Anda di halaman 1dari 27

KAJIAN SITUASI

RUANG RAJAWALI

Oleh : Kelompok 2
KASUS

 Ruang Rajawali merupakan Ruang rawat inap kelas I dan II merupakan


ruangan pelayanan multi (bedah, interne, jantung, dan neurologi). Ruang
Rajawali memiliki kapasitas tempat tidur 20 bed dalam 8 kamar. Kelas I
terdiri dari 1 kamar dan kelas II terdiri dari 7 kamar. Setiap kamar memiliki
kamar mandi untuk pasien dan keluarga. Ruang Rajawali memiliki 1 kamar
mandi khusus karyawan, terdapat Ners Station dan ruang tindakan. BOR
Ruang Rajawali 65% dan derajat ketergantungan pasien terdiri dari minimal
care 8 orang, partial care 3 dan total care 1 orang. Ruang Rajawali memiliki
tenaga perawat berjumlah 12 orang sudah termasuk kepala ruangan
dengan tingkat pendidikan lulusan Ners berjumlah 1 orang. S1 Keperawatan
2 orang, dan D-III keperawatan 9 orang. Berdasarkan hasil wawancara
dengan kepala ruangan bahwa pelaksanaan timbang terima (operan shift)
dan ronde keperawatan menggunakan metode SBAR tetapi dalam
pelaksanaannya belum terlaksana dengan optimal. Hasil observasi
didapatkan penyebab ermasalahan tersebut dikarenakan perawat belum
mengetahui metode SBAR dalam pelaksanaannya.
Kajian Situasi Ruangan
Man
1. Tenaga Keperawatan
N Pendidikan Jumlah
o
1 Ners 1
2 S1 Keperawatan 2
3 DIII Kepererawatan 9
JUMLAH 13

Di Ruang Rajawali terdapat tenaga perawat berjumlah 12 orang sudah termasuk dengan
Kepala Ruangan. 9 orang perawat dengan kualifikasi pendidikan DIII Keperawatan, 2
orang perawat dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Keperawatan, 1 perawat dengan
kualifikasi pendidikan Ners.
2. Perhitungan Tenaga Keperawatan
Metode Douglas Metode Gilies

 Dengan jumlah pasien  Jumlah jam


sebanyak 12 orang perawatan langsung
dengan tingkat yang dibutuhkan
ketergantungan yang oleh 12 orang pasien
berbeda kebutuhan dengan
tenaga Perawat di ketergantungan
Ruang Rajawali mandiri, parsial dan
adalah 6 orang. total adalah 31 jam.
Material: Sarana dan Prasarana

Fasilitas Jumlah

Ruangan Kelas I 1

Ruangan Kelas II 7

Ruangan Tindakan 1

Kamar mandi pasien 1

Kamar mandi karyawan 1


Metode : Metode Asuhan Keperawatan
Metode Asuhan Keperawatan di Ruangan Rajawali adalah MPKP Pemula
dengan tugas Kepala Ruangan sebagai berikut:

 Menyusun Jadwal Dinas


 Mengatur dan mengendalikan Ruangan
 Mengadakan diskusi
 Memonitor kegiatan PP dan PA
 Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
 Bekerjasama dengan CCM (penilaian PP dan PA, memonitor dan
mengevaluasi kerja, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
serta evaluasi mutu).
 Menjaga hubungan kerja
 Mencek kelengkapan kasus (min. 5 status perhari)
 Bila PP cuti, diganti Kepala Ruangan atau CCM dan dapat didelegasi
kepada PA senior.
 Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas
 Melakukan pertemuan rutin atau bulan
Metode : Metode Asuhan Keperawatan
Metode Asuhan Keperawatan di Ruangan Rajawali adalah MPKP Pemula
dengan tugas Kepala Ruangan sebagai berikut:

 Menyusun Jadwal Dinas


 Mengatur dan mengendalikan Ruangan
 Mengadakan diskusi
 Memonitor kegiatan PP dan PA
 Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
 Bekerjasama dengan CCM (penilaian PP dan PA, memonitor dan
mengevaluasi kerja, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat
serta evaluasi mutu).
 Menjaga hubungan kerja
 Mencek kelengkapan kasus (min. 5 status perhari)
 Bila PP cuti, diganti Kepala Ruangan atau CCM dan dapat
didelegasi kepada PA senior.
 Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas
 Melakukan pertemuan rutin atau bulan

Mutu: Kualitas Pelayanan Kesehatan


◦ BOR Ruang Rawat Inap Rajawali 65%
KEKUATAN (STRENGTH)
 Ruang Rajawali memiliki kapasitas tidur 20 bed
dalam 8 kamar, yang terbagi dalam 1 kamar
kelas I dan 7 kamar kelas II.
 Terdapat Nurse Station di Ruang Rajawali
 Terdapat ruangan tindakan di Ruang Rajawali
 Terdapat kamar mandi karyawan di ruang
Rajawali
 Memiliki jumlah perawat sebanyak 12 orang
 Memiliki perawat dengan kualifikasi Ners 1
orang dan D -III 9 orang
KELEMAHAN (WEEKNEES )

 Belum optimalnya penggunaan metode


SBAR dalam waku operan Shift
 Ruang Rajawali memiliki BOR 65%
 Terdapat perawat dengan kualifikasi
pendidikan S.Kep
 Kurangnya tenaga Perawat Profesional,
MAKP tidak optimal
OPPORTUNITY

 Adanya organisasi PPNI yang menaungi


Perawat.
 Adanya UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan.
 Penggunaan teknologi modern untuk
mempermudah proses perawatan.
 Adanya Masyarakat Ekonomi Asean
sebagai tolak ukur meningkatkan kualitas
tenaga kesehatan, fasilitas dan pelayanan.
 Adanya kerjasama antara Rumah Sakit
dengan Perguruan Tinggi dalam
pendidikan tingkat lanjut.
 Adanya kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan dan pelatihan bagi perawat
yang lulusan D-III dan Sarjana
Keperawatan
 Masyarakat mulai kritis terhadap
informasi kesehatan yang didapatkan di
tempat pelayanan kesehatan
THREAT
 Adanya undang-undang perlindungan
konsumen dalam UU No. 8 Tahun 2009
tentang perlindungan konsumen
 Persaingan antar rumah sakit yang semakin
ketat di dalam hal sarana dan prasarana
serta pelayanan yang prima
 Banyaknya review kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan yang
mudah diakses oleh pengguna sosial media
DIAGRAM KARTESIUS
Opportunity

0
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
-1

-2

-3

-4
Dilihat dari Diagram Kartesius :

 Interpretasi data: Didapatkan hasil SWOT


berada dikuadran SO, strategi perencanaan
bersifat agresif dengan tujuan pengembangan
kekuatan internal yang ada untuk
mendapatkan peluang yang lebih dalam
menghadapi persaingan.
SWOT Strategy

SO Strategy
 Tenaga perawat S1 dan DIII di ruangan dapat meningkatkan
jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi serta ikut serta
dalam pelatihan keperawatan dari luar dan dalam Rumah Sakit
 Masyarakat yang kritis dan adanya MEA memotivasi perawat
untuk mengoptimalkan SOP yang tersedia di ruangan untuk
meningkatkan kualitas tindakan asuhan keperawatan.
 Dengan adanya UU RI No. 38 tentang Keperawatan, menjadi
pedoman untuk tenaga perawat di Ruangan.
 Penggunaan teknologi modern dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dan mengurangi beban kerja perawat.
SWOT Strategy

WO Strategy
 Adanya tenaga DIII yang berpengalaman dan memiliki
keterampilan untuk melakukan tindakan keperawatan yang
cepat dan tepat.
 Adanya kerjasama dengan Perguruan Tinggi sehingga membuka
kesempatan untuk perawat dengan kualifikasi pendidikan S.Kep
dan AMD.Kep untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang profesi
sesuai dengan ketentuan pemerintah.
 Sosialisasi kepada perawat mengenai prosedur tindakan
keperawatan guna meningkatkan kualitas pelayanan.
 Berkoordinasi dengan Kepala Ruangan untuk pengadaan
sosialisasi handover SBAR
SWOT Strategy

ST Strategy
 Mengikutsertakan tenaga kerja perawat dalam pelatihan atau
sosialisasi yang diselenggarakan oleh RS guna menunjang
keterampilan dan pengetahuan asuhan keperawatan.
 Koordinasi dengan kepala ruangan untuk mengajukan
pengadaan alat-alat yang kurang di ruangan.
 Koordinasi dengan perawat di ruangan untuk meningkatkan
perilaku caring sehingga konsumen merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan.
 Memotivasi perawat di ruangan untuk terus meningkatkan mutu
pelayanan yang sesuai dengan standar yang dibuat oleh RS.
SWOT Strategy

WT Strategy
 Peningkatan sarana prasarana yang belum maksimal untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
 Koordinasi dengan kepala ruangan untuk mengoptimalkan
MAKP yang digunakan di ruangan dalam mengelola seluruh
pasien.
 Koordinasi dengan Kepala Ruangan untuk melakukan
sosialisasi tindakan keperawatan sesuai dengan SOP.
ANALISIS FISHBONE

1. Indikator mutu pelayanan dibawah standar,


BOR 65% dilihat dari :

 Masih terdapat tenaga perawat berlatar


belakang pendidikan S1
 75% tenaga keperawatan masih berlatar
belakang pendidikan DIII sebanyak 9 orang.
 Kurangnya sosialisasi dan pelatihan untuk
meningkatkan mutu keperawatan
 Belum ada kebijakan RS untuk pengembangan
mutu pelayanan
ANALISIS FISHBONE

2. Belum optimalnya Hand Over Perawat dengan


metode SBAR
 75% Kualifikasi pendidikan tenaga
keperawatan berlatar belakang DIII
 Kurangnya motivasi perawat untuk aktif dalam
bertanya atau usul pengadaan sosialisasi
mengenai prosedur Handover
 Kurangnya sosialisasi mengenai Handover SBAR
 Belum ada kebijakan RS untuk pengembangan
pendidikan tenaga perawat
RUMUSAN MASALAH

1. Perumusan Masalah
 Belum optimalnya Hand Over Perawat dengan metode SBAR
 Indikator mutu pelayanan dibawah standar, BOR 65%

2. Prioritas Masalah
 C : Ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan prasarana)
 A : Kemudahan masalah yang ada (mudah di atasi atau
tidak)
 R : Kesiapan dari tenaga pelaksana
 L : Seberapa besar pengaruh kriteria satu dengan yang lain
PLANING OF ACTION
Belum optimalnya Nursing Hand Over
Tujuan :
 Diadakannya sosialisasi rutin mengenai
handover SBAR
 Kualifikasi Perawat Profesional di Ruangan
mengalami peningkatan
 Adanya kebijakan RS untuk meningkatkan
pendidikan tenaga perawat
 Tenaga perawat menjadi lebih termotivasi dan
kritis dalam bekerja
Strategi
 Pengadaan sosialisasi handover SBAR
 Kerjasama dengan perguruan tinggi untuk
meningkatkan kualifikasi pendidikan perawat di
ruangan
 Meningkatkan motivasi perawat untuk
meningkatkan mutu pelayanan di Ruangan
Kegiatan
 Berdiskusi dengan perawat di Ruangan mengenai
kendala implementasi handover di Ruangan
 Koordinasi dengan Karu untuk mengadakan
sosialisasi handover
 Mewawancarai perawat ruangan mengenai
keinginan untuk meningkatkan pendidikan
Sasaran
 2 orang CCM, 9 orang PA
Kriteria Keberhasilan
 RS setuju untuk mengadakan sosialisasi
handover SBAR untuk perawat di RS
 Karu setuju untuk melakukan sosialisasi
Handover di Ruangan
 Perawat mengungkapkan keinginan
untuk meningkatkan pendidikan
Indikator mutu pelayanan dibawah standar, BOR 65%

Tujuan :
 Diadakannya sosialisasi rutin untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan
 Kualifikasi Perawat Profesional di Ruangan mengalami
peningkatan
 Adanya kebijakan RS untuk meningkatkan mutu pelayanan

Strategi :
 Adanya tenaga DIII yang berpengalaman dan memiliki
keterampilan untuk melakukan tindakan keperawatan yang
cepat dan tepat.
 Tenaga perawat S1 dan DIII di ruangan dapat meningkatkan
jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
 Penggunaan teknologi modern dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dan mengurangi beban kerja perawat.
 Sosialisasi kepada perawat mengenai prosedur tindakan
keperawatan guna meningkatkan kualitas pelayanan.
Kegiatan :
 Berdiskusi dengan perawat mengenai lama kerja
dan pelatihan apa saja yang pernah diikuti
 Konsultasi dengan Kepala ruangan untuk
pengadaan sosialisasi.
 Berdiskusi dengan Kepala Ruangan mengenai
kesempatan tenaga perawat ruangan untuk
melanjutkan pendidikan.
 Berdiskusi dengan Kepala Ruangan untuk
pengadaan alat kesehatan yang modern.
 Berkoordinasi dengan Kepala Ruangan untuk
Sosialisasi mengenai SOP guna meningkatkan
kualitas pelayanan.

Sasaran :
 Karu, 2 orang CCM, 9 orang PA
Terimakasih

Oleh : Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai