Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman yang modern ini berbagai kajian ilmu matematika telah

berkembang pesat. Bukan hanya sebatas hitung menghitung

menggunakan skala statistik, nilai, angka-angka real, kalkulus dan

peluang. Akan tetapi, perkembangan ilmu matematika juga terjadi

didasarkan pada penalaran – penalaran yang logis atas sistem

matematis. Penalaran yang dilakukan oleh para ahli matematika

diperoleh atas realita kehidupan yang nyata yang dirasakan oleh

manusia. Perkembangan dan aplikasi dan bagian matematika ini sangat

dirasakan oleh manusia di berbagai kehidupan. Penalaran inilah dalam

bahasa matematika sering disebut logika.

Theresia Tirta Saputro (1992:3) berpendapat bahwa logika

merupakan suatu aktivitas manusia yang berkaitan dengan

penggunaan akal dan pikiran sehingga menghasilkan suatu penalaran

dengan kebenaran – kebenaran yang dapat dibuktikan secara

matematis. Meskipun tanpa perhitungan melalui angka-angka atau

dengan statistik, tetapi dapat diuji dan masuk akal akan kebenarannya.

Logika sebagai suatu metode atau teknik yang digunakan untuk meneliti

ketepatan penalaran.

Pada abad ke-18 Masehi, G.W.Leibniz. ahli matematika

berkebangsaan Jerman, pertama kali mempelajari logika simbolik. Ahli

1
matematika yang lainnya yang berjasa dalam pengembangan logika

simbolik adalah George Boole, Leonard Euler, dan Bertrand Russel

(Sartono Wirodikromo dkk, 1999:5).

Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani “logos” yang

berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bias juga berarati ilmu

pengetahuan. Dalam arti luas, logika adalah sebuah metode dan

prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas antara pealaran

yang benar dengan penalaran yang salah (Kusumah, 1986:1). Proses

berpikir yang terjadi disaat menurunkan atau menarik kesimpulan dari

pernyataan-pernyataan yang diketahui benar atau dianggap benar itu

biasanya disebut dengan penalaran.

Hal ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah

bahwa logika, penalaran dan argumentasi sangat sering digunakan

dalam kehidupan nyata sehari-hari. Merupakan matakuliah penting

terutama bagi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam seperti

Ilmu Komputer. Topik ini sangat penting karena dapat meningkatkan

daya nalar mahasiswa dan dapat diaplikasikan di dalam kehidupan

nyata dan pada saat mempelajari matakuliah lainnya.

Oleh karena itu, kompetensi yang hendak dicapai adalah agar para

mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal

2
mengembangkan dan memanfaatkan logika yang dimiliki serta

menambah pengetahuan tentang mata kuliah Logika Matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari logika matematika?

2. Apa yang dimaksud konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi?

3. Bagaimanakah invers, konvers, dan kontraposisi itu?

4. Apa itu bilangan berkuantor?

5. Bagaimana penarikan kesimpulan terakhirnya?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun tujuan

penulis dalam merumuskan masalah tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari logika mate matika

2. Untuk mengetahui konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi

3. Untuk mengetahui invers, konvers, dan kontroposisi dalam logika

matematika.

4. Untuk mengetahui apa itu bilangan berkuantor.

5. Untuk mengetahui penarikan kesimpulan dalam logika matematika.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian logika Matematika

Logika Matematika atau Logika Simbol ialah logika yang

menggunakan bahasa Matematika, yaitu dengan menggunakan

lambang-lambang atau simbol-simbol. Logika matematika akan

memberikan landasan tentang bagaimana cara mengambil kesimpulan.

Hal paling penting mempelajari logika matematika adalah kemampuan

dalam mengambil dan menentukan kesimpulan mana yang benar atau

salah.

B. Operasi Negasi

Operasi negasi atau lingkaran adalah operasi yang dikenakan

hanya pada suatu pernyataan. Operasi negasi dilambangkan “~”. Jika

P adalah pernyataan tunggal, maka ~p adalah pernyataan majemuk.

Negasi dari suatu pernyataan yang bernilai benar adalah salah dan

negasi dari suatu pernyataan yang bernilai salah adalah benar.

Definisi: Suatu pernyataan dan negasinya mempunyai nilai

kebenaran yang berlawanan.

Definisi diatas dapat ditulis dalam tabel kebenaran sbb:

Tabel 1
𝑝 ~𝑞
B S
S B
Contoh:
p : Jakarta ibukota negara Republik Indonesia
~ p : Jakarta bukan ibukota negara Republik Indonesia

4
C. Konjungsi

Konjungsi adalah pernyataan baru yang dinyatakan dari dua

pernyataan dengan kata hubung “dan”. Kalau tersebut dinotasikan

dengan "" . Dua pernyataan 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk 𝑝 ∧

𝑞 disebut konjungsi dan dibaca 𝑝 dan 𝑞. Suatu pernyataan yang apabila

kedua-duanya memenuhi permintaan benar (B) maka jawabannya

benar. Jika tidak demikian maka salah.

Nilai kebenaran konjungsi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini

Tabel 2
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞
B B B
B S S
S B S
S S S
Contoh :
1. ~𝑝 ∧ 𝑞
𝑝 𝑞 ∼𝑝 ~𝑝 ∧ 𝑞
B B S S
B S S S
S B B B
S S B S

2. 𝑝 : Dana lahir di Madura


𝑞 : Dana Kuliah di Malang
𝑝 ∧ 𝑞 : Dana lahir di Madura dan Kuliah di Malang

D. Disjungsi

Apabila terdapat dua pernyataan, dapat dibentuk sebuah

pernyataan baru dengan kata penghubung “atau” yang dinotasikan “∨”.

5
Dua pernyataan 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk 𝑝 ∨ 𝑞 disebut

disjungsi dan dibaca 𝑝 atau 𝑞. Sesuatu pernyataan apabila salah

satunya benar, maka pernyataan disjungsi benar, jika tidak demikian

bernilai salah.

Nilai kebenaran disjungsi disajikan dengan tabel kebenaran

dibawah ini.

Tabel 3
𝑝 𝑞 𝑝∨𝑞
B B B
B S B
S B B
S S S

Contoh :
1. ∼ 𝑝 ∨∼ 𝑞

𝑝 𝑞 ∼𝑝 ∼𝑞 ∼ 𝑝 ∨∼ 𝑞
B B S S S
B S S B B
S B B S B
S S B B B

2. 𝑝 : Zahro membeli baju

𝑞 ∶ Zahro membeli tas

𝑝 ∨ 𝑞 ∶ Zahro membeli baju atau tas

3. Diketahui :

p : Siswa MA Nurul Huda memenangkan piala olimpiade

matematika

6
q : Siswa MA Nurul Huda menjadi juara

Ditanya : Buatlah tabel kebenarannya

Penyelesaian

P : Siswa MA Nurul Huda memenangkan piala

olimpiade matematika

q : Siswa MA Nurul Huda menjadi juara

p∨q : Siswa MA Nurul Huda memenangkan piala

olimpiade matematika atau menjadi juara

Tabel kebenarannya adalah :


p q p∨q
Siswa MA Nurul Huda Siswa MA Nurul Siswa MA Nurul Huda meme-
memenangkan piala Huda menjadi nangkan piala olimpiade mate-
olimpiade matematika (B) juara (B) matika atau menjadi juara (B)
Siswa MA Nurul Huda Siswa MA Nurul Siswa MA Nurul Huda
memenangkan piala Huda tidak memenangkan piala olimpiade
olimpiade matematika (B) menjadi juara matematika (B)
(S)
Siswa MA Nurul Huda Siswa MA Nurul Siswa MA Nurul Huda menjadi
tidak memenangkan piala Huda menjadi juara (B)
olimpiade matematika (S) juara (B)
Siswa MA Nurul Huda Siswa MA Nurul Tidak mendapat juara (S)
tidak memenangkan piala Huda tidak
olimpiade matematika (S) menjadi juara
(S)

7
E. Implikasi

Suatu pernyataan kebenaran dari p dan q dalam bentuk implikasi

dinyatakan dengan pernyataan baru yaitu “Jika p maka q”. Hal ini

dinotasikan dengan “p  q” atau 𝑝 ⇒ 𝑞. Sebuah pernyataan implikasi

hanya salah jika antesedennya benar konsekwennya salah, dalam

kemungkinan lainnya implikasi bernilai benar atau yang lebih mudah

dipahami suatu pernyataan apabila p benar, q salah bernilai salah. Bila

tidak demikian bernilai benar. Jadi pernyataan p ⇒ q terjadi pernyataan

salah, hanya karena p benar, q salah.

Nilai kebenaran implikasi disajikan dengan tabel kebenaran dibawah ini.

Tabel 4
𝑝 𝑞 𝑝⇒𝑞
B B B
B S S
S B B
S S B
Contoh :
1) 𝑝 ⇒ (𝑝 ∧ 𝑞)
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞 𝑝 ⇒ (𝑝 ∧ 𝑞)
B B B B
B S S S
S B S B
S S S B

2) 𝑝 : Lisa memilih jurusan IPA


𝑞 : Nilai rata-rata dibidang studi MIPA sekurang-kurangnya 8
𝑝 ⇒ 𝑞 : Lisa memilih jurusan IPA maka nilai rata-rata bidang studi
MIPA sekurang- kurangnya 8

8
Dalam implikasi terdapat implikasi logis sebagai salah satu bentuk

ekuivalensi logis dalam logika matematika. Dibawah ini akan diuraikan

mengenai implikasi logis, namun terlebih dahulu akan diuraikan bentuk-

bentuk pernyataan logika matematika yaitu tautologi dan kontradiksi.

a. Tautologi

Tautologi adalah suatu pernyataan yang selalu bernilai benar

untuk nilai suatu kebenaran atau sebuah pernyataan majemuk yang

benar dalam segala hal, tanpa memandang nilai kebenaran dari

komponen-komponennya.

Untuk menentukan atau membuktikan apakah suatu

pernyataan merupakan tautologi. Kita dapat menggunakan tabel

kebenaran berikut ini :

Tabel 5
p q p  q (p  q)⇒q
B B B B
B S S B
S B S B
S S S B

Pada kolom terakhir terdapat ( p  q ) ⇒ q yaitu notasi tautologi


yang terbentuk dari pernyataan “jika ( p dan q ) maka q”. Yang nilai
kebenarannya selalu benar untuk semua komponen –
komponennya.
b. Kontradiksi

Kontradiksi adalah suatu pernyataan yang selalu bernilai salah

untuk setiap nilai kebenaran atau suatu bentuk pernyataan yang

hanya mempunyai contoh substitusi yang salah. Dalam sebuah

9
pernyataan majemuk yang salah dalam segala hal tanpa

memandang nilai kebenaran dari komponen-komponennya.

Hal ini merupakan kebalikan dari tautologi yang tersusun dari

komponen “p dan negari q” ( p  ~ q), sebagaimana tabel berikut ini:

Tabel 6
p q ~q p  ~q q  (p  ~q)
B B S S S
B S B B S
S B S S S
S S B S S

Kolom terakhir tampak jelas, bahwa semua komponen bernilai

salah. Oleh karena itu q  ( p  ~ q ) adalah suatu kontradiksi.

c. Implikasi Logis

Implikasi logis adalah sutau implikasi yang mempunyai nilai

logika selalu benar untuk nilai kebenaran dari komponennya.

Dengan kata lain, implikasi logis adalah implikasi yang merupakan

tautologi yang dilambangkan dengan “⇒”

Contoh :

Dengan tabel kebenaran, tunjukan bahwa ( p  q ) ⇒ ( p ∨ q )

merupakan suatu implikasi logis.

10
Penyelesaian :

Tabel 7
p q p  q pVq (p  q ) ⇒ (p V q )
B B B B B
B S S B B
S B S B B
S S S S B

Pada kolom kel enam tabel di atas, tampak bahwa nilai logika

( p  q ) ⇒ ( p ∨ q ) selalu benar. Hal ini yang dinamakan implikasi

logis.

F. Biimplikasi

Suatu pernyataan majemuk yang terbentuk “ .... jika dan hanya jika

....” dinamakan diimplikasi yang dinyatakan dengan notasi “p  q” atau

“𝑝 ⇔ 𝑞” (dibaca : p jika dan hanya jika q ) artinya menurut Theresia Tirta

Saputro (1992:35) memberikan kesimpulan bahwa sebuah pernyataan

biimplikasi bernilai benar jika komponen-koponennya mempunyai nilai

kebenaran sama, dan jika komponen-koponennya mempunyai nilai

kebenaran tidak sama maka biimplikasi bernilai salah. Biimplikasi

memiliki niliai kebenaran yang sama dengan bentuk singkat dari ( p ⇒

q )  ( p ⇒ q ).

Nilai kebenaran biimplikasi disajikan dengan tabel kebenaran


dibawah ini
Tabel 8
𝑝 𝑞 𝑝⇔𝑞
B B B
B S S

11
S B S
S S B
Untuk menentukan kebenaran nilai biimplikasi dapat digunakan

table kebenaran dengan meninjau 𝑝 ⇔ 𝑞 ≡ (𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑞 ⇒ 𝑝).

𝑝 𝑞 𝑝⟺𝑞 𝑝⇒𝑞 𝑞⇒𝑝 (𝑝 ⇒ 𝑞) ∨ (𝑞 ⇒ 𝑝)


B B B B B B
B S S S B S
S B S B S S
S S B B B B

Contoh :
1) 𝑝 ⇔ (𝑝 ∧ 𝑞)
𝑝 𝑞 𝑝∧𝑞 𝑝 ⇔ (𝑝 ∧ 𝑞)
B B B B
B S S S
S B S S
S S S B

2) 𝑝 : 3 bilangan prima
𝑞 : 3 hanya mempunyai dua faktor pembagi
𝑝 ⟺ 𝑞 : 3 bilangan prima jika dan hanya jika 3 hanya mempunyai
dua faktor pembagi

Mengenai biimplikasi logis, tidak jauh dari implikasi logis yang


merupakan tautologi yaitu suatu nilai logika yang selalu benar.
Diimplikasi logis dilambangkan “”. Berikut ini tabel kebenarannya,
yaitu biimplikasi logis ( p ⇒ ~ q )  ( q ⇒ ~ p ).

12
Tabel 9
p q ~p ~q p ⇒~q q ⇒~p (p ⇒ ~ q)  (q ⇒ ~ p)
B B S S S S B
B S S B B B B
S B B S B B B
S S B B B B B

G. Konvers, invers dan kontraposisi

1. Jika suatu bentuk implikasi p  q diubah menjadi q  p disebut

konvers

Implikasi :

Jika x2 bilangan asli, maka x adalah bilangan asli

Konvers :

Jika x adalah bilangan asli, maka x2 bilangan asli

2. Jika suatu bentuk implikasi p  q diubah menjadi ~ p  ~ q disebut

invers

Implikasi :

Jika fungsinya linier, maka grafiknya garis lurus.

Invers :

Jika fungsinya bukan linier, maka grafinya bukan garis lurus.

3. Jika suatu bentuk implikasi p  q diubah menjadi ~ q  ~ p disebut

kontraposisi

Implikasi :

Jika harga naik, maka permintaan turun.

Invers :

Jika permintaan tidak turun, maka harga tidak naik.

13
Pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan dalam bentuk

Skema konvers, invers dan kontraposisi sebagai berikut:

pq konvers qp

invers kontraposisi invers

~p  ~q konvers ~q  ~p

Contoh:

Carilah konvers, invers dan kontraposisi dari pernyataan: “ Jika

binatang itu bertubuh besar maka binatang itu disebut gajah”.

Konvers : Jika binatang itu disebut gajah maka binatang itu

bertubuh besar

Invers : Jika binatanag itu tidak bertubuh besar maka binatang

itu bukan gajah

Kontraposisi : Jika binatang itu bukan gajah maka binatang itu tidak

bertubuh besar

Pernyataan bikondisional bernilai benar hanya jika komponen-

komponennya bernilai sama.

Contoh:

Jika p : 2 bilangan genap (B)

q : 3 bilangan ganjil (B)

maka p ⇔ q : 2 bilangan genap jhj 3 bilangan ganjil (B)

14
H. Bilangan Berkuantor

1. Pernyataan Berkuantor
Kuantor adalah suatu ucapan yang apabila dibubuhkan pada

suatu kalimat terbuka akan mengubah kalimat terbuka tersebut

menjadi suatu kalimat tertutup atau pernyataan.

Contoh pernyataan berkuantor:

 Semua manusia fana Semua mahasiswa mempunyai kartu

mahasiswa

 Ada bunga mawar yang berwarna merah

 Tidak ada manusia yang tingginya 3 meter.

Suatu fungsi pernyataan adalah suatu kalimat terbuka di dalam

semesta pembicaraan (semesta pembicaraan diberikan secara

eksplisit atau implisit). Fungsi pernyataan merupakan suatu kalimat

terbuka yang ditulis sebagai p(x) yang bersifat bahwa p(a) bernilai

benar atau salah (tidak keduanya) untuk setiap a (a adalah anggota

dari semesta pembicaraan). Ingat bahwa p(a) suatu pernyataan.

Untuk memberikan notasi pada pernyataan berkuantor maka

harus dibuat fungsi proposisinya terlebih dahulu, misalnya untuk

pernyataan “Semua manusia fana” maka kita buat fungsi proposisi

untuk manusia M(x) dan fana F(x), sehingga notasi dari semua

manusia fana adalah  x, M(x)  F(x).

2. Kuantor Umum (Kuantor Universal)

Simbol  yang dibaca “untuk semua” atau “untuk setiap” disebut

kuantor umum. Jika p(x) adalah fungsi proposisi pada suatu

15
himpunan A (himpunan A adalah semesta pembicaraannya) maka

(x  A) p(x) atau x, p(x) atau x p(x) adalah suatu pernyataan

yang dapat dibaca sebagai “untuk setiap x elemen A, p(x)

merupakan pernyataan “untuk semua x, berlaku p(x)”.

3. Kuantor Khusus (Kuantor Eksistensial)

Simbol  dibaca “ada” atau “untuk beberapa” atau “untuk paling

sedikit satu” disebut kuantor khusus. Jika p(x) adalah fungsi

pernyataan pada himpunana tertentu A (himpunana A adalah

semesta pembicaraan) maka (x  A) p(x) atau x! p(x) atau x p(x)

adalah suatu pernyataan yang dibaca “Ada x elemen A, sedemikian

hingga p(x) merupakan pernyataan” atau “Untuk beberapa x, p(x)”.

ada yang menggunakan simbol ! Untuk menyatakan “Ada hanya

satu”.

4. Negasi Suatu Pernyatan yang Mengandung Kuantor

Negasi pernyataan berkuantor adalah lawan/ kebalikan dari

pernyataan berkuantor tersebut.

Contoh:

Negasi dari pernyataan: “ Semua mahasiswa tidak mengerjakan

tugas “ adalah “Ada mahasiswa yang mengerjakan tugas”

Jika p(x) adalah manusia tidak kekal atau x tidak kekal, maka

“Semua manusia adalah tidak kekal” atau x p(x) bernilai benar, dan

“Beberapa manusia kekal” atau x ~ p(x) bernilai salah. Pernyataan

di atas dapat dituliskan dengan simbol : ~ [x p(x)]  x ~ p(x)

16
5. Fungsi Pernyataan yang Mengandung Lebih dari Satu Variabel

Didefinisikan himpunan A1, A2, A3, . . ., An, suatu fungsi

pernyataan yang mengandung variabel pada himpunan A1 x A2 x A3

x . . . x An merupakan kalimat terbuka p(x1, x2, x3, . . ., xn) yang

mempunyai sifat p(a1, a2, a3, . . ., an) bernilai benar atau salah (tidak

keduanya) untuk (a1, a2, a3, . . ., an) anggota semesta A1 x A2 x A3

x . . . x An.

I. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan suatu argumen dimulai dari ditentukannya

himpunan pernyataan tunggal yang saling berelasi dan telah diketahui

kebenarannya , kemudian dapat diturunkan suatu pernyataan tunggal

atau pernyataan majemuk.

Pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menarik suatu

kesimpulan disebut premis, sehingga suatu premis dapat berupa

aksioma, hipotesa, definisi atau pernyataan yang sudah dibuktikan

sebelumnya. Sedang yang dimaksud dengan argumen adalah

kumpulan kalimat yang terdiri atas satu atau lebih premis yang

mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu) konklusi. Konklusi

ini selayaknya (supposed to) diturunkan dari premis-premis.

Himpunan pernyataan tunggal atau pernyataan majemuk yang

ditentukan (diketahui) disebut premis. Pernyataan tunggal atau

pernyataan majemuk yang diturunkan dari premis-premis disebut

kesimpulan (konklusi). Kumpulan satu atau lebih premis yang sudah

17
dibuktikan kebenarannya dan satu konklusi yang diturunkan dari premis-

premisnya disebut argumen.

Suatu argumen dikatakan sah (valid) jika dapat dibuktikan bahwa

argumen itu merupakan suatu tautologi untuk semua nilai kebenaran

premis-premisnya. Metode yang sederhana untuk membuktikan suatu

argument sah (valid) adalah dengan bantuan tabel kebenaran.

Pola penarikan kesimpulan disajikan dengan bentuk.

Premis (1) 𝑃1

Premis (2) 𝑃2

Premis (3) 𝑃3

………… …

Premis (n) 𝑃𝑛

Konklusi ∴𝑘

Berberapa pola penarikan kesimpulan yang sah, yaitu :

1. MODUS PONENS

Modus ponens adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧

𝑝} → 𝑞 atau dituliskan :

𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ 𝑝 ⇒ 𝑞 (suatu pernyataan yang benar)

𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ 𝑝 (suatu pernyataan yang benar)

𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ 𝑞 (suatu pernyataan yang benar)

Dapat ditunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa modus

ponens merupakan argumentasi yang sah yaitu :

18
Tabel 10
𝑝 𝑞 𝑝→𝑞 (𝑝 → 𝑞) ∧ 𝑝 {(𝑝 → 𝑞) ∧ 𝑝} → 𝑞
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Contoh :
Tunjukkan bahwa persamaan kuadrat 𝑥 2 − 14𝑥 + 49 = 0

mempunyai dua akar real yang sama.

𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ Jika diskriminan persamaan 𝑥 2 − 14𝑥 + 49 = 0 sama

dengan nol, maka persamaan tersebut mempunyai dua akar

real yang sama (𝑥1 = 𝑥2 )

𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ 𝐷 = (−14)2 − 4,49 = 0


𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ Persamaan 𝑥 2 − 14𝑥 + 49 = 0 mempunyai dua akar real
yang sama.
2. MODUS TOLLENS
Modus tollens adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧∼

𝑞} →∼ 𝑝 atau dituliskan:

𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ 𝑝 ⇒ 𝑞 (benar)

𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ ∼ 𝑞 (benar)
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ ∼ 𝑝 (benar)
Dapat ditunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa modus tollens
merupakan argumentasi yang sah yaitu :
Tabel 11
𝑝 𝑞 ~𝑝 ~𝑞 𝑝→𝑞 (𝑝 → 𝑞) ∧∼ 𝑞 [(𝑝 → 𝑞) ∧∼ 𝑞] → ~𝑝
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B

19
Contoh :
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ Jika △ 𝐴𝐵𝐶 sama sisi, maka∠𝐴 = ∠𝐵 = ∠𝐶
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ ∠𝐴 ≠ ∠𝐵 ≠ ∠𝐶
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ △ 𝐴𝐵𝐶 bukan segitiga sama sisi
3. SILOGISME
Silogisme adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧

(𝑞 ⇒ 𝑟)} → (𝑝 ⇒ 𝑟) atau dituliskan :

𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ 𝑝 ⇒ 𝑞 (benar)

𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ 𝑞 ⇒ 𝑟 (benar)

𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ 𝑝 ⇒ 𝑟 (benar)

Dapat ditunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa silogisme

merupakan argumentasi yang sah yaitu :

Tabel 12
𝑝 𝑞 ~𝑝 𝑝∨𝑞 (𝑝 ∨ 𝑞) [(𝑝 ∨ 𝑞) ∧∼ 𝑝]
∧ ~𝑝 →𝑞
B B S B S B
B S S B S B
S B B B B B
S S B S S B

Contoh :
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 1 ∶ Jika pada △ 𝐴𝐵𝐶 berlaku (𝑎 − 𝑏) cos 𝐶 = 0 maka
𝑎 = 𝑏 ∨ 𝐶 = 900
𝑃𝑟𝑒𝑚𝑖𝑠 2 ∶ Jika 𝑎 = 𝑏 atau 𝐶 = 900 maka △ 𝐴𝐵𝐶 adalah sama kaki
atau siku-siku
𝐾𝑜𝑛𝑘𝑙𝑢𝑠𝑖 ∶ Jika pada △ 𝐴𝐵𝐶 berlaku (𝑎 − 𝑏) cos 𝐶 = 0 maka △ 𝐴𝐵𝐶

sama kaki atau siku-siku.

20
J. Hubungan Antara Logika dan Himpunan

1. Semua bilangan bulat adalah bilangan real ( B(x); R(x) )


x, B(x)  R(x)

B(x)
R(x)

2. Ada bilangan prima yang genap ( P(x); G(x) )


 x, P(x)  G(x)
2

P(x) G(x)

3. Tidak ada bilangan ganjil yang genap ( J(x); G(x) )


Ekuivalen dengan: Semua bilangan ganjil bukan bilangan genap
x, J(x)  ~ G(x)
J(x) ~ G(x)

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Logika merupakan suatu aktivitas manusia yang berkaitan dengan

penggunaan akal dan pikiran sehingga menghasilkan suatu penalaran

dengan kebenaran – kebenaran yang dapat dibuktikan secara

matematis. Dalam logika matematika terdapat operasi logika sebagai

salah satu kajian ilmu logika matematika, diantaranya :

1. Operasi negasi atau ingkaran adalah operasi yang dikenakan hanya

pada sebuah pernyataan.

2. Konjungsi merupakan pernyataan kebenaran apabila p dan q benar,

bila tidak demikian bernilai salah.

3. Disjungsi yaitu p atau q ( p V q ), suatu pernyataan harus salah satu

kompenen yang bernilai benar atau keduanya, maka akan bernilai

benar.

4. Implikasi yaitu pernyataan “jika p amaka q” dengan ketentuan q tidak

boleh salah (S) untuk mendapatkan nilai kebenaran yang benar,

kecuali kedua-duanya salah (S).

5. Biimplikasi (.... jika dan hanya jika ...” yaitu suatu pernyataan bernilai

benar apabila komponen – komponennya memiliki kebenaran yang

sama.

6. Konvers, invers, dan kontraposisi yaitu jika suatu bentuk implikasi p

 q diubah menjadi q  p disebut konvers, jika suatu bentuk

implikasi p  q diubah menjadi ~ p  ~ q disebut invers, dan jika

22
suatu bentuk implikasi p  q diubah menjadi ~ q  ~ p disebut

kontraposisi

7. Pernyataan berkuantor meliputi kuantor umum (uantor universal),

kuantor khusus (kuantor eksistensial), negasi suatu pernyatan yang

mengandung kuantor, dan fungsi pernyataan yang mengandung

lebih dari satu variabel.

8. Penarikan kesimpulan meliputi modus ponens, modus tollens,dan

silogisme.

 Modus ponens adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧

𝑝} → 𝑞

 Modus tollens adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧∼

𝑞} →∼ 𝑝

 Silogisme adalah argumentasi yang berbentuk {(𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑞 ⇒

𝑟)} → (𝑝 ⇒ 𝑟)

9. Hubungan Antara Logika Dan Himpunan

o Semua bilangan bulat adalah bilangan real

o Ada bilangan prima yang genap

o Tidak ada bilangan ganjil yang genap

B. Saran

Dengan penyusunan makalah ini, penulis berharap kepada

pembaca khususnya para mahasiswa berikutnya dapat

mengembangkan makalah ini supaya lebih sederhana dan lebih mudah

dimengerti serta semoga pengetahuan mengenai logika matematika

23
dapat diaplikasikan dalam kehidupan atau dapat digunakan dalm

banyak aspek kehidupan. Melalui logika kita dapat mengetahui apakah

suatu pernyataan benar atau salah. Hal terpenting yang akan

didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah kemampuan

mengambil kesimpulan dengan benar atau salah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kusumah, Y.S. 1986. Logika Matematika Elementer. Bandung: Tarsito.


Tirta, S.T. 1992. Pengantar Dasar Matematika Logika dan Teori Himpunan.
Jakarta: Erlangga.
Budiono. 1997. Matematika untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Dian Ilmu.
Kurnianingsih, Sri dkk. 2001. Matematika untuk SMA Kelas X. Jakarta:
Erlangga.
Sartono Wirodikromo dkk. 1999. Matematika Untuk SMU Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Depdiknas, 2003. Kurikulum Berbasis Kompotensi Untuk Sekolah
Menengah Umum, Jakarta: Depdiknas.
Ajah, Diki. 2012. Disjungsi,konjungsi,negasi,implikasi dan biimplikasi.
http://kuskuskom.blogspot.com/2012/10/disjungsikonjungsinegas
iimplikasi-dan.html (diakses tanggal 05 Mei 2013)
Italiana. 2012. Logika Matematika.
http://ronyflush.blogspot.com/2013/01/makalah-logika-
matematika.html (diakses tanggal 05 Mei 2012)
Ismayani, Ani. 2009. Logika Matematika.
http://www.matematikamenyenangkan.com/logika-matematika/
(diakses tanggal 20 Mei 2013)
Harahap, E.M. 2012. Makalah Logika Matematika.
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/10/makalah-logika-
matematika.html (diakses tanggal 20 Mei 2013)
Noverdi, Fajar. 2012. Kuantor.
http://fajarnoverdi.blogspot.com/2010/12/pengertian-kuantor.html
(diakses tanggal 20 Mei 2013)

25

Anda mungkin juga menyukai