Anda di halaman 1dari 18

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


2014

KEWIRAUSAHAAN
PROFIL PENGUSAHA AGRIBISNIS

Kelas 8
Kelompok 7
Ketua
Deka Maulana (410010074)
Anggota
Ayu Wiji Wijayanti (410010036)
Muthmainah Malik (410010062)
Panji Nur Ihsan (410010076)
Tifatama Rahmalia (410012254)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah S.W.T atas kasih dan
anugerah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kewirausahaan tentang
profil pengusaha agribisnis ini dengan baik.
Dengan selesainya tugas ini, tidak lupa penyusun mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Ircham, M.T., selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.
2. Ibu Winarti S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi STTNAS
Yogyakarta.
3. Bapak Joko Indro Cahyono selaku dosen pengampu mata kuliah
kewirausahaan.
Kami

mengharapkan

saran

dan

kritik

yang

membangun

untuk

kesempurnaan. Akhir kata, semoga hasil yang kami kerjakan ini bisa berguna bagi
kita semua.

Yogyakarta, Maret 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Kewirausahaan merupakan salah satu mata kuliah wajib di Kurikulum
Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. Melalui makalah
ini penulis akan memaparkan tentang profil pengusaha yang bergerak dalam
bidang agribisnis. Dalam arti luas kewirausahaan adalah kemampuan untuk
berdiri sendiri, berdaulat, merdeka lahir dan batin, sumber peningkatan
kepribadian, suatu proses dimana orang mengejar peluang, merupakan sifat
mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dituntut untuk mampu mengelola,
menguasai, mengetahui, dan berpengalaman untuk memacu kreatifitas.
Seseorang yang bergerak dibidang kewirausahaan disebut sebagai
Wirausahawan. Menurut Joseph Schumpeter (1934), Wirausahawan adalah
seorang investor yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam
pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut dapat dalam
bentuk :
1. Memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
2. Memperkenalkan metode produksi baru,
3. Membuka pasar yang baru (new market),
4. Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru,
5. Menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Sedangkan agribisnis menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) adalah setiap
usaha uang berkaitan dengan kegiatan pertanian, yang meluputi pengusahaan
input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri ataupun pengusahaan
pengelolaan hasil pertanian.

BAB II
PEMBAHASAN
Profil dan Biodata Bob Sadino

Nama
Bob Sadino
Lahir
Tanjungkarang, Lampung, 9 Maret 1933
Agama
Islam
Alamat Rumah
Jalan Al Ibadah II/12, Kemang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Alamat Kantor
Kem Chicks Jalan Bangka Raya 86, Jakarta Selatan
Pendidikan
SD, Yogyakarta (1947)
SMP, Jakarta (1950)
SMA, Jakarta (1953)
Karir
Karyawan Unilever (1954-1955)
Karyawan Djakarta Lloyd, Amsterdam dan Hamburg (1950-1967)
Pemilik Tunggal Kem Chicks (supermarket) (1969-sekarang)

Dirut PT Boga Catur Rata


PT. Kem Foods (pabrik sosis dan ham)
PT. Kem Farms (kebun sayur)
Kisah hidup dan awal mula usaha beliau (Bob Sadino)
Anak.Guru
Kembali ke tanah air tahun 1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan
pekerjaan terakhir sebagai karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg,
Bob, anak bungsu dari lima bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri.
Modal yang ia bawa dari Eropa, dua sedan Mercedes buatan tahun 1960an. Satu ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika
itu, kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil
satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri sopirnya.
Pekerjaan pertama yang dilakoninya setelah keluar dari perusahaan adalah
menyewakan mobil Mercedes yang ia miliki, ia sendiri yang menjadi sopirnya.
Namun sayang, suatu ketika ia mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan
mobilnya rusak parah. Karena tak punya uang untuk memperbaikinya, Bob
beralih pekerjaan menjadi tukang batu. Gajinya ketika itu hanya Rp.100. Ia pun
sempat mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Suatu hari, temannya menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan
depresi yang dialaminya. Bob tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul
inspirasi berwirausaha. Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari
kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil
menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem
hidroponik. Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan
sebuah warung shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985
menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton
daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran segar. Setelah
itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super

market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja
lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob berkembang pesat, merambah ke agribisnis,
khususnya holtikutura, mengelola kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi
orang asing di Indonesia. Karena itu ia juga menjalin kerjasama dengan para
petani di beberapa daerah.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia
langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai
bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai
dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Bob percaya bahwa setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi
kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering
jungkir balik. Baginya uang bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan,
komitmen, berani mencari dan menangkap peluang.

Profil dan Biodata Sukanto Tanoto

Nama
Sukanto Tanoto ( Tan Kang Hoo)
Lahir
Belawan, Sumatera Utara, 25 Desember 1949
Agama
Tionghoa
Alamat Kantor
PT. Raja Garuda Mas, Singapura
Pendidikan
SD, di Belawan pada tahun 1960
SMP, di Medan pada tahun 1963
Karir
Pedagang minyak, bensin, dan onderdil mobil (1967)
General contractor & supplier (1969)
Pendiri CV. Karya Pelita (Perusahaan kayu) (1972)
Direktur Utama PT Raja Garuda Mas (RGM) (1973)
Pendiri PT. Riau Pulp (1975)
Kisah hidup dan awal mula usaha beliau (Sukanto Tanoto)

Sukanto

Tanoto yang

terlahir

dengan

nama Tan

Kang

Hoo merupakanseorang pengusaha atau konglomerat sukses asal Indonesia yang


pada tahun 2006 di tasbihkan oleh majalah Forbes sebagai orang terkaya di
Indonesia, ia memimpin perusahaan yang bernama PT Raja Garuda Mas yang
berbasis di Singapura yang usahanya di berbagai sektor terutama disektor kertas
dan kelapa sawit sehingga Sukanto Tanoto dijuluki sebagai Si Raja Kertas dan
Kelapa Sawit. Ia merupakan salah satu pengusaha yang berhasil berinvestasi di
lebih dari sepuluh negara di Dunia. Sukanto Tanoto dilahirkan di Belawan,
Sumatera Utara, 25 Desember 1949.Ia mengenyam pendidikan SD di Belawan
pada tahun 1960 dan kemudian Masuk SMP di medan pada tahun 1963. Pada usia
12 tahun Sukanto Tanoto sudah gemar membaca apa saja, termasuk buku tentang
revolusi Amerika dan Perang Dunia.
Sukanto Tanoto mengaku sosoknya mirip ibunya yaitu tegas dan
keras.Pernah suatu ketika Sukanto kecil ngeluyur pergi ke tepi laut.Waktu pulang,
ditanya oleh ibunya, jawabnya mengarang-ngarang, Sukanto kecil dipukuli pakai
rotan. Saya paling banyak makan rotan, kenangnya tentang sosok sang ibu.
Tapi, dengan sifat keras dan tegas, termasuk dalam hal berbisnis, ia bisa menjadi
salah seorang pengusaha papan atas Indonesia, memimpin sejumlah perusahaan di
bawah grup Raja Garuda Mas Internasional. Sukanto Tanoto bercita-cita jadi
dokter.Kalau dulu saya meneruskan ke fakultas kedokteran, saya jadi dokter,
ujarnya. Karena obsesi itulah, sampai 1973-1974, ia masih senang pakai nama
dokter Sukanto. Tapi, saat baru 18 tahun, ayahnya, Amin Tanoto, sakit stroke.
Sulung dari tujuh bersaudara ini lalu mengambil alih tanggung jawab keluarga:
meneruskan usaha orangtua berjualan minyak, bensin, dan peralatan mobil.
Pekerjaan yang tak asing baginya karena sepulang sekolah ia biasa membantu
orangtuanya sambil membaca buku. Dan, dari situ Sukanto alias Tan Kang Hoo
pertama kali belajar keterampilan bisnis, termasuk menerima kenyataan dan tidak
menyerah dalam keadaan apa pun, serta mencari solusi.
Pindah dari kota kelahirannya, Belawan, Sumatra Utara, ke Medan, ia juga
berdagang onderdil mobil, lalu mengubah usaha itu menjadi general contractor &

supplier. Suatu ketika, datang Sjam, seorang pejabat Pertamina dari Aceh.Waktu
itu saya tidak tahu kalau dia pejabat, kenang Sukanto. Ditawari kerja sama
pekerjaan kontraktor, Ya, mau-mau saja, wong saya masih muda, ujarnya. Tak
disia-diakan kesempatan itu, di Pangkalan Brandan, Sumatra Utara, Sukanto
membangun rumah, memasang AC, pipa, traktor, dan membuat lapangan golf di
Prapat. Itulah technical school saya, katanya. Untuk mencari bahan bangunan,
ia sampai pergi Sumbawa, Lampung, pada usia 20 tahun.
Pandai melihat peluang, waktu impor kayu lapis dari Singapura
menghilang di pasaran, di Medan ia mendirikan perusahaan kayu, CV Karya
Pelita, 1972. Negara kita kaya kayu, mengapa kita mengimpor kayu lapis
ujarnya.Saya itu pioner, katanya. Di saat orang lain belum membuat kayu lapis,
ia memproduksi kayu lapis dan mengubah nama perusahaannya menjadi PT Raja
Garuda Mas (RGM), dengan ia sebagai direktur utama, 1973. Kayu lapis
bermerek Polyplex itu diimpor ke berbagai negara Pasaran Bersama Eropa,
Inggris, dan Timur Tengah.
Strategy

competition

saya

itu

satu

dua

step

sebelum

orang

mengerjakannya, ungkapnya.Ketika belum ada orang membuka perkebunan


swasta besar-besaran, walaupun waktu itu sudah ada perkebunan asing, di
Sumatra, Sukanto membuka perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran.
Setelah itu baru kita bikin Indorayon, tuturnya.PT Inti Indorayon Utama
(IIU) yang bergerak di bidang reforestation menghasilkan pulp, kertas, dan rayon,
serta mampu memasok bibit unggul pohon pembuat pulp di dalam
negeri.Kehadiran IIU sempat ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan
hidup.Karena, ditengarai, Danau Toba tercemar berat oleh limbah pulp.Akibatnya,
IIU sempat ditutup.
Tapi, Sukanto memetik hikmahnya: belajar dari kesalahan, agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Apa yang saya pelajari dari situ (Indorayon),
lalu saya pakai di Riau, ujarnya. Di Riau, ia membuka Hutan Tanaman Industri
dan mendirikan pabrik pulp yang konon terbesar di dunia, PT Riau Pulp. Mulai
berdiri 1995, karena krisis, baru jadi pada 2001.Di sekitar pabriknya, bersama
lembaga

swadaya

masyarakat,

Sukanto

membuat

program

community

development untuk penduduk setempat.Saya tidak kasih ikan, tapi saya ajari
mancing, itu yang kita kerjakan, tuturnya. Antara lain, program community
development: penggemukan sapi, pembangunan jalan, dan pertanian. Mimpi
saya, kalau saya dapat seratus pengusaha Riau itu jadi miliader, saya senang,
katanya lagi.
Usaha Sukanto yang lain adalah bank. Ketika United City Bank
mengalami kesulitan keuangan, pada 1986-1987, ia mengambil alih mayoritas
sahamnya dan bangkit dengan nama baru: Unibank. Di Medan, ia pun merambah
bidang properti, dengan membangun Uni Plaza, kemudian Thamrin Plaza. Tidak
hanya dalam negeri, ia melebarkan sayap ke luar negeri, dengan ikut memiliki
perkebunan kelapa sawit National Development Corporation Guthrie di
Mindanao, Filipina, dan electro Magnetic di Singapura, serta pabrik kertas di Cina
(yang kini sudah dijual untuk memperbesar PT Riau Pulp). Sejak 1997, Sukanto
memilih bermukim di Singapura bersama keluarga dan mengambil kantor pusat di
negeri itu. Obsesinya, ingin jadi pengusaha Indonesia yang bersaing di arena
global, minimal di Asia.Tujuan utamanya, menurut dia, Bagaimana kita bisa
memanfaatkan keunggulan kita, untuk bersaing, paling tidak di arena Asia.
Kini, selain bisnis, ia hendak menulis buku tentang bagaimana entreprenur
menghadapi krisis. Yang mau saya lakukan itu adalah penelitian bagaimana
pengusaha di Eropa itu survive, pada First World War, Second World
War.Bagaimana pengusaha Amerika itu melewati krisis 1930. Bagaimana
pengusaha-pengusaha di Cina, waktu perubahan rezim, ketika komunis masuk,
bagaimana mereka itu survive. Saya juga akan mempelajari bagaimana
pengusaha-pengusaha melalui Latin America krisis, yang di Brasil, tuturnya.
Apa krisis itu memunculkan bibit-bibit entreprenur yang baru, katanya lagi.
Sampai sekarang Sukanto masih hobi baca buku. Buku apa saja, baik yang
bisnis maupun nonbisnis. Setiap saya pergi, saya bawa buku, katanya.Kalau
naik travel, kalau tidak tidur, ya, baca, katanya lagi.Manfaatnya, menurut dia,
selain untuk update pengetahuan, juga membantu sekali dalam binis dan kegiatan
sosial sehari-hari.Satu lagi, pria yang menguasai dua bahasa asing, Cina dan
Inggris, ini senang belajar.Ia pernah mengikuti kursus di Insead, Paris, di MIT, di

samping tetap jadi peserta Lembaga Pendidikan dan Pemibinaan Manajemen,


Jakarta. Sampai sekarang pun ia kadang mengambil cuti untuk mengikuti kursus
pendek. Karir saya satu lagi: siswa profesional abadi, katanya. Dua-tiga minggu
ia cuti untuk pergi ke Harvard, Tokyo, London School of Economic, untuk mengupdate pengetahuan. Terakhir, 2001 lalu, ia mengikuti Wharton Fellows Program,
Amerika, selama enam bulan, untuk belajar dotcom.
Kalau di bisnis, kunci sukses saya: think, act, learn, baca, dengar,
lihat, katanya. Kedua, kalau saya tidak tahu, saya tanya. Saya juga tidak
merasa sungkan menceritakan kegagalan saya, ujarnya lagi.
Selain itu, pegangannya: do the right thing, do the thing right. Do the right thing
diartikan sebagai suatu pedoman pada pola manajemen. Do the thing right
memiliki penekanan terhadap pentingnya suatu action. Prinsip saya, bisnis dan
politik tak boleh campur, ujar pengagum pengusaha plastik dari Taiwan, Wai-Sze
Wang, ini.Tidak ada proteksi.Bisnis, ya, bisnis, katanya.
Baginya bisnis adalah mengembangkan sumberdaya yang ada, responsif terhadap
sesuatu hal, konsisten dan bertanggung jawab untuk kehidupan yang lebih baik.
Prinsip dan nilai yang ia junjung kuat antara lain "Continous Improvement",
dimana harus terus berinovasi dan berimprovisasi dalam mengembangkan
produktivitas, dengan. Waktu yang lebih cepat, kualitas lebih tinggi dengan biaya
yang lebih rendah. Ada beberapa hal lain yang ia pegang teguh, juga yakni "Hand
on/down to earh" dimana sikap adalah tindakan nyata kita. "Janganlah
menghabiskan waktu sia-sia, lakukan dengan selalu mendengarkan serta terlibat di
dalamnya", ujarnya pada Tionghoanews.con.Integrity, yaitu menjungjung tinggi
nilai kejujuran dan accountability. Teamwork, bergerak maju sebagai sebuah tim
yang saling melengkapi untuk ke arah kemajuan bersama sesuai dengan tujuan
awal. Selanjutnya adalah memaknai people, planet, profit, yakni apapun usaha
yang dilakukan, pertama adalah untuk memakmurkan masyarakat, untuk
kelestarian dunia dan juga tidak terlepas pada laba yang akan diperoleh.

Profil dan Biodata Triyono

Nama
Triyono
Lahir
Tahun 1982
Agama
Alamat Rumah
Alamat Kantor
CV. Tri Agri Aurum Multifarm
Pendidikan
Jurusan Pertanian dan Peternakan Universitas Sebelas Maret, Solo, tahun 2006
Karir
Pendiri CV. Tri Agri Aurum Multifarm
Finalis Nasional Penghargaan Wirausahawan Mandiri 2010

Kisah hidup dan awal mula usaha beliau (Triyono)


Mungkin kita perlu mencontoh semangat Triyono, finalis tingkat nasional
Penghargaan Wirausahawan Mandiri 2010 ini. Meski memiliki kekurangan fisik,
ia berhasil mendirikan usaha di bidang agribisnis peternakan dan berhasil
mencetak omzet hingga Rp 3 miliar per tahun. Fisik Triyono memang tak
sempurna. Meski ketika berjalan harus ditopang kruk yang mengapit di kedua
lengannya, ia berhasil membuktikan kepada dunia bahwa ia mampu memberikan
manfaat kepada orang lain. Ketika ditemui KONTAN, Rabu (19/1/2011) di Jakarta,
Triyono terlihat semringah. Berkali-kali ia tersenyum ketika menceritakan awal
memulai bisnis. Bukan mengingat kenangan manis, tapi justru soal kesulitan dan
tantangan yang ia hadapi saat membangun bisnis peternakan di Sukoharjo. Tri,
sapaan pria yang sejak berusia satu tahun divonis penyakit polio ini, bercerita
bahwa ketika terjun di dunia agribisnis, dia tak banyak mendapat dukungan dari
kerabat

dan

keluarganya

sendiri.

"Mereka

saat

itu

selalu

melihat

ketidaksempurnaan fisik saya, mereka ragu akan kemampuan saya bekerja. Saat
itulah saya merasa tidak berguna," kenang Tri.
Lelaki berumur 29 tahun ini teguh memegang prinsip: sebaik-baiknya
manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Penolakan yang selalu
disematkan kepadanya ketika mencari pekerjaan menyadarkan Tri bahwa ia harus
membangun usaha sendiri untuk mengasapi dapurnya. "Sudah pasti, saya adalah
orang pertama yang ditolak perusahaan ketika melamar sekalipun IPK saya
bagus," tuturnya sambil tersenyum. Tri mulai merintis usaha agribisnis peternakan
ketika masih berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Pertanian dan Peternakan
Universitas Sebelas Maret, Solo, tahun 2006. Dengan bermodalkan Rp 5 juta, ia
memulai usaha bebek potong. Ia membeli 500 bebek untuk dia kembang biakkan
dan dibesarkan di lahan pekarangan rumah keluarganya. Ia benar-benar
menerapkan ilmu peternakan yang diperoleh di bangku kuliah. Hasilnya tokcer.
Banyak pesanan mampir karena kualitas bebek peternakan Tri terbilang unggul.
Bebek hasil ternaknya bukan hanya sehat, tetapi juga memiliki berat proposional.
Ini yang membuat harga "si kwek-kwek" selalu bagus. Pelan tapi pasti, selama

setahun Tri mampu mengumpulkan modal dari usaha bebek potongnya. Tri
memakai tambahan dana itu sebagai usaha jual beli sapi menjelang Idul Adha.
Awal 2007 ia memberanikan diri memulai usaha jual beli hewan kurban.
Ia mengenang, saat itu menjadi tahun terberat baginya. Selain harus
mempersiapkan ujian skripsi, ia juga baru merintis agribisnis. Alhasil, saat pagi
hingga siang hari ia harus berkutat dengan kuliah. Setelah itu Tri mencurahkan
waktunya membeli dan menjual sapi untuk pasokan hari raya kurban. Seorang
diri, ia memasok hewan-hewan tersebut ke beberapa daerah di sekitar Sukoharjo.
Masuk keluar pasar setiap hari sudah menjadi kegiatan rutin. "Saya harus berjalan
jauh dengan menggunakan kruk, mencari dan membeli sapi yang berkualitas
kemudian mengantar sapi-sapi tersebut ke tempat pesanan," kenang Tri. Tapi, dia
pantang menyerah meski beberapa orang kerap menolak bekerja sama dengannya.
Segala usahanya tak sia-sia. Tri lulus dengan indeks prestasi kumulatif 3,2, dan
juga meraih untung dari hasil penjualan sapi kurban. Ia memutar kembali
keuntungan itu sebagai modal membeli sapi dan ayam. Menyadari peluang usaha
dari agribisnis cukup besar karena menyangkut kebutuhan primer banyak orang,
dengan bermodalkan Rp 20 juta, Tri pun mantap membangun usaha secara serius
pada tahun 2008.
Dengan mengibarkan bendera CV Tri Agri Aurum Multifarm, Tri berbisnis
peternakan terpadu sapi potong, ayam potong, dan pupuk organik. Meski tak
memiliki latar belakang berbisnis, Tri mampu meraih pasar dengan cepat. Bekal
kuliah menjadi nilai plus mengembangbiakkan ternak. Alhasil, pada 2008 dia
mampu meraih omzet Rp 50 juta per bulan. Dia juga berhasil membuka lapangan
kerja baru di desanya. Meski tak keluar sebagai pemenang Wirausahawan Mandiri
2010, Triyono tak kecewa. Maklum, sejatinya, melalui ajang bertaraf nasional ini,
ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa peternakan sangat layak
menjadi pilihan anak muda dalam berusaha. Asalkan, dikelola dengan manajemen
yang baik.

Bagi Triyono, persoalan menang atau kalah bukanlah tujuannya mengikuti


ajang Wirausahawan Mandiri 2010. Ada gol lain yang hendak dituju. Yakni,
mengenalkan CV Tri Agri Aurum Multifarm ke seluruh Indonesia. Tak hanya itu,
Triyono juga ingin menunjukkan ke semua orang bahwa agribisnis bukan hanya
usaha yang cocok untuk orang tua, tetapi juga dapat dikelola oleh anak muda
seperti dirinya. "Saya ingin usaha agribisnis yang dikelola anak muda menjadi
tren," ungkap Triyono. Sejak mengembangkan usaha agribisnis dengan bendera
Tri Agri tiga tahun lalu, omzet Triyono terus menanjak setiap tahun. Jika pada
2008, penghasilannya baru sebesar Rp 500 juta. Pada 2010 lalu pendapatannya
melonjak enam kali lipat menjadi Rp 3 miliar. Berbekal ilmu peternakan yang ia
pelajari saat bangku kuliah, Triyono memulai usaha agribisnisnya dengan menjual
bebek potong hingga kemudian beternak ayam dan terakhir sapi. Kualitas ternakternak milik Triyono yang dibudidayakan di peternakan seluas 1 hektar tersebut
terbilang unggul ketimbang ternak milik pelaku usaha lain. Meski begitu, bukan
berarti Triyono boros dalam membudidayakan semua hewan ternaknya, justru
sebaliknya. Tapi, "Bukan berarti saya irit memberi makanan ternak, tapi saya
memberi makanan ternak secukupnya," ujar pria 29 tahun ini.
Hewan ternak yang diberi makan sesuai dengan asupannya dan tepat
waktu lebih sehat dibandingkan dengan hewan ternak yang terus-terusan diberi
makan. "Kami selalu memberi pakan tanpa campuran bahan kimia, hanya yang
ada di lahan kamilah yang dimakan ternak, misalnya, rumput hijau," kata Triyono.
Cara ini tentu saja dapat menekan biaya operasional. Triyono juga memanfaatkan
aneka bumbu dapur, seperti kunyit, jahe, dan lengkuas untuk mengobati ternakternaknya yang sakit akibat faktor perubahan cuaca. "Kalau ternak tak nafsu
makan, tinggal diberi daun pepaya yang telah ditumbuk halus," imbuh dia.
Memanfaatkan pakan yang bersumber langsung dari alam tanpa campuran bahan
kimia, Triyono mengatakan, juga akan menghasilkan sapi, ayam, dan bebek yang
sehat dan bebas dari penyakit. Jadi, manajemen pakan, menurut Triyono, adalah
70 persen kunci dari keberhasilannya.

Namun, pola peternakan yang layak ditiru dari Triyono tak cuma sekadar soal
memelihara, membesarkan, dan menjual hewan ternak, tetapi juga mengenai
pengolahan limbah ternak. Triyono yang kerap memberikan penyuluhan kepada
mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi, seperti Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret Surakarta memanfaatkan kotoran
hewan ternaknya menjadi pupuk kompos, kemudian dijual ke pasar seharga Rp
350 per kilogram. Dalam sebulan, Triyono dapat mengolah 15 ton kotoran ternak
yang disulap menjadi pupuk. Pria yang sempat mengenyam pendidikan di sekolah
luar biasa (SLB) selama setahun saat usia delapan tahun ini mengatakan, ide
mengolah limbah peternakan muncul ketika ia melihat kotoran ternak yang makin
menggunung di sekitar lahan peternakannya. Untuk menjadi pupuk, Triyono
mencampur kotoran ternak dengan tanah dan serbuk jerami. Pengerjaannya secara
manual. Setelah semua bahan tercampur secara merata, kemudian dibungkus
dengan plastik dan siap dijual ke pasar.

BAB III
KESIMPULAN

Suatu wirausaha akan sukses apabila ada kemauan, komitmen, berani


mencari dan menangkap peluang.
Bob Sadino
Setiap langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan.
Sukanto Tanoto
Kalau di bisnis, kunci sukses saya: think, act, learn, baca, dengar, lihat,
Triyono
Kekurangan bukanlah penghalang melainkan kelebihan yang dimiliki oleh setiap
seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/01/25/11355699/Triyono.Juragan.A
gribisnis.Beromzet.Miliaran
http://finance.detik.com/read/2012/03/08/142409/1861536/4/17-pengusaha-rimasuk-daftar-orang-terkaya-2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Bob_Sadino
http://id.wikipedia.org/wiki/Sukanto_Tanoto
http://pengusahamuda.wordpress.com/biografi/
http://www.orangterkayaindonesia.com/profil-sukanto-tanoto-orang-super-kayadi-indonesia/
http://www.pemkomedan.go.id/tokoh_detail.php?id=871
http://yinnihuaren.blogspot.com/2011/11/sukanto-tanoto-si-raja-kertasindonesia.html
KOMPAS.com
Tabloid Kontan

Anda mungkin juga menyukai