Tumor/kanker tiroid merupakan neoplasma sistem endokrin yang terbanyak dijumpai. Berdasarkan dari “Pathologycal Based Registration” di Indonesia kanker tiroid merupakan kanker dengan insidensi tertinggi urutan ke sembilan.6 Insidensi menunjukkan rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1,5 sampai 1:3 pada sebagian besar negara. Pada sebagian besar negara, data tahunan insidensi kanker tiroid per 100.000 individu berkisar dari 0,9 sampai 0,6 pada laki-laki dan 2,0 sampai 5,9 pada perempuan.1 Berdasarkan histopatologinya, karsinoma tiroid berasal dari 2 jenis sel yang ada di tiroid. Sel folikular merupakan asal dari karsinoma tipe papilare, folikulare dan anaplastik. Sedangkan sel C atau sel parafolikular merupakan asal dari karsinoma tipe medulare. Selain itu terdapat klasifikasi berdasarkan staging berdasarkan dari ukuran, kelenjar getah bening regional dan metastasis dengan menggunakan TNM staging. Malignansi dari kelenjar tiroid memiliki tingkatan keganasan mulai dari pertumbuhan yang relatif lambat seperti karsinoma papiler, sampai dengan progresifitas yang tinggi seperti karsinoma folikuler serta karsinoma anaplastik. Dari seluruh kejadian karsinoma tiroid, 90% adalah karsinoma dengan berdiferensiasi baik, 5%-9% adalah karsinoma medulare, 1%-2% adalah karsinoma anaplastik.2 Karsinoma tiroid yang paling banyak ditemukan adalah tipe papiler yaitu ditemukan sebesar 80%-85 % dari semua kasus karsinoma tiroid,diikuti oleh tipe folikuler (5%-10 %), 3%-5% jenis hartel cell dan MTC (sekitar 5%-9%) dan ATC 1%- 3, Limfoma didapatkan 1%-3% dan > 1% untuk sarkoma dan karsinoma jenis lainnya.2 Penegakan diagnosis karsinoma tiroid dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang dapat berupa berupa fine needle aspiration biopsy (FNAB), fine needle aspiration cytology (FNAC), atau dengan menggunakan USG.3 Mengenal dan mendiagnosis karsinoma tiroid sejak dini merupakan tujuan dari dibuatnya makalah ini.