Anda di halaman 1dari 6

Tatang Teh Tong Tji

Oleh : Triyanto Triwikromo

1. Fakta
 Waktu itu, Tatang Budiono sama sekali tidak tahu bahwa pada abad ke-13, para
penganut Zen Buddhisme di Jepang menganggap teh adalah minuman paling
sempurna untuk mengolah jiwa.
 Tentu saja dia juga belum terlalu mengerti mengapa pada 1938 sang Kakek dan
Nenek mendirikan Perusahaan Teh Wangi Tjap 2 Boroeng.
 Tatang, bocah kelahiran Tegal, 11 Juli 1958 itu, menggeleng
 Sun Yat Sen, pendiri Partai Kuomintang di Tiongkok.
 Pada 1968 ketika apa pun yang berbau Tiongkok tidak diperbolehkan di
Indonesia, tong zhi berubah menjadi Tong Tji.
 Pada 1970-an buku Sang Juragan Teh karya Hella S. Haasse belum terbit.
 Tatang bukan sosok yang suka membaca kisah-kisah zaman kolonial.
 Alam atau apa pun namanya hanya mempersiapkan putra pasangan Tjia Swan
Liang dan Tan Po Swan sebagai sosok yang secara mendadak terjun ke
perusahaan teh.
 Perusahaan yang dirintis oleh sang kakek sejak 1938.
 Semua itu berawal dari 1976 yang perih.
 Tjia Swan Liang terkena serangan jantung pada saat mengantar Christine,
kakak Tatang, tes ke Fakulas Kedokteran UGM. Swan Liang kemudian tinggal
di Rumah Sakit Panti Rapih hingga tiga bulan dan praktis setelah itu tak terlalu
menggurui perusahaan.
 Agar tidak jenuh, Swan Lian melukis.
 Perusahaan baru berkembang di Tegal dan sekitarnya, semacam Pemalang,
Tanjung, serta Losari.
 Tatang akhirnya kuliah di Jurusan Arsitektur Universitas Parahyangan.
 Akan tetapi, Tatang hanya bertahan kuliah satu semester, Pada semester kedua,
tepatnya 27 September, di tengah-tengah bermain-main dengan teman kuliah
datang seorang saudara dari Tegal.
 Pada saat berusia 17 hingga 18 tahun, saat Swan Liang mulai invalid,
sesungguhka Tatang sudah mengelola perusahaan. Saat itu perusahaan telah
berusia 38 tahun.
 Bus terus melaju hingga ke Tegal. Jalanan gelap.
 Tatang kerap diajak ke pasar. Diajak menjual teh. Diajak apapun.
 Ketika malam tiba, Tjia juga mengajari Tatang dan anak-anak lain membuat
contong atau bungkus untuk bubuk teh. Bisa dapat satu keranjang jika anak-
anak sedang rajin.
 Pasar Pagi pada 1976 bukanlah kawasan dagang yang seriuh sekarang.
 Tan Po Swan, istri Swan Liang, tentu saja sangat sedih. Berhari-hari tidak mau
bicara. Berhari-hari menangis.
 Ikut pameran di Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa
Tengah, mengajak masyarakat nonton film di layar tancap, memberi sponsor
pada pertunjukan dangdut dan pertandingan sepak bola sambil terus membagi-
bagi sampel teh Tong Tji.
 Dimulai pada 1977, pada 1987 teh Tong Tji baru bisa memperluas daerah
pemasaran. Semarang, Solo, dan Purwokerto mulai bisa dirambah.
 Hingga 1998 di tengah krisis moneter dan kerusuhan sosial, bisnis teh Tong Tji
masih biasa-biasa saja.
 Jakarta (juga di sebagian tempat di Indonesia) pada Mei yang perih adalah
kawasan yang mengerikan. Mal, toko-toko dan rumah-rumah (yang sebagian
besar milik warga keturunan Tionghoa) dibakar dan dijarah.
 Suasana Jakarta, 14 Mei 1998, dari cerita saksi mata perkosaan di Muara
Angke, sebagian didokumentasikan oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan,
bisa mengubah orang-orang miskin yang mabuk menjadi orang-orang yang
didesain menjadi mesin-mesin pembunuh menjelman jadi hantu.
 Jakarta juga mampu mengubah orang-orang miskin sebagai penjarah yang
tidak takut terhadap retuntuhan gedung yang terbakar.
 Tak pelak lagi setelah kerusuhan Mei 1998, gelombang migrasi besar-besaran
ke luar negeri pun terjadi. Ada yang ke Singapura. Ada yang ke Australia.
 Meskipun 1998 jadi tahun krisis bagi kebanyakan orang Indonesia, tahun ini
justru menjadi landasan untuk berpacu dan maju lebih cepat bagi teh Tong Tji.
 Teh di dalam gelas Tong Tji kian laku. Karena makin laku, beberapa
perusahaan teh meniru.
 Tatang terjun total ke dalam bisnis keluarga pada 1976 dan telah menjadikan
Tong Tji pada 2018 sebagai lima besar dalam bisnis Teh di Tanah Air.
 Pada 1966 Tong Tji dialihkan kepada Tjia Swan Liang. Swan Liang mengelola
hingga 1976.
 Lalu muncullah era 1977-2018. Era ini disebuh sebagai masa pembangkitan.
 Tong Tji akhirnya menjadi perusahaan pertama yang lebih memperhatikan
fungsi pengecer ketimbang agen.
 Tatang sangat mempelajari keindahan menyeduh dan minum teh. Dia tahu di
Provinsi Yunnan, tumbuh aneka teh, Di kawasan tropis dan subtropis dengan
variasi lansekap yang indah dan berdanau itu ada tanaman liar yang berusia
lebih dari 2.500 tahun. Dia juga paham ada gongfucha atau seni menyeduh teh
khas Tiongkok untuk menghasilkan rasa dan aroma teh terbaik.
 Tatang juga bepergian ke Jepang. Saat itu orang-orang Jepang juga sedang suka
minum teh dalam kemasan piramida.
 “Sulit sekai memperkenalkan Tong Tji pada 1980-an. Pagi-pagi kami harus
berangkat ke pasar menenteng minuman teh gratis di dalam termos dan
menawarkan dari pintu ke pintu. Tak jarang kami melewati pasar yang becek.
Tak jarang kami masuk ke kampung-kampung mengecek teh apa saja yang
laku saat itu.”
 Tiga tahun Hong Lie berperan sebagai pemasar tetapi seklaigus sebagai kasir.
 Sejak tahun 2000 brand Tong Tji pun akhirnya melambung di kalangan anak
muda. Pada 2005, jika ngomong-ngomong es teh di gerai pasti yang dimaksud
Tong Tji.
 Orang menyukai jasmine tea. Bukan teh campur sirup. Bukan teh campur leci.
Karena itulah, Tong Tji kemudian mengembangkan jasmine tea.
 Thomas Tjahajanto, si sulung kelahiran Semarang 17 Juli 1982, dalam
pengamatan Tatang, sudah bisa mewakili sang Ayah.
 Jessica Febrina T., anak kedua kelahiran Jakarta, 24 Februari 1986.
 Stella Marris T, putri ketiga kelahiran Tegak, 29 Oktober 1988, punya
pandangan yang tak jauh berbeda dari saudara-saudaranya.
 Timothy Dimas T. Putra keempat kelahiran Semarang, 13 Oktober 1992.
 Utjok, misalnya, bekerja sebagai sopir sejak 1982 sampai sekarang. Waktu
pernikahan Tatang dengan Hong Lie pada 1983, dia yang menyopiri mobil
pengantin. Saat Hong Lie hamil, Utjok juga yang selalu mengantar periksa ke
rumah sakit di Semarang.
 Yani adalah sosok yang tak bisa diabaikan. Perempuan yang bekerja mulai
Februari 1984 ini adalah kasir andalan pada era awal kepemimpinan Tatang.
Pada saat itu Tong Tji baru punya lima mobil pengangkutnya dan belum
memiliki mobil.
 Nama lain yang berjasa bagi Tong Tji adalah Herman alias Kim Tjwan. Dia
bekerja sejak 1986. Saat itu Tong Tji masih kecil. Dia di bagian akuntansi.
mUla-mula dia dipercaya membereskan urusan administrasi selama sembilan
bulan. Setalah sembilan bulan dia diberi sepeda motor.
 Salah satu nama yang kerap disebut oleh Tatang adalah Tjan Djie Tiong alias
Hidayat. Djie Tiong adalah orang yang dipercaya Tatang untuk mewujudkan
gagasan-gagasan yang futuristik.
 Nama Tan Ping Ho alias Josia Soeharto tak bisa dipisahkan dari Tong Tji dan
Tatang. Pertemuan pertama Ping Ho dengan Tatang terjadi justru sebelum
bergabung dengan Tong Tji. Pada 1987.

2. Konflik
Pada 27 September, di tengah-tengah bermain-main dengan teman kuliah
datang seorang saudara dari Tegal. Saudara nya tersebut memberi tahu Tatang
bahwa sehatan sang ayah semakin menurun dan Tatang diminta untuk pulang ke
Tegal. Tanpa pikir panjang, Tatang pun langsung meng iyakan. Sepanjang
perjalanan menuju Tegal, Tatang memikirkan berbagai macam kemungkinan
buruk yang akan terjadi mengingat kesehatan sang ayah. Begitu sampai rumah
ternyata didepan rumah Tatang sudah terdapat tanda-tanda silang putih dengan
kapur. Ternyata sang ayah sudah meninggal. Selama berhari-hari sang ibu
menangis dan tidak mau berbicara kepada orang-orang, lalu akhirnya Tatang
memutuskan untuk meneruskan perusahaan teh Tong Tji dan berhenti kuliah.
3. Karakter

4. Kebaruan
Pada awal 2000-an teh Tong Tji mulai menjual teh di dalam gelas. Tatang,
Ping Ho dan Hong Lie bahu membahu melakukan edukasi minum teh secara
sehat. Tong Tji bahkan memunculkan semacam tagline “dijamin gelas baru lebih
higienis”. Edukasi tersebut berhasil dan teh di dalam gelas Tong Tji kian laku.
Karena kian laku, beberapa perusahaan teh meniru.
Pada 2012 Tatang dapat meluncurkan Imperial Jasmine Tea. Tatang juga
mendapat puisi tentang tong zhi dari seorang teman dalam bahasa Mandarin.
Dalam bahasa Indonesia puisi itu berbunyi :
Datang bersama dengan senang hati
Menikmati teh Tong Tji
Sesama teman dengan riang berkumpul
Menikmati teh Tong Tji
Teh Tong Tji terkenal hingga lima benua
Karena harum dan nikmat
Teh Tong Tji untuk menjamu tamu agung
yang datang dari empat penjuru lautan
Tong Tji membuka gerai di tea tale di Citraland, Semarang. Logika yang
dianut saat itu, jika Kapal Api punya Excelso, maka juga bisalah Tong Tji punya
tea tale. Teh susu, green tea latte, teh campur leci, teh campur sirup, dan lain-lain
disajikan di tea tale dengan harga yang cukup mahal. Tea tale di Citraland dan
juga DP Mall belum berhasil.
Setelah melakukan berbagai macam inovasi dan pengembangan, namanya
pun diubah jadi tea house. Brand Tong Tji mulai disematkan. Mula-mula
dikembangkan di Semarang, lalu di Solo, dan kemudian Tegal. Strategi tea house
yang lebih membidik keluarga memang pas. Keluarga itu suka berkumpul dan dan
makan bersama sehingga diperlukan ruang yang menyediakan tampat nongkrong
sekaligus makanan dan minuman dengan dana yang tak terlalu mahal. Konsumen
kelas menengah pun tersedot ke tea house karena harga yang tidak terlalu mahal.
Teh Tong Tji harus melakukan inovasi. Teh Tong Tji kemudian
melahirkan tea bar. Inti dari strategi ini adalah menjual apapun yang bisa
dinikmati bersama teh. Di tea bar, Tong Tji menjual mendoan, pisang, dan ketela
pohon. Ini sesuai dengan tradisi pajatan atau pertemuan apa pun di Jawa. saat
medang atau moci, atau minum teh, orang senantiasa menikmati camilan. Tong
Tji. Di tea bar juga menjual Ice Bar Tong Tji yang mempunyai rasa teh asli.

5. Emosi

Anda mungkin juga menyukai