Anda di halaman 1dari 3

DAFFA NABIL HAKIM, XII MIA 3

UNSUR INTRINSIK NOVEL PITUNG, KIPRAH JIHAD 7 PENDEKAR BETAWI

Tokoh & Penokohan

No Tokoh Penokohan
1 Haji Luqman Protagonis
2 Halimah Tritagonis
3 7 Tamu H. Luqman Tritagonis
4 Han Tjoan Liem Antagonis
5 Baron Sloet van de Beele Antagonis
6 Si Picek Antagonis
7 Ratu Bagus Nurul Syamsirin Nitikusumah Protagonis
8 Kapten Michiels Antagonis
9 Fatmah Protagonis
10 Radin Muhammad Ali Nitikusumah Protagonis
11 Ahmad Tritagonis
12 Rumi Tritagonis
13 Haji Sadelih Protagonis
14 Ustadz Syafei Tritagonis
15 Rojali Tritagonis
16 Orang tua Fatmah Tritagonis
17 Orang tua Rojali Tritagonis
18 Solihun Tritagonis
19 Ratu Bagus Muhammad Roji’ih Nitikusumah Protagonis
20 Ibu-Ibu (di eretan) Tritagonis
21 Jawara-Jawara (di pasar) Antagonis
22 Matrodi Tritagonis
23 Hasan Tritagonis
24 Haji Naipin Protagonis
25 Jaebullah Protagonis
26 Abdul Somad Protagonis
27 Rais Protagonis
28 Ki Saman Protagonis
29 Abdul Qodir Protagonis
30 Pedagang sayur Citeureup Tritagonis
31 Pedagang sayur Condet Tritagonis
32 Amineh Tritagonis
33 Haji Munir Tritagonis
34 Babah Yutang Antagonis
35 Tuan Pukul Babah Yutang Antagonis
36 Zubaedah Tritagonis
37 Adolf Wilhelm Verbond Hinne Antagonis
38 Sartam Antagonis
39 Haji Muslim Tritagonis
40 Haji Syamsudin Tritagonis
41 Cutak Sam Ba Protagonis
DAFFA NABIL HAKIM, XII MIA 3

42 Anggota Pitung palsu Antagonis


43 Habib Muhammad Syihab Tritagonis
44 Seorang pribumi pengkhianat Antagonis
45 Ratu Bagus Ahmad Syar’I Mertakusumah Protagonis

Sudut Pandang
Cara pandang pengarang dalam menceritakan cerita dalam novel ini adalah dengan sudut
pandang orang ketiga, karena menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, mereka, dsb.

Amanat/Pesan
Kita harus menghormati jasa para pahlawan yang jerih payah mengorbankan nyawa
demi kemerdekaan. dan jangan takut untuk membela kebenaran di jalan Tuhan, pasti ada
balasannya yang setimpal.

Latar/Setting

Latar Tempat : Jakarta (Ribuan Kembang api dan petasan Jangwe melesat, susul-
menyusul, berkejaran ke atas, meledakkan langit Jakarta sore itu. (Hal:
5).
Rumah Jipang (Judul bab, Hal: 5)
Pesantren Haji Dullah ( ….dia melihat nyala api yang besar dari lokasi
pesantren Haji Dullah, Hal:33.)
Gubuk/Rumah H. Sadelih ( ….Sadelih duduk termangu di atas bale depan
gubuknya, Hal: 41.)
Pasar Tenabang (Judul bab, Hal: 89)
Pesantren Kebon Pala (Hal 105)
Lapangan kecil (Hal 334)
Lapangan kecil deket Ciliwung (“… tujuh orang semuanye, ke lapangan
kecil deket Ciliwung…” Hal: 127.)
Rumah Haji Syamsudin (Bab 27)
Rumah & kebun keluarga besar Radin Ali (Hal: 330)

Latar Waktu : 19 April 2017 (TANAH ABANG, 19 APRIL 2017 Hal 5.)
Agustus 1883 ( ….suatu hari, pertengahan Agustus 1883 Hal 211.)
Pagi hari (Hal 80-84)
Malam hari (Ujian terakhir, Bab 16.)

Latar Suasana : Tegang (Pada saat Raden Ali menghadap kematiannya Hal : 335,
Syahidnya Ji’ih Hal: 311-319, dll)
Sedih/Haru (Pada saat Fatmah melepas pergi anaknya Hal: 73-80
Marah (“Godverdome zeg!” Schout Van Hinne menggebrak mejanya,
mukanya kembali memerah bagai kerang rebus, Hal: 302.)
Lucu (Ketika Jebul takut bahwa calon istrinya adalah seorang nenek-
nenek, Hal: 208.)
DAFFA NABIL HAKIM, XII MIA 3

Bahagia (Van Hinne berpesta, Hal 325, Pendekar pitung menemui


pasangan hidupnya, Bab 24.)

Gaya Bahasa

Majas Simile : “Godverdome zeg!” Schout Van Hinne menggebrak mejanya, mukanya
kembali memerah bagai kerang rebus. (Hal: 302)

Majas Litotes : “… Ayo masuk, masuk semuanye, maaf gubuk aye sempit.” (Hal: 39)

Majas Sarkasme : “Hei, anjing kumpeni! Ude berape orang yang lu bunuh?...” (Hal: 198)

Majas Hiperbola : …Jangwe melesat susul-menyusul, berkejaran ke atas, meledakkan


langit Jakarta sore itu.

Plot/Alur
Alur Maju.

Tema
Sejarah, religius, dan penjajahan

Anda mungkin juga menyukai