Kisah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Hingg
Kisah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Hingg
Tahun Gajah
Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari
negeri Habasyah untuk merobohkan Ka’bah. Maksud jahat mereka ini berhasil
digagalkan dengan pertolongan Allah Swt yang mengirimkan burung-burung
Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung wabah penyakit dan
menimpakannya atas pasukan Abrahah. Peristiwa ini terjadi pada pertengahan
abad ke 6 Masehi.
Penghentian Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3
tahun tidak menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga
mereka makan dedaunan. Kemudian orang-orang Quraisy menghentikan
pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi pengumuman biokot itu telah
dimakan rayap.
Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu,
perisitiwa itu terjadi pada 10 tahun kenabian.
Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan
beliau berdiam di sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk
Thaif. Namun dakwah beliau di sana tidak mendapat respon dari mereka, bahkan
justru menolaknya dengan suatu penolakan dan tindakan yang buruk. Mereka
melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan
menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau
kembali lagi ke Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin
bertambah keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum
muslimin untuk melakukan hijrah ke Madinah dan selanjutnya beliau pun
bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan kaki
cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa
seseorang untuk memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang
untuk menebas leher-leher orang. Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata
untuk berdakwah mengajak orang untuk beriman, sekaligus menyampaikan kabar
gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang
islam, disebabkan hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk
berperang mempertahankan diri atas tindakan mereka.
Perang Ghathafan
Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya
tidak begitu penting, akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar.
Pada waktu itu keluar 450 orang dari Bani Tsa’labah dan Muharib di bawah
pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang ingin menyerbu Madinah. Maka
keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah musuh ke
gunung-gunung.
Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya
yang basah sambil duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-
diam hendak membunuh Beliau seraya berkata:
“Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?”
Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”
Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya,
lalu Nabi Muhammad Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat
melindungimu dariku?”
Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”
Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta
mengajak kaumnya memeluk agama Islam.
Perang Uhud
Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan
Quraisy yang terdiri dari pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup
banyak, berangkat menuju kota Madinah untuk melaksanakan balas dendam atas
terbunuhnya para bangsawan mereka di peperangan Badar.
Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum
muslimin karena pada perang ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah
SAW. Jumlah pasukan Islam yang terbunuh secara syahid sebanyak 70 lebih
personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan selebihnya dari kaum
Anshar. Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak 23
orang.
Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan
menikah dengan Ummi Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya
Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh karena itulah Usman bin Affan
dijuluki Dzun Nurain (yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun ini juga
Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena
bahayanya yang demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia.
Allah SWT berfirman,
صاب َو ْال َم ْيسِر ْالخ َْمر ِإنَّ َما آ َمنوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا
َ ان َع َم ِل ِ ِّم ْن ِرجْ س َو ْاْل َ ْز َلم َو ْاْلَن
ِ ط َّ ت ْف ِلحونَ لَعَلَّك ْم فَاجْ تَنِبوه ال
َ ش ْي
Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah pebuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)
Tahun Keempat Hijriah
Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi
meninggalkan kota Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah
SAW telah diadakan suatu perjanjian, dimana diantara kedua belah pihak harus
saling memelihara dan menjaga keamanan masing-masing dan tidak saling
mengkhianati terhadap perjanjian itu. Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap
Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk oleh rayuan syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh
Rasulullah SAW dari Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau,
dan mereka tetap tidak mau pergi. Maka kaum muslimin mengepung mereka dan
melakukan pemboikotan terhadap mereka serta memaksa mereka untuk pergi
meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan
diturunkannya wahyu tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW
memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid
bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang Yahudi, dan membacakan kepada
beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini pula, Husein bin Ali r.a
dilahirkan.
Bai’atur Ridwan
Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi
Muhammad Saw menunjuk Usman bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian
dimaksud ke pihak kaum Musyrikin dengan ditemani oleh beberapa orang
sahabat. Sesampainya Usman ke sana, mereka menangkapnya. Berita
penangkapan Usman ini sampai ke kalangan kaum Muslimin. Bahkan telah
tersebar desas desus bahwa Usman dan kawan-kawan telah dibunuh oleh pihak
kaum Musyirikin.
Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendengar rumor bahwa Usman
telah dibunuh, Beliau seketika memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk
berkumpul, untuk melakukan bai’at di bawah suatu pohon, bahwa mereka siap
mati untuk menyelamatkan Usman.
Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka
merasa takut dan gentar. Akhirnya mereka membebaskan Usman dan kawan-
kawannya. Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu,
sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas
tangan mereka.” (Al-Fath,10).
Dan Allah swt berfirman pula:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika
mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui
apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan ketenangan atas
mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang
dekat (waktunya).” (Al-Fath, 18).
Perang Khaibar
Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada
kali ini adalah mereka yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada
perang Khandak. Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong
mereka serta kemudian mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam
ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib
(semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin perang.
Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika
Rasulullah Saw mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal
berdoa untuk kesembuhan kedua matanya. Maka dengan atas izin Allah Swt,
kedua mata Ali seketika sembuh.
Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada
pihak kaum Muslimin dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang
yang cukup besar.
Perang Mu’tah
Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu
Nabi Muhammad Saw mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan
menugaskan Zaid bin Haritsah untuk menjadi pimpinannya. Sementara pihak
Romawi telah mengerahkan pasukannya sebanyak 150000 prajurit.
Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara
keduanya. Kalau tidak karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang
jitu, kaum Muslimin di awal-awal pertempuran hampir mengalami kekalahan,
tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya pasukan kaum Muslimin
mendapatkan kemenangan.
Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah)
Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang
pernah disepakati di Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di
dalamnya. Menghadapi kenyataan ini maka Nabi Muhammad Saw
mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk diberangkatkan ke
Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan
sebelah bawah, sementara Khalid bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya
berangkat melalui jalan sebelah atas. Ketika Rasulullah Saw sampai di kota
Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling Ka’bah terdapat tiga ratus enam
puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di tangan, Beliau
hancurkan patung-patung itu seraya mengatakan:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)
Firman-Nya lagi:
Teks arab
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan
tidak (pula) akan memulai.” (Saba, 49).
Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di
tengah-tengah Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan
Mekkah pada hari diciptakannya langit dan bumi, dan ia berkedudukan mulia
dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat. Maka tidak halal bagi seseorang
yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk melakukan pertumpahan
darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.
Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah
Saw di kota Mekkah, maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah
memberikan ijin kepada Rasul-Nya dan tidak memberikan ijin kepadamu, dan
bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku pada saat diwaktu siang dan
kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali, sebagaimana
kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada
saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir.
Peristiwa Perang Hunain
Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah Swt telah menolong kami (hai para mukminin) di
medan peperangan yang banyak dan (ingatlah) peperangan Hunain, yang
diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka
jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan
bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke
belakang dengan bercerai-berai.” (At-taubah, 25).
Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan 10000
orang prajurit. Kaum Mukminin melihat jumlah yang demikian besar itu merasa
congkak. Kemudian ketika pasukan Muslim bertemu dengan pasukan musuh,
yang saat itu mereka tersembunyi dari penglihatan pasukan Muslim dengan batu-
batu besar. Betapa terkejutnya pasukan Muslim ketika melihat kenyataan ini, dan
mereka dapat dikalahkan oleh pasukan musuh, dan lari bercerai-berai. Tidak ada
yang bertahan bersama Rasulullah Saw kecuali sekolompok sahabat yang tetap
bertahan bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas dan Abu
sufyan bin Haris anak paman Rasulullah Saw.
Ekspedisi Tabuk
Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah
yakni perang di masa susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum
muslimin sedang mengalami kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun
sangat panas.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari
Mekkah dan Madinah serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita
bahwa orang-orang kafir mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk
melakukan penyerangan terhadap kaum muslimin di negeri mereka, yakni
Madinah.
Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta
kekayaannya, Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan
dengan sepuluh ribu dinar, sementara para ibu-ibu muslimat menyumbangkan
perhiasan-perhiasan mereka sekedar kemampuan mereka.
Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang
berjumlah 30000 personil berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana
Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak melihat pasukan musuh sebagaimana
yang Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw memutuskan untuk
kembali ke Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan
dalam perjalanan pulang kembali itu, sempat membangun beberapa masjid.
Haji Wada’
Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10
hijriah berangkat menunaikan ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25
Dzulqo’dah menuju kota Mekkah. Sesudah sampai di kota Mekkah, maka pada
tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju Mina dan bermalam di sana. Dan
pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana Beliau berkhutbah
yang dikenal dengan nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu
menjelaskan tentang hal-hal terpenting dari pokok-pokok dan cabang-cabang
Agama Islam. Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku
cukupkan kepadamu ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (Al-Maidah, 3).
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke
Madinah dengan selamat. Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya
Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah, maka telah sempurna misi Beliau di
Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan dan sebelas hari.