Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KELISTRIKAN

Relay dan Solenoid, Motor Listrik, Generator Listrik dan Transformator

Praktikum Listrik dan Elektronika

TIO 1 2018

Disusun Oleh :

ABRAHAM KWERA H (1118020)

DIMAS ANDIKA P (1118022)

FERRY KURNIAWAN (1118023)

MUHAMMAD RIDWAN M (1118030)

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK INDUSTRI OTOMOTIF


POLITEKNIK STMI JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk penilaian Ujian Akhir Semester pada Mata Kuliah
Praktikum Listrik dan Elektronika dan yang juga merupakan salah satu syarat dalam
menempuh pendidikan di Politeknik STMI Jakarta.

Modul ini kami buat untuk memenuhi tugas kami dalam mata kuliah Praktikum Listrik
dan Elektronika. Di dalam mata kuliah tersebut kami ditugaskan untuk membuat Laporan
mengenai Relay dan Solenoid, Motor Listrik, Generator Listrik dan Transformator.

Dalam melaksanakan praktikum tersebut, penulis banyak mendapatkan data dan


keterangan guna untuk memenuhi laporan ini. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih, kepada:

1. Bapak Joko Prihartono ST, MT selaku dosen Praktikum Listrik dan Elektronika
2. Bapak Febyan D. Pramanta ST, MT selaku dosen Praktikum Listrik dan Elektronika
3. Kedua orang tua dan seluruh anggota keluarga yang telah ikut memberikan dorongan dan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Dengan demikian, penulis dalam laporan ini mengharapkan pendapat, saran, dan kritik
yang mendorong agar penulis lebih baik lagi dalam membuat laporan-laporan yang akan
datang karena penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan
laporan ini.

Jakarta, 29 November 2019

Penulis
Relay dan Solenoid

1.1 Pengertian Relay

Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh
arus listrik. Secara prinsip, Relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang
besi (Solenoid) di dekatnya. Ketika Solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena
adanya gaya magnet yang terjadi pada solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada
saat arus dihentikan, gaya magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan
kontak saklar kembali terbuka. Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan
yang besar (Misalnya peralatan listrik 4 Ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan
yang kecil (Misalnya 0.1 Ampere 12 Volt DC).

Relay yang paling sederhana ialah relay elektromekanis yang memberikan pergerakan
mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara sederhana Relay Elektromekanis ini
didefinisikan sebagai berikut :

• Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup, membuka kontak saklar.

• Saklar yang digerakkan (secara mekanis) oleh daya/energi listrik.

Di bawah ini contoh Relay yang beredar di pasaran :


1.2 Sejarah Relay

Penemu relay pertama kali adalah Joseph Henry pada tahun 1835. Dalam
dunia elektronika, Relay dikenal sebagai komponen yang dapat
mengimplementasikan logika switching. Sebelum tahun 70an, Relay merupakan “
otak ” dari rangkaian pengendali. Mulai pada era 1970” muncul PLC yang mulai
menggantikan posisi Relay.

1.3 Prinsip Kerja Relay


Relay terdiri dari Coil & Contact

Coil adalah gulungan kawat yang mendapat arus listrik, sedangkan Contact
adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada tidaknya arus listrik
dicoil. Contact terdapat 2 jenis, yaitu : Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan
open), dan Normally Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close). Secara sederhana
berikut ini prinsip kerja dari Relay : Ketika Coil mendapat energi listrik (Energized), akan
timbul gaya elektromagnet yang akan menarik armature yang berpegas, dan contact akan
menutup.

Relay adalah komponen elektronika berupa saklar elektronik yang digerakkan oleh
arus listrik. Secara prinsip, Relay merupakan tuas saklar dengan lilitan kawat pada batang
besi (Solenoid) di dekatnya.

Ketika Solenoid dialiri arus listrik, tuas akan tertarik karena adanya gaya magnet yang
terjadi pada Solenoid sehingga kontak saklar akan menutup. Pada saat arus dihentikan, gaya
magnet akan hilang, tuas akan kembali ke posisi semula dan kontak saklar kembali terbuka.
Relay biasanya digunakan untuk menggerakkan arus/tegangan yang besar (Misalnya
peralatan listrik 4 Ampere AC 220 V) dengan memakai arus/tegangan yang kecil (Misalnya
0.1 Ampere 12 Volt DC). Relay yang paling sederhana adalah Relay Elektromekanis yang
memberikan pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik.

Dalam pemakaiannya biasanya Relay yang digerakan dengan arus DC dilengkapi


dengan sebuah dioda yang diparalel dengan lilitannya dan dipasang terbalik yaitu anoda pada
tegangan (-) dan katoda pada tegangan (+). Ini bertujuan untuk mengantisipasi sentakan
listrik yang terjadi pada saat relay berganti posisi dari on ke off agar tidak merusak
komponen di sekitarnya. Penggunaan Relay perlu memperhatikan tegangan pengontrolnya
serta kekuatan Relay dalam menswitch arus atau tegangan. Biasanya ukurannya tertera pada
body Relay. Misalnya Relay 12 Volt DC / 4A 220V, artinya tegangan yang diperlukan
sebagai pengontrolnya adalah 12 Volt DC dan mampu menswitch arus listrik
(maksimal) sebesar 4 Ampere pada tegangan 220 Volt. Sebaiknya relay difungsikan 80% saja
dari kemampuan maksimal agar aman ketika digunakan, apabila lebih rendah lebih aman.
1.4 Jenis Jenis Relay

Seperti Saklar, Relay juga dibedakan berdasarkan Pole dan Throw yang dimilikinya,
berikut ini adalah definisi Pole dan Throw :

• Pole : Banyaknya contact yang dimiliki oleh Relay


• Throw : Banyaknya kondisi (state) yang mungkin dimiliki contact

Berikut ini penggolongan Relay berdasar jumlah Pole dan Throw :

• SPST (Single Pole Single Throw)


• DPST (Double Pole Single Throw)
• SPDT (Single Pole Double Throw)
• DPDT (Double Pole Double Throw)
• 3PDT (Three Pole Double Throw)
• 4PDT (Four Pole Double Throw)
Berikut ini rangkaian dan simbol macam-macam Relay tersebut :

Relay Jenis Single Pole Double Throw (SPDT)

Relay Dengan Contact Lebih Dari Satu


Jenis Jenis Relay Lain :

Timing Relay

Timing Relay adalah jenis Relay yang khusus. Cara kerjanya adalah jika coil dari
timing relay ON, maka beberapa detik kemudian, dan contact relay berada pada posisi ON
atau OFF (sesuai jenis NO/NC contact). Simbol dari Timing Relay dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Latching Relay

Latching relay ialah jenis relay digunakan untuk latching atau mempertahankan
kondisi aktif input sekalipun input sebenarnya sudah mati. Cara kerjanya adalah jika latch
coil diaktifkan, ia tidak akan bisa dimatikan kecuali unlatch coil diaktifkan. Simbol dari
Latching Relay dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Reed Relay

Reed Relay memiliki seperangkat kontak di dalam vakum atau gas inert untuk
mengisi tabung gelas, yang melindungi kontak terhadap korosi atmosfer. Kontak tertutup
oleh medan magnet yang dihasilkan ketika arus mengalir melalui kumparan di sekeliling
tabung gelas. Reed relay mampu switching kecepatan lebih cepat daripada jenis relay yang
lebih besar, tetapi beralih rendah arus dan tegangan peringkat.
1.5 Fungsi Relay

- Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function).


- Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay
Function).
- Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan
bantuan dari Signal Tegangan rendah.
- Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari
kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

1.6 Aplikasi dan Penggunaan Relay


Starter Mobil
Saat mobil akan dinyalakan, diperlukan arus yang sangat besar untuk bisa memutar
motor starter sehingga digunakan Relay untuk proses ini, berikut ini adalah gambaran cara
kerja Relay Starter pada kendaraan :

Klakson Motor
Fungsi Relay Klakson adalah supaya tidak merusak switch/saklar pada kendaraan.
Dan dengan adanya Relay maka secara tidak langsung fungsi switch klakson dapat digantikan
dengan kontak Relay dan arus listrik yang dialirkan ke klakson pun dapat lebih stabil.
Interlacted Relay

Ini adalah salah satu contoh aplikasi Relay dengan instalasi yang tergolong rumit. Dan
memiliki fungsi digunakan sebagai teknik mengamankan mobil. Sehingga mobil tidak akan
bisa di start jika kita belum menyalakan lampu dim sekali dan atau menginjak rem sekali
(Pilih salah satu mekanismenya bisa menyalakan lampu dim sekali atau menginjak rem
sekali).

Menggunakan 3 Buah Relay


Relay pertama digunakan untuk menerima trigger dari lampu dim/ rem dan
mempertahankan signal sekali tersebut sebagai trigger bagi relay yang lain.

Relay kedua digunakan untuk starter.hanya akan aktif jika dan hanya jika relay
pertama dan relay ke tiga aktif. (syarat relay pertama aktif dilakukan sekali dim atau sekali
injak rem yang dilakukan setelah kunci kontak ada pada posisi ON/IG).

Relay ketiga digunakan untuk membalikan polarity dari output Kunci kontak starter
dari + menjadi -. Kemudian mengirimkannya ke relay kedua.
1.7 Spesifikasi Relay

Dalam data sheet, penjelasan untuk coil dan contact terpisah. Hal ini menyebabkan
masing – masing mempunyai spesifikasi yang berbeda – beda juga. Perhatikan tabel berikut :
Solenoid

2.1 Pengertian Solenoid

Solenoid atau Solenoida adalah perangkat elektromagnetik yang dapat mengubah


energi listrik menjadi energi gerakan. Energi gerakan dihasilkan oleh Solenoid umumnya
hanya push (gerakan mendorong) dan pull (menarik). Pada dasarnya, Solenoid hanya terdiri
dari sebuah kumparan listrik atau electrical coil yang dililitkan di sekitar tabung silinder
dengan aktuator ferro-magnetic atau sebuah Plunger yang bebas bergerak “Masuk” dan
“Keluar” pada body kumparan. Solenoid juga termasuk sebagai keluarga Transduser, yaitu
perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi lainnya.

Di bawah ini adalah gambaran contoh Solenoid :

2.2 Sejarah Solenoid

Sebuah solenoid ( / s oʊ l ə n ɔɪ d / , diambil dari Bahsasa Perancis Solenoide, adalah


sebuah mata uang modern Yunani ζωληνοειδής sōlēnoeidḗs " Pipa Berbentuk " adalah jenis
elektromagnet, yang berfungsi untuk menghasilkan medan magnet yang terkontrol melalui
koil menjadi heliks yang padat . Istilah ini ditemukan pada tahun 1823 oleh André-Marie
Ampère untuk koil heliks.
Dalam studi elektromagnetisme, Solenoid adalah koil yang panjangnya jauh lebih
besar dari diameternya. Dalam penggunaannya, Koil dapat diatur untuk menghasilkan medan
magnet yang seragam dalam volume ruang saat terdapat arus listrik dilewatinya. Solenoida
adalah elektromagnet, yang tujuannya untuk menghasilkan medan magnet yang terkontrol.
Solenoida tidak hanya berbentuk lurus saja, misalnya Elektromagnet William Sturgeon yang
diciptakan pada tahun 1824 terdiri dari Solenoida yang ditekuk menjadi bentuk tapal kuda.

Pada tahun 1820, perusahaan Denmark Oster menemukan prinsip ini. Pada tahun
1822, fisikawan Prancis Arago dan Lussac menemukan bahwa ketika arus melewati kawat
dengan sepotong besi, ia dapat menarik besi pada belitan. Ini adalah penemuan pertama dari
prinsip Elektromagnet di tahun 1823, Sturgeon juga melakukan percobaan serupa dengan
meletakan magnet berbentuk U di sepotong batang besi pada 18 lingkaran di sekitar kawat
tembaga, kawat tembaga dan sel volta ketika diaktifkan dan di sekitar kumparan batang
berbentuk U menghasilkan medan magnet yang kuat, itu membuat batang besi menjadi "
Magnet ". Elektromagnet pada energi magnetik dapat menyedot 20 kali lebih berat dari besi,
ketika listrik terputus, maka kembali ke batang besi normal. Penemuan pengubahan energi
listrik menjadi energi Magnetik segera menyebar ke seluruh dunia seperti ke Britania Raya
(Inggris), Amerika Serikat dan bagian Eropa Barat.

Pada tahun 1829, Amerika Serikat, seorang teknik listrik Henry beberapa reformasi
perangkat elektromagnet sturgeon, dan pada tahun 1831, Henry telah berhasil menghasilkan
Elektromagnet yang diperbarui, meski dalam ukuran kecil, dan memiliki kemampuan dapat
menyerap satu ton besi.

2.3 Prinsip Kerja Solenoid

Solenoida atau Solenoid adalah perangkat elektromagnetik yang dapat mengubah


energi listrik menjadi energi gerakan. Energi gerakan yang dihasilkan oleh Solenoid adalah
gerakan mendorong (push) dan menarik (pull). Pada dasarnya, Solenoid hanya terdiri dari
sebuah kumparan listrik (electrical coil) yang dililitkan di sekitar tabung silinder dengan
aktuator ferro-magnetic atau sebuah Plunger yang bebas bergerak “Masuk” dan “Keluar” dari
bodi kumparan. Dan Aktuator (actuator) adalah sebuah peralatan mekanis yang dapat
bergerak atau mengontrol suatu mekanisme. Solenoid sering digunakan di aplikasi-aplikasi
seperti menggerakan dan mengoperasikan mekanisme robotik, membuka dan menutup pintu
dengan listrik, membuka dan menutup katup (valve) dan sebagai sakelar listrik. Solenoida
yang dapat membuka dan menutup katup disebut Solenoid Valve (Solenoida Katup).
2.4 Jenis Jenis Solenoid

Solenoid pada umumnya tersedia dalam dua bentuk yaitu Solenoid Linier atau sering
dikenal dengan nama Linear ElectroMechanical Actuator (LEMA) dan Solenoid Rotasi
(Rotary Solenoid).

- Solenoida Linier (Linear Solenoid) atau Linear Electro Mechanical Actuator (LEMA)

Solenoida Linier adalah alat elektromagnetik atau Linear Electro Mechanical Actuator
yang mengubah energi listrik menjadi sinyal magnetik atau energi gerakan mekanis. Cara
kerjanya sama dengan prinsip kerja Relay Elektromekanis yang dapat dikendalikan dengan
menggunakan Transistor, MOSFET dan komponen elektronika lainnya.

Solenoid jenis ini disebut dengan Solenoid Linier karena plunger atau aktuatornya
bergerak secara linier. Solenoid Linier ini biasanya tersedia dalam dua bentuk konfigurasi
dasar yaitu Solenoid Linier tipe Tarik (Pull Type) yang dapat menarik beban kearahnya
apabila diberi arus listrik dan Solenoida Linear tipe Dorong (Push Type) yang dapat
mendorong beban menjauhi dirinya apabila diberikan arus listrik secukupnya. Pada
umumnya, konstruksi dan struktur dasar Solenoid linier Tipe Tarik maupun tipe Dorong
adalah sama, perbedaannya hanya terletak di desain Plunger dan arah pegasnya.

Cara Kerja Solenoida Linier

Ketika arus listrik diberikan ke Koil, Koil tersebut akan menghasilkan medan magnet,
medan magnet tersebut akan menarik Plunger yang berada di dalam koil masuk ke pusat koil
dan merapatkan atau mengkompreskan pegas yang terdapat di satu ujung Plunger tersebut.
Gaya dan kecepatan Plunger tergantung pada kekuatan Fluks Magnetik yang dihasilkan oleh
Koil.

Bila arus listrik dimatikan (OFF), medan elektromagnet yang dihasilkan sebelumnya
akan hilang sehingga energi yang tersimpan pada pegas yang dikompres tersebut akan
mendorong plunger keluar kembali ke posisi semula.
Solenoid Linier ini sangat berguna dan banyak digunakan di aplikasi yang
memerlukan gerakan “Tutup” dan “Buka” atau “Keluar” dan “Masuk” seperti pada kunci
pintu yang dioperasikan secara elektronik, kontrol katup pneumatik atau hidrolik, robotika,
mesin otomotif dan pintu irigasi.

- Solenoida Rotasi (Rotary Solenoid)

Kebanyakan Solenoida elektromagnetik yang dapat ditemukan di pasaran adalah


perangkat linier yang menghasilkan gaya maju dan gaya mundur secara linier. Namun ada
juga Solenoida yang tersedia dalam bentuk Rotasi yang digunakan untuk menghasilkan
gerakan sudut atau gerakan putar (rotasi) dari posisi netral ke posisi searah jarum jam ataupun
posisi berlawanan arah dengan jarum jam dengan sudut tertentu.

Solenoid jenis Rotasi ini dapat digunakan untuk mengantikan fungsi motor DC kecil
ataupun motor stepper yang sudut gerakannya sangat kecil. Berdasarkan sudut gerakannya,
Solenoid Rotasi biasanya tersedia dalam sudut gerakan 25⁰, 35⁰, 45⁰, 60⁰ dan 90⁰.

Ada juga yang tersedia dalam bentuk gerakan yang dapat menuju ke sudut tertentu
kemudian kembali lagi ke posisi awal (posisi nol), contohnya dari posisi 0 ke 90⁰ kemudian
kembali lagi ke posisi 0.

Cara Kerja Solenoida Rotasi

Solenoid Rotasi dapat menghasilkan gerakan rotasi ketika diberikan energi atau arus
listrik ataupun pada saat berubah polaritas medan elektromagnetik. Solenoid Rotasi terdiri
dari gulungan listrik yang dililitkan di sekitar rangka baja dengan disk magnetik yang
terhubung ke poros output yang berada di atas koil.

Pada saat diberikan arus listrik, medan elektromagnetik menghasilkan kutub-kutub


utara dan kutub-kutub selatan yang menolak kutub magnet permanen yang berdekatan
sehingga menyebabkannya berputar pada sudut yang ditentukan oleh konstruksi mekanis
Solenoid Rotasi itu sendiri.

Solenoid jenis Rotasi ini umumnya diaplikasikan printer dot matriks, mesin-mesin
otomotif dan peralatan-peralatan otomatis.

2.5 Fungsi Solenoid

- Solenoid jenis Rotasi dapat digunakan untuk mengantikan fungsi motor DC kecil
ataupun motor stepper yang sudut gerakannya sangat kecil.
- Solenoid jenis Linier dapat digunakan pada aplikasi yang memerlukan gerakan
“Tutup” dan “Buka” atau “Keluar” dan “Masuk”
- Dengan adanya proses otomasi yang terdapat pada Solenoid, dapat membantu
meningkatkan pencapaian target produksi yang diinginkan dan efisiensi produksi.
2.6 Aplikasi dan Penggunaan Solenoid

- Solenoid Linier

Selenoid Valve Pneumatic

1. Kunci pintu yang dioperasikan elektrik


2. Kontrol katup pneumatik atau hidrolik
3. Robotika
4. Mesin otomotif
5. Pintu Irigasi
- Solenoid Rotasi

Selenoid Rotary

1. Printer Dot Matriks


2. Mesin Otomotif
3. Peralatan Otomotif
2.7 Spesifikasi Solenoid
Motor Listrik

3.1 Pengertian Motor Listrik

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat
yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut generator
atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan pada peralatan rumah tangga seperti kipas angin,
mesin cuci, pompa air dan penyedot debu.

Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron,
dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik
(milimeter), sedangkan motor listrik NEMA berbasis imperial (inch), dalam aplikasi ada
satuan daya dalam horsepower (hp) maupun kiloWatt (kW).

Motor listrik IEC dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan efisiensi yang
dimilikinya, sebagai standar di EU, pembagian kelas ini menjadi EFF1, EFF2 dan EFF3.
EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan
EFF3 sudah tidak boleh dipergunakan dalam lingkungan EU, sebab memboroskan bahan
bakar di pembangkit listrik dan secara otomatis akan menimbulkan buangan karbon yang
terbanyak, sehingga lebih mencemari lingkungan.

Standar IEC yang berlaku adalah IEC 34-1, ini adalah sebuah standar yang mengatur
rotating equipment bertenaga listrik. Ada banyak pabrik elektrik motor, tetapi hanya sebagian
saja yang benar-benar mengikuti arahan IEC 34-1 dan juga mengikuti arahan level efisiensi
dari EU.

Banyak produsen elektrik motor yang tidak mengikuti standar IEC dan EU supaya
produknya menjadi murah dan lebih banyak terjual, banyak negara berkembang manjdi pasar
untuk produk ini, yang dalam jangka panjang memboroskan keuangan pemakai, sebab
tagihan listrik yang semakin tinggi setiap tahunnya.

Lembaga yang mengatur dan menjamin level efisiensi ini adalah CEMEP, sebuah
konsorsium di Eropa yang didirikan oleh pabrik-pabrik elektrik motor yang ternama, dengan
tujuan untuk menyelamatkan lingkungan dengan mengurangi pencemaran karbon secara
global, karena banyak daya diboroskan dalam pemakaian beban listrik.
Sebagai contoh, dalam sebuah industri rata-rata konsumsi listrik untuk motor listrik
adalah sekitar 65-70% dari total biaya listrik, jadi memakai elektrik motor yang efisien akan
mengurangi biaya overhead produksi, sehingga menaikkan daya saing produk, apalagi
dengan kenaikan tarif listrik setiap tahun, maka pemakaian motor listrik EFF1 sudah
waktunya menjadi keharusan.

Motor listrik termasuk kedalam kategori mesin listrik dinamis dan merupakan sebuah
perangkat elektromagnetik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi
mekanik ini digunakan untuk, misalnya, memutar impeller pompa, fan atau blower,
menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dll di industri dan digunakan juga pada
peralatan listrik rumah tangga (seperti: mixer, bor listrik, kipas angin).

3.2 Sejarah Motor Listrik

Dengan invensi baterai (Alessandro Volta, 1800), pembangkitan medan magnetik dari
arus listrik (Hans Christian Oersted, 1820) dan elektromagnet (Willia Sturgeon, 1825)
pondasi untuk membuat motor lisrik telah diletakkan. Pada waktu itu masih terbuka apakah
motor listrik harus berupa mesin berputar atau resiprokal, dalam hal menirukan batang isap
dari mesin uap.

Di seluruh dunia, banyak inventor bekerja paralel dengan tugas ini – yang merupakan
masalah “mode”. Fenomena baru ditemukan hampir di tiap hari. Invensi dalam bidang sains
kelistrikan dan aplikasinya berada di udara.
Seringkali sesama inventor tidak tahu menahu tentang satu sama lain dan
mengembangkan solusi yang serupa secara terpisah dan alat berputar pertama yang
digerakkan oleh elektromagnetisme dibuat oleh seorang pria Inggris Peter Barlow pada tahun
1822 (Barlow‟s Wheel).

Setelah banyak percobaan yang lebih atau kurang berhasil dengan peranti berputar
dan resiprokal yang relatif lemah seseorang berbahasa Jerman asal Prussia Moritz Jacobi
meciptakan motor listrik real pertama di bulan Mei 1834 yang betul-betul menghasilkan daya
keluaran mekanik yang luar biasa. Motor itu menetapkan rekor dunia yang diperbaiki empat
tahun kemudian di bulan September 1838 oleh Jacobi sendiri. Motor kedua itu cukup
bertenaga untuk menggerakkan perahu dengan 14 orang menyeberangi sungai. Tidak lama
kemudian pada tahun 1839/40 banyak pengembang di seluruh dunia mulai membuat motor
yang serupa dan dengan capaian yang lebih tinggi juga.

Sudah pada tahun 1833 seseorang asal Jerman Heinrich Friedrich Emil Lenz
mempublikasikan sebuah artikel tentang hukum resiprositas dari fenomena magnet-listrik dan
magnetic, yang menerangkan reversibilitas generator dan motor listrik. Pada tahun 1838 dia
memberikan penjelasan rinci terhadap eksperimennya dengan generator Pixii yang dia
kerjakan sebagai motor.

Pada tahun 1835 dua orang Belanda Sibrandus Stratingh dan Christopher Becker
membuat motor listrik yang menenagai sebuah mobil mainan kecil. Ini adalah aplikasi praktis
pertama yang dikenal dari motor listrik. Di bulan Februari 1837 paten pertama untuk motor
listrik dikabulkan kepada seorang asal US Thomas Davenport. Namun, semua pengembangan
awal oleh Jacobi, Stratingh, Davenport dan lainnya tidak mengantarkan kepada motor listrik
yang sekarang dikenal.

Motor DC tidak diciptakan dari mesin ini, tetapi dari pengembangan generator daya
(dinamometer). Fondasina diletakkan oleh William Ritchie dan Hippolyte Pixii pada tahun
1832 dengan invensi komutator dan, paling penting, oleh Werner Siemens pada tahun 1856
dengan Jangkar-T-Dobel dan oleh chief engineer-nya Friedrich Hefner-Alteneck, pada tahun
1872 dengan jangkar tromol. Hingga sekarang motor DC masih memliki posisi pasar yang
dominan untuk rentang daya rendah (di bawah 1 kW) dan tegangan rendah (di bawah 60 V).

Tahun-tahun antara 1885 hingga 1889 melihat invensi sistem tenaga listrik tiga-fasa
yang menjadi basis transmisi daya listrik modern dan motor listrik yang terdepan. Inventor
tunggal dari sistem tenaga tiga-fasa tidak bisa disebutan. Terdapat kurang lebih beberapa
nama yang dikenal terlibat secara mendalam dalam invensi ini (Bradley, Dolivo-Dolbrowsky,
Ferraris, Haselwander, Tesla dan Wenström).

Kini, motor sinkron tiga-fasa digunakan paling banyak dalam aplikasi dinamika
(sebagai contoh di robot) dan di mobil listrik. Motor ini dikembangkan pertama kali oleh
Friedrich August Haselwander pada tahun 1887.

Motor induksi sangkar tiga-fasa yang memiliki kesuksesan tinggi dibuat pertama kali
oleh Michael Dolivo Dobrowolsky pada tahun 1889. Saat ini, motor ini adalah mesin yang
paling sering diproduksi dalam rentang daya 1 kW dan di atasnya.

3.3 Prinsip Kerja Motor Listrik

Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik. Perubahan ini
dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut sebagai elektro
magnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa: kutub-kutub dari magnet yang senama akan tolak-
menolak dan kutub-kutub tidak senama, tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan
jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet
yang lain pada suatu kedudukan yang tetap. Motor listrik kadangkala disebut “kuda kerja”
industri, sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70% beban listrik total
di industri.

Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor listrik secara umum sama, yaitu:

Arus listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya.

Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/loop, maka
kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah
yang berlawanan.

Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torsi untuk memutar kumparan.

Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga


putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik
yang disebut kumparan medan.
Dalam memahami sebuah motor listrik, penting untuk mengerti apa yang dimaksud
dengan beban motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga putar/torsi sesuai dengan
kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok:

Beban torsi konstan, adalah beban dimana permintaan keluaran energinya bervariasi
dengan kecepatan operasinya, namun torsi nya tidak bervariasi. Contoh beban dengan torsi
konstan adalah conveyors, rotary kilns, dan pompa displacement konstan.

Beban dengan torsi variabel, adalah beban dengan torsi yang bervariasi dengan
kecepatan operasi. Contoh beban dengan torsi variabel adalah pompa sentrifugal dan fan
(torsi bervariasi sebagai kwadrat kecepatan).

Beban dengan energi konstan, adalah beban dengan permintaan torsi yang berubah
dan berbanding terbalik dengan kecepatan. Contoh untuk beban dengan daya konstan adalah
peralatan-peralatan mesin.
3.4 Jenis-jenis Motor Listrik

Motor DC/Arus Searah

Motor DC/arus searah, sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung yang


tidak langsung/direct-unidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana
diperlukan penyalaan torsi yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan
yang luas.

Sebuah motor DC yang memiliki tiga komponen utama:

Kutub medan. Secara sederhada digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan
menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner
dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC
sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi
membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang
lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet
menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur medan.

Dinamo. Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi elektromagnet.
Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban.
Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh
kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi,
arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo.
Kommutator. Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya
adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Kommutator juga membantu dalam
transmisi arus antara dinamo dan sumber daya.

Keuntungan utama motor DC adalah kecepatannya mudah dikendalikan dan tidak


mempengaruhi kualitas pasokan daya. Motor DC ini dapat dikendalikan dengan mengatur:

- Tegangan dinamo – meningkatkan tegangan dinamo akan meningkatkan kecepatan.


- Arus medan – menurunkan arus medan akan meningkatkan kecepatan.

Motor DC tersedia dalam banyak ukuran, namun penggunaannya pada umumnya


dibatasi untuk beberapa penggunaan berkecepatan rendah, penggunaan daya rendah hingga
sedang, seperti peralatan mesin dan rolling mills, sebab sering terjadi masalah dengan
perubahan arah arus listrik mekanis pada ukuran yang lebih besar. Juga, motor tersebut
dibatasi hanya untuk penggunaan di area yang bersih dan tidak berbahaya sebab resiko
percikan api pada sikatnya. Motor DC juga relatif mahal dibanding motor AC.

Hubungan antara kecepatan, flux medan dan tegangan dinamo ditunjukkan dalam
persamaan berikut :

Gaya elektromagnetik: E = KΦN

Torsi: T = KΦIa

Dimana:

E = Gaya elektromagnetik yang dikembangkan pada terminal dinamo (Volt)

Φ = Flux medan yang berbanding lurus dengan arus medan

N = Kecepatan dalam RPM (putaran per menit)


T = Torsi electromagnetik

Ia = Arus dinamo

K = Konstanta persamaan

Jenis-jenis Motor DC/Arus Searah

Motor DC sumber daya terpisah/ Separately Excited, Jika arus medan dipasok dari
sumber terpisah maka disebut motor DC sumber daya terpisah/separately excited.

Motor DC sumber daya sendiri/ Self Excited: motor shunt. Pada motor shunt,
gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara paralel dengan gulungan dinamo (A)
seperti diperlihatkan dalam gambar 4. Oleh karena itu total arus dalam jalur merupakan
penjumlahan arus medan dan arus dinamo.

Berikut tentang kecepatan motor shunt (E.T.E., 1997):

Kecepatan pada prakteknya konstan tidak tergantung pada beban (hingga torsi tertentu
setelah kecepatannya berkurang, lihat Gambar 4) dan oleh karena itu cocok untuk
penggunaan komersial dengan beban awal yang rendah, seperti peralatan mesin.
Kecepatan dapat dikendalikan dengan cara memasang tahanan dalam susunan seri
dengan dinamo (kecepatan berkurang) atau dengan memasang tahanan pada arus medan
(kecepatan bertambah).

Motor DC daya sendiri : motor seri. Dalam motor seri, gulungan medan atau medan
shunt dihubungkan secara seri dengan gulungan dinamo (A). Sehingga, arus medan sama
dengan arus dinamo.

Berikut tentang kecepatan motor seri (Rodwell International Corporation, 1997; L.M.
Photonics Ltd, 2002):

Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM.

Harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor akan
mempercepat tanpa terkendali.

Motor-motor seri cocok untuk penggunaan yang memerlukan torque penyalaan awal
yang tinggi, seperti derek dan alat pengangkat hoist.

Motor DC Kompon/Gabungan. Motor Kompon DC merupakan gabungan motor seri


dan shunt. Pada motor kompon, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara paralel
dan seri dengan gulungan dinamo (A) seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6. Sehingga,
motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil. Makin
tinggi persentase penggabungan (yakni persentase gulungan medan yang dihubungkan secara
seri), makin tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini. Contoh,
penggabungan 40-50% menjadikan motor ini cocok untuk alat pengangkat hoist dan derek,
sedangkan motor kompon yang standar (12%) tidak cocok (myElectrical, 2005).

Motor AC/Arus Bolak-Balik

Motor AC/arus bolak-balik menggunakan arus listrik yang membalikkan arahnya


secara teratur pada rentang waktu tertentu. Motor listrik AC memiliki dua buah bagian dasar
listrik: "stator" dan "rotor".

Stator merupakan komponen listrik statis. Rotor merupakan komponen listrik berputar untuk
memutar as motor. Keuntungan utama motor DC terhadap motor AC adalah bahwa kecepatan
motor AC lebih sulit dikendalikan. Untuk mengatasi kerugian ini, motor AC dapat dilengkapi
dengan penggerak frekwensi variabel untuk meningkatkan kendali kecepatan sekaligus
menurunkan dayanya. Motor induksi merupakan motor yang paling populer di industri karena
kehandalannya dan lebih mudah perawatannya. Motor induksi AC cukup murah (harganya
setengah atau kurang dari harga sebuah motor DC) dan juga memberikan rasio daya terhadap
berat yang cukup tinggi (sekitar dua kali motor DC).

Jenis-jenis Motor AC / Arus Bolak-Balik

Motor sinkron. Motor sinkron adalah motor AC yang bekerja pada kecepatan tetap
pada sistim frekwensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk pembangkitan
daya dan memiliki torque awal yang rendah, dan oleh karena itu motor sinkron cocok untuk
penggunaan awal dengan beban rendah, seperti kompresor udara, perubahan frekwensi dan
generator motor. Motor sinkron mampu untuk memperbaiki faktor daya sistim, sehingga
sering digunakan pada sistim yang menggunakan banyak listrik.
Komponen utama motor sinkron adalah:

• Rotor. Perbedaan utama antara motor sinkron dengan motor induksi adalah bahwa
rotor mesin sinkron berjalan pada kecepatan yang sama dengan perputaran medan magnet.
Hal ini memungkinkan sebab medan magnit rotor tidak lagi terinduksi. Rotor memiliki
magnet permanen atau arus DC-excited, yang dipaksa untuk mengunci pada posisi tertentu
bila dihadapkan dengan medan magnet lainnya.

• Stator. Stator menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding dengan


frekwensi yang dipasok.

Motor ini berputar pada kecepatan sinkron, yang diberikan oleh persamaan berikut (Parekh,
2003):

Ns = 120 f / P

Dimana:

f = Frekuensi dari pasokan frekuensi

P= Jumlah kutub
Motor induksi. Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada
berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah dan
mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan ke sumber daya AC.

Komponen Motor induksi memiliki dua komponen listrik utama:

• Rotor. Motor induksi menggunakan dua jenis rotor:

- Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan dalam
petak-petak slots paralel. Batang-batang tersebut diberi hubungan pendek pada kedua
ujungnya dengan alat cincin hubungan pendek.

- Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan ganda dan terdistribusi.
Dibuat melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fase digulungi kawat pada bagian dalamnya
dan ujung yang lainnya dihubungkan ke cincin kecil yang dipasang pada batang as dengan
sikat yang menempel padanya.

• Stator. Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa
gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang tertentu. Gulungan
diberi spasi geometri sebesar 120 derajat .

Klasifikasi Motor Induksi

Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama (Parekh, 2003):

Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi
dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor kandang tupai, dan memerlukan
sebuah alat untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang
paling umum digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti kipas angin, mesin cuci dan
pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp.

Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan tiga
fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki
kandang tupai atau gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai) dan
penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan jenis ini,
sebagai contoh, pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan listrik , dan grinder. Tersedia
dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.

Kecepatan Motor Induksi

Motor induksi bekerja sebagai berikut, Listrik dipasok ke stator yang akan
menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini bergerak dengan kecepatan sinkron disekitar
rotor. Arus rotor menghasilkan medan magnet kedua, yang berusaha untuk melawan medan
magnet stator, yang menyebabkan rotor berputar. Walaupun begitu, didalam prakteknya
motor tidak pernah bekerja pada kecepatan sinkron namun pada “kecepatan dasar” yang lebih
rendah. Terjadinya perbedaan antara dua kecepatan tersebut disebabkan adanya
“slip/geseran” yang meningkat dengan meningkatnya beban. Slip hanya terjadi pada motor
induksi. Untuk menghindari slip dapat dipasang sebuah cincin geser/ slip ring, dan motor
tersebut dinamakan “motor cincin geser/slip ring motor”.

Persamaan berikut dapat digunakan untuk menghitung persentase slip/geseran(Parekh, 2003):

% Slip = (Ns – Nb)/Ns x 100

Dimana:

Ns = kecepatan sinkron dalam RPM

Nb = kecepatan dasar dalam RPM

Hubungan antara beban, kecepatan dan torsi


Grafik torsi VS Kecepatan motor induksi AC tiga fase dengan arus yang sudah
ditetapkan. Bila motor (Parekh, 2003) :

- Mulai menyala ternyata terdapat arus nyala awal yang tinggi dan torsi yang rendah
(“pull-up torque”).
- Mencapai 80% kecepatan penuh, torsi berada pada tingkat tertinggi (“pull-out
torque”) dan arus mulai turun.
- Pada kecepatan penuh, atau kecepatan sinkron, arus torsi dan stator turun ke nol.

3.5 Fungsi Motor Listrik

Secara umum, pada Motor Listrik, tenaga listrik diubah menjadi energi mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut
sebagai Elektromagnet. Elektromagnet bekerja berdasarkan prinsip magnetik yang dimana
kutub kutub dari magnet yang senama akan tolak menolak dan kutub kutub tidak senama
akan tarik menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah
magnet pada sebuah poros yang dapat berputar dan magnet yang lain pada suatu kedudukan
yang tetap.

3.6 Aplikasi dan Penggunaan Motor Listrik

Pada Motor Listrik, tenaga listrik diubah menjadi energi mekanik Energi Mekanik dan
pada umumnya dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk :
- Memutar Fan
- Memutar Blower
- Impeller Pompa
- Mengangkat bahan
- Menggerakan kompressor

3.7 Spesifikasi Motor Listrik


Generator

4.1 Pengertian

Generator atau yang biasa disingkat dengan genset merupakan perangkat yang
berguna untuk menghasilkan energi listrik. Mengapa dinamakan „generator set‟? perangkat
genset pada dasarnya terdiri atas dua piranti yang berbeda, yakni alternator atau generator dan
engine. Alternator atau generator berfungsi sebagai perangkat pembangkit listrik, sedangkan
engine mengemban tugas sebagai piranti pemutar. Singkatnya , Generator adalah suatu sistem
yang menghasilkan tenaga listrik dengan masukan tenaga mekanik yang terdiri dari rotor,
kumparan berputar, dan stator serta kumparan statis.

Arus Listrik yang diciptakan generator mempunyai perbedaan tegangan diantara


kedua kutub generator tersebut sehingga jika disambungkan dengan bebean akan
menimbulkan adanya energi listrik. Keadaan semacam ini dalam ilmu fisika dirumuskan
dengan P (daya) = V (tegangan) x I (arus), dengan satuan Volt Ampere atau VA. Sementara
rumusan fisika yang lebih kompleks adalah P (daya) = V (tegangan) x I (arus) x CosPhi
(faktor daya) dalam satuan Watt.

Generator memiliki beberapa jenis, yaitu:

1. Generator DC
2. Generator AC
A. Generator DC

Generator DC merupakan sebuah perangkat Motor listrik yang mengubah energi


mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan arus DC / arus searah. Generator
DC dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan dari rangkaian belitan magnet atau
penguat eksitasinya terhadap jangkar (anker), jenis generator DC yaitu:

1. Generator Penguat Terpisah


2. Generator Shunt
3. Generator Kompon

Pada umumnya generator DC dibuat dengan menggunakan magnet permanent dengan


4-kutub rotor, regulator tegangan digital, proteksi terhadap beban lebih, starter eksitasi,
penyearah, bearing dan rumah generator atau casis, serta bagian rotor. Gambar berikut
menunjukkan gambar potongan melintang konstruksi generator DC. Generator DC terdiri dua
bagian, yaitu stator, yaitu bagian mesin DC yang diam, dan bagian rotor, yaitu bagian mesin
DC yang berputar. Bagian stator terdiri dari: rangka motor, belitan stator, sikat arang, bearing
dan terminal box. Sedangkan bagian rotor terdiri dari: komutator, belitan rotor, kipas rotor
dan poros rotor.
Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:

• Dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi bolak-balik.


• Dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.

Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi perpotongan
medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan tegangan induksi.
Tegangan induksi terbesar terjadi saat rotor menempati posisi seperti Gambar 2 (a) dan (c).
Pada posisi ini terjadi perpotongan medan magnet secara maksimum oleh penghantar.
Sedangkan posisi jangkar pada Gambar 2.(b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal
ini karena tidak adanya perpotongan medan magnet dengan penghantar pada jangkar atau
rotor. Daerah medan ini disebut daerah netral.

Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin (disebut juga
dengan cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 3.(1), maka dihasilkan listrik AC (arus
bolak-balik) berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan rotor dihubungkan dengan komutator
satu cincin Gambar 3.(2) dengan dua belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua
gelombang positif.

• Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi bolak-balik. Sebuah


komutator berfungsi sebagai penyearah tegangan AC.
• Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC, sebanding dengan
banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi (arus penguat medan).

Jangkar adalah tempat lilitan pada rotor yang berbentuk silinder beralur. Belitan
tersebut merupakan tempat terbentuknya tegangan induksi. Pada umumnya jangkar terbuat
dari bahan yang kuat mempunyai sifat feromagnetik dengan permiabilitas yang cukup besar.
Permeabilitas yang besar diperlukan agar lilitan jangkar terletak pada derah yang induksi
magnetnya besar, sehingga tegangan induksi yang ditimbulkan juga besar. Belitan jangkar
terdiri dari beberapa kumparan yang dipasang di dalam alur jangkar. Tiap-tiap kumparan
terdiri dari lilitan kawat dan atau lilitan batang.
Fluks magnet yang ditimbulkan oleh kutub-kutub utama dari sebuah generator saat
tanpa beban disebut Fluks Medan Utama. Fluks ini memotong lilitan jangkar sehingga timbul
tegangan induksi.

Gambar Medan Eksitasi Generator DC

Bila generator dibebani maka pada penghantar jangkar timbul arus jangkar. Arus
jangkar ini menyebabkan timbulnya fluks pada penghantar jangkar tersebut dan biasa disebut
FIuks Medan Jangkar.
Gambar Medan Jangkar dari Generator DC (a) dan Reaksi Jangkar (b)

Munculnya medan jangkar akan memperlemah medan utama yang terletak disebelah
kiri kutub utara, dan akan memperkuat medan utama yang terletak di sebelah kanan kutub
utara. Pengaruh adanya interaksi antara medan utama dan medan jangkar ini disebut reaksi
jangkar. Reaksi jangkar ini mengakibatkan medan utama tidak tegak lurus pada garis netral n,
tetapi bergeser sebesar sudut α. Dengan kata lain, garis netral akan bergeser. Pergeseran garis
netral akan melemahkan tegangan nominal generator dan
untuk mengembalikan garis netral ke posisi awal, dipasangkan medan magnet bantu
(interpole atau kutub bantu), seperti ditunjukkan pada berikut ini :

Gambar Generator dengan Kutub Bantu dan Generator Kutub Utama, Kutub Bantu, Belitan

Kompensasi Lilitan magnet bantu berupa kutub magnet yang ukuran fisiknya lebih
kecil dari kutub utama. Dengan bergesernya garis netral, maka sikat yang diletakkan pada
permukaan komutator dan tepat terletak pada garis netral n juga akan bergeser. Jika sikat
dipertahankan pada posisi semula (garis netral), maka akan timbul percikan bunga api, dan
ini sangat berpotensi menimbulkan kebakaran atau bahaya lainnya. Oleh karena itu, sikat juga
harus digeser sesuai dengan pergeseran garis netral. Bila sikat tidak digeser maka komutasi
akan jelek, sebab sikat terhubung dengan penghantar yang mengandung tegangan. Reaksi
jangkar ini dapat juga diatasi dengan kompensasi yang dipasangkan pada kaki kutub utama
baik pada lilitan kutub utara maupun kutub selatan, seperti ditunjukkan pada gambar 7 (a)
dan (b), generator dengan komutator dan lilitan kompensasinya. Kini dalam rangkaian
generator DC memiliki tiga lilitan magnet, yaitu:
• Lilitan magnet utama
• Lilitan magnet bantu (interpole)
• Lilitan magnet kompensasi

5. Jenis-Jenis Generator DC

Seperti telah disebutkan diawal, bahwa generator DC berdasarkan dari rangkaian belitan
magnet atau penguat eksitasinya terhadap jangkar (anker) dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Generator penguat terpisah


2. Generator shu
3. Generator kompon

1. Generator Penguat Terpisah

Pada generator penguat terpisah, belitan eksitasi (penguat eksitasi) tidak terhubung
menjadi satu dengan rotor. Terdapat dua jenis generator penguat terpisah, yaitu:

1. Penguat elektromagnetik

2. Magnet permanent / magnet tetap


Generator Penguat Terpisah

Energi listrik yang dihasilkan oleh penguat elektromagnet dapat diatur melalui
pengaturan tegangan eksitasi. Pengaturan dapat dilakukan secara elektronik atau magnetik.
Generator ini bekerja dengan catu daya DC dari luar yang dimasukkan melalui belitan F1-F2.

Penguat dengan magnet permanen menghasilkan tegangan output generator yang


konstan dari terminal rotor A1-A2. Karakteristik tegangan V relatif konstan dan tegangan
akan menurun sedikit ketika arus beban I dinaikkan mendekati harga nominalnya.
Karakteristik Generator Penguat Terpisah

Karakteristik Generator Penguat Terpisah

Gambar 9 menunjukkan:
a. karakteristik generator penguat terpisah saat eksitasi penuh (Ie 100%) dan saat
eksitasi setengah penuh (Ie 50%). Ie adalah arus eksitasi, I adalah arus
beban.Tegangan output generator akan sedikit turun jika arus beban semakin besar.
b. Kerugian tegangan akibat reaksi jangkar.
c. Perurunan tegangan akibat resistansi jangkar dan reaksi jangkar, selanjutnya
mengakibatkan turunnya pasokan arus penguat ke medan magnet, sehingga tegangan
induksi menjadi kecil.

2. Generator Shunt

Pada generator shunt, penguat eksitasi E1-E2 terhubung paralel dengan rotor (A1-
A2). Tegangan awal generator diperoleh dari magnet sisa yang terdapat pada medan magnet
stator. Rotor berputar dalam medan magnet yang lemah, dihasilkan tegangan yang akan
memperkuat medan magnet stator, sampai dicapai tegangan nominalnya. Pengaturan arus
eksitasi yang melewati belitan shunt E1-E2 diatur oleh tahanan geser. Makin besar arus
eksitasi shunt, makin besar medan penguat shunt yang dihasilkan, dan tegangan terminal
meningkat sampai mencapai tegangan nominalnya. Diagram rangkaian generator shunt
sebagai berikut :

Diagram Rangkaian Generator Shunt

Jika generator shunt tidak mendapatkan arus eksitasi, maka sisa megnetisasi tidak akan ada,
atau jika belitan eksitasi salah sambung atau jika arah putaran terbalik, atau rotor terhubung-
singkat, maka tidak akan ada tegangan atau energi listrik yang dihasilkan oleh generator
tersebut.
Karakteristik Kerja Generator

Karakteristik Generator Shunt

Generator shunt mempunyai karakteristik seperti ditunjukkan pada Gambar 11.


Tegangan output akan turun lebih banyak untuk kenaikan arus beban yang sama,
dibandingkan dengan tegangan output pada generator penguat terpisah. Sebagai sumber
tegangan, karakteristik dari generator penguat terpisah dan generator shunt tentu kurang baik,
karena seharusnya sebuah generator mempunyai tegangan output yang konstan, namun hal ini
dapat diperbaiki pada generator kompon.3. Generator Kompon Generator kompon
mempunyai dua penguat eksitasi pada inti kutub utama yang sama. Satu penguat eksitasi
merupakan penguat shunt, dan lainnya merupakan penguat seri. Diagram rangkaian generator
kompon ditunjukkan pada Gambar 12. Pengatur medan magnet (D1-D2) terletak di depan
belitan shunt.
Diagram Rangkaian Generator Kompon

Karakteristik Generator Kompon

Karakteristik Generator Kompon


Gambar menunjukkan karakteristik generator kompon. Tegangan output generator
terlihat konstan dengan pertambahan arus beban, baik pada arus eksitasi penuh maupun
eksitasi 50%. Hal ini disebabkan oleh adanya penguatan lilitan seri, yang cenderung naik
tegangannya jika arus beban bertambah besar. Jadi ini merupakan kompensasi dari generator
shunt, yang cenderung tegangannya akan turun jika arus bebannya naik.

Karakteristik generator DC

Karakteristik motor dc Torsi tinggi pada kecepatan rendah. Pengaturan kecepatan


bagus‟ pada seluruh rentang (tidak ada low-end cogging). Kemampuan mengatasi beban-
Iebih lebih baik. Lebih mahal dibandingkan motor ac. Secara fisik lebih besar dibandingkan
dengan motor ac untuk HP yang sama. Pemeliharaan dan perbaikan yang diperlukan lebih
rutin.

B. Generator AC

Generator arus bolak-balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik
arus bolak-balik. Generator arus bolak-balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi
tenaga listrik arus bolak-balik. Generator Arus Bolak-balik sering disebut juga seabagai
alternator, generator AC (alternating current), atau generator sinkron. Dikatakan generator
sinkron karena jumlah putaran rotornya sama dengan jumlah putaran medan magnet pada
stator. Kecepatan sinkron ini dihasilkan dari kecepatan putar rotor dengan kutub-kutub
magnet yang berputar dengan kecepatan yang sama dengan medan putar pada stator. Mesin
ini tidak dapat dijalankan sendiri karena kutub-kutub rotor tidak dapat tiba-tiba mengikuti
kecepatan medan putar pada waktu sakelar terhubung dengan jala-jala.

Berdasarkan sistem pembangkitannya generator AC dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Generator 1 fasa
Generator yang di dalam sistem hanya terdiri dari satu kumpulan kumparan yang
hanya dilukiskan dengan satu garis dan dalam hal ini tidak diperhatikan banyaknya
lilitan. Ujung kumparan atau fasa yang satu dijelaskan dengan huruf besar X dan
ujung yang satu lagi dengan huruf U.
2. Generator 3 fasa
Generator yang dimana dalam sistem melilitnya terdiri dari tiga kumpulan kumparan
yang mana kumparan tersebut masing-masing dinamakan lilitan fasa. Jadi pada
statornya ada lilitan fasa yang ke satu ujungnya diberi tanda U – X; lilitan fasa yang
ke dua ujungnya diberi tanda dengan huruf V – Y dan akhirnya ujung lilitan fasa yang
ke tiga diberi tanda dengan huruf W – Z.

Konstruksi generator arus bolak-balik ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu 1) stator,
yakni bagian diam yang mengeluarkan tegangan bolakbalik, dan (2) rotor, yakni
bagian bergerak yang menghasilkan medan magnit yang menginduksikan ke stator. Stator
terdiri dari badan generator yang terbuat dari baja yang berfungsi melindungi bagian dalam
generator, kotak terminal dan name plate pada generator. Inti Stator yang terbuat dari bahan
ferromagnetik yang berlapis-lapis dan terdapat alur-alur tempat meletakkan lilitan stator.
Lilitan stator yang merupakan tempat untuk menghasilkan tegangan. Sedangkan, rotor
berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder).

Prinsip dasar generator arus bolak-balik menggunakan hukum Faraday yang


menyatakan jika sebatang penghantar berada pada medan magnet yang berubah-ubah, maka
pada penghantar tersebut akan terbentuk gaya gerak listrik. Prinsip generator ini secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa tegangan akan diinduksikan pada konduktor apabila
konduktor tersebut bergerak pada medan magnet sehingga memotong garis-garis gaya.
Hukum tangan kanan berlaku pada generator dimana menyebutkan bahwa terdapat hubungan
antara penghantar bergerak, arah medan magnet, dan arah resultan dari aliran arus yang
terinduksi. Apabila ibu jari menunjukkan arah gerakan penghantar, telunjuk menunjukkan
arah fluks, jari tengah menunjukkan arah aliran elektron yang terinduksi. Hukum ini juga
berlaku apabila magnet sebagai pengganti penghantar yang digerakkan.

Terdapat dua jenis konstruksi dari generator ac, jenis medan diam atau medan magnet
dibuat diam dan medan magnet berputar.
Besar tegangan generator bergantung pada :
1. Kecepatan putaran (N)
2. Jumlah kawat pada kumparan yang memotong fluk (Z)
3. Banyaknya fluk magnet yang dibangkitkan oleh medan magnet (f)
3. Konstruksi Generator

Eksitasi Generator AC, Sistem eksitasi secara konvensional dari sebuah generator
arus bolak-balik terdiri atas sumber arus searah yang dihubungkan ke medan generator ac
melalui cincin-slip dan sikat-sikat. Sumber dc biasanya diperoleh dari generator arus searah
yang digerakkan dengan motor atau penggerak mula yang sama dengan penggerak mula
generator bolak-balik. Setelah datangnya zat padat, beberapa sistem eksitasi yang berbeda
telah dikembangkan dan digunakan. Salah satunya adalah daya diambil dari terminal
generator ac, diubah ke daya dc oleh penyearah zat padat dan kemudian dicatu ke
medan generator ac dengan menggunakan cincin-slip konvensional dan sikat-sikat. Dalam
sistem serupa yang digunakan oleh generator dengan kapasitas daya yang lebih besar, daya
dicatukan ke penyearah zat padat dari lilitan tiga fase terpisah yang terletak diatas alur stator
generator. Satu-satunya fungsi dari lilitan ini adalah menyediakan daya eksitasi untuk
generator. Sistem pembangkitan lain yang masih digunakan baik dengan generator sinkron
tipe kutub-sepatu maupun tipe rotor-silinder adalah sistem tanpa sikat-sikat, yang mana
generator ac kecil dipasang pada poros yang sama sebagai generator utama yang digunakan
untuk pengeksitasi. Pengeksitasi ac mempunyai jangkar yang berputar, keluarannya
kemudian disearahkan oleh penyearah dioda silikon yang juga dipasang pada poros
utama. Keluaran yang telah disearahkan dari pengeksitasi ac, diberikan langsung dengan
hubungan yang diisolasi sepanjang poros ke medan generator sinkron yang berputar. Medan
dari pengeksitasi ac adalah stasioner dan dicatu dari sumber dc terpisah.
Berarti tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron dapat dikendalikan dengan
mengubah kekuatan medan pengeksitasi ac. Jadi sistem pengeksitasi tanpa sikat tidak
menggunakan komutator yang akan memperbaiki keandalan dan menyederhanakan
pemeliharaan umum.

Karakteristik generator AC

Karakteristik motor ac Harga lebih murah. Pemeliharaannya lebih mudah. Ada


berbagai bentuk displai untuk berbagai lingkungan pengoperasian. Kemampuan untuk
bertahan pada lingkungan pengoperasian yang keras. Secara fisik lebih kecil dibandingkan
dengan motor dc dari HP yang sama. Biaya perbaikan lebih murah. Kemampuan untuk
berputar pada kecepatan di atas ukuran kecepatan kerja yang tertera di nameplate.
Transformator

5.1 Pengertian Transformator

Transformator atau sering disebut dengan istilah Trafo adalah suatu alat listrik yang
dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud dari perubahan taraf
tersebut diantaranya seperti untuk menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC
ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.

Transformator atau Trafo ini bekerja mengikuti prinsip Induksi Elektromagnet dan
hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).Trafo memegang peranan
yang sangat penting untuk pendistribusian tenaga listrik.

Trafo menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik oleh PLN hingga ratusan
kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Trafo lainnya menurunkan tegangan listrik
tersebut ke tegangan yang diperlukan untuk setiap rumah tangga maupun perkantoran yang
pada umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt.

Fungsi Transformator

 Distribusi dan Transmisi Listrik

Seperti yang kita ketahui bahwa jarak antara pembangkit listrik dengan beban listrik yang
digunakan oleh pelanggan relatif terlalu jauh. Sehingga akan terjadinya drop tegangan.

Untuk itu kita harus menaikkan tegangan sebelum distribusi dan transmisi listrik jarak
jauh agar drop tegangan tidak terlalu besar serta lebih murah karena kabel yang digunakan
lebih kecil (semakin besar tegangan besar maka arus semakin kecil sesuai dengan Hukum
kekekalan energi).
Transformator daya yang sering kali digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), Tegangan yang di hasilkan oleh
pembangkit sebesar 13,8 KV lalu di naikkan menjadi 150 KV lalu diturunkan ke 380 V untuk
di distribusikan ke rumah – rumah.

 Rangkaian Kontrol

Pada peralatan elektronik seperti komputer, charger dan berbagai macam


peralatan lainnya, transformator sering kali digunakan untuk menurunkan tegangan agar
dapat digunakan pada tegangan kontrol (5 Volt, 12 Volt,dsb).

Begitu juga rangkaian kontrol motor pada pabrik, Trafo dipakai untuk
mengenergize dan meng dienergize kontaktor yang dipakai untuk menghidupkan dan
mematikan motor induksi.

 Rangkaian Pengatur Frekuensi

Dalam dunia radio frekuensi, transformator juga sering kali digunakan untuk
mengatur besaran frekuensi yang dihasilkan. Hanya saja bentuk dan dimensinya jauh lebih
kecil di bandingkan trafo yang sering kali digunakan pada rangkaian kontrol apalagi
transformator atau trafo transmisi listrik.
Prinsip Kerja

Pada sebuah Trafo yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau kumparan
kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kebanyakan
Transformator, kumparan kawat terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan Inti
Besi (Core).

Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menyebabkan


medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan Medan magnet (densitas Fluks
Magnet) tersebut di pengaruhi pada besarnya arus listrik yang dialirinya.

Semakin besar arus listriknya maka semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi
medan magnet yang terjadi pada kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL (Gaya
Gerak Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya pada
kumparan primer ke kumparan sekunder.

Maka, terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik ini baik dari tegangan rendah
menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan yang
rendah.

Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya ialah kumpulan
lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel berlapis-lapis dengan gunanya
untuk mempermudah jalannya Fluks Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan
dan untuk mengurangi suhu panas yang sering ditimbulkan.

Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti Transformator tersebut


diantaranya seperti berikut ;

 E – I Lamination
 E – E Lamination
 L – L Lamination
 U – I Lamination
Dibawah ini adalah gambar ilustrasi :

Rasio lilitan yang berada pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer
menentukan rasio tegangan pada kedua kumparan tersebut.

Contoh, 1 lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan pada kumparan sekunder akan
menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada kumparan primer. Jenis
Transformator ini biasanya disebut Transformator Step Up.

Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan pada kumparan
sekunder, maka tegangan yang dihasilkan Kumparan Sekunder adalah 1/10 dari tegangan
input pada Kumparan Primer. Transformator jenis ini sering disebut dengan Transformator
Step Down.

Rumus transformator

Dari kedua pernyataan tersebut dapat dituliskan secara singkat dengan persamaan sebagai
berikut:
Ada dua hal perlu dipahami untuk transformator ini, yaitu:

1. Transformator hanya digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan arus


bolak-balik (AC) dan tidak untuk arus searah (DC).

2. Transformator tidak dapat memperbesar daya listrik yaitu tidak dapat memperbesar
banyaknya daya yang masuk ke dalam transformator tersebut.

Jenis Transformator

Berdasarkan penjelasan gambar diatas, jenis – jenis transformator dibagi menjadi dua
yaitu transformator step up dan step down, untuk lebih jelas dengan jenis – jenis nya simakla
penjelasan dibawah ini :

 Transformator Step UP

Trafo Step Up ialah Trafo yang berfungsi untuk menaikan level teganan AC atau taraf
dari rendah ke taraf yang lebih tinggi. Komponen tegangan sekunder dijadikan tegangan
Output yang lebih tinggi yakni dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak lilitan di
kumparan sekundernya sehingga jumlah lilitan kumparan primer lebih sedikit. Trafo step up
ini digunakan sebagai penghubung trafo generator ke grid di dalam tegangan listrik.

 Transformator Step Down

Trafo Step Down ialah Trafo yang berfungsi menurunkan taraf level tegangan AC
dari taraf yang tinggi ke rendah. Pada Trafo jenis ini, Rasio untuk jumlah lilitan pada
kumparan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan pada kumparan yang sekunder.
Trafo step down digunakan untuk mengubah tegangan grid yang tinggi menjadi yang
lebih rendah dimana dapat digunakan untuk peralatan rumah tangga. Contohnya, untuk
menurunkan taraf tegangan listrik dari PLN (220V) menjadi taraf tegangan yang dapat
disesuaikan dengan peralatan elektronik dirumah.

Autotransformator

Transformator jenis ini terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik, dengan
sadapan tengah. Sebagian lilitan primer dan merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam
lilitan sekunder berlawanan dengan arus primer, hingga untuk tarif daya yang sama lilitan
sekunder mampu dibuat dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa.

Keuntungan dari autotransformator merupakan ukuran fisiknya yang kecil dan


kerugian lebih rendah daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak bisa
memberikan isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder.

Selain itu, autotransformator tidak mampu dipakai sebagai penaik tegangan lebih dari
beberapa kali lipat

Autotransformator variabel

Autotransformator variabel sebenarnya yaitu autotransformator yang sadapan


tengahnya mampu diubah-ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang
berubah-ubah.
Transformator isolasi

Transformator isolasi mempunyai lilitan sekunder yang berjumlah sama dengan lilitan
primer, tegangan sekunder samadengan tegangan primer. Tetapi beberapa desain, gulungan
sekunder dibuat sedikit lebih banyak guna mengkompensasi kerugian. Transformator ini
memiliki fungsi sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio, transformator
jenis ini sudah banyak digantikan oleh kopling

Transformator pulsa

Transformator pulsa merupakan transformator yang didesain khusus untuk


memberikan keluaran gelombang pulsa. Transformator ini memakai material inti yang cepat
jenuh hingga setelah arus primer mencapai titik tertentu, fluks magnet berhenti berubah.
Karena GGL induksi pada lilitan sekunder cuma terbentuk jika terjadi perubahan fluks
magnet, transformator memberikan keluaran saat inti tidak jenuh, yaitu saat arus pada lilitan
primer berbalik arah.

Transformator tiga fase

Transformator tiga fase merupakan tiga transformator yang dihubungkan secara


khusus satu sama lain. Lilitan primer umumnya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan
sekunder dihubungkan secara delta

Kerugian dalam transformator

Di dalam praktik terjadi beberapa kerugian yang diantaranya yaitu :

1. Kerugian Tembaga.
Kerugian I 2 R pada lilitan tembaga yang disebabkan resistansi tembaga dan arus
listrik yang mengalirinya.
2. Kerugian Kopling.
Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tak sempurna, hingga tidak
semua fluks magnet diinduksikan primer memotong lilitan sekunder. Kerugian ini
bisa dikurangi dengan menggulung lilitan secara berlapis antara primer dan sekunder.
3. Kerugian Kapasitas Liar.
Kerugian yang disebabkan kapasitas liar yang ada pada lilitan-lilitan transformator.
Kerugian ini memengaruhi efisiensi transformator pada frekuensi tinggi. Kerugian ini
mampu dikurangi dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara semi-acak
4. Kerugian histeresis.
Kerugian yang terjadi saat arus primer AC berbalik arah. Disebabkan karena inti
transformator tidak mampu mengubah arah fluks magnetnya dengan seketika.
Kerugian ini bisa dikurangi dengan memakai material inti reluktansi rendah.
5. Kerugian efek kulit.
Sebagaimana konduktor lain yang slalu dialiri arus bolak-balik, arus ini cenderung
untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini memperbesar kerugian kapasitas
dan menambah resistansi relatif lilitan. Kerugian ini bisa dikurangi dengan memakai
kawat Litz, yaitu kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil saling terisolasi. Untuk
frekuensi radio dipakai kawat geronggong atau lembaran tipis tembaga sebagai ganti
kawat biasa.
6. Kerugian arus Eddy.
Kerugian yang disebabkan ggl masukan yang menimbulkan arus pada inti magnet
yang melawan perubahan fluks magnet dan membangkitkan ggl. Karena adanya fluks
magnet yang berubah, terjadi tolakan fluks magnet di material inti. Kerugian ini
berkurang jika dipakai inti berlapis-lapis.

Prinsip Kerja Transformator

Komponen Transformator (trafo)

Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan
pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak
sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang
dihasilkan.
Bagian-Bagian Transformator

Contoh Transformator

Lambang Transformator

Prinsip Kerja Transformator

Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada
kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah
diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga
pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi
timbal-balik (mutual inductance).
Pada skema transformator di bawah, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang
mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang
dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder
akan berubah polaritasnya.

Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan
jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:

Vp = tegangan primer (volt)


Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder

Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder
transformator ada dua jenis yaitu:

1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik


rendah menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan
sekunder lebih banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer
lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).

Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan sekunder
adalah:

1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).


2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,

Sehingga dapat dituliskan:

Penggunaan Transformator

Power supply (catu daya) Transformator (trafo) digunakan pada peralatan listrik
terutama yang memerlukan perubahan atau penyesuaian besarnya tegangan bolak-balik.
Misal radio memerlukan tegangan 12 volt padahal listrik dari PLN 220 volt, maka diperlukan
transformator untuk mengubah tegangan listrik bolak-balik 220 volt menjadi tegangan listrik
bolak-balik 12 volt. Contoh alat listrik yang memerlukan transformator adalah: TV,
komputer, mesin foto kopi, gardu listrik dan sebagainya.

Catu daya merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan AC yang
rendah. Catu daya menggunakan trafo step down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
220 V menjadi beberapa tegangan AC yang besarnya antara 2 V sampai 12 V.
Adaptor (Penyearah Arus)

Adaptor terdiri atas trafo step down dan rangkaian penyearah arus listrik yang berupa
diode. Adaptor merupakan catu daya yang ditambah dengan penyearah arus. Fungsi
penyearah arus adalah mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.

Transmisi daya listrik jarak jauh

Pembangkit listrik biasanya dibangun jauh dari permukiman penduduk. Proses


pengiriman daya listrik kepada pelanggan listrik (konsumen) yang jaraknya jauh disebut
transmisi daya listrik jarak jauh. Untuk menyalurkan energi listrik ke konsumen yang jauh,
tegangan yang dihasilkan generator pembangkit listrik perlu dinaikkan mencapai ratusan ribu
volt. Untuk itu, diperlukan trafo step up. Tegangan tinggi ditransmisikan melalui kabel
jaringan listrik yang panjang menuju konsumen. Sebelum masuk ke rumah-rumah penduduk
tegangan diturunkan menggunakan trafo step down hingga menghasilkan 220 V. Transmisi
daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan besar dan arus yang
kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam
perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta
harganya lebih murah.

Prinsip kerja dan pemanfaatan system distribusi daya

Sistem Tenaga Listrik Fungsi sistem jaringan adalah menyalurkan dan


mendistribusikan tenaga listrik dari pusat suplai (gardu induk) ke pusat – pusat /kelompok
beban (gardu trafo/distribusi) dan konsumen dengan mutu memadai.

Gardu distribusi adalah suatu tempat/ sarana, dimana terdapat transformator step
down yaitu transformator yang menurunkan tegangan dari tegangan menengah menajdi
tegangan rendah(sesuai kebutuhan konsumen). Jaringan distribusi berdasarkan letak jaringan
terhadap posisi gardu distribusi, dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : Jaringan distribusi primer
(jaringan distribusi tegangan menengah). Jaringan distribusi sekunder (jaringan distribusi
tegangan rendah).
Jaringan distribusi primer (JDTM) merupakan suatu jaringan yang letaknya sebelum
gardu ditribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan menengah (misalnya 6 kV
atau 20 kV). hantaran dapat berupa kabel dalam tanah atau saluran/kawat udara yang
menghubungkan gardu induk (sekunder trafo) dengan gardu distribusi atau gardu hubung
(sisi primer trafo didtribusi).

Jaringan distribusi sekunder (JDTR) merupakan suatu jaringan yang letaknya setelah
gardu distribusi berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertagangan rendah (misalnya 220
V/380 V). Hantaran berupa kabel tanah atau kawat udara yang menghubungkan dari gardu
distribusi (sisi sekunder trafo distribusi) ke tempat konsumen atau pemakai (misalnya industri
atau rumah – rumah).

Berdasarkan konfigurasi jaringan, maka sistem jaringan distribusi dapat


dikelompokan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu sistem jaringan distribusi radial, loop dan
spindel.
Catu daya berasal dari satu titik sumber dan karena adanya pencabangan – pencabangan
tersebut, maka arus beban yang mengalir disepanjang saluran menjadi tidak sama sehingga
luas penampang konduktor pada jaringan bentuk radial ini ukurannya tidak sama karena arus
yang paling besar mengalir pada jaringan yang paling dekat dengan gardu induk. Sehingga
saluran yang paling dekat dengan gardu induk ini ukuran penampangnya relatif besar dan
saluran cabang – cabangnya makin ke ujung dengan arus beban yang lebih kecil mempunyai
ukuran konduktornya lebih kecil pula.Bentuk jaringan ini merupakan bentuk yang paling
sederhana, banyak digunakan dan murah. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara
radial dari suatu titik yang merupakan sumberdari jaringan itu dan dicabang – cabangkan ke
titik – titik beban yang dilayani.

Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan ring. Susunan
rangkaian saluran membentuk ring. yang memungkinkan titik beban terlayani dari dua arah
saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas dayanya menjadi lebih
baik, karena drop tegangan dan rugi daya saluran menjadi lebih kecil.

Struktur jaringan ini merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan radial,
dimana pada ujung dari dua buah jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT), pemisah (PMS).
Daftar Pustaka

http://eprints.polsri.ac.id/4467/3/BAB%20II%20%28FIX%29.pdf

https://caridokumen.com/queue/makalah-transformator-
_5a46d74bb7d7bc7b7a227f3b_pdf?queue_id=-1

https://teknikelektronika.com/pengertian-relay-fungsi-relay/

https://academia.edu

https://www.immersa-lab.com/pengertian-relay-fungsi-dan-cara-kerja-relay.htm

https://www.tukang-listrik.com/2018/03/pengertian-solenoid-dan-jenis-jenis.html

https://teknikelektronika.com/pengertian-solenoida-cara-kerja-jenis-solenoid/

https://id.wikipedia.org/wiki/Solenoid

https://www.wikiwand.com/en/Solenoid

http://www.solenoid-oem.com/Article/ThehistoryofSolenoid_1.html

http://www.detroitcoil.com/PAGES/What Is A Solenoid.pdf

https://www.academia.edu/7835918/APLIKASI_MOTOR_LISTRIK

https://www.academia.edu/29401595/Penggunaan_and_Pengaturan_Motor_Listrik

https://www.fujielectric.com/products/servo/alpha5smart/products/motor/box/img/gys_table01.gif

https://skemaku.com/wp-content/uploads/2015/10/berbagai-jenis-motor-listrik.jpg

https://id.wikipedia.org/wiki/Motor_listrik

Anda mungkin juga menyukai