Anda di halaman 1dari 19

ASSALAMUALAIKUM.....

Dwi Liliani EP 1811020006


Ni’matul Khoeriyah 1811020011
Maulida Putri Pangestika 1811020036
Marsa Ariq Atallah 1811020053
Paralisis adalah kondisi lumpuh karena gangguan
saraf yang berperan dalam mengatur gerakan otot
tubuh. Paralisis membuat anggota tubuh tidak bisa
digerakkan. Kondisi ini paling sering dialami oleh
penderita stroke atau orang yang mengalami cedera
saraf tulang belakang.
Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan
pembuluh darah otak, timbul mendadak dan biasanya
mengenai penderita usia45-80 tahun. Umumnya laki-
laki sedikit lebih sering terkena dari pada perempuan.
biasanya tidak ada gejala-gejala prodma ataugejala dini,
dan muncul begitu mendadak (Rasyid & Aoerti Dewi,
2007).
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah
satu dari empat kejadian yaitu sebagai berikut.
 Trombosis Serebral
Arteriosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral
adalah penyebab utama thrombosis serebral yang merupakan
penyebab paling umun dari stroke. Tanda-tanda thrombosis
serebral bervariasi. Sakit kepala adalah onset yang tidak umum.
 Embolisme Serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset
hemiperasis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia
atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung
atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
 Iskemia Serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama
karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke
otak.
 Hemoragi Serebral
a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan perawatan segera.
b. Hemoragi subdural pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Oleh karena itu, periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subaraknoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisme pada area sirkulasi Willisi dan malformasi arteri vena
congenital pada otak.
d. Hemoragi intraserebral adalah perdarahan disubstansi dalam otak,
paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral disebabkan oleh perubahan degenerative
karena penyakit ini menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya
onset tiba-tiba, dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar,
makin jelas defisit neurologic yang terjadi dalam bentuk penurunan
kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
Manifestasi klinis dari stroke secara umum Menurut Soeharto (2002) adalah
sebagai berikut :
 Nyeri kepala yang sangat hebat menjalar ke leher dan wajah
 Mual dan muntah
 Kaku kuduk
 Penurunan kesadaran
 Hilangnya kekuatan (atau timbulnya gerakan canggung) di salah satu bagian tubuh,
terutama di salah satu sisi, termasuk wajah, lengan atau tungkai.
 Rasa baal (hilangnya sensasi) atau sensasi tak lazim di suatu bagian tubuh,
terutama jika hanya salah satu sisi.
 Hilangnya penglihatan total atau parsial di salah satu sisi
 Kerusakan motoric dan kehilangan control volunteer terhadap gerakan motoric
 Gangguan komunikasi seperti : disatria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia
(kerusakan komunikasi/ kehilangan fungsi biacara), apraksia (ketidak mampuan
melakukan tindakan yang dipelajari).
 Gangguan persepsi
 Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
 Disfungsi kandung kemih
Anatomi Fisiologi
 Otak besar (serebrum)
Otak besar terdiri dari dua
hemisfer serebri, korpus kolosum
dan korteks serebri. Masing-
masing hemisfer serebri terdiri
dari lobus frontalis yang
merupakan area motorik primer
yang bertanggung jawab untuk
gerakan-gerakan voluntar, lobus
parietalis yang berperanan pada
kegiatan memproses dan
mengintegrasi informasi sensorik
yang lebih tinggi tingkatnya, lobus
temporalis yang merupakan area
sensorik untuk impuls
pendengaran dan lobus oksipitalis
yang mengandung korteks
penglihatan primer, menerima
informasi penglihatan dan
menyadari sensasi warna.
 Otak kecil (serebellum)
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan
ditutupi oleh duramater yang menyerupai atap tenda yaitu
tentorium, yang memisahkannya dari bagian posterior
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai pusat refleks
yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot,
serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
 Batang otak
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah
medula oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah)
a. Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting
untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk,
menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
b. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada
jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri
dan serebelum.
c. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang
berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf
asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran
dan penglihatan.
Patofisiologi
 Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa atau hematom yang menekan jaringan
otak dan menimbulkan oedema di sekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intra cerebral sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, sub kortikal, nukleus
kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi
kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding permbuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
 Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau
AVM. Aneurisma paling sering didapat pada
percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan
pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam
ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya
arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid
mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku
kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral.
Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah
timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-
9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-
bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang
subarakhnoid.Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi
otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya
cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak
walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 %
dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi
serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi
O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
Pemeriksaan Penunjang
 Angiografi Serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
 Lumbal Pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
 CT Scan
Pemeriksaan diagnostik obyektif didapatkan dari Computerized Tomography
scanning (CT-scan). Menurut penelitian Marks, CT-scan digunakan untuk mengetahui
adanya lesi infark di otak dan merupakan baku emas untuk diagnosis stroke
iskemik karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Pemeriksaan ini
mempunyai keterbatasan, yaitu tidak dapat memberikan gambaran yang jelas pada
onset kurang dari 6 jam, tidak semua rumah sakit memiliki, mahal, ketergantungan
pada operator dan ahli radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk
pemeriksaan rutin skirining stroke iskemik. (Widjaja, Andreas., dkk. 2010)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan sistem motorik ekstremitas atas
Inspeksi
 Carilah posturing tubuh yang abnormal.
 Carilah gerakan abnormal seperti tremor, fasikulasi, distonia, atesosis.
 Lakukan pemeriksaan tangan, lengan, dan lengkung bahu untuk menilai ukuran,
bentuk, serta kesimetrisannya.
Palpasi
 Dengan cara meraba bagian ekstremitas atas, untuk mengetahui ukuran normal,
kekuatan otot, palpasi urat nadi adanya benjolan, pembengkakan atau tidak.
Pemeriksaan sistem motorik ekstremitas bawah
Inspeksi
 Carilah deformitas pada kaki.
 Carilah posturing yang abnormal.
 Carilah fasikulasi.
 Lakukan pemeriksaan otot tungkai untuk menilai ukurang, bentuk, dan
kesimetrisannya, anda dapat pula mengukur lingkaran kuadriseps atau betis.
Palpasi
 Dengan cara meraba bagian ekstremitas bawah, untuk mengetahui bentuk dan
ukuran normal atau tidak, palpasi nadi memeriksa adanya benjolan, pembengkakan
atau tidak.
Nilai Normal
Pola sinergis Ekstermitas atas Ekstermitas bawah
Fleksor sinergis Scapula: elevasi dan Pelvis: elevasi dan
retraksi retraksi
Bahu: abduksi, eksorotasi Panggul: fleksi, eksternal
(endorotasi) rotasi
Siku: fleksi Lutut: fleksi
Lengan bawah: supinasi Pergelangan kaki: dorsi
(ptonasi) fleksi dalam supinasi
Pergelangan tangan: fleksi Jari-jari: ekstensi, dalam
keadaan spatis jari-jari
fleksi
Jari-jari dan ibu jari: fleksi Ibu jari: ekstensi
dan adduksi
Ekstensor sinergis Scapula: protaksi dan Pelvis: elevasi, retraksi
depresi
Bahu: endorotasi Panggul: ekstensi,
dan adduksi endorotasi, adduksi
Siku: ekstensi

Lengan bawah: pronasi Lutut: ekstensi

Pergelangan tangan: Pergelangan kaki:


sedikit ekstensi atau plantar, fleksi, inversi
fleksi

Jari-jari dan ibu jadi: Jari-jari: fleksi, adduksi


fleksi dan adduksi Ibu jari: ekstensi
Nama tes Nilai normal

Angiografi Serebri

Lumbal Pungsi

CT Scan

Magenetic Imaging Resonance (MRI)

USG Doppler

EEG

Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan Kimia Darah

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan Elektrokardiogram
DAFTAR PUSTAKA
Ariani April Tuti. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta. Salemba Medika
Auryn, V, 2007; Mengenal & Memahami Stroke, Kata Hati, Ar-Ruzz
Media, Sleman, Yogyakarta.
Garrizon, 1995; Dasar-dasar Terapi dan Rehabilitasi Medik, alih bahasa
Anton C. Widjaya, Hipokrates, Jakarta.
Bickley S. Lynn. 2003. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat
Kesehatan. Jakarta. EGC
Pearce C. Evelyn. 2013. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta.
PT Gramedia Pustaka Utama
Rudjianto Achmad. 2014. Macleod Pemeriksaan Klinis Edisi 13.
Singapore. Elsevier
Setiawan, 2002; Assesment pada Penderita Stroke; Pelatihan FT IV:
Optimalisasi Fungsi Senso-Motorik pada Penderita Stroke; Jakarta
Suyono, A., 1992; Gangguan Sensori Motor pada Penderita Hemiplegi
Pasca Stroke, Workshop Fisioterapi pada Stroke, IKAFI Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai