Anda di halaman 1dari 4

Resume tentang pendiri merek air konsumsi terkenal “Aqua”

Tirto utomo.

1.1 Pengenalan tokoh.

Orang Indonesia pasti mengenal merk Aqua, Merk ini sangat dikenal masyarakat di
seluruh daerah dari perkotaan sampai dengan pedesaan. Aqua menjadi pelopor air minum
dalam kemasan di Indonesia, yang merupakan ide dari Tirto Utomo yang tidak lain
adalah Pendiri Aqua. Tirto Utomo atau Kwa Sien Biauw dilahirkan di Wonosobo, Jawa
Tengah 8 Maret 1930.
Karena di Wonosobo tidak ada SMP maka Tirto Utomo harus bersekolah di Magelang
yang berjarak sekitar 60 kilometer, perjalanan itu ditempuh dengan sepeda.
Kehidupannya tergolong lumayan karena orangtuanya pengusaha susu sapi an pedagang
ternak. Lulus SMP Tirto Utomo melanjutkan sekolah ke HBS (sekolah setingkat SMA di
zaman Hindia Belanda) di Semarang dan kemudian di Malang. Masa remaja Tirto Utomo
dihabiskan di Malang dan di situlah dia bertemu dengan Lisa / Kienke (Kwee Gwat
Kien). Seperti lazimnya sekolah Katholik pada waktu itu maka sekolah untuk murid laki-
laki dan murid perempuan dipisah. Mereka berdua hanya sempat bertemu di lapangan
sekolah.

1.2 Pendidikan dan pekerjaan tokoh.

Karena di Wonosobo tidak ada SMP maka Tirto Utomo harus bersekolah di Magelang
yang berjarak sekitar 60 kilometer, perjalanan itu ditempuh dengan sepeda.
Kehidupannya tergolong lumayan karena orangtuanya pengusaha susu sapi an pedagang
ternak. Lulus SMP Tirto Utomo melanjutkan sekolah ke HBS (sekolah setingkat SMA di
zaman Hindia Belanda) di Semarang dan kemudian di Malang.
Masa remaja Tirto Utomo dihabiskan di Malang dan di situlah dia bertemu dengan
Lisa / Kienke (Kwee Gwat Kien). Seperti lazimnya sekolah Katholik pada waktu itu maka
sekolah untuk murid laki-laki dan murid perempuan dipisah. Mereka berdua hanya
sempat bertemu di lapangan sekolah.
Selama dua tahun kuliah di Universitas Gajah Mada yang ada di Surabaya, dia
mengisi waktu luang dengan menjadi wartawan Jawa Pos dengan tugas khusus meliput
berita-berita pengadilan. Namun, karena kuliah tidak menentu, akhirnya Tirto pindah ke
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Di Jakarta sambil kuliah ia bekerja sebagai Pimpinan Redaksi harian Sin Po dan
majalah Pantja Warna. Pada tahun 1954 selepas SMA di Malang, Lisa masuk Fakultas
Sastra Universitas Indonesia. Sambil kuliah, Lisa bekerja di British American Tobacco
(BAT Indonesia). Maret 19555 Lisa gagal mengikuti ujian kenaikan tingkat dan
kemudian memutuskan berhenti kuliah. Saat Lisa mengajar bahasa Inggris di Batu Ceper,
menjadi guru SD Regina Pacis, dan menerima jasa penerjemahan dan pengetikan, Lisa
dilamar Tirto dan mereka menikah pada 21 Desember 1957 di Malang.
Musibah datang pada tahun 1959. Tirto diberhentikan sebagai pemimpin redaksi Sin
Po. Akibatnya sumber keuangan keluarga menjadi tidak jelas. Namun, akibat peristiwa
itulah Tirto Utomo memiliki kemauan yang bulat untuk menyelesaikan kuliahnya di
Fakultas Hukum UI. Sementara Lisa berperan sebagai pencari nafkah yaitu dengan
mengajar dan membuka usaha catering, Tirto belajar dan juga ikut membantu istrinya.
Pada Oktober 1960 Tirto Utomo berhak menyandang gelar Sarjana Hukum.
Setelah lulus, Tirto Utomo melamar ke Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang
merupakan cikal bakal Pertamina. Setelah diterima, ia ditempatkan di Pangkalan
Brandan. Di sana, keperluan mandi masih menggunakan air sungai. Berkat ketekunannya,
Tirto Utomo akhirnya menanjak karirnya sehingga diberi kepercayaan sebagai ujung
tombak pemasaran minyak.

1.3 Awal terbentuknya perusahaan air konsumsi “Aqua”

Kedudukan Tirto Utomo sebagai Deputy Head Legal dan Foreign Marketing
membuat sebagian besar hidupnya berada di luar negeri. Pada usia 48 tahun, Tirto Utomo
memilih pensiun dini untuk menangani beberapa perusahaan pribadinya yakni AQUA,
PT. Baja Putih, dan restoran Oasis. Aqua didirikan dengan modal bersama adik iparnya
Slamet Utomo sebesar Rp 150 juta. Mereka mendirikan pabrik di Bekasi tahun 1973
dengan nama PT. Golden Mississippi dan merek produksi Aqua. Karyawan mula-mula
berjumlah 38 orang. Mereka menggali sumur di pabrik pertama yang dibangun di atas
tanah seluas 7.110 meter persegi di Bekasi. Setelah bekerja keras lebih dari setahun,
produk pertama Aqua diluncurkan pada 1 Oktober 1974.
Bagaimana nama Aqua ini terbentuk? Desainer Singapura yang merancang logonya
mengusulkan nama Aqua. Kata Eulindra Lim, sang desainer tersebut, Aqua mudah
diucapkan dan mudah diingat selain bermakna ‘air’. Aqua sebenarnya bukan nama
asing baginya. Dia sendiri sering memakai nama samaran ‘A Kwa’ yang bunyinya mirip
dengan ‘Aqua’ semasa masih menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan
majalah Pantja Warna di akhir tahun 1950. Nama A Kwa sendiri diambil dari nama
aslinya yaitu Kwa Sien Biauw sedangkan nama Tirto Utomo mulai dipakainya
pertengahan tahun 1960-an yang tidak sengaja diambil yang berarti ‘air yang utama’.

1.4 Naik turunnya perusahaan hingga terkenal

“Dulu bukan main sulitnya. Dikasih saja orang tidak mau. ‘Untuk apa minum air
mentah’, itulah celaan yang tak jarang kami terima,” ujar Willy Sidharta. Saat itu minuman
rignan berkabonasi seperti Cola Cola, Sprite, 7 Up, dan Green Spot sedang naik daun
sehingga gagasan menjual air putih tanpa warna dan rasa, bisa dianggap sebagai gagasan gila.

Hingga 1978 penjualan Aqua tersendat-sendat. Tidak heran bila Tirto Utomo sendiri
mengakui hampir menutup perusahaannya karena sekitar lima tahun berdiri tetapi titik impas
belum juga dapat diraih. Ia tidak tahan harus menombok terus menerus. Tetapi selalu ada
rezeki bagi orang yang ulet dan tabah. Tirto Utomo bersama manajemennya akhirnya
mengeluarkan jurus pamungkas dengan menaikkan harga jual hampir tiga kali lipat. Waktu
itu ide ini bisa dibilang juga bisa dibilang ide gila. Masa, ketika dalam kesulitan keuangan,
bukannya menurunkan harga agar para pelanggan berminat tapi malah menaikkan harga.
Tirto sendiri sudah menyiapkan antisipasi sekiranya upaya itu bakal menyebabkan penurunan
omset. Namun, pasar bicara lain. Omset bukannya menurun malahan terdongkrak naik.
Agaknya orang menilai harga tinggi sama dengan mutu tinggi. Aqua pun mulai melayani
segmen yang tertarik untuk berlangganan.

Pada tahun 1982, Aqua mengganti bahan baku (air) yang semula berasal dari sumur
bor ke mata air pegunungan yang mengalir sendiri (self-flowing spring) karena dianggap
mengandung komposisi mineral alami yang kaya nutrisi seperti kalsium, magnesium,
potasium, zat besi, dan sodium. Salah satu pelanggannya yaitu kontraktor pembangunan jalan
tol Jagorawi, Hyundai. Dari para insinyur Korea Selatan itu, kebiasaan minum air mineral
pun menular kepada rekan kerja pribumi mereka. Melalui penularan semacam itulah akhirnya
air minum dalam kemaasan diterima di masyarakat. Penampilan Tirto sehari-hari sangat
sederhana, ramah, murah senyum, namun cerdas berpikir.

Dalam hubungannya dengan bawahan, ia menganut gaya manajemen kekeluargaan


dan mempercayai kemampuan karyawannya melalui sejumlah pengembangan dan pelatihan
manajemen. Pada waktu itu biaya pengemasan dapat mencapai 65% dari biaya produksi.
Melihat itu, Tirto Utomo kemudian menyetujui ide Willy untuk menggabungkan pabrik botol
dengan bisnis air mineralnya yang bernama PT. Tirta Graha Parama.

1.5 Kondisi perusahaan saat ini

Saat ini, keluarga Tirto Utomo bukan lagi pemegang saham mayoritas karena sejak
tahun 1996 perusahaan makanan asal Prancis Danone menguasai saham mayoritas,
sedangkan saham keluarga ‘tinggal’ 26 persen. Meskipun demikian, Willy Sidharta, yang
merupakan anak kandung dari Tirto Utomo sendiri, memegang jabatan direktur dalam
perusahaan tersebut. Pilihan bergabung dengan perusahaan multinasional diakui membuat
langkah Aqua semakin lincah. Ketatnya persaingan industri air mineral menuntut upaya-
upaya agresif. Sejak itu, terjadi perubahan besar dalam manajemen Aqua. Dalam produksi,
Aqua juga melonjak tajam, dari 1 miliar liter sekarang mencapai 3.5 miliar liter. Aqua
menguasai 40% pangsa pasar air mineral di dalam negeri.

“Banyak orang mengira bahwa memproduksi air kemasan adalah hal yang mudah.
Mereka pikir yang dilakukan hanyalah memasukkan air kran ke dalam botol.
Sebetulnya, tantangannya adalah membuat air yang terbaik, mengemasnya dalam
botol yang baik dan menyampaikannya ke konsumen.” Kata Tirto Utomo.

Anda mungkin juga menyukai