Anda di halaman 1dari 23

PERBANDINGAN RESIKO KOMPLIKASI

BERDASARKAN FRAMINGHAM HEART


STUDY PADA PASIEN DENGAN
KOMPLIKASI DIABETIC NEPHROPATHY
Oleh:
Clarita Sonia Siahaan 190131037
Rahel Imelda Panggabean 190131143
Refa Perdana Mukti 190131146

Dokter Pembimbing:
Dr. dr. Rina Amelia, MARS
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Diabetes adalah penyakit kronis yang kompleks yang
membutuhkan perawatan medisberkelanjutan dengan
strategi pengurangan resiko multifaktoral di luar kendali
glikemik. Internasional Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan 1 dari 11 orang dewasa berusia 20–79
tahun (415 juta orang dewasa) `menderita diabetes
mellitus secara global pada tahun 2015 dimana 90% di
antaranya menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2).
Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi penyakit
diabetes mellitus yang termasuk dalam komplikasi
mikrovaskular, yaitu komplikasi yang terjadi pada
pembuluh darah halus (kecil). Tingginya kadar gula
dalam darah akan membuat struktur ginjal berubah
sehingga fungsinyapun terganggu. Kerusakan
glomerolus menyebabkan protein (albumin) dapat
melewati glomerolus sehingga dapat ditemukan dalam
urin yang disebut dengan mikroalbuminuria. Sekali
nefropati diabetik muncul, interval antara onset hingga
terjadi kerusakan ginjal terminal bervariasi antara
empat sampai sepuluh tahun, dan hal ini berlaku untuk
diabetes mellitus tipe 1 maupun tipe 2.
ABSTRAK
Nefropati diabetik ditandai dengan
peningkatan ekskresi protein, albumin dalam
urin, penurunan filtrasi glomerulus dan
peningkatan tekanan darah yang dapat
menyebabkan penyakit ginjal stadium akhir.
Sebagian besar pedoman
merekomendasikan skrining dengan urin
spot rasio albumin/kreatinin (ACR; normal ,
30 mg/g kreatinin), baik dari pagi pertama
(lebih disukai) atau spesimen acak. Hasil
yang tidak normal diulang sekali atau dua
kali selama beberapa bulan untuk
konsistensi. Albumin adalah salah satu
protein utama dalam darah dan biasanya
ditemukan dalam konsentrasi yang sangat
rendah di dalam darah urin, karena terlalu
besar untuk disaring oleh ginjal. Kerusakan
yang terjadi pada membran basal
glomerulus menghasilkan peningkatan
permeabilitas dan kadar albumin yang lebih
tinggi terdeteksi.
ABSTRAK

Tujuan Metode
PRO

Menentukan • Penelitian analitik observasional dengan pendekatan


komplikasi cross-sectional.
nefropati diabetik • Pada pasien diabetes mellitus (DM) yang berobat di
berdasarkan nilai layanan primer Kota Medan yang memenuhi kriteria
albumin inklusi dan eksklusi.
• Jumlah sampel adalah 89 responden. Metode
creatinine ratio
pengambilan sampel dilakukan secara consecutive
(ACR)
sampling.
• Sumber data penelitian ini merupakan data primer,
meliputi, hasil pemeriksaan albumin creatinine ratio.
• Analisis data menggunakan kalkulator Framingham
Heart untuk melihat perbandingan resiko komplikasi
berdasarkan Framingham Heart Study pada pasien
dengan komplikasi nefropati diabetik.
ABSTRAK
Hasil

Responden didominasi oleh Rata-rata ACR sekitar 171,62 mg/g


perempuan sebanyak 89
orang .

Usia rata-rata responden Dari hasil analisis, tidak


adalah 55,2 (8,9) tahun dijumpai hubungan yang
bermakna terhadap perbandingan
Lama menderita DM tipe 2 komplikasi berdasarkan
sekitar 4,4 (4,3) tahun. Framingham Heart Study pada
pasien dengan komplikasi
diabetic nefropathy(p >0.05).
Kata Kunci:
Albumin Creatinine Ratio (ACR), Komplikasi Nefropati, DM tipe 2, Diabetes Nefropatik
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang
menyebabkan kematian dini di seluruh dunia.

International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 483 juta orang
pada usia 20-79 tahun di dunia menderita DM pada tahun 2019 atau setara dengan angka
prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk.

Angka prediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di
tahun 2045.

Indonesia merupakan negara dengan urutan ke-7 dari 10 negara penderita diabetes tertinggi
pada tahun 2019. Prevalensi DM pada umur ≥15 tahun di Sumatera Utara sebesar 2% pada
tahun 2018 yang sebelumnya sebesar 1,8% pada tahun 2013.

1.Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. 2019. ‘Infodatin Diabetes Melitus’. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
2.Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
PENDAHULUAN
Neuropati diabetik (45,6%)

Mikrovaskular (57%) Nefropati diabetik (33,7%)

Retinopati diabetik (20,7%)


Komplikasi DM tipe 2
Kaki diabetik (29,9%)

Makrovaskular (43%) PJK (27,8%)

Serebrovaskular (19,4%)

Nefropati diabetik (ND) merupakan komplikasi penyakit diabetes mellitus yang termasuk dalam komplikasi
mikrovaskular, yaitu komplikasi yang terjadi pada pembuluh darah halus (kecil). Tingginya kadar gula dalam
darah akan membuat struktur ginjal berubah sehingga fungsinyapun terganggu. Kerusakan glomerolus
menyebabkan protein (albumin) dapat melewati glomerolus sehingga dapat ditemukan dalam urin yang
disebut dengan mikroalbuminuria. Sekali nefropati diabetik muncul, interval antara onset hingga terjadi
kerusakan ginjal terminal bervariasi antara empat sampai sepuluh tahun, dan hal ini berlaku untuk diabetes
mellitus tipe 1 maupun tipe 2
1. Saputri, R.D. 2020. ‘Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2’. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. Volume 11(1)
2. Ritz E, Keller C, Kristian H. Bergis. Nephropathy of type II diabetes mellitus. Nephrol Dial Transplant (2000) 11 Suppl 9: 38-44
PENDAHULUAN
Gejala nefropati diabetik dibagi menjadi beberapa tahap, yang paling sederhana adalah 3 tahap, yaitu
mikroalbuminuria (berlangsung 5-15 th); makroalbuminuria (5-10 th); dan gagal ginjal terminal (3-6 th).
Mogensen membagi ND menjadi 5 tahap dengan menambahkan 2 tahap sebelum mikroalbuminuria pada DM
tipe 1. Tahap pertama adalah pembesaran ginjal akibat hiperfiltrasi dan tahap kedua adalah silent stage dimana
ekskresi albumin normal tetapi struktur glomerolus berubah.

Sebagian besar pedoman merekomendasikan skrining dengan urin spot rasio albumin/kreatinin (ACR; normal ,30 mg/g
kreatinin), baik dari pagi pertama (lebih disukai) atau spesimen acak. Hasil yang tidak normal diulang sekali atau dua kali
selama beberapa bulan untuk konsistensi. Albumin adalah salah satu protein utama dalam darah dan biasanya ditemukan
dalam konsentrasi yang sangat rendah di dalam darah urin, karena terlalu besar untuk disaring oleh ginjal. Kerusakan
yang terjadi pada membran basal glomerulus menghasilkan peningkatan permeabilitas dan kadar albumin yang lebih
tinggi terdeteksi. Perbandingan albumin dengan kreatinin dalam sampel urin acak lebih disukai daripada konsentrasi total
albumin dalam koleksi 24 jam karena ini lebih nyaman bagi pasien, tunduk pada lebih sedikit ketidakakuratan dalam
pengumpulan (sampel yang terlewat) dan telah ditunjukkan berkorelasi erat dengan ukuran hasil dari studi menggunakan
koleksi 24 jam. Pedoman ada dengan rekomendasi untuk mengukur ACR pada penyakit ginjal, nefropati diabetik,
hipertensi dan kehamilan.

1. Andy, K.H Lim. 2014. Diabetic Nephropathy-complications and treatment. International Journal of Nephropathy and Renovascular Disease.
2. Jorge L. Gross, Mirela J. De Azevedo, Sandra P. Silveiro. et al. 2005. Diabetic Nephropathy: Diagnosis, Prevention, and Treatment. Diabetes Care.
METODE PENELITIAN
 Penelitian dilakukan dengan metode desain analitik observasional cross sectional
 Protokol penelitian telah mendapat persetujuan Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara pada Agustus 2020
 Penelitian dilakukan pada populasi pasien Diabetes Melitus (DM) tipe 2 yang datang berobat secara
teratur
di layanan primer(puskesmas) Kota Medan
 Jumlah sampel adalah 89 responden yang direkrut dengan consecutive sampling
 Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 berusia 35-79 tahun yang rutin datang ke
pelayanan kesehatan primer dan bersedia mengikuti penelitian ini, oleh karena itu pasien dengan riwayat
gangguan ginjal sebelum diabetespasien diabetes yang telah menjalani hemodialisis yang berhubungan
dengan gangguan ginjal akibat diabetes, dan pasien DM tipe 2 dengan kehamilan dikeluarkan dari
penelitian ini.
 Sumber data penelitian ini merupakan data primer, yaitu data yang didapatkan
langsung dari pasien
 Data dianalisis guna untuk melihat bagaimana perbandingan resiko komplikasi
berdasarkan Framing Heart Study pada pasien dengan komplikasi diabetic nefropathy
dengan menggunakan kalkulator Framingham study
 Dan juga data akan diolah menggunakan spss untuk melihat adanya hubungan antara
komplikasi diabetes nefropathy dengan resiko kardiovaskular 10 tahun ke depan
dengan metode chi square
Hasil
 Seluruh responden yang mengikutikuti penelitian ini berjumlah 89 orang dan diamati
berdasarkan karakteristik usia,jenis kelamin, lama menderita DM, tekanan
darah,kolesterol, LDL, HDL,Trigliserida,HbA1c.
 Responden didominasi oleh perempuan sebanyak 70 mahasiswa(77,8%), usia rata-
rata responden 55,2 tahun dan lama menderita DM rata-rata 4,4tahun.
 Dan untuk kadar koleterol didapatkan kelompok dengan kadar kolestrol 200-239
mg/dl yaitu sejumlah 33 orang (36,7%),untuk kadar HDL didapatkan kelompok dengan
kadar kolestrol 35-39 mg/dl yaitu sejumlah 59 orang ( 65,6%).
 Untuk kadar diastole didapatkan kelompok dengan nilai diastole 80-89 mg/dl sejumlah
49 orang (50%).Untuk kadar systole didapatkan kelompok dengan nilai systole 32
orang (35,6%).
Tabel 1 Karakteristik Pasien DM tipe 2

Karakteristik Frekuensi(n) Persentase(%)


Jenis kelamin    
Laki-laki
Perempuan 19 21,1
70 77,8
Usia, tahun    
<36 tahun
36-45tahun 1 1,1
46-55 tahun 13 14,4
56-65 tahun 35 38,9
.>65 tahun 30 33,3
  10 11,1
 Kadar Kolesterol    
<160 mg/dl    
160-199 mg/dl   8 8,9
200-239 mg/dl 21 23,3
240-279 mg/dl 33 36,7
≥280 mg/dl 21 23,3
6 6,7

 
   
 
Riwayat pemeriksaan
kolesteol HDL
Tidak ada pemeriksaan 0 0
<35 mg /dl 13 14,4
35-59 mg/dl 59 65,6
≥60 mg/dl 17 18,9
Tekanan darah  
systole
<120 mmHg 3 3,3
120-129 mmHg 14 15,6
130-139 mmHg 11 12,2
140-159 mmHg 32 35,6
≥160 mmHg 29 32,2
Tekanan darah diastole  
< 80 mmHg
80-89 mmHg 12 13,3
90-99 mmHg 45 50
≥100 mmHg 19 21.1
13 14,4
Responden penelitian kemudian dinilai karakteristiknya berdasarkan
Albumin Kreatinin Ratio. Rata-rata nilai ACR dari sekitar 171,62 dan nilai
tengah dari ACR adalah 28. Untuk kondisi ginjal pasien DM dari
pemeriksa ACR dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2. Kondisi Ginjal Pasien DM Berdasarkan Pemeriksaan ACR

Parameter Mean SD Median Min Max


ACR (mg/g) 171,62 371,587 28 3 2133
Diabetic Nefropathy

High Risk Moderate Risk Low Risk

Pasien 14 27 48
CHD Risk 10 years

High Risk Moderate Risk Low Risk


Pasien 37 26 26
Dalam perbandingan resiko kompikasi berdasarkan Framingham Heart study pada pasien
dengan komplikasi diabetic nefropathy dapat dilihat pada tabel 3

Diabetic Nefropathy Risk


  Mild moderate severe Total
  Low 18 6 2 26
CHD risk Moderate 15 9 2 26
severe 15 12 10 37
Total 48 27 14 89

Dari hasil analisis, dalam kaitannya antara Diabetic Nefropathy risk dengan CHD risk
menurut Framingham study didapatkan nilai p = 0,084. Yaitu p>0,5 Dimana dapat
disimpulkan tidak dijumpai hubungan yang bermakna diantaranya
PEMBAHASAN

Nefropati diabetikum merupakan sindroma klinis yang dapat dilihat dari albuminuria persisten dan penurunan
fungsi ginjal yang progresif, dan berdasarkan terminologi tersebut dapat mengindikasikan adanya pola tipikal
penyakit glomerular. Nefropati diabetikum terjadi pada 20% - 50%dari pasien diabetes dan merupakan
penyebab utama paling sering dari end-stage kidney­­disease (Selby, 2020).

Manajemen diabetes perlu dilakukan di awal untuk mencari marker awal superior untuk mendiagnosa
stadium awal nefropati diabetikum dengan benar agar dapat mencegah progresi menjadi end stage renal
disease. Maka dari itu, pemeriksaan awal nefropati diantara pasien diabetes sangatlah penting agar
dapat melakukan intervensi sedini mungkin (Arceo et al, 2019)
Diabetes mellitus di diagnose berdasarkan gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L),
hemoglobin A1c (HbA1c) ≥ 6,5% (48 mmol/L), atau glukosa plasma acak ≥ 200 mg/dL
dan dikonfirmasi dengan pengujian ulang tanpa adanya tanda atau gejala hiperglikemia
(ADA, 2016). Diabetes mellitus merupakan kelainan heterogen dengan hiperglikemia
yang diperlukan untuk diagnosisnya meskipun penyebab genetic dan mekanis sangat
berbeda, diabetes mellitus tipe 1 dan 2 dikaitkan dengan prevalensi terjadinya
Atherosclerosis Cardiovascular Disease yang lebih tinggi. Oleh karena itu, wajar untuk
mempertimbangkan hiperglikemia di antara penyebab ASCVD yang dipercepat yang
diamati pada pasien dengan diabetes mellitus

Umumnya, gangguan ginjal meningkatkan risiko terjadinya penyakit


kardiovaskular pada pasien dengan diabetes tipe 2 (ADA, 2019). Peningkatan risiko
penyakit terjadinya penyakit kardiovaskular perlu dikurangi pada pasien dengan
diabetes tipe 2 dengan penyakit ginjal kronis, karena memiliki risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular lebih tinggi dibanding populasi pada umumya (Garcia et
al, 2021).
Penegakan diagnosa DKD didasarkan pada temuan gejala klinis dengan penurunan
laju filtrasi glomerulus (GFR), terdapat albuminuria, atau terdapat disfungsi dua hal
tersebut pada pasien diabetes. Pengurangan yang terjadi secara terus – menerus dari
perkiraan GFR dibawah 60 ml/menit dan/atau terdapat albuminuria 30mg/g cukup untuk
menegakkan diagnosa DKD pada pasien diabetes (Alicic et al, 2017).

Albumin Creatinine Ratio (ACR) disarankan sebagai sarana uji skrining dan
diagnostik pada pasien yang memiliki penyakit ginjal. Skrining untuk
mikroalbuminuria merupakan hal yang penting dilakukan karena dapat
mengizinkan intervensi terhadap mencegah terjadinya nefropati diabetikum dan
merupakan bagian dari pengobatan sehari-hari untuk pasien diabetik agar dapat
mendeteksi perkembangan dari penyakit ginjal dan untuk mengevaluasi efek terapi
(Fatrinawati et al, 2018).
Penyakit ginjal kronis dapat ditegakkan dengan 2 metode; yaitu perkiraan laju filtrasi
glomerulus (GFR) dan rasio albumin terhadap kreatinin urin (ACR) (Molitch et al, 2015).
Peningkatan kadar albumin urin, seperti yang dinilai oleh ACR, mencerminkan kerusakan pada
membrane basal dan endotel kapiler glomerulus dan menunjukkan adanya penyakit ginjal
kronis, bahkan dalam GFR yang berbeda kategorinya. Pada pasien dengan diabetes mellitus
tipe 2, nilai ACR sering mewakili nefropati diabetikum, meskipun penyakit lainnya seperti
hipertensi juga dapat berkontribusi. Tingkat rasio albumin terhadap kreatinin urin antara 30
mg/g – 300 mg/g, sebelumnya disebut mikroalbuminuria, menunjukkan peningkatan kadar
albuminuria (Levey et al, 2015).

Hubungan antara albuminuria dan kematian karena penyakit kardiovaskular dengan penyakit ginjal stadium akhir ditemukan
pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan populasi pada umumya (Gansevoort et al, 2011). Pada penelitian lainnya,
terdapat hubungan antara ACR dengan gagal jantung pada pasien tanpa diabetes mellitus tipe 2 (Waheed et al, 2012). Studi
lainnya pada pasien dengan dan tanpa diabetes yang juga menemukan hubungan antara ACR dan kejadian penyakit
kardiovaskular tidak memiliki jumlah pasien yang cukup untuk mengevaluasi kejadian jantung yang berbeda secara individual
(Gori et al, 2016).
Kesimpulan

Nefropati diabetikum merupakan sindroma klinis yang dapat dilihat dari albuminuria
persisten dan penurunan fungsi ginjal yang progresif. Pada penelitian ini, tidak dijumpai
adanya korelasi yang bermakna antara Diabetic Nephropathy Risk dengan Chronic Heart
Disease Risk menurut Framingham Study dengan nilai (p>0,5). Analisis menunjukkan
bahwa kadar ACR tertinggi yaitu 2.133 dengan rerata 171,62 dan standar deviasi 371,587.
Penelitian ini sejalan dengan Waheed et al (2012) namun juga terdapat beberapa
penelitian yang bertentangan seperti penelitian Gansevoort et al (2011). Diperlukan adanya
penelitian lebih lanjut yang memiliki data yang lebih lengkap untuk menentukan apakah
terdapat hubungan antara CHD dengan DKD
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai