Hood, Mantle, 1982. The Etnomusikologist, New Edition Kent. The Kent State
Universitity Press.
P. Wachsman.
University Press.
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York : The
Kabupaten Samosir
94
Skripsi Jeperson Valerius Silalahi/ 030707016/ L/ Biografi Guntur Sitohang
www.wikipedia.com
95
Curt Sachs dan Erich Von Hornbostel adalah dua ahli organologi alat
penggetar utama dari bunyi yang dihasilkan oleh sebuah alat musik. Selanjutnya
yaitu:
d. Idiofon, di mana penggetar utama bunyi adalah badan atau tubuh dari
alat musik itu sendiri. Contoh adalah gong, symbal, atau alat perkusi.
berdasarkan karakteristik bentuknya yakni: (1) jenis busur; (2) jenis lira; (3) jenis
digolongkan kedalam jenis chordophone, maka penulis akan melihat dari fisik alat
9
Skripsi Jackry Tobing tentang Kajian Organolog Gambus
29
1. Chordophone, one or more strings are stretched between fixed points
Kordopon yang memiliki satu senar atau lebih yang direnggangkan antara
suaranya.
4. Handle lute, yaitu lute yang dipegang. Hasapi ini dimainkan dengan
menggunakan tangan.
5. Long neck lute, yaitu lute yang berleher. Secara fisik hasapi ini memiliki
leher panjang, dimana leher sebagai papan jari (finger board) dengan letak
6. Plucked instrument, yaitu alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik
dan secara teknis dipetik dengan menggunakan jari tangan kanan dan
7. Fretless, yaitu alat musik hasapi ini tidak memiliki batas pemisah pada
10
ibid
30
Untuk membahas bagian konstruksi ini, penulis mengacu pada Hasapi
1
2
6
5
31
7
Keterangan:
1. Kepala (ulu) Hasapi adalah bagian paling atas tempat kupingan Hasapi.
hasapi.
dengan ukuran jengkal. Karena tidak adanya kesamaan panjang jengkal pada
setiap tukang, maka saat ini kita dapat menemukan hasapi dengan bermacam-
32
macam ukuran. Ukuran dan bagian-bagian hasapi yang penulis paparkan berikut
70 cm
Gambar-2.
Ukuran Panjang Hasapi
(Dokumentasi Penulis, 2015)
10 cm
3 cm
Gambar- 3.
Ukuran Bagian
33
Kepala hasapi
(Dokumentasi Penulis, 2015)
25 cm
5,5 cm 3 cm
Gambar-4.
Ukuran Bagian Leher
(Dokumentasi Penulis, 2015)
28 cm
10 cm
34
Gambar 5:
Ukuran Bagian Perut
(Dokumentasi Penulis, 2015)
35
4 cm
3,5 cm
Gambar 6 :
Ukuran Bagian Ekor
(Dokumentasi Penulis, 2015)
teknologi yang semakin maju saat ini sudah menggunakan beberapa peralatan
mesin untuk membantu meringankan dalam proses pembuatannya agar lebih cepat
dan efesien dalam waktu pengerjaannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai
36
3.4.1 Bahan baku yang digunakan
Menurut Guntur Sitohang kayu jior menjadi kayu yang menjadi pilihan utama
untuk membuat hasapi karena daya tahan maupun suaranya menghasilkan kualitas
yang bagus. Kelebihan kayunya menurut beliau kuat dan tidak mudah retak
(berbulu). Kayu jior diperoleh dengan cara memesan/membeli kepada orang yang
biasa menjual kayu. Biasanya kayu yang dipesan sudah mempunyai ukuran untuk
membuat hasapi.
Gambar 7 :
Batang Kayu jior
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
37
Bahan ini terbuat dari kayu nangka dan dibentuk seperti kupingan gitar.
Alat ini berfungsi untuk menyetel tinggi rendahnya nada hasapi. Alasan
dipilihnya kayu nangka yang berbeda dengan kayu badan hasapi karena untuk
membuat kupingan tidak boleh sama dengan badan, selain itu kayu nangka juga
Gambar 8 :
Kupingan (Setelan)
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
Dahulu menggunakan tali riman. Namun karena tali riman terbuat dari
ijuk pohon aren dan sangat mudah putus kemudian digantilah dengan
menggunakan tali rem sepeda. Tetapi di masa sekarang sudah menggunakan senar
38
Gambar 9 :
Senar gitar untuk Hasapi
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
Bahan ini terbuat dari tanduk kerbau yang berfungsi untuk mempermudah
Gambar 10 :
Pick
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
3.4.1.5 Bahan Pembuat Tutup Perut
39
Bahan ini terbuat dari kayu ingul. Alasan kenapa harus berbeda dengan
kayu badan hasapi adalah agar suara yang dihasilkan lebih nyaring dan bagus.
Gambar 11 :
Kayu ingul
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
3.4.2.1 Lem
Lem ini berfungsi sebagai alat perekat, yang akan menempelkan bahan
penutup pada permukaan bagian depan hasapi. Lem yang banyak dipakai ialah
40
Gambar 12 :
Lem
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
3.4.2.2 Kaca
Kaca yang digunakan adalah kaca yang biasa. Alasan digunakannya kaca
adalah mempermudah dalam permainan hasapi tersebut (biar licin). Ukuran tebal
41
Gambar 13 :
Kaca
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
Minyak makan digunakan pada tahap finishing yang diolesi pada seluruh
bagian hasapi agar mendapatkan warna yang bagus. Minyak yang digunakan
Gambar 14:
Minyak makan
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
42
3.4.2.4 Karet ban dalam
Karet ini digunakan sebagai pengikat dalam merekatkan tutup perut bagian
depan hasapi.
Gambar 15:
Karet Ban
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
3.4.2.5 Paku
Paku digunakan untuk menyangga senar pada bagian atas dan bawah.
Gambar 16
paku
(Dokumentasi: Penulis, 2015)
43
3.4.2.6 Kain
Gambar 17
Kain
( dokumentasi penulis, 2015 )
3.5.1 Pahat
Pahat adalah alat berupa bilah besi yang tajam pada ujungnya untuk
melubangi resonator.
44
Gambar 18
Pahat
( Dokumentasi Penulis, 2015)
3.5.2 Gergaji
Gergaji ini digunakan untuk memotong bagian bagian hasapi yang akan
dibentuk sebagai bentuk dasar. Terdapat dua jenis gergaji yang digunakan yaitu:
Gambar 19
Gergaji besar
( Dokumentasi penulis, 2015 )
45
Gambar 20
Gergaji kecil
( Dokumentasi penulis, 2015 )
3.5. 3 Ketam
Gambar 21
Ketam
(Dokumentasi Penulis, 2015)
46
3.5.4 Penggaris dan Meteran
kerangkanya, maka digunakan rol meteran. Rol yang digunakan adalah rol yang
Gambar 22
Penggaris
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 23
47
meteran
(Dokumentasi Penulis, 2015)
yaitu pisau kecil yang tajam dan runcing. Seiring perkembangan zaman, Guntur
Sitohang sudah menggunakan bor listrik yang digunakan untuk membuat lubang
Gambar 24
Bor Listrik
(Dokumentasi Penulis, 2015)
3.5. 6 Beliung
Beliung digunakan untuk tahap awal proses perapian pola dasar dan
pengkerokan lubang resonator/perut hasapi. Dalam hal ini beliung yang digunakan
48
Gambar 25
Beliung
( Dokumentasi Penulis, 2015)
3.5.7 Pisau
bantalan senar serta ekor hasapi. Pisau ini juga digunakan untuk melobangi lobang
resonator dibagian belakang hasapi. Pisau ini dalam bahasa batak dinamakan
balati. Pisau ini juga harus memiliki ujung yang runcing dan tajam.
49
Gambar 26
Pisau
(Dokumentasi Penulis, 2015)
3.5.10 Kikir
Alat ini digunakan untuk mengorek bagian-bagian kecil dari hasapi yang
Gambar 27
Kikir
( Dokumentasi Penulis, 2015)
3.5.11 Sigirik
50
Alat ini digunakan untuk melobangi tempat benang pengikat pick yang
Gam
bar
28
Sigiri
k
( Dokumentasi Penulis, 2015)
3.5.13 Martil kayu/attuk-attuk
Digunakan untuk membantu dalam memahat maupun melobangi bagian
hasapi. Dipilihnya martil kayu adalah bahannya yang ringan karena dalam proses
memahat ataupun melobangi hasapi tidak diperlukan tenaga yang kuat untuk
memukul pahat tersebut. Alat ini terbuat dari kayu jior yang sudah dibentuk
Gambar 29
Martil Kayu
( Dokumentasi Penulis, 2015)
51
3.5.14 Telenan (sangkalan)
Digunakan sebagai tumpuan dalam proses pembuatan hasapi (sebagai
alas), karena dibutuhkan alas/tumpuan yang rata agar memudahkan dalam proses
pengerjaan hasapi tersebut.
Gambar 30
Telenan
( Dokumentasi Penulis, 2015)
3.5.15 Kampak
Kampak ini digunakan pada awal proses pembentukan pola hasapi yang
telah dibuat. Alat digunakan untuk mempermudah dalam pemotongan kayu yang
52
Gambar 31
Kampak
( Dokumentasi penulis, 2015 )
mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini kertas pasir yang digunakan
53
Gambar 32
Kertas pasir
( Dokumentasi penulis, 2015 )
3.5.17 Pensil
Pensil ini digunakan pada awal proses pengerjaan yaitu pembentukan pola
dasar untuk mempermudah dalam pemotongan pola.
Gambar 33
Pensil
( Dokumentasi penulis, 2015 )
semua maka selanjutnya adalah proses pembentukan bahan dan dibentuk sesuai
54
desain kerangka konstruksi pada hasapi. Penulis memberi informasi berdasarkan
bentuk dan ukuran sebuah hasapi yang beliau buat. Biasanya hasapi beliau
memiliki ukuran panjang 70 cm. yang terbagi kedalam ukuran, seperti ukuran
kepala mempunyai panjang 26 cm, panjang leher 35 cm, panjang badan 29 cm,
Tabel-1
NO TAHAPAN BAGIAN
PENGERJAAN PENGERJAAN
•
•
1 Tahap I Pemilihan kayu
•
Perendaman kayu di air
•
Penjemuran kayu
Pembentukan Pola Dasar
•
2
Tahap II Proses Pembuatan Lubang
•
Resonator
•
Proses Merapikan Lubang
•
Proses memahat bagian kepala
Proses pemasangan kaca pada
bagian leher
•
•
3 Proses Membuat Kupingan
Memasang Penutup Bagain Perut
Tahap III
55
•
•
4 Proses penghalusan
•
Proses pemasangan senar
Tahap IV Proses pengolesan minyak pada
seluruh badan hasapi
dipilihnya kayu jior karena ketahanan kayu yang dapat bertahan hingga puluhan
tahun walaupun terkena air. Selain itu kayu tersebut tidak mudah dimakan rayap.
Beliau sudah memesan beberapa potong kayu kepada tukang penebang kayu
Pohon jior adalah nama jenis pohon penghasil kayu keras yang termasuk
20 m dengan batang lurus dan pendek, gemang jarang melebihi 50 cm. Pepagan
(kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda, percabangan
melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat. Pohon jior sering ditanam
tanaman tepi atau penghalang angin. Pohon ini kerap ditanam sebagai penaung di
perkebunan teh, kopi atau kakao. Akan tetapi perakarannya yang luas dapat
berpotensi sebagai pesaing tanaman utama dalam perolehan unsur hara dan air.
56
Kayu jior termasuk ke dalam kayu keras dan cukup berat sehingga sering
digunakan dalam pembuatan jembatan dan tiang bangunan. Inilah alasan mengapa
Gambar 34
Pohon Jior (Juhar)
( Dokumentasi penulis, 2015 )
57
Gambar 35
Kayu jior
( Dokumentasi penulis, 2015)
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan suara yang nyaring pada hasapi.
Karena semakin lama kayu direndam dalam air, maka semakin bagus juga suara
yang akan dihasilkan. Dalam proses ini kayu direndam di dalam air selama enam
dalam proses pengerjaannya. Karena jika dalam keadaan kering, kayu ini sangat
58
Gambar 36
Proses perendaman kayu di air
( Dokumentasi penulis, 2015 )
hal ini kayu dijemur selama setengah hari. Alasan kayu dijemur setengah kering
agar memudahkan dalam proses pengerjaan. Karena jenis kayu jior sangat keras
59
Gambar 37
Penjemuran kayu
( Dokumentasi penulis, 2015 )
membuat patron menggunakan pensil dan penggaris sesuai dengan ukuran yang
60
Gambar 38 Gambar 39
Pemotongan kayu Bentuk pola bagian belakang
( Dokumentasi penulis, 2015 ) ( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 40
Bentuk pola bagian depan
( Dokumentasi penulis, 2015 )
kayu setengah kering agar memudahkan dalam prosesnya. Lobang ini terdapat
pada bagian depan perut hasapi. Pada proses ini harus teliti dalam menentukan
ukuran panjang dan lebar lobang serta kedalaman lobang agar tidak tembus ke
61
martil kayu. Pembentukan lobang ini berdasarkan ukuran yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Gambar 41
Proses membuat lobang resonator
( Dokumentasi penulis, 2015 )
62
Gambar 42
Lobang resonator yang telah terbentuk
( Dokumentasi penulis, 2015 )
lobang resonator tersebut. Ketelitian dalam proses ini sangat diperlukan agar
ketebalan sisi kanan dan kiri lobang sama agar mendapatkan hasil yang
63
Gambar 43
Proses merapikan lobang
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 44
Lobang yang sudah rapi
( Dokumentasi penulis, 2015 )
64
3.6.2.3 Proses memahat bagian kepala
bagian ini dipilih pahatan kepala ayam (manuk-manuk). Pada proses ini memiliki
tingkat kesulitan tersendiri. Pemahatan bagian kepala ini menggunakan pisau yang
runcing dan tajam agar serta martil kayu untuk memudahkan pengerjaannya dan
Gambar 45
Proses memahat bagian kepala
( Dokumentasi penulis, 2015 )
65
Gambar 46
Bentuk kepala yang selesai dipahat
( Dokumentasi penulis, 2015 )
menggunakan pisau, kikir dan martil kayu. Untuk menentukan panjang, lebar
serta kedalaman tempat kaca, harus disesuaikan dengan ukuran kaca yang telah
tersedia. Kaca yang tersedia memiliki ukuran dua sisi yang berbeda, yaitu : satu
sisi yang ditempatkan dekat kepala hasapi memiliki lebar 1,7 cm, sedangkan di
sisi yang satu lagi memiliki lebar 2,5 cm. Sedangkan untuk panjang berukuran
Dahulu bahan yang digunakan dalam membuat freed hasapi adalah tanduk kerbau
yang bertujuan agar mempermudah dalam memainkan hasapi (biar licin). Namun,
66
medapatkannya maka digantilah dengan menggunakan kaca. Selain mudah
mendapatkan bahan ini, harganya juga relatif murah. Dalam proses ini digunakan
Gambar 47
Tempat dudukan kaca
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 48
Proses merekatkan menggunakan lem
( Dokumentasi penulis, 2015 )
67
Gambar 50
Kaca sudah terpasang
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Bahan yang digunakan dalam membuat kupingan tidak boleh sama dengan
bahan badan hasapi. Bahan yang digunakan adalah kayu nangka. Bentuk kupingan
ini mirip dengan kupingan gitar yang berfungsi dalam menyetel tinggi rendahnya
nada hasapi. Untuk membuat lobang kupingan digunakan bor listrik. Namun
untuk membuat kupingan digunakan beliung, pisau dan sigirik. Bahan untuk
68
Gambar 51 Gambar 52
Proses melobangi tempat kupingan Lobang kupingan
( Dokumentasi penulis, 2015 ) ( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 53
Kupingan sudah terpasang
( Dokumentasi penulis, 2015 )
69
3.6.3.2 Memasang penutup bagian perut
dibentuk menggunakan beliung dan pisau sesuai dengan lobang resonator yang
telah dibuat sebelumnya. Kemudian setelah didapat bentuk yang sesuai, tutup
diketam agar mendapat ketebalan yang sesuai dengan yang diperlukan/ harus rata
dengan badan hasapi. Dalam proses ini kayu yang digunakan tidak boleh sama
dengan badan hasapi. Hal itu dilakukan agar memperoleh suara yang bagus dari
hasapi tersebut. Dalam hal ini kayu yang digunakan adalah kayu ingul. Dalam
proses ini juga dilakukan pembuatan bantalan senar. Tutup direkatkan ke badan
hasapi menggunakan lem dan diikat dengan karet ban sampai benar-benar lengket.
Setelah itu kemudian dibentuklah pusat hasapi sebagai bantalan senar hasapi yang
dibentuk sedemikian rupa. Setelah pusat terbentuk, maka direkatkanlah paku kecil
senar (agar tidak mengikis bagian kayu). Bagian pusat/bantalan ini haruslah
senyawa dengan tutup agar dapat bertahan lama/ tidak gampang lepas. Kemudian
dibagian atas (antara kepala dan leher) dibuat juga paku agar kayu tidak terkikis
oleh senar hasapi. Dalam proses ini juga dilakukan proses pembuatan pick dan
martil kayu.
70
Gambar 54
Proses membentuk tutup lobang resonator
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 55
Bentuk tutup yang sudah jadi dibentuk
( Dokumentasi penulis, 2015 )
71
Gambar 56
Proses membentuk pusat/ bantalan
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 57
Paku pada bagian pusat/bantalan
( Dokumentasi penulis, 2015 )
72
Gambar 58
Paku pada bagian atas (antara leher dan kepala)
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 59
Lobang resonator di bagian belakang
( Dokumentasi penulis, 2015 )
73
Gambar 60
Proses pembuatan pick
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 61
Pick selesai dibentuk
( Dokumentasi penulis, 2015 )
74
3.6.4 Tahap ke empat
mengunakan kertas pasir dengan jenis sedang (tidak halus, tidak kasar). Hal ini
Gambar 62
Proses penghalusan menggunakan kertas pasir
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Hasapi memiliki dua senar. Senar yang digunakan adalah senar gitar.
Awalnya senar dimasukkan melalui pusat hasapi yang telah dilobangi. Kemudian
senar ditarik ke arah atas tempat kupingan dan dimasukkan ke dalam kupingan
yang telah diberi lobang. Kemudian sisa senar dililitkan dibagian kupingan.
Proses ini sama dengan proses pemasangan senar pada gitar. Dalam proses ini
juga dilakukan penyetelan nada dasar hasapi yaitu senar 1= mi sedangkan senar
75
Gambar 63
Proses memasang senar di kupingan
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 64
Proses penarikan senar ke kupingan hasapi
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Setelah senar dipasang dan distel, maka tahap selanjutnya adalah proses
pengolesan minyak pada seluruh permukan luar hasapi. Dari kepala sampai ekor
76
tidak luput diolesi minyak. Dalam proses pengolesan minyak dilakukan
menggunakan kain. Hal ini dilakukan agar warna hasapinya semakin menarik.
Selain itu pengolesan minyak bertujuan untuk menghindari dimakan rayap dan
Gamb
ar 65
Gambar 66
foto sebelum diolesi minyak Proses pengolesan minyak
77
( Dokumentasi penulis, 2015 ) ( Dokumentasi penulis, 2015 )
Gambar 67 Gambar 68
Setelah diolesi minyak Hasapi telah selesai
( Dokumentasi penulis, 2015 ) ( Dokumentasi penulis, 2015 )
78
BAB IV
Pada bab ini, penulis mendiskusikan kajian dari hasapi. Penulis akan
perawatan, nada yang dihasilkan, eksistensi, fungsi, dan nilai ekonomi pada alat
musik hasapi.
Menurut beliau, awal mula belajar hasapi adalah melihat orang bermain
beberapa tahap dalam proses pembelajarannya yakni teknik dasar, teknik bermain
melodi dan teknik pengembangan melodi. Teknik dasar untuk bermain hasapi
sebelum selanjutnya bermain dengan nada yang dihasilkan hasapi adalah posisi
jari tangan kiri menekan senar sedangkan tangan kanan memainkan kedua senar
adalah teknik menghasilkan nada. Nada-nada yang dihasilkan oleh sebuah hasapi
didapatkan dengan cara menekan senar pada papan jari (finger board) yang dalam
79
bahasa batak dinamakan latak. Hanya saja untuk alat musik hasapi tidak memiliki
freet seperti yang ada pada alat musik gitar, jadi si pemain harus
Tahapan ini adalah tahapan yang membutuhkan waktu relatif lama bagi seorang
memainkan seluruh nada yang dihasilkan oleh hasapi. Proses belajar yang
dilakukan oleh beliau agar mempelancar gerak jari, dibutuhkan teknik penjarian
(fingering) dengan tangga nada yang ada pada hasapi. Proses ini agar si pemain
nantinya mudah untuk mengingat dimana letak–letak nada pada saat memainkan
sebuah lagu. Alat musik hasapi juga memiliki tangga nada Mayor dan Minor sama
halnya dengan alat musik petik pada gitar, namun harus dengan merubah steman
hasapi.
penghayatan lagu, agar repertoar yang dimainkan sesuai dengan tuntutan lagu.
Dalam hal ini pengambilan nada pada hasapi adalah nada do (memetik
senar dua tanpa menekan) dan mi (memetik senar satu tanpa menekan). Untuk
mendapatkan nada yang semakin tinggi maka titik senar yang ditekan jari semakin
mendekati pusat senar dan untuk mendapatkan nada yang semakin rendah maka
80
Hasapi tidak memiliki pembatas nada (fret) pada papan jarinya, sehingga
6 5 4 2
3 1
Gambar 69
Jarak nada pada senar satu
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Keterangan :
1. E-F = 4 cm
2. F-G = 3 cm
3. G-A = 3 cm
4. A-B = 3 cm
5. B-C = 3 cm
6. C-D = 4 cm
81
6
5
4 3 2 1
Gambar 70
Jarak nada pada senar dua
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Keterangan :
1. C-D = 4 cm
2. D-E = 4 cm
3. E-F = 3 cm
4. F-G = 3 cm
5. G-A = 3 cm
6. A-B = 3 cm
82
Foto 71
Penulis sedang memperhatikan Guntur Sitohang bermain hasapi
( Dokumentasi penulis, 2015 )
hasapi, jari (kecuali ibu jari) menekan senar leher hasapi pada bagian depan.
Sedangkan ibu jari menekan leher bagian belakang sekaligus menyangga hasapi
agar tetap pada posisi yang nyaman untuk dimainkan. Tangan kanan diletakkan di
perut hasapi dan siku tangan kanan dibagian bawah ekor hasapi untuk menyangga.
Jari telunjuk dan ibu jari memegang piltik/pick (sejenis alat bantu yang berfungsi
untuk memetik senar hasapi) sedangkan jari yang lain diposisikan di bawah badan
83
Foto
72
Guntur Sitohang sedang bermain hasapi
( Dokumentasi penulis, 2015 )
Untuk memainkan hasapi diperlukan teknik yang tepat agar si pemain bisa
tidak jauh berbeda dengan bermain gitar pada umumnya yaitu jari kiri (telunjuk,
tengah, manis, kelingking) menekan senar untuk memainkan melodi dan jari
kanan (telunjuk dan ibu jari memegang pick,) untuk memetik senar. Selain itu
juga ada tekhnik dalam membuat suara seperti fibra. Teknik ini dilakukan dengan
perut. Karena dalam teknik bermain hasapi yang benar, lobang resonator belakang
ditempelkan ke perut si pemain. Hal ini dilakukan agar dapat melakukan teknik
84
naluri musical si pemain juga sangat penting. Apabila perasaan si pemain
membawakan lagu dengan penghayatan sesuai tema dan kontekstual lagu, maka
permainan, semakin baik kualitas instrument hasapi yang digunakan, maka faktor
menyimpan hasapi ditempat yang kering agar suara tetap nyaring (tidak sengau).
Selain itu, hasapi tidak bersentuhan langsung dengan sinar matahari agar suara
tidak menjadi “cempreng”. Ketika hasapi tidak dipakai lagi, kendorkan kedua
senar. Cara ini berfungsi agar bantalan senar hasapi tidak cepat rusak dan leher
open string
do senar 2
mi senar 1
85
Dalam hal ini juga ada cara menghasilkan nada variasi yang dinamakan manggotil
(seperti mencubit senar menggunakan jari kelingking). Biasanya hal ini dilakukan
oleh para pemain yang sudah handal. Cara ini memberikan kesan nada-nada yang
Wilayah nada adalah jangkauan nada dari nada terendah sampai nada
tertinggi dalam satu lagu. Untuk mengetahui nada-nada yang dihasilkan hasapi
buatan Guntur Sitohang, penulis akan menyertakan materi lagu yang hasil
transkripsinya dapat dilihat dalam bentuk visual di bawah ini. Lagu yang
dimaksud adalah repetoar lagu Sibunga Jambu?. Alasan penulis memilih lagu ini
adalah karena lagu ini sering dimainkan oleh pemain hasapi pemula dan
merupakan lagu tradisi yang sangat dikenal oleh para pemusik tradisional Batak
Toba.
86
87
4.8 Fungsi Musik Hasapi
Dalam menuliskan fungsi hasapi, maka penulis mengacu pada teori Alan
human action: function concern the reason for its employment and particulary the
menitikberatkan pada masalah situasi atau cara yang bagaimana musik itu
kebutuhan manusia itu sendiri. Penulis juga menuliskan beberapa fungsi hasapi
sebagai tujuan dan akibat yang timbul dari penggunaan yang telah disebutkan di
atas, maka dapat ditelusuri melalui fungsi-fungsi antara lain sebagai berikut.
10 fungsi yaitu :
3. Fungsi Hiburan
4. Fungsi Komunikasi
5. Fungsi Perlambangan
88
10. Fungsi Pengintegrasian masyarakat
Dalam hal ini hasapi dapat dimainkan sebagai ungkapan isi hati si pemain.
Misalnya jika keadaan hati si pemain sedang sedih, dapat memainkan hasapi
Fungsi ini memiliki arti sebagai media hiburan yang dapat disajikan
89
4.8.5 Fungsi perlambangan
untuk ikut dalam suasana lagu yang dimainkan. Misalnya mengajak orang yang
berjoget.
anaknya dalam bentuk permainan hasapi. Dengan memainkan lagu yang berisikan
podah/ nasehat. Misalnya si anak mau merantau, orangtua akan memberi nasehat
yang sakral. Misalnya dalam ritual mangokkal holi (memindahkan tulang belulang
90
4.9 Nilai Ekonomi Pada Hasapi
pembuat hasapi. Disamping untuk tetap melestarikan alat musik tradisional Batak
Toba, para pengerajin juga dapat memperoleh keuntungan baik secara materil dan
dikenal oleh orang lain bahkan dapat diekspos ke berbagai media. Walaupun
pekerjaan ini tidak menjanjikan dari segi materi, namun dapat memberi dampak
yang positif yaitu tetap menjaga agar kelestarian dari hasapi tersebut dan
91
BAB V
PENUTUP
beberapa kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang penulis lakukan..
5.1 Kesimpulan
sistem musikal di setiap etnis di dunia ini. Berdasarkan Curt Sachs dan Hornbostel
musik yang sumber bunyi utama berasal dari senar atau dawai. Instrumen ini juga
disebut sebaga chordophone dan disebut sebagai long neck lute yang terbuat kayu
yaitu alat musik yang mempunyai leher yang panjang. Terdapat lubang resonator
yang ditutup dengan kayu ingul. Tujuan dari pengklasifikasian alat musik
tersebut. Hasapi Batak Toba tersebut adalah salah satu alat musik yang menjadi
ciri khas masyarakat Batak Toba. Di Sumatera Utara juga banyak terdapat
pengerajin hasapi khususnya di daerah Kabupaten Samosir, namun dalam hal ini
penulis hanya mengacu pada kajian organologi hasapi buatan Guntur Sitohang di
tenaga dan kemampuan keahlian yang beliau punya. Mulai dari pemilihan bahan
baku utama yaitu kayu jior yang digunakan dalam pembuatan gambus tersebut,
beliau sangat telaten dan lebih mementingkan kualitas suara dan ketahanan hasapi
92
yang beliau kerjakan dengan teliti dan penuh kesabaran. Beliau mempunyai kiat –
Dalam proses belajar, seorang peminat yang ingin belajar hasapi dapat
sebelumnya, dan untuk menguasai teknik cepat dalam memainkan melodi, dengan
cara memainkan tangga nada secara berulang-ulang. Agar jari-jari yang digunakan
cepat dalam mengambil posisi pemindahan misalnya, dari senar satu kesenar
5.2 Saran
Kiranya penelitian ini dapat membuka jalan untuk penelitian berikutnya. Adapun
saran yang penulis kemukakan adalah : perlu diadakan pelatihan penelitian hasapi
agar semakin maraknya industry musik tradisional Batak Toba. Pemasaran dan
management yang jelas agar hasapi yang dihasilkan bisa terus berkesinambungan
Pemerintah yang menjadi wadah bagi para seniman-seniman daerah lainnya untuk
lebih menyemangati para pelaku seni. Hal ini bermanfaat untuk kontuinitas dan
93
BAB II
Pada bab II ini penulis akan membahas gambaran umum lokasi penelitian
dan biografi singkat Guntur Sitohang. Namun sebelum membahas topik tersebut,
akan diuraikan lebih dahulu gambaran masyarakat Batak Toba misalnya asal usul
Kata “Batak” tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia yang merupakan
salah satu suku yang terdapat di Indonesia di bagian Sumatera Utara. Etnis Batak
terdiri dari Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Mandailing dan
Batak Toba. 6 Suku Batak sebagian besar secara tradisional bermukim di daerah
admistratif, etnis Batak Toba mendiami daerah Tapanuli Utara. Adanya perubahan
Batak Toba yang terbagi dengan empat Kabupaten di kelilingi etnis Batak
Lainnya.
6
Wikipedia.com
15
2.1.1 Konsep Kepercayaan Masa Pra Kristen : Hasipelebeguon.
kepercayaan kepada dewa- dewa yang ada dalam mitologi orang Batak Toba
seperti, Batara Guru, Ompu Tuan Soripada, Ompu Tuan Mangalabulan, roh
Toba penguasa tertinggi adalah Ompu Mulajadi Nabolon. Hal ini diyakini bahwa
fungsional Mulajadi Nabolon terbagi tiga yang disebut tri tunggal sebagai wujud
kuasa Mulajadi Nabolon, yaitu :Batara Guru, Ompu Tuan Soripada dan Ompu
tempat bertanya dan pemberi talenta. Ompu tuan soripada merupakan sebagai
dewa yang memberi mata pencaharian, kekayaan, kejayaan dan kesusahan bagi
manusia. Sedangkan Tuan Sori Mangaraja adalah dewa yang memberikan ilmu
masyarakat Batak Toba banua (benua) terbagi atas tiga bagian yaitu : Banua
ginjang (benua atas), sebagai tempat bagi Ompu Mulajadi Nabolon. Banua
tonga (benua tengah), sebagai tempat tinggal manusia. Banua toru (benua bagian
bawah), sebagai tempat para roh-roh jahat maupun yang baik. Selain tempat
kediaman Ompu Mulajadi Nabolon, banua ginjang juga menjadi tempat tinggal
16
1964:17). Masyarakat Batak juga percaya bahwa roh dan jiwa juga mempunyai
yakni: tondi, sahala, dan begu. Sesuatu yang sentral dalam praktek
hasipelebeguon adalah apa yang dikenal dengan tondi secara (harafiah berarti
“roh” atau “jiwa”) yang dimiliki manusia hidup, manusia yang sudah meninggal,
dari penggerak tubuh. Tondi ini didapat dari Mulajadi Nabolon baik yang hidup
dan yang sudah mati (Tobing, 1956:97-98). Sahala adalah kekuatan tondi yakni
talenta (Lumbantobing 1992:21). Sahala pada orang Batak Toba percaya bahwa
orang yang hidup dan orang yang sudah mati dapat mengalihkan sahala kepada
orang lain (pedersen1970:29-30). Begu adalah arwah atau roh orang meninggal
yang mendiami suatu tempat, begu dibagi dua yaitu, begu yang jahat
buatan tangan manusia yang dipercayai berhakekat illahi. Berhala itu juga boleh
begu, roh orang mati, arwah yang dianggap dapat bertinggal di tempat angker,
gunung, lembah, sungai dan rumah. Semua kuasa-kuasa ini dibujuk, disembah,
17
Sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba sangat erat kaitannya
dengan istilah “marga” yang merupakan nama dari nenek moyang yang selalu
adalah suatu tata cara yang mengatur hubungan sosial kemasyarakatan. Sistem
secara harafiah dalam bahasa Indonesia disebut sebagai “tungku yang tiga”.
Nabolon dengan menurunkan kepada dewa yang tiga yakni: Batara Guru sebagai
simbol dari hula-hula, Debata Soripada simbol dari dongan sabutuha dan Debata
kedudukan tertinggi dalam sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba. Hal ini
dapat kita lihat dalam posisi dalam suatu acara dan penghormatan yang
diberikan. Hula-hula merupakan status sebuah marga pemberi istri bagi marga
lain. Sedangkan status boru merupakan pihak marga yang mengambil istri dari
pihak hula- hula. Istilah dongan sabutuha untuk menunjukkan sistem kekerabatan
yang sederajat. Biasanya untuk menyatakan hubungan dalam satu marga yang
manat mardongan tubu, elek marboru”. Pengertian dari pepatah ini secara
18
kelemah lembutan dengan boru. Pepatah ini bukan hanya sekedar ungkapan tetapi
dalam adat. Ketika dalam suatu pesta, hula-hula tidak begitu repot karena
dianggap sebagai posisi yang paling di hormati menjadi pemberi berkat dan
restu. Dongan tubu berperan sebagai pihak yang turut bertanggung jawab dan
berdiskusi, dan menjalankan acara. Biasanya istilah untuk dongan tubu dalam satu
acara adat disebut dengan dongan saulaon (teman bekerja). Tidak kalah
pentingnya juga peranan boru dalam satu perayaan acara adat istiadat pada
masyarakat Batak Toba. Dalam setiap upacara adat pihak boru bertanggung-jawab
dalam setiap hal yang sifatnya teknis pada upacara tersebut. Misalnya,
disimpulkan bahwa dalam dalihan na tolu, hula-hula dianggap sebagai pihak yang
kedudukannya paling tinggi, dongan tubu sebagai pihak yang sederajat dan
setiap orang dalam sistem kekerabatan Batak Toba akan berada dalam ketiga
kedudukan tersebut. Artinya seseorang itu akan pernah sebagai hula-hula, dongan
tubu dan sebagai boru. Sehingga tidak akan pernah timbul perbedaan martabat
19
2.2 Sejarah Singkat dan Letak Geografis desa Turpuk Limbong
Pada awalnya wilayah desa Turpuk Limbong, dibangun pada sekitar tahun
1700, oleh seorang marga Limbong yang berasal dari Desa Limbong Sagala yang
berjarak sekitar 8-9 km dari desa tersebut. Lahan yang subur, dan masih kosong
beberapa orang dari sekitar pulau Samosir dan orang-orang sekitar desa Limbong
marga Sihotang dan marga Sagala. Sesuai dengan kesepakatan, mereka membagi
Malau, Turpuk Sagala, dan Turpuk Sihotang. Khususnya, untuk desa Turpuk
Limbong. 7
Kabupaten Samosir. Kecamatan Harian Boho, terdiri dari tujuh dusun (lumban),
7
Wawancara dengan Guntur Sitohang, Nopember 2014 di Desa Turpuk Limbong.
20
Luas keseluruhan desa Turpuk Limbong mencapai 8,75 Km. Wilayah ini terdiri
dari, 56 ha lahan persawahan, tanah kering 80 ha, pekarangan 8 ha, dan 371 ha
lahan bebas. Lahan bebas yang dimaksud yaitu pegunungan yang mengelilingi
desa.
Desa Turpuk Limbong ini didiami sekitar 116 kepala keluarga. Dengan
perincian, jumlah penduduk Desa Turpuk Limbong, sekitar 658 jiwa. Laki-laki
317 jiwa dan wanita 341 jiwa. Infrastruktur yang dapat ditemukan di daerah ini
terdapat satu unit Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), satu unit Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), satu unit Kantor Kepala Desa, satu unit Gereja
HKBP, satu unit Gereja Katolik dan satu unit Sekolah Dasar (SD). Salah satu
keistimewaan desa Turpuk Limbong, yaitu desa ini merupakan salah satu desa
dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan
yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah biografi singkat hanya
mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja
8
ibid
21
Sebuah biografi biasanya menganalisis dan menerangkan kejadian-
kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan
dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal
akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika di dalam biografinya
terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya. Namun demikian
saja.
meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih
hidup. Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur
dewasa, namun ada juaga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-
utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, kliping atau
22
2.4 Biografi Singkat Guntur Sitohang
dari pasangan B. Sitohang dan S. Simbolon. Ia merupakan anak bungsu dari tujuh
orang bersaudara diantara lima anak perempuan dan dua anak laki-laki. Seperti
pada umumnya masyarakat Batak Toba di Samosir, di masa hidupnya orang tua
Guntur Sitohang bekerja sebagai petani dan mengajar di Sekolah Dasar Negeri
tergolong rajin dalam membantu orang tuanya dalam mencari nafkah, Guntur
pengakuannya, hal itu terjadi karena posisisnya sebagai anak bungsu sehingga
2.4.2 Pendidikan
Pada tahun 1948 Sekolah Dasar (SD) masih bernama Sekolah Rakyat
(SR). Hal ini justru terbilang unik sebab di tahun itu untuk pertama kalinya
usia nya pada saat itu sudah memasuki sebelas tahun. Di tahun kedua setelah
duduk di bangku kelas dua, nama sekolah rakyat berganti menjadi Sekolah Dasar
(SD) .
23
Enam tahun menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar , Guntur
Harian Boho. Sekolah Guru Biasa merupakan sekolah kejuruan yang berada satu
tingkat diatas Sekolah Dasar, dimana pada masa itu lulusan SGB dapat menjadi
yang merupakan teman sekolahnya sejak Sekolah Guru Biasa. Pasangan ini
memiliki 11 anak yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 6 orang perempuan ,
yang lahir pada tahun 1964 berdomisili, di Jambi pekerjaan ibu rumah tangga.
Pendidikan terakhir tamat SMA. Anak ke dua beliau bernama Baktiar Sitohang
yang lahir pada tahun 1966. Namun pada usia 42 tahun mengalami sakit dan
Lasnur Maya Sitohang yang lahir pada tahun 1968, berdomisili di Jakarta.
Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan pendidikan terakhir SMA. Anak ke
empat bernama Martogi Sitohang yang lahir pada tahun 1970. berdomisili di
Jakarta dan menjadi seorang musisi tradisional Batak Toba yang cukup terkenal.
Etnomusikologi. Anak ke lima bernama Junihar Sitohang lahir pada tahun 1972,
berdomisili di Medan. Anak ini memiliki bakat lengkap yang diwariskan ayahnya
sebagai pemusik dan pembuat alat musik. Pendidikan terakhir adalah SMA. Anak
24
ke enam bernama Rumonang Sitohang yang lahir pada tahun 1976 berdomisili di
Medan dan pendidikan terkhirnya adalah tamatan SMA. Yang berikutnya adalah
Hardoni Sitohang yang merupakan anak ke tujuh yang lahir pada tahun 1978
alat musik tradisional Batak Toba dengan alat musik Barat. Anak ke delapan
bernama Naldy Sitohang yang lahir pada tahun 1980 berdomisili di Jakarta,
Riau. Anak ke sembilan bernama Senida Sitohang yang lahir pada tahun 1982
kesepuluh bernama Martahan Sitohang yang lahir pada tahun 1984 berdomisili di
bernama Elfrida Sitohang yang lahir pada tahun 1987 berdomisili di Desa Turpuk
tradisional Batak Toba. Sejak kecil anak-anak dari Guntur Sitohang tidak pernah
dimanjakan dan dibiasakan hidup mandiri dan juga diajarkan bermain alat musik
tradisional Batak Toba. Sebagai orang Kristen, Guntur Sitohang selalu membawa
25
Sebagai pemusik Batak Toba yang cukup diakui, Guntur Sitohang
mempunyai proses belajar yang cukup panjang. Hal ini terjadi karena disamping
sebagai pemusik beliau juga dikenal sebagai pembuat alat musik. Pembelajaran
tersebut mencakup proses mengenal, melatih diri hingga berkarya tidak hanya
Awal mula beliau mengenal alat musik Batak Toba adalah dimulai pada
masa kanak-kanak. Salah seorang bapatua (abang bapak) dari Guntur Sitohang
yaitu Mangumbang Sitohang adalah salah seorang pemain musik Opera Batak.
Dari sinilah awal mula Guntur Sitohang mencuri kesempatan memainkan alat
bermain alat musik, beliau mulai mencoba membuat alat musik. Dalam hal ini alat
musik pertama yang dibuat adalah sarune etek. Hal ini dikarenakan karena pada
awalnya setiap pertunjukan beliau lebih sering memainkan alat musik sarune etek
alat musik melainkan belajar sendiri. Beliau mencoba membuatnya dengan cara
kemudian beliau mencoba membuat alat musik lainnya seperti sulim, hasapi,
garantung, taganing. Awalnya alat musik yang dibuatnya hanya dipakai orang
dekat ataupun grup Opera Batak dimana beliau juga sebagai anggota didalamnya.
Namun tanpa disadari kualitas dari alat musik yang dibuatnya tergolong
baik dan tahan lama. Hingga akhirnya permintaan untuk hasil karyanya mulai
26
berdatangan dari beberapa grup musik Batak Toba di beberapa daerah di luar
Samosir. Pada umumnya para pemusik tersebut mendapat informasi dari mulut ke
mulut tentang kualitas yang baik dari hasil karya Guntur Sitohang.
Sampai saat ini Guntur Sitohang masih aktif dalam membuat alat musik
namun tidak seaktif dulu. Disamping usianya yang semakin tua, kondisi kesehatan
beliau juga menjadi salah satu faktor yang menjadi penghalang dalam membuat
Pada awal belajar bermain alat musik, Guntur Sitohang belajar bermain
garantung. Beliau belajar bermain garantung dari apa yang dilihatnya karena
belum mempunyai guru yang mengajarinya bermain garantung. Melihat bakat dan
kemauan belajar yang tinggi dari Guntur Sitohang, bapatua nya menghadiahkan
Dukungan inilah yang dimanfaatkan Guntur untuk belajar lebih giat lagi.
mahir memainkan alat musiknya. Bukan hanya garantung saja, bahkan alat musik
Hingga saat ini beliau sudah menguasai seluruh alat musik Batak Toba.
Mulai dari garantung, sulim, hasapi, sarune etek, sarune bolon, taganing, sordam,
tulila, saga-saga dan lain-lain. Bahkan dalam hampir setiap ada acara kebudayaan
Batak Toba yang diadakan pemerintah pusat maupun daerah, beliau selalu
diundang untuk bermain alat musik. Hal inilah yang membuat beliau diberi
27
julukan sebagai guru kesenian, karena selain mahir bermain dan membuat alat
musik, beliau juga pandai mengajar koor (paduan suara). Disamping itu beliau
juga ditunjuk sebagai penilik kebudayaan yang bertugas untuk melihat dan
BAB III
3. 1 Klasifikasi Hasapi
28
BAB I
PENDAHULUAN
Batak Toba merupakan salah satu etnik (suku) besar di Indonesia. Suku
Sumatera Utara sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Menurut cerita, suku
Batak Toba berasal dari daerah yang dinamakan sianjur mula-mula yang berada
terdahulu dari sanalah asal muasal suku Batak Toba menyebar ke pulau lain,
seperti pulau Jawa, pulau Kalimantan, pulau Sulawesi bahkan hampir ke seluruh
pelosok Indonesia. 1
Dalam kebudayaan Batak Toba dikenal dua jenis ensambel musik yang
sering digunakan dalam upacara adat maupun dalam pertunjukkan yaitu: gondang
luar rumah. Sedangkan Gondang Hasapi terdiri dari beberapa instrumen musik,
yaitu: hasapi ende, hasapi doal, garantung, sulim, sarune etek, dan hesek.
didukung oleh musik dan tari, yang fungsinya adalah sebagai media pendukung
1
Hasil wawancara dengan Bapak Guntur Sitohang pada tanggal 6 oktober 2014
1
gagasan, seperti konsep tentang ruang: tangga nada, wilayah nada, nada dasar,
interval, frekuensi nada, sebaran nada-nada, kontur, formula melodi, dan lain-
lainnya. Dimensi ruang dalam musik ini merupakan organisasi suara. Sementara
di sisi lain, musik juga dibangun oleh dimensi waktu, yang terdiri dari : metrum
atau birama, nilai not (panjang pendeknya durasi not), kecepatan (seperti lambat,
sedang, cepat, sangat cepat). Kedua dimensi pendukung musik ini, kadang juga
yang bernama hasapi yang termasuk dalam klasifikasi alat musik kordofon 2.
upacara ritual, upacara adat maupun pertunjukan kesenian musik Batak Toba
Dalam ensambel gondang hasapi, terdapat dua jenis hasapi yaitu hasapi ende dan
hasapi doal. Hasapi ende berfungsi sebagai pembawa melodi sedangkan hasapi
gondang hasapi yaitu sebagai pembawa melodi dan ritem (pembawa ritem
konstan). Berikutnya, tulisan ini akan berfokus pada organologis hasapi Batak
Toba.
Secara fisik hasapi terdiri dari kepala (ulu), kupingan (pinggol), leher
(rungkung), perut (butuha/boltok), pusat (pusok), dan ekor (ihur). Hasapi terbuat
dari bahan kayu, seperti; jior (juhat), pinasa (nangka), atau ingul. Dalam tulisan
ini bahan yang dipakai untuk hasapi adalah kayu jior. Jrnis kayu ini banyak
2
Kordofon merupakan klasifikasi alat musik yang menghasilkan suara melalui senar atau
dawai yang dipetik maupun digesek.
2
tumbuh didaerah Samosir. Dahulu kayu jior digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat rumah adat Batak Toba. Kayu ini memiliki kualitas yang bagus karena
walaupun direndam dalam air dalam jangka waktu yang lama, kayu ini tidak akan
mudah busuk. Namun bahan untuk pembuatan tutup perut bagian depan hasapi
harus berbeda dengan badan hasapi agar suara lebih bagus dan nyaring.
Kemudian membentuk bentuk baku yaitu bagian leher dan perut. Dilanjutkan
dengan melobangi perut depan dan belakang. Selanjutnya membuat ukiran kepala
serta melobangi bagian leher untuk tempat kaca (dibagian gred). Proses
pemasangan senar dan diakhiri dengan mengolesi seluruh bagian hasapi dengan
minyak makan.
Memiliki dua buah senar yaitu tali gitar (tali satu). Namun dahulu hasapi belum
menggunakan tali gitar melainkan tali riman 3. Karena sering putus, kemudian
diganti menggunakan kawat tipis dan sekarang hasapi sudah menggunakan tali
gitar. Hasapi juga memiliki satu lobang resonator suara yang berada dibagian
3
Tali riman merupakan ijuk dari pohon aren.
3
perut belakang. Dibagian kepala terdapat juga ukiran patung kepala manusia atau
kepala ayam.
Hingga saat ini alat musik tersebut masih mempunyai peranan penting
ensambel gondang sabangunan dan gondang hasapi pada upacara adat Batak
Toba sudah mulai jarang ditemui dikarenakan masuknya keyboard, namun alat
musik tersebut masih tetap memiliki peranan penting didalam masyarakat Batak
Nainggolan. Namun dari sekian tempat pembuat hasapi, penulis lebih tertarik
untuk meneliti pembuatan hasapi di daerah Harian Boho oleh Bapak Guntur
Sitohang. Selain karena beliau adalah salah satu seniman Batok Toba yang masih
eksis hingga saat ini, beliau juga merupakam guru kesenian untuk kabupaten
penulis adalah untuk mengkaji organologis hasapi buatan beliau dalam keperluan
penyusunan skripsi, beliau menyambut niat baik penulis dan bersedia menjadi
pembuatan hasapi dikerjakan dengan cara manual, melalui keuletan tangan serta
4
peralatan yang sederhana seperti: pisau, parang, pahat, martil, kertas pasir, paku
membelah kayu.
Satu hal yang membuat penulis tertarik untuk meneliti pembuatan hasapi
buatan Bapak Guntur Sitohang adalah kualitas yang bagus serta ketelitian dalam
sangat diperhatikan. Itulah sebabnya hasapi buatan beliau banyak diminati oleh
para pemain musik tradisional Batak Toba. 4 Tidak hanya membuat hasapi saja,
beliau juga salah satu pembuat uning-uningan Batak Toba yang masih aktif
sampai saat ini. Bahkan dalam pembuatan instrumen musik lainnya, beliau sangat
instrumen musik buatan beliau dibeli oleh orang-orang dari luar pulau Sumatera
bahkan sampai ke Belanda, Jerman, dan Amerika. Sampai saat ini beliau memiliki
beberapa alat musik tradisional buatannya sendiri yang sudah berusia sekitar 30
tahun dan semuanya masih dalam keadaan bagus. (sumber: hasil wawancara
dengan Guntur Sitohang dan melihat langsung hasapi yang sudah berumur 30
tahun).
Hingga saat ini Bapak Guntur Sitohang sudah membuat ratusan instrumen
beliau tetap melakoni pekerjaannya dalam membuat alat musik tradisional Batak
4
Hasil wawancara dengan Tongam Sirait dan beberapa pargoci di Tomok pada tanggal
12 nopember 2014
5
Toba. Hal ini dilakukannya bukan semata-mata untuk mendapatkan uang tapi hal
ini dilakukannya agar alat musik tradisional Batak Toba ini tidak punah.
Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk meneliti,
mengkaji serta menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul: Studi
Sitohang.
2. Bagaimana fungsi alat musik hasapi dalam ensambel gondang hasapi dan
1. Untuk mengkaji proses dan teknik pembuatan hasapi oleh Bapak Guntur
6
1. Sebagai bahan dokumentasi untuk menambah refrensi tentanghasapi Batak
berikutnya
1.4.1 Konsep
penulisan skripsi ini juga harus menggunakan konsep agar semua isi tulisan sesuai
digunakan berhubungan dengan alat musik. Dalam hal ini observasi dan
yang mempelajari tentang instrumen musik (alat musik) yang seharusnya tidak
hanya berbicara tentang sejarah dan instrumen musik itu sendiri tetapi juga harus
7
mencakup hal yang tidak kalah pentingnya seperti teknik memainkan, fungsi
secara musik, hiasan (yang dibedakan dari kontruksi) dan berbagai pendekatan
tentang sosial budaya yang bisa disebut juga “ilmu pengetahuan” musik itu sendiri
(Hood, 1982:124).
Dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa studi organologi hasapi oleh
Dikatakan sebagai alat musik individu karena dapat digunakan sendiri sebagai
sarana untuk menghibur diri. Dikatakan juga sebagai ensambel karena merupakan
pembawa melodi dalam ensambel uning-uningan. Hasapi terbuat dari kayu jior,
kayu nangka yang sudah tua dan kemudian dibentuk menyerupai gitar, bagian
belakang hasapi dikerok tapi tidak sampai tembus kebagian depan kemudian
resonansi suara. Pada bagian ujung dibuat dua lubang sebagai tempat kupingan
(penyetelan senar) dan dibagian perut dibuat bantalan sebagai ganjalan untuk
senar. Dulunya senar hasapi dibuat dari ijuk riman, namun belakangan ini sudah
mulai menggunakan kawat baja ataupun tali gitar. Pada bagian kepala diukir
patung menyerupai kepala manusia (laki-laki) atau kepala ayam jago. Hasapi
memiliki dua senar yang diregang dari kepala hingga ekor melewati leher dan
perut (long neck lute). Hasapi dimainkan dengar cara dipetik seperti gitar dan
termasuk dalam klasifikasi alat musik kordofon yaitu yang menghasilkan suara
8
melalui senar yang dipetik ataupun digesek. Untuk menentukan tinggi rendahnya
nada, senar dapat dikencangkan dan dikendorkan dengan alat putar (kupingan)
1.4.2 Teori
sistematik dalam gejala sosial yang ingin diteliti dan juga merupakan alat dari
ilmu (tool of science). Tanpa teori, penemuan tersebut akan menjadi keterangan-
peranan sebagai: (a) orientasi utama dari ilmu, (b) konseptualisasi dan klasifikasi,
(c) meringkas fakta, (d) memprediksi faktafakta, dan (e) memperjelas celah
kosong. 5
Dalam skripsi ini, penulis akan membahas tentang organologi alat musik
hasapi Batak Toba yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Susumu
Khasima di dalam APTA (Asia Performing Traditional Art, 1978:74), yaitu dua
pendekatan yang dapat dilakukan untuk membahas alat musik, yakni teori
struktural dan fungsional. Secara struktural yaitu aspek fisik instrumen musik,
Di sisi lain, secara fungsional, yaitu : fungsi instrumen sebagai alat untuk
5
Skripsi Beri Pana Sitepu tentang kajian organologi kulcapi
9
memainkan instrumen, penggunaan bunyi yang diproduksi, (dalam kaitannya
Mengenai klasifikasi alat musik hasapi dalam tulisan ini penulis mengacu
pada teori yang di kemukakan oleh Curt Sachs dan Hornbostel (1961) yaitu:
bunyinya. Sistem klasifikasi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu: idiofon,
penggetar utama bunyinya adalah badan dari alat musik itu sendiri, aerofon,
bunyinya adalah kulit atau membran, kordofon, penggetar utama bunyinya adalah
telah dikemukakan oleh Merriam (1964) sebagai berikut. Wilayah ini meliputi
kajian terhadap alat musik yang disusun oleh peneliti dengan klasifikasi yang
biasa digunakan, yaitu: idiofon, membranofon, aerofon, dan kordofon. Selain itu
pula, setiap alat musik harus diukur, dideskripsikan, dan digambar dengan skala
tentang peralatan musik yang dipakai sebagai media ekspresi dari sebuah
kebudayaan (musikal). Hal ini dipertegas lagi dengan pendapat bahwa kajian
etnomusikologi bukan hanya dari aspek yang berhubungan dengan bunyi musikal,
aspek sosial, konteks budaya psikologis dan estetika melainkan juga paling sedikit
10
ada enam aspek yang menjadi perhatiannya. Salah satu diantaranya adalah materi
merupakan bagian dari Etnomusikologi itu sendiri. Pembahasan bidang ilmu ini
meliputi semua aspek yang berkaitan dengan alat musik, seperti bentuk dan
ukuran fisiknya, bahan dan metode pembuatan, cara memainkannya, nada dan
wilayah nada yang dihasilkan serta aspek sosial budaya yang berkaitan. Karena
fisik melainkan termasuk di dalamnya sejarah dan deskripsi alat musik tersebut.
(Hood 1982;124).
terdapat dalam pembuatan alat musik hasapi buatan Bapak Guntur Sitohang
penulis menggunakan tiga tahap yaitu : (1) studi kepustakaan; (2) kerja lapangan;
11
1.5.1 Studi kepustakaan
kepustakaan yaitu dengan membaca bahan yang relevan, baik itu tulisan-tulisan
ilmiah, literatur, majalah, situs internet dan catatan-catatan yang berkaitan dengan
objek penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data relevan untuk
penulisan ini adalah skripsi tentang studi organologi kulcapi (karo) oleh Beri Pana
Sitepu, skripsi analisis gaya permainan hasapi Sarikawan Sitohang oleh Daniel
Limbong.
Bapak Guntur Sitohang yang berada di desa Turpuk Limbong, Kecamatan Harian,
Kabupaten Samosir. Di lokasi penelitian penulis melakukan tiga hal yang telah
terdapat hal-hal baru yang menjadi bahan pertanyaan yang dianggap penting
dalam pengumpulan data. Hal itu dilakukan agar memperoleh keterangan dan data
12
1.5.3 Wawancara
Dalam hal ini penulis terlebih dahulu menyiapkan daftar pertanyaan yang
akan ditanyakan saat wawancara, pertanyaan yang penulis ajukan bisa beralih dari
satu topik ke topik lain secara bebas. Sedangkan data yang terkumpul dalam suatu
wawancara bebas sangat beraneka ragam, tetapi tetap materinya berkaitan dengan
keterangan tidak ada yang hilang. Untuk pemotretan dan perekaman wawancara
merk Canon, di samping tulisan atas setiap keterangan yang diberikan oleh
informan.
13
Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian
Adapun lokasi yang penulis pilih adalah di tempat tinggal Bapak Guntur
Pangururan dan masih berada dalam Kawasan Tele. Daerah ini juga berada persis
di pinggiran Danau Toba. Alasan dipilihnya tempat penelitian ini karena ketelitian
dalam proses pembuatan hasapi yang berbeda dari tempat lain. Karena di tempat
lain ada beberapa pembuat hasapi yang tidak terlalu memikirkan kualitas dari
14
ABSTRAK
Hasapi merupakan salah satu alat musik tradisional Batak Toba yang
senar/dawai yang dipetik ataupun digesek. Hasapi memiliki 2 (dua) senar yang
menggunakan senar gitar?. Alat musik ini memiliki peran sebagai pembawa
melodi, bahannya terbuat dari kayu jior (kayu juhar) atau kayu jenis lainnya spt,
proses dan teknik pembuatan hasapi, cara memainkan serta fungsinya. Metode
yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah berupa penelitian ke
lapangan serta terlibat langsung dalam proses pembuatan hasapi dan melakukan
maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hasapi adalah alat musik petik
3i
STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN GUNTUR
SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN HARIAN
BOHO KABUPATEN SAMOSIR
Skripsi Sarjana
Dikerjakan
O
L
E
H
Gideon Simaremare
NIM: 100707016
1
STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN BAPAK
GUNTUR SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN
HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR
Skripsi Sarjana
Dikerjakan
O
L
E
H
GIDEON SIMAREMARE
NIM: 100707016
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembibing II
2
ABSTRAK
Hasapi merupakan salah satu alat musik tradisional Batak Toba yang
senar/dawai yang dipetik ataupun digesek. Hasapi memiliki 2 (dua) senar yang
menggunakan senar gitar?. Alat musik ini memiliki peran sebagai pembawa
melodi, bahannya terbuat dari kayu jior (kayu juhar) atau kayu jenis lainnya spt,
proses dan teknik pembuatan hasapi, cara memainkan serta fungsinya. Metode
yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah berupa penelitian ke
lapangan serta terlibat langsung dalam proses pembuatan hasapi dan melakukan
maka hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hasapi adalah alat musik petik
3i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
atas rahmat dan berkatNya yang tidak pernah berhenti sampai saat ini kepada
Engkau telah memberikan hikmat dan kebijaksaan kepada saya sehingga dapat
Skripsi ini berjudul “Studi Organologi Hasapi Batak Toba oleh Bapak
Guntur Sitohang”. Tujuan diajukannya skripsi ini adalah sebagai syarat untuk
mengucapkan banyak terimakasih kepada kedua orang tua saya yang sangat saya
mengucapkan banyak terimakasih buat cinta dan kasih sayang yang tidak pernah
putus-putusnya yang telah kalian berikan kepada saya hingga sampai saat ini.
ii4
Saya tidak akan pernah ada sampai saat ini tanpa kasih sayang kalian.Terimakasih
buat semangat, nasihat, serta motivasi yang selalu kalian berikan kepada saya.
Bahkan doa yang selalu kalian panjatkan kepada Tuhan yang dapat menguatkan
saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Dukungan daya dan dana yang
telah kalian berikan hingga saya dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi saya ini.
Sungguh besar pengorbanan kalian kepada saya sampai saat ini yang belum bisa
Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.
Kepada yang terhormat Ibu Drs. Heristina Dewi, M.Pd selaku sekretaris Jurusan
Etnomusikologi.
pengalaman yang telah bapak berikan selama saya berkuliah. Kiranya Tuhan
menyelesaikan skripsi ini. Terimkasih untuk perhatian, ilmu dan semua kebaikan
5
iii
Kepada yang terhormat Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si, selaku
Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony
Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A., Ibu Arifni Netrosa,
SST,M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si, Bapak Drs. Prikuten Tarigan, M.Si.,
kepada bapak-ibu sekalian yang telah membagikan ilmu dan pengalaman hidup
ucapkan karena telah belajar dari orang-orang hebat seperti bapak-ibu sekalian.
Biarlah kiranya ilmu yang saya dapatkan dari bapak-ibu sekalian bisa saya
keluarga yang banyak memberikan informasi dalam tulisan skripsi ini serta
penulisan skripsi ini, dan kepada Bapak Tumbur Simbolon yang telah
melakukan penelitian.
iv6
semakin semangat dalam pengerjaan tulisan skripsi ini, serta menjadi teman dalam
memberi saya semangat dan yang membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga
Yoseni Turnip, Luhut Simarmata, Roman Hutagalung dan teman-teman yang lain
yang tak bisa penulis jabarkan satu-satu, terimakasih telah menjadi bagian hidup
penulis, kebersamaan yang kita jalin selama ini menjadi memori indah yang tak
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu
v7
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Pokok Permasalahan ................................................................................... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan ............................................................................................. 7
1.3.2 Manfaat ........................................................................................... 7
1.4 Konsep dan Teori yang digunakan.............................................................. 8
1.4.1 Konsep yang digunakan .................................................................. 8
1.4.2 Teori yang digunakan...................................................................... 10
1.5 Metode Penelitian ....................................................................................... 12
1.5.1 Studi Kepustakaan........................................................................... 13
1.5.2 Kerja Lapangan (Field Work) ......................................................... 13
1.5.3 Wawancara ...................................................................................... 14
1.5.4 Kerja Laboratorium ......................................................................... 14
1.5.5 Lokasi Penelitian ............................................................................. 15
8
vi
2.4.2 Pendidikan .......................................................................................... 24
2.4.3 Keluarga belakang keluarga ............................................................... 25
2.4.4 Latar belakang kemampuan membuat alat musik Batak
iiiiiiiiiiiToba..................................................................... ....................27
2.4.5 Alat musik Batak Toba yang dikuasai .............................................. 28
9
vii
3.6.4 Ketam ................................................................................................. 60
3.6.5 Amplas ................................................................................................ 61
3.6.6 Palu Kayu ............................................................................................ 61
3.6.7 Penggaris Dan Meteran ...................................................................... 62
3.6.8 Gerinda Listrik .................................................................................... 62
3.6.9 Bor Listrik ........................................................................................... 63
3.6.10 Gergaji Besi....................................................................................... 63
3.6.11 Kampak ............................................................................................. 64
3.6.12 Pisau Dan Spidol ............................................................................... 64
3.6.13 Mal/Maltras ....................................................................................... 65
3.6 14 Kuas .................................................................................................. 65
3.7 Proses Pembuatan ......................................................................................... 66
3.7.1 Tahap I ................................................................................................ 67
3.7.1.1 Pemilihan Pohon ..................................................................... 67
3.7.1.2 Pembentukan Pola Dasar ........................................................ 69
3.7.1.3 Proses Pemotongan Pola ......................................................... 70
3.7.2 Tahap II .............................................................................................. 71
3.7.2.1 Proses Pembentukan Dasar ..................................................... 71
3.7.2.2 Proses Pembuatan Lubang Resonator ..................................... 74
3.7.2.3 Proses Merapikan Lubang ....................................................... 75
3.7.2.4 Proses Pengikisan .................................................................... 77
3.7.2.5 Membuat Bahan Penutup ........................................................ 78
3.7.3 Tahap III .............................................................................................. 80
3.7.3.1 Proses Pembuatan Lubang pada bagian kepala dan
ekor...................................................................................................................................... 80
3.7.3.2 Memasang Penutup Bagian Perut, Leher, Dan Kepala ........... 81
3.7.3.3 Proses Penghalusan/Pengamplasan ......................................... 83
3.7.4 Tahap IV ............................................................................................ 85
3.7.4.1 Proses Pendempulan ................................................................ 85
3.7.4.2 Proses Pengecatan .................................................................... 86
3.7.4.3 ProsesPembuatan Lubang Suara .............................................. 87
10
viii
3.7.4.4 Tahap Akhir ................................................................................ 88
11
ix