Anda di halaman 1dari 5

Out Come Evaluasi Strategi

Evaluasi outcome tergolong sebagai salah satu teknik yang digunakan dalam melakukan
evaluasi. Dari perspektif konseptual, evaluasi outcome adalah evaluasi sumatif, karena
dilakukan setelah suatu program selesai dilaksanakan (ex-post). Karena sifatnya hanya dapat
dilakukan ketika program telah selesai dilaksanakan, maka dari perspektif manajemen, hasil
dari evaluasi outcome dapat digunakan sebagai bahan penyempurnaan program mendatang,
namun sebatas pada tingkat program yang dievaluasi.
Sebagai evaluasi yang meletakkan outcome sebagai unit analisisnya, maka evaluasi
outcome dapat digolongkan sebagai evaluasi kinerja. Lebih lanjut, karena merupakan evaluasi
kinerja, maka teknik evaluasi yang digunakan dalam metode evaluasi outcome dapat
menerapkan pendekatan pragmatis, artinya setiap program yang berbeda boleh jadi
mempunyai teknik evaluasi outcome yang berbeda satu sama lain.
Evaluasi dengan demikian, dapat meminjam pendekatan dalam penelitian ilmiah. Apakah
evaluasi menggunakan metode ilmiah, maka salah satu pendekatan penelitian yang dapat
dipakai adalah pendekatan kuantitatif yang mampu memberikan akurasi tinggi dalam
pengukuran hubungan sebab akibat antar variabel yang dipergunakan dalam analisis. Akurasi
tinggi dapat dilakukan dengan memanfaatkan data diskrit sebagai unit analisisnya.
Meskipun pada akhirnya setiap program dapat mempunyai teknik outcome yang berbeda,
namun pada dasarnya mempunyai prosedur dasar yang sama. Prosedur dasar dapat
diberlakukan ketika dalam evaluasi outcome yang sedang dilakukan mengandung obyek
analisis dengan jumlah unit analisis yang sangat besar. Prosedur yang dapat digunakan dalam
metode evaluasi outcome adalah sebagai berikut:

1. Pertama, menentukan obyek analisis.


Pada tahap awal, setiap program yang hendak dievaluasi harus ditentukan obyek
analisisnya. Obyek analisis harus diketahui dengan sangat jelas dan bulat, tidak berbelit-
belit. Agar dapat diketahui dengan jelas, maka definisi atas obyek yang hendak dianalisis
harus dilihat dengan seksama.
2. Kedua, menentukan variabel analisis.
Ketika obyek analisis telah jelas diketahui, maka langkah berikutnya adalah menentukan
konsep-konsep dan hubungan antar konsep yang berlaku dalam konsep-konsep tersebut.
Konsep-konsep dan hubungan antar konsep yang berlaku harus dapat menggambarkan
keterhubungannya dengan obyek analisis dalam suatu skema yang disebut kerangka
analisis (analytical framework).
3. Ketiga, menentukan indikator analisis.
Indikator analisis adalah informasi yang melekat pada variabel analisis dan dapat
menjelaskan kualitas dari variabel analisis. Penentuan indikator analisis adalah langkah
yang memerlukan pemahaman yang hati-hati. Dimensi yang digunakan dalam menentukan
indikator harus setara. Indiaktor analisis yang tidak setara akan berpotensi menimbulkan
bias ketika kita melakukan penafsiran (interprestasi) kelak.
4. Keempat, menyiapkan instrumen pendataan.
Instrumen pendataan (setara dengan kuisioner dalam bahasa penelitian) dapat diwujudkan
dalam bentuk matriks tabel. Format matriks tabel harus sesuai dengan kerangka analisis
yang ditentukan.
5. Kelima, menentukan pilihan sumber data.
Pihak tim evaluator harus menyepakati dulu untuk menggantungkan diri pada sumber data
yang mana. Jika terdapat beberapa sumber data, maka harus dipilih satu saja dan tentukan
alasan kuat kenapa memilih sumber data tersebut.
6. Keenam, menyusun matriks tabulasi data.
Berdasarkan kerangka analisis maka disusun matriks tabulasi data. Matriks tabulasi data
digunakan sebagai formulir raw data entry yang bersumber dari instrumen pendataan yang
telah diisi. Seluruh data yang termuat di dalam instrumen pendataan dituang ke dalam
matriks tabulasi data (converting process). Seluruh data yang dituangkan merupakan data
yang mewakili masing-masing yang telah ditentukan sesuai kerangka analisis yang telah
disusun
7. Ketujuh, menyiapakan matriks pengolahan data.
Berdasarkan tabulasi data yang telah mengandung informasi lengkap, maka dilakukan
proses pengolahan data. Pada proses pengolahan data harus mempertimbangkan kolom-
kolom dalam matriks tabulasi data yang terisi lengkap.
8. Kedelapan, mencermati sifat nilai koefisien pada variabel tertentu.
Pada beberapa variabel tertentu, sebelum dilakukan perhitungan, perlu diteliti dulu sifat
nilai koefisiennya. Terdapat dua jenis nilai koefisien, yaitu “Koefisien Berbanding Lurus”
dan “Koefisien Berbanding terbalik”. Apabila ditemukan variabel dengan nilai ”Koefisien
Berbanding Terbalik”, maka harus dilakukan perhitungan tambahan dengan melakukan
pengurangan nilai, yaitu Bobot Variabel yang bersangkutan dikurangi Nilai Koefisien
Hasil Hitung langsung.
9. Kesembilan, melakukan scoring dan calculating.
Untuk memperoleh nilai scoring per kegiatan, diperlukan angka koefisien variabel dan
bobot kegiatan bersangkutan (bobot hanya diberikan apabila dipandang setiap item
memerlukan pembedaan).
10. Kesepuluh, melakukan penafsiran (interprating).
Penafsiran dilakukan sebagai cara untuk memberikan grading status. Misalnya dalam
tingkatan status seperti (a) sangat baik, (b) baik, (c) sedang, (d) kurang, (e) sangat kurang.
Proses menuju pemberian grading status pada suatu kegiatan harus dapat ditelusuri secara
meyakinkan hingga ke proses penghitungan hulunya dan yang utama adalah scoring atas
unit analisis terkecil yang digunakan.
KESIMPULAN

Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para manajer sangat perlu
mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi berarti usaha
untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-
faktor eksternal dan internal selalu berubah. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa perubahan
itu cepat atau lambat akan dialami perusahaan. Suatu perusahaan yang tidak pernah melakukan
perubahan (evaluasi), sedangkan perubahan lingkungan berjalan dengan cepat, maka perusahaan
tersebut akan mengalami kemunduran.
Dengan mengikuti proses evaluasi strategi yang telah dijelaskan diatas, akan membantu
perusahaan melihat kelemahan – kelemahan perusahaan atas perubahan faktor internal maupun
eksternal perusahaan. Jika perusahaan juga melakukan dengan rutin evaluasi strateginya, maka
perusahaan akan lebih cepat melihat kelemahannya, dan lebih cepat juga melakukan tindakan
korektif.
DAFTAR PUSTAKA

David, Fred R. 2010. Strategic Management Manajemen Strategis Konsep Buku 1 Edisi 12.
Jakarta: Salemba Empat.
David, Fred R. 2010. Strategic Management Manajemen Strategis Konsep Buku 1 Edisi 15.
Jakarta: Salemba Empat.
Kertiyasa, Ni Nyoman. 2016. Manajemen Strategik. Denpasar: Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai