JURNAL
JURNAL
Sunarto Reksoprawiro
Pendahuluan
ILO adalah infeksi yang terjadi pada daerah pembedahan yang terjadinya ada
kaitannya dan setelah tindakan pembedahan. Manifestasi ILO yang superfisial dapat
diketahui dalam waktu 1 bulan, sedangkan ILO profuda , organ atau rongga dapat terjadi
dalam waktu 1 tahun setelah pembedahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ILO ialah 1) organisme penyebab
infeksi ( kuman), 2) lingkungan terjadinya infeksi ( respon lokal), dan 3) mekanisme
pertahanan tubuh.
Bakteri
Tanpa adanya bakteri maka tidak mungkin terjadi infeksi, dan hal tersebut tergantung
pada jumlah dan virulensi bakteri. Bakteri yang sangat patogen pada lapangan operasi
1
ialah coccus Gram positif ( misal Staphylococcus aureus dan Streptococci ). Bakteri
endogen lebih penting daripada bakteri eksogen, dan bakteri endogen yang paling banyak
ialah dari traktus digestivus. Sumber dari bakteri eksogen ialah tim operasi ( ahli bedah,
asisten, perawat, anestesis) dan kamar operasi meliputi udara, linen, dan peralatan.
Makin lama waktu rawat inap preoperatif maka kuman endogen dan flora komensal dari
penderita diganti oleh flora rumah sakit yang resisten terhadap antibiotik dan hal ini
memudahkan terjadinya ILO.
Respon lokal
Tehnik operasi yang bagus dapat memperkecil kemungkinan terjadinya ILO. Prinsip
operasi yang diajarkan Halsted ialah hemostasis, diseksi secara tajam, jahitan yang halus,
diseksi sesuai anatomi, dan penanganan jaringan yang halus. Ligasi jaringan yang besar,
benang non-absorbable yang besar dan polifilamen, jaringan nekrotik, hematoma atau
seroma, dan benda asing harus dihindari karena kondisi tersebut mudah merubah bakteri
inokulum untuk menimbulkan infeksi.
Penggunaan drain Penrose dapat menjadi rute bakteri menuju lapangan operasi.
Dianjurkan untuk menggunakan drain vakum tertutup yang dikeluarkan di luar luka insisi
untuk memperkecil terjadinya ILO
Operasi yang berlangsung lama mengakibatkan luka tepi insisi mengering atau maserasi
sehingga rentan untuk terjadinya ILO.
Penggunaan kauter pada pembedahan dapat meningkatkan terjadinya ILO superfisial.
Perfusi yang tidak adekwat mengakibatkan PaO2 menurun dengan akibat kuman dalam
jumlah sedikit mampu untuk menimbulkan infeksi. Perfusi jaringan yang menurun
tersebut dapat mengganggu fungsi barier mukosa saluran cerna. Mukosa saluran cerna
tidak mampu mencegah bakteri, toksin, atau keduanya untuk bergerak dari lumen usus
menembus mukosa.
Penderita usia tua terjadi perubahan struktur histologis dan penurunan fisiologis dari
jaringan, hal tersebut juga mempermudah terjadinya ILO.
1. Tepat Indikasi
Antibiotik profilaksis diberikan pada pembedahan dengan klasifkasi bersih
kontaminasi (lihat tabel 1), yang mempunyai kemungkinan terjadi ILO sebesar
2
10,1% Dengan pemberian antibiotik profilaksis maka angka kejadian ILO dapat
diturunkan menjadi 1,3% .
Antibiotik profilaksis juga diberikan pada pembedahan kriteria bersih yang
memasang bahan prostesis. Juga diberikan pada operasi bersih yang jika sampai
terjadi infeksi akan menimbulkan dampak yang serius seperti operasi bedah syaraf,
bedah jantung, dan mata.
Antibiotik profilaksis tidak tepat digunakan pada operasi kontaminasi atau kotor
karena telah terjadi kolonisasi kuman dalam jumlah besar atau sudah ada infeksi
yang secara klinis belum manifest.
2. Tepat Obat
Antibiotik yang digunakan untuk untuk tujuan profilaksis berbeda dengan obat
yang digunakan untuk tujuan terapi. Pada umumnya dipilih antibiotik dengan
spektrum sempit, generasi yang lebih tua dibandingkan antibiotik untuk tujuan
terapi.
Dengan memperhatikan spektrum, antibiotik ditujukan pada kuman yang
potensial menimbulkan ILO, dan antibiotik tersebut dapat melakukan penetrasi ke
jaringan yang dilakukan pembedahan dengan konsentrasi yang cukup. Walaupun
disatu bidang pembedahan kadang didapatkan banyak macam kuman normoflora,
namun tidak semuanya potensial menimbulkan infeksi dan jumlah koloninya
tidak banyak.
3
Dalam pemilihan antibiotik harap diperhatikan faktor alergi, efektivitas, toksisitas,
serta kemudahan cara pemberiannya. Pada umumnya untuk berbagai macam
pembedahan masih digunakan sefalosporin generasi I yaitu sefazolin, sedangkan
sefalosporin generasi III tidak dianjurkan untuk antibiotik profilaksis.
3. Tepat dosis
Untuk tujuan profilaksis diperlukan antibiotika dosis tinggi, agar didalam sirkulasi
dan didalam jaringan tubuh dicapai kadar diatas MIC (minimal inhibitory
concentration) antibiotik terhadap kuman yang potensial menimbulkan infeksi.
Untuk itu kadang diperlukan loading-dose yang takarannya 2-4 kali dosis normal.
Dosis yang kurang adekwat, tidak hanya tidak mampu menghambat pertumbuhan
kuman tetapi justru merangsang terjadinya resistensi kuman.
4. Tepat rute
Agar antibiotik dapat segera didistribusikan ke jaringan maka pemberiannya
dilakukan secara intravena
4
6. Tepat lama pemberian
Pada operasi yang lama > 3 jam atau perdarahan selama operasi > 1500 ml akan
terjadi penurunan dosis antibiotik didalam jaringan, oleh karena itu pada kondisi
tersebut dapat diberikan dosis tambahan. Jika operasi sangat memanjang maka
pemberian dosis tambahan dapat diberikan setiap 2 jam untuk sefoksitin atau
setiap 4 jam untuk sefazolin.
Pada beberapa operasi yang sederhana seperti apendiktomi atau herniotomi
menggunakan mesh maka antibiotik profilaksis cukup diberikan sekali preoperatif
saja. Pada umumnya pemberian antibiotik profilaksis tambahan sebanyak 1 dosis
setiap 8 jam diberikan hanya selama 1 hari saja, karena pemberian lebih dari 1
hari tidak memberikan manfaat lebih.
Macam Antibiotik
1. Penisilin
Cara kerja : - menghambat pembelahan karena terjadi pertumbuhan
dinding sel abnormal
- menghambat fase 3 sintesis dinding sel
2. Sefalosporin
Cara kerja : - menghambat fase 3 sintesis dinding sel
- mengikat protein spesifik pada membran sel
- mempengaruhi permeabilitas sel
- melepaskan autolisin
5
Spektrum : - Generasi I ( mis. Ancef, Keflin, Kefzol)
organisme Gram positif (Staphylococcus,
Stretococcus), Gram negatif, Bacilli anaerob dan
erob.
- Generasi II (mis. Ceclor, Zinacef, Mefoxin)
Kurang efektif terhadap kuman Gram positif
Hemophilus influenzae, baksil Gram negatif,
Proteus, Enterobacter sp.
- Generasi III (mis. Ceftazidime, Cefotaxim,
Cefoperazone)
Aerob Gram negatif, Pseudomonas
4. Clindamycin
6
- nausea, diare
- hipersensitivitas
- leukopenia
- hepatotoksik transien (jarang)
5. Metronidazole
Cara kerja : - menurunkan aktivitas metabolit intraseluler kuman
Ringkasan
Kepustakaan
7
5. Weitek MR. Antibiotic prophylaxis: update on common clinic. Am Fam
Physician 1993;
6. Walling AD. Antimicrobial prophylaxis for surgical site infections. Am Fam
Physician. 2005
7. Woods RK. Current guideline for antibiotic prophylaxis of surgical wounds. Am
Fam Physcian. 1998
8. Liesegang TJ. Prophylactic antibiotis in cataract operations. Mayo Clin Proc.
1997; 72: 149-59.
9. Harbarth S, Matthew H, Samore MD, Linchtenberg Debi RN, Carmeli Y.
Prolonged antibiotic prophylaxis after carciovascular surgery and its effect on
surgical site infection and antimicrobial resistance. Circulation 2000;101:2916
10. Meakins JL. Prevention of postoperative infection. ACS Surgery : Principles and
Practice, BC Decker Inc, 2008
11. Lindman JP. Antibiotics, prophylactic use in head and neck surgery, 2007
emedicine, available at http:// www. emedicine.com/ent/ topic 18.htm