Anda di halaman 1dari 2

Biografi H.

Sukiyat

Lahir : Klaten, Jawa Terngah, 22 April 1957

Pendidikan :

 SDN 1 Puluhan, Klaten


 SMPN 1 Klaten

 SMA Pegawai, Solo

Pekerjaan dan Organisasi :

 Pendiri dan Pemilik Bengkel Kiat Motor


 Direktur Kiat Motor
 Ketua Komite SMKN 1 Trucuk Klaten
 Ketua YAyasan Sheltered Work-shop (kini Yayasan Perlindungan dan Pelatihan Kerja)
 Ketua Ikatan Wiraswasta Alumni Prof Dr Soeharso

Keluarga :

 Istri : Hj Halimah Partini


 Anak : Ida Bagus Hartono,SE dan Dwi Hartono
Biografi
Lahir di Trucuk, Klaten, 22 April 1957, Sukiyat memang sudah sejak dulu tertarik kepada dunia
otomotif. Beliau merintis bengkelnya tahun 1977, dengan bantuan Yayasan Dharmais sebesar Rp
75.000 dan bantuan dari kedua orang tuanya. Awalnya, bengkel yang dia buka di kampung
halamannya, Kradenan, Trucuk, Klaten, ini hanya melayani perbaikan sepeda motor dan sepeda
onthel (kayuh).
Lama-kelamaan bengkel itu berkembang sampai menempati lahan seluas 4.500 meter persegi.
Tahun 2004 Sukiyat membangun bengkel di Jalan Solo-Yogya, tepatnya di Ngaran, Mlese,
Ceper, Klaten, dengan luas lahan 2.500 meter persegi. Kedua bengkel tersebut kini dikelola anak
pertamanya, Ida Bagus Hartono, SE. Sementara itu anak kedua, Dwi Hartono masih kuliah di
UGM.

Tentang Kiat Esemka


Pria Klaten itu itu merupakan sosok yang tegas dalam hal pekerjaan. Bahkan, dia jeli membaca
peluang bisnis. Itulah yang juga membuat dirinya berani menggagas pembuatan Kiat Esemka.
Dengan meluncurkan Kiat Esemka, “Mimpi saya bisa menjadi seperti Henry Ford, yang bisa
membuat mobil,” ujar Sukiyat. Persinggungannya dengan siswa SMK dimulai ketika pada 2007
ayah dua anak ini memodifikasi sebuah Toyota Crown menjadi mirip Toyota Land Cruiser.
Sebenarnya Sukiyat tidak pernah bermimpi untuk membuat mobil. Pada awalnya dia hanya ingin
membantu para siswa Jurusan Otomotif Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Trucuk, Klaten,
Jawa Tengah. Dia ingin siswa di sekolah itu bisa melakukan praktik membuat bodi mobil.
Apalagi, di sekolah itu, dia menjadi ketua komitenya. Sukiyat kemudian menyumbangkan bodi
mobil Toyota Kijang untuk dibongkar dan dipelajari bagian-bagian bodi dan mesinnya kepada
sekolah. Sebelumnya, ia juga mengajari siswa dengan menggunakan mobil Toyota Crown yang
lantas dibongkar, kemudian disisakan bagian kisi-kisi, lantai, dan rangkanya saja. Siswa lantas
diajari cara membuat badan mobil secara manual, yakni membentuk pelat eser dengan teknik
ketok (kenteng). Mesinnya menggunakan yang sudah jadi karena saat itu target Sukiyat adalah
mengajari siswa membuat badan mobil. Uniknya, meski aslinya mobil itu sedan, dia
mengarahkan siswa untuk membuat bodi Toyota Land Cruiser. Sedan itu pun berubah menjadi
mobil sport utility vehicle (SUV). ”Saya sendiri terheran-heran, kok bisa ya? Dari sinilah saya
lalu terpikir, mengapa tidak sekalian saja mereka membuat mobil,” ceritanya.
Maka, dalam suatu acara di Bayat, Klaten, ia dipertemukan dengan Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Joko Sutrisno yang
tertarik dengan kemampuan Sukiyat. Bengkel Kiat Motor miliknya lantas menjadi mitra
perusahaan dalam program perakitan mobil oleh siswa SMK, yang telah dimulai Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan beberapa tahun sebelumnya.
SMK-SMK pun mengirimkan siswa mereka ke Kiat Motor di Ceper, Klaten, untuk belajar
membuat bodi mobil, termasuk bagian interior dan eksterior mobil, serta rangkanya.
”Para siswa itu sudah kami anggap seperti keluarga sendiri. Banyak siswa yang setelah lulus
suka main ke tempat kami. Mereka bercerita sudah mendapat pekerjaan dengan gaji baik,” kata
Sukiyat. Saat merintis pembuatan prototipe mobil SUV yang kini dinamai Kiat Esemka, Sukiyat
terlebih dahulu mengajari siswa membuat miniatur menyerupai badan Toyota Hardtop. Setelah
berhasil, siswa lantas didampinginya membuat bodi mobil prototipe yang belakangan dinamakan
Kiat Esemka. Untuk desain bodi mobil, Sukiyat terinspirasi bentuk Toyota Land Cruiser Prado
dan Ford Everest. Adapun mesin mobilnya menggunakan hasil rakitan siswa, yang
komponennya sebagian besar juga dibuat siswa bersama mitra industri. ”Untuk bodi, interior dan
eksterior dibikin manual oleh siswa dalam waktu 2-3 bulan.” katanya.

Anda mungkin juga menyukai