Anda di halaman 1dari 14

.

KONSEP DASAR ATEROSKLEROSIS

1. Pengertian

Aterosklerosis merupakan proses yang meliputi penimbunan lemak,


kalsium, komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada tunika
intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai “ateroma” atau “plak”
(Nurarif dan Kusuma, 2015).

Aterosklerosis merupakan suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan


fibrolipid lokal di dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau penebalan
yang disebut ateroma yang terdapat di dalam tunika intima dan pada
bagian dalam tunika media, ateroma kemudian berkembang, dan dapat
mengalami berbagai komplikasi termasuk kalsifikasi, perdarahan, ulserasi
dan thrombosis.

Aterosklerosis adalah suatu perubahan yang terjadi pada dinding arteri


yang ditandai dengan akumulasi lipid ekstra sel, rekrutmen dan akumulasi
leukosit, pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit
matrik ekstra sel (misalnya: kolagen, kalsium), yang diakibatkan oleh
multifaktor berbagai patogenesis yang bersifat kronik progresif, fokal atau
difus serta memiliki manifestasi akut ataupun kronik yang menimbulkan
penebalan dan kekakuan pada pembuluh arteri (Libby, 2003).
Aterosklerosis dapat menyebabkan iskemia dan infark jantung, stroke,
hipertensi renovaskular, dan penyakit oklusi tungkai bawah tergantung
pembuluh darah yang terkena (Tanuwijaya, 2003).

2. Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi proses aterosklerosis sendiri belum diketahui secara pasti, namun


terdapat beberapa faktor risiko yang diduga berpengaruh terhadap
timbulnya aterosklerosis. Faktor risiko aterosklerosis dapat dibagi menjadi
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi (Kadarman, 2016), antara lain adalah
:

a. Merokok

Rokok mengadung bahan berbahaya, seperti nikotin dan tar yang


merupakan sumber stres oksidatif. Kedua bahan ini dapat menyebabkan
kerusakan endotel, menurunkan kadar High Density Lipoprotein (HDL),
dan meningkatkan kadar trigliserida, kolesterol total, Low Density
Lipoprotein (LDL), viskositas darah, aktivitas trombosit, dan faktor
pembekuan darah. Merokok juga dapat meningkatkan aktivitas saraf
simpatis.
b. Hipertensi

Tekanan darah sistolik lebih prediktif untuk menentukan risiko pada


individu dengan usia di atas 60 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik
lebih prediktif pada usia kurang dari 50 tahun. Pada usia 50-60 tahun, nilai
prediksi risiko  terosklerosis keduanya cenderung sama. Hipertensi
berhubungan dengan disfungsi endotel yang akan menurunkan
kadar nitric oxide (NO), efeknya adalah peningkatan inflamasi dan
koagulasi, serta penurunan respon vasodilatasi pembuluh darah.

c. Diabetes Mellitus (DM)

Komplikasi utama DM berkaitan dengan penyakit vaskuler. Komplikasi


mikrovaskuler berhubungan dengan keadaan hiperglikemia pada DM tipe
1; sedangkan komplikasi makrovaskuler, yaitu aterosklerosis berhubungan
dengan keadaan hiperglikemia dan resistensi insulin pada DM tipe 2.

d. Dislipidemia

Aterosklerosis disebabkan oleh timbunan plak kolesterol sehingga dengan


meningkatnya kadar kolesterol total darah, trigliserida, dan kolesterol non-
HDL (LDL) akan meningkatkan terjadinya risiko aterosklerosis, sedangkan
HDL memiliki efek protektif.

e. Obesitas

Kelebihan berat badan merupakan salah satu factor predisposisi timbulnya


hipertensi, DM, dan hiperlipidemia. Individu dengan indeks massa tubuh,
lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang-panggul yang tinggi lebih
rentan mengalami aterosklerosis.

e. Kurang Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen, hanya 60% efek


menguntungkan dari olahraga yang berkontribusi terhadap perubahan dari
faktor risiko lainnya (hipertensi, dislipidemia, obesitas, resistensi insulin,
dan lain-lain).

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Kadarman, 2016), antara lain
adalah :

a. Usia

Untuk pria, peningkatan risiko aterosklerosis dimulai sejak usia 45 tahun


ke atas, sedangkan untuk wanita pada usia di atas 55 tahun atau setelah
menopause.

b. Jenis Kelamin
Aterosklerosis lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita karena
adanya pengaruh hormon estrogen. Namun setelah usia menopause, risiko
pria dan wanita menjadi.

c. Genetik

Individu yang memiliki riwayat keluarga menderita penyakit jantung dan


pembuluh darah pada usia muda (untuk pria usia kurang dari 55 tahun,
sedangkan untuk wanita pada usia kurang dari 65 tahun), maka individu
tersebut tergolong risiko tinggi akan mengalami aterosklerosis.

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala klinis akibat aterosklerosis tergantung pada organ atau
jaringan yang terkena. Aterosklerosis koroner (penyakit jantung), angina
dan infark miokardium dibahas tersendiri oleh kelompok lain. Bila
mengenai otak dapat menyebabkan penyakit serebrovaskuler seperti
iskemia serebral transien atau TIA dan stroke. Pada aorta dan lesi
aterosklerotik pada ekstremitas juga dapat terjadi.

Bila terjadi oklusi atau sumbatan pada arteri perifer maka akan timbul
gejala seperti nyeri saat aktifitas dan hilang saat istirahat (klaudisio
intermiten), nyeri yang terus menerus (saat istirahat) dapat terjadi jika
oklusi semakin berat dan terjadi iskemia kronis. Perubahan warna kulit
seperti menjadi pucat atau sianosis dan pada palpasi terasa dingin.

Akibat suplai nutrisi yang kurang akan terjadi tanda-tanda hilangnya


rambut, kuku rapuh, kulit kering dan bersisik, atropi dan ulserasi. Bias juga
terjadi edema bilateral atau unilateral akibat posisi ekstremitas yang terlalu
lama menggantung.

4. Patofisiologi

Akibat langsung aterosklerosis pada arteri meliputi penyempitan (stenosis)


lumen,obstruksi oleh trombosis, aneurisma (dilatasi abnormal pembuluh
darah), ulkus dan ruptur. Akibat tidak langsungnya adalah malnutrisi dan
fibrosis organ yang disuplai oleh arteri yang sklerotik tersebut. Semua sel
yang berfungsi aktif memerlukan suplai darah yang kaya akan nutrisi dan
oksigen dan peka terhadap setiap penurunan suplai nutrisi tersebut. Bila
penurunan tersebut berat dan permanen, sel-sel tersebut akan mengalami
nekrosis (kematian sel akibat kekurangan aliran darah) dan diganti oleh
jaringan fibrosa yang tidak memerlukan banyak nutrisi.

Aterosklerosis terutama mengenai arteri utama sepanjang percabangan


arteri biasanya berbentuk bercak-bercak. Cabang arteri yang terkena
biasanya pada bagian bifurkasio. Banyak teori berusaha menjelaskan
mengapa dan bagaimana ateroma terbentuk. Lesi utama yaitu ateroma
merupakan plak lemak dengan penutup jaringan fibrosa perlahan-lahan
menutup lumen pembuluh darah. Tidak satupun teori yang secara lengkap
menjelaskan patogenesisnya, namun beberapa bagian dari berbagai teori
tersebut dapat dikombinasikan menjadi teori “Reaksi terhadap Cedera.”

Menurut teori ini cedera sel endotelial pembuluh darah diakibatkan oleh
gaya hemodinamika berkepanjangan seperti gaya-gaya robekan dan aliran
turbulensi, radiasi, bahan kimia, atau hiperlipidemia kronis terjadi pada
system arteri. Cedera pada endotelium meningkatkan agregasi trombosit
dan monosit pada tempat cedera. Sel otot polos akan bermigrasi dan
berploriferasi sehingga terbentuklah matriks kolagen dan serabut elastis.
Mungkin tidak ada penyebab atau mekanisme tunggal dalam pembentukan
aterosklerosis melainkan melibatkan berbagai proses.

Secara morfologis lesi aterosklerosis terdiri atas dua jenis : bercak lemak
dan plak fibrosa. Bercak lemak berwarna kuning dan halus, sedikit
menonjol kedalam lumen arteri dan tersusun atas lemak dan sel-sel otot
polos yang memanjang. Lesi seperti ini dapat dijumpai pada semua
kelompok umur termasuk anak-anak. Belum jelas apakah bercak lemak
tersebut merupakan predisposisi pembentukan plak fibrosa atau dapat
menghilang lagi. Biasanya tidak menimbulkan gejala klinis.

Plak fibrosa merupakan ciri khas aterosklerosis, tersusun oleh sel otot
polos, serabut kolagen, komponen plasma dan lemak. Berwarna putih
sampai kuning keputihan dan menonjol dalam berbagai derajat ke lumen,
sampai suatu saat tonjolan tersebut menyumbat. Plak ini terutama
ditemukan di aorta abdominal, arteri koroner, poplitea dan karotis interna.
Plak ini dianggap tidak reversible.

Penyempitan bertahap lumen arteri saat proses penyakit berkembang,


menstimulasi perkembangan sirkulasi kolateral. “jalan pintas” pembuluh
darah tersebut memungkinkan perfusi berlanjut ke jaringan di bagian atas
sumbatan arteri, tetapi biasanya tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan metabolismenya dan terjadilah iskemia. Pembuluh kolateral
bisa memenuhi kebutuhan jaringan atau bisa juga tidak.

Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah


keperawatan dapat dilihat pada lampiran.

5. Pemeriksaan Penunjang (Yudanardi, 2014)

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya


aterosklerosis yaitu dengan pemeriksaan Angiografi. Angiografi koroner
adalah tindakan pemeriksaan medis yang dilakukan untuk mengamati
pembuluh darah jantung dengan menggunakan teknologi pencitraan sinar-
X, atau kateterisasi jantung. Tindakan ini dilakukan terutama untuk
mengamati bagaimana darah mengalir melalui arteri jantung dan
menentukan apakah arteri menyempit atau tersumbat. Tindakan ini
dianggap sebagai salah satu jenis tindakan kateterisasi jantung yang paling
umum dilakukan, yang membantu dalam mendiagnosis dan menangani
kondisi yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.

Angiografi koroner bekerja dengan menyuntikkan zat pewarna kontras ke


dalam pembuluh darah jantung, yang terlihat ketika sinar-X digunakan.
Tindakan ini membantu memastikan adanya penyumbatan dan lokasinya.
Kemudian, mesin sinar-X digunakan untuk memindai daerah target, lalu
mengirimkan gambar ke monitor yang terpasang pada alat. Tindakan ini
memungkinkan dokter untuk mengamati pembuluh darah dan memeriksa
tanda masalah. Jika diperlukan, tindakan seperti Angioplasty dan operasi
tandur jantung dapat dilakukan berdasarkan hasil tes pemeriksaan.

Gambar 1 Angiografi koroner

Sumber: Radiology-org: Catheter angiography examination of body’s


veins and arteries, 2015

Angiografi koroner dilakukan dengan menggunakan pipa tipis dan lentur


yang disebut kateter. Alat ini dimasukkan ke dalam pembuluh darah di
bagian tubuh tertentu seperti lengan, paha, atau leher. Melalui pembuluh
darah utama atau aorta, kateter tersebut akan dimasukkan ke arteri
koroner. Karena tidak terdapat saraf pada arteri, pergerakan kateter
melaluinya tidak akan menyebabkan rasa sakit ketika pemeriksaan sedang
dilakukan. Terdapat berbagai arteri dalam tubuh manusia, jadi diperlukan
kateter yang berbeda untuk mengamatinya. Setelah arteri selesai diamati,
kateter akan dikeluarkan dan kateter yang berbeda akan dimasukkan
melalui daerah yang sama di mana kateter sebelumnya dimasukkan.

Gambar 2. Kateterisasi jantung.

 
Zat pewarna kontras juga digunakan untuk membuat arteri lebih mudah
untuk diamati. Zat pewarna ini dimasukkan ke dalam aliran darah melalui
pipa. Kemudian, mesin sinar-X digunakan untuk mengambil gambar dari
arteri koroner ketika pewarna mengalir melaluinya. Kemudian, gambar
tersebut akan ditampilkan pada monitor.

Pasien tetap terjaga sepanjang tindakan berjalan, yang dilakukan di bawah 


pengaruh bius lokal. Tindakan ini tidak menyebabkan sakit parah, namun
tetap ada sedikit rasa tidak nyaman pada daerah di mana kateter
dimasukkan. Namun, pasien tetap harus disiapkan untuk kemungkinan
rasa tidak nyaman setelah zat pewarna disuntikkan ke dalam tubuh. Rasa
tidak nyaman ini tidak berlangsung lama dan zat pewarna kebanyakan
hanya memberikan sensasi hangat pada dada bagian atas selama sekitar
10-15 detik. Seluruh tindakan mungkin berlangsung sekitar 30-40 menit
hingga selesai, setelah itu pasien biasanya diberikan izin untuk pulang
setelah 4-6 jam kecuali jika pengamatan lebih lanjut diperlukan. Melalui
gambar yang diambil dengan menggunakan mesin sinar-X, dokter dapat
mengamati jantung dan bagian-bagiannya. Langkah ini akan
memungkinkan dokter untuk memastikan ada atau tidaknya penyumbatan
pada arteri dan untuk menentukan apakah yang terbaik adalah melakukan
operasi tandur jantung atau angioplasty untuk mengatasi kondisi tersebut.

6. Penatalaksanaan Medis

a. Perubahan gaya hidup

Pada dasarnya penatalaksanaan aterosklerosis dapat dibagi menjadi 2 yaitu


terapi secara non medikamentosa dan terapi secara medikamentosa. Terapi
secara non medika mentosa bertumpu pada perubahan gaya hidup serta
ditambah dengan diet yang mengandung tinggi antioksidan. Hal tersebut
bertujuan untuk menahan terbentuknya radikal bebas yang berlebihan
didalam tubuh (Adi, 2014)

Sebelum menjadi penyakit vaskular yang serius, ada beberapa tindakan


penting yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aterosklerosis.
Hal tersebut adalah :

1. Bertahan dengan berat badan yang ideal, beraktivitas fisik secara


aktif, konsumsi bahan makanan yang mengandung lemak tak jenuh dan
sedikit kolesterol
2. Mengontrol hipertensi dengan melakukan diet yang sehat serta
akktivitas fisik yang rutin bila perlu ditambah dengan obat-obatan anti
hipertensi
3. Mengontrol kadar gula darah dengan cara yang sama
4. Menghindari rokok (guyton & hall, 2012).
b. Medikamentosa

Untuk terapi medikamentosa ada dua cara yang dapat digunakan yaitu
dengan menurunkan kadar kolesterol LDL dan dengan memberikan obat-
obatan anti inflamasi. Ada beberapa obat yang dapat diberikan berkaitan
dengan mekanismenya untuk menghambat terbentuknya kolesterol LDL
yaitu :

1. Statin Merupakan obat pilihan utama untuk menurunkan kadar


kolesterol LDL. Statin dapat menurunkan kadar LDL lebih dari 55% dan
trigliserida (TG) lebih dari 30%, dengan demikian diharapkan dapat
menaikkan kadar  HDL lebih dari 15%. Target terapi harus sudah tercapai
dalam 6 minggu. Dapat terjadi efek samping pada liver namun jarang
terjadi, sebaiknya tetap dikontrol fungsi liver pada pasien.
2. Fibrat merupakan obat kombinasi yang paling efektif untuk
menurunkan kadar TG yang terlampau tinggi. Obat ini bisa sebagai obat
tambahan jika setelah penggunaan statin TG masih tetap tinggi. Efek
samping yang sering muncul yaitu pada gastrointestinal serta batu
empedu. Obat ini mudah berinteraksi dengan obat lain sehingga
penggunaannya dapat diganti dengan fenofibrat yang cenderung lebih
kecil interaksi dengan obat lain.
3. Niasin (asam nikotinat) adalah salah satu pilihan lain dari obat
penurun kolesterol. Niasin dapat menurunkan TG maupun LDL lebih
dari 25%. Niasin dapat diminum tunggal ataupun sebagai kombinasi
dengan statin untuk pasien dengan dislipidemia aterogenik. Efek
samping berupa kemerahan dimuka (flushing) dan dibadan, juga
terdapat efek samping gastrointestinal. Dengan meningkatkan dosis
secara perlahan akan mengurani efek samping tersebut.
4. Bile acid squestrant bekerja di intestinum meningkatkan asam
empedu dan tidak di absorbsi. Obat ini aman untuk anak-anak, wanita
hamil dan menyusui. Obat ini tidak dianjurkan untuk pasien yang
memiliki kadar TG yang tinggi dikarenakan obat ini menurunkan kadar
LDL namun dapat meningkatkan kadar TG. Obat yang biasa digunakan
yaitu Ezetemibi dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa
menggunakan statin. Obat ini sangat baik untuk menurunkan kadar LDL
bila dikombinasikan dengan statin. Selain itu obat ini memiiki efek
samping yang minimal (Adi, 2014).

c. Prosedur pembedahan

1. Prosedur bedah tandur

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), prosedur pembedahan pada kasus


aterosklerosis diantaranya adalah prosedur bedah tandur (penggabungan
dua pembuluh darah yang masih memiliki aliran bagus) yang dilakukan
berdasarkan pada angiogram yang dapat memperlihatkan tingkat
obstruksinya. Prosedur bedah vaskuler dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
inflow yang menyuplai darah dari aorta ke arteri femoralis, dan prosedur
outflow yang menyuplai darah ke pembuluh di bawah arteri femoralis.

Bila obstruksi terletak setinggi aorta atau arteri iliaka, diperlukan inflow
darah yang baru. Prosedur bedah pilihan adalah tandur aorta iliaka. Bila
mungkin anastomosis bagian distalnya disambungkan pada arteri iliaka,
sehingga seluruh prosedur pembedahan dapat dikerjakan seluruhnya
dalam abdomen. Namun bila arteri iliaka mengalami penyumbatan atau
aneurisma, anastomosis distalnya harus disambungkan ke arteri femoralis
(aorta bifemoral). Bila dilakukan inflow pada pasien namun kondisi pasien
tersebut tidak memungkinkan untuk pembedahan abdomen, yang dapat
menyebabkan berbagai variasi tekanan darah dan memerlukan waktu
pembedahan yang lama, maka dapat dilakukan prosedur inflow dari arteri
aksilaris ke arteri femoralis.

Kedua arteri aksilaris dapat dipakai untuk inflow. Hal ini penting karena
kebanyakan pasien tersebut juga mengalami penyumbatan pembuluh
darah seperti gagal ginjal kronis yang memerlukan cuci darah. Misalnya,
bila digunakan arteri aksilaris kanan, maka dapat disambungkan ke tandur
yang disambungkan ke arteri femoralis kiri (bila arteri femoralis ini
adekuat) untuk menyuplai kedua tungkai. Jadi pasien menerima tandur
aksiler-femoral dari kanan ke kiri. Apabila kedua sisi memerlukan darah,
maka tandur aksiler-bifemoral lebih diutamakan.

Apabila penyumbatan aterosklerosis terletak di bawah ligamen inguinalis


di arteri femoralis superfisialis, pembedahan pilihannya adalah tandur
femoral popliteal. Bila anastomosis distal dilakukan di atas lutut mungkin
perlu dipakai bahan prostetis untuk tandur. Namun bila anastomosis
distalnya di bawah lutut, yang diperlukan adalah tandur vena safena agar
tetap paten.

Pembuluh darah yang tersumbat di daerah tungkai bawah dan pergelangan


kaki juga memerlukan tandur. Terkadang seluruh arteri poplitea tersumbat
dan hanya terdapat sirkulasi kolateral. Oleh sebab itu tandur dibuat dari
femoral ke arteri tibialis atau arteri peroneal. Tandur memerlukan vena asli
agar tetap paten. Vena asli adalah vena autolog, biasanya vena safena
magna atau parva atau kombinasi keduanya untuk memperoleh panjang
yang diperlukan. Kepatenan tandur ditentukan oleh berbagai hal mencakup
ukuran tandur, lokasi tandur, dan terjadinya hiperplasi lapisan intima pada
tempat anastomosis.

2. Baloon Angioplasty

Baloon Angioplasty adalah teknik pelebaran pembuluh darah yang


menyempit atau tersumbat akibat aterosklerosis. Prosedur ini dilakukan
untuk meningkatkan aliran darah ke jantung. Angioplasty dilakukan oleh
ahli jantung menggunakan kateter yang memiliki balon kecil di ujung.
Dokter mengembangkan balon di tempat penyumbatan arteri untuk
menekan plak ke dinding arteri (National Health Service United Kingdom,
2014).

Gambar 3 Prosedur Baloon Angioplasty

Sumber: National Institue of Health: Angioplasty, 2015

3. Stent Angioplasty

Stent adalah tabung dari logam halus yang bertindak sebagai penyangga


untuk memberikan pelebaran didalam arteri. Sebuah kateter balon,
ditempatkan diatas kawat panduan, digunakan untuk
memasukkan stent ke dalam arteri yang menyempit. Setelah berada di
arteri yang menyempit, ujung balon dikembangkan dan stent ikut
mengembang sesuai dengan ukuran arteri untuk membuka penyempitan.
Balon kemudian mengempis dan ditarik keluar sementara stent tetap di
tempatnya. Selama periode beberapa minggu setelah pemasangan stent,
arteri di sekitar stent akan sembuh dengan sendirinya. Stent biasanya
ditempatkan pada prosedur intervensi seperti angioplasty untuk
membantu menjaga arteri tetap terbuka (National Institue of Health,
2015).

Gambar 4 Prosedur Stent Angioplasty

Sumber: National Institue of Health: Angioplasty, 2015

Beberapa jenis stent mengandung obat-obatan yang dirancang untuk


mengurangi risiko penyumbatan kembali (restenosis). Dokter akan
menentukan jenis stent yang sesuai dengan jenis penyumbatan yang di
miliki oleh pasien.

4. Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

Coronary Artery Bypass Grafting, atau Operasi CABG, adalah teknik yang


menggunakan pembuluh darah dari bagian tubuh yang lain untuk
memintas (melakukan tandur) arteri yang menghalangi pemasokan darah
ke jantung. Vena kaki bisa digunakan untuk operasi tandur jantung.
Operasi ini membantu memulihkan aliran darah yang normal ke otot
jantung yang tersumbat. Pada operasi tandur, pembuluh cangkok baru,
yaitu arteri atau vena sehat yang diambil dari kaki, lengan, atau dada
pasien, kemudian diambil lewat pembedahan dan dijahitkan ke sekeliling
bagian yang tersumbat. Pembuluh cangkok ini memasok darah beroksigen
ke bagian jantung yang membutuhkannya, sehingga arteri yang tersumbat
mendapatkan suplai oksigen yang cukup (Patrick, et al, 2009).

Gambar 5 Coronary Artery Bypass Graft

Sumber : American Heart Association: Smoking and Cardiovascular


Disease Mechanisms of Endothelial Dysfunction and Early Atherogenesis,
2014

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

 Aktivitas/ Istirahat.

Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.

 Sirkulasi

Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung


koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.

Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ bertunda.

 Integritas Ego.

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple


(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).

Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,


tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara.

 Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal pada masa yang lalu).
 Makanan/cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,


lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretic

Tanda : Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.

 Neurosensori

Gejala : Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala,


subojksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan
setelah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,
epistakis).

Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,


efek, proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.

 Nyeri/ ketidaknyaman

Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit


kepala.

 Pernafasan

Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, ortopnea,


dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.

Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi


nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.

 Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

 Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala : Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung,


DM.

2. Diagnosa Keperawatan

 Bila mengenai jaringan perifer :


 Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
 Nyeri b.d. gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan,
 Risiko kerusakan integritas kulit b.d gangguan sirkulasi.
 Bila dilakukan tindakan pembedahan
 Pra bedah :

Ansietas b.d. rencana pembedahan yang kompleks.

 Pasca bedah :
o Nyeri akut b.d. terpotongnya saraf akibat luka operasi.
o Risiko infeksi b.d. adanya port de entry (lika operasi)
o Risiko kerusakan integritas kulit b.d. luka operasi.
 Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup :

Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d. kurang informasi.

3. Intervensi/Perencanaan

Bila mengenai arteri perifer.

 Gangguan perfusi jaringan :


 Pantau tanda-tanda kecukupan perfusi jaringan.
 Anjurkan untuk menurunkan ekstremitas di bawah jantung.
 Dorong pasien melakukan latihan jalan atau latihan ekstremitas
bertahap.
 Jaga suhu hangat dan hindari suhu dingin.
 Anjurkan pasien untuk tidak merokok.
 Beri penyuluhan cara menghindari gangguan emosi dan
penatalaksanaan stres.
 Anjurkan untuk menghindari menyilang kaki.
 Mengatasi nyeri :
 Kaji respons pasien terhadap nyeri.
 Jelaskan penyebab nyeri.
 Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
 Kolaborasi pemberian analgetik.
 Mencegah kerusakan integritas kulit :
 Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
 Instruksikan cara menghindari trauma terhadap ekstremitas.
 Dorong pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah yang
tertekan.
 Dorong pasien agar menjaga hygiene dengan ketat, mandi dengan
sabun netral, mengoleskan pelembab, memotong kuku dengan hati-hati.
 Jelaskan dan anjurkan tentang asupan nutrisi yang baik, suplemen
vitamin B dan C yang adekuat dan protein, serta mengontrol obesitas.
 Bila dilakukan pembedahan
 Pra Bedah :
Menurunkan ansietas :

1. Kaji dan pantau tanda ansietas yang terjadi.


2. Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat
pemahaman pasien.
3. Diskusikan ketegangan dan harapan pasien.
4. Perkuat faktor-faktor pendukung untuk mengurangi ansiates.
5. Post Bedah :
6. Mengatasi nyeri akut :
7. Kaji dan pantau tanda-tanda nyeri.
8. Jelaskan penyebab nyeri.
9. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
10. Kolaborasi pemberian analgetik.
11. Risiko infeksi :
12. Kaji dan pantau tanda-tanda infeksi.
13. Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak infeksi.
14. Rawat luka dangan teknik sepsis dan asepsis.
15. Kolaborasi pemberian antibiotika.
16. Risiko kerusakan integritas kulit :
17. Kaji dan pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit.
18. Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih.
19. Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen vitamin.
20. Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit.
21. Jika dianjurkan modifikasi gaya hidup :

Kurang pengetahuan tentang cara memodifikasi gaya hidup.

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien.


2. Jelaskan cara-cara memodifikasi gaya hidup (diet dan latihan).
3. Diskusikan hambatan dan dukungan dalam memodifikasi gaya
hidup.

 Implementasi
 Evaluasi
 Bila mengenai jaringan perifer :
 Gangguan perfusi jaringan : suplai darah arteri ke ekstremitas
meningkat (teraba hangat, warna kemerahan/tidak pucat).
 Nyeri : pasien mengalami penurunan nyeri dan menggunakan
analgetik dengan baik.
 Kerusakan integritas kulit : integritas kulit terjaga, tidak terjadi
trauma dan iritasi kulit.
 Bila dilakukan pembedahan
 Pra bedah :

Ansietas : tanda dan gejala ansietas menurun.


 Pasca bedah :
 Nyeri akut : nyeri pasca bedah terkontrol.
 Risiko infeksi : infeksi luka operasi tidak terjadi.
 Risiko kerusakan integritas kulit : kulit tampak terawat baik,
integritas kulit terjaga.
 Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup :

Kurang pengetahuan : pemahaman pasien meningkat, pasien menunjukkan

mengikuti anjuran modifikasi gaya hidup dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai