Anda di halaman 1dari 10

JURNAL STUDI GENDER & ANAK TELAAH ATAS KONSEP KHITAN BAGI WANITA

A PENDAHULUAN

Dalam era modern, dinamika-konstruktif yang dicapai oleh kaum perempuan pada berbagai
linikehidupan menunjukkan tingkat yang cukup menggembirakan. Diakui atau tidak, peran
perempuanuntuk mengekspresikan dirinya secara wajar, sekaligus memperoleh kesempatan yang sama
di ranahpublik dengan kaum laki-laki telah mendapatkan sejumlah legitimasi dan rasionalisasi yang
dapatditerima oleh hampir semua pihak. Tradisi dan penafsiran keagamaan (Islam) yang awalnya
cukupmemojokkan kaum perempuan kini mengalami dekonstruksi epistemologis dan reformulasi pada
tingkatpraksis. Demikian juga, kesadaran kritis terhadap konstruksi sosiologis yang awalnya
menguntungkankaum laki-laki dengan tradisi patriarkhinya secara perlahan mulai berubah ke arah
kesimbangan antarakonstruksi patriarkhi dengan matriarkhi. Kenyataan ini pada akhirnya memudahkan
bagi kreativitastumbuh dan berkembangnya semangat kesetaraan antara laki-laki dengan
perempuan.Namun demikian, praktek-praktek masyarakat yang didasarkan atas doktrin keagamaan
yang nyata-nyata menindas terhadap perempuan masih bertahan secara turun-temurun dari satu
generasi
ke generasi berikutnya. Di antara data penindasan dan kekerasan terhadap perempuan yang dibicarakan
dalamKonferensi Perempuan Sedunia Keempat di Beijing tahun 1995 lalu, misalnya, adalah khitan atau
sunat bagi perempuan. Praktek sunat bagi perempuan ini dikenal dengan istilah

female circumcision

atau

female genital mutilation

(perusakan organ kelamin perempuan).

Praktek khitan merupakan tradisi yang sudah sangat lama dikenal dalam masyarakat dan diakuioleh
agama-agama di dunia, misalnya, Yahudi, Kristen, dan Islam. Khitan ini tidak hanya diberlakukan bagi
anak laki-laki semata, tetapi juga terhadap anak perempuan.Oleh karena praktek khitan perempuan
yang telah mendapat legitimasi budaya dan agama tersebutdinilai oleh sebagian kalangan sangat
merugikan kaum perempuan, maka makalah ini dimaksudkanuntuk menelusuri kembali konsep
khitan bagi perempuan dari berbagai perspektif.

B KHITAN DAN SEJARAHNYA

Khitan, yang sering juga disebut “sunat”, berasal dari bahasa Arab yang secara literal berartimemotong.
2

Maksud khitan di sini adalah pemotongan sebagian dari organ kelamin. Pada laki-laki,pelaksanaan khitan
dilakukan dengan cara memotong kulit yang menutup kepala penis (

hasyafah

),sedangkan khitan pada perempuan dilakukan dengan cara memotong bagian paling atas (kelentit) dari

JURNAL STUDI GENDER & ANAK

Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto

YINYANG

ISSN: 1907-2791Vol.4 No.2Jul-Des2009 pp.222-233

kemaluan (

faraj

) perempuan. Di atas tempat masuknya penis sewaktu senggama, yang berbentuk seperti biji kurma
atau jengger ayam jago.

Khitan sebagai suatu kegiatan yang telah mentradisi di berbagai belahan dunia dan sampai
sekarangmasih dilaksanakan oleh penganut Yahudi, Islam dan sebagian penganut Kristen, ternyata
bermula padatradisi Nabi Ibrahim AS. Dialah orang yang pertama kali dikhitan. Dalam hadis shahih
dinyatakan, NabiIbrahim AS dikhitan saat berusia 80 tahun. Hal ini diterangkan dalam hadis Rasulullah
SAW yangdiriwayatkan dari Abu Hurairah:

Artinya:

“Nabi Ibrahim AS, kekasih Tuhan yang maha Pengasih melakukan syari’at khitan adalah umurnya
melampaui 80 tahun,dan dia melaksanakan khitan tersebut di (atau) dengan qadum”

(HR. Bukhari).

Hadis di atas menerangkan bahwa Nabi Ibrahim melakukan khitan dengan

qadum

. Kata inimenimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang mengatakan tanpa

tasydid

yang berartinama tempat di daerah Syam. Sementara itu, ada ulama yang mengatakan dengan

tasydid

, yaitu alatyang dipakai oleh para tukang kayu yang lebih dikenal dengan kapak (Ibn Qayyim, 2001:
125).Alwi Shihab dalam kumpulan tulisannya yang berjudul

Islam Inklusif,

menjelaskan bahwa NabiIbrahim AS melakukan khitan sebagai simbol dan pertanda ikatan perjanjian
suci (

mistaq

) antara diadengan Allah. Sementara itu, bagi penganut Koptik Kristen dan Yahudi, khitan itu bukan
hanya sebagaisuatu proses bedah kulit bersifat fisik semata, tetapi juga menunjuk arti dan esensi
kesucian. Khitan jugamelambangkan pembukaan tabir kebenaran dalam ikatan perjanjian suci yang
diikat antara Allah SWTdan Nabi Ibrahim AS, yang kemudian diikuti oleh para pengikutnya. Selanjutnya,
merekamempertautkan antara khitan dan izin pembacaan kitab suci Taurat. Hal ini menandakan
bahwasebelum mendapat “kartu pengenal” atau “stempel Tuhan” berupa khitan untuk izin memasuki
suatudaerah, ia tidak diperkenankan memasuki kawasan suci Kalam Ilahi dalam rangka perjumpaan
denganTuhan sehingga ia melakukan dan mendapatkan simbol ikatan suci tersebut.

Hal ini tidak ubahnyadengan pembaptisan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen. Menurut mereka,
mencelupkan anak-anak ke dalam air pembaptisan itu berarti telah menyucikan anak-anak tersebut dan
resmi menjadipengikut Nasrani.Tradisi khitan juga diberlakukan terhadap kaum perempuan Yahudi pada
masa itu. Tujuannyasama, yaitu mengikat perjanjian suci seperti kaum laki-lakinya karena agama
Ibrahim diturunkan untuklaki-laki dan perempuan. Dalam rekaman sejarah, perempuan yang pertama
kali dikhitan adalah SitiHajar. Menurut satu riwayat,ketika Siti Sarah memberikan izin kepada Nabi
Ibrahim AS untukmenikahi Siti Hajar kemudian Siti Hajar hamil, Siti Sarah cemburu dan bersumpah
akan memotong
tiga bagian dari tubuh Siti hajar. Kemudian Nabi Ibrahim AS menyarankan Siti Sarah untuk melubangiked
ua telinga dan menyunat Siti Hajar.

Demikianlah awal mula praktek khitan di masa Nabi Ibrahim AS. Pelaksanaan khitan itu terus-menerus
dilakukan oleh para rasul dan pengikut mereka dari satu generasi ke generasi berikutnya
hinggasekarang.Para peneliti yang bekerja dalam ilmu antropologi telah menemukan data bahwa
praktek khitantelah populer di masyarakat Mesir Kuno. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya mumi
perempuanabad ke-16 SM yang memiliki tanda

clitoridectomy

(pemotongan yang merusak alat kelamin perempuan).Bahkan, pada abad ke-2 SM, khitan perempuan
dijadikan sebagai acara ritual dalam proses perkawinan.

Dalam

Revolusi Seksual Perempuan Obstetri

dan

Ginekologi dalam Tinjauan Islam

karya Hassan Hathout

JURNAL STUDI GENDER & ANAK

Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto

YINYANG
ISSN: 1907-2791Vol.4 No.2Jul-Des2009 pp.222-233

disebutkan bahwa pelaksanaan khitan perempuan telah berlangsung lama sebelum kedatangan
Islam,terutama di lembah Nil, yaitu Sudan, Mesir dan Ethopia.

Selain itu, banyak penelitian-penelitian lain yang menunjukkan bahwa khitan telah ditemukan
pada bangsa pengembara, yakni bangsa Semit, Hamit dan Hamitoid di Asia Barat Daya dan Afrika
Timur, beberapa bangsa Negro di Afrika Timur dan Afrika Selatan, serta Indonesia. Di Indonesia,
benda kunosebelum datangnya Islam dari Jawa Tengah yang tersimpan di Museum Batavia
memperlihatkan zakaryang telah dikhitan. Demikian pula tradisi khitan yang dilakukan oleh suku Badui
(suku Sunda asli)menunjukkan bahwa khitan telah ada sebelum Islam datang.

C BENTUK DAN TUJUAN KHITAN

Khitan laki-laki yang telah membudaya di berbagai belahan dunia, dilaksanakan dalam bentuk
yanghampir sama di semua tempat, yaitu pemotongan kulup penis (kulit kepala zakar) laki-laki.

Adapunkhitan bagi perempuan dilakukan secara berbeda untuk masing-masing tempat. Ada yang hanya
sebatasmembasuh ujung klitoris, ada yang membuang sebagian klitoris, dan ada yang membuang
seluruhklitoris, bahkan ada pula yang sampai memotong

labia minora

(bibir kecil vagina) kemudian menjahit

labia majora

(bibir luar) setelah terlebih dahulu membuang seluruh klitoris. Tiga bentuk yang terakhir,lebih sering
diistilahkan dengan

Female Genital Mutilation

(FGM).

Female Genital Mutilation

, menurut Nahid Tolibia dalam bukunya

Female Genital Mutilation: a Call forGlobal Action,

dapat dikategorikan menjadi dua (Nahid Toubia, 1993: 55):


1.Clitoridectomy,

yaitu menghilangkan sebagian atau lebih alat kelamin luar. Yang termasuk dalam kelompok
iniadalah:a.menghilangkan sebagian atau seluruh klitoris,
dan b.menghilangkan klitoris dan sebagian bibir kecil vagina (

labia minora

);

2.Infibulation,

yaitu menghilangkan seluruh klitoris serta sebagian atau seluruh

labia minora,

kemudian

labia minora

dijahit dan hampir menutupi seluruh vagina. Bagian yang terbuka hanya disisakan sedikit untuk
pembuangan darahmenstruasi, yang kadangkala hanya sekecil kepala batang korek api atau ujung
kelingking. Jika perempuan tersebutmenikah dan akan bersenggama (

sexual intercouse

), maka kulit tersebut dipotong atau dibuka kembali.Khitan secara umum, baik untuk laki-laki maupun
perempuan, tentu memiliki tujuan dan maknatersendiri. Menurut sebagian antropolog, khitan
dilaksanakan untuk membedakan satu golongan dengangolongan lain, seperti halnya bangsa Sudan yang
cenderung mentatopipi atau cenderung memotongsalah satu gigi mereka. Sebagian lain berpendapat
bahwa khitan dilakukan untuk menolak sihir.Sebagian lagi mengatakan, khitan adalah akidah agama, di
mana seseorang mengorbankan sebagiananggota tubuhnya sebagai tebusan kesucian untuk boleh
mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebagian lain berpendapat, khitan hanya digunakan khusus bagi orang-
orang bangsawan Yunani.

10

Terlepas dari perdebatan para antropolog tersebut, secara medis khitan bagi laki-laki
denganpemotongan kulit kepala penis adalah sangat positif. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pengumpulankotoran dalam kelamin. Khitan juga dimaksudkan untuk memberikan kenikmatan yang
sempurna bagilaki-laki ketika berhubungan badan dengan istrinya. Kepala penis yang berkulup (tidak
disunat) lebihsensitif daripada yang tidak berkulup (disunat). Dengan dibuangnya kulup tersebut akan
memperlama berlangsungnya hubungan seksual (terhindar
dari ejakulasi prematur) sehingga secara optimal laki-laki bisa menikmati pemenuhan kebutuhan
biologisnya. Hal ini sejalah dengan komentar Sayyid Sabiq yangmenyatakan bahwa:
JURNAL STUDI GENDER & ANAK

Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto

YINYANG

ISSN: 1907-2791Vol.4 No.2Jul-Des2009 pp.222-233

“Khitan untuk lelaki adalah pemotongan kulit yang menutupi ujung kemaluan untuk menjaga agar di
sana
tidak berkumpul kotoran, mudah dibersihkan ketika kencing, dan agar tidakmengurangi kenikmatan dala
m bersenggama.”

11

Di sisi lain, khitan bagi perempuan belum ditemukan keuntungannya secara medis. Selama ini,praktek
pemotongan alat kelamin perempuan tidak terlepas dari makna kultural yang
mempengaruhinya.Adanya mitos bahwa perempuan adalah makhluk nomor dua yang tak pantas untuk
mengekspresikankebutuhan seksualnya. Hal ini menjadikan khitan perempuan sebagai salah satu cara
untuk meredamdan mengebiri kebutuhannya itu.Menurut mitos-mitos yang dipercayai oleh masyarakat,
perempuan tidak berhak menikmatikepuasan seksualnya. Kepuasan seksual perempuan hanyalah
sebagai pelengkap kepuasan seksual laki-laki. Ini berarti bahwa perempuan tidak perlu dirangsang atau
tidak perlu bergairah, apalagi menikmatiorgasme. Untuk itulah, praktek khitan yang memotong klitoris
sebagai organ seks perempuan yangpaling sensitif dari rangsangan, dan memindahkan daerah erogen
dari muka (klitoris) ke bagian yangtersembunyi (liang vagina) menjadi dibenarkan. Ini dimaksudkan agar
perempuan mampu memberikepuasan seksual kepada pasangan hidupnya.Praktek

infibulation

yang membuang klitoris serta menjahit

labia majora
dengan meninggalkan lubangsekecil kepala “korek api” saja dan kemudian harus dibuka kembali ketika
malam pertama perkawinan,tampaknya memiliki muatan mitos bahwa perempuan sebagai pelayan laki-
laki telah siap berkorbandemi suaminya dan membuktikan bahwa dirinya masih suci. Perempuan
tersebut tidak pernahmelakukan persetubuhan sebelumnya, yang dibuktikan dengan belum
rusaknya jahitan

labia majora-

nya.Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pembuangan klitoris dimaksudkan untuk


menyetabilkansyahwat perempuan. Riset akademis menerangkan bahwa pada dasarnya
khitan bermotifkan pencegahanterhadap pelanggaran seksual. Masyarakat Eropa pada abad ke-12 M
menggunakan

chastity belt

(sabukkesucian) untuk mengontrol pelanggaran seksual. Di belahan Timur, khususnya di Senegal,


Mali,Somalia, Sudan, dan Mesir, pencegahan pelanggaran seksual ini dilakukan dengan memotong
bagiantertentu dari kulit organ kelamin perempuan.

12

Khitan perempuan tersebut dilakukan untuk mempersiapkan gadis menjadi dewasa, walaupun
usiapelaksanaannya beragam. Di sebagian masyarakat, khitan perempuan dilakukan lebih awal, yakni
ketikamasih bayi. Sementara itu, di tempat lain, khitan perempuan dilakukan ketika usia perkawinan.
Kira-kirausia 14 hingga 16 tahun yang secara sosial mereka diharapkan telah dewasa.

13

Pelaksanaan khitandemikian sedikit banyak membuat perempuan menyimpan konflik batin. Di satu
sisi, ia harus menerimapenderitaan sebagai bagian kewanitaannya, dan di sisi lain ia ingin
menyenangkan orangtua dankeluarganya agar diterima dan diakui menjadi anggota masyarakat secara
“normal”.

D KHITAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Mengenai hukum khitan, para

fuqaha

berbeda pendapat. Ada yang berpendapat bahwa khitan bagianak laki-laki dan perempuan adalah
wajib. Ada pula yang berfatwa, wajib bagi anak laki-laki saja,sedangkan bagi perempuan bukan wajib
dan bukan pula sunah, melainkan hanya sebagai kehormatan.Wahbah al-Zuhaily, ahli fiqih kontemporer
dari Syiria dalam ensiklopedi fiqihnya,

al-Fiqg al-Islamiwa Adillatuh,

mendeskripsikan perbedaan ulama mazhab tentang hukum khitan sebagai berikut:


“Khitan bagi laki-laki mengikuti madzhab Hanafi dan Maliki, adalah

sunnah mu’akkah

(sunat yang dekat dengan wajib),dan bagi perempuan adalah suatu kemuliaan yang kalau dilaksanakan
dianjurkan tidak berlebihan sehingga tidak
terpotong bibir vagina, agar ia tetap mudah merasakan kenikmatan

jima’

. Menurut Imam Syafi’i, khitan adalah wajib bagi laki-laki dan

READ PAPER

 About

 Blog

 People

 Papers

 Job Board

 Advertise

 We're Hiring!

 Help Center
 Find new research papers in:

 Physics

 Chemistry

 Biology

 Health Sciences

 Ecology

 Earth Sciences

 Cognitive Science

 Mathematics

 Computer Science

 Terms

 Privacy

 Copyright

 Academia ©2018

Anda mungkin juga menyukai