransi tersebut telah mendapatkan surat
persetujuan atau surat pencatatan dari OJK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).
(3) Pelaporan penghentian pemasaran Produk Asuransi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan
oleh direksi Perusahaan atau yang setara dilengkapi
dengan:
a. penjelasan mengenai alasan penghentian pemasaran
Produk Asuransi; dan
b. data Polis Asuransi yang masih aktif.
- 28 -

Pasal 59
Penghentian pemasaran Produk Asuransi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 tidak boleh mengurangi hak
pemegang polis, tertanggung, atau peserta.

BAB VII
SANKSI

Pasal 60
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 17, Pasal 22,
Pasal 28 ayat (1), Pasal 36, Pasal 46, Pasal 47 ayat (2),
ayat (3), Pasal 48, Pasal 49 ayat (2), Pasal 52, Pasal 53,
Pasal 54, Pasal 55 ayat (1), Pasal 56 ayat (1), ayat (5),
Pasal 57 ayat (2), dan/atau Pasal 58 ayat (1), Peraturan
OJK ini dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa:
a. peringatan tertulis;
b. denda;
c. kewajiban bagi direksi atau yang setara untuk
menjalani penilaian kemampuan dan kepatutan ulang;
d. pembatasan kegiatan usaha; dan/atau
e. pencabutan izin usaha.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b,
huruf c, huruf d, dan/atau huruf e, dapat dikenakan
dengan atau tanpa didahului pengenaan sanksi
peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a.
(4) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
b dapat dikenakan secara tersendiri atau secara
bersama-sama dengan pengenaaan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d,
dan/atau huruf e.
(5) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b ditetapkan OJK berdasarkan ketentuan
tentang sanksi administratif berupa denda yang berlaku
untuk Perusahaan.
- 29 -

(6) OJK dapat mengumumkan pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada masyarakat.

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 61
(1) Surat pencatatan atas Produk Asuransi yang telah
diterbitkan oleh OJK sebelum Peraturan OJK ini mulai
berlaku, dinyatakan tetap berlaku.
(2) Proses pelaporan Produk Asuransi yang belum selesai
pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku tunduk pada
Peraturan OJK ini.
(3) Dalam hal OJK telah menyampaikan pemberitahuan
mengenai kelengkapan dokumen dan/atau persyaratan
yang harus dipenuhi oleh Perusahaan sebelum Peraturan
OJK ini berlaku, jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 43 ayat (2) dihitung sejak Peraturan OJK ini
mulai berlaku.
(4) Asosiasi harus melaporkan spesimen polis standar
asuransi yang telah terbit sebelum Peraturan OJK ini
mulai berlaku kepada OJK paling lambat 20 (dua puluh)
hari kerja sejak Peraturan OJK ini mulai berlaku.
(5) Ketentuan mengenai PAYDI sebagaimana diatur dalam
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan
Lembaga Keuangan Nomor KEP-104/BL/2006 tentang
Produk Unit Link dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan OJK ini sampai
dengan Surat Edaran OJK mengenai PAYDI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ditetapkan.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 62
Pada saat Peraturan OJK ini mulai berlaku, ketentuan
mengenai Produk Asuransi dan pemasaran Produk Asuransi
tunduk pada Peraturan OJK ini.
- 30 -

Pasal 63
Peraturan OJK ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan OJK ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 November 2015

KETUA DEWAN KOMISIONER


OTORITAS JASA KEUANGAN,

ttd

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 November 2015

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 287

Salinan sesuai dengan aslinya


Direktur Hukum 1
Departemen Hukum

ttd

Sudarmaji
Yth.
Direksi atau yang setara pada Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
di tempat.

SALINAN
SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 3/SEOJK.05/2015

TENTANG

PENILAIAN TINGKAT RISIKO


PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

Sehubungan dengan amanat ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 7 ayat (3),
dan Pasal 8 ayat (6) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
10/POJK.05/2014 tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Jasa Keuangan
Non-Bank (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 197,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5575), perlu untuk
mengatur ketentuan pelaksanaan mengenai penilaian tingkat risiko, format
dan tata cara penyampaian laporan hasil penilaian tingkat risiko, serta format
dan tata cara penyampaian rencana tindak lanjut atas penilaian tingkat risiko
bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dalam Surat Edaran
Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut:

I. KETENTUAN UMUM

1. Perusahaan Asuransi adalah perusahaan asuransi sebagaimana


dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perasuransian, tidak termasuk perusahaan asuransi yang seluruh
kegiatan usahanya dijalankan berdasarkan prinsip syariah.
2. Perusahaan Reasuransi adalah perusahaan yang menyelenggarakan
usaha reasuransi sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di bidang perasuransian, tidak termasuk perusahaan
reasuransi yang seluruh kegiatan usahanya dijalankan berdasarkan
prinsip syariah.

3. Otoritas ...
-2-

3. Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah


lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.

II. PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN PENYUSUNAN LAPORAN


HASIL PENILAIAN TINGKAT RISIKO

1. Penilaian tingkat risiko Perusahaan Asuransi dan Perusahaan


Reasuransi dilakukan dengan memperhatikan materialitas dan
signifikansi suatu area risiko terhadap total risiko Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi.
2. Penilaian tingkat risiko Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi dilakukan dengan memperhitungkan riwayat risiko yang
pernah terjadi dan probabilitas terjadinya suatu risiko di masa yang
akan datang.
3. Penilaian tingkat risiko Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi disusun sesuai pedoman sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran
OJK ini.
4. Laporan Hasil Penilaian Tingkat Risiko harus disusun dan
ditandatangani oleh direktur atau yang setara yang membawahkan
fungsi manajemen risiko dan diketahui oleh direktur utama atau yang
setara.
5. Laporan Hasil Penilaian Tingkat Risiko Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi harus disusun sesuai format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Surat Edaran OJK ini.

III. PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TINDAK LANJUT ATAS PENILAIAN


TINGKAT RISIKO

1. Rencana tindak lanjut atas penilaian tingkat risiko ditandatangani oleh


direksi atau yang setara.
2. Rencana tindak lanjut atas penilaian tingkat risiko Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi disusun sesuai format sebagaimana

dimaksud ...
-3-

dimaksud dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan


dari Surat Edaran OJK ini.

IV. TATA CARA PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PENILAIAN TINGKAT RISIKO


DAN RENCANA TINDAK LANJUT ATAS PENILAIAN TINGKAT RISIKO

1. Laporan hasil penilaian tingkat risiko dan rencana tindak lanjut atas
penilaian tingkat risiko disampaikan kepada OJK secara online melalui
sistem jaringan komunikasi data OJK.
2. Dalam hal sistem jaringan komunikasi data OJK belum tersedia, laporan
hasil penilaian tingkat risiko dan rencana tindak lanjut atas penilaian
tingkat risiko disampaikan secara online melalui surat elektronik (email)
resmi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan
melampirkan softcopy laporan hasil penilaian tingkat risiko dan rencana
tindak lanjut atas penilaian tingkat risiko dalam format spreadsheet ke
rbs.asuransi@ojk.go.id.
3. Dalam hal OJK mengalami gangguan teknis pada saat batas waktu
penyampaian laporan hasil penilaian tingkat risiko atau rencana tindak
lanjut atas penilaian tingkat risiko sehingga:
a. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi tidak dapat
menyampaikan laporan hasil penilaian tingkat risiko atau rencana
tindak lanjut atas penilaian tingkat risiko secara online sebagaimana
dimaksud pada angka 1 atau angka 2; dan/atau
b. OJK tidak dapat menerima laporan hasil penilaian tingkat risiko atau
rencana tindak lanjut atas penilaian tingkat risiko secara online
sebagaimana dimaksud pada angka 1 atau angka 2,
OJK mengumumkan secara tertulis kepada Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi pada hari yang sama setelah terjadinya
gangguan teknis serta Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
wajib menyampaikan softcopy laporan hasil penilaian tingkat risiko atau
rencana tindak lanjut atas penilaian tingkat risiko dalam format
spreadsheet secara offline paling lambat pada hari kerja berikutnya.
4. Dalam hal terjadi gangguan teknis sebagaimana dimaksud pada angka 3,
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi menyampaikan
softcopy laporan hasil penilaian tingkat risiko dan rencana tindak lanjut
atas penilaian tingkat risiko dalam format spreadsheet secara offline
sebagaimana dimaksud pada angka 3, melalui surat yang ditandatangani
oleh direksi atau yang setara dan ditujukan kepada:

Otoritas ...
-4-

Otoritas Jasa Keuangan


u.p. Direktur Pengawasan Asuransi dan BPJS Kesehatan
Gedung Sumitro Djojohadikusumo
Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2—4
Jakarta 10710
5. Penyampaian softcopy laporan hasil penilaian tingkat risiko dan rencana
tindak lanjut atas penilaian tingkat risiko dalam format spreadsheet
secara offline sebagaimana dimaksud pada angka 3 dapat dilakukan
dengan salah satu cara sebagai berikut:
a. diserahkan langsung ke kantor OJK sebagaimana dimaksud pada
angka 4;
b. dikirim melalui kantor pos secara tercatat; atau
c. dikirim melalui perusahaan jasa pengiriman/titipan.
6. Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dinyatakan telah
menyampaikan laporan hasil penilaian tingkat risiko dan rencana tindak
lanjut atas penilaian tingkat risiko dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk penyampaian secara online melalui sistem jaringan komunikasi
data OJK, dibuktikan dengan tanda terima dari OJK;
b. untuk penyampaian secara online melalui email, dibuktikan dengan
email tanda terima dari OJK; atau
c. untuk penyampaian secara offline, dibuktikan dengan:
1) surat tanda terima dari OJK, apabila laporan diserahkan langsung
ke kantor OJK sebagaimana dimaksud pada angka 4; atau
2) tanda terima pengiriman dari kantor pos atau perusahaan jasa
pengiriman/titipan, apabila laporan dikirim melalui kantor pos
atau perusahaan jasa pengiriman/titipan.

V. PENUTUP
Ketentuan dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku
pada tanggal ditetapkan.

Agar ...
-5-

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengumuman Surat Edaran


Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Januari 2015
KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS
PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,
LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN
LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA
OTORITAS JASA KEUANGAN,

Salinan sesuai dengan aslinya


Direktur Hukum I
Departemen Hukum, Ttd.
Ttd.
Ttd.

Sudarmaji FIRDAUS DJAELANI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 11 TANGGAL 6


FEBRUARI 2015
LAMPIRAN I
SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN
NOMOR 3/SEOJK.05/2015

TENTANG

PENILAIAN TINGKAT RISIKO


PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI
-1-

PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO


PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................2


A. Pengertian dan Skala Penilaian Tingkat Risiko........................ 2
B. Tujuan Pedoman Penilaian Tingkat Risiko .............................. 3
C. Prinsip Umum Penilaian Tingkat Risiko ................................. 3

BAB II: PROSES PERHITUNGAN TINGKAT RISIKO ............................5


A. Gambaran Umum Perhitungan Tingkat Risiko ........................ 5
B. Penilaian Risiko Bawaan......................................................... 5
C. Penilaian Manajemen dan Pengendalian ................................. 6
D. Penentuan Nilai Risiko Bersih................................................. 6
E. Penentuan Nilai Risiko Dukungan Dana (Permodalan) ............ 8
F. Penentuan Nilai Risiko Keseluruhan ....................................... 8

BAB III: PENILAIAN TINGKAT RISIKO PER JENIS RISIKO.................11


A. Risiko Kepengurusan.............................................................. 11
B. Risiko Tata Kelola ................................................................... 13
C. Risiko Strategi ........................................................................ 15
D. Risiko Operasional.................................................................. 18
E. Risiko Aset dan Liabilitas........................................................ 23
F. Risiko Asuransi ...................................................................... 26
G. Risiko Dukungan Dana (Permodalan) ..................................... 36

CONTOH PERHITUNGAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN


ASURANSI JIWA ...............................................................................37
CONTOH PERHITUNGAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN
ASURANSI UMUM DAN REASURANSI ................................................39
-2-

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN DAN SKALA PENILAIAN TINGKAT RISIKO


Dalam kegiatan penyelenggaraan usaha, perusahaan menghadapi berbagai
risiko yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan perusahaan.
Perusahaan perlu menerapkan manajemen risiko untuk meminimalkan
risiko yang dihadapi. Salah satu bagian dari manajemen risiko adalah
melakukan pengukuran dan penilaian risiko. Tujuan dari penilaian risiko
adalah menentukan probabilitas perusahaan akan mengalami kegagalan.
Kegiatan penilaian risiko hendaknya dilakukan secara berkelanjutan dan
selalu dilakukan pemutakhiran secara berkala oleh perusahaan. Sesuai
dengan ketentuan, perusahaan wajib menyampaikan hasil penilaian risiko
kepada OJK paling kurang satu kali dalam setahun.

Probabilitas perusahaan akan mengalami kegagalan dicerminkan dalam


nilai risiko dan tingkat risiko. Tingkat risiko dikelompokkan menjadi lima
level yaitu rendah, sedang-rendah, sedang-tinggi, tinggi, dan sangat tinggi.
Adapun nilai risiko memiliki rentang nilai 0 s.d. 4. Semakin tinggi nilai
risiko maka semakin besar kemungkinan perusahaan akan mengalami
kegagalan. Sebaliknya apabila nilai risiko semakin rendah maka
kemungkinan kegagalan perusahaan juga semakin kecil. Nilai risiko dan
tingkat risiko dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1
Nilai Risiko dan Tingkat Risiko
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

Nilai Risiko Tingkat Risiko Penjelasan


(NR)
0 < NR < 1 Rendah Probabilitas kegagalan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya relatif
rendah. Perusahaan diindikasikan
sangat sehat dan memiliki kemampuan
untuk memenuhi kewajibannya kepada
pemegang polis/tertanggung.
1 < NR < 1,5 Sedang Rendah Probabilitas kegagalan perusahaan
-3-

Nilai Risiko Tingkat Risiko Penjelasan


(NR)
dalam memenuhi kewajibannya berada
di tingkat sedang ke arah rendah. Secara
umum perusahaan sehat, tetapi terdapat
potensi kegagalan untuk memenuhi
kewajibannya kepada pemegang
polis/tertanggung.
1,5 < NR < 2 Sedang Tinggi Probabilitas kegagalan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya berada
di tingkat sedang ke arah tinggi. Secara
umum perusahaan kurang sehat dan
terdapat potensi kegagalan yang cukup
kecil untuk memenuhi kewajibannya
kepada pemegang polis/tertanggung.
2 < NR < 3 Tinggi Probabilitas kegagalan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya berada
di tingkat tinggi. Secara umum
Perusahaan tidak sehat dan memiliki
potensi kegagalan yang cukup besar
dalam memenuhi kewajiban kepada
pemegang polis/tertanggung.
3 < NR < 4 Sangat Tinggi Probabilitas kegagalan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya berada
di tingkat sangat tinggi. Secara umum
perusahaan tidak sehat dan memiliki
potensi kegagalan yang sangat besar
dalam memenuhi kewajiban kepada
pemegang polis/tertanggung.

B. TUJUAN PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO


Pedoman ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi manajemen
perusahaan dalam melakukan penilaian tingkat risiko perusahaan.

C. PRINSIP UMUM PENILAIAN TINGKAT RISIKO


Manajemen perusahaan perlu memperhatikan prinsip umum sebagai
berikut:
-4-

1. Berbasis risiko
Penilaian tingkat risiko dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi probabilitas kegagalan perusahaan
untuk mencapai tujuannya.
2. Materialitas
Perusahaan perlu memperhatikan materialitas dan signifikansi risiko
bawaan dan manajemen pengendalian dari setiap jenis risiko yang ada.
Penentuan materialitas dan signifikansi tersebut didasarkan pada data
dan informasi yang memadai mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat risiko perusahaan.
3. Komprehensif
Proses penilaian tingkat risiko dilakukan terhadap seluruh area risiko
perusahaan melalui analisis yang terstruktur dan terintegrasi.
-5-

BAB II
PROSES PERHITUNGAN TINGKAT RISIKO

A. GAMBARAN UMUM PERHITUNGAN TINGKAT RISIKO


Perhitungan tingkat risiko didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut:
1. Risiko bawaan, yaitu seluruh risiko yang melekat dalam setiap jenis
kegiatan perusahaan;
2. Manajemen dan pengendalian, yaitu hal-hal yang dapat dilakukan oleh
direksi dan dewan komisaris atau yang setara untuk meminimalkan
tingkat risiko bawaan; dan
3. Dukungan dana (permodalan), yaitu pendanaan atau permodalan yang
tersedia yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya dan mempertahankan usahanya.

Kerangka kerja sistem penilaian risiko dapat digambarkan sebagai berikut:

Strategi Risiko Bawaan

Operasional

Aset dan
Liabilitas
Manajemen &
Pengendalian
Asuransi

Kepengurusan

Risiko Bersih

Tata Kelola
Nilai Risiko
Keseluruhan

Dukungan
Dana

B. PENILAIAN RISIKO BAWAAN


Risiko bawaan adalah risiko yang melekat dalam kegiatan perusahaan,
tanpa mempertimbangkan aspek manajemen dan pengendalian yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Seluruh risiko bawaan yang memiliki
pengaruh terhadap kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya, terutama secara keuangan, masuk dalam ukuran risiko
bawaan ini.
-6-

Risiko bawaan perusahaan sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan


kompleksitas perusahaan, lini bisnis perusahaan, dan jenis produk yang
dijual. Risiko bawaan juga dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan. Semakin beragam dan tinggi volume kegiatan operasional,
semakin tinggi risiko bawaan perusahaan. Adapun profil risiko perusahaan
menentukan seberapa besar tingkat risiko bawaan yang siap diterima
dengan pertimbangan dukungan dana yang dibutuhkan.
Penilaian risiko bawaan perusahaan dilakukan secara terpisah dari
manajemen dan pengendalian yang dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut. Dengan kata lain, dalam penilaian risiko bawaan ini, pengurus
hanya menilai risiko yang mungkin akan muncul dalam penyelenggaraan
suatu perusahaan tanpa memperhatikan apakah risiko tersebut benar-
benar terjadi atau tidak terjadi karena adanya manajemen dan
pengendalian risiko yang kuat.

C. PENILAIAN MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN


Aspek manajemen dan pengendalian mengacu pada bagaimana cara
perusahaan mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
risiko bawaannya. Dalam praktik, hal ini dilakukan melalui serangkaian
kebijakan dan prosedur, sistem yang diaplikasikan, praktik-praktik
administrasi, dan pengawasan yang diterapkan.
Penilaian manajemen dan pengendalian dimaksudkan untuk menilai
mekanisme atau sistem manajemen dan pengendalian untuk setiap risiko
bawaan yang terekspos kepada perusahaan. Aspek yang diperhitungkan
dalam penilaian ini antara lain kepedulian manajemen terhadap risiko serta
sistem pengendalian yang dimilikinya termasuk kerangka manajemen risiko
yang dimiliki dan diterapkan perusahaan. Hasil penilaian manajemen dan
pengendalian akan menjadi faktor pengurang risiko bawaan untuk menjadi
risiko bersih.

D. PENENTUAN NILAI RISIKO BERSIH


Penentuan nilai risiko bersih dilakukan untuk dua tahap yaitu pengukuran
nilai risiko bersih untuk setiap jenis risiko dan pengukuran total nilai risiko
bersih.
1. Pengukuran nilai risiko bersih untuk setiap jenis risiko
Nilai risiko bersih pada dasarnya merupakan nilai risiko bawaan setelah
memperhitungkan manajemen dan pengendalian. Nilai risiko bersih
-7-

secara matematis dihitung dengan menggunakan nilai rata-rata dari nilai


risiko bawaan ditambah nilai manajemen dan pengendalian.

Risiko Bersih = (Risiko Bawaan + Manajemen dan Pengendalian)


2
Perhitungan risiko bersih di atas dilakukan untuk risiko operasional,
risiko aset dan liabilitas, risiko asuransi, dan risiko strategi. Risiko tata
kelola dan kepengurusan merupakan nilai risiko bersih dan tidak ada
pengurang dari manajemen dan pengendalian.
2. Pengukuran total nilai risiko bersih
Setelah nilai risiko bersih diperoleh untuk semua jenis risiko, maka
dilakukan pengukuran total nilai risiko bersih dengan melakukan
pembobotan untuk setiap jenis risiko. Bobot untuk setiap jenis risiko
disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2
Bobot Risiko

No Jenis Risiko Bobot (%) Bobot (%)


PAJ1 PAU2
1 Kepengurusan 10 10
2 Tata Kelola 15 10
3 Strategi 15 15
4 Operasional 15 15
5 Aset dan Liabilitas 20 20
6 Asuransi 25 30
TOTAL 100 100
Catatan :
1. Perusahaan Asuransi Jiwa
2. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Reasuransi

Total nilai risiko bersih dihitung dengan rumus sebagai berikut:

4
Total Nilai Risiko Bersih = √∑6𝑖=1 NR4 𝑖 x Bobot i

i adalah jenis risiko sebagaimana tercantum pada tabel 2.


-8-

E. PENENTUAN NILAI RISIKO DUKUNGAN DANA (PERMODALAN)


Nilai risiko dukungan dana mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menyerap kerugian-kerugian yang tidak terduga yang berasal dari
pengelolaan aset dan liabilitas perusahaan. Dalam menentukan dukungan
dana, perusahaan mempertimbangkan aspek kemampuan permodalan dan
tambahan permodalan.
Nilai risiko dukungan dana dihitung dengan melakukan pembobotan atas
aspek kemampuan permodalan dan tambahan permodalan. Pembobotan
kedua aspek tersebut berbeda untuk asuransi jiwa dan asuransi umum.
Dengan mempertimbangkan karakter klaim yang berfluktuatif untuk
asuransi umum, bobot kemampuan permodalan asuransi umum lebih
besar dari asuransi jiwa. Pembobotan kemampuan permodalan dan
tambahan permodalan dilakukan sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 3
Bobot Risiko Dukungan Dana (Permodalan)

No Komponen Bobot (%) Bobot (%)


PAJ1 PAU2
1 Kemampuan Pendanaan 50 55
(Permodalan)
2 Tambahan Pendanaan 50 45
(Permodalan)
TOTAL 100 100
Catatan :
1. Perusahaan Asuransi Jiwa
2. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Reasuransi

4
Total Nilai Risiko Dukungan Dana (Permodalan) = √∑2𝑖=1 NR4 𝑖 x Bobot i

i adalah komponen dukungan dana sebagaimana tercantum pada tabel 3.

F. PENENTUAN NILAI RISIKO KESELURUHAN


Nilai risiko keseluruhan mencerminkan probabilitas kegagalan perusahaan
secara menyeluruh. Nilai risiko keseluruhan dihitung berdasarkan total
nilai risiko bersih dengan memperhitungkan risiko dukungan dana atau
permodalan perusahaan.
-9-

Bobot untuk menghitung nilai risiko keseluruhan Perusahaan Asuransi


adalah sebagai berikut:

Tabel 4
Bobot Total Nilai Risiko Bersih dan Nilai Risiko Dukungan Dana
(Permodalan)
No Komponen Bobot (%) Bobot (%)
PAJ1 PAU2
1 Total Nilai Risiko 60 50
Bersih
2 Nilai Risiko Dukungan 40 50
Dana (Permodalan)
TOTAL 100 100
Catatan :
1. Perusahaan Asuransi Jiwa
2. Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Reasuransi

Selanjutnya nilai risiko keseluruhan dihitung dengan cara menjumlahkan


dan membobot total nilai risiko bersih dengan nilai risiko dukungan dana
dengan rumus sebagai berikut:

4
NRK = √(TNRB4 x Bobot TNRB ) + (NRDD4 x Bobot NRDD )

NRK = Nilai Risiko Keseluruhan


TNRB = Total Nilai Risiko Bersih
NRDD = Nilai Risiko Dukungan Dana
- 10 -

Secara lengkap, formula perhitungan Nilai Risiko Keseluruhan disajikan


dalam tabel berikut:

Tabel 5
Penilaian Risiko
Risiko Manajemen & Bobot
Risiko
Jenis Risiko Bawaan Pengendalian Risiko (%)
Bersih
(RB) (MP) PAU PAJ
1. Kepengurusan (0-4) 10 10
2. Tata Kelola (0-4) 10 15
3. Strategi (0-4) (0-4) (0-4) 15 15
4. Operasional (0-4) (0-4) (0-4) 15 15
5. Aset dan Liabilitas (0-4) (0-4) (0-4) 20 20
6. Asuransi (0-4) (0-4) (0-4) 30 25
Total Nilai Risiko Bersih 100 100
1. Kemampuan Permodalan (0-4) 55 50
2. Tambahan Permodalan (0-4) 45 50
Dukungan Dana (Permodalan) 100 100
1. Total Nilai Risiko Bersih (0-4) 50 60
2. Nilai Risiko Dukungan
(0-4) 50 40
Dana (Permodalan)
Nilai Risiko Keseluruhan (0-4) 100 100

PAU: Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Reasuransi


PAJ: Perusahaan Asuransi Jiwa
- 11 -

BAB III
PENILAIAN TINGKAT RISIKO PER JENIS RISIKO

Bab ini memberikan pedoman bagi perusahaan dalam melakukan penilaian


tingkat risiko per jenis risiko. Jenis risiko yang terdapat pada Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi adalah risiko kepengurusan, risiko tata
kelola, risiko strategi, risiko operasional, risiko aset dan liabilitas, risiko
asuransi, dan risiko dukungan dana (permodalan).

A. RISIKO KEPENGURUSAN
Risiko kepengurusan adalah risiko kegagalan perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan akibat kegagalan perusahaan dalam memelihara
komposisi terbaik pengurus yang memiliki kompetensi dan integritas yang
tinggi. Yang dimaksud pengurus dalam pedoman ini meliputi direksi dan
dewan komisaris atau yang setara. Risiko yang muncul dari kepengurusan
akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya kepada pemegang polis, tertanggung, dan para stakeholder
lainnya.
Topik yang dinilai dalam risiko ini adalah sebagai berikut:
1) Penunjukan dan pemberhentian
Dalam topik ini area yang dinilai antara lain prosedur dan legalitas
dokumen terkait dengan penunjukkan dan pemberhentian tersebut.
2) Komposisi dan proporsi
Hal-hal yang harus dinilai antara lain kesesuaian jumlah dan komposisi
pengurus dan kejelasan struktur dan uraian jabatannya.
3) Kompetensi dan integritas
Dalam topik ini, area yang dinilai antara lain hasil uji kemampuan dan
kepatutan, pengalaman kerja, pendidikan dan pelatihan, serta prilaku
pengurus.
4) Kepemimpinan
Dalam kepemimpinan area yang dinilai antara lain visi dan misi serta
karakteristik dari pengurus.
- 12 -

Berikut adalah indikasi umum risiko kepengurusan untuk setiap rentang


nilai risiko:
1. Indikasi Perusahaan dengan Risiko Kepengurusan Rendah
(0 < NR ≤ 1)
a. Penunjukan dan pemberhentian pengurus sangat memadai.
b. Komposisi dan proporsi pengurus telah mencukupi dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
c. Kompetensi dan integritas pengurus sangat memadai dan menunjang
tugas dan wewenang pengurus.
d. Kepemimpinan pengurus sangat baik.
2. Indikasi Perusahaan dengan Risiko Kepengurusan Sedang Rendah
(1 < NR ≤ 1,5)
a. Penunjukan dan pemberhentian pengurus dilakukan memadai.
b. Komposisi dan proporsional pengurus telah mencukupi, namun
terdapat indikasi kurang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
c. Kompetensi dan integritas pengurus memadai dan menunjang tugas
dan wewenang pengurus.
d. Kepemimpinan pengurus baik.
3. Indikasi Perusahaan dengan Risiko Kepengurusan Sedang Tinggi
(1,5 < NR ≤ 2)
a. Penunjukan dan pemberhentian pengurus dilakukan kurang
memadai.
b. Komposisi dan proporsional pengurus kurang mencukupi.
c. Kompetensi dan integritas pengurus kurang memadai dan kurang
menunjang tugas dan wewenang pengurus.
d. Kepemimpinan pengurus cukup.
4. Indikasi Perusahaan dengan Risiko Kepengurusan Tinggi (2 < NR ≤ 3)
a. Penunjukan dan pemberhentian pengurus dilakukan dengan proses
dan dokumentasi tidak memadai.
b. Komposisi dan proporsional pengurus tidak mencukupi.
c. Kompetensi dan integritas pengurus tidak memadai dan tidak
menunjang tugas dan wewenang pengurus.
d. Kepemimpinan pengurus kurang baik.
5. Indikasi Perusahaan dengan Risiko Kepengurusan Sangat Tinggi
(3 < NR ≤ 4)
a. Penunjukan dan pemberhentian pengurus dilakukan dengan proses
dan dokumentasi sangat tidak memadai.
- 13 -

b. Komposisi dan proporsional pengurus sangat tidak mencukupi


kebutuhan perusahaan.
c. Kompetensi dan integritas pengurus sangat tidak memadai dan
menghambat terlaksananya tugas dan wewenang pengurus.
d. Kepemimpinan pengurus tidak baik.

B. RISIKO TATA KELOLA


Risiko tata kelola adalah potensi kegagalan dalam pelaksanaan tata kelola
yang baik (good governance), ketidaktepatan gaya manajemen, lingkungan
pengendalian, dan perilaku dari setiap pihak yang terlibat langsung atau
tidak langsung dengan perusahaan.

Topik yang dinilai dalam risiko ini adalah sebagai berikut:


1) Pedoman tata kelola
Area yang harus dinilai antara lain ketersediaan dan kelengkapan
pedoman tata kelola, proses penyusunan pedoman tata kelola,
penerapan pedoman tata kelola, dan evaluasi penerapan pedoman tata
kelola.
2) Keterbukaan (transparansi)
Dalam topik ini yang dinilai antara lain keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan, dan keterbukaan dalam pengungkapan dan
penyediaan informasi yang relevan mengenai perusahaan.
3) Akuntabilitas
Hal-hal yang harus dinilai antara lain penetapan fungsi, kegiatan dan
tugas, pedoman prilaku, sistem pendeteksian awal, penghargaan dan
hukuman, serta struktur pengendalian internal.
4) Responsibilitas
Dalam topik ini, hal-hal yang perlu dinilai antara lain tanggung jawab
kepada tertanggung dan pemegang polis, tanggung jawab kepada
pemegang saham, dan tanggung jawab sosial.
5) Independensi
Area yang harus dinilai antara lain ada tidaknya benturan kepentingan
(conflict of interest) dan intervensi pemegang saham atau yang setara,
dewan komisaris atau yang setara, dan/atau pihak lain.
- 14 -

6) Kewajaran dan kesetaraan


Dalam topik ini, hal-hal yang harus dinilai antara lain kerja sama
dengan mitra bisnis, perlakuan terhadap tertanggung dan pemegang
polis, dan perlakuan terhadap karyawan.
7) Manajemen risiko
Hal-hal yang harus dievaluasi untuk topik ini antara lain ketersediaan
pedoman manajemen risiko, unit pengendalian manajemen risiko, dan
penerapan manajemen risiko.

Berikut adalah indikasi umum risiko tata kelola untuk setiap rentang nilai
risiko:
1. Kriteria Perusahaan dengan Risiko Tata Kelola Rendah
(0 < NR ≤ 1)
a. Pedoman tata kelola yang dimiliki perusahaan sangat memadai.
b. Perusahaan melaksanakan prinsip keterbukaan dengan sangat baik.
c. Perusahaan melaksanakan prinsip akuntabilitas dengan sangat baik.
d. Perusahaan melaksanakan prinsip tanggung jawab dengan sangat baik.
e. Perusahaan melaksanakan prinsip independensi dengan sangat baik.
f. Perusahaan melaksanakan prinsip kewajaran dan kesetaraan dengan
sangat baik.
g. Perusahaan melaksanakan prinsip manajemen risiko dengan sangat
baik.
2. Kriteria Perusahaan dengan Risiko Tata Kelola Sedang Rendah
(1 < NR ≤ 1,5)
a. Pedoman tata kelola yang dimiliki perusahaan memadai.
b. Perusahaan melaksanakan prinsip keterbukaan dengan baik.
c. Perusahaan melaksanakan prinsip akuntabilitas dengan baik.
d. Perusahaan melaksanakan prinsip tanggung jawab dengan baik.
e. Perusahaan melaksanakan prinsip independensi dengan baik.
f. Perusahaan melaksanakan prinsip kewajaran dan kesetaraan dengan
baik.
g. Perusahaan melaksanakan prinsip manajemen risiko dengan baik.
3. Kriteria Perusahaan dengan Risiko Tata Kelola Sedang Tinggi
(1,5 < NR ≤ 2)
a. Pedoman tata kelola yang dimiliki perusahaan cukup memadai.
b. Perusahaan melaksanakan prinsip keterbukaan dengan cukup baik.
c. Perusahaan melaksanakan prinsip akuntabilitas dengan cukup baik.
- 15 -

d. Perusahaan melaksanakan prinsip tanggung jawab dengan cukup baik.


e. Perusahaan melaksanakan prinsip independensi dengan cukup baik.
f. Perusahaan melaksanakan prinsip kewajaran dan kesetaraan dengan
cukup baik.
g. Perusahaan melaksanakan prinsip manajemen risiko dengan cukup
baik.
4. Kriteria perusahaan dengan Risiko Tata Kelola Tinggi (2 < NR ≤ 3)
a. Pedoman tata kelola yang dimiliki perusahaan kurang memadai.
b. Perusahaan melaksanakan prinsip keterbukaan dengan kurang baik.
c. Perusahaan melaksanakan prinsip akuntabilitas dengan kurang baik.
d. Perusahaan melaksanakan prinsip tanggung jawab dengan kurang
baik.
e. Perusahaan melaksanakan prinsip independensi dengan kurang baik.
f. Perusahaan melaksanakan prinsip kewajaran dan kesetaraan dengan
kurang baik.
g. Perusahaan melaksanakan prinsip manajemen risiko dengan kurang
baik.
5. Kriteria Perusahaan dengan Risiko Tata Kelola Sangat Tinggi
(3 < NR ≤ 4)
a. Pedoman tata kelola perusahaan tidak tersedia atau cenderung tidak
memadai.
b. Perusahaan tidak melaksanaan prinsip keterbukaan kepada
stakeholder perusahaan.
c. Perusahaan tidak melaksanakan prinsip akuntabilitas dalam
penyelenggaraan perusahaan.
d. Perusahaan tidak melaksanakan prinsip responsibilitas dalam
penyelenggaraan perusahaan.
e. Perusahaan tidak melaksanakan prinsip independensi dalam
penyelenggaraan perusahaan.
f. Perusahaan tidak melaksanakan prinsip kewajaran dan kesetaraan
dalam penyelenggaraan perusahaan.
g. Perusahaan tidak melaksanakan prinsip manajemen risiko dalam
penyelenggaraan perusahaan.

C. RISIKO STRATEGI
Risiko strategi adalah potensi kegagalan perusahaan dalam merealisasikan
kewajiban kepada pemegang polis/tertanggung/nasabah akibat
- 16 -

ketidaklayakan atau kegagalan dalam melakukan perencanaan, penetapan


dan pelaksanaan strategi, pengambilan keputusan bisnis yang tepat,
dan/atau kurang responsifnya perusahaan terhadap perubahan eksternal.

Penilaian risiko strategi terdiri dari penilaian risiko bawaan dan penilaian
manajemen pengendalian.

Topik yang dinilai dalam risiko bawaan dari risiko strategi adalah sebagai
berikut:
1) Kesesuaian strategi dengan kondisi lingkungan bisnis
Dalam topik ini, hal-hal yang perlu dinilai antara lain kesesuaian visi,
misi, dan arah bisnis perusahaan, kesiapan perusahaan secara internal
dalam mengembangkan bisnis, dan pertimbangan faktor eksternal dalam
pengembangan bisnis perusahaan.
2) Posisi strategis (strategic position) perusahaan
Hal yang perlu dinilai adalah kecukupan analisis kompetitor, kesiapan
perusahaan dalam menghadapi perubahan ekonomi secara makro, risiko
reputasi, dan rencana diversifikasi yang akan dilakukan perusahaan.

Topik yang dinilai dalam manajemen dan pengendalian adalah sebagai


berikut:
1) Proses penyusunan dan penetapan strategi
Dalam topik ini, hal-hal yang perlu dinilai antara lain evaluasi terhadap
perumusan tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko yang
dapat diterima, dan pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi atau
yang setara.
2) Penerapan rencana strategi
Hal ini antara lain dapat dinilai dari pemahaman direksi atau yang
setara dan pejabat satu tingkat di bawahnya serta indikator keberhasilan
(key performance indicator).

Berikut adalah indikasi umum risiko strategi untuk setiap rentang nilai
risiko pada risiko bawaan maupun manajemen dan pengendalian:
RISIKO BAWAAN
1. Indikasi Risiko Strategi Perusahaan dengan Risiko Bawaan Rendah
(0 < NR ≤ 1)
- 17 -

a. Strategi yang dimiliki dan dijalankan perusahaan sangat sesuai


dengan kondisi lingkungannya.
b. Kebijakan perusahaan yang diterapkan sangat sesuai dengan posisi
strategis perusahaan.
2. Indikasi Risiko Strategi Perusahaan dengan Risiko Bawaan Sedang
Rendah (1 < NR ≤ 1,5)
a. Strategi yang dimiliki dan dijalankan perusahaan sesuai dengan
kondisi lingkungannya.
b. Kebijakan perusahaan yang diterapkan sesuai dengan posisi strategis
perusahaan.
3. Indikasi Risiko Strategi Perusahaan dengan Risiko Bawaan Sedang
Tinggi (1,5 < NR ≤ 2)
a. Strategi yang dimiliki dan dijalankan perusahaan cukup sesuai
dengan kondisi lingkungannya.
b. Kebijakan perusahaan yang diterapkan cukup sesuai dengan posisi
strategis perusahaan.
4. Indikasi Risiko Strategi Perusahaan dengan Risiko Bawaan Tinggi
(2 < NR ≤ 3)
a. Strategi yang dimiliki dan dijalankan perusahaan kurang sesuai
dengan kondisi lingkungannya.
b. Kebijakan perusahaan yang diterapkan kurang sesuai dengan posisi
strategis perusahaan.
5. Indikasi Risiko Strategi Perusahaan dengan Risiko Bawaan Sangat
Tinggi (3 < NR ≤ 4)
a. Strategi yang dimiliki dan dijalankan perusahaan tidak sesuai dengan
kondisi lingkungannya.
b. Kebijakan perusahaan yang diterapkan tidak sesuai dengan posisi
strategis perusahaan.

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN


1. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Strategi Sangat Kuat (0 < MP ≤ 1)
a. Proses penyusunan dan penetapan strategi yang dibuat perusahaan
dengan sangat baik.
b. Penerapan rencana strategi perusahaan dilakukan dengan sangat
baik.
- 18 -

2. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas


Risiko Strategi Kuat (1 < MP ≤ 1,5)
a. Proses penyusunan dan penetapan strategi yang dibuat perusahaan
dengan baik.
b. Penerapan rencana strategi perusahaan dilakukan dengan baik.
3. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Strategi Cukup (1,5 < MP ≤ 2)
a. Proses penyusunan dan penetapan strategi yang dibuat perusahaan
cukup baik.
b. Penerapan rencana strategi dilakukan perusahaan dengan cukup baik.
4. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Strategi Lemah (2 < MP ≤ 3)
a. Proses penyusunan dan penetapan strategi yang dibuat perusahaan
kurang baik.
b. Penerapan rencana strategi dilakukan perusahaan dengan kurang
baik.
5. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Strategi Sangat Lemah (3 < MP ≤ 4)
a. Perusahaan tidak memiliki strategi dalam menjalankan bisnisnya.
b. Tidak ada rencana strategi yang dibuat perusahaan.

D. RISIKO OPERASIONAL
Risiko operasional adalah potensi kegagalan perusahaan dalam
merealisasikan kewajiban kepada tertanggung dan pemegang polis sebagai
akibat ketidaklayakan atau kegagalan proses internal, manusia, sistem
teknologi informasi, dan/atau adanya kejadian-kejadian yang berasal dari
luar lingkungan perusahaan.

Penilaian risiko operasional terdiri dari penilaian risiko bawaan dan


penilaian manajemen dan pengendalian.

Topik yang dinilai dalam risiko bawaan dari risiko operasional adalah
sebagai berikut:
1) Kompleksitas perusahaan
Hal-hal yang harus dinilai pada topik ini antara lain ukuran dan
struktur organisasi, sumber daya manusia, volume dan beban kerja, aksi
- 19 -

korporasi (corporate action) dan pengembangan bisnis baru, dan sumber


dan lini usaha atau produk yang dipasarkan.
2) Sistem dan teknologi informasi
Hal-hal yang harus dinilai antara lain keandalan sistem teknologi
informasi, perubahan sistem dan teknologi informasi, dan infrastruktur.
3) Kecurangan dan permasalahan hukum
Dalam topik ini, area yang harus dinilai antara lain riwayat kecurangan
intern dan permasalahan hukum dengan konsumen.
4) Gangguan terhadap bisnis perusahaan
Hal-hal yang harus dinilai antara lain frekuensi dan materialitas
kejadian eksternal, lokasi dan kondisi geografis perusahaan, dan
penggunaan jasa pihak ketiga.

Topik yang dinilai dalam manajemen dan pengendalian adalah sebagai


berikut:
1) Kebijakan dan prosedur
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain perumusan kebijakan dan
proses pengambilan keputusan, standar prosedur dan operasi (SOP),
komunikasi dan dokumentasi kebijakan, dan manajemen risiko.
2) Kegiatan administrasi
Dalam topik ini, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain siklus
penganggaran dan rencana kegiatan, administrasi konsumen,
pencatatan, pembukuan, dan pelaporan transaksi, serta arsip dan
dokumentasi.
3) Pengelolaan sistem dan teknologi informasi
Dalam topik ini, area yang harus dinilai antara lain pengelolaan sistem
dan teknologi informasi beserta infrastruktur, cetak biru (blueprint) dan
manajemen perubahan aplikasi, manajemen keamanan data, basis data
(database) dan manajemen informasi, dan prosedur back up dan disaster
recovery plan.
4) Pencegahan kecurangan dan permasalahan hukum
Area yang harus dinilai antara lain struktur pengendalian internal dan
pengawasan dari dewan komisaris atau yang setara.
5) Manajemen sumber daya manusia
Area yang harus dinilai antara lain perencanaan dan strategi sumber
daya manusia, proses perekrutan, pengembangan karir, penggajian, dan
imbalan kerja, dan peremajaan dan penggantian pegawai.
- 20 -

6) Manajemen penggunaan jasa pihak ketiga


Dalam topik ini, area yang dinilai antara lain kebijakan penggunaan jasa
pihak ketiga, penunjukan penyediaan jasa, pelaporan dan
pertanggungjawaban, serta pengendalian atas biaya penggunaan jasa
pihak ketiga.

Berikut adalah indikasi umum risiko operasional untuk setiap rentang nilai
risiko pada risiko bawaan maupun manajemen dan pengendalian:
RISIKO BAWAAN
1. Indikasi Risiko Operasional Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Rendah (0 < NR ≤ 1)
a. Perusahaan memiliki struktur organisasi, sumber daya manusia,
volume dan beban kerja dengan tingkat kompleksitas sangat rendah.
b. Perusahaan memiliki sistem teknologi dan informasi yang sangat
memadai yang mampu mendukung penyelenggaraan perusahaan.
c. Perusahaan tidak pernah memiliki riwayat terjadinya kecurangan
intern atau mengalami permasalahan hukum dengan tertanggung,
pemegang polis atau pihak lain.
d. Perusahaan tidak memiliki gangguan dalam penyelenggaraan
perusahaan.
2. Indikasi Risiko Operasional Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Sedang Rendah (1 < NR ≤ 1,5)
a. Perusahaan memiliki struktur organisasi, sumber daya manusia,
volume dan beban kerja dengan tingkat kompleksitas rendah.
b. Perusahaan memiliki sistem teknologi dan informasi yang memadai
yang mampu mendukung penyelenggaraan perusahaan.
c. Perusahaan hampir tidak pernah memiliki riwayat kecurangan intern
atau mengalami permasalahan hukum dengan tertanggung, pemegang
polis atau pihak lain.
d. Terdapat sedikit gangguan yang terjadi pada perusahaan.
3. Indikasi Risiko Operasional Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Sedang Tinggi (1,5 < NR ≤ 2)
a. Perusahaan memiliki struktur organisasi, sumber daya manusia,
volume dan beban kerja dengan tingkat kompleksitas cukup.
b. Perusahaan memiliki sistem teknologi dan informasi yang kurang
memadai dan mampu mendukung penyelenggaraan perusahaan.
- 21 -

c. Perusahaan jarang mengalami riwayat kecurangan intern atau


mengalami permasalahan hukum dengan tertanggung, pemegang polis
atau pihak lain.
d. Gangguan yang terjadi pada perusahaan cukup signifikan.
4. Indikasi Risiko Operasional Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Tinggi (2 < NR ≤ 3)
a. Perusahaan memiliki struktur organisasi, sumber daya manusia,
volume dan beban kerja dengan tingkat kompleksitas tinggi.
b. Perusahaan memiliki sistem teknologi dan informasi yang tidak
memadai.
c. Perusahaan cukup sering mengalami riwayat kecurangan intern atau
mengalami permasalahan hukum dengan tertanggung, pemegang polis
atau pihak lain.
d. Gangguan yang terjadi pada perusahaan signifikan.
5. Indikasi Risiko Operasional Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Sangat Tinggi (3 < NR ≤ 4)
a. Perusahaan memiliki struktur organisasi, sumber daya manusia,
volume dan beban kerja dengan tingkat kompleksitas sangat tinggi.
b. Perusahaan memiliki sistem teknologi dan informasi yang sangat tidak
memadai.
c. Perusahaan sering mengalami riwayat kecurangan intern atau
mengalami permasalahan hukum dengan tertanggung, pemegang polis
atau pihak lain.
d. Gangguan yang terjadi pada perusahaan sangat signifikan.

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN


1. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Operasional Sangat Kuat (0 < MP ≤ 1)
a. Kebijakan dan prosedur perusahaan sangat memadai.
b. Kegiatan administrasi perusahaan sangat baik.
c. Pengelolaan sistem dan teknologi informasi perusahaan sangat baik.
d. Mekanisme dan kebijakan perusahaan untuk mencegah terjadinya
kecurangan intern dan permasalahan hukum sangat baik.
e. Manajemen sumber daya manusia di perusahaan sangat baik.
f. Pengelolaan jasa pihak ketiga di perusahaan sangat baik.
- 22 -

2. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas


Risiko Operasional Kuat (1 < MP ≤ 1,5)
a. Kebijakan dan prosedur perusahaan memadai.
b. Kegiatan administrasi perusahaan baik.
c. Pengelolaan sistem dan teknologi informasi perusahaan baik.
d. Mekanisme dan kebijakan perusahaan untuk mencegah terjadinya
kecurangan intern dan permasalahan hukum baik.
e. Manajemen sumber daya manusia di perusahaan baik.
f. Pengelolaan jasa pihak ketiga di perusahaan baik.
3. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Operasional Cukup (1,5 < MP ≤ 2)
a. Kebijakan dan prosedur perusahaan memadai tetapi terdapat
beberapa hal yang perlu diperbaiki.
b. Kegiatan administrasi perusahaan cukup baik tetapi terdapat
beberapa hal yang perlu diperbaiki.
c. Pengelolaan sistem dan teknologi informasi perusahaan cukup baik
tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki.
d. Mekanisme dan kebijakan perusahaan untuk mencegah terjadinya
kecurangan intern dan permasalahan hukum cukup baik tetapi
terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki.
e. Manajemen sumber daya manusia di perusahaan cukup baik tetapi
terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki.
f. Pengelolaan jasa pihak ketiga di perusahaan cukup baik tetapi
terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki.
4. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Operasional Lemah (2 < MP ≤ 3)
a. Kebijakan dan prosedur perusahaan tidak memadai.
b. Kegiatan administrasi perusahaan buruk.
c. Pengelolaan sistem dan teknologi informasi perusahaan tidak baik.
d. Mekanisme dan kebijakan perusahaan untuk mencegah terjadinya
kecurangan intern dan permasalahan hukum tidak baik.
e. Manajemen sumber daya manusia di perusahaan tidak baik.
f. Pengelolaan jasa pihak ketiga di perusahaan buruk.
5. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Operasional Sangat Lemah (3 < MP ≤ 4)
a. Kebijakan dan prosedur perusahaan sangat tidak memadai.
b. Kegiatan administrasi perusahaan sangat buruk.
- 23 -

c. Tidak terdapat pengelolaan sistem dan teknologi informasi


perusahaan.
d. Tidak terdapat mekanisme dan kebijakan perusahaan untuk
mencegah terjadinya kecurangan intern dan permasalahan hukum.
e. Tidak terdapat manajemen sumber daya manusia di perusahaan.
f. Pengelolaan jasa pihak ketiga di perusahaan sangat buruk.

E. RISIKO ASET DAN LIABILITAS


Risiko aset dan liabilitas adalah risiko yang terjadi karena adanya potensi
kegagalan dalam pengelolaan aset dan pengelolaan liabilitas Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, yang menimbulkan kekurangan dana
dalam pemenuhan kewajiban Perusahaan Asuransi kepada pemegang polis
atau kewajiban reasuradur kepada perusahaan yang mereasuransikan
(ceding companies).
Penilaian risiko aset dan liabilitas terdiri dari penilaian risiko bawaan dan
penilaian manajemen dan pengendalian.

Topik yang dinilai dalam risiko bawaan dari risiko aset dan liabilitas adalah
sebagai berikut:
1) Pengelolaan aset
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain penilaian aset, pengelolaan
aset investasi (termasuk tujuan dan gaya investasi) dan non-investasi,
dan perhitungan harga unit.
2) Pengelolaan liabilitas
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain penggunaan metode dan
asumsi dalam pembentukan cadangan teknis, perbedaan antara beban
klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan, dan penilaian
liabilitas yang mempunyai risiko nilai tukar.
3) Ketidaksesuaian antara aset dan liabilitas
Dalam penilaian topik ini, area yang harus dinilai antara lain
ketidaksesuaian jatuh tempo/durasi antara aset dan liabilitas,
ketidaksesuaian antara aset dan liabilitas dalam mata uang asing
(currency gap), dan tingkat likuiditas.
- 24 -

Topik yang dinilai dalam manajemen dan pengendalian adalah sebagai


berikut:
1) Kepedulian dari direksi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kepedulian direksi atau
yang setara akan tujuan pengelolaan aset dan liabilitas.
2) Pengelolaan risiko aset dan liabilitas
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pemantauan tingkat
solvabilitas dan kecukupan modal, pemantauan pengelolaan aset, dan
liabilitas dari sisi aktuaria, dan pengelolaan aset dan liabilitas pada saat
melakukan desain produk.
3) Pengelolaan risiko investasi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain penetapan tujuan
investasi, penetapan dan pengkajian strategi investasi, dan pemantauan
alokasi aset.
4) Pengendalian dalam melakukan valuasi aset
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kebijakan valuasi,
penilaian independen, dan keahlian sumber daya manusia.

Berikut adalah indikasi umum risiko aset dan liabilitas untuk setiap rentang
nilai risiko pada risiko bawaan maupun manajemen dan pengendalian:
RISIKO BAWAAN
1. Indikasi Risiko Aset dan Liabilitas Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Rendah (0 < NR ≤ 1)
a. Perusahaan melakukan pengelolaan aset dengan sangat baik.
b. Perusahaan melakukan pengelolaan liabilitas sangat baik.
c. Kesesuaian aset dan liabilitas sangat memadai.
2. Indikasi Risiko Aset dan Liabilitas Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Sedang Rendah (1 < NR ≤ 1,5)
a. Perusahaan melakukan pengelolaan aset dengan baik.
b. Perusahaan melakukan pengelolaan liabilitas dengan baik.
c. Kesesuaian aset dan liabilitas memadai.
3. Indikasi Risiko Aset dan Liabilitas Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Sedang Tinggi (1,5 < NR ≤ 2)
a. Perusahaan melakukan pengelolaan aset dengan kurang baik.
b. Perusahaan melakukan pengelolaan liabilitas dengan kurang baik.
c. Kesesuaian aset dan liabilitas kurang memadai.
- 25 -

4. Indikasi Risiko Aset dan Liabilitas Perusahaan dengan Risiko Bawaan


Tinggi (2 < NR ≤ 3)
a. Perusahaan melakukan pengelolaan aset dengan buruk.
b. Perusahaan melakukan pengelolaan liabilitas dengan buruk.
c. Kesesuaian aset dan liabilitas tidak memadai.
5. Indikasi Risiko Aset dan Liabilitas Perusahaan dengan Risiko Bawaan
Sangat Tinggi (3 < NR ≤ 4)
a. Perusahaan melakukan pengelolaan aset dengan sangat buruk.
b. Perusahaan melakukan pengelolaan liabilitas dengan sangat buruk.
c. Kesesuaian aset dan liabilitas sangat tidak memadai.

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN


1. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Aset dan Liabilitas Sangat Kuat (0 < MP ≤ 1)
a. Direksi dan dewan komisaris atau yang setara memiliki kepedulian
yang sangat tinggi terhadap tujuan pengelolaan aset dan liabilitas.
b. Perusahaan memiliki pengelolaan aset dan liabilitas yang sangat
memadai.
c. Perusahaan melakukan pengelolaan risiko investasi dengan sangat
baik.
d. Perusahaan memiliki pengendalian yang sangat kuat dalam
melakukan valuasi aset.
2. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Aset dan Liabilitas Kuat (1 < MP ≤ 1,5)
a. Direksi dan dewan komisaris atau yang setara memiliki kepedulian
yang tinggi terhadap tujuan pengelolaan aset dan liabilitas.
b. Perusahaan memiliki pengelolaan aset dan liabilitas yang memadai.
c. Perusahaan melakukan pengelolaan risiko investasi dengan baik.
d. Perusahaan memiliki pengendalian yang kuat dalam melakukan
valuasi aset.
3. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Aset dan Liabilitas Cukup (1,5 < MP ≤ 2)
a. Direksi dan dewan komisaris atau yang setara memiliki kepedulian
yang cukup terhadap tujuan pengelolaan aset dan liabilitas.
b. Perusahaan memiliki pengelolaan aset dan liabilitas yang cukup
tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki.
- 26 -

c. Perusahaan melakukan pengelolaan risiko investasi dengan cukup


tetapi terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki.
d. Perusahaan memiliki pengendalian yang cukup kuat dalam
melakukan valuasi aset.
4. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Aset dan Liabilitas Lemah (2 < MP ≤ 3)
a. Direksi dan dewan komisaris atau yang setara memiliki kepedulian
yang kurang terhadap tujuan pengelolaan aset dan liabilitas.
b. Perusahaan memiliki pengelolaan aset dan liabilitas yang tidak
memadai.
c. Perusahaan melakukan pengelolaan risiko investasi dengan buruk.
d. Perusahaan memiliki pengendalian yang lemah dalam melakukan
valuasi aset.
5. Indikasi Perusahaan dengan Manajemen dan Pengendalian atas
Risiko Aset dan Liabilitas Sangat Lemah (3 < MP ≤ 4)
a. Direksi dan dewan komisaris atau yang setara tidak memiliki
kepedulian terhadap tujuan pengelolaan aset dan liabilitas.
b. Perusahaan memiliki pengelolaan aset dan liabilitas yang sangat tidak
memadai.
c. Perusahaan melakukan pengelolaan risiko investasi dengan sangat
buruk.
d. Perusahaan memiliki pengendalian yang sangat lemah dalam
melakukan valuasi aset.

F. RISIKO ASURANSI
Risiko asuransi adalah potensi kegagalan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi untuk memenuhi kewajiban kepada tertanggung
dan pemegang polis sebagai akibat dari ketidakcukupan proses seleksi risiko
(underwriting), penetapan premi (pricing), penggunaan reasuransi, dan/atau
penanganan klaim.
Penilaian risiko asuransi terdiri dari penilaian risiko bawaan dan penilaian
manajemen dan pengendalian.
Penilaian risiko asuransi dibedakan untuk perusahaan asuransi jiwa dan
perusahaan asuransi umum serta Perusahaan Reasuransi.
- 27 -

F.1 RISIKO ASURANSI JIWA


Topik yang dinilai dalam risiko bawaan dari risiko asuransi adalah
sebagai berikut:
1) Dominasi Risiko Asuransi terhadap Keseluruhan Lini Usaha
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain porsi risiko proteksi
asuransi dan porsi investasi.
2) Bauran Risiko Produk dan Jenis Manfaat
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain aspek jenis risiko yang
ditanggung, cara pembayaran manfaat, jenis sumber pertanggungan,
dan jenis produk.
3) Struktur Reasuransi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain porsi risiko yang
direasuransikan, jenis dan program reasuransi, perusahaan
penanggung ulang, dan konsentrasi reasuransi.

Topik yang dinilai dalam manajemen dan pengendalian dari risiko


asuransi adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman direksi atau yang setara
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pemahaman atas risiko
asuransi dan pemantauan risiko asuransi.
2) Desain produk
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kebijakan dan prosedur
untuk pengembangan produk, lini usaha/jenis produk, proses
persetujuan produk, penilaian risiko produk, modifikasi produk,
ketentuan polis (policy-wording), dan persyaratan reasuransi.
3) Penetapan Premi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kebijakan dan prosedur
penetapan premi, asumsi aktuaria, estimasi klaim (biaya klaim),
tingkat keuntungan/kerugian, tujuan dan hasil investasi,
reasuransi,dan reviu tarif premi.
4) Underwriting
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain struktur fungsi
underwriting, infrastruktur underwriting, prosedur dan proses
underwriting, produk asuransi kumpulan, pendelegasian wewenang,
kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur, monitoring portofolio,
kualitas data, pertimbangan reasuransi dalam proses underwriting,
dan pelatihan.
- 28 -

5) Valuasi liabilitas
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain laporan valuasi
liabilitas, laporan kondisi keuangan, dan integritas data.
6) Reasuransi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain struktur program
reasuransi, struktur fungsi reasuransi, pengelolaan reasuransi,
dokumentasi reasuransi, financial reinsurance, dan perusahaan
reasuransi yang menjadi rekanan.
7) Klaim
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain struktur fungsi
penanganan klaim, kebijakan dan prosedur klaim, proses penanganan
klaim, sumber daya manusia, sistem dan kualitas data, pemantauan
portofolio, dan reasuransi.
8) Distribusi produk
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pemilihan jenis jalur
distribusi, sistem pemasaran dan e-business, perjanjian kerjasama,
konflik jalur distribusi, struktur komisi, dan mis-selling.
9) Reviu oleh Pihak Independen
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pendapat auditor
internal dan/atau eksternal dan pengawasan fungsi manajemen risiko.

Berikut adalah indikasi umum risiko asuransi bagi asuransi jiwa untuk
setiap rentang nilai risiko pada risiko bawaan maupun manajemen dan
pengendalian:
RISIKO BAWAAN
1. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Jiwa dengan Risiko
Bawaan Rendah (0 < NR ≤ 1)
a. Perusahaan memiliki dominasi risiko asuransi yang sangat rendah
dibandingkan keseluruhan lini usaha.
b. Perusahaan memiliki bauran risiko produk dan jenis manfaat yang
sangat baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang sangat memadai.
2. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Jiwa dengan Risiko
Bawaan Sedang Rendah (1 < NR ≤ 1,5)
a. Perusahaan memiliki dominasi risiko asuransi yang rendah
dibandingkan keseluruhan lini usaha.
- 29 -

b. Perusahaan memiliki bauran risiko produk dan jenis manfaat yang


baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang memadai.
3. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Jiwa dengan Risiko
Bawaan Sedang Tinggi (1,5 < NR ≤ 2)
a. Perusahaan memiliki dominasi risiko asuransi yang cukup rendah
dibandingkan keseluruhan lini usaha.
b. Perusahaan memiliki bauran risiko produk dan jenis manfaat yang
cukup baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang kurang memadai.
4. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Jiwa dengan Risiko
Bawaan Tinggi (2 < NR ≤ 3)
a. Perusahaan memiliki dominasi risiko asuransi yang tinggi
dibandingkan keseluruhan lini usaha.
b. Perusahaan memiliki bauran risiko produk dan jenis manfaat yang
kurang baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang tidak memadai.
5. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Jiwa dengan Risiko
Bawaan Sangat Tinggi (3 < NR ≤ 4)
a. Perusahaan memiliki dominasi risiko asuransi yang sangat tinggi
dibandingkan keseluruhan lini usaha.
b. Perusahaan memiliki bauran risiko produk dan jenis manfaat yang
buruk.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang sangat tidak
memadai.

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN


1. Indikasi Perusahaan Asuransi Jiwa Dengan Manajemen dan
Pengendalian atas Risiko Asuransi Sangat Kuat (0 < MP ≤ 1)
a. Pemahaman direksi atau yang mengenai risiko asuransi sangat
baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan sangat baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan sangat baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan sangat baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan sangat baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan sangat baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan sangat baik.
- 30 -

h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan sangat baik.


i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan sangat
baik.
2. Indikasi Perusahaan Asuransi Jiwa Dengan Manajemen dan
Pengendalian atas Risiko Asuransi Kuat (1 < MP ≤ 1,5)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan baik.
h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan baik.
i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan baik.
3. Indikasi Perusahaan Asuransi Jiwa Dengan Manajemen dan
Pengendalian atas Risiko Asuransi Cukup (1,5 < MP ≤ 2)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi
cukup baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan cukup baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan cukup baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan cukup baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan cukup baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan cukup baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan cukup baik.
h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan cukup baik.
i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan cukup
baik.
4. Indikasi Perusahaan Asuransi Jiwa Dengan Manajemen dan
Pengendalian atas Risiko Asuransi Lemah (2 < MP ≤ 3)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi tidak
baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan tidak baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan tidak baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan tidak baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan tidak baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan tidak baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan tidak baik.
- 31 -

h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan tidak baik.


i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan tidak
baik.
5. Indikasi Perusahaan Asuransi Jiwa Dengan Manajemen dan
Pengendalian atas Risiko Asuransi Sangat Lemah (3 < MP ≤ 4)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi
sangat tidak baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan sangat tidak baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan sangat tidak baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan sangat tidak
baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan sangat tidak baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan sangat tidak baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan sangat tidak baik.
h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan sangat tidak
baik.
i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan sangat
tidak baik.

F.2 RISIKO ASURANSI UMUM DAN REASURANSI


Topik yang dinilai dalam risiko bawaan dari risiko asuransi adalah
sebagai berikut:
1. Sifat bisnis asuransi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain produk short-tail versus
long-tail, pertanggungan jangka pendek dan pertanggungan jangka
panjang, dan tingkat hazard dari bisnis yang ditanggung.
2. Komposisi dan diversifikasi portofolio bisnis
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain diversifikasi bisnis dan
segmentasi pasar.
3. Struktur reasuransi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain porsi risiko yang
direasuransikan, jenis dan program reasuransi, perusahaan
penanggung ulang, dan konsentrasi reasuransi.

Topik yang dinilai dalam manajemen dan pengendalian dari risiko


asuransi adalah sebagai berikut:
- 32 -

1. Pemahaman direksi atau yang setara


Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pemahaman atas isu-isu
risiko asuransi dan pemantauan risiko asuransi.
2. Desain produk
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kebijakan dan prosedur
dalam pengembangan produk, lini usaha/jenis produk, proses
persetujuan produk, penilaian atas risiko produk, modifikasi produk,
ketentuan polis (policy wording), dan persyaratan reasuransi.
3. Penetapan premi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kebijakan dan prosedur
penetapan premi, estimasi klaim (biaya klaim), tingkat hasil investasi,
asumsi biaya-biaya dan komisi, kualitas data profil risiko, tingkat
keuntungan, analisis kondisi pasar dan pesaing, reasuransi, reviu tarif
premi, dan perubahan tarif premi.
4. Underwriting
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain kebijakan dan prosedur
underwriting, struktur fungsi underwriting, infrastruktur underwriting,
pendelegasian wewenang, manual underwriting, kepatuhan terhadap
kebijakan dan prosedur, monitoring portofolio, kualitas data, dan
pertimbangan reasuransi dalam underwriting.
5. Valuasi liabilitas
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain laporan valuasi
liabilitas, laporan kondisi keuangan, dan integritas data.
6. Reasuransi
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain struktur program
reasuransi, struktur fungsi reasuransi, manajemen reasuransi,
dokumentasi reasuransi, financial reinsurance, dan perusahaan
reasuransi yang menjadi rekanan.
7. Klaim
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain struktur fungsi
penanganan klaim, kebijakan dan prosedur klaim, proses penanganan
klaim, sumber daya manusia, sistem dan kualitas data, pemantauan
portofolio, kebocoran klaim (claim leakage), reasuransi, dan
kecurangan (fraud) klaim.
- 33 -

8. Distribusi Produk
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pemilihan jenis jalur
distribusi, sistem pemasaran dan e-business, perjanjian kerjasama,
konflik jalur ditribusi, struktur komisi, dan mis-selling.
9. Reviu oleh Pihak Independen
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain pendapat auditor
internal dan/atau eksternal dan pengawasan fungsi manajemen risiko.

RISIKO BAWAAN
1. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Umum dan
Reasuransi dengan Risiko Bawaan Rendah (0 < NR ≤ 1)
a. Perusahaan memiliki produk dan bisnis asuransi yang berisiko
sangat rendah.
b. Perusahaan memiliki komposisi dan diversifikasi portofolio bisnis
yang sangat baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang sangat baik.
2. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Umum dan
Reasuransi dengan Risiko Bawaan Sedang Rendah (1 < NR ≤ 1,5)
a. Perusahaan memiliki produk dan bisnis asuransi yang berisiko
rendah.
b. Perusahaan memiliki komposisi dan diversifikasi portofolio bisnis
yang baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang baik
3. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Umum dan
Reasuransi dengan Risiko Bawaan Sedang Tinggi (1,5 < NR ≤ 2)
a. Perusahaan memiliki produk dan bisnis asuransi yang berisiko
cukup rendah.
b. Perusahaan memiliki komposisi dan diversifikasi portofolio bisnis
yang kurang baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang kurang baik.
4. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Umum dan
Reasuransi dengan Risiko Bawaan Tinggi (2 < NR ≤ 3)
a. Perusahaan memiliki produk dan bisnis asuransi yang berisiko
tinggi.
b. Perusahaan memiliki komposisi dan diversifikasi portofolio bisnis
yang tidak baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang buruk.
- 34 -

5. Indikasi Risiko Asuransi Perusahaan Asuransi Umum dan


Reasuransi dengan Risiko Bawaan Sangat Tinggi (3 < NR ≤ 4)
a. Perusahaan memiliki produk dan bisnis asuransi yang berisiko
sangat tinggi.
b. Perusahaan memiliki komposisi dan diversifikasi portofolio bisnis
yang sangat tidak baik.
c. Perusahaan memiliki struktur reasuransi yang sangat buruk.

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN


1. Indikasi Perusahaan Asuransi Umum dan Reasuransi Dengan
Manajemen dan Pengendalian atas Risiko Asuransi Sangat Kuat
(0 < MP ≤ 1)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi
sangat baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan sangat baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan sangat baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan sangat baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan sangat baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan sangat baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan sangat baik.
h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan sangat baik.
i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan sangat
baik.
2. Indikasi Perusahaan Asuransi Umum dan Reasuransi Dengan
Manajemen dan Pengendalian atas Risiko Asuransi Kuat
(1 < MP ≤ 1,5)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan baik.
h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan baik.
i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan baik.
- 35 -

3. Indikasi Perusahaan Asuransi Umum dan Reasuransi Dengan


Manajemen dan Pengendalian atas Risiko Asuransi Cukup
(1,5 < MP ≤ 2)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi
cukup baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan cukup baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan cukup baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan cukup baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan cukup baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan cukup baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan cukup baik.
h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan cukup baik.
i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan cukup
baik.
4. Indikasi Perusahaan Asuransi Umum dan Reasuransi Dengan
Manajemen dan Pengendalian atas Risiko Asuransi Lemah
(2 < MP ≤ 3)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi tidak
baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan tidak baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan tidak baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan tidak baik.
e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan tidak baik.
f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan tidak baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan tidak baik.
h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan tidak baik.
i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan tidak
baik.
5. Indikasi Perusahaan Asuransi Umum dan Reasuransi Dengan
Manajemen dan Pengendalian atas Risiko Asuransi Sangat Lemah
(3 < MP ≤ 4)
a. Pemahaman direksi atau yang setara mengenai risiko asuransi
sangat tidak baik.
b. Proses desain produk asuransi dilakukan dengan sangat tidak baik.
c. Penetapan premi asuransi dilakukan dengan sangat tidak baik.
d. Proses underwriting perusahaan dilakukan dengan sangat tidak
baik.
- 36 -

e. Proses valuasi liabilitas dilakukan dengan sangat tidak baik.


f. Struktur dan proses reasuransi dilakukan dengan sangat tidak baik.
g. Penanganan klaim dilakukan dengan sangat tidak baik.
h. Proses distribusi produk asuransi dilakukan dengan sangat tidak
baik.
i. Pelaksanaan reviu oleh pihak independen dilakukan dengan sangat
tidak baik.

G. RISIKO DUKUNGAN DANA (PERMODALAN)


Permodalan perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menyerap kerugian-kerugian tak terduga yang disebabkan oleh antara lain
meningkatnya rasio klaim di luar perkiraan, hasil investasi yang buruk,
ataupun hal tak terduga lainnya.

Topik yang dinilai dalam risiko ini adalah sebagai berikut:


1) Kemampuan Pendanaan (Permodalan)
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain nilai nominal ekuitas saat
ini, rasio pencapaian tingkat solvabilitas, dan target modal.
2) Tambahan Pendanaan (Permodalan)
Hal-hal yang dinilai pada topik ini antara lain profitabilitas dan sumber
tambahan modal.

Berikut adalah indikasi umum risiko dukungan dana (permodalan) untuk


setiap rentang nilai risiko:
1. Indikasi Perusahaan dengan Kekuatan Modal Sangat Kuat (0 < NR ≤ 1)
a. Kemampuan pendanaan perusahaan sangat kuat.
b. Tambahan pendanaan perusahaan sangat tinggi.
2. Indikasi Perusahaan dengan Kekuatan Modal Kuat (1 < NR ≤ 1,5)
a. Kemampuan pendanaan perusahaan kuat.
b. Tambahan pendanaan perusahaan tinggi.
3. Indikasi Perusahaan dengan Kekuatan Modal Cukup (1,5 < NR ≤ 2)
a. Kemampuan pendanaan perusahaan cukup.
b. Tambahan pendanaan perusahaan cukup.
4. Indikasi Perusahaan dengan Kekuatan Modal Lemah (2 < NR ≤ 3)
a. Kemampuan pendanaan perusahaan lemah.
b. Tambahan pendanaan perusahaan rendah.
- 37 -

5. Indikasi Perusahaan dengan Risiko Kekuatan Modal Sangat Lemah


(3 < NR < 4)
a. Kemampuan pendanaan perusahaan sangat lemah.
b. Tambahan pendanaan perusahaan sangat rendah.

Contoh Perhitungan Tingkat Risiko Perusahaan Asuransi Jiwa


Nilai Risiko
Nilai Risiko Bobot
Jenis Risiko Bersih
(C) (D)
(E)
1. Kepengurusan 1,5 10% 0,51
2. Tata Kelola 1,6 15% 0,98
3. Strategi 2,0 15% 2,17
3.1 Risiko Bawaan (A) 2,4
3.2 Manajemen &
1,5
Pengendalian (B)
4. Operasional 1,6 15% 0,98
4.1 Risiko Bawaan 1,1
4.2 Manajemen &
2,1
Pengendalian
5. Aset dan Liabilitas 3,0 20% 16,20
5.1 Risiko Bawaan 2,9
5.2 Manajemen &
3,1
Pengendalian
6. Asuransi 1,9 25% 3,26
6.1 Risiko Bawaan 2,0
6.2 Manajemen &
1,8
Pengendalian
(F) 100% 24,33
Total Nilai Risiko Bersih (G) 2,22
Dukungan Dana (Permodalan)
a. Kemampuan Pendanaan
1,2 50% 1,04
(Permodalan)
b. Tambahan Pendanaan
1,3 50% 1,43
(Permodalan)
(H) 100% 2,47
Total Nilai Risiko Dukungan Dana (Permodalan) (I) 1,25
- 38 -

Bobot Nilai Risiko Bersih dan Dukungan Dana = 60%, 40%


Nilai Risiko Keseluruhan (J) 1,98
Sedang-
Tingkat Risiko
Tinggi

Keterangan:
A: nilai risiko bawaan F: jumlah nilai gabungan = ∑ 𝐸
4
B: nilai manajemen & pengendalian G: total nilai risiko bersih = √𝐹
C: nilai pengujian risiko = (A+B)/2 H: jumlah nilai gabungan pendanaan
D: bobot risiko I: total nilai risiko dukungan dana =
E: nilai gabungan risiko = C4 x D 4
√𝐻
J: nilai risiko keseluruhan
4
= √(G 4 x60%) + (I4 x40%)
- 39 -

Contoh Perhitungan Tingkat Risiko Perusahaan Asuransi Umum dan


Reasuransi
Nilai Risiko
Nilai Risiko Bobot
Jenis Risiko Bersih
(C) (D)
(E)
1. Kepengurusan 1,5 10% 0,51
2. Tata Kelola 1,6 10% 0,66
3. Strategi 2,0 15% 2,17
3.1 Risiko Bawaan (A) 2,4
3.2 Manajemen &
1,5
Pengendalian (B)
4. Operasional 1,6 15% 0,98
4.1 Risiko Bawaan 1,1
4.2 Manajemen &
2,1
Pengendalian
5. Aset dan Liabilitas 3,0 20% 16,20
5.1 Risiko Bawaan 2,9
5.2 Manajemen &
3,1
Pengendalian
6. Asuransi 1,9 30% 3,91
6.1 Risiko Bawaan 2,0
6.2 Manajemen &
1,8
Pengendalian
(F) 100% 24,66
Total Nilai Risiko Bersih (G) 2,22
Dukungan Dana (Permodalan)
a. Kemampuan Pendanaan
1,2 55% 1,14
(Permodalan)
b. Tambahan Pendanaan
1,3 45% 1,29
(Permodalan)
(H) 100% 2,43
Total Nilai Risiko Dukungan Dana (I) 1,25
Bobot Nilai Risiko Bersih dan Dukungan Dana = 50%, 50%
Nilai Risiko Keseluruhan (J) 1,91
Sedang-
Tingkat Risiko
Tinggi
- 40 -

Keterangan:
A: nilai risiko bawaan F: jumlah nilai gabungan=∑ 𝐸
B: nilai manajemen & pengendalian 4
G: total nilai risiko bersih = √𝐹
C: nilai pengujian risiko = (A+B)/2 H: jumlah nilai gabungan pendanaan
D: bobot risiko I: total nilai risiko dukungan dana =
E: nilai gabungan risiko = C4 x D 4
√𝐻
J: nilai risiko keseluruhan =
4
= √(G 4 x50%) + (I4 x50%)

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Januari 2015
KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS
PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,
LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN
LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA
OTORITAS JASA KEUANGAN,

Ttd.

Salinan sesuai dengan aslinya FIRDAUS DJAELANI


Direktur Hukum I
Departemen Hukum,

Ttd.
Ttd.

Sudarmaji
LAMPIRAN II

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN


NOMOR 3/SEOJK.05/2015

TENTANG

PENILAIAN TINGKAT RISIKO


PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI
-1-

Laporan Hasil Penilaian Tingkat Risiko


Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

Nama Perusahaan :
Jenis Usaha : (1) Jiwa (2) Umum (3) Reasuransi
Tanggal Penilaian :
Tanggal Laporan :

A. Informasi Umum

Pemegang Saham atau yang setara :


Nama Nilai Kepemilikan Persentase
Kepemilikan

Direksi atau yang setara :


Nama Jabatan Masa Jabatan

Dewan Komisaris atau yang setara :


Nama Jabatan Masa Jabatan

Informasi Keuangan Per Tanggal Penilaian


Uraian Nilai (Rupiah)*
Aset
Investasi
-2-

Uraian Nilai (Rupiah)*


Utang
Cadangan Teknis
Premi Bruto**
Klaim Bruto**
Jumlah Tingkat Solvabilitas
Jumlah Modal Minimum Berbasis Risiko (MMBR)
Rasio Pencapaian Solvabilitas (%)
Jumlah Pemegang Polis (orang)

*kecuali untuk rasio pencapaian tingkat solvabilitas dan jumlah pemegang polis
**Untuk periode satu tahun terakhir sejak tanggal penilaian

B. Ikhtisar Penilaian Tingkat Risiko

Nilai Risiko
Jenis Risiko Bobot
Risiko Bersih

1. Kepengurusan
2. Tata Kelola
3. Strategi
3.1 Risiko Bawaan
3.2 Manajemen dan
Pengendalian
4. Operasional
4.1 Risiko Bawaan
4.2 Manajemen dan
Pengendalian
5. Aset dan Liabilitas
5.1 Risiko Bawaan
5.2 Manajemen dan
Pengendalian
6. Asuransi
6.1 Risiko Bawaan
6.2 Manajemen dan
Pengendalian
-3-

Nilai Risiko
Jenis Risiko Bobot
Risiko Bersih

Total Nilai Risiko Bersih


1. Kemampuan Pendanaan (Permodalan)
2. Tambahan Pendanaan (Permodalan)
Dukungan Dana (Permodalan)
1. Total Nilai Risiko Bersih
2. Total Nilai Risiko Dukungan Dana (Permodalan)
Nilai Risiko Keseluruhan
Tingkat Risiko

C. Deskripsi Risiko

Deskripsi Umum

Deskripsi per Jenis Risiko

Risiko Kepengurusan Nilai Risiko: ... Tingkat Risiko: ...


Keterangan:

Risiko Tata Kelola Nilai Risiko: ... Tingkat Risiko: ...


Keterangan:
-4-

Risiko Strategi Nilai Risiko: ... Tingkat Risiko: ...


Risiko Bawaan Nilai:
Keterangan:

Manajemen dan Pengendalian Nilai:


Keterangan:

Risiko Operasional Nilai Risiko: ... Tingkat Risiko: ...


Risiko Bawaan Nilai:
Keterangan:

Manajemen dan Pengendalian Nilai:


Keterangan:

Risiko Aset dan Liabilitas Nilai Risiko: ... Tingkat Risiko: ...
Risiko Bawaan Nilai:
Keterangan:

Manajemen dan Pengendalian Nilai:


Keterangan:

Risiko Asuransi Nilai Risiko: ... Tingkat Risiko: ...


Risiko Bawaan Nilai:
Keterangan:

Manajemen dan Pengendalian Nilai:


Keterangan:

Risiko Dukungan Dana Nilai Risiko: ... Tingkat Risiko: ...


(Permodalan)
Kemampuan Pendanaan Nilai:
(Permodalan)
Keterangan:

Tambahan Pendanaan (Permodalan) Nilai:


Keterangan:
-5-

Mengetahui, Disusun oleh:


Nama: Nama:
Jabatan: Jabatan:

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Januari 2015
KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS
PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,
LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN
LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA
OTORITAS JASA KEUANGAN,

Ttd.

Salinan sesuai dengan aslinya FIRDAUS DJAELANI


Direktur Hukum I
Departemen Hukum,

Ttd.
Ttd.

Sudarmaji
LAMPIRAN III

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN


NOMOR 3/SEOJK.05/2015

TENTANG

PENILAIAN TINGKAT RISIKO


PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI
-1-

RENCANA TINDAK LANJUT ATAS PENILAIAN TINGKAT RISIKO


PERUSAHAAN ASURANSI/REASURANSI

1. Nama :
2. Jenis Usaha : (1) Jiwa
(2) Umum
(3) Reasuransi
3. Tanggal Penilaian Tingkat :
Risiko
4. Tanggal Laporan :
5. Tingkat Risiko: 6. Nilai Risiko :

7. Jenis 8. Penyebab 9. Rencana Tindak 10. Target 11. PIC


Risiko Risiko Lanjut Waktu

Disusun oleh
12. Nama : 13. Tanda Tangan
14. Jabatan :

Mengetahui
15. Nama : 16. Tanda Tangan
17. Jabatan :
-2-

Pedoman Pengisian:
1. Diisi nama Perusahaan Asuransi atau Reasuransi.
2. Diisi jenis Perusahaan Asuransi atau Reasuransi dengan memilih salah
satu dari daftar yang ada.
3. Diisi tanggal penilaian tingkat risiko yang menjadi dasar rencana tindak
lanjut.
4. Diisi tanggal laporan penilaian tingkat risiko ditandatangani.
5. Diisi tingkat risiko Perusahaan Asuransi atau Reasuransi sesuai hasil
penilaian tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada angka 3.
6. Diisi nilai risiko Perusahaan Asuransi atau Reasuransi sesuai hasil
penilaian tingkat risiko sebagaimana dimaksud pada angka 3.
7. Diisi jenis risiko sebagaimana dimaksud dalam POJK nomor
10/POJK.05/2014 tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank.
8. Diisi penyebab risiko.
9. Diisi rencana berbagai langkah tindak lanjut yang akan dilakukan untuk
menurunkan tingkat risiko untuk setiap jenis area risiko.
10. Diisi target waktu pelaksanaan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk
setiap langkah tindak lanjut, dapat berupa tanggal penyelesaian tindak
lanjut atau tanggal dimulai dan selesainya tindak lanjut apabila target
waktu dimulainya tindak lanjut tidak segera setelah rencana tindak lanjut
disusun.
11. Diisi unit yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tindak lanjut.
12. Diisi nama pejabat yang menyusun rencana tindak lanjut penilaian tingkat
risiko Perusahaan Asuransi atau Reasuransi.
13. Diisi tanda tangan pejabat yang menyusun rencana tindak lanjut.
14. Diisi nama jabatan dari pejabat yang menyusun rencana tindak lanjut
penilaian tingkat risiko Perusahaan Asuransi atau Reasuransi.
15. Diisi nama direksi atau yang setara pada Perusahaan Asuransi atau
Reasuransi yang menangani manajemen risiko Perusahaan Asuransi atau
Reasuransi.
16. Diisi tanda tangan direksi atau yang setara pada Perusahaan Asuransi atau
Reasuransi yang menangani manajemen risiko.
-3-

17. Diisi nama jabatan dari direksi atau yang setara pada Perusahaan Asuransi
atau Reasuransi yang menangani manajemen risiko Perusahaan Asuransi
atau Reasuransi.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Januari 2015
KEPALA EKSEKUTIF PENGAWAS
PERASURANSIAN, DANA PENSIUN,
LEMBAGA PEMBIAYAAN, DAN
LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA
OTORITAS JASA KEUANGAN,

Ttd.

Salinan sesuai dengan aslinya FIRDAUS DJAELANI


Direktur Hukum I
Departemen Hukum,

Ttd.
Ttd.

Sudarmaji
OTORITAS JASA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN


NOMOR 1/POJK.07/2014

TENTANG

LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA


DI SEKTOR JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa rangkaian perlindungan Konsumen mencakup


edukasi, pelayanan informasi, dan Pengaduan hingga
fasilitasi penyelesaian Pengaduan;

b. bahwa dalam penyelesaian Pengaduan oleh Lembaga


Jasa Keuangan seringkali tidak tercapai kesepakatan
antara Konsumen dengan Lembaga Jasa Keuangan;

c. bahwa untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan


Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang
mampu menyelesaikan Sengketa secara cepat, murah,
adil, dan efisien;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di
Sektor Jasa Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang


Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253);

2. Undang-Undang ...
-2-

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3872);
3. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan (Lembaran Negara Tahun 2013
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5431);

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG


LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI
SEKTOR JASA KEUANGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini, yang dimaksud dengan:

1. Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah


lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain,
yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan.

2. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga yang


melakukan penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

3. Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah kumpulan


Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh OJK.

4. Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan


di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.

5. Perbankan ...
-3-

5. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,


mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan syariah
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan
dan undang-undang mengenai perbankan syariah.

6. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran


Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
mengenai pasar modal.

7. Perasuransian adalah usaha perasuransian yang bergerak di sektor


usaha asuransi, yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun
dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan
perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi
terhadap timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti
atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang, usaha reasuransi,
dan usaha penunjang usaha asuransi yang menyelenggarakan jasa
keperantaraan, penilaian kerugian asuransi dan jasa aktuaria,
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai usaha
perasuransian.

8. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan


program yang menjanjikan manfaat pensiun sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang mengenai dana pensiun.

9. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan


pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan
mengenai lembaga pembiayaan.

10. Lembaga Jasa Keuangan Lainnya adalah pergadaian, lembaga


penjaminan, lembaga pembiayaan ekspor Indonesia, perusahaan
pembiayaan sekunder perumahan, dan lembaga yang
menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib,
meliputi penyelenggara program jaminan sosial, pensiun, dan
kesejahteraan, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-

undangan ...
-4-

undangan mengenai pergadaian, penjaminan, lembaga pembiayaan


ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, dan
pengelolaan dana masyarakat yang bersifat wajib, serta lembaga jasa
keuangan lain yang dinyatakan diawasi oleh OJK berdasarkan
peraturan perundang-undangan.

11. Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau


memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan
antara lain nasabah pada Perbankan, pemodal di Pasar Modal,
pemegang polis pada Perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun,
berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

12. Pengaduan adalah penyampaian ungkapan ketidakpuasan Konsumen


yang disebabkan oleh adanya kerugian atau potensi kerugian finansial
pada Konsumen yang diduga terjadi karena kesalahan atau kelalaian
Lembaga Jasa Keuangan dalam kegiatan penempatan dana oleh
Konsumen pada Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pemanfaatan
pelayanan dan/atau produk Lembaga Jasa Keuangan.

13. Sengketa adalah perselisihan antara Konsumen dengan Lembaga Jasa


Keuangan dalam kegiatan penempatan dana oleh Konsumen pada
Lembaga Jasa Keuangan dan/atau pemanfaatan pelayanan dan/atau
produk Lembaga Jasa Keuangan setelah melalui proses penyelesaian
Pengaduan oleh Lembaga Jasa Keuangan.

BAB II
PENYELESAIAN PENGADUAN OLEH LEMBAGA JASA KEUANGAN

Pasal 2

(1) Pengaduan wajib diselesaikan terlebih dahulu oleh Lembaga Jasa


Keuangan.

(2) Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian Pengaduan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsumen dan Lembaga Jasa
Keuangan dapat melakukan penyelesaian Sengketa di luar pengadilan
atau melalui pengadilan.

(3) Penyelesaian ...


-5-

(3) Penyelesaian Sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dilakukan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.

(4) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) dimuat dalam Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
yang ditetapkan oleh OJK.

(5) Penyelesaian Sengketa melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian


Sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bersifat rahasia.

Pasal 3

(1) Lembaga Jasa Keuangan wajib menjadi anggota Lembaga Alternatif


Penyelesaian Sengketa di sektor jasa keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4).

(2) Dalam hal Lembaga Jasa Keuangan melakukan kegiatan usaha lintas
sektor jasa keuangan, maka Lembaga Jasa Keuangan tersebut hanya
wajib menjadi anggota pada 1 (satu) Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa yang sesuai dengan kegiatan usaha utamanya.

(3) Lembaga Jasa Keuangan wajib melaksanakan putusan Lembaga


Alternatif Penyelesaian Sengketa.

BAB III
DAFTAR LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 4

Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dimuat dalam Daftar


Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan oleh OJK
meliputi Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang:

a. mempunyai layanan penyelesaian Sengketa paling kurang berupa:


1) mediasi;

2) ajudikasi; dan

3) arbitrase.

b. mempunyai peraturan yang meliputi:


1) layanan penyelesaian Sengketa;

2) prosedur penyelesaian Sengketa;

3) biaya ...
-6-

3) biaya penyelesaian Sengketa;

4) jangka waktu penyelesaian Sengketa;

5) ketentuan benturan kepentingan dan afiliasi bagi mediator,


ajudikator, dan arbiter; dan

6) kode etik bagi mediator, ajudikator, dan arbiter;

c. menerapkan prinsip aksesibilitas, independensi, keadilan, dan efisiensi


dan efektifitas dalam setiap peraturannya;
d. mempunyai sumber daya untuk dapat melaksanakan pelayanan
penyelesaian Sengketa; dan
e. didirikan oleh Lembaga Jasa Keuangan yang dikoordinasikan oleh
asosiasi dan/atau didirikan oleh lembaga yang menjalankan fungsi self
regulatory organization.

BAB IV
PRINSIP LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
Bagian Kesatu
Prinsip Aksesibilitas

Pasal 5

(1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki skema layanan


penyelesaian Sengketa yang mudah diakses oleh Konsumen.

(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengembangkan strategi


komunikasi untuk meningkatkan akses Konsumen terhadap layanan
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dan meningkatkan
pemahaman Konsumen terhadap proses penyelesaian Sengketa yang
dilaksanakan oleh Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.

(3) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa menyediakan layanan yang


mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Bagian Kedua

Prinsip Independensi

Pasal 6

(1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai organ pengawas


yang memastikan bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan fungsinya.

(2) Lembaga ...


-7-

(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dilarang memberikan hak


veto kepada anggotanya.

(3) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa berkonsultasi dengan


pemangku kepentingan yang relevan dalam menyusun atau mengubah
peraturan sebelum mengimplementasikannya.

(4) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai sumber daya


yang memadai untuk melaksanakan fungsinya dan tidak tergantung
kepada Lembaga Jasa Keuangan tertentu.

Bagian Ketiga

Prinsip Keadilan

Pasal 7

(1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki peraturan dalam


pengambilan putusan, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. mediator benar-benar bertindak sebagai fasilitator dalam rangka


mempertemukan kepentingan para pihak yang bersengketa untuk
memperoleh kesepakatan penyelesaian;

b. ajudikator dan arbiter dilarang mengambil putusan berdasarkan


pada informasi yang tidak diketahui para pihak; dan

c. ajudikator dan arbiter wajib memberikan alasan tertulis dalam


setiap putusannya.

(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan alasan tertulis


atas penolakan permohonan penyelesaian Sengketa dari Konsumen
dan/atau Lembaga Jasa Keuangan.

Bagian Keempat
Prinsip Efisiensi dan Efektifitas

Pasal 8

(1) Peraturan penyelesaian Sengketa pada Lembaga Alternatif


Penyelesaian Sengketa mengatur tentang jangka waktu penyelesaian
Sengketa.

(2) Lembaga ...


-8-

(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengenakan biaya murah


kepada Konsumen dalam penyelesaian Sengketa.

(3) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki peraturan


penyelesaian Sengketa yang memuat ketentuan yang memastikan
bahwa anggotanya mematuhi dan melaksanakan setiap putusan
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.

(4) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengawasi pelaksanaan


putusan.

BAB V
PELAPORAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
DI SEKTOR JASA KEUANGAN

Pasal 9

(1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang dimuat dalam Daftar


Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan oleh OJK
menyampaikan laporan berkala setiap 6 (enam) bulan yaitu pada bulan
Juni dan Desember kepada OJK, paling lambat pada tanggal 10 bulan
berikutnya.

(2) Dalam hal tanggal pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
jatuh pada hari libur, laporan disampaikan paling lambat pada hari
kerja berikutnya.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat informasi paling
kurang:

a. jumlah permohonan penyelesaian Sengketa;

b. demografi dari Konsumen yang mengajukan permohonan


penyelesaian Sengketa;

c. jumlah permohonan penyelesaian Sengketa yang ditolak karena


tidak memenuhi persyaratan (termasuk alasan penolakan);

d. Sengketa yang masih dalam proses penyelesaian;

e. jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masing-


masing Sengketa;

f. jenis ...
-9-

f. jenis layanan dan/atau produk yang menjadi Sengketa; dan

g. jumlah Sengketa yang telah diputus dan hasil monitoring atas


pelaksanaan putusan dimaksud.

BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 10

(1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dibentuk oleh Lembaga Jasa


Keuangan yang dikoordinasikan oleh asosiasi masing-masing sektor
jasa keuangan.

(2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa bagi sektor perbankan,


pembiayaan, penjaminan, dan pergadaian wajib dibentuk paling lambat
tanggal 31 Desember 2015.

Pasal 11

(1) Dalam hal Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) belum terbentuk, maka Konsumen
dapat mengajukan permohonan fasilitasi penyelesaian Sengketa kepada
OJK.

(2) Fasilitasi Sengketa oleh OJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan OJK yang
mengatur mengenai Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

BAB VII
SANKSI
Pasal 12

(1) Lembaga Jasa Keuangan yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Peraturan OJK ini dikenakan sanksi administratif
antara lain:

a. peringatan tertulis;

b. denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;

c. pembatasan kegiatan usaha;

d. pembekuan kegiatan usaha; dan/atau

e. pencabutan izin kegiatan usaha.

(2) Sanksi ...


- 10 -

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d,
atau huruf e dapat dikenakan dengan atau tanpa didahului pengenaan
sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.

(3) Sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
dikenakan secara tersendiri atau secara bersama-sama dengan
pengenaaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, huruf
d, atau huruf e.

(4) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
ditetapkan OJK berdasarkan ketentuan tentang sanksi administratif
berupa denda yang berlaku untuk setiap sektor jasa keuangan.

(5) OJK dapat mengumumkan pengenaan sanksi administratif


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada masyarakat.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 13

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 16 Januari 2014
KETUA DEWAN KOMISIONER
OTORITAS JASA KEUANGAN,

Ttd.

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Januari 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 12


Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Bagian Bantuan Hukum
Direktorat Hukum,

Ttd.

Mufli Asmawidjaja
- 11 -

PENJELASAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN


NOMOR 1/POJK.07/20140000

TENTANG

LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA


DI SEKTOR JASA KEUANGAN

I. UMUM

Perlindungan Konsumen di sektor jasa keuangan bertujuan untuk


menciptakan sistem perlindungan Konsumen yang andal, meningkatkan
pemberdayaan Konsumen, dan menumbuhkan kesadaran Lembaga
Jasa Keuangan sehingga mampu meningkatkan kepercayaan
masyarakat pada sektor jasa keuangan.

Perlindungan Konsumen merupakan rangkaian kebijakan dan


pelaksanaan kegiatan yang mencakup edukasi, pelayanan informasi,
dan pengaduan serta fasilitasi penyelesaian Sengketa bagi Konsumen
sektor jasa keuangan dan masyarakat pengguna jasa keuangan.

Mekanisme penyelesaian Pengaduan di sektor jasa keuangan ditempuh


melalui 2 (dua) tahapan yaitu penyelesaian Pengaduan yang dilakukan
oleh Lembaga Jasa Keuangan (internal dispute resolution) dan
penyelesaian Sengketa melalui lembaga peradilan atau lembaga di luar
peradilan (external dispute resolution).

Penyelesaian Pengaduan oleh Lembaga Jasa Keuangan dilakukan


berdasarkan azas musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam
penyelesaian Pengaduan tidak selalu tercapai kesepakatan antara
Konsumen dengan Lembaga Jasa Keuangan. Dalam rangka melindungi
Konsumen, diperlukan adanya suatu mekanisme penyelesaian Sengketa
antara Konsumen dengan Lembaga Jasa Keuangan di eksternal
Lembaga Jasa Keuangan melalui lembaga peradilan atau lembaga di
luar peradilan.

Penyelesaian ...
- 12 -

Penyelesaian Sengketa melalui lembaga di luar peradilan dapat


dilakukan oleh Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa. Sejalan
dengan karakteristik dan perkembangan di sektor jasa keuangan yang
senantiasa cepat, dinamis, dan penuh inovasi, maka Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa di luar peradilan memerlukan prosedur yang
cepat, berbiaya murah, dengan hasil yang obyektif, relevan, dan adil.
Penyelesaian Sengketa melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa bersifat rahasia sehingga masing-masing pihak yang
bersengketa lebih nyaman dalam melakukan proses penyelesaian
Sengketa, dan tidak memerlukan waktu yang lama karena didesain
dengan menghindari kelambatan prosedural dan administratif. Selain
itu, penyelesaian Sengketa melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki keahlian
sesuai dengan jenis Sengketa, sehingga dapat menghasilkan putusan
yang obyektif dan relevan.

Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, OJK menerbitkan peraturan


mengenai Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di sektor jasa
keuangan. Dalam melakukan fungsinya, Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa memenuhi beberapa prinsip yaitu aksesibilitas,
independensi, keadilan, dan efisiensi dan efektifitas.

Agar Konsumen dan Lembaga Jasa Keuangan memperoleh tempat


penyelesaian Sengketa yang memenuhi prinsip-prinsip tersebut di atas,
OJK menetapkan Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di
sektor jasa keuangan.

Dalam rangka menerapkan prinsip aksesibilitas, Lembaga Alternatif


Penyelesaian Sengketa mengembangkan strategi komunikasi. Hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses Konsumen terhadap
layanan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dan meningkatkan
pemahaman Konsumen terhadap proses penyelesaian Sengketa
alternatif. Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa bersifat
independen dalam artian tidak memiliki ketergantungan kepada
Lembaga Jasa Keuangan tertentu. Mediator, ajudikator, dan arbiter
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa bersifat adil dalam

menjalankan ...
- 13 -

menjalankan tugasnya, yaitu mediator benar-benar bertindak sebagai


fasilitator demi tercapainya kesepakatan penyelesaian dan kewajiban
bagi ajudikator dan arbiter untuk memberikan alasan tertulis dalam
setiap putusannya.

Pemenuhan prinsip efisiensi dan efektifitas dilakukan oleh Lembaga


Alternatif Penyelesaian Sengketa melalui penentuan jangka waktu
penyelesaian Sengketa, jangka waktu pelaksanaan putusan, dan
pengenaan biaya murah dalam penyelesaian Sengketa.

Dengan tersedianya mekanisme penyelesaian Sengketa di sektor jasa


keuangan melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang
menerapkan prinsip-prinsip aksesibilitas, independensi, keadilan, dan
efisiensi dan efektifitas, rangkaian sistem perlindungan Konsumen akan
meningkatkan kepercayaan Konsumen kepada Lembaga Jasa Keuangan
dan membawa dampak positif bagi perkembangan industri jasa
keuangan dalam mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Ayat (5)
Yang dimaksud dengan penyelesaian sengketa bersifat
rahasia adalah bersifat tertutup dan putusannya tidak
diumumkan.
Pasal 3 ...
- 14 -

Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Contoh Lembaga Jasa Keuangan yang melakukan kegiatan
lintas sektor jasa keuangan adalah sebagai berikut:
PT Bank XYZ Tbk melakukan kegiatan usaha utama sebagai
bank umum yang telah melakukan penawaran umum, juga
menjadi agen penjual asuransi, menjadi bank
kustodian, serta bertindak sebagai agen penjual efek reksa
dana, sehingga PT XYZ Tbk melakukan kegiatan lintas
sektor jasa keuangan yaitu di sektor Perbankan,
Perasuransian, dan Pasar Modal. PT XYZ Tbk tersebut hanya
wajib menjadi anggota pada 1 (satu) Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa yaitu sektor Perbankan.

Ayat (3)
Putusan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengikat
Lembaga Jasa Keuangan. Yang dimaksud dengan “putusan”
termasuk akta kesepakatan mediasi.

Pasal 4
Huruf a
1) Yang dimaksud dengan “mediasi” adalah cara
penyelesaian Sengketa melalui pihak ketiga yang
ditunjuk oleh pihak yang bersengketa untuk membantu
pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan.
2) Yang dimaksud dengan “ajudikasi” adalah cara
penyelesaian Sengketa melalui pihak ketiga yang
ditunjuk para pihak yang bersengketa untuk
menjatuhkan putusan atas Sengketa yang timbul
diantara pihak dimaksud.
Putusan ajudikasi mengikat kepada Lembaga Jasa
Keuangan. Apabila Konsumen menyetujui putusan
ajudikasi meskipun Lembaga Jasa Keuangan tidak

menyetujuinya ...
- 15 -

menyetujuinya, maka Lembaga Jasa Keuangan wajib


melaksanakan putusan ajudikasi. Sebaliknya apabila
Konsumen tidak menyetujui putusan ajudikasi
walaupun Lembaga Jasa Keuangan menyetujuinya maka
putusan tidak dapat dilaksanakan.
3) Yang dimaksud dengan “arbitrase” adalah cara
penyelesaian suatu Sengketa perdata di luar peradilan
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.

Huruf b
Cukup jelas.

Huruf c
Cukup jelas.

Huruf d
Yang dimaksud dengan “sumber daya” meliputi antara lain
sumber daya manusia (mediator, ajudikator, arbiter,
pengelola administrasi dan lain-lain), sarana dan prasarana.

Huruf e
Yang dimaksud dengan “lembaga yang menjalankan fungsi
self regulatory organization” antara lain Bursa Efek,
Lembaga Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian.

Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “mudah diakses” antara lain
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa menyediakan
sarana yang memudahkan Konsumen untuk mengetahui
jenis layanan penyelesaian Sengketa.

Ayat (2)
Contoh pengembangan strategi komunikasi untuk
meningkatkan pemahaman Konsumen terhadap proses
penyelesaian Sengketa antara lain melalui website Lembaga

Alternatif ...
- 16 -

Alternatif Penyelesaian Sengketa atau dalam brosur yang


disediakan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Ayat (3)
Dalam menyediakan layanan yang mencakup seluruh
wilayah Indonesia, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa
tidak harus memiliki kantor di setiap wilayah Indonesia,
namun Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dapat
menyediakan layanan dengan memanfaatkan teknologi
informasi antara lain alat teleconference dan/atau video
conference.

Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “organ pengawas” antara lain dewan
penasihat atau dewan pengawas yang tugasnya melakukan
pengawasan terhadap kegiatan Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa.

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “hak veto” antara lain hak untuk
mengganti pengurus atau mengubah peraturan Lembaga
Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pemangku kepentingan” antara lain
asosiasi atau perhimpunan Konsumen atau lembaga yang
bergerak di bidang perlindungan Konsumen dan asosiasi
atau perhimpunan Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan
masing-masing sektor.

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “sumber daya” antara lain sumber
daya manusia, sarana, dan prasarana.

Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.

Huruf b ...
- 17 -

Huruf b
Dalam hal ajudikator atau arbiter memiliki informasi
dari pihak di luar para pihak yang bersengketa, dan
informasi tersebut digunakan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan putusan, maka ajudikator
atau arbiter harus menyampaikan informasi dimaksud
kepada para pihak.

Huruf c
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “jangka waktu” adalah jangka waktu
penyelesaian sengketa pada tahap mediasi, ajudikasi, dan
arbitrase.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Contoh ketentuan untuk memastikan bahwa anggota
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mematuhi dan
melaksanakan setiap putusan Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa adalah ketentuan mengenai jangka
waktu pelaksanaan putusan dimaksud.
Yang dimaksud dengan “putusan” termasuk akta
kesepakatan mediasi.

Ayat (4)
Cukup jelas.

Pasal 9
Ayat (1)
Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada ...
- 18 -

kepada Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen,


Direktorat Pembelaan Hukum Perlindungan Konsumen OJK
dengan alamat:
Gedung Radius Prawiro Lantai 2
Komplek Perkantoran Bank Indonesia
Jalan M.H. Thamrin Nomor 2
Jakarta Pusat 10350

Ayat (2)
Cukup jelas.

Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Contoh pembentukan Lembaga Alternatif Penyelesaian
Sengketa di sektor Perbankan dibentuk oleh bank-bank yang
dikoordinasikan oleh asosiasi di sektor Perbankan, misalnya
Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Himpunan Bank
Milik Negara (Himbara), Perhimpunan Bank Perkreditan
Rakyat Indonesia (Perbarindo), Asosiasi Bank Pembangunan
Daerah (Asbanda), Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(Asbisindo), dan Asosiasi Bank Asing Indonesia.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.

Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas.

Pasal 13
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5499

Anda mungkin juga menyukai