Kehidupan awal
Dia berasal dari keluarga yang sederhana. Bersama kakaknya Tjong Yong Hian (1850-
1911), Tjong A Fie meninggalkan bangku sekolah dan membantu
menjaga toko ayahnya. Walaupun hanya mendapatkan pendidikan seadanya, tetapi Tjong A
Fie sangat tajam tipu daya dan menguasai cara-cara berdagang sehingga usaha keluarganya
cukup sukses.
Tjong A Fie tumbuh dijadikan sosok yang tangguh, menjauhi candu, judi, mabuk-
mabukan dan pelacuran. Dia dijadikan teladan dan mempertunjukkan
watak kepemimpinan yang sangat menonjol. Dia sering dijadikan penengah jika terjadi cekcok
selang orang Tionghoa dengan etnis lain. Di kawasan perkebunan milik Belanda sering terjadi
keributan di kalangan buruh yang menimbulkan kekacauan dan karena kemampuannya, Tjong
A Fie sering diminta Belanda untuk membantu mengatasi masalah-masalah tersebut. Dia lalu
diangkatkan dijadikan Letnan Tionghoa dan pindah ke kota Medan. Karena prestasinya yang
luar biasa, dalam waktu singkat Tjong A Fie naik pangkat dijadikan Kapitan pada tahun 1911,
untuk menggantikan kakaknya yang telah wafat. Dengan rekomendasi Sultan Deli, Tjong A Fie
dijadikan anggota gemeenteraad (dewan kota) dan cultuurraad (dewan kebudayaan) selain
menjabat sebagai penasehat pemerintah Hindia Belanda untuk urusan Tiongkok.
Keluarga
Di tanah Deli, Tjong A Fie menjalin hubungan sama berat dengan Sultan Deli, Makmoen
Al Rasjid Perkasa Alamsyah dan Tuanku Raja Muda sehingga membuka jalan untuknya untuk
menjalankan usaha. Sultan memberinya konsesi penyediaan atap daun nipah untuk kebutuhan
perkebunan tembakau untuk pembuatan bangsal.
Bersama kakaknya Tjong Yong Hian, Tjong A Fie bekerjasama dengan Chang Pi Shih,
paman sekaligus konsul Tiongkok di Singapura mendirikan perusahaan kereta api The Chow-
Chow & Swatow Railyway Co.Ltd. di Tiongkok Selatan. Karena tingkah laku baiknya tersebut
mereka berkesempatan bertemu muka dengan Ibu Suri Cixi di Beijing.
Dalam menjalankan bisnisnya, Tjong A Fie selalu mengamalkan 3 hal yakni, jujur, setia
dan bersatu. Dia selau berprinsip "di mana langit dijunjung di situ bumi dipijak". Dia pun
membagikan lima persen keuntungannya kepada para pekerjanya.
Tjong A Fie dikenal sangat berfaedah dalam membangun kota Medan yang pada saat
itu dinamakan Deli Tua, terutama kawasan pemukiman etnis Tionghoa (Kampung Tionghoa).
Beberapa tingkah laku baiknya dalam usaha mengembangkan kota Medan adalah
menyumbangkan menara lonceng untuk Gedung Balai Kota Medan yang lama, pembangunan
Istana Maimoon, Gereja Uskup Luhur Sugiopranoto, Kuil Buddha di Brayan, kuil Hindu untuk
warga India, Batavia Bank, Deli Bank, Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin serta
mendirikan rumah sakit Tionghoa pertama di Medan bernama Tjie On Jie Jan. Dia dikenal pula
sebagai pelopor industri perkebunan dan transportasi kereta api pertama di Sumatera Utara,
yakni Kereta Api Deli (DSM), yang menghubungkan kota Medan dengan pelabuhan Belawan.
Rumah
Kontruksi kediaman Tjong A Fie berada di Jalan Ahmad Yani, Kesawan, Medan, yang
didirikan pada tahun 1900, saat ini dijadikan sebagai Tjong A Fie Memorial Institute dan dikenal
juga dengan nama Tjong A Fie Mansion. Rumah ini dibuka untuk umum pada 18 Juni 2009
untuk memperingati ulang tahun Tjong A Fie yang ke-150.