Anda di halaman 1dari 84

PENUGASAN INDIVIDU III

STUDI KASUS 2: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

MAHASISWA:

Nur Muslimah IP Yawu

1490119092

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

TA 2019/2020
I. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan
Nama : Nur Muslimah IP Yawu
Osteoartritis (OA) NIM : 1490119092

Definisi
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan salah satu penyebab
nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis”
sendiri berasal dari Yunani dimana “osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al., 2013)
Osteoarthritis merupakan suatu kelainan degerasi sendi yang terjadi pada cartilage (tulang rawan)
yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan pada sendi yang terkena. Faktor
yang dapat mempemgaruhi terjadinya osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis kelamin
permpuan, dan obesitas (Zhang et al, 2016).

Etiologi
Menurut (Michael, Schluter-brust, & Eysel, 2010) etiologi dari osteoarthritis dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu
1. Osteoarthritis primer
Osteoarthritis primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau osteoarthritis yang belum
diketahui penyebabnya.
2. Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder penyebabnya yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca
operasi, metabolik, gangguan endokrin, osteonekrosis aseptik.
Menurut (heidari, 2011) osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral, yang terjadi karena karena
interaksi antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan, berat badan, dan
obesitas, cedera lutut, penggunaan sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan otot, dan
kelemahan sendi memainkan peran dalam pengembangan OA sendi.

Tanda dan Gejala


1. Riwayat Penyakit
a. Nyeri
 Nyeri pada awal gerakan
 Nyeri selama bergerak
 Nyeri yang menetap atau nyeri nocturnal
 Membutuhkan analgesic
b. Hilangnya fungsi
 Kekakuan (stiffness)
 Keterbatasan gerakan
 Penurunan aktivitas sehari- hari
 Kebutuhan akan alat bantu ortopedi

c. Gejala lain
 Krepitasi
 Peningkatan senstivitas terhadap dingin dan atau lembab
 Progresi bertahap (Joern, 2010)
Definisi gangguan kognitif ringan
Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan stadium gangguan kognitif yang melebihi perubahan
normal yang terkait dengan penambahan usia, akan tetapi aktivitas fungsional masih normal dan
belum memenuhi kriteria demensia. Istilah MCI secara luas dapat diartikan sebagai stadium/
tahapan intermediate penurunan kognitif, terutama yang mengenai gangguan fungsi memori,
yang diduga merupakan prediktif demensia, terutama demensia Alzheimer. Fenomena MCI
terutama dipergunakan sebagai “peringatan” bahwa penyandangnya mempunyai resiko tinggi
untuk mengidap demensia Alzheimer dan merupakan fase transisi antara gangguan memori
fisiologis dan patologis..

Etiologi
Tidak ada satu penyebab yang menyebabkan MCI. Relatif sedikit yang diketahui tentang penyebab
dari penurunan kognitif ringan ini, tetapi sejumlah kondisi neurologis dan medis mungkin
berkontribusi terhadap gejala ini. Dalam beberapa kasus yang diteliti di otopsi, patolog telah
mengamati perubahan struktur otak dan akumulasi peningkatan protein membentuk plak amiloid.
Prediktor perkembangan amnestik MCI ke demensia yaitu:
 Adanya gen apolipoprotein epsilon 4 (Gen ApoE4)
 Volume hipokampus kurang dari 25 % yang diketahui dengan MRI
 Pencitraan PET ( Positron Eemission Tomography) menunjukkan hipometabolisme
temporal dan parietal otak
 Uji cairan serebrospinal menunjukkan rendahnya beta amiloid 42 dan peningkatan protein
tau
 Plak otak amiloid yang terdeteksi pada pencitraan PET ( Positron Emission Tomography)
menggunakan Pittsburgh senyawa B
Factor resiko MCI adalah
 Meningkatnya usia
 Diabetes Melitus
 Merokok
 Depresi
 Hipertensi
 Peningkatan kadar kolesterol darah
 Kurangnya aktifitas fisik

Tanda dan gejala


Gejala berupa penurunan fungsi kognitif, diantaranya
 Sering lupa. Misalnya penderita lupa akan even-even penting yang akan dilakukannya,
penderita mulai lupa jalan yang sering dilalui di lingkungannya, lupa nomor telepon
keluarganya.
 Sering menanyakan pertanyaan yang sama, menceritakan hal yang sama, dan memberikan
informasi yang sama berulang-ulang
 Tidak mampu melakukan suatu pekerjaan dengan banyak petunjuk
 Kurang focus dalam pembicaraan
 Selain itu, penderita dapat juga akan mengalami depresi, cemas, dan apatis
Pathway
Factor metabolic, Reaksi Perdangan
infeksi
kecenderungan
virus

Nyeri Kurang Informasi tentang Sinovial Menebal


proses penyakit

Deformitas sendi Gangguan


Defisiensi Pengetahuan citra tubuh

Infiltrasi kedalam os
subcondria

Hambatan nutrisi
pada kartilago
artikularis

Kerusakan Kartilago Nekrosis


kartilago tulang

Tendon & ligament Erosi kartilago


melemah

Adhesi pd permukaan
Hilangnya kekuatan Mudah lukasi & subluksasi sendi
otot

Ankilosis fibrosa ankilosis


tulang
Resiko Cedera

Kekuatan Sendi
Hambatan
Terbatasnya gerakan sendi
mobilitas fisik

Deficit perawatan diri

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Nyeri
- faktor metabolic, infeksi
Data Objektif: dengan kecenderungan
- Nyeri pada persendian virus
lutut kirinya
- Lutut kiri kemerahan Reaksi Peradangan
- Lutut kiri bengkak
- Ekspresi wajah meringis Perubahan fungsi sendi

Hipertrofi

Distensi cairan

Spasme otot

Nyeri
2. Data Subjektif: Reaksi peradangan Hambatan
Data Objektif: Mobilitas Fisik
Sinovial menebal
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Deformitas sendi
kemerahan
- Lutut kiri sedikit Infiltrasi kedalam tulang
bengkak
- TD : 150/100 mmHg Kerusakan kartilago dan
- TB : 163 Cm tulang
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20 Tendon dan ligamen
- 94x/menit melemah
- Time up and Go test
21 detik Mudah luksasi dan
- Barthel indeks 20 subluksasi

Kekakuan sendi

Hambatan mobilitas Fisik

No Data Etiologi Masalah


3. Data Subjektif: Resiko peradangan Defisit perwatan
Data Objektif: diri
- Klien adalah pasien Sinovial menebal
day care
- Klien lemah Deformitas sendi
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm Infiltrasi kedalam os
- BB : 72 Kg subcondria
- MMSE : 20
- 94x/menit Hambatan nutrisi
- Time up and Go test
21 detik Kartilago nekrosis
- Barthel indeks 20
Erosis kartilago

Adhesi pada permukaan


sendi

Ambilosis fibrosa, ankilosis


tulang

Terbatasnya gerakan sendi

Defisit perawatan diri

No Data Etiologi Masalah


4. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Resiko cedera
Data Objektif: faktor metabolic, infeksi jatuh
- Klien jatuh di rumah dengan kecenderungan
- Klien meringis virus
skala nyeri 4 (0-10)
- Klien sulit Reaksi peradangan
berkonsentrasi
- Klien sering
mengulangi Sinoviasi menebal
pertanyaan yang
sama Deformitas sendi
- Lutut kiri tampak
kemerahan Infiltrasi kedalam os
- Lutut kiri sedikit subcondria
bengkak
- TD : 150/100 mmHg Hambatan nutrisi
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg Kerusakan kartilago
- MMSE : 20
- 94x/menit tendon dan ligamen
- Time up and Go test melemah
21 detik
- Barthel indeks 20 hilangnya kekuatan otot
- Kekuatan otot
5 5 Resiko Cedera
5 4

Ringkasan Diagnosa Keperawatan

Dx Keperawatan Nyeri akut


Definisi Pengalman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang timbul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau dijelaskan dengan istilah
kerusakan tersebut (International association study of pain)
; awitan tiba-tiba atau lambat dengan berbagai intensitas
dari ringan hingga berat dengan akhir yang diantisipasi
atau dapat diprediksi dan durasi kurang dari 6 bulan
Batasan karakteristik Subjektif
- Laporan verbal tentang nyeri ; laporan dengan
kode (mungkin kurang dari klien yang berusia
kurang dari 40 tahun, pria, dan beberapa
kelompok budaya)
- Perubahan nafsu makan
Objektif
Tanda nyeri yang di observasi
- Perilaku berhati-hati ; gestur protektif ;
mengatur posisi untuk menghindari nyeri
- Menutupi wajah ; gangguan tidur (kilauan mata
berkurang, pandangan terpukul, gerakan kaku
atau gerakan yang jarang, menyeringai)
- Perilaku ekspresif (misal, gelisah, merintih,
menangis, kewaspadaan, iritabilitas, mengeluh)
- Perilaku distraksi (misal, melangkah, mencari
orang lain dan / atau aktifitas, aktifitas
berulang)
- Perubahan tonus otot (dapat memiliki rentang
dari lesuh (flaksid) hingga kaku)
- Diavoresis ; perubahan tekanan darah,
freakuensi jantung, atau frekuensi pernapasan ;
dilatasi pupil
- Fokus pada diri sendiri ; fokus menyempit
(perubahan persepsi waktu, gangguan proses
pikir, mengurangi interaksi dengan orang lain
dan lingkungan)

Pengkajian - Temuan pengkajian individu, termasuk


penjelasan klien tentang respon terhadap nyeri
seluk beluk berventarisai nyeri, harapan
manajemen nyeri, dan tingkat nyeri yang dapat
diterima.
- Lokus kontrol dan kepercayaan budaya yang
mempengaruhi respon terhadap nyeri.
- Penggunaan obat sebelumnya ;
penyalahgunaan zat
Faktor yg berhubungan Agen perusak (biologis, kimia, fisik, psikologis)

Alternatif Dx (Saran - Hambatan mobilitas fisik


Penggunaan) - Defisit perawatan diri
- Ansietas
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
di harapkan Nyeri teratasi .

Tujuan Jangka Pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawataan selama 1x24 jam
diharapkan :
- Tingkat Nyeri: keparahan nyeri yang di
observasi atau di laporkan
- Pengendalian nyeri: tindakan personal untuk
menyelesaikan nyeri
- Nyeri: respon simpang psikologis: keparahan
respon simpang kognitif dan emosional yang di
observasi atau dilaporkan terhadap nyeri fisik

Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)


- Melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol
- Mengikuti program farmakologis yang di
resepkan
- Menyatakan metode yang memberi Pereda
nyeri
- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan
relaksasi dan aktivitas pengalihan sesuai
indikasi dan sesuai situasi individu
Intervensi (NIC) - Manajemen nyeri: meredakan nyeri atau
mengurangi nyeri ke tingkat ke nyamanan yang
dapat di terima klien
- Pemberian analgesic: menggunakan agen
farmakologis untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
- Manajemen lingkungan: kenyamanan:
memanipulasi lingkungan klien untuk
meningkatkan kenyamanan yang optimal

Dx Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik


Definisi Keterbatasan gerakan fisik tubuh atausatu ekstremitas atau
lebih dengan maksud tertentu dan mandiri
Batasan karakteristik
Subjektif:

- [Laporan tentang nyeri atau ketidaknyamanan pada


saat melakukan gerakan, keengganan untuk bergerak]

Objektif

- Kesehatan rentang gerak; keterbatasan kemampuan


untuk melakukanketerampilan motorik halus atau
kasar; kesulitan untuk berputar
- Gerakan lambat, gerakan tersentak-sentak atau tidak
terkoordinasi, tremor disebabkan oleh gerakan;
penurunan reaksi [lebih lambat]
- Ketidakstabilan postural; perubahan gaya berjalan
Memulai perubahan gerakan (mis., peningkatan
perhatian pada aktivitas lain, perilaku pengendalian,
fokus pada disabilitaas/aktivitas sebelum mengalami
penyakit)

Pengkajian Temuan individu, termasuk tingkat fungsi dan kemampuan


untuk berpartisipasi, kreativitas yang spesifik atau
diinginkan.
Faktor yg berhubungan - Gaya hidup kurang gerak; intoleransi aktivitas; keadaan
tidak digunakan; dekondisi; penurunan daya tahan;
penurunan daya tahan kardiovaskular;
- Penurunan kekuatan otot atau masa pengendalian;
kekakuan sendi; kontraktur; kehilangan integritas
struktur tulang
- Nyeri; ketidaknyamanan
- Gangguan neuromuskular atau musluloskletal
- Gangguan sensori persepsi atau kognitif; keterlambatan
perkembangan
- Kondisi mood tertekan; ansietas
- Malnutrisi; perubahan metabolisme selular; indeks
massa ubuh (body mass index, BMI) diatas persentil 75
sesuai usia
- Defisiensi pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik;
kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia;
kurang dukungan lingkungan (mis., fisik atau sosial)
- Restrriksi gerakan yang dianjurkan; otot Ketegangan
untuk memulai gerakan

Alternatif Dx (Saran - Intoleransi aktivitas


Penggunaan) - Nyeri, ketidaknyamanan
- Gangguan sensori persepsi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Defisit perawatan diri
- Defisiensi pengetahuan
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi
Tujuan Jangka Pendek (SMART):

Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)

Intervensi (NIC)

Dx Keperawatan Defisit Perawatan Diri


Definisi Gangguan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari untuk diri sendiri,
seperti memberi makan, berpakaian, mandi, buang air
besar.
Batasan karakteristik
Objektif:

- Ketidakmampuan untuk mandi


- Ketidakmampuan untuk berpakaian
- Ketidakmampuan untuk makan
- Ketidakmampuan untuk toileting
Pengkajian Temuan individu, termasuk tingkat fungsi dan kemampuan
untuk melakukan kativitas sehari-hari secara mandiri atau
dibantu.
Faktor yg berhubungan Berhubungan Dengan :
- Penurunan Atau Kurangnya Motivasi
- Hambatan Lingkungan
- Kerusakanmuskuloskeletal
- Kerusakan Neuromuskular
- Nyeri
- Kerusakan Persepsi/ Kognitif
- Kecemasan
- Kelemahan Dan kelelahan.
Alternatif Dx (Saran - Intoleransi aktivitas
Penggunaan) - Nyeri, ketidaknyamanan
- Gangguan sensori persepsi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Defisit perawatan diri
- Defisiensi pengetahuan
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan defisit perawatan diri dapat teratasi
Tujuan Jangka Pendek (SMART):
- Status perawatan diri
- Toleransi kegiatan
- Tingkat kelelahan
- Status Perawatan Diri
Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)
- Mampu melakukan tugas fisik yang paling mendasar
dan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
- Mampu untuk mengenakan pakaian dan berhias
sendiri secara mandiri atau tanpa alat bantu
- Mampu mempertahankan kebersihan pribadi dan
penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau
tanpa alat bantu
- Mengungkapkan kepuasan dalam berpakaian dan
menata rambut
- Menggunakan alat bantu untuk memudahkan
dalam berpakaian
- Dapat memilih pakaian dan mengambilnya dari
lemari atau laci baju
- Mampu meritsleting dan mengancing pakaian
Dx Keperawatan Resiko Cedera
Definisi - Menggunakan
Bersiko cedera adalah kondisi akibat pakaian
lingkungansecara
yangrapi dan bersih
berinteraksi dengan - sumber
Mampuadaptif
melepas danpakaian,
defensive individu
kaos kaki,dan sepatu
Batasan karakteristik -
- Menunjukkan rambut yang rapi dan bersih
Pengkajian - Kaji faktor resiko individu (penurunan ekstremitas, memar,
Intervensi (NIC) - Pantau
luka sayat, kekuatan otot) tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
- Pemahaman klien - tentang
Pantau resiko individudan
peningkatan dan penurunan
masalah kemampuan
kemanan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri seperti:
Faktor yang - Disfungsi biokimia: disfungsi sensori
Berhubungan - Psikologis afektif, orientasi
mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting.
- Usia perkembangan (fisiologis, psikososial)
- Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan
- Perubahan mobilitas
Alternative dx (saran - Resiko sindrome disuse
aktivitas perawatan diri
penggunaan) - Hambatan berjalan
-  Bantu pasien memilih pakaian yang mudah dipakai
- Hambatan mobilitas kursi roda
- Gangguan rasa nyaman dan dilepas
Nursing outcome (NOC) Tujuan jangka panjang:
- Sediakan pakaian pasien pada tempat yang mudah
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
klien diharapkan
di jangkau
klien tidak(disamping
mengalami tempat
cedera
tidur)
Tujuan jangka pendek
- Fasilitasi pasien untuk menyisir rambut, bila
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
Klien tidak mengalami
memungkinkan
cidera
Kriteria hasil
- Dukung kemandirian dalam berpakian, berhias,
- Tindakan personal yang mencegah cidera fisik terhadap
dir sendiri bantu pasien jika diperlukan
- Pengendalian resiko: tindakan personal untuk mencegah
- Pertahankan privasi saat pasien berpakaian
menghilangkan atau mengurangi ancaman kesehatan
yang dapat- dimodifikasi
Bantu pasien untuk menaikkan, mengancingkan,
- Menyatakan pemahaman tentang factor individu yang
dan merisleting pakaian , jika diperlukan
menyebabkan kemungkinan cedera
- Menunjukan - perilaku
Gunakan alat bantu
mengurangi tambahan
factor resiko (misal sendok,
melindungi diri sendiri
pengait kancing dan penarik
Intervensi (NIC) - Mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang klien
-  Gunakan
dan lingkungan terapidan
meningkatkan fisikmempertahankan
dan okupasi sebagai sumber
keamanan klien
dalam perencanaan tindakan pasien dalam
- Identifikasi resiko factor resiko potensial mengurangi
resiko individuperawatan pasien dengan alat bantu
- Manejemen lingkungan keamanan
Dx Keperawatan Defisiensi pengetahuan
Definisi Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik Batasan karakteristik :
-     Memverbalisasikan adanya masalah
-     Ketidakakuratan mengikuti instruksi
-     Perilaku tidak sesuai.
Pengkajian
Faktor yg berhubungan -     Keterbatasan kognitif
-     Interpretasi terhadap informasi yang salah
-     Kurangnya keinginan untuk mencari informasi
-     Tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

Alternatif Dx (Saran - Ansietas


Penggunaan)
Nursing Outcome (NOC) Tujuan jangka panjang:
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam klien diharapkan defisiensi pengetahuan
dapat teratasi
Tujuan jangka pendek (SMART)
- Pengetahuan tentang proses penyakit
- Pengetahuan tentang perilaku kesehatan
Kriteria hasil
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
pengobatan Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
-   Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan oleh perawat/tim medis

Intervensi (NIC) Teaching : disease Process


- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pasien tentang proses penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
tepat
-  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Hindari harapan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses pengontrolan
penyakit
-  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat
- Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Tujuan jangka Panjang: Pain Management
Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk menganalisis intervensi
keperawatan selama 3x24 omprehensif termasuk lokasi, yang tepat dalam
jam karakteristik, durasi, frekuensi, menurunkan, nyeri dan
diharapkan nyeri kualitas dan faktor presipitasi menentukan intervensi
berkurang/terkontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari selanjutnya
Tujuan jangka pendek: ketidaknyamanan 2. Untuk mengetahui reaksi
Setelah dilakukan tindakn 3. Evaluasi pengalaman nyeri masa tingkat nyeri lewat ekspresi
keperawatan selama 2x24 lampau klien
jam nyeri teratasi 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri 3. Untuk mengetahui bagaimana
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri cara klien mengatasi nyeri
kriteria hasil : (farmakologi, non farmakologi dan 4. Mengurangi factor
 Mampu mengontrol nyeri inter personal) memperberat nyeri
(tahu penyebab nyeri, 6. Kaji tipe dan sumber nyeri 5. Intervnsi yang tepat dapat
mampu menggunakan 7. Ajarkan tentang teknik non membantu mengurangi nyeri
tehnik nonfarmakologi farmakologi 6. Untuk menentukan intervensi
untuk mengurangi nyeri, 8. Berikan analgetik untuk 7. Relaksasi tarik napas dalam
mencari bantuan) mengurangi nyeri dapat membantu mengurangi
 Melaporkan bahwa nyeri 9. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri nyeri
berkurang dengan Tingkatkan istirahat 8. Kolaborasi yang tepat dapat
menggunakan 10. Kolaborasikan dengan dokter jika menurukan intensitas nyeri
manajemen ada keluhan dan tindakan nyeri 9. Dapat membantu klien
nyeri tidak berhasil melakukan intervensi yang
 Mampu mengenali nyeri 11. Monitor penerimaan pasien tentang dilakukan secara mandiri
(skala, intensitas, manajemen nyeri 10. Menalisis penyebab nyeri yang
frekuensi dan tanda Analgesic Administration tida hilang
nyeri) 12. Tentukan lokasi, karakteristik, 11. Mengetahui tingkat
 Menyatakan rasa nyaman kualitas, dan derajat nyeri sebelum kecemaasan klien tentang
setelah nyeri berkurang pemberian obat penyakitnya
 Tanda vital dalam rentang 13. Cek instruksi dokter tentang jenis 12. Pemberian dosis yang tepat
normal obat, dosis, dan frekuensi dapat mempercepat proses
14. Cek riwayat alergi penyembuhan
15. Pilih analgesik yang diperlukan atau 13. Penatalaksanaan prinsip
kombinasi dari analgesik ketika pemberian obat yang benar
pemberian lebih dari satu 14. Mendeteksi adanya reaksi
16. Tentukan analgesik pilihan, rute alergi pada obat-obatan
pemberian, dan dosis optimal tertentu
17. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda 15. Memberikan efek
dan gejala (efek samping) penyembuhan yang tepat
16. Untuk mendapatkan efek obat
sesuai dengan yang
diiniginkan
17. Untuk mengevaluasi respon
klien setelah pemberian obat

2. Hambatan Tujuan jangka panjang: Exercise therapy : ambulation 1. Untuk memastikan ttv
Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan 1. Monitoring vital sign dalam rentang noormal
keperawatan selama 3x24 sebelm/sesudah latihan dan lihat 2. Mengukur kemampuan
jam, diharapkan hambatan respon pasien saat latihan klien dan melanjutkan
mobilisasi fisik dapat diatasi 2. Kaji kemampuan pasien dalam intervensi
Tujuan jangka Pendek: mobilisasi 3. Membantu memandirikan
Setelah dilakukan tindakan 3. Latih pasien dalam pemenuhan klien
keperawatan selama 2x24 kebutuhan ADLs secara mandiri 4. Membantu klien untuk
jam hambatan mobilasasi fisik sesuai kemampuan beraktivitas
teratasi 4. Dampingi dan Bantu pasien saat 5. Mengurangi beban
mobilisasi dan bantu penuhi aktivitas klien
Kriteria hasil: kebutuhan ADLs pasien. 6. Membantu menambah
1. Klien meningkat dalam 5. Berikan alat Bantu jika klien wawasan klien tentang
aktivitas fisik memerlukan kondisinya
2. Mengerti tujuan dari 6. Bantu klien melakukan latihan
peningkatan mobilitas ROM Ajarkan pasien bagaimana
3. Memverbalisasikan merubah
perasaan dalam posisi dan berikan bantuan jika
meningkatkan diperlukan
kekuatan
dan kemampuan
berpindah
4. Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk mobilisasi
(walker)

3 Resiko Cedera Tujuan jangka panjang: 1. Identifikasi klien yang berisiko 1. Untuk mengevaluasi
Setelah dilakukan tindakan (penyakit akut, trauma kondisi intervensi yang tepat
keperawatan selama 3x24 penyakit kronis dengan
jam diharapan tidak kelemahan, konfusi akut atau
mengalami cidera kronis, demensi atau penggunaan
Tujuan jangka pendek: berbagai obat)
Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji kekuatan otot atau skala 2. Untuk mengidentifikasi
keperawatan selama 2x24 resiko jatuh (ekstremitas) resiko jatuh
jam klien tidak mengalami 3. Kaji perasaan klien, kemampuan 3. Dapat mengakibatkan
cidera koping gaya kepribadian kecerobohan atau
(tempramen agresi, perilaku peningkatan perilaku
Kriteria hasil: agresif berisiko tanpa
- Tindakan personal mempertimbangkan
yang mencegah cidera
dampaknya
fisik terhadap dir
sendiri. Tidak 4. Berikan pengetahuan tentang 4. Informasi dapat
mengalami cidera
kebutuhan keamanan dan menunjukan area informasi
- Pengendalian resiko:
tindakan personal pencegahan cidera serta motivasi yang salah, kurang
untuk mencegah
untuk mencegah cidera saat pengetahuan, kebutuhan
menghilangkan atau
mengurangi ancaman beraktivitas (hindari aktivitas yang terhadap penyuluhan
kesehatan yang dapat
membahayakan) diluar atau
dimodifikasi
- Menyatakan dirumah
pemahaman tentang
5. Pantau lingkungan terhadap 5. Mencegah terjadinya
factor individu yang
menyebabkan kondisi yang berpontensi tidak kecelakaan yang fatal
kemungkinan cedera
aman dan berbahaya modifikasi 6. Untuk mengidentifikasi
- Memodifikasi
lingkungan sesuai jika perlu tugas berisiko tinggi memilih
indikasi untuk
6. Kolaborasi rujuk ke ahli terapi menciptakan peralatan alat
meningkatkan
keamanan okupasi atau fisik jika tepat bantu
7. Dorong partisipasi dalam program Meningkatkan kepercayaan
swabantu seperti latihan aserif diri
4 Defisit Perawatan Tujuan jangka panjang: Self Care assistance : ADLs 1. Mengetahui tingkat
Diri Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kemampuan klien untuk kemampuan klien
keperawatan selama 3x24 perawatan diri yang mandiri. 2. Mengetahui kebutuhaan
jam, diharapkan klien mampu 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat klien
merawat diri alat bantu untuk kebersihan diri, 3. Membantu kemandirian
Tujuan jangka pendek: berpakaian, berhias, toileting dan klien
setelah dilakukan tindakan makan. 4. Motivasi memberikan
keperawatan selama 2x24 3. Sediakan bantuan sampai klien kekuatan terhadap klien
jam deficit perawatan diri mampu secara utuh untuk untuk sembuh
teratasi. melakukan self-care. 5. Memberikan kekuatan
kriteria hasil : 4. Dorong klien untuk melakukan terhadap klien untuk
 Klien terbebas dari aktivitas sehari-hari yang normal sembuh
bau sesuai kemampuan yang dimiliki. 6. Membantu kemandirian
badan 5. Dorong untuk melakukan secara klien
 Menyatakan mandiri, tapi beri bantuan ketika
kenyamanan klien tidak mampu melakukannya.
terhadap kemampuan 6. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
untuk melakukan ADLs sesuai kemampuan
 Dapat melakukan
ADLS dengan bantuan
5. Defisiensi Tujuan jangka panjang: 1. Pastikan tingkat pengetahuan 1. Klien mungkin tidak
Pengetahuan  Setelah dilakukan termasuk kebutuhan antisipasi. menanyakan informasi atau
tindakan keperawatan mengungkapkan persepsi yang
selama 3x24 jam tidak akurat tentang status
diharapkan Defisiensi kesehatan
pengetahuan teratasi 2. Tentukan kemampuan dan kesiapan 2. Klien mungkin tidak mampu
Tujuan jangka pendek: klien serta hambatan dalam belajar secara fisik, emosi atau mental
 Setelah dilakukan perlu beberapa waktu untuk
tindakan keperawatan 3. Tentukan kebutuhan klien yang menangani
selama 2x24 jam paling mendesak dari sudut pandang 3. Untuk mengidentifikasi
Defisiensi Pengetahuan klien dan perawat apakah klien dan perawat
teratasi. bersama sama dalam

4. Tentukan metode mengakses pemikirannya


Kriteria Hasil: informasi oleh klien/kerabat dan 4. Menggunakan berbagai cara
 Mampu memulai metode belajar yang dipilih (auditori, instruksi memfasilitasi belajar
perubahan gaya hidup visual, kelas berkelompok) termasuk dan meningkatkan retensi
yang diperlukan rencana penyuluhan.
 Berpartisipasi dalam
proses belajar 5. Libatkan kilen dan keluarga dengan
 Menyatakan pemahaman menggunakan materi sesuai usia 5. Mengakses gambaran mental
tentang kondisi dan yang disesuaikan dengan minat dan sesuai tingkat perkembangan
proses penyakit keterampilan membaca dan menulis klien membantu individu
 Mengidentifikasi klien (buku dengan program yang belajar lebih efektif.
gangguan dalam belajar interaktif, pertanyaan, dialog, dan
materi audio/visual)
6. Beri informasi/panduan tertulis dan
modul pembelajaran mandiri bagi 6. Untuk menguatkan proses
klien apabila dirujuk belajar
II. Laporan Kasus
1. Format Pengkajian
IDENTITAS
NAMA: Tn. S USIA : 72 thn P/L : laki-laki
STATUS PERNIKAHAN: DUDA SUKU : Sunda AGAMA : Islam
PENDIDIKAN: SMU ALERGI: tdk ada
ALAMAT: Jln Kopo Permai 161 Bandung
RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN DAN PENYAKIT 3 BULAN TERAKHIR:
Anak klien mengatakan 2 minggu sebelum klien jatuh, klien tampak kesulitan berkonsentrasi
dan sering mengulagi pertanyaan yang sama dan sejak 4 hari setelah kepulangan klien ke
rumah klien mengeluh nyeri pada persendian lutut kirinya.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:


Klien mengatakan ibunya memiiki riwayat penyakit hipertensi

GENOGRAM

Keterangan:
: Perempuan X : Meninggal
: Laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: Klien
RIWAYAT JATUH
WAKTU : > 3 TAHUN/ 2 TAHUN/1 TAHUN/ < 6 BULAN YG LALU
LOKASI & PENYEBAB:
- Klien tidak memiliki riwayat jatuh seelumnya
- 5 hari sebelum masuk rumah sakit klien jatuh di rumah pada saat akan
melakukan senam peregangan
DAMPAK PADA KESEHATAN:
- Klien tidak dapat berjalan normal karena lutut kirinya sakit dan sedikit bengkak

*GEJALA ‘FEAR OF FALLING’: ADA/ TIDAK ADA


(*Lingkari jawaban yang menunjukkan kondisi klien)
STATUS KESEHATAN SAAT INI
KELUHAN UTAMA (PQRST): klien mengatakan nyeri, lutut tampak kemerahan dan agak
bengkak, lokasi nyeri di lutut bagian kiri, skala nyeri 4, nyeri dirasakan sejak 3 hari yang lalu.

*POSTUR TUBUH (TULANG BELAKANG): Kifosis TB/BB: 163 cm / 73 kg


Lingkar betis : 32,5 cm
TTV : Nadi ( 94 / mnt); Respirasi (21 / mnt); Suhu (36,5) ; TD ( 150/100mmHg) (Tanggal
pemeriksaan harus dicantumkan) 12 juni 2020

PENGGUNAAN ALAT BANTU: PENDENGARAN / PENGLIHATAN / BERJALAN


JENS ALAT BANTU: -
LAMA PEMAKAIAN: -
PENGKAJIAN LANSIA (tuliskan tanggal pelaksanaan, hasil dan interpretasi hasil)
PENGKAJIAN FUNGSIONAL: Ketergantungan berat/ sangat tergantung
PENGKAJIAN KOGNITIF: Normal
SPMSQ: Fungsi intelektual utuh
PENGKAJIAN JATUH: resiko jatuh tinggi
PENGKAJIAN NUTRISI: Nutrisi baik
PENGKAJIAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE: Normal (tidak depresi)
PENGKAJIAN NYERI: 4
PENGKAJIAN FISIK
KEPALA: bentuk kepala bulat, warna rambut LEHER: bentuk leher simetris kiri dan kanan
putih, penyebaran merata. Tidak ada benjolan tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis tdk
ada pembengkakan kelenjar getah bening.
MATA: DADA:

Mata simetris kiri dan kanan, sklera putih, Dada Perkembangan dada simetris antara
konjungtiva tidak anemis, palpebra normal dada kanan dan dada kiri, Paru-Paru Saat
diperkusi bunyi sonor, saat di auskultasi
suara paru-paru vesikuler. Suara jantung S1
dan S2 normal, tidak ada bunyi tambahan.

HIDUNG: ABDOMEN

Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, Hidung Perut klien lembek/tidak keras, bising usus
klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kurang lebih 8x/menit.
polip, penciuman klien sedikit kurang.

MULUT DAN TENGGROKAN: GENETALIA:


Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak Tidak di kaji
ada karies gigi, ada beberapa gigi klien yang
sudah tanggal, tida ada pembesaran tonsil.

TELINGA: EKSTREMITAS:

Telinga Simetris kiri dan kanan , ada 2 dikanan Ekstremitas atas


dan dikiri, bersih. Fungsi pendengaran kurang Pada tangan kiri klien normal tidak ada
baik masalah
Ekstremitas bawah

Pada lutut tampak kemerahan dan bengkak


Antara kaki kiri dan kaki kanan klien
terdapat perbedaan ukuran Saat berjalan
gaya berjalan Tn.A tidak normal

Kekuatan otot
5 5

5 4
INTEGUMEN: EKSTREMITAS :
CRT < 2 Dtk, turgor kulit cepat kembali, kulit Bentuk normal, terdapat nyeri pada lutut,
keriput dan warna kulit coklat. ROM +/+, kekuatan otot 5/5 dan 5/4

REFLEKS
Babinsky : -/-

Patella : -/+

OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI


RESEP DOKTER TANPA RESEP DOKTER
- -

PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


KEBIASAAN MEROKOK: > 3 BTG sehari
KEBIASAAN MENGKONSUMSI ALKOHOL: TIDAK MENGKONSUMSI ALKOHOL
*OLAH RAGA: SELALU WAKTU/LAMA OLAH RAGA:
1 X Seminggu
*JENIS: SENAM Ket: KLIEN MENGATAKAN
KLIEN SERING
BEROLAHRAGA, MENGIKUTI
SENAM PEREGANGAN
POLA TIDUR
JUMLAH WAKTU TIDUR SEHARI: < 4 JAM MALAM: ± 6 ½ JAM / SIANG: ± 1 JAM
GANGGUAN TIDUR: TIDAK ADA *INSOMNIA/SERING TERBANGUN pada
malam hari
KEBIASAAN KHUSUS: klien sering minum kopi dan mendengarkan musik di Radio
POLA ELIMINASI
BAK: 3 -5 KALI/ HARI BAB: 1 KALI / HARI
WARNA URINE: KUNING KERUH KONSISTENSI: LEMBEK
GANGGUAN BAK: TIDAK ADA GANGGUAN BAB: TIDAK ADA
Ket: klien tidak memiliki keluhan pada saaat Ket : KLIEN TIDAK MEMILIKI KELUHAN
buang air kecil PADA SAAT BIUANG AIR BESAR
MASALAH DGN POLA BAK: TIDAK ADA MASALAH DGN POLA BAB: TIDAK ADA
POLA KEBERSIHAN DIRI
MANDI: 2 KALI SEHARI DENGAN SABUN Ket: KLIEN MENGATAKAN
MANDI DENGAN TERATUR
SIKAT GIGI: YA

FREKUENSI DLM SEHARI: 1 KALI Klien sikat gigi saat Mandi

Ket: KLIEN sikat gigi kadang-kadang


BERGANTI PAKAIAN BERSIH: 1 KALI SEHARI
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
FREKUENSI MAKANAN SEHARI: TIDAK HABIS 1 PORSI
TERATUR
JENIS MAKANAN (Observasi satu hari)
Pagi: Nasi, Sayur bayam dan tempe
Siang: Nasi, telur ayam
Malam: Nasi, ikan, Daging Ayam
Snack/Makanan tambahan: Roti Bakar dan Gabin
PREFERENSI MAKANAN KHUSUS: bubur Ayam
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN: tidak ada masalah dalam pemenuhan Makanan
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN
FREKUENSI MINUM: 3-5 GELAS/SEHARI Ket: Kadang-kadang klien Minum tdk
teratur
JENIS MINUMAN: AIR PUTIH/ KOPI
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN: tdk ada masalah dalam upaya pemenuhan
POLA SOSIALISASI
KEMAMPUAN SOSIAL: klien mampu bersosialisasi dengan orang disekitarnya
SIKAP KLIEN TERHADAP ORANG LAIN: klien berkomunikasi secara baik dengan orang lain
MASALAH DALAM BERSOSIALISASI: klien tampak kesulitan berkonsentrasi dan sering
mengulangi pertanyaan yang sama
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL
PANDANGAN KLIEN: Klien beragama islam, berdo’a adalah cara klien beribadah dan
meminta perlindungan pada Tuhan.
KEGIATAN YANG DILAKUKAN: Shalat dan berdo’a
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN : tidak ada masalah
PENGKAJIAN FUNGSIONAL
(BARTHEL INDEKS: ‘MAHONEY & BARTHEL’)

Nama Klien : Tn. S Usia : 73 Tahun


Tempat : Di rumah Tanggal : 12 Juni 2020
Panduan
1. Pengkajian Barthel digunakan untuk mengidentifikasi apa yang klien bisa
lakukan/kerjakan, tidak untuk mendokumentasikan apa yang klien mungkin bisa lakukan
(verbal).
2. Tujuan utama adalah untuk menetapkan tingkat kemandirian klien dari segala bantuan
(fisik atau verbal), baik minor atau tidak.
3. Performa klien harus dikaji berdasarkan bukti yang tersedia.
4. Menggunakan alat bantu diperbolehkan untuk memfasilitasi kemandirian.

NO AKTIVITAS NILAI
1. Makan
0= dependen
5= bantuan ____5___
10= mandiri
2. Mandi
0= bantuan ____0___
5= mandiri
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok
gigi
___0____
0 = bantuan
5 = mandiri
4. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu
0= dependen
____5___
5= membutuhkan bantuan
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0 = incontinent (atau membutuhkan enema)
_____5__
5 = bantuan
10 = mandiri
6. Mengontrol berkemih ___5____
0= incontinent (kateter atau dependen)
5= bantuan
10= mandiri
NO AKTIVITAS NILAI
7. Aktivitas toilet
0= dependen
___5____
5= bantuan
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, termasuk duduk di tempat
tidur
0= tidak mampu untuk duduk
____10___
5= membutuhkan bantuan satu atau 2 orang
10= membutuhkan sedikit bantuan (minor)
15= mandiri
9. Berjalan di jalan datar (jika tidak mampu lakukan dengan kursi roda)
5= menggunakan kursi roda lebih dari 25 m
_____15__
10= berjalan dengan bantuan satu orang (> 25 m)
15= berjalan mandiri (bisa dengan menggunakan tongkat ( > 25 m)
10. Naik turun tangga
0= tidak mampu
___5____
5= bantuan
10= mandiri
JUMLAH 55
Penilaian:
0 – 20 : Ketergantungan
21- 60 : Ketergantungan berat/ sangat tergantung
61 – 90 : Ketergantungan sedang (moderat)
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Bandung, 12/06/2020

NUR MUSLIMAH IP YAWU


Sumber:
Mahoney, F.I., & Barthel, D. (1965). Functional evaluation: the Barthel Index. Maryland State
Med Journal, 14: 56-61.
MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE)

Nama Klien : Tn, A Usia : 73 Tahun


Tempat : Tanggal : 12 juni 2020

NO Aspek Yang Dikaji Waktu Skor Skor


Klien
1 Sekarang hari? 10 detik 1
Tanggal 10 detik 1
Bulan 10 detik 1
Tahun 10 detik 1
Musim 10 detik 1
2 Sekarang kita berada di Negara? 10 detik 1
Sekarang kita di Provinsi? 10 detik 1
Sekarang kita di kota? 10 detik 1
Sekarang kita di dimana (jalan)? 10 detik 1
Sekarang kita di ruang / wisma? 10 detik 1
3 Pewawancara menyebutkan nama tiga buah
benda (Contoh: bola, kursi, lampu), ucapkan
perlahan 1 detik untuk tiap benda.
Mintalah lansia untuk mengulang ke tiga nama
tersebut
20 detik 3
Berikan 1 angka untuk setiap jawaban yang
benar.
Bila masih salah, ulanglah menyebutkan 3 benda
tersebut sampai lansia dapat menyebutkan
dengan benar.
4 Ejalah kata dunia/lampu/lipat (kata dengan 5 30 detik 5
huruf) dari akhir ke awal. Contoh: a-i-n-u-d/ u-p-
m-a-l/ t-a-p-i-l
5 Tanyalah kembali nama ke 3 benda yang telah 10 detik 3
disebutkan sebelumnya (registrasi).
Berikan angka 1 untuk setiap jawaban yang
benar.
6 Apakah nama benda-benda ini? (perlihatkan 20 detik 2
pensil dan arloji) (2 angka bila benar).
7 Ulangilah kalimat berikut: “Jika Tidak Dan Atau 10 detik 1
Tapi”
8 Bacalah dan laksanakan perintah berikut: 10 detik 1
‘PEJAMKAN MATA ANDA’
NO Aspek Yang Dikaji Waktu Skor Skor
Klien
9 Berikan selembar kertas dan pensil. Minta klien 30 detik 1
untuk menulis sebuah kalimat
10 Berikan selembar kertas dan pensil. Minta klien 1 menit 1
untuk meniru gambar ini ( 1angka bila benar)

11 Laksanakan 3 buah perintah ini: “peganglah 30 detik 3


selembar kertas dengan tangan kanan, lipatlah
kertas itu pada pertengahan dan letakkanlah di
lantai (3 angka bila benar)
Skor Total 30

Interpretasi hasil:
Skor 24-30 : Normal
Skor 17-23 : Kemungkinan mengalami gangguan kognitif
Skor 0 -16 : Klien mengalami gangguan kognitif

Bandung 12 /Juni/2020

Nur Muslimah IP Yawu

Sumber:
Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. (1975). “Mini-Mental State” a practical method for
grading the cognitive state of patients for the clinician. Journal of Psychiatric Research, 12(3):
189-198.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)


Nama Klien : Tanggal :
Usia :
Instruksi: berikan tanda centang  pada jawaban yang benar, dan jumlahkan semua point
salah.
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Tanggal berapa hari ini? 
2 Hari apa sekarang? 
3 Apa nama tempat ini? 
4 Dimana alamat anda? 
5 Berapa umur anda? 
6 Kapan anda lahir? 
7 Siapa Presiden Indonesia?* 
8 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya? 
9 Siapa nama ibu anda? 
10 Kurangi 3 dari 20 dan lakukan pengurangan 3 dari
angka baru secara menurun.
Skor Total
Interpretasi hasil:
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skor 5-7 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Skor 8-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Bandung 12 /Juni/2020

Nur Muslimah IP Yawu


Sumber: Burns, (1999). Assessment scales in old age psychiatry. Martin Dunitz Ltd. London,
p. 56-57.

PENGKAJIAN RESIKO JATUH


‘TIMED UP AND GO TEST’

Nama Klien : Nur Muslimah IP Yawu Usia : 73 Tahun


Tempat : Rumah Tanggal : 12/06/20
1. Peralatan: kursi dengan lengan, tape meter, stop watch
2. Tempatkan selembar selotip atau tali raffia kuning di lantai sepanjang 3m dari kursi,
penempatan harus mudah dilihat oleh lansia
3. Klien diminta untuk duduk secara nyaman di bangku dengan lengan. Kursi harus stabil
dan di posisikan sehingga tidak mudah bergerak pada saat klien bangun dari kursi dan
hendak duduk kembali. Klien diperbolehkan untuk menggunakan lengan kursi pada saat
duduk dan berdiri
4. Klien menggunakan sepatu atau sandal yang tidak licin, atau dapat menggunakan alat
bantu jalan saat bergerak, tetapi tidak boleh dibantu oleh orang lain. Tidak ada batasan
waktu. Klien dapat berhenti sejenak jika mereka menginginkan.
5. Instruksi pada klien: “Bapak/Ibu saat saya berkata Maju, Bapak/Ibu akan berdiri, berjalan
di sepanjang garis ini sampai batas yang ditentukan, kemudian putar balik kembali ke
kursi dan duduk kembali.” Bapak/ Ibu dapat berjalan dengan kecepatan biasa.
6. Klien dapat diberikan kesempatan untuk berlatih tanpa pengukuran waktu, sebelum test
dilakukan.
7. Persiapkan stopwatch. Jika klien sudah siap, test dimulai (pada kata “mulai”) dan
berakhir pada saat klien sudah duduk.
8. Klien lansia yang sehat umumnya dapat mengerjakan test dengan waktu sekitar 10 detik.
Klien lansia yang lemah ‘frail’ atau gangguan mobilitas membutuhkan waktu sekitar 2
menit atau lebih.
9. Observasi meliputi waktu berjalan, fase transisi (pada saat berdiri, memulai berjalan,
berputar balik, keseimbangan, melangkah, dan duduk di kursi), daya ingat.
Kriteria berdasarkan usia
Kelompok Usia Gender Mean (detik) Normal (detik)
60-69 L 8 4-12
60-69 P 8 4-12
70-79 L 9 3-15
70-79 P 9 5-13
80-89 L 10 8-12
80-89 P 11 5-17

Indikator hasil:
< 14 detik : resiko jatuh rendah
≥ 14 detik : resiko jatuh tinggi
Tanggal :
Test 1 : _____ detik
Observasi :
Tanggal :
Test 2 : _____ detik
Observasi :

Bandung 12 /Juni/2020

Nur Muslimah IP Yawu

Sumber:
Jacobs, M., & Fox, T. (2008). Using the “Timed Up and Go/TUG” test to predict risk of falls.
Assisted Living Consult.
Podsiadlo, D., & Richardson, S. 1991. The timed Up & Go: a test of basic functional mobility
for frail elderly persons. J Am Geriatr Soc, 39(2): 142-148.

MORSE FALL SCALE (MFS) / SKALA JATUH MORSE

Nama Klien : Tn. S Tanggal : 12 juni 2020


Usia : 72 Tahun

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI


1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0 25
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki lebih dari Tidak 0
satu penyakit Ya 15 15
3. Alat Bantu jalan:
o Bed rest/ dibantu perawat 0
o Kruk / tongkat / walker 15
o Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, 30 30
lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia terpasang Tidak 0 0
infus? Ya 20
5. Gaya berjalan/ cara berpindah:
o Normal 0
o Lemah (tidak bertenaga) 10 10
o Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6. Status Mental 0
o Lansia menyadari kondisi dirinya 0
o Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
TOTAL NILAI 80

Bandung 12 /Juni/2020

Nur Muslimah IP Yawu


Keterangan:
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko : 0 - 24 (Perawatan dasar)
Risiko rendah : 25 - 50 (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar)
Risiko tinggi : ≥ 51 (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi)
GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) (SHORT FORM)
Nama Klien : Tn, S Tanggal : 12/06/2020
Usia : 73 Tahun Tempat : Rumah
Instruksi: Lingkari jawaban yang mengekspresikan perasaan klien dalam seminggu terakhir.
Berikan nilai sesuai dengan jawaban di kriteria penilaian.
NO PERTANYAAN JAWABAN NILAI
1. Apakah Bapak/Ibu sekarang ini merasa puas dengan Ya/Tidak 0
kehidupannya?
2. Apakah Bapak/Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan Ya/Tidak 1
atau hobi akhir-akhir ini?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa hampa/kosong didalam hidup Ya/Tidak 0
ini?
4. Apakah Bapak/Iibu sering merasa bosan? Ya/Tidak 1
5. Apakah Bapak/Ibu merasa bersemangat di setiap waktu? Ya/Tidak 1
6. Apakah Bapak/Ibu merasa takut sesuatu yang buruk akan Ya/Tidak 0
terjadi pada Bapak/Ibu?
7. Apakah Bapak/Ibu merasa bahagia di setiap saat? Ya/Tidak 1
8. Apakah Bapak/Ibu merasa tidak berdaya? Ya/Tidak 1
9. Apakah Bapak/Ibu memilih untuk tinggal di rumah, Ya/Tidak 0
dibanding pergi keluar dan melakukan hal yang baru?
10. Apakah Bapak/Ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya/Tidak
11. Apakah Bapak/Ibu berpikir bahwa hidup sekarang ini Ya/Tidak 0
menyenangkan?
12. Apakah Bapak/Ibu sering merasa tidak berharga akhir- Ya/Tidak 0
akhir ini?
13. Apakah Bapak/Ibu selalu bersemangat untuk Ya/Tidak 0
beraktivitas?
14. Apakah Bapak/Ibu sering merasa sedih dan putus asa? Ya/Tidak 0
15. Apakah Bapak/Ibu merasa orang lain hidup lebih baik Ya/Tidak 0
dibanding Bapak/Ibu?
Total 5
Penilaian:
Berikan nilai 1 disetiap item yang menunjukkan jawaban di bawah ini:
1. Tidak 4. Ya 7. Tidak 10. Ya 13. Tidak
2. Ya 5. Tidak 8. Ya 11. Tidak 14. Ya
3. Ya 6. Ya 9. Ya 12. Ya 15. Ya
Interpretasi hasil
Skor 0-5 : Normal (tidak depresi)
Skor 7 (+3) : Depresi ringan
Skor 12 (+2) : Depresi berat
Mini Nutritional Assessment

Nama Klien : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki


Usia :73 Tahun BB : 72 kg TB : 163 cm
Instruksi: lengkapi pernyataan dibawah ini dengan mengisi kotak berdasarkan angka sesuai dengan
kondisi klien. Jumlahkan semua point dan bandingkan dengan kategori yang tersedia.
Pengkajian Skor
A. Apakah asupan makanan klien berkurang dalam tiga bulan terakhir
berhubungan dengan kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan
mengunyah.
1
0= asupan makanan berkurang berat ‘severe’
1= asupan makanan berkurang moderat
2= tidak ada pengurangan asupan makan
B. Penurunan BB dalam tiga bulan terakhir
0 = penurunan BB lebih dari 3 kg
1 = tidak mengetahui 3
2 = kehilangan berat badan 1-3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
C. Mobilitas
0 = terbatas pada tempat tidur atau kursi
1 = dapat bangun dari tempat tidur tapi tidak dapat bergerak 1
bebas keluar ruangan.
2 = mobilitas bebas
D. Mengalami stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir
2
0 = Ya 2 = Tidak
E. Masalah kognitif dan saraf
0 = demensia atau depresi berat
1
1 = demensia ringan
2 = tidak ada masalah kognitif
F. Indeks Massa Tubuh ‘Body Mass Index’
0 = BMI kurang dari 19
3
1 = BMI ≥ 19 < 21
2 = BMI ≥ 21 < 23
3 = BMI ≥ 23
JIKA BMI TIDAK DAPAT DITENTUKAN, ITEM TERSEBUT DAPAT DIGANTI DENGAN PENGUKURAN
LINGKAR BETIS ‘ÇALF CIRCUMFERENCE’
F2. Lingkar Betis (cm)
0 = LB < 31 3
3 = LB ≥ 31
Total Skor (Skor maksimal 14) 14

Kategori:
12- 14 : Nutrisi baik
8 -11 : Resiko malnutrisi
0-7 : Malnutrisi
G. Analisa Data minimal 3 dx keperawatan tunggal (berdasarkan kasus)
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Nyeri
- Klien mengatakan faktor metabolic, infeksi
nyeri pada dengan kecenderungan
persendian lutut virus
kirinya
Data Objektif: Reaksi Peradangan
- Kesadaran
Composmentis Perubahan fungsi sendi
- GCS : 15
- Klien meringis Hipertrofi
skala nyeri 4 (0-10)
- Klien lemah Distensi cairan
- Lutut kiri tampak
kemerahan Spasme otot
- Lutut kiri sedikit
bengkak Nyeri
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
2. Data Subjektif: Reaksi peradangan Hambatan
- Klien mengatakan Mobilitas Fisik
kaki kirinya terasa Sinovial menebal
sakit, terutama
dengkulnya. Deformitas sendi
- Klien mengatakan
lututnya terasa ngilu Infiltrasi kedalam tulang
dan sulit bergerak,
lamanya < 15 menit. Kerusakan kartilago dan
- Klien mengatakan tulang
sakit lutut ketika
berjalan Tendon dan ligamen
Data Objektif: melemah
- Kesadaran
Composmentis Mudah luksasi dan
- GCS : 15 subluksasi
- Klien meringis
skala nyeri 4 (0-10) Kekakuan sendi
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Hambatan mobilitas Fisik
kemerahan
- Lutut kiri sedikit
bengkak
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
No Data Etiologi Masalah
3. Data Subjektif: Resiko peradangan Defisit perwatan
- Klien mengatakan diri
lebih memilih Sinovial menebal
menjadi pasien day
care Deformitas sendi

Data Objektif: Infiltrasi kedalam os


- Kesadaran subcondria
Composmentis
- GCS : 15 Hambatan nutrisi
- Klien meringis
skala nyeri 4 (0-10) Kartilago nekrosis
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Erosis kartilago
kemerahan
- Lutut kiri sedikit Adhesi pada permukaan
bengkak sendi
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm Ambilosis fibrosa, ankilosis
- BB : 72 Kg tulang
- MMSE : 20
- 94x/menit Terbatasnya gerakan sendi
- Time up and Go test
21 detik Defisit perawatan diri
- Barthel indeks 20
No Data Etiologi Masalah
4. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Resiko cedera
- Klien mengatakan faktor metabolic, infeksi jatuh
jatuh di rumah dengan kecenderungan
- Klien mengatakan virus

Data Objektif: Reaksi peradangan


- Kesadaran
Composmentis
- GCS : 15 Sinoviasi menebal
- Klien meringis
skala nyeri 4 (0-10) Deformitas sendi
- Skor resiko jatuh
tinggi : < 51 Infiltrasi kedalam os
- Klien sulit subcondria
berkonsentrasi
- Klien sering Hambatan nutrisi
mengulangi
pertanyaan yang Kerusakan kartilago
sama
- Lutut kiri tampak tendon dan ligamen
kemerahan melemah
- Lutut kiri sedikit
bengkak hilangnya kekuatan otot
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm Resiko Cedera
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
- Kekuatan otot
5 5
5 4
2. Intervensi Keperawatan (4 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi)
No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Tupan : 1. Pain Management 1. Untuk menganalisis intervensi
Setelah diberikan tindakan 2. Lakukan pengkajian nyeri secara yang tepat dalam menurunkan,
keperawatan selama 3x24 komprehensif termasuk lokasi, nyeri dan menentukan

jam diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, intervensi selanjutnya

berkurang/terkontrol kualitas dan faktor presipitasi 2. Untuk mengetahui reaksi

Dengan 3. Observasi reaksi nonverbal dari tingkat nyeri lewat ekspresi


klien
Tupen : ketidaknyamanan
3. Untuk mengetahui bagaimana
Setelah dilakukan tindakan 4. Berikan terapi konservatif
cara klien mengatasi nyeri
keperawatan selama 1x24 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
4. Mengurangi factor
jam diharapkan nyeri lampau
memperberat nyeri
berkurang/terkontrol 6. Kurangi faktor presipitasi nyeri
5. Intervnsi yang tepat dapat
dengan 7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
membantu mengurangi nyeri
kriteria hasil : (farmakologi, non farmakologi dan
6. Untuk menentukan intervensi
 Ekspresi Wajah tenag inter personal)
7. Relaksasi tarik napas dalam
 Skala nyeri 0 8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
dapat membantu mengurangi
 Mampu mengontrol menentukan intervensi
nyeri
nyeri (tahu penyebab 9. Ajarkan tentang teknik non
8. Kolaborasi yang tepat dapat
nyeri,mampu farmakologi/tekhnik relaksasi napas
menurukan intensitas nyeri
menggunakan tehnik dalam
nonfarmakologi untuk 10. Berikan analgetik untuk 9. Dapat membantu klien
mengurangi nyeri, mengurangi nyeri melakukan intervensi yang
mencari bantuan) 11. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri dilakukan secara mandiri

 Melaporkan bahwa 12. ingkatkan istirahat 10. Menalisis penyebab nyeri yang

nyeri berkurang 13. Kolaborasikan dengan dokter jika tida hilang

dengan menggunakan ada keluhan dan tindakan nyeri


manajemen nyeri tidak berhasil
 Mampu mengenali 14. Monitor penerimaan pasien tentang
nyeri (skala, intensitas, manajemen nyeri
frekuensi dan tanda 15. Analgesic Administration
nyeri) 16. Tentukan lokasi, karakteristik,
 Menyatakan rasa kualitas, dan derajat nyeri sebelum
nyaman setelah nyeri pemberian obat
berkurang 17. Cek instruksi dokter tentang jenis
 Tanda vital dalam obat, dosis, dan frekuensi
rentang normal 18. Cek riwayat alergi
19. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
20. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
21. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)

2. Hambatan Tupan : 1. Self Care assistance : ADLs


Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor kemampuan klien untuk
keperawatan selama 3x24 perawatan diri yang mandiri.
jam, diharapkan hambatan 3. Monitor kebutuhan klien untuk alat
mobilisasi fisik dapat alat bantu untuk kebersihan diri,
diatasi. berpakaian, berhias, toileting dan
Tupen makan.
Setelah dilakukan tindakan 4. Sediakan bantuan sampai klien
keperwatan selama 1x24 mampu secara utuh untuk
jam diharapkan hambatan melakukan self-care.
mobilisasi fisik teratasi 5. Dorong klien untuk melakukan
dengan kriteria hasil : aktivitas sehari-hari yang normal
 Klien meningkat sesuai kemampuan yang dimiliki.
dalam 6. Dorong untuk melakukan secara
aktivitas fisik mandiri, tapi beri bantuan ketika
 Mengerti tujuan dari klien tidak mampu melakukannya.
peningkatan 7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
mobilitas sesuai kemampuan
 Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
 Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk
mobilisasi (walker)
Self Care assistance : ADLs
Tupan : 8. Self Care assistance : ADLs
Setelah diberikan tindakan 9. Monitor kemampuan klien untuk
keperawatan selama 3x24 perawatan diri yang mandiri.
jam, klien mampu merawat 10. Monitor kebutuhan klien untuk alat
diri tanpa di bantu. alat bantu untuk kebersihan diri,
Tupen : berpakaian, berhias, toileting dan
Setelah diberikan tindakan makan.
keperawatan selama 3x24 11. Sediakan bantuan sampai klien
jam, klien mampu merawat mampu secara utuh untuk
diri tanpa di bantu dengan melakukan self-care.
kriteria hasil : 12. Dorong klien untuk melakukan
 Klien terbebas dari bau aktivitas sehari-hari yang normal
badan sesuai kemampuan yang dimiliki.
 Menyatakan 13. Dorong untuk melakukan secara
kenyamanan mandiri, tapi beri bantuan ketika
terhadap kemampuan klien tidak mampu melakukannya.
untuk melakukan ADLs 14. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
 Dapat melakukan ADLS sesuai kemampuan.
dengan bantuan
3. Resiko Cedera Tujuan jangka panjang: 1. Identifikasi klien yang berisiko 1. Untuk mengevaluasi
Setelah dilakukan tindakan (penyakit akut, trauma kondisi intervensi yang tepat
keperawatan selama 3x24 penyakit kronis dengan kelemahan, 2. Untuk mengidentifikasi
jam diharapan tidak konfusi akut atau kronis, demensi resiko jatuh
mengalami cidera atau penggunaan berbagai obat) 3. Dapat mengakibatkan
Tujuan jangka pendek: 2. Kaji kekuatan otot atau skala resiko kecerobohan atau
Setelah dilakukan tindakan jatuh (ekstremitas) peningkatan perilaku
keperawatan selama 2x24 3. Kaji perasaan klien, kemampuan berisiko tanpa
jam klien tidak mengalami koping gaya kepribadian (tempramen mempertimbangkan
cidera agresi, perilaku agresif dampaknya
4. Berikan pengetahuan tentang 4. Informasi dapat
Kriteria hasil: kebutuhan keamanan dan menunjukan area
 Tindakan personal yang pencegahan cidera serta motivasi informasi yang salah,
mencegah cidera fisik untuk mencegah cidera saat kurang pengetahuan,
terhadap dir sendiri. beraktivitas (hindari aktivitas yang kebutuhan terhadap
Tidak mengalami cidera membahayakan) diluar atau dirumah penyuluhan
 Pengendalian resiko: 5. Pantau lingkungan terhadap kondisi 5. Mencegah terjadinya
tindakan personal untuk yang berpontensi tidak aman dan kecelakaan yang fatal
mencegah berbahaya modifikasi jika perlu 6. Untuk mengidentifikasi
menghilangkan atau 6. Kolaborasi rujuk ke ahli terapi tugas berisiko tinggi
mengurangi ancaman okupasi atau fisik jika tepat memilih menciptakan
kesehatan yang dapat 7. Dorong partisipasi dalam program peralatan alat bantu
dimodifikasi swabantu seperti latihan aserif 7. Meningkatkan
 Menyatakan kepercayaan diri
pemahaman tentang
factor individu yang
menyebabkan
kemungkinan cedera
 Memodifikasi
lingkungan sesuai
indikasi untuk
meningkatkan
keamanan
4 Defisit Perawatan Tujuan jangka panjang: Self Care assistance : ADLs 1. Mengetahui tingkat
Diri Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kemampuan klien untuk kemampuan klien
keperawatan selama 3x24 perawatan diri yang mandiri. 2. Mengetahui kebutuhaan
jam, diharapkanklien 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat klien
mampu merawat diri alat bantu untuk kebersihan diri, 3. Membantu klien agar
Tujuan jangka pendek: berpakaian, berhias, toileting dan cepat mandiri
setelah dilakukan tindakan makan. 4. Motivaasi membantu
keperawatan selama 2x24 3. Sediakan bantuan sampai klien penyembuhan klien
jam deficit perawatan diri mampu secara utuh untuk

teratasi. melakukan self-care.

kriteria hasil : 4. Dorong klien untuk melakukan

 Klien terbebas dari aktivitas sehari-hari yang normal

bau sesuai kemampuan yang dimiliki.

badan 5. Dorong untuk melakukan secara


mandiri, tapi beri bantuan ketika
 Menyatakan
kenyamanan klien tidak mampu melakukannya.
6. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
terhadap
kemampuan sesuai kemampuan
untuk melakukan
ADLs
 Dapat melakukan
ADLS dengan
bantuan
3. lmplementasi dan Evaluasi (8 Juni dan 10 Juni 2020)
Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
12/06/20 Nyeri  melakukan pengkajian nyeri secara S : Nur

07.00-10.00 komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan Nyeri pada lutut kiri Muslimah IP
karakteristik, durasi, frekuensi, - Klien mengtaakan sebelum sakit belum Yawu
kualitas dan faktor presipitasi pernah mengalami nyeri sebelumnya
R/ - Klien mengatakan nyeri lutut pada saat
- Ekspresi wajah klien menunjukan skala berjalan
Nyeri 4 O:
- Lokasi lutut kiri bengkak dan kemerahan - Kesadaran Composmentis
 mengobservasi reaksi nonverbal dari - GCS : 15
ketidaknyamanan - Klien meringis
R/ skala nyeri 4 (0-10)
- Pada saat berjalan klien mengatakan nyeri - Klien sulit berkonsentrasi
pada lutut bagian kiri - Klien sering mengulangi pertanyaan
 mengevaluasi pengalaman nyeri masa yang sama
lampau - Lutut kiri tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- klien mengatakan belum pernah merasakan - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
nyeri sebelumnya. dalam
 mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
menentukan intervensi - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- nyeri sedang - TB : 163 Cm
- nyeri dirasakan pada saat berjalan - BB : 72 Kg
- nyeri pada lutut kiri - MMSE : 20
 mengajarkan tentang teknik non - 94x/menit
farmakologi dan tekhnik relaksasi napas - Time up and Go test 21 detik
dalam - Barthel indeks 20
R/ - Kekuatan otot
- anjurkan klien untuk berolahraga seperti 5 5
berenang dan sepeda statis 5 4
- Perawat mengajarkan klien menarik napas A : Masalah Nyeri belum teratasi
dalam P : Lanjutkan Intervensi
- klien melakukan tekhnik relaksasi napas
dalam,
- ekspresi wajah klien meringis
 memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- perawat menanyakan perassaan klien
setelah di lakukan control nyeri
- Klien mengatakan perasaanya agak tenang
tapi lutut masi nyeri
 memberikan terapi konservatif
R/
- perawat melakukan kompres hangat
disekitar area lutut
- posisi klien dalam keadaan berbaring
kaki kiri di tekuk
- terpasang kompres hangat di lutut kiri
 mengingkatkan istirahat pada klien
R/
- Setelah di beri peringatan oleh perawat
agar klien mengurangi aktivitasnya, klien
mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh
perawat.
 mengkolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

lmplementasi dan Evaluasi (8 Juni dan 10 Juni 2020)


Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
12/06/20 Hambatan Self Care assistance : ADLs S: Nur

10.00-12.00 Mobilitas  Memonitor kemampuan klien untuk - Klien mengatakan susah beraktivitas Muslimah IP
Fisik perawatan diri yang mandiri. karena lutut kirinya sakit Yawu
R/ O:
- Klien mengatakan susah beraktivitas - Kesadaran Composmentis
karena lutut kirinya sakit - GCS : 15
 Memonitor kebutuhan klien untuk alat alat - Klien meringis
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, skala nyeri 4 (0-10)
berhias, toileting dan makan. - Klien sulit berkonsentrasi
R/ - Klien sering mengulangi pertanyaan
- Klien di bantu dalam berpakaian, yang sama
untuk membersihkan diri, - Lutut kiri tampak kemerahan
berpakaian, berhias, toileting dan - Lutut kiri sedikit bengkak
makan. - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
 menyediakan bantuan sampai klien dalam
mampu secara utuh untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
melakukan self-care. - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- Klien mengatakan sudah anaknya - TB : 163 Cm
sudah menyiapkan kursi roda - BB : 72 Kg
 mendorong klien untuk melakukan - MMSE : 20
aktivitas sehari-hari yang normal - 94x/menit
sesuai kemampuan yang dimiliki. - Time up and Go test 21 detik
R/ - Barthel indeks 20
- Klien mengerti dan mendengarkan - Kekuatan otot
apa yang dijelaskan oleh perawat 5 5
 mendorong untuk melakukan secara 5 4
mandiri, tapi beri bantuan ketika A : Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
klien tidak mampu melakukannya. P : Lanjutkan Intervensi
R/
- klien mengatakan ketika ia hendak
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
 memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
R/
Klien mengatakan, sering melakukan aktifitas
rutin seperti membersihkan rumput di halaman
rumah
Self Care assistance : ADLs
 Memonitor kemampuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
R/
- Klien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri
- Klien di bantu berjalan oleh
anaknya
- Klien susah beraktivitas karena
lutut kirinya sakit
 Memonitor kebutuhan klien untuk alat
alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan.
R/
- Klien di bantu dalam berpakaian,
untuk membersihkan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan
 Menyediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
R/
- Klien mengatakan sudah anaknya
sudah menyiapkan kursi roda

 mendorong klien untuk melakukan


aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
R/
- Klien mengerti dan mendengarkan
apa yang dijelaskan oleh perawat
- Tapi kadang-kadang klien sering
mengulangi pertanyaanya
 mendorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
R/
- klien mengatakan ketika ia hendak
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
 Memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
R/
- Klien mengatakan, sering
melakukan aktifitas rutin seperti
membersihkan rumput di halaman
rumah dan melakukan senam
peregangan.

12/06/20 Resiko  mengidentifikasi klien yang berisiko S : Nur

12.15-13.00 cedera (penyakit akut, trauma kondisi penyakit - Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena Muslimah IP
kronis dengan kelemahan, konfusi akut atau lututnya sakit Yawu
kronis, demensi atau penggunaan berbagai
obat) O:
- Kekuatan otot 5 5
5 4
R/ - Skor resiko jatuh : < 55 (resiko tinggi)
- Klien mengalami kelemahan anggota - Keluarga klien mendengarkan edukasi
gerak bagian bawah ( lutut klien dengan baik dan mengerti dengan edukasi
sakit,kemerahan dan sedikit bengkak) yang dijelaskan oleh perawat.
 mengkaji kekuatan otot atau skala resiko - Kesadaran Composmentis
jatuh (ekstremitas) - GCS : 15
R/ Kekuatan otot 5 5 - Klien meringis
5 4 - skala nyeri 4 (0-10)
Skor Resiko Jatuh : <51 (risiko rendah) - Klien sulit berkonsentrasi
 mengkaji perasaan klien, kemampuan - Klien sering mengulangi pertanyaan yang
koping gaya kepribadian (tempramen sama
agresi, perilaku agresif. - Lutut kiri tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- Klien menjawab pertanyaan perawat A : Masalah Resiko Cidera belum teratasi
namun pertanyaannya sering di ulang- P : Lanjutkan intervensi
ulang
 memastikan pengetahuan tentang
kebutuhan keamanan dan pencegahan
cidera serta motivasi untuk mencegah
cidera saat beraktivitas diluar atau dirumah
 memberikan edukasi pada klien dan
keluarga tentang
1. Menghindari Aktifitas berat
2. Hindari bepergian sendiri
3. Memberikan nutrisi yang baik
4. Berikan penerangan yang cukup di
tempat klien beraktifitas
5. Menghindari tempat yang membuat
klien jatuh (tempat licin)
R/
- Keluarga klien mendengarkan edukasi
dengan baik dan mengerti dengan
edukasi yang dijelaskan oleh perawat.
- mengkolaborasikan rujuk ke ahli terapi
okupasi atau fisik jika tepat
 mendorong partisipasi dalam program
swabantu seperti latihan asertif.

IMPLEMENTASI HARI KE 2
13 Juni 2020

3. lmplementasi dan Evaluasi (8 Juni dan 10 Juni 2020)


Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
12/06/20 Nyeri  melakukan pengkajian nyeri secara S : Nur

07.00-10.00 komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan Nyeri berkurang pada Muslimah IP
karakteristik, durasi, frekuensi, lutut kiri Yawu
kualitas dan faktor presipitasi - Klien mengtaakan sebelum sakit belum
R/ pernah mengalami nyeri sebelumnya
- Ekspresi wajah klien menunjukan skala - Klien mengatakan nyeri lutut berkurang
Nyeri 2 pada saat berjalan
- Lokasi lutut kiri masi bengkak dan O :
kemerahan sudah berkurang - Kesadaran Composmentis
 mengobservasi reaksi nonverbal dari - GCS : 15
ketidaknyamanan - Klien tenang
R/ skala nyeri 2 (0-10)
- Pada saat berjalan klien mengatakan nyeri - Klien sulit berkonsentrasi
pada lutut bagian kiri sudah berkurang - Klien sering mengulangi pertanyaan
 mengevaluasi pengalaman nyeri masa yang sama
lampau - Lutut kiri tdk tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- klien mengatakan belum pernah merasakan - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
nyeri sebelumnya. dalam
 mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
menentukan intervensi - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- klien mengatakan nyeri di lutut berkurang - TB : 163 Cm
 mengajarkan tentang teknik non - BB : 72 Kg
farmakologi dan tekhnik relaksasi napas - MMSE : 20
dalam - 94x/menit
R/ - Time up and Go test 21 detik
- anjurkan klien untuk berolahraga seperti - Barthel indeks 20
berenang dan sepeda statis - Kekuatan otot
- Perawat mengajarkan klien menarik napas 5 5
dalam 5 4
- klien melakukan tekhnik relaksasi napas A : Masalah Nyeri teratasi sebagian
dalam, P : Lanjutkan Intervensi
- ekspresi wajah klien tenang
 memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- perawat menanyakan perassaan klien
setelah di lakukan control nyeri
- Klien mengatakan perasaanya agak tenang
nyeri pada lutut berkurang
 memberikan terapi konservatif
R/
- perawat melakukan kompres hangat
disekitar area lutut
- posisi klien dalam keadaan berbaring
kaki kiri di tekuk
- terpasang kompres hangat di lutut kiri
 mengingkatkan istirahat pada klien
R/
- Setelah di beri peringatan oleh perawat
agar klien mengurangi aktivitasnya, klien
mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh
perawat.
 mengkolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
13/06/2020 Hambatan  Memonitor kemampuan klien untuk S : Nur
mobilitas perawatan diri yang mandiri. - Klien mengatakan sudah bisa Muslimah IP
fisik R/ beraktivitas karena sakit pada lutut Yawu
- Klien mengatakan sudah bisa kirinya berkurang
beraktivitas karena sakit pada lutut O :
kirinya sudah berkurang - Kesadaran Composmentis
 Memonitor kebutuhan klien untuk alat alat - GCS : 15
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, - Klien meringis
berhias, toileting dan makan. skala nyeri 4 (0-10)
R/ - Klien sulit berkonsentrasi
- Klien di bantu dalam berpakaian, - Klien sering mengulangi pertanyaan
untuk membersihkan diri, yang sama
berpakaian, berhias, toileting dan - Tidak tampak kemerahan pada lutut
makan. - Lutut kiri sedikit bengkak
 menyediakan bantuan sampai klien - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
mampu secara utuh untuk dalam
melakukan self-care. - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
R/ - Posisi kaki kiri di tekuk
- Klien mengatakan sudah anaknya - TD : 150/100 mmHg
sudah menyiapkan kursi roda - TB : 163 Cm
 mendorong klien untuk melakukan - BB : 72 Kg
aktivitas sehari-hari yang normal - MMSE : 20
sesuai kemampuan yang dimiliki. - 94x/menit
R/ - Time up and Go test 21 detik
- Klien mengerti dan mendengarkan - Barthel indeks 20
apa yang dijelaskan oleh perawat - Kekuatan otot
 mendorong untuk melakukan secara 5 5
mandiri, tapi beri bantuan ketika 5 4
klien tidak mampu melakukannya. A : Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi
R/ sebagian
- klien mengatakan ketika ia hendak P : Lanjutkan Intervensi
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
 memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
R/
- Klien mengatakan, sering
melakukan aktifitas rutin seperti
membersihkan rumput di halaman
rumah

13/06/2020 Resiko  mengidentifikasi klien yang berisiko S : Nur


cedera jatuh (penyakit akut, trauma kondisi penyakit - Klien mengatakan mulai bisa berjalan karena Muslimah IP
kronis dengan kelemahan, konfusi akut atau rasa sakit pada lututnya berkurang Yawu
kronis, demensi atau penggunaan berbagai
obat) O:
R/ - Kekuatan otot 5 5
- Klien mengalami kelemahan anggota 5 4
gerak bagian bawah (rasa sakit pada - Skor resiko jatuh : 50 (resiko rendah)
lutut klien berkurang, tidak ada - Keluarga klien mendengarkan edukasi
kemerahan dan lutut sedikit bengkak) dengan baik dan mengerti dengan edukasi
 mengkaji kekuatan otot atau skala resiko yang dijelaskan oleh perawat.
jatuh (ekstremitas) - Kesadaran Composmentis
R/ Kekuatan otot 5 5 - GCS : 15
5 4 - Ekspresi wajah Klien tenang
Skor Resiko Jatuh : <51 (risiko rendah) - skala nyeri 2 (0-10)
 mengkaji perasaan klien, kemampuan - Klien sulit berkonsentrasi
koping gaya kepribadian (tempramen - Klien sering mengulangi pertanyaan yang
agresi, perilaku agresif. sama
R/ - Tidak tampak kemerahan
- Klien menjawab pertanyaan perawat - Lutut kiri sedikit bengkak
namun pertanyaannya sering di ulang- A : Masalah Resiko Cidera teratasi sebagian
ulang P : Lanjutkan intervensi
 memastikan pengetahuan tentang
kebutuhan keamanan dan pencegahan
cidera serta motivasi untuk mencegah
cidera saat beraktivitas diluar atau dirumah
 memberikan edukasi pada klien dan
keluarga tentang
6. Menghindari Aktifitas berat
7. Hindari bepergian sendiri
8. Memberikan nutrisi yang baik
9. Berikan penerangan yang cukup di
tempat klien beraktifitas
10. Menghindari tempat yang membuat
klien jatuh (tempat licin)
R/
- Keluarga klien mendengarkan edukasi
dengan baik dan mengerti dengan
edukasi yang dijelaskan oleh perawat.
- mengkolaborasikan rujuk ke ahli terapi
okupasi atau fisik jika tepat
 mendorong partisipasi dalam program
swabantu seperti latihan asertif.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
TERAPI TERTAWA

Disusun Oleh :

Nur Muslimah IP Yawu


NIM 1490119092

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXII


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2020

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Topik : Implementasi Terapi Tertawa pada Lansia


Sasaran : Oma dan opa
Hari/tanggal : Juni 2020
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Keperawatan Lansia Titian Benteng Gading
Pelaksana :

A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam
jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai berikut : Bab I pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
ke atas” (Nugroho, 2008). Data yang tercatat dari hasil survei kesehatan nasional
yang dilakukan padatahun 2015, lansia keseluruhan yang ada di Indonesia
terdapat 20,04 juta orangatau terdapat sekitar 8,05% dari total penduduk yang ada
di Indonesia. Persentase untuk penduduk usia lebih dari 60 tahun sebesar 8,05%,
usia lebih dari 70 tahun sebesar 3,15%, dan usia lebih dari 80 tahun sebesar
0,85% (BPS,2015). Rumah Keperawatan Lansia Titian Benteng Gading
merupakan salah satu pondok lansia yang ada di kota Bandung dengan total
jumlah lansia 9 orang yang terdiri dari 3 orang perempuan dan 6 orang laki-laki.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi. Seiring dengan bertambahnya usia, maka
akan terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun
psikologis. Perubahan fungsi tubuh lansia berkaitan erat dengan psikologis lansia
pada umumnya, salah satunya yaitu pada lansia penderita hipertensi dengan faktor
pencetusnya adalah stres. Risiko hipertensi esensial atau primer beragam
tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.
Sedangkan, faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi
(Anggraini dkk, 2009).
Pinel (2009) mencantumkan bahwa stres terjadi jika seseorang dihadapkan
dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang mengancam
kesehatan fisik atau psikologisnya. Stres dapat bersifat positif dan negatif
(Sarafino, 1998). Stres positif disebut juga eustress, yang terjadi apabila saraf
stres yang dialami mendorong atau memotivasi individu untuk meningkatkan
usaha pencapaian tujuan. Sebaliknya, stres yang negatif disebut juga distress,
mengandung emosi negatif yang sangat kuat sehingga tidak hanya mengancam
kesehatan, kognitif, emosi, serta perilaku seseorang.
Terapi tawa adalah salah satu cara untuk mencapai kondisi rileks. Tertawa
merupakan paduan dari peningkatan sistem saraf simpatetik dan juga penurunan
kerja sistem saraf simpatetik. Peningkatannya berfungsi untuk memberikan
tenaga bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh
penurunan sistem saraf simpatetik yang salah satunya disebabkan oleh adanya
perubahan kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan
terhadap nitric oxide yang membawa pada pelebaran pembuluh darah, sehingga
rata-rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar 20%, sementara stres
menyebabkan penurunan aliran darah sekitar 30% (Hasan& Hasan, 2009).

B. Tujuan
Setelah dilakukan terapi tertawa diharapkan seluruh peserta dapat mengikuti
kegiatan secara keseluruhan.

C. Metode
Redemonstrasi dan demonstrasi

D. Media
Power point
E. Proses Kegiatan
Tindakan Waktu
Proses
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pre Interaksi 1. Kontrak kegiatan Memberikan
jawaban
Fasilitator
2. Mengukur tekanan darah Mempersilahkan 5 Menit
untuk diukur tekanan
darah
Pendahuluan 1. Memberi salam,
memperkenalkan diri, dan Memperhatikan dan Moderator
membuka penyuluhan menjawab salam
2. Menjelaskan tentang tujuan
umum dan tujuan khusus Memperhatikan
Penyajian 1. Menanyakan pada klien apa Memperhatikan Pemateri 20 menit
intervensi ini pernah
didapatkan sebelumnya atau Memperhatikan dan
belum. mengikuti
2. Menjelaskan pengertian dan
tujuan terapi tawa
3. Mengajarkan dan
mendemonstrasikan terapi
tawa
Penutup 1. Menutup pertemuan dengan Memperhatikan dan Moderator 5 Menit
dengan mengundang memberikan
pertanyaan atau komentar pertanyaan atau
dari peserta komentar
2. Menampung jawaban dan Memperhatikan dan
memberi komentar tentang mencatat
pendapat dari peserta
3. Menyimpulkan materi yang Memperhatikan dan
telah dibahas bersama mencatat
dengan peserta
4. Menutup pertemuan dan Memperhatikan dan
memberi salam menjawab salam
F. Materi TAK

1. Pengertian Tertawa
Tertawa adalah kemampuan yang hanya dimiliki manusia yang merupakan
ekspresi kebahagiaan dan bisa dilakukan tanpa syarat dan sama khasiatnya
dengan meditasi sehingga sering disebut yoga tawa.Terapi tertawa atau yoga
tawa adalah terapi yang diyakini mampu membangkitkan semangat hidup,
sekalipun kita dalam kondisi stress. Lebih dari 70% penyakit mempunyai
hubungan dengan stress, diantaranya tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
kecemasan, depresi, batuk dan flu kronis, gangguan syaraf, insomnia,
gangguan pencernaan, alergi, asma, colitis, gangguan haid, migrain bahkan
kanker. Dalam terapi tertawa tidak menggunakan humor sebagai sebab untuk
membuat seseorang tertawa tetapi dalam terapi tertawa hanya menggunakan
tawa sebagai sebuah sebab yang membantu orang menyingkirkan rasa takut
dan malu mereka serta membuat mereka menjadi lebih terbuka dan mulai
melihat kelucuan hidup.
Tertawa bisa membantu untuk membentuk pola pikir positif sehingga
selanjutnya kita akan berpikir dengan cara yang lebih positif. Tertawa
merupakan cara yang paling baik dan paling ekonomis dalam melewati stress.
Tertawa akan merelakskan otot-otot yang tegang. Tertawa juga melebarkan
pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Selain
itu, tertawa juga berperan dalam menurunkan kadar hormon epineprin dan
cortisol. Jadi, bisa dikatakan tertawa merupakan meditasi dinamis atau teknik
relaksasi yang dinamis. Karena itu, tertawa merupakan bentuk meditasi yang
paling mudah dan bisa membuat relaks dalam waktu singkat.
2. Indikasi
a. Pasien depresi
b. Pasien hipertensi
c. Pasien Stroke
3. Manfaat Terapi Tertawa
a. Mengurangi Stress
Tertawa akan mengurangi tingkat stress tertentu dan menumbuhkan
hormon penyeimbang yang dihasilkan saat stress. Tawa adalah salah satu
cara terbaik untuk mengendurkan otot, tawa dapat memperlebar pembuluh
darah dan mengirim lebih banyak darah hingga ke ujung-ujung dan ke
semua otot di seluruh tubuh. Satu putaran tawa yang bagus juga
mengurangi hormon stress, epineprin dan cortisol. Bisa dikatakan tawa
adalah sebentuk meditasi dinamis atau relaksasi.
b. Meningkatkan Kekebalan
Tertawa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena pada dasarnya
tertawa membawa keseimbangan pada semua komponen sistem kekebalan
tubuh. Sistem kekebalan memainkan peranan yang sangat penting dalam
menjaga kesehatan tubuh menjauhkan diri dari infeksi, alergi dan kanker.
Menurut Dr. Lee S. Berk dari Universitas Loma Linda California AS, tawa
membantu meningkatkan jumlah sel-sel pembunuh alami (sel NK,
semacam sel putih) dan juga menaikan antibodi. Para peneliti telah
menemukan bahwa setelah mengikuti terapi tertawa peserta mengalami
peningkatan antibodi (immunoglobulin A) dalam lendir di hidung dan
saluran pernafasan, yang dipercaya mempunyai kemampuan melawan
virus, bakteri dan mikroorganisme lain.
c. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Tawa memang membantu mengontrol tekanan darah dengan mengurangi
pelepasan hormon-hormon yang berhubungan dengan stress dan dengan
memberikan relaksasi. Dalam eksperimen telah dibuktikan bahwa terjadi
penurunan 10-20 mm tekanan setelah seseorang penderita mengikuti 10
menit sesi tawa. Tapi yang pasti tawa akan mengendalikan dan
menghentikan penyakit ini. Demikian juga bila seseorang beresiko tinggi
menjadi penderita penyakit jantung, tawa bisa menjadi obat pencegah yang
paling baik, karena marah dan takut yang merupakan emosi penyebab
serangan jantung bisa diatasi dengan tertawa.
d. Terapi tertawa merupakan latihan aerobik terbaik
Sebuah manfaat yang didapatkan oleh hampir setiap orang adalah perasaan
enak. Penyebab dari perasaan enak ini adalah karena anda menghirup lebih
banyak oksigen saat tertawa. Menurut Dr. William Fry dari Universitas
Stanford, satu menit tertawa sebanding dengan sepuluh menit melakukan
latihan mendayung. Dengan kata lain, tawa merangsang jantung dan
sirkulasi darah dan sama dengan latihan aerobik.
e. Depresi, Kecemasan dan Gangguan Psikomatis
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pikiran, seperti kecemasan,
depresi, gangguan syaraf dan yang mengalami insomnia dapat dibantu
dengan terapi tertawa. Tawa telah membantu banyak orang yang
menggunakan obat anti depresi dan obat penenang dan dengan tawa juga
orang-orang yang mengalami kecenderungan bunuh diri mulai mendapat
harapan.
f. Mengurangi Bronkhitis dan Asma
Tawa merupakan latihan terbaik untuk mereka yang menderita asma dan
bronkhitis. Tawa meningkatkan kapasitas paru-paru dan tingkat oksigen
dalam darah. Para dokter menyarankan fisioterapi dada untuk
mengeluarkan lendir (dahak) dari saluran pernafasan dengan meniup ke
dalam sebuah alat atau balon merupakan salah satu latihan yang biasa
diberikan pada penderita asma. Tawa melakukan hal yang sama dan cara
ini lebih mudah dilakukan dan nyaris tanpa ongkos. Terapi tertawa
meningkatkan tingkat antibodi dalam selaput lendir pernafasan, dengan
begitu mengurangi frekuensi pernafasan. Terapi tertawa juga
meningkatkan sistem pembersihan lendir dalam saluran nafas. Stress
adalah faktor lain yang bisa memicu serangan asma, dengan mengurangi
stress tawa bisa memperbaiki prognosis penyakit asma. Tetapi tawa juga
bisa menyebabkan ketidaknyamanan bila seseorang mengalami gangguan
penyempitan prernafasan yang parah. Ada juga beberapa kasus asma yang
mungkin akan sedikit diperburuk oleh latihan fisik apapun (latihan fisik
pemicu asma). Orang-orang yang seperti ini harus terlebih dahulu
berkonsultasi dengan dokter sebelum mengikuti terapi tertawa.
g. Baik untuk Hati
Penelitian di California, Amerika Serikat, menemukan bahwa dengan
menonton acara humor di TV dapat meningkatkan 26 persen kolestrol baik
dalam tubuh.
h. Merupakan Joging Internal
Ada banyak latihan yang bisa dilakukan untuk melatih otot-otot tubuh,
tetapi terapi tertawa memberikan pujatan yang bagus untuk semua organ
internal. Tawa memperlancar pasokan darah dan meningkatkan
efisiensinya. Orang membandingkan latihan ini dengan jari-jari ajaib, yang
menjangkau kedalam perut dan meningkatkan efisinsinya. Kegiatan
terbaik tawa adlah pada usus. Hal ini bisa meningkatkan persediaan darah
dan membantu kerja usus.
i. Mengurangi Rasa Sakit
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa penderita penyakit kronis
tidak merasa terganggu dengan rasa sakitnya tersebut ketika mereka sering
tertawa. Tertawa tidak akan menyembuhkan sakit kronis tetapi bisa
membantu meringankan rasa sakit yang diderita.
j. Membuat Tampak Lebih Muda
Tawa merupakan latihan yang sangat bagus untuk otot-otot wajah anda.
Tawa mengencangkan otot-otot wajah dan memperbaiki ekspresi wajah.
Ketika tertawa, wajah anda tampak merah karena peningkatan pasokan
darah yang menyegarkan kulit wajah dan membuat kulit wajah tampak
cerah. Orang-orang yang suka tertawa tampak lebih cerah dan menarik.
k. Rasa Percaya Diri Melalui Tawa
Ketika kita tertawa dalam kelompok dengan kedua lengan terangkat ke
langit, rasa takut atau malu akan hilang dan setelah beberapa lama anda
akan menjadi orang yang suka bergaul, terbuka dan ramah. Secara
bertahap, tawa juga akan menambah rasa percaya diri.
4. Manfaat Terapi Tawa untuk lansia
a. Sesi tawa rutin akan meningkatkan pasokan oksigen untuk memperbaiki
fungsi mental lansia
b. Sesi tawa akan mengurangi stress,Bahkan perlu dibuat tertawa selama
sekitar sepuluh menit untuk mengurangi kecemasan.
c. Terapi tawa akan meningkatkan stamina dan kapasitas pernapasan untuk
membantu lansia dalam kegiatan olahraga. Kegiatan ini akan sangat
mengendurkan syaraf sebelum kegiatan olah raga kompetitif.
d. Terapi tawa akan meningkatkan kadar relaksasi dan mengurangi
kegugupan serta demam panggung. Hal ini juga membantu lansia menjadi
lebih terbuka dan mengembangkan rasa percaya diri.
e. Lansia akan lebih jarang terserang penyakit batuk, pilek, infeksi
kerongkongan dan pernapasan, karena tawa membantu meningkatkan
kekebalan tubuh yang baik melawan semua infeksi.
f. Jika pengambilan nafas dalam-dalam ala yoga dipraktekkan diantara
latihan tawa, hal ini akan membantu mengembangkan stabilitas mental
lansia.Jika sikap keceriaan menjadi cara hidup, lansia akan mempunyai
sikap yang positif dalam menghadapi saat-saat sulit. Tawa juga akan
membantu mereka meningkatkan kemampuan kreatif mereka.
g. Terapi tawa akan meningkatkan kemampuan kreativitas, intelektual,
emosional dan juga sosialisasi lansia ketika berada di lingkungan rumah.
5. Cara Kerja
Lama : 20-30 menit (maksimum) setiap putaran tawa berlangsung selama 30-
40 detik, diikuti deagan tepuk tangan dan latihan ho ho ho ha ha.
1. Tepuk tangan seirama 1-2...1-2-3 sampil mengcapkan ho-ho..ha-ha-ha....
2. Latihan pernafasan dalam dengan tarikan nafas melalui hidung dan di
hembuskan (bersama kata-kata he-he-..ho..hooo)
3. Gerakan engsel bahu ke depan dan ke arah belakang.
4. Kemudian menganggukan kepala kebawa hingga dagu hampir
menyentuhdada.lalu mendongakkan kepala ke atas belakang
5. Putar pinggang ke arah kanan kemudian di tahan beberapa saat .kemudian
memutar ke arah kiri dan di tahanbeberapa saat lalau kembali ke posisi
semula.
6. Tawa singa: julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan
tangan teracung.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan, S.S. 2009.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang
berobat di poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang periode januari sampai juni
2008. Diunduh dari: http://yayanakhyar.wordpress.com tanggal 10 Oktober 2018

Desinta, Sheni & Neila Ramdhani. 2013. Terapi Tawa untuk Menurunkan Stres pada
Penderita Hipertensi. JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 40, NO. 1, JUNI 2013:
15 – 27. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018

Gifari, Sofyan. 2008. Tertawa Sebagai Terapi Bagi Kesehatan. Diunduh dari


http://www.dukonbesar.com Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018

Kushariyadi, S. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta


: Salemba Medika

Pinel, J.P.J. 2009. Biopsikologi 7ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Utami  Sindi Muthiah. 2017. Standar Operasional Prosedur Terapi Tertawa. Jurnal


keperawatan UI

Anda mungkin juga menyukai