MAHASISWA:
1490119092
TA 2019/2020
I. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Nama : Nur Muslimah IP Yawu
Osteoartritis (OA) NIM : 1490119092
Definisi
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan salah satu penyebab
nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis”
sendiri berasal dari Yunani dimana “osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al., 2013)
Osteoarthritis merupakan suatu kelainan degerasi sendi yang terjadi pada cartilage (tulang rawan)
yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan pada sendi yang terkena. Faktor
yang dapat mempemgaruhi terjadinya osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis kelamin
permpuan, dan obesitas (Zhang et al, 2016).
Etiologi
Menurut (Michael, Schluter-brust, & Eysel, 2010) etiologi dari osteoarthritis dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu
1. Osteoarthritis primer
Osteoarthritis primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau osteoarthritis yang belum
diketahui penyebabnya.
2. Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder penyebabnya yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca
operasi, metabolik, gangguan endokrin, osteonekrosis aseptik.
Menurut (heidari, 2011) osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral, yang terjadi karena karena
interaksi antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan, berat badan, dan
obesitas, cedera lutut, penggunaan sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan otot, dan
kelemahan sendi memainkan peran dalam pengembangan OA sendi.
c. Gejala lain
Krepitasi
Peningkatan senstivitas terhadap dingin dan atau lembab
Progresi bertahap (Joern, 2010)
Definisi gangguan kognitif ringan
Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan stadium gangguan kognitif yang melebihi perubahan
normal yang terkait dengan penambahan usia, akan tetapi aktivitas fungsional masih normal dan
belum memenuhi kriteria demensia. Istilah MCI secara luas dapat diartikan sebagai stadium/
tahapan intermediate penurunan kognitif, terutama yang mengenai gangguan fungsi memori,
yang diduga merupakan prediktif demensia, terutama demensia Alzheimer. Fenomena MCI
terutama dipergunakan sebagai “peringatan” bahwa penyandangnya mempunyai resiko tinggi
untuk mengidap demensia Alzheimer dan merupakan fase transisi antara gangguan memori
fisiologis dan patologis..
Etiologi
Tidak ada satu penyebab yang menyebabkan MCI. Relatif sedikit yang diketahui tentang penyebab
dari penurunan kognitif ringan ini, tetapi sejumlah kondisi neurologis dan medis mungkin
berkontribusi terhadap gejala ini. Dalam beberapa kasus yang diteliti di otopsi, patolog telah
mengamati perubahan struktur otak dan akumulasi peningkatan protein membentuk plak amiloid.
Prediktor perkembangan amnestik MCI ke demensia yaitu:
Adanya gen apolipoprotein epsilon 4 (Gen ApoE4)
Volume hipokampus kurang dari 25 % yang diketahui dengan MRI
Pencitraan PET ( Positron Eemission Tomography) menunjukkan hipometabolisme
temporal dan parietal otak
Uji cairan serebrospinal menunjukkan rendahnya beta amiloid 42 dan peningkatan protein
tau
Plak otak amiloid yang terdeteksi pada pencitraan PET ( Positron Emission Tomography)
menggunakan Pittsburgh senyawa B
Factor resiko MCI adalah
Meningkatnya usia
Diabetes Melitus
Merokok
Depresi
Hipertensi
Peningkatan kadar kolesterol darah
Kurangnya aktifitas fisik
Infiltrasi kedalam os
subcondria
Hambatan nutrisi
pada kartilago
artikularis
Adhesi pd permukaan
Hilangnya kekuatan Mudah lukasi & subluksasi sendi
otot
Kekuatan Sendi
Hambatan
Terbatasnya gerakan sendi
mobilitas fisik
Analisa Data
Hipertrofi
Distensi cairan
Spasme otot
Nyeri
2. Data Subjektif: Reaksi peradangan Hambatan
Data Objektif: Mobilitas Fisik
Sinovial menebal
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Deformitas sendi
kemerahan
- Lutut kiri sedikit Infiltrasi kedalam tulang
bengkak
- TD : 150/100 mmHg Kerusakan kartilago dan
- TB : 163 Cm tulang
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20 Tendon dan ligamen
- 94x/menit melemah
- Time up and Go test
21 detik Mudah luksasi dan
- Barthel indeks 20 subluksasi
Kekakuan sendi
Objektif
Intervensi (NIC)
2. Hambatan Tujuan jangka panjang: Exercise therapy : ambulation 1. Untuk memastikan ttv
Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan 1. Monitoring vital sign dalam rentang noormal
keperawatan selama 3x24 sebelm/sesudah latihan dan lihat 2. Mengukur kemampuan
jam, diharapkan hambatan respon pasien saat latihan klien dan melanjutkan
mobilisasi fisik dapat diatasi 2. Kaji kemampuan pasien dalam intervensi
Tujuan jangka Pendek: mobilisasi 3. Membantu memandirikan
Setelah dilakukan tindakan 3. Latih pasien dalam pemenuhan klien
keperawatan selama 2x24 kebutuhan ADLs secara mandiri 4. Membantu klien untuk
jam hambatan mobilasasi fisik sesuai kemampuan beraktivitas
teratasi 4. Dampingi dan Bantu pasien saat 5. Mengurangi beban
mobilisasi dan bantu penuhi aktivitas klien
Kriteria hasil: kebutuhan ADLs pasien. 6. Membantu menambah
1. Klien meningkat dalam 5. Berikan alat Bantu jika klien wawasan klien tentang
aktivitas fisik memerlukan kondisinya
2. Mengerti tujuan dari 6. Bantu klien melakukan latihan
peningkatan mobilitas ROM Ajarkan pasien bagaimana
3. Memverbalisasikan merubah
perasaan dalam posisi dan berikan bantuan jika
meningkatkan diperlukan
kekuatan
dan kemampuan
berpindah
4. Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk mobilisasi
(walker)
3 Resiko Cedera Tujuan jangka panjang: 1. Identifikasi klien yang berisiko 1. Untuk mengevaluasi
Setelah dilakukan tindakan (penyakit akut, trauma kondisi intervensi yang tepat
keperawatan selama 3x24 penyakit kronis dengan
jam diharapan tidak kelemahan, konfusi akut atau
mengalami cidera kronis, demensi atau penggunaan
Tujuan jangka pendek: berbagai obat)
Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji kekuatan otot atau skala 2. Untuk mengidentifikasi
keperawatan selama 2x24 resiko jatuh (ekstremitas) resiko jatuh
jam klien tidak mengalami 3. Kaji perasaan klien, kemampuan 3. Dapat mengakibatkan
cidera koping gaya kepribadian kecerobohan atau
(tempramen agresi, perilaku peningkatan perilaku
Kriteria hasil: agresif berisiko tanpa
- Tindakan personal mempertimbangkan
yang mencegah cidera
dampaknya
fisik terhadap dir
sendiri. Tidak 4. Berikan pengetahuan tentang 4. Informasi dapat
mengalami cidera
kebutuhan keamanan dan menunjukan area informasi
- Pengendalian resiko:
tindakan personal pencegahan cidera serta motivasi yang salah, kurang
untuk mencegah
untuk mencegah cidera saat pengetahuan, kebutuhan
menghilangkan atau
mengurangi ancaman beraktivitas (hindari aktivitas yang terhadap penyuluhan
kesehatan yang dapat
membahayakan) diluar atau
dimodifikasi
- Menyatakan dirumah
pemahaman tentang
5. Pantau lingkungan terhadap 5. Mencegah terjadinya
factor individu yang
menyebabkan kondisi yang berpontensi tidak kecelakaan yang fatal
kemungkinan cedera
aman dan berbahaya modifikasi 6. Untuk mengidentifikasi
- Memodifikasi
lingkungan sesuai jika perlu tugas berisiko tinggi memilih
indikasi untuk
6. Kolaborasi rujuk ke ahli terapi menciptakan peralatan alat
meningkatkan
keamanan okupasi atau fisik jika tepat bantu
7. Dorong partisipasi dalam program Meningkatkan kepercayaan
swabantu seperti latihan aserif diri
4 Defisit Perawatan Tujuan jangka panjang: Self Care assistance : ADLs 1. Mengetahui tingkat
Diri Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kemampuan klien untuk kemampuan klien
keperawatan selama 3x24 perawatan diri yang mandiri. 2. Mengetahui kebutuhaan
jam, diharapkan klien mampu 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat klien
merawat diri alat bantu untuk kebersihan diri, 3. Membantu kemandirian
Tujuan jangka pendek: berpakaian, berhias, toileting dan klien
setelah dilakukan tindakan makan. 4. Motivasi memberikan
keperawatan selama 2x24 3. Sediakan bantuan sampai klien kekuatan terhadap klien
jam deficit perawatan diri mampu secara utuh untuk untuk sembuh
teratasi. melakukan self-care. 5. Memberikan kekuatan
kriteria hasil : 4. Dorong klien untuk melakukan terhadap klien untuk
Klien terbebas dari aktivitas sehari-hari yang normal sembuh
bau sesuai kemampuan yang dimiliki. 6. Membantu kemandirian
badan 5. Dorong untuk melakukan secara klien
Menyatakan mandiri, tapi beri bantuan ketika
kenyamanan klien tidak mampu melakukannya.
terhadap kemampuan 6. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
untuk melakukan ADLs sesuai kemampuan
Dapat melakukan
ADLS dengan bantuan
5. Defisiensi Tujuan jangka panjang: 1. Pastikan tingkat pengetahuan 1. Klien mungkin tidak
Pengetahuan Setelah dilakukan termasuk kebutuhan antisipasi. menanyakan informasi atau
tindakan keperawatan mengungkapkan persepsi yang
selama 3x24 jam tidak akurat tentang status
diharapkan Defisiensi kesehatan
pengetahuan teratasi 2. Tentukan kemampuan dan kesiapan 2. Klien mungkin tidak mampu
Tujuan jangka pendek: klien serta hambatan dalam belajar secara fisik, emosi atau mental
Setelah dilakukan perlu beberapa waktu untuk
tindakan keperawatan 3. Tentukan kebutuhan klien yang menangani
selama 2x24 jam paling mendesak dari sudut pandang 3. Untuk mengidentifikasi
Defisiensi Pengetahuan klien dan perawat apakah klien dan perawat
teratasi. bersama sama dalam
GENOGRAM
Keterangan:
: Perempuan X : Meninggal
: Laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: Klien
RIWAYAT JATUH
WAKTU : > 3 TAHUN/ 2 TAHUN/1 TAHUN/ < 6 BULAN YG LALU
LOKASI & PENYEBAB:
- Klien tidak memiliki riwayat jatuh seelumnya
- 5 hari sebelum masuk rumah sakit klien jatuh di rumah pada saat akan
melakukan senam peregangan
DAMPAK PADA KESEHATAN:
- Klien tidak dapat berjalan normal karena lutut kirinya sakit dan sedikit bengkak
Mata simetris kiri dan kanan, sklera putih, Dada Perkembangan dada simetris antara
konjungtiva tidak anemis, palpebra normal dada kanan dan dada kiri, Paru-Paru Saat
diperkusi bunyi sonor, saat di auskultasi
suara paru-paru vesikuler. Suara jantung S1
dan S2 normal, tidak ada bunyi tambahan.
HIDUNG: ABDOMEN
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, Hidung Perut klien lembek/tidak keras, bising usus
klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kurang lebih 8x/menit.
polip, penciuman klien sedikit kurang.
TELINGA: EKSTREMITAS:
Kekuatan otot
5 5
5 4
INTEGUMEN: EKSTREMITAS :
CRT < 2 Dtk, turgor kulit cepat kembali, kulit Bentuk normal, terdapat nyeri pada lutut,
keriput dan warna kulit coklat. ROM +/+, kekuatan otot 5/5 dan 5/4
REFLEKS
Babinsky : -/-
Patella : -/+
NO AKTIVITAS NILAI
1. Makan
0= dependen
5= bantuan ____5___
10= mandiri
2. Mandi
0= bantuan ____0___
5= mandiri
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok
gigi
___0____
0 = bantuan
5 = mandiri
4. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu
0= dependen
____5___
5= membutuhkan bantuan
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0 = incontinent (atau membutuhkan enema)
_____5__
5 = bantuan
10 = mandiri
6. Mengontrol berkemih ___5____
0= incontinent (kateter atau dependen)
5= bantuan
10= mandiri
NO AKTIVITAS NILAI
7. Aktivitas toilet
0= dependen
___5____
5= bantuan
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, termasuk duduk di tempat
tidur
0= tidak mampu untuk duduk
____10___
5= membutuhkan bantuan satu atau 2 orang
10= membutuhkan sedikit bantuan (minor)
15= mandiri
9. Berjalan di jalan datar (jika tidak mampu lakukan dengan kursi roda)
5= menggunakan kursi roda lebih dari 25 m
_____15__
10= berjalan dengan bantuan satu orang (> 25 m)
15= berjalan mandiri (bisa dengan menggunakan tongkat ( > 25 m)
10. Naik turun tangga
0= tidak mampu
___5____
5= bantuan
10= mandiri
JUMLAH 55
Penilaian:
0 – 20 : Ketergantungan
21- 60 : Ketergantungan berat/ sangat tergantung
61 – 90 : Ketergantungan sedang (moderat)
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Bandung, 12/06/2020
Interpretasi hasil:
Skor 24-30 : Normal
Skor 17-23 : Kemungkinan mengalami gangguan kognitif
Skor 0 -16 : Klien mengalami gangguan kognitif
Bandung 12 /Juni/2020
Sumber:
Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. (1975). “Mini-Mental State” a practical method for
grading the cognitive state of patients for the clinician. Journal of Psychiatric Research, 12(3):
189-198.
Indikator hasil:
< 14 detik : resiko jatuh rendah
≥ 14 detik : resiko jatuh tinggi
Tanggal :
Test 1 : _____ detik
Observasi :
Tanggal :
Test 2 : _____ detik
Observasi :
Bandung 12 /Juni/2020
Sumber:
Jacobs, M., & Fox, T. (2008). Using the “Timed Up and Go/TUG” test to predict risk of falls.
Assisted Living Consult.
Podsiadlo, D., & Richardson, S. 1991. The timed Up & Go: a test of basic functional mobility
for frail elderly persons. J Am Geriatr Soc, 39(2): 142-148.
6. Status Mental 0
o Lansia menyadari kondisi dirinya 0
o Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
TOTAL NILAI 80
Bandung 12 /Juni/2020
Kategori:
12- 14 : Nutrisi baik
8 -11 : Resiko malnutrisi
0-7 : Malnutrisi
G. Analisa Data minimal 3 dx keperawatan tunggal (berdasarkan kasus)
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Nyeri
- Klien mengatakan faktor metabolic, infeksi
nyeri pada dengan kecenderungan
persendian lutut virus
kirinya
Data Objektif: Reaksi Peradangan
- Kesadaran
Composmentis Perubahan fungsi sendi
- GCS : 15
- Klien meringis Hipertrofi
skala nyeri 4 (0-10)
- Klien lemah Distensi cairan
- Lutut kiri tampak
kemerahan Spasme otot
- Lutut kiri sedikit
bengkak Nyeri
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
2. Data Subjektif: Reaksi peradangan Hambatan
- Klien mengatakan Mobilitas Fisik
kaki kirinya terasa Sinovial menebal
sakit, terutama
dengkulnya. Deformitas sendi
- Klien mengatakan
lututnya terasa ngilu Infiltrasi kedalam tulang
dan sulit bergerak,
lamanya < 15 menit. Kerusakan kartilago dan
- Klien mengatakan tulang
sakit lutut ketika
berjalan Tendon dan ligamen
Data Objektif: melemah
- Kesadaran
Composmentis Mudah luksasi dan
- GCS : 15 subluksasi
- Klien meringis
skala nyeri 4 (0-10) Kekakuan sendi
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Hambatan mobilitas Fisik
kemerahan
- Lutut kiri sedikit
bengkak
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
No Data Etiologi Masalah
3. Data Subjektif: Resiko peradangan Defisit perwatan
- Klien mengatakan diri
lebih memilih Sinovial menebal
menjadi pasien day
care Deformitas sendi
Melaporkan bahwa 12. ingkatkan istirahat 10. Menalisis penyebab nyeri yang
07.00-10.00 komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan Nyeri pada lutut kiri Muslimah IP
karakteristik, durasi, frekuensi, - Klien mengtaakan sebelum sakit belum Yawu
kualitas dan faktor presipitasi pernah mengalami nyeri sebelumnya
R/ - Klien mengatakan nyeri lutut pada saat
- Ekspresi wajah klien menunjukan skala berjalan
Nyeri 4 O:
- Lokasi lutut kiri bengkak dan kemerahan - Kesadaran Composmentis
mengobservasi reaksi nonverbal dari - GCS : 15
ketidaknyamanan - Klien meringis
R/ skala nyeri 4 (0-10)
- Pada saat berjalan klien mengatakan nyeri - Klien sulit berkonsentrasi
pada lutut bagian kiri - Klien sering mengulangi pertanyaan
mengevaluasi pengalaman nyeri masa yang sama
lampau - Lutut kiri tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- klien mengatakan belum pernah merasakan - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
nyeri sebelumnya. dalam
mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
menentukan intervensi - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- nyeri sedang - TB : 163 Cm
- nyeri dirasakan pada saat berjalan - BB : 72 Kg
- nyeri pada lutut kiri - MMSE : 20
mengajarkan tentang teknik non - 94x/menit
farmakologi dan tekhnik relaksasi napas - Time up and Go test 21 detik
dalam - Barthel indeks 20
R/ - Kekuatan otot
- anjurkan klien untuk berolahraga seperti 5 5
berenang dan sepeda statis 5 4
- Perawat mengajarkan klien menarik napas A : Masalah Nyeri belum teratasi
dalam P : Lanjutkan Intervensi
- klien melakukan tekhnik relaksasi napas
dalam,
- ekspresi wajah klien meringis
memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- perawat menanyakan perassaan klien
setelah di lakukan control nyeri
- Klien mengatakan perasaanya agak tenang
tapi lutut masi nyeri
memberikan terapi konservatif
R/
- perawat melakukan kompres hangat
disekitar area lutut
- posisi klien dalam keadaan berbaring
kaki kiri di tekuk
- terpasang kompres hangat di lutut kiri
mengingkatkan istirahat pada klien
R/
- Setelah di beri peringatan oleh perawat
agar klien mengurangi aktivitasnya, klien
mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh
perawat.
mengkolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
10.00-12.00 Mobilitas Memonitor kemampuan klien untuk - Klien mengatakan susah beraktivitas Muslimah IP
Fisik perawatan diri yang mandiri. karena lutut kirinya sakit Yawu
R/ O:
- Klien mengatakan susah beraktivitas - Kesadaran Composmentis
karena lutut kirinya sakit - GCS : 15
Memonitor kebutuhan klien untuk alat alat - Klien meringis
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, skala nyeri 4 (0-10)
berhias, toileting dan makan. - Klien sulit berkonsentrasi
R/ - Klien sering mengulangi pertanyaan
- Klien di bantu dalam berpakaian, yang sama
untuk membersihkan diri, - Lutut kiri tampak kemerahan
berpakaian, berhias, toileting dan - Lutut kiri sedikit bengkak
makan. - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
menyediakan bantuan sampai klien dalam
mampu secara utuh untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
melakukan self-care. - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- Klien mengatakan sudah anaknya - TB : 163 Cm
sudah menyiapkan kursi roda - BB : 72 Kg
mendorong klien untuk melakukan - MMSE : 20
aktivitas sehari-hari yang normal - 94x/menit
sesuai kemampuan yang dimiliki. - Time up and Go test 21 detik
R/ - Barthel indeks 20
- Klien mengerti dan mendengarkan - Kekuatan otot
apa yang dijelaskan oleh perawat 5 5
mendorong untuk melakukan secara 5 4
mandiri, tapi beri bantuan ketika A : Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
klien tidak mampu melakukannya. P : Lanjutkan Intervensi
R/
- klien mengatakan ketika ia hendak
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
R/
Klien mengatakan, sering melakukan aktifitas
rutin seperti membersihkan rumput di halaman
rumah
Self Care assistance : ADLs
Memonitor kemampuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
R/
- Klien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri
- Klien di bantu berjalan oleh
anaknya
- Klien susah beraktivitas karena
lutut kirinya sakit
Memonitor kebutuhan klien untuk alat
alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan.
R/
- Klien di bantu dalam berpakaian,
untuk membersihkan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan
Menyediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
R/
- Klien mengatakan sudah anaknya
sudah menyiapkan kursi roda
12.15-13.00 cedera (penyakit akut, trauma kondisi penyakit - Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena Muslimah IP
kronis dengan kelemahan, konfusi akut atau lututnya sakit Yawu
kronis, demensi atau penggunaan berbagai
obat) O:
- Kekuatan otot 5 5
5 4
R/ - Skor resiko jatuh : < 55 (resiko tinggi)
- Klien mengalami kelemahan anggota - Keluarga klien mendengarkan edukasi
gerak bagian bawah ( lutut klien dengan baik dan mengerti dengan edukasi
sakit,kemerahan dan sedikit bengkak) yang dijelaskan oleh perawat.
mengkaji kekuatan otot atau skala resiko - Kesadaran Composmentis
jatuh (ekstremitas) - GCS : 15
R/ Kekuatan otot 5 5 - Klien meringis
5 4 - skala nyeri 4 (0-10)
Skor Resiko Jatuh : <51 (risiko rendah) - Klien sulit berkonsentrasi
mengkaji perasaan klien, kemampuan - Klien sering mengulangi pertanyaan yang
koping gaya kepribadian (tempramen sama
agresi, perilaku agresif. - Lutut kiri tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- Klien menjawab pertanyaan perawat A : Masalah Resiko Cidera belum teratasi
namun pertanyaannya sering di ulang- P : Lanjutkan intervensi
ulang
memastikan pengetahuan tentang
kebutuhan keamanan dan pencegahan
cidera serta motivasi untuk mencegah
cidera saat beraktivitas diluar atau dirumah
memberikan edukasi pada klien dan
keluarga tentang
1. Menghindari Aktifitas berat
2. Hindari bepergian sendiri
3. Memberikan nutrisi yang baik
4. Berikan penerangan yang cukup di
tempat klien beraktifitas
5. Menghindari tempat yang membuat
klien jatuh (tempat licin)
R/
- Keluarga klien mendengarkan edukasi
dengan baik dan mengerti dengan
edukasi yang dijelaskan oleh perawat.
- mengkolaborasikan rujuk ke ahli terapi
okupasi atau fisik jika tepat
mendorong partisipasi dalam program
swabantu seperti latihan asertif.
IMPLEMENTASI HARI KE 2
13 Juni 2020
07.00-10.00 komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan Nyeri berkurang pada Muslimah IP
karakteristik, durasi, frekuensi, lutut kiri Yawu
kualitas dan faktor presipitasi - Klien mengtaakan sebelum sakit belum
R/ pernah mengalami nyeri sebelumnya
- Ekspresi wajah klien menunjukan skala - Klien mengatakan nyeri lutut berkurang
Nyeri 2 pada saat berjalan
- Lokasi lutut kiri masi bengkak dan O :
kemerahan sudah berkurang - Kesadaran Composmentis
mengobservasi reaksi nonverbal dari - GCS : 15
ketidaknyamanan - Klien tenang
R/ skala nyeri 2 (0-10)
- Pada saat berjalan klien mengatakan nyeri - Klien sulit berkonsentrasi
pada lutut bagian kiri sudah berkurang - Klien sering mengulangi pertanyaan
mengevaluasi pengalaman nyeri masa yang sama
lampau - Lutut kiri tdk tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- klien mengatakan belum pernah merasakan - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
nyeri sebelumnya. dalam
mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
menentukan intervensi - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- klien mengatakan nyeri di lutut berkurang - TB : 163 Cm
mengajarkan tentang teknik non - BB : 72 Kg
farmakologi dan tekhnik relaksasi napas - MMSE : 20
dalam - 94x/menit
R/ - Time up and Go test 21 detik
- anjurkan klien untuk berolahraga seperti - Barthel indeks 20
berenang dan sepeda statis - Kekuatan otot
- Perawat mengajarkan klien menarik napas 5 5
dalam 5 4
- klien melakukan tekhnik relaksasi napas A : Masalah Nyeri teratasi sebagian
dalam, P : Lanjutkan Intervensi
- ekspresi wajah klien tenang
memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- perawat menanyakan perassaan klien
setelah di lakukan control nyeri
- Klien mengatakan perasaanya agak tenang
nyeri pada lutut berkurang
memberikan terapi konservatif
R/
- perawat melakukan kompres hangat
disekitar area lutut
- posisi klien dalam keadaan berbaring
kaki kiri di tekuk
- terpasang kompres hangat di lutut kiri
mengingkatkan istirahat pada klien
R/
- Setelah di beri peringatan oleh perawat
agar klien mengurangi aktivitasnya, klien
mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh
perawat.
mengkolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
13/06/2020 Hambatan Memonitor kemampuan klien untuk S : Nur
mobilitas perawatan diri yang mandiri. - Klien mengatakan sudah bisa Muslimah IP
fisik R/ beraktivitas karena sakit pada lutut Yawu
- Klien mengatakan sudah bisa kirinya berkurang
beraktivitas karena sakit pada lutut O :
kirinya sudah berkurang - Kesadaran Composmentis
Memonitor kebutuhan klien untuk alat alat - GCS : 15
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, - Klien meringis
berhias, toileting dan makan. skala nyeri 4 (0-10)
R/ - Klien sulit berkonsentrasi
- Klien di bantu dalam berpakaian, - Klien sering mengulangi pertanyaan
untuk membersihkan diri, yang sama
berpakaian, berhias, toileting dan - Tidak tampak kemerahan pada lutut
makan. - Lutut kiri sedikit bengkak
menyediakan bantuan sampai klien - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
mampu secara utuh untuk dalam
melakukan self-care. - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
R/ - Posisi kaki kiri di tekuk
- Klien mengatakan sudah anaknya - TD : 150/100 mmHg
sudah menyiapkan kursi roda - TB : 163 Cm
mendorong klien untuk melakukan - BB : 72 Kg
aktivitas sehari-hari yang normal - MMSE : 20
sesuai kemampuan yang dimiliki. - 94x/menit
R/ - Time up and Go test 21 detik
- Klien mengerti dan mendengarkan - Barthel indeks 20
apa yang dijelaskan oleh perawat - Kekuatan otot
mendorong untuk melakukan secara 5 5
mandiri, tapi beri bantuan ketika 5 4
klien tidak mampu melakukannya. A : Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi
R/ sebagian
- klien mengatakan ketika ia hendak P : Lanjutkan Intervensi
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
R/
- Klien mengatakan, sering
melakukan aktifitas rutin seperti
membersihkan rumput di halaman
rumah
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam
jangka waktu beberapa dekade. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi sebagai berikut : Bab I pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
ke atas” (Nugroho, 2008). Data yang tercatat dari hasil survei kesehatan nasional
yang dilakukan padatahun 2015, lansia keseluruhan yang ada di Indonesia
terdapat 20,04 juta orangatau terdapat sekitar 8,05% dari total penduduk yang ada
di Indonesia. Persentase untuk penduduk usia lebih dari 60 tahun sebesar 8,05%,
usia lebih dari 70 tahun sebesar 3,15%, dan usia lebih dari 80 tahun sebesar
0,85% (BPS,2015). Rumah Keperawatan Lansia Titian Benteng Gading
merupakan salah satu pondok lansia yang ada di kota Bandung dengan total
jumlah lansia 9 orang yang terdiri dari 3 orang perempuan dan 6 orang laki-laki.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi. Seiring dengan bertambahnya usia, maka
akan terjadi penurunan fungsi tubuh pada lansia, baik fisik, fisiologis maupun
psikologis. Perubahan fungsi tubuh lansia berkaitan erat dengan psikologis lansia
pada umumnya, salah satunya yaitu pada lansia penderita hipertensi dengan faktor
pencetusnya adalah stres. Risiko hipertensi esensial atau primer beragam
tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan dari faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.
Sedangkan, faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi
(Anggraini dkk, 2009).
Pinel (2009) mencantumkan bahwa stres terjadi jika seseorang dihadapkan
dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang mengancam
kesehatan fisik atau psikologisnya. Stres dapat bersifat positif dan negatif
(Sarafino, 1998). Stres positif disebut juga eustress, yang terjadi apabila saraf
stres yang dialami mendorong atau memotivasi individu untuk meningkatkan
usaha pencapaian tujuan. Sebaliknya, stres yang negatif disebut juga distress,
mengandung emosi negatif yang sangat kuat sehingga tidak hanya mengancam
kesehatan, kognitif, emosi, serta perilaku seseorang.
Terapi tawa adalah salah satu cara untuk mencapai kondisi rileks. Tertawa
merupakan paduan dari peningkatan sistem saraf simpatetik dan juga penurunan
kerja sistem saraf simpatetik. Peningkatannya berfungsi untuk memberikan
tenaga bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh
penurunan sistem saraf simpatetik yang salah satunya disebabkan oleh adanya
perubahan kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan
terhadap nitric oxide yang membawa pada pelebaran pembuluh darah, sehingga
rata-rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar 20%, sementara stres
menyebabkan penurunan aliran darah sekitar 30% (Hasan& Hasan, 2009).
B. Tujuan
Setelah dilakukan terapi tertawa diharapkan seluruh peserta dapat mengikuti
kegiatan secara keseluruhan.
C. Metode
Redemonstrasi dan demonstrasi
D. Media
Power point
E. Proses Kegiatan
Tindakan Waktu
Proses
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pre Interaksi 1. Kontrak kegiatan Memberikan
jawaban
Fasilitator
2. Mengukur tekanan darah Mempersilahkan 5 Menit
untuk diukur tekanan
darah
Pendahuluan 1. Memberi salam,
memperkenalkan diri, dan Memperhatikan dan Moderator
membuka penyuluhan menjawab salam
2. Menjelaskan tentang tujuan
umum dan tujuan khusus Memperhatikan
Penyajian 1. Menanyakan pada klien apa Memperhatikan Pemateri 20 menit
intervensi ini pernah
didapatkan sebelumnya atau Memperhatikan dan
belum. mengikuti
2. Menjelaskan pengertian dan
tujuan terapi tawa
3. Mengajarkan dan
mendemonstrasikan terapi
tawa
Penutup 1. Menutup pertemuan dengan Memperhatikan dan Moderator 5 Menit
dengan mengundang memberikan
pertanyaan atau komentar pertanyaan atau
dari peserta komentar
2. Menampung jawaban dan Memperhatikan dan
memberi komentar tentang mencatat
pendapat dari peserta
3. Menyimpulkan materi yang Memperhatikan dan
telah dibahas bersama mencatat
dengan peserta
4. Menutup pertemuan dan Memperhatikan dan
memberi salam menjawab salam
F. Materi TAK
1. Pengertian Tertawa
Tertawa adalah kemampuan yang hanya dimiliki manusia yang merupakan
ekspresi kebahagiaan dan bisa dilakukan tanpa syarat dan sama khasiatnya
dengan meditasi sehingga sering disebut yoga tawa.Terapi tertawa atau yoga
tawa adalah terapi yang diyakini mampu membangkitkan semangat hidup,
sekalipun kita dalam kondisi stress. Lebih dari 70% penyakit mempunyai
hubungan dengan stress, diantaranya tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
kecemasan, depresi, batuk dan flu kronis, gangguan syaraf, insomnia,
gangguan pencernaan, alergi, asma, colitis, gangguan haid, migrain bahkan
kanker. Dalam terapi tertawa tidak menggunakan humor sebagai sebab untuk
membuat seseorang tertawa tetapi dalam terapi tertawa hanya menggunakan
tawa sebagai sebuah sebab yang membantu orang menyingkirkan rasa takut
dan malu mereka serta membuat mereka menjadi lebih terbuka dan mulai
melihat kelucuan hidup.
Tertawa bisa membantu untuk membentuk pola pikir positif sehingga
selanjutnya kita akan berpikir dengan cara yang lebih positif. Tertawa
merupakan cara yang paling baik dan paling ekonomis dalam melewati stress.
Tertawa akan merelakskan otot-otot yang tegang. Tertawa juga melebarkan
pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh. Selain
itu, tertawa juga berperan dalam menurunkan kadar hormon epineprin dan
cortisol. Jadi, bisa dikatakan tertawa merupakan meditasi dinamis atau teknik
relaksasi yang dinamis. Karena itu, tertawa merupakan bentuk meditasi yang
paling mudah dan bisa membuat relaks dalam waktu singkat.
2. Indikasi
a. Pasien depresi
b. Pasien hipertensi
c. Pasien Stroke
3. Manfaat Terapi Tertawa
a. Mengurangi Stress
Tertawa akan mengurangi tingkat stress tertentu dan menumbuhkan
hormon penyeimbang yang dihasilkan saat stress. Tawa adalah salah satu
cara terbaik untuk mengendurkan otot, tawa dapat memperlebar pembuluh
darah dan mengirim lebih banyak darah hingga ke ujung-ujung dan ke
semua otot di seluruh tubuh. Satu putaran tawa yang bagus juga
mengurangi hormon stress, epineprin dan cortisol. Bisa dikatakan tawa
adalah sebentuk meditasi dinamis atau relaksasi.
b. Meningkatkan Kekebalan
Tertawa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena pada dasarnya
tertawa membawa keseimbangan pada semua komponen sistem kekebalan
tubuh. Sistem kekebalan memainkan peranan yang sangat penting dalam
menjaga kesehatan tubuh menjauhkan diri dari infeksi, alergi dan kanker.
Menurut Dr. Lee S. Berk dari Universitas Loma Linda California AS, tawa
membantu meningkatkan jumlah sel-sel pembunuh alami (sel NK,
semacam sel putih) dan juga menaikan antibodi. Para peneliti telah
menemukan bahwa setelah mengikuti terapi tertawa peserta mengalami
peningkatan antibodi (immunoglobulin A) dalam lendir di hidung dan
saluran pernafasan, yang dipercaya mempunyai kemampuan melawan
virus, bakteri dan mikroorganisme lain.
c. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Tawa memang membantu mengontrol tekanan darah dengan mengurangi
pelepasan hormon-hormon yang berhubungan dengan stress dan dengan
memberikan relaksasi. Dalam eksperimen telah dibuktikan bahwa terjadi
penurunan 10-20 mm tekanan setelah seseorang penderita mengikuti 10
menit sesi tawa. Tapi yang pasti tawa akan mengendalikan dan
menghentikan penyakit ini. Demikian juga bila seseorang beresiko tinggi
menjadi penderita penyakit jantung, tawa bisa menjadi obat pencegah yang
paling baik, karena marah dan takut yang merupakan emosi penyebab
serangan jantung bisa diatasi dengan tertawa.
d. Terapi tertawa merupakan latihan aerobik terbaik
Sebuah manfaat yang didapatkan oleh hampir setiap orang adalah perasaan
enak. Penyebab dari perasaan enak ini adalah karena anda menghirup lebih
banyak oksigen saat tertawa. Menurut Dr. William Fry dari Universitas
Stanford, satu menit tertawa sebanding dengan sepuluh menit melakukan
latihan mendayung. Dengan kata lain, tawa merangsang jantung dan
sirkulasi darah dan sama dengan latihan aerobik.
e. Depresi, Kecemasan dan Gangguan Psikomatis
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pikiran, seperti kecemasan,
depresi, gangguan syaraf dan yang mengalami insomnia dapat dibantu
dengan terapi tertawa. Tawa telah membantu banyak orang yang
menggunakan obat anti depresi dan obat penenang dan dengan tawa juga
orang-orang yang mengalami kecenderungan bunuh diri mulai mendapat
harapan.
f. Mengurangi Bronkhitis dan Asma
Tawa merupakan latihan terbaik untuk mereka yang menderita asma dan
bronkhitis. Tawa meningkatkan kapasitas paru-paru dan tingkat oksigen
dalam darah. Para dokter menyarankan fisioterapi dada untuk
mengeluarkan lendir (dahak) dari saluran pernafasan dengan meniup ke
dalam sebuah alat atau balon merupakan salah satu latihan yang biasa
diberikan pada penderita asma. Tawa melakukan hal yang sama dan cara
ini lebih mudah dilakukan dan nyaris tanpa ongkos. Terapi tertawa
meningkatkan tingkat antibodi dalam selaput lendir pernafasan, dengan
begitu mengurangi frekuensi pernafasan. Terapi tertawa juga
meningkatkan sistem pembersihan lendir dalam saluran nafas. Stress
adalah faktor lain yang bisa memicu serangan asma, dengan mengurangi
stress tawa bisa memperbaiki prognosis penyakit asma. Tetapi tawa juga
bisa menyebabkan ketidaknyamanan bila seseorang mengalami gangguan
penyempitan prernafasan yang parah. Ada juga beberapa kasus asma yang
mungkin akan sedikit diperburuk oleh latihan fisik apapun (latihan fisik
pemicu asma). Orang-orang yang seperti ini harus terlebih dahulu
berkonsultasi dengan dokter sebelum mengikuti terapi tertawa.
g. Baik untuk Hati
Penelitian di California, Amerika Serikat, menemukan bahwa dengan
menonton acara humor di TV dapat meningkatkan 26 persen kolestrol baik
dalam tubuh.
h. Merupakan Joging Internal
Ada banyak latihan yang bisa dilakukan untuk melatih otot-otot tubuh,
tetapi terapi tertawa memberikan pujatan yang bagus untuk semua organ
internal. Tawa memperlancar pasokan darah dan meningkatkan
efisiensinya. Orang membandingkan latihan ini dengan jari-jari ajaib, yang
menjangkau kedalam perut dan meningkatkan efisinsinya. Kegiatan
terbaik tawa adlah pada usus. Hal ini bisa meningkatkan persediaan darah
dan membantu kerja usus.
i. Mengurangi Rasa Sakit
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa penderita penyakit kronis
tidak merasa terganggu dengan rasa sakitnya tersebut ketika mereka sering
tertawa. Tertawa tidak akan menyembuhkan sakit kronis tetapi bisa
membantu meringankan rasa sakit yang diderita.
j. Membuat Tampak Lebih Muda
Tawa merupakan latihan yang sangat bagus untuk otot-otot wajah anda.
Tawa mengencangkan otot-otot wajah dan memperbaiki ekspresi wajah.
Ketika tertawa, wajah anda tampak merah karena peningkatan pasokan
darah yang menyegarkan kulit wajah dan membuat kulit wajah tampak
cerah. Orang-orang yang suka tertawa tampak lebih cerah dan menarik.
k. Rasa Percaya Diri Melalui Tawa
Ketika kita tertawa dalam kelompok dengan kedua lengan terangkat ke
langit, rasa takut atau malu akan hilang dan setelah beberapa lama anda
akan menjadi orang yang suka bergaul, terbuka dan ramah. Secara
bertahap, tawa juga akan menambah rasa percaya diri.
4. Manfaat Terapi Tawa untuk lansia
a. Sesi tawa rutin akan meningkatkan pasokan oksigen untuk memperbaiki
fungsi mental lansia
b. Sesi tawa akan mengurangi stress,Bahkan perlu dibuat tertawa selama
sekitar sepuluh menit untuk mengurangi kecemasan.
c. Terapi tawa akan meningkatkan stamina dan kapasitas pernapasan untuk
membantu lansia dalam kegiatan olahraga. Kegiatan ini akan sangat
mengendurkan syaraf sebelum kegiatan olah raga kompetitif.
d. Terapi tawa akan meningkatkan kadar relaksasi dan mengurangi
kegugupan serta demam panggung. Hal ini juga membantu lansia menjadi
lebih terbuka dan mengembangkan rasa percaya diri.
e. Lansia akan lebih jarang terserang penyakit batuk, pilek, infeksi
kerongkongan dan pernapasan, karena tawa membantu meningkatkan
kekebalan tubuh yang baik melawan semua infeksi.
f. Jika pengambilan nafas dalam-dalam ala yoga dipraktekkan diantara
latihan tawa, hal ini akan membantu mengembangkan stabilitas mental
lansia.Jika sikap keceriaan menjadi cara hidup, lansia akan mempunyai
sikap yang positif dalam menghadapi saat-saat sulit. Tawa juga akan
membantu mereka meningkatkan kemampuan kreatif mereka.
g. Terapi tawa akan meningkatkan kemampuan kreativitas, intelektual,
emosional dan juga sosialisasi lansia ketika berada di lingkungan rumah.
5. Cara Kerja
Lama : 20-30 menit (maksimum) setiap putaran tawa berlangsung selama 30-
40 detik, diikuti deagan tepuk tangan dan latihan ho ho ho ha ha.
1. Tepuk tangan seirama 1-2...1-2-3 sampil mengcapkan ho-ho..ha-ha-ha....
2. Latihan pernafasan dalam dengan tarikan nafas melalui hidung dan di
hembuskan (bersama kata-kata he-he-..ho..hooo)
3. Gerakan engsel bahu ke depan dan ke arah belakang.
4. Kemudian menganggukan kepala kebawa hingga dagu hampir
menyentuhdada.lalu mendongakkan kepala ke atas belakang
5. Putar pinggang ke arah kanan kemudian di tahan beberapa saat .kemudian
memutar ke arah kiri dan di tahanbeberapa saat lalau kembali ke posisi
semula.
6. Tawa singa: julurkan lidah sepenuhnya dengan mata terbuka lebar dan
tangan teracung.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan, S.S. 2009.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang
berobat di poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang periode januari sampai juni
2008. Diunduh dari: http://yayanakhyar.wordpress.com tanggal 10 Oktober 2018
Desinta, Sheni & Neila Ramdhani. 2013. Terapi Tawa untuk Menurunkan Stres pada
Penderita Hipertensi. JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 40, NO. 1, JUNI 2013:
15 – 27. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018