Anda di halaman 1dari 3

Nefropati Diabetikum

1. Definisi
Nefropati diabetikum merupakan komplikasi kronik dari diabetes melitus
yang di tandai dengan adanya peningkatan ekskresi albumin pada urin dan
peningkatan tekanan darah. Progresivitas nefropati pada pasien DM akan memicu
timbulnya komplikasi yang lainnya seperti risiko penyakit jantung. Nefropati
diabetikum akan berubah menjadi gagal ginjal atau biasa dikenal End Stage Renal
Disease (ESRD) sehingga pasien akan membutuhkan hemodialisis akibat kerusakan
nefron pada ginjalnya. Nefropati diabetikum juga ditandai dengan penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG) akibat kerusakan nefron nefron ginjal sehingga terjadi
penumpukan sisa metabolisme yang menyebabkan peningkatan kadar kreatinin dan
ureum dalam darah (Marshall dan Flyvbjerg, 2015).

Nefropati diabetes yang lanjut juga menjadi penyebab utama


glomerulonekrosis dan stadium terakhir penyakit ginjal di seluruh dunia. Antara
20% dan 40% dari pasien dengan diabetes pada akhirnya berkembang menjadi
nefropati, meskipun alasan mengapa tidak semua pasien dengan diabetes
berkembang menjadi komplikasi yang tidak diketahui. Riwayat alami nefropati
diabetik berbeda sesuai dengan jenis diabetes dan mikroalbuminuria (didefinisikan
sebagai > 30 mg tetapi < 300 mg albumin dalam urin per hari) hadir. Jika tidak
diobati, 80% orang yang memiliki diabetes tipe 1 dan mikroalbuminuria akan
berlanjut menjadi nefropati yang jelas (yakni proteinuria ditandai oleh > 300 mg
albuminase dieksresikan per hari) (Dronavalli, 2008)

2. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya peningkatan LFG pada nefropati diabetik masih belum
jelas, tetapi diduga disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung
glukosa. Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik
asam amino dan protein (reaksi Mallard dan Browning). Proses ini akan terus
berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis
tubulointerstisialis sesuai dengan tahap-tahap menurut Mogensen. Hipertensi yang
timbul bersama dengan bertambahnya kerusakan ginjal juga akan mendorong
sklerosis pada ginjal pasien DM. diperkirakan bahwa hipertensi pada DM terutama
disebabkan oleh spasme arteriol eferen intrarenal atau intraglomerulus (Sudoyo,
2006).
Aspek patofisiologi yang berperan dalam proses nefropati adalah kerusakan
membrane dasar glomerular dengan penebalan membrane dasar yang progresif,
perubahan patologi sel mesangial glomerulus dan sel pembuluh darah, pembentukan
Advanced Glycation End Products (AGEs), akumulasi poliol melalui jalur aldose
reductase dan aktivasi protein kinase C (Bennet dan Aditya, 2015). Perubahan
proses fisiologis dimulai dengan hiperfiltrasi glomerular yang berhubungan dengan
hipertensi intraglomerular, perubahan inilah yang nantinya sejajar dengan
ditemukannya mikroalbuminuria yang merupakan tanda awal kerusakan ginjal yang
berhubungan dengan nefropati diabetik. Pada tahap ini, pasien harus segera
diberikan terapi untuk mencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan nefron
yang progresif yang berujung pada gagal ginjal terminal
3. Skrining dan Diagnosis
Skrining mikroalbuminuria sebaiknya rutin dilakukan setelah pasien
terdiagnosis diabetes melitus. Pasien yang ditemukan mikro atau makroalbuminuria
harus dilakukan pemeriksaan komplikasi lain seperti retinopati dan penyakit
makrovaskuler lainnya. Parameter pemeriksaan skrining mikroalbuminuria adalah
menggunakan pemeriksaan urinalisis untuk mengecek kadar albumin dalam urin
pasien (Wang et al., 2016). Hasil pemeriksaan yang didapat dalam bentuk
konsentrasi albumin dalam urin atau bisa juga dalam bentuk urinary albumin-to-
creatinine ratio (mg/g atau mg/mmol). Pemeriksaan urinalisis dengan dipstick
merupakan pilihan yang direkomendasikan untuk skrining penyakit ginjal pada
penyandang DM. metode pemeriksaan dipstick merupakan pemeriksaan proteinuria
secara semikuantitatif. Nilai normal protein dalam urin adalah <150 mg/dl yang
tidak terdeteksi dengan dipstick Hasil pemeriksaan protein urin urinalisis
menggunakan dipstick dapat diinterpretasikan sebagai berikut (Mongensen et al.,
1995):
 Normal: 10-30 mg/dl
 Positif 1: >30
 Positif 2: >100
 Positif 3: >300
 Positif 4: >1000

Tabel 1. Staging nefropati diabetic dengan Cutoff Values


Stage Cutoff Value
Mikroalbuminuria 20-199 ug/menit
30-299 mg/24 jam
Makroalbuminuria >200 ug/menit
>300 mg/24 jam
>300 mg/24 jam

Cutoff values atau nilai yang membatasi antara pasien dengan proteinuria dan
non-proteinuria pada nilai 17 mg/hari dari spesimen urin yang dikoleksi secara
random menunjukkan sensitivitas 100% dan spesifisitas 80% untuk diagnosis
mikroalbuminuria apabila standar referensinya adalah 24 jam urin sesuai dengan
cutoff value yang direkomendasi oleh European Diabetes Policy Group yaitu 20
mg/hari (Zelmanovitz et al., 1997).

Ulkus Diabetikum

Anda mungkin juga menyukai