Anda di halaman 1dari 5

MATERI ANTI KORUPSI

Latihan kasus 1

Drs. EM adalah seorang pejabat Eselon III, di sebuah Departemen dan telah ditunjuk
sebagai ketua panitia /penanggung jawab proyek pengadaan barang, di
Departemennya pada tahun anggaran 2006, berdasarkan SK Menteri. Proyek tersebut
senilai Rp 175 M, yang bersumber dari APBN dan bantuan luar negeri sebesar 10%
nilai proyek. Pada akhir tahun anggaran, Hs selaku salah seorang
pemeriksa dari instansi yang berwenang melakukan pemeriksaan keuangan ditugaskan
untuk memeriksa pertanggungjawaban keuangan pengadaan barang yang telah
dilakukan Drs EM. Pada saat melakukan pemeriksaan, Hs menemukan adanya
sejumlah indikasi penyimpangan dalam proses pengadaan yang mengakibatkan
timbulnya kerugian negara, yang dinilai sebesar Rp 6 M. Drs EM yang mengetahui hal
itu, lalu berusaha melakukan beberapa kali pendekatan kepada Hs, dengan cara antara
lain mengajak makan di Hotel “Artharini”, dan menawarkan uang sebesar Rp 750 juta
serta menyampaikan keinginannya agar Hs bersedia menghilangkan indikasi
penyimpangan dalam hasil laporan pemeriksaan. Hs melaporkan hal tersebut kepada
Penyidik, yang ditindak lanjuti dengan melakukan perekaman pembicaraan antara G
dengan Hs, tentang proses pemberian uang yang akan dilakukan oleh Drs EM kepada
Hs. Beberapa hari kemudian sesuai dengan rencana, pada saat Drs EM memberikan
uang kepada Hs, di Cafe “ The Green”, Jaksa melakukan penangkapan terhadap
dirinya. Hs melaporkan hal tersebut kepada Penyidik, yang ditindak lanjuti dengan
melakukan perekaman pembicaraan antara G dengan Hs, tentang proses pemberian
uang yang akan dilakukan oleh Drs EM kepada Hs. Beberapa hari kemudian sesuai
dengan rencana, pada saat Drs EM memberikan uang kepada Hs, di Cafe “ The
Green”, Jaksa melakukan penangkapan terhadap dirinya
MATERI ANTI KORUPSI

Latihan kasus 2.
Dirut BUMN “ Bakti Negari” bernama Ir KW, yang diangkat berdasarkan SK Meneg
BUMN. Pada tahun 2006, ia selaku Dirut telah menjual aset BUMN, yang dipimpinnya,
berupa tanah negara. Aset tersebut dijual kepada FC seluas 50 ha. Sebelum
melakukan transaksi penjualan Ir KW mengadakan beberapa kali pertemuan dengan
FC antara lain tanggal 24 Nopember 2005 di Restauran “Nataboan”, tanggal 5
Desember 2005 di Cafe “Rock n Roll”, dan tanggal 20 Desember 2005 di Hotel
“Horaison”, dari beberapa kali pertemuan tersebut dicapai kesepakatan bahwa Ir KW
akan menurunkan NJOP tanah serta mengatur sistem pembayaran dari FC yang
dilakukan secara bertahap. Ir KW juga meminta agar FC menyertakan 2 perusahaan
pendamping untuk memenuhi syarat formal dalam proses lelang. Ir KW, selanjutnya
mengupayakan penurunan harga NJOP sebesar 10%, sehingga harga tanah tersebut
sesuai dengan kesepakatan harga yang telah dibuatnya dengan FC dan meminta
perusahaan appresial untuk membuat taksiran harga sesuai dengan permintaan. Ir KW
pun mengatur siasat agar penjualan seakan-akan sesuai prosedur dengan cara
membentuk panitia penjualan, dengan terlebih dahulu memberi pengarahan kepada
panitia penaksir harga agar menetapkan harga jual sesuai apa yang ia inginkan, dan
memerintahkan panitia penjualan agar penawaran dibatasi hanya untuk FC dan 2
perusahaan yang diajukan FC serta sistem pembayaran dilakukan secara bertahap.
Perbuatan Ir KW ini pada dasarnya bertentangan dengan SK
Men Keuangan tentang penjualan aset negara dengan prosedur lelang dimuka umum.
Tanggal 16 Januari 2006 terjadi transaksi jual beli aset BUMN berupa tanah, antara
BUMN dengan FC di hadapan Notaris LB dengan harga Rp 125 M, pada hal menurut
SK Meneg BUMN penjualan tanah aset BUMN harus sesuai dengan NJOP dan harga
pasar, sehingga menurut perhitungan, aset BUMN tersebut, harga sebetulnya adalah
Rp 200 M. Dalam proses penjualan aset tersebut FC mentrasfer uang sebesar Rp 15 M
kerekening milik Ir KW di bank “Rindu Bunga” Atas perbuatan Ir KW, negara c.q.
perusahaan BUMN “Bakti Negari” telah dirugikan sebesar Rp 75 M.
MATERI ANTI KORUPSI

Latihan kasus 3.
Seorang anggota DPR-RI bernama JN, mendatangi pejabat departemen mitranya yang
bernama QZ, dan menginformasikan bahwa di departemennya untuk tahun anggaran
2005, ada proyek pengadaan barang berupa 40 buah lokomotif dan 400 gerbong kereta
api penumpang, dan 200 gerbong kereta barang, dan 200 gerbong kereta pengangkut
batubara, yang secara keseluruhan bernilai Rp 5 Trilyun. Untuk itu yang terhormat
tersebut telah meminta kepada pejabat QZ agar dalam pembelian barang-barang
tersebut, menentukan spesifikasi barang-barang, dan ia menujuk PT “ Angin Ribut”
sebagai pemenang tender pengadaan barang, serta mengatur perusahaan-perusahaan
yang pendamping tender. Untuk informasi tersebut yang terhormat JN, dalam beberapa
kali pertemuan dengan QZ mengisyaratkan agar ia diberikan imbalan uang sebesar 1%
dari nilai proyek, disertai ancaman apabila itu tidak dipenuhi maka proyek pengadaan
barang tersebut dibatalkan atau diberi bintang, selain itu JN juga minta kepada PT
“Angin Ribut” agar memberikan dana kepada rekan-rekan satu komisi di DPR QZ
sebagai pejabat Eselon II, memerintahkan anak buahnya yang bertanggung jawab di
bidang pengadaan barang tersebut, untuk melaksanakan segala perintahnya, sejak
mulai pembentukan panitia pengadaan sampai dengan pelaksanaan penjualan dan
penyerahan barang. Dari hasil pemeriksaan instansi yang berwenang memeriksa
keuangan Departemen tersebut diperoleh temuan adanya kerugian negara sebesar Rp
55 M.
MATERI ANTI KORUPSI

latihan kasus 4

Pesta pernikahan Nn Cv dengan Perjaka Mx, usai sudah, bulan madu ke 5 negara
Eropa (Italy, Swedia, Jerman, Perancis, dan Spanyol) segera dijalankan, beaya
perjalanan bulan madu diterima dari relasi orang tua Nn Cv, Bapak Ir. Hr H yang
menjabat Eselon II di suatu Departemen. Selama ini unit kerja Ir. Hr H selalu
melaksanakan proyek proyek dengan nilai yang besar, untuk tahun anggaran 2006,
antara lain proyek pembangunan jalan tol sepanjang 1100 km yang tersebar di 5
propinsi, pembangunan jalan provinsi sepanjang 800 km di 6 propinsi, dan peningkatan
mutu jalan raya sepanjang 600 km di 3 propinsi. Dana untuk pembangunan jalan
tersebut bersumber dari anggaran APBN tahun 2006. Kepada 10 rekanan, yang
melaksanakan pekerjaan tersebut Ir Hr H selalu membantu memberikan informasi
mengenai harga satuan yang ada pada DIP, sehingga ke 10 rekanan itu mendapat
pekerjaan proyek di unit kerjanya. Pada saat menikahkan putrinya, ia memperoleh
angpao berupa cek perjalanan (travellers check), serta Voucher dari beberapa hotel di
Jerman dan Perancis dari rekanan rekanannya sehingga secara keseluruhan mencapai
Rp 950 jt, selain dari sanak saudara dan undangan lainnya. Semua amplop dari rekan,
sanak saudara dan rekanan-rekanan dibuka bersama/dihadapan petugas KPK. Pada
saat diadakan pemeriksaan dari instansi yang berwenang mengadakan pemeriksaan
atas proyeknya, diperoleh adanya temuan-temuan yang mengindikasikan adanya
kerugian negara sejumlah Rp 2 M.
MATERI ANTI KORUPSI

latihan kasus 5
Akhir-akhir ini Ny Atjih VX kelihatan “mengkilat” secara fisik, baik cara berpakaian
maupun make upnya, yang berpengaruh pula pada sikap dan perilakunya yang makin
anggun. VX adalah seorang free lance yang mempunyai kepiawaian antara lain dalam
hal penyetoran pajak ke petugas pajak. Pj adalah PNS, pejabat SKPD Dsr, di Kota JS,
ia seorang bendaharawan proyek tahun anggaran 2008 yang mempunyai kewenangan
sebagai WAPU (wajib pungut pajak). Adapun pajak yang biasa ia pungut antara lain
PPH 21. Pada pertengahan bulan juni 2008, SKPD Dsr ybs didatangi petugas
pajak yang menagih setoran pajak terutang, oleh petugas SKPD MT, ditunjukkan bukti
penyetoran pajak, yang setelah diteliti ternyata bukti itu palsu. Adapun pajak yang harus
disetor sebanyak Rp 23 M (sampai pertengahan tahun 2008). Pada awalnya Pj
menceritakan kepada BM rekannya dari SKPD OR Kota JS, bahwa memegang uang
dalam bentuk tunai yang akan disetor ke petugas pajak. BM menceritakan kepada
rekan lainnya yang bernama VX bahwa BM akan menyetor pajak ke petugas pajak. VX
menawarkan diri membantu mengurus penyetoran pajak, dan karena BM di “iming-
iming” komisi , uang diserahkan kepada VX, dan BM menerima Rp 2 M. Selanjutnya VX
menghubungi rekannya yang bernama AQ untuk membikin SPP (Surat Setoran Pajak)
dan memberikan imbalan Rp 2 M kepadanya (AQ). Dengan sisa uang itu VX
membuat Show room mobil, membeli tanah di daerah JT, dan 2 unit mobil mewah al
Toyota Harier, serta beberapa perhiasan. Sementara itu polisi telah menetapkan Pj,
Hre, bendahara SKPD Mti kota JS, dan Bb staf Bendahara Hre, yang diduga menerima
Rp 700 jt. tersebut senilai Rp 350 jt.dari nilai proyek. Proyek dikerjakan oleh PT “

Anda mungkin juga menyukai