Anda di halaman 1dari 6

6.

Evaliasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan pendekatan S.O.A.P
yaitu subjektif, objektif, analisis, perencanaan pada klien dan perencanaan
pada perawat

. KONSEP DASAR TENTANG HARGA DIRI RENDAH 1. Pengertian Pengertian tentang harga diri
rendah disampaikan oleh beberapa sumber. Harga diri rendah menurut Keliat (2006) digambarkan
sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri dan harga diri merasa gagal mencapai keinginan.
Selain itu juga Harga diri rendah adalah evaluasi dari atau kemampuan diri yang negatif dan
dipertahankan dalam waktu yang lam (Nanda 2005 dalam Direja, 2011). Menurut Keliat (2010), Harga
diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan
orang lain yang berpikir adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yang gagal, tidak mampu, dan
tidak berprestasi. Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Fitria 2009).
Berdasarkan tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri rendah adalah
gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal mencapai keinginan, perasaan tentang diri
yang negatif dan merasa dirinya lebih rendah dibandingan orang lain. 10

2 11 Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya; perasaan sadar atau tidak
sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh (Kusumawati, 2010). Menurut Fitria (2009)
harga diri rendah dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan
dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon terhadap suatu kejadian (Kehilangan, perubahan) b. Harga diri rendah kronik
adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan
dalam waaktu lama. 2. Etiologi Menurut Stuart Gail (2007) : a. Faktor predisposisi 1) Faktor yang
mempengaruhi harga diri Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
idealdiri yang tidak realistis. 2) Faktor yang mempengaruhi peran Dimasyarakat umumnya peran
seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu,
kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional

3 12 sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat, kurang ekspresif dibandimg wanita.
Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat
menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial. Misal: seorang istri yang berperan sebagai kepala
rumah tangga atau seorang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah, akan menimbulkan masalah.
Konflik peran dan peran tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap
wanita atau pria. Peran yang berlebihan muncul pada wanita yang mempunyai sejumlah peran. 3)
Faktor yang mempengaruhi identitas diri Meliputi ketidakpercayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi
kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan
melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang berat pada anak remaja akan menimbilkan perasaan
benci pada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan, dan diakui oleh kelompoknya. 4) Faktor biologis Adanya kondisi
sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula

4 13 berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri
rendah kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak
berdaya. b. Faktor presipitasi Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi
yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stresor dapat mempengaruhi
komponen. Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuh,
tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh
kembang, prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stresor yang dapat mempengaruhi harga
diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti, pola asuh yang tidak tepat misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan dengan sodara,
kesalahan dan kegagalan berulang, citacita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab
sendiri. Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal: 1) Trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

5 14 2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran: 1) Transisi peran perkembangan adalah
perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta
tekanan untuk menyesuaikan diri. 2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. 3) Transisi peran sehat-sakit terjadi
akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua
komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri. 3. Tanda dan Gejala a.
Mengejek dan mengkritik diri. b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri.

6 15 c. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan pengunaan zat. d. Menunda
keputusan. e. Sulit bergaul. f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas. g. Menarik
diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi. h. Merusak diri : harga diri rendah
menyokong klien untuk mengakhiri hidup. i. Merusak atau melukai orang lain. j. Perasaan tidak
mampu. k. Pandangan hidup yang pesimitis. l. Tidak menerima pujian. m. Penurunan produktivitas. n.
Penolakan terhadap kemampuan diri. o. Kurang memperhatikan perawatan diri. p. Berpakaian tidak
rapi. q. Berkurang selera makan. r. Tidak berani menatap lawan bicara. s. Lebih banyak menunduk. t.
Bicara lambat dengan nada suara lemah.

7 16 4. Proses Terjadinya Masalah Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak
pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin
kecendrungan lingkungan yang selalu memberi respon negatif untuk mendorong individu menjadi
harga diri rendah. Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada
suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak
tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran
adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis. Tabel II.1 Rentang Respon Konsep Diri Rentang Respon Konsep
Diri Respon Adaptif Aktualisasi Konsep diri diri positif Harga diri rendah Respon Maladaptif
Kerancuan Depersonalisasi identitas

8 17 5. Psikopatologi Gambar II.1 Psikopatologi Harga Diri Rendah Faktor Predisposisi Faktor yang
mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempunyai harga diri penampilan peran
idetitas personal Ketidak percayaan Penolakan orang tua, orang tua tekanan Harapan orang tua yang
Faktor presipitsi dari kelompok, sebaya tidak realsitis, perubahan struktur Kegagalan yang Trauma
ketegangan peran sosial. berulang, Kurang mempunyai Penilaian stressor tanggung jawab personal,
Ketergantungan pada Sumber koping orang lain, Ideal diri yang tidak Integritas ego realistis.
Mekanisme koping Jangka Pendek Jangka Panjang Orientasi Rentang Respons Respon Adaptif
Respon Maladaptif Aktualisasi diri Konsep diri Harga diri rendah Kerancauan Depersonalisasi
Rendah Menurut Stuart dan Laraia, (1998)

9 18 Keterangan : a. Respon adaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat
membangun (konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan
dalam diri sendiri. b. Respon maladaptif : Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat
merusak (destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam
diri sendiri. c. Aktualisasi diri : Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya. d. Konsep diri positif : Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan
kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistis. e. Harga diri rendah : Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif. f.
Kekacauan identitas : Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

10 19 g. Depersonalisasi : Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan.
Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realitas. Individu
mengalami kesulitan dalam membedakan diri sendiri dan orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa
tidak nyata dan asing baginya. 6. Terapi Somatik Menurut Riyadi, & Purwanto, (2009) Terapi somatik
adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik. Terapi somatik telah
banyak dilakukan pada klien dengan gangguan jiwa seperti terapi somatik restrain, seklusi,
elekrokonvulsi, dan foto terapi. a. ECT (Electro Convulsif Therapie) Suatu tindakan terapi dengan
menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.
Indikasi ECT yaitu : 1) Klien depresi pada psikosa manik depresi, klien skizofrenia stupor kotatonik
dan gaduh gelisah katatonik. 2) Klien dengan penyakit depresi mayor yang tidak berespon terhadap
antidependen atau yang tidak dapat minum obat. 3) Klien dengan gangguan bipolar yang tidak
berespon terhadap obat.

11 20 4) Klien bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai efek
terapeutik. Sedangkan kontra indikasi ECT yaitu : 1) Peningkatan tekanan intra cranial (karena tumor
otak, infeksi SPP). 2) Keguguran pada kehamilan gangguan sistem muskuloskeletal, osteoartritis
berat, osteoporosis, fraktur karena kejang grandma. 3) Gangguan kardiovaskuler, infrak miokardium,
anggia, hipertensi, aritmia, dan aneurisma. 4) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial. 5)
Keadaan lemah. b. Foto Terapi atau Sinar Terapi somatik pilihan. Terapi ini diberiakan dengan
memaparkan klien pada sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan). Klien disuruh duduk
dengan mata terbuka 1,5 meter, didepan klien diletakan lampu flouresen spectrum luas setinggi mata.
Waktu dan dosis terapi ini bervariasi pada tiap individu. Beberapa klien berespons jika terapi
diberikan pagi hari, sementara klien ini lebih bereaksi kalau dilakukan terapi pada waktu sore hari.
Semakin sinar terang, semakin efektif terapi perunit waktu. Terapi sinar berlangsung dalam waktu
yang tidak lama namun cepat menimbulkan efek terapi. Kebanyakan klien merasa

12 21 sembuh 3-5 hari tetapi klien dapat kembali kambuh jika terapi dihentikan. Terapi ini dapat
menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien depresi minum dingin atau gangguan afektif
musiman. Efek samping yang terjadi setelah dilakukan terapi dapat berupa nyeri kepala, insomnia,
kelelahan, mual, mata kering, keluar sekresi dari hidung dan rasa lelah pada mata. 7. Mekanisme
Koping Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi
diri yang menyakitkan ( Stuart & Gail, 2007 ). a. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini : 1)
Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis indentitas diri (misalnya, konser musik,
bekerja keras, menonton televisi secara obsesif ) 2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti
sementara ( misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk ) 3)
Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu ( misalnya,
olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas )

13 22 4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup
yang tidak bermakna saat ini ( misalnya, penyalahgunaan obat ) b. Pertahanan jangka panjang
mencakup berikut ini : 1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu. 2) Identitas negatif,
asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat. 8. Sumber
Koping Semua orang tanpa memperhatikan gangguan prilakunya, mempunyai beberapa bidang
kelebihan personal yang meliputi : Aktifitas olah raga dan aktifitas diluar rumah, hobi dan kerajinan
tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perwatan diri, pendidikan atau pelatihan, pekerjaan,
vokasi atau posisi, bakat tertentu, kecerdasan, imajinasi dan kreatifitas, hubungan interpersonal. (
Stuart & Gail,2007 ). 9. Penatalaksanan Medis Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan
pada kasus harga diri rendah kronis adalah : a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi
pada klien dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak
berguna atau gagal terus menerus.

14 23 1) Hipothalmus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien dengan
harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam
melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat padahal klien
mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan tersebut. 2) Thalamus, sistem pintu
gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan
perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat
dicegah atau dipilih sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada
selalu mendominasi pikiran dari klien. 3) Amigdala yang berfungsi untuk emosi. Adapun jenis alat
untuk mengetahui gangguan struktur otak yang dapat digunakan adalah: 1) Electroencephalogram
(EEG), suatu pemeriksaan yang bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi
otak. 2) CT Scan, untk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi. 3) Single Photon Emission
Computed Tomography (SPECT), melihat wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak

15 24 dan menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi. b. Magnetic Resonance


Imaging (MRI), suatu tehnik radiologi dengan menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer
untuk mendapatkan gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil
sekalipun dalam struktur tubuh atau otak. Beberapa prosedur menggunakan kontras gadolinium
untuk meningkatkan akurasi gambar. Selain gangguan pada struktur otak, apabila dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan ketidakseimbangan
neurotransmitter di otak seperti: a. Acetylcholine (ACh), untuk pengaturan atensi dan mood,
mengalami penurunan. b. Norepinephrine, mengatur fungsi kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
mengatur fight-flight dan proses pembelajaran dan memori, mengalami penurunan yang
mengakibatkan kelemahan dan depresi. c. Serotonin, mengatur status mood, mengalami penurunan
yang mengakibatkan klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. d. Glutamat,
mengalami penurunan, terlihat dari kondisi klien yang kurang energi, selalu terlihat mengantu. Selain
itu berdasarkan

16 25 diagnosa medis klien yaitu skizofrenia yang sering mengindikasikan adanya penurunan
glutamat. Adapun jenis alat untuk pengukuran neurotransmitter yang dapat digunakan: a. Positron
Emission Tomography (PET), mengukur emisi atau pancaran dari bahan kimia radioaktif yang diberi
label dan telah disuntik kedalam aliran darah untuk menghasilkan gambaran dua atau tiga dimensi
melalui distribusi dari bahan kimia tersebut didalam tubuh dan otak. PET dapat memperlihatkan
gambaran aliran darah, oksigen, metabolisme glukosa dan konsentrasi obat dalam jaringan otak.
Yang merefleksikan aktivitas otak sehingga dapat dipelajari lebih lanjut tentang fisiologi dan neuro-
kimiawi otak. b. Transcranial Magnetic Stimulations (TMS), dikombinasikan dengan MRI, para ahli
dapat melihat dan mengetahui fungsi spesifik dari otak. TMS dapat menggambarkan proses motorik
dan visual dan dapat menghubungkan antara kimiawi dan struktur otak dengan perilaku manusia dan
hubungannya dengan gangguan jiwa.

17 26 B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal


dan dasar utama dari proses keperawatan (Direja, 2011). Data-data tersebut dikelompokan menjadi
faktor predisposisi, presipitasi, penilaian, terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping
yang dimlilki klien. Data-data yang diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokan menjadi
data subjektif dan data objektif. Data subjektif merupakan data yang disampaikan secara lisan oleh
klien maupun keluarga klien melalui proses wawancara. Sedangkan data objektif adalah data yang
ditemukan secara nyata pada klien melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat
(Keliat, Panjaitan & Helena, 2006). Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah : a. Keluhan utama
atau alasan masuk Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang, atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah ini. b. Faktor presdisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009). c. Faktor
presipitasi

18 27 Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh,
berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas
(Fitria, 2009). d. Konsep diri 1) Gambaran diri : Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai. 2) Ideal diri :
Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi,
tujuan, atau nilai personal tertentu. 3) Harga diri : Penilai individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisis sebagai seberapa perilaku dirinya dengan ideal diri. 4) Identitas :
Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan,
konsentrasi, dan keunikan individu. 5) Peran : Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok sosial.

19 28 2. Pohon Masalah Gambar II.2 Pohon Masalah Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan-----Akibat
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi-----Akibat Isolasi Sosial-----Akibat Harga Diri Rendah -----
Care Problem Koping Individu Tidak Efektif Traumatik Tumbuh Kembang Penyebab Penyebab
(Yosep, 2009). 3. Diagnosa Keperawatan a. Harga diri rendah kronis. b. Koping individu tidak efektif.
c. Isolasi sosial. d. Perubahan persepsi sensori : halusinasi. e. Resiko perilaku kekerasan (Yosep,
2009). 4. Intervensi Perencanaan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan
rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan dari
diagnosis tertentu. Tujuan umum

20 29 dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi dari diagnosis tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang
perlu dicapai atau dimilki klien (Direja, 2011). a. Harga diri rendah kronis. 1) Tum : Klien dapat
meningkatkan harga dirinya. 2) Tuk : a) Klien mampu membina hubungan saling percaya. b) Klien
dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. c) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
d) Klien dapat merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilki. e) Klien dapat
melakukan kegiatan. 3) Intervensi : a) Bina hubungan terapeutik. b) Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang masih dimilki klien. c) Beri kesempatan klien untuk mencoba. d) Setiap bertemu
klien hindarkan penilaian agresif. e) Utamakan memberikan pujian realistik. f) Diskusikan dengan
klien kegiatan yang masih bisa digunakan. g) Rencanakan bersama.

21 30 h) Beri reinforcement positif atas usaha klien. b. Koping individu tidak efektif 1) Tuk : Klien
dapat meningkatkan koping individu tidak efektif. 2) Tik : a) Klien dapat membina hubungan saling
percaya dengan perawat b) Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya c) Klien dapat
memodifikasi pola kognitif yang negatif d) Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping
e) Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik, dan aktivitas yang terjadwal 3) Intervensi : a)
Lakukan pendekatan yang hangat, menerima klien apa adanya dan bersifat empati b) Mawas diri dan
cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (Misalnya : Rasa marah, frustasi,
simpati) c) Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang suportif d) Beri waktu untuk
klien berespon pujian e) Tunjukkan respon emosional dan menerina klien apa adanya

22 31 f) Gunakan tehnik komunikasi terapeutik g) Bantu klien mengekspresikan perasaanya h) Bantu


mengidentifikasi area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk
mengontrol i) Diskusikan masalah yang dihadapi klien j) Identifikasi pemikiran negatif, bantu
menurunkan interupsi/ subsitusi k) Bantu meningkatkan pemikiran yang positif l) Terima klien apa
adanya, jangan menentang keyakinannya m) Kenalkan realitas n) Beri umpan balik tentang perilaku,
stressor dan sumber koping o) Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan
emosional p) Beri batasan perilaku maladaptif q) Beri klien aktivitas yang produktif r) Beri latihan fisik
sesuai bakatnya s) Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari hari t) Libatkan
keluarga dan sistem pendukung lainnya c. Isolasi sosial. 1) Tum : Klien dapat berinteraksi dengan
orang lain.

23 32 2) Tuk : a) Klien dapat membina hubungan saling percaya. b) Klien dapat mengetahui
keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang lain. c) Klien dapat mengidentifikasi penyebab
isolasi sosial. d) Klien dapat berkenalan. e) Klien dapat menentukan topik pembicaraan. f) Klien dapat
berinteraksi dengan orang lain secara bertahap berkenalan dengan orang lain (perawat). g) Klien
dapat berinteraksi dengan secara bertahap berkenalan dengan orang kedua (pasien lain). 3)
Intervensi : a) Beri salam dan panggil nama klien. b) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat
tangan. c) Jelaskan tujuan interaksi. d) Jelaskan kontrak yang akan dibuat. e) Beri rasa aman dan
tunjukan sikap empati. f) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya. g) Bantu klien
mengungkapkan alasan klien dibawa ke rumah sakit. h) Beri kesempatan klien mengatakan
keuntungan berhubungan atau berinteraksi.
24 33 i) Beri kesempatan klien untuk mengatakan kerugian berhubungan atau berinteraksi dengan
orang lain. j) Beri kesempatan klien mencontohkan teknik berkenalan. k) Beri kesempatan klien
menerapkan teknik berkenalan. l) Beri kesempatan klien dan bantu klien menentukan topik
pembicaraan. m) Latih berhubungan sosial secara bertahap dengan perawat. n) Masukan dalam
jadwal kegiatan klien. o) Latih cara berkenalan dengan dua orang atau lebih dengan teman satu
ruangan atau sesama pasien. p) Masukan dalam jadwal kegiatan klien. d. Perubahan sensori
persepsi : halusinasi 1) Tum : Klien dapat mengontrol halusinasi 2) Tuk : a) Klien dapat membina
hubungan saling percaya. b) Klien dapat mengenal halusinasi. c) Klien dapat mengontrol halusinasi.
d) Klien memilih cara mengatasi seperti yang telah didiskusikan. e) Klien dapat dukungan dari
keluarga dalam mengontrol halusinansi. f) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

25 34 3) Kriteria Hasil : a) Ekspresi wajah bersahabat b) Menunjukan rasa senang c) Ada kontak
mata d) Mau berjabat tangan e) Mau menyebutkan nama f) Mau menjawab salam g) Klien mau duduk
berdampingan dengan perawat h) Mau mengutarakan masalah yang dihadapinya i) Klien dapat
membedakan hal yang nyata dan tidak nyata j) Klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi
timbulnya halusinasi k) Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan untuk mengontrol
halusinasinya. l) Klien dapat menjalin hubungan saling percaya dengan perawat. m) Keluarga dapat
menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi. n) Klien dan keluarga
mampu menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping. o) Klien dapat menginformasikan manfaat
dan efek samping obat.

26 35 p) Klien dapat memahami akibat pemakaian obat tanpa konsultasi. q) Klien dapat menyebutkan
prinsip 5 benar penggunaan obat. 4) Intervensi : a) Bina hubungan saling percaya dengan
mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik. b) Sapa klien dengan ramah c) Perkenalkan diri
dengan sopan. d) Tanya nama lengkap klien. e) Jelaskan tujuan pertemuan. f) Jujur dan tepati janji.
g) Tujukan sikap empati. h) Beri perhatian kepada klien. i) Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasi. j) Bantu klien mengenal halusinasi. k) Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan
halusinansi. l) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. m)
Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian pada klien. n) Bantu klien melatih cara
memutus halusinansi. o) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih

27 36 p) Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinansi. q) Diskusikan
dengan keluarga pada saat berkunjung tentang gejala halusinasi yang dialami. r) Cara yang dapat
dilakukan klien untuk memutuskan halusinansi. s) Cara merawat halusinansi dirumah, beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri. t) Cara merawat halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri. u)
Beri reinforcement karena sudah berinteraksi. v) Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat. w) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan
manfaat. x) Anjurkan klien bicara minta pada dokter tentang manfaat, efek samping obat y) Bantu
klien minum obat. (Sumber Yosep, 2011) e. Resiko perilaku kekerasan 1) Tum : Klien dapat
mengontrol atau mencegah perilaku kekerasaan baik secara fisik, sosial, verbal, dan spiritual.

28 37 2) Tuk : a) Bina hubungan saling percaya. b) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan.
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan. d) Klien dapat mengontrol perilaku
kekerasan. 3) Intervensi : a) Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan komunikasi
terapeutik. b) Bantu klien mengungkapkan perasaan. c) Bantu klien untuk mengungkapkan tanda
perilaku kekerasan. d) Diskusikan dengan klien keuntungan dan kerugian perilaku kekerasan. e)
Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan. f) Anjurkan klien mempraktekan
latihan. 5. Implementasi Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata implementasi seringkali jauh berbeda dengan rencana (Direja,
2011).

29 38 6. Evaliasi Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan yang telah
dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan pendekatan S.O.A.P yaitu subjektif, objektif,
analisis, perencanaan pada klien dan perencanaan pada perawat.

Anda mungkin juga menyukai