Anda di halaman 1dari 94

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI ASIH BREBES
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2017

Oleh :
ASEP HERDIANTO
NIM : P1337433114052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
2017
KARYA TULIS ILMIAH

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI ASIH BREBES
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2017

Oleh :
ASEP HERDIANTO
NIM : P1337433114052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
2017

i
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto
Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2017

Abstrak

Asep Herdianto (asep_herdianto12@yahoo.co.id)


STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI ASIH
BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017
XV + 79 halaman: gambar, tabel, lampiran

Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan kesehatan publik. Dalam kegiatan
pelayanan kesehatan berpotensi menghasilkan sampah medis. Rumah Sakit Umum
Bhakti Asih Brebes merupakan salah satu rumah sakit yang menghasilkan sampah
medis dari hasil kegiatan pelayanan medis. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asik Brebes.
Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan menggambarkan
tentang pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes.
Penelitian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung mengenai
pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Bhkati Asih Brebes.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata berat sampah medis di Rumah Sakit Umum
Bhakti Asih Brebes per harinya adalah 17,23 kg/hari, pengelolan sampah medis tersebut
masih ada yang belum sesuai dengan peraturan, seperti masih ada tempat sampah yang
terisi sampah melebihi ¾ bagian, pencucian tempat sampah tidak dilakukan secara rutin
dan merata, masih ada kantong plastik pelapis tempat sampah yang berwarna hitam,
jadwal pengangkutan yang terkadang tidak tepat waktu dan petugas pelaksana
pengelolaan masih ada yang tidak menggunakan APD secara lengkap.
Berdasarkan observasi, hasil penilaian checklis pengelolaan sampah medis di
Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes diperoleh nilai 86% yang berarti memenuhi
standar, dimana menurut Kepmenkes RI 1204 tahun 2004 batas standar penilaian
checklist pengelolaan sampah medis di rumah sakit type C yaitu 80%. Tahap
pengelolaan sampah medis yang harus diperbaiki yaitu pencucian tempat sampah harus
dilakukan setiap dikosongkan, penggantian kantong plastik pelapis tempat sampah harus
sesuai standar, mengevaluasi jadwal pengangkutan sampah dengan pihak ketiga dan
bagi petugas pelaksana harap menggunakan APD secara lengkap pada saat bertugas.

Daftar bacaan : 17 bacaan ( 1992 – 2014 )


Kata Kunci : pengelolaan, sampah medis, rumah sakit
Klasifikasi :-

ii
KARYA TULIS ILMIAH

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI ASIH BREBES
KABUPATEN BREBES
TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu persyaratan


untuk mencapai derajat Ahli Madya Kesehatan Lingkungan

Oleh :
ASEP HERDIANTO
NIM : P1337433114052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
2017

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah atas :

Nama : Asep Herdianto

Tempat, Tanggal lahir : Brebes, 12 Desember 1995

NIM : P1337433114052

Judul Karya Tulis Ilmiah : Studi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit

Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes Tahun 2017

Kami setujui untuk diujikan di depan dewan penguji karya tulis ilmiah pada

tanggal 17 juli 2017

Purwokerto, 15 Juli 2017

Pembimbing

Nur Hilal, S.K.M., M.Kes.


NIP : 19620407 198102 1 002

iv
iv
iv
BIODATA

Nama : Asep Herdianto

Tempat tanggal lahir : Brebes, 12 Desember 1995

Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Pende Rt 03/Rw 04, Kecamatan

Banjarharjo Kabupaten Brebes, Jawa Tengah

Riwayat pendidikan : 1. Tahun 2008 Lulus SD Negeri Pende 01

Ds.Pende Kec. Banjarharjo Kab. Brebes

2. Tahun 2011 Lulus MTs Al-Ikhlas Pende

Desa Pende Kecamatan Banjarharjo

Kabupaten Brebes

3. Tahun 2014 Lulus SMAN 1 Banjarharjo

Kabupaten Brebes

4. Tahun 2014 diterima di Politeknik Kemenkes

Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan

Purwokerto.

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobilalamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah ini dengan judul “Studi Pengelolaan Sampah Medis di

Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes Tahun 2017 ”

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah salah satu persyaratan

untuk mencapai derajat Ahli Madya Kesehatan Lingkungan. Penyusunan karya

tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak baik

moril maupun materil oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Sugiyanto, S.Pd., M.App. Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Semarang.

2. Bapak Asep Tata Gunawan, S.K.M., M.Kes., selaku Ketua Jurusan

Kesehatan Lingkungan Purwokerto.

3. Bapak Suparmin, S.S.T, M.Kes., selaku Ketua Prodi Diploma III Kesehatan

Lingkungan Purwokerto.

4. Bapak Nur Hilal, S.K.M., M.Kes., selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah.

5. Bapak Arif Widyanto, S.Pd, M.Si., sebagai Pembimbing Akademik.

6. Seluruh dosen dan staf karyawan Prodi D-III Kesehatan Lingkungan

Purwokerto yang telah membantu kelancaran proses penulisan proposal

karya tulis ilmiah.

7. Bapak Sunardi dan ibu Darsinah selaku orang tua yang telah banyak

memberikan dukungan moral maupun materi dalam penyusunan proposal

karya tulis ilmiah ini.

8. Adik tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi.

viii
9. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat dan

motivasi.

10. Teman-teman kelas 3 B dan 3 A di Prodi D-III Kesehatan Lingkungan

Purwokerto.

11. Rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

karya tulis ilmiah, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan.

Purwokerto,17 Juli 2017

Asep Herdianto

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................. i

ABSTRAK............................................................................................. ii

HALAMAN JUDUL ............................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. vi

BIODATA............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .......................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Masalah dan Sub Masalah .............................................. 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 6

E. Keaslian Penelitian .......................................................... 7

F. Ruang Lingkup ................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9

A. Pengertian Rumah Sakit ................................................. 9

B. Sampah medis ................................................................ 9

C. Penggolongan Sampah medis ...................................... 15

x
D. Pengolahan Sampah medis .......................................... 15

E. Faktor Penunjang Pengolahan Sampah Medis.............. 30

F. Dampak Pengolahan Sampah Medis ............................ 32

G. Kerangka Teori ............................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 35

A. Jenis Penelitian ............................................................. 35

B. Waktu dan lokasi ........................................................... 35

C. Kerangka Pikir ............................................................... 36

D. Definisi Operasional ...................................................... 36

E. Subyek Penelitian ......................................................... 39

F. Pengumpulan Data ....................................................... 39

G. Pengolahan Dan Penyajian Data .................................. 41

H. Analisis Data ................................................................. 41

I. EtikaPenelitian .............................................................. 42

BAB IV HASIL.................................................................................... 43

A. Data Umum RS Bhkati Asih Brebes .............................. 43

B. Data Khusus Pengelolaan Sampah Medis .................... 45

C. Struktur Organisasi........................................................ 50

D. Dana ............................................................................. 51

BAB V PEMBAHASAN ...................................................................... 52

A. Gambaran Umum RS Bhakti Asih Brebes ..................... 52

B. Penimbulan Sampah Medis........................................... 53

C. Pewadahan Sampah Medis........................................... 54

D. Pengumpulan Sampah Medis ....................................... 56

E. Pengangkutan Sampah Medis ...................................... 57

xi
F. Pembuangan Akhir Sampah.......................................... 58

G. Struktur Organisasi........................................................ 58

H. Dana Pengelolaan Sampah........................................... 58

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 60

A. Simpulan ....................................................................... 60

B. Saran ............................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 63

LAMPIRAN ........................................................................................ 65

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. 1 Keaslian Penelitian ................................................................... 7

2. 1 Standarisasi Jenis Wadah Dan Label Sampah Medis Padat ... 19

3. 1 Definisi Operasional................................................................ 36

4. 1 Fasilitas Pelayanan di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes ......... 44

4. 2 Penimbulan Sampah Medis .................................................... 46

4. 3 Berat Sampah Medis .............................................................. 47

4. 4 Jumlah Tempat Sampah Medis .............................................. 48

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2. 1 Kerangka Teori............................................................................ 34

3. 1 Kerangka Pikir ............................................................................. 36

4. 1 Struktur Organisasi...................................................................... 50

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Checklist Penilaian Pengelolaan Sampah Medis .......................... 65

2. Pedoman Wawancara Bagi Kepala HS RS Bhakti Asih Brebes .... 69

3. Pedoman Wawancara Bagi Petugas Plaksana ............................. 71

4. Prosedur Pengukuran Berat Sampah Medis ................................. 73

5. Hasil Pengukuran Berat Sampah Medis ....................................... 74

6. Penggunaan APD Pada Petugas Pengelolaan Sampah Medis .... 75

7. Deskriptif Volume Sampah Pada Tempat Pewadahan ................. 76

8. Foto Tempat Pewadahan dan Alat Angkut Sampah Medis ........... 77

9. Denah Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes....................................... 78

10. Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 79

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

sosial dan ekonomis (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang

kesehatan).

Derajat kesehaan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan(Menurut HL Blum,

1974)

Diantara faktor-faktor tersebut,lingkungan mempunyai pengaruh yang

sangat besar. Keadaan lingkungan yang tidak sehat dapat merugikan

manusia, contohnya akibat dari pembuangan sampah yang tidak dikelola

dengan baik. Salah satu instansi yang memproduksi sampah adalah rumah

sakit (Menurut HL Blum, 1974, dalam Maimunah, 2002, h. 3)

Pelayanan publik merupakan kegiatan pemenuhan dasar sesuai hak-hak

sipil setiap warga negara atas barang, jasa dan pelayanan administrasi yang

di sediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Undang-Undang No 25

Tahun 2009).

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan

penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan

gangguan kesehatan (Kepmenkes RI No 1204/MENKES/SK/X/2004).

1
2

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan berpotensi untuk

menghasilkan sampah. Sampah rumah sakit tersebut dapat berupa limbah

bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya atau jumblahnya

dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan. Sampah wajib

dikelola karena setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi

pencapaian drajat kesehatan (Undang-Undang No 32 Tahun 2009).

Potensi bahaya dari sampah rumah sakit adalah sampah medis. Sampah

medis merupakan hasil buangan yang telah digunakan sebagai alat bantu

dalam upaya diagnosis kegiatan, pengobatan melalui prosedur dan tindakan

medis atau perawatan penderita, contohnya : perban, kasa, plester, syringe

atau jarum suntik, set infus atau botol infus, kantong darah, sarung tangan

(Darmadi, 2008, h. 28).

Sampah medis kemungkinan besar mengandung mikroorganisme

patogen atau bahan kimia berbahaya. Bahan-bahan ini menyebabkan

penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit. Sampah

medis berbahaya bagi kesehatan lingkungan, karena teknik pelayanan

kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan

terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana

sanitasi yang masih buruk. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut

salah satunya diperlukan pengelolaan dan pengendalian sampah medis yang

baik dan benar untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan. (Sulung

Prasetyo, 2003).

Salah satu penyakit infeksi yang dapat timbul akibat dari sampah medis

yang mengandung mikroorganisme patogen atau bahan kimia berbahaya

adalah infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi saat
3

dirawat di rumah sakit. Jelasnya pada saat masuk rumah sakit, pasien

tersebut belum mengalami infeksi atau tidak dalam masa inkubasi kuman

tertentu. Infeksi terjadi 3 x 24 jam setelah dirawat di rumah sakit atau infeksi

pada lokasi yang sama tetapai disebabkan oleh mokroorganisme berbeda

dengan mikroorganisme saat masuk. (Depkes RI, 1993). Kelompok yang

paling beresiko terjadinya infeksi nosokomial yaitu pasien, petugas kesehatan,

pengunjung dan penunggu pasien. Infeksi ini dapat menular dari pasien ke

petugas kesehatan, dari pasien ke pengunjung atau keluarga, ataupun dari

petugas kesehatan ke pasien. (Husain, 2008)

Berikut ini beberapa kasus yang timbul akibat dari pengelolaan sampah

yang tidak sesuai. Penggunaan jarum suntik bekas tanpa sterilisasi

menyebabkan 8 (delapan) sampai 16 milyar infeksi hepatitis B tiap tahun, 2,3

sampai 4,7 milyar hepatitis C dan 80.000 sampai 160.000 terinfeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Pada Juni 2000, di Rusia enam anak terkena

cacar setelah bermain-main dengan botol bekas berisi vaksin yang sudah

kadaluarsa dari tempat sampah di Vladivostok, Rusia. Di Goiania Brazil empat

orang meninggal pada tahun 1988 akibat terpajan radiasi dan 28 orang

mengalami luka bakar serius akibat luka radiasi. Secara tidak langsung

pembuangan sampah yang mengandung racun ke lingkungan seperti dari

landfil dapat mengontaminasi perairan, incenerator yang tidak memadai akan

menyebabkan polusi udara, apabila pada proses incenerator mengandung

chlorine dapat menghasilkan dioxins dan furan yang diklasifikasikan sebagai

zat karsinogen(WHO, 2003).

Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Kabupaten Brebes merupakan satu dari

sekian Rumah Sakit Tipe C yang telah terdaftar mulai 19/05/2012 dengan
4

Nomor Surat Izin 503. 10/kppt/045/V/2010 dan Tanggal Surat Izin 10/05/2010

dari KPPT dengan sifat tetap. Rumah Sakit Umum yang hingga saat ini

mempunyai fasilitas pelayanan, seperti pelayanan 24 jam, rawat inap,

spesialis, pelayanan klinik, pelayanan umum dan pelayanan penunjang.

Rumah Sakit ini mempunyai jumblah 209 tempat tidur inap, presentasi Bed

Occupancy Rate (BOR) adalah 74,31% dan Turn Over Interval (TOI) 1 hari.

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan contohnya seperti

pelayanan kesehatan rawat inap, pemeriksaan, dan pengobatan yang

berhubungan langsung dengan masyarakat yang menggunakan sarana

tersebut,salah satu masalah kesehatan di rumah sakit ada pada pengelolaan

sampah medis yang kurang baik, masalah yang ada dalam pengelolaan

sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes yaitu belum ada jalur

khusus untuk pengambilan sampah medis dari sumber menuju TPS (Tempat

Pembuangan Sementara). Jadi masalah tersebut kemungkinan dapat

menimbulkan dampak bagi lingkungan sekitarnya maupun kesehatan

petugas, pasien ataupun pengunjung.

Sehubungan dengan dampak negatif pada sampah medis tersebut, maka

peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul ”Studi Pengelolaan

Sampah Medis Di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes Kabupaten

Brebes Tahun 2017 ”.

B. Masalah dan Sub Masalah

1. Masalah

Bagaimanakah sistem pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum

Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes ?


5

2. Sub Masalah

a. Bagaimana penimbulan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes?

b. Bagaimana pewadahan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes?

c. Bagaimana pengumpulan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes?

d. Bagaimana pengangkutan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes?

e. Bagaimana pembuangan akhir sampah medis di Rumah Sakit Bhakti

Asih Brebes?

f. Bagaimana dana dan struktur organisasi pengelolaan sampah medis di

Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan pengelolaan sampah medis di

Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan penimbulan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes

b. Mendeskripsikan pewadahan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes

c. Mendeskripsikan pengumpulan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti

Asih Brebes
6

d. Mendeskripsikan pengangkutan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti

Asih Brebes

e. Mendeskripsikan pembuangan akhir sampah medis di Rumah Sakit

Bhakti Asih Brebes

f. Mendeskripsikan dana dan struktur organisasi pengelolaan sampah

medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

g. Penilaian checklist pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti

Asih Brebes

D. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Memberikan masukan bagi Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes dalam

hal pengelolaan sampah medis.

2. Bagi Masyarakat

Menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga tidak menimbulkan

gangguan kesehatan, khususnya pengunjung agar terhindar dari bau dan

kecelakaan tertusuk benda tajam.

3. Bagi Almamater

Untuk dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa Jurusan

Kesehatan Lingkungan.

4. Bagi peneliti

Bagi penulis diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan pengelolaan sampah medis.


7

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Nama Nama Jenis Hasil
Judul Penelitian Peneliti Penelitian Penelitian
1 Pengelolaan Dharma Penelitian Rata-rata volume
Sampah Medis di Cahyo Deskriptif sampah medis di
RS PKU Nugroho Rumah Sakit
Muhammadiyah Muhammadiyah
Sruweng Sruweng Kabupaten
Kabupaten Kebumen adalah 218,7
Kebumen Tahun liter per hari dan rata-
2015 rata berat sampah
medis 46 kg per hari,
pengelolaan sampah
medis secara umumnya
masuk dalam kategori
baik dengan prosentase
nilai 81,08%
2 Studi Pengelolaan Gramelia Penelitian Volume rata-rata
Sampah Di Rumah dwi deskriptif sampah non medis di
Sakit Khusus witriana Rumah Sakit Khusus
Bedah Bedah Jatiwinangun
Jatiwinangon Purwokerto Kabupaten
Purwokerto Banyumas adalah
Kabupaten 272,02 liter dan sampah
Banyumas Tahun medis 59,24liter,
2010 termasuk dalam
kategori kurang baik
dengan nilai prosentase
untuk sampah non
medis sebesar 55,17%
dan sampah medis
sebesar 48,30%
3 Studi Pengolahan Lilis Penelitian Volume rata-rata
Sampah di Rumah Suryani Deskriptif sampah medis di
Sakit Umum Rumah Sakit Umum
Hidayah Hidayah Kabupaten
Kabupaten Banyumas Tahun 2010
Banyumas adalah 65,69 liter dan
Tahun2011 sampah non medis
180,72 liter, termasuk
dalam kategori cukup
baik dengan nilai
prosentase untuk
sampah medis sebesar
72,5% dan sampah non
medis sebesar 49,75%
8

Perbedaan antara peneliti yang terdahulu adalah lokasi dan tempat

penelitian.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sistem

pengelolaan sampah yang meliputi penimbunan, pewadahan, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah medis di Rumah

Sakit Umum Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes 2017.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah

Sakit

“Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat”.

Menurut Adisasmito, 2007

“Berbagai kegiatan rumah sakit menghasilkan bermacam -


macam limbah limbah yang berupa benda cair, padat, dan gas.
Diperlukan pengelolaan limbah rumah sakit yang merupakan
bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan rumah sakit
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah
sakit”.

Menurut Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

“Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat


berkumpulnya orang sakit maupun sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.

B. Pengertian Sampah

1. Pengertian Sampah

Menurut Budiman Chandra (2007, h. 111) definisi sampah menurut

WHO

“sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,


tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya”.

9
10

Menurut Azrul Azhar (1986, h. 54)

“Sampah (refuse) ialah sebagian dari sesuatu yang tidak


dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang
umum nya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena
human waste tidak termasuk kedalamnya) dan umumnya
bersifat padat (karena air bekas tidak termasuk di dalamnya)”.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah

“sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau


proses alam yang berbentuk padat”.

2. Pengertian Pengelolaan Sampah

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah

“Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,


menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah”.

Menurut Sudarso (1985, h. 20)

“pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu


pengetahuan tentang pengendalian bagaimana sampah
dihasilkan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan sampah dengan mengguanakan
suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan
masyarakat, ekonomi, teknik pelestarian lingkungan, keindahan
dan dengan mengindahkan tanggung jawab dan sikap
masyarakat”.

3. Pengertian Sampah Medis

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1996, h.1)

“sampah medis adalah sampah yang berasal dari pelayanan


medis, perawatan gigi, veterinary, farmasi atau yang
sejenisnya, serta limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada
saat melakukan perawatan/pengobatan atau penelitian”.
11

Menurut Kepmenkes Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang Sanitasi

Rumah Sakit menjelaskan bahwa :

“sampah medis adalah sampah padat yang terdiri dari sampah


infeksius, sampah patologi, sampah benda tajam, sampah
farmasi, sampah sitotoksis, sampah kimiawi, sampah radioaktif,
sampah kontainer bertekanan dan sampah dengan kandungan
logam berat tinggi”.

4. Jenis dan sumber sampah medis

a. Jenis sampah medis

Menurut Departemen Kesehatan RI (1992, h.67-69) menyatakan

bahwa berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam sampah

medis, maka jenis sampah medis dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Sampah benda tajam

Sampah benda tajam adalah sampah yang memiliki sudut

tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit. Misalnya: jarum hipodermik, perlengkapan intervena,

pipet pasteur, pecacah gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi

benda-benda tajam yang tergabung dan mungkin terlkontaminasi

oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau

radio aktif.

2) Sampah infeksius

Sampah infeksius meliputi sampah yang berkaitan dengan

pasien memeperlukan isolasi penyakit menular serta sampah

laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari

poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular.

Termasuk sampah infeksius antara lain: kultur laboratorium,

sampah dari bangsal isolasi, kapas, materi atau peralatan yang


12

tersentuh pasien yang terinfeksi, eksreta. (A. Pruss, dkk., 2005, h.

3).

3) Sampah jaringan tubuh

Sampah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ,

anggota badan, plcenta, darah dan cairan tubuh yang lain yang

dibuang pada saat pembedahan dan otopsi.

4) Sampah sitotoksik

Sampah sitotoksik adalah sampah bahan yang

terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik

selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

Termasuk sampah sitotoksik, antara lain : spuit, jarum, ampul yang

terkontaminasi pada saat persiapan dan pemberian obat, obat-

obatan yang kadaluwarsa, obat-obatan yang dikembalikan dari

bangsal.

5) Sampah farmasi

Sampah yang berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-

obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau

telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan

oleh pasien, obat-obatan yang tidak dipakai lagi karena tidak

diperlukan dan sampah hasil produksi obat-obatan.

6) Sampah kimia

Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam

tindakan medis, veteniary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.


13

7) Sampah radioaktif

Sampah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi

dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset

radionucleida. Asal sampah ini antara lain dari tindakan kedokteran

nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologi.

8) Sampah plastik

Sampah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh

klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain antara lain

seperti barang-barang disposable yang terbuat dari plastik dan juga

plapis peralatan dan perlengkapan medis.

b. Sumber sampah medis

Rumah sakit merupakan penghasil sampah medis terbesar.

Berbagai sampah yang dihasilkan di rumah sakit dan unit-unit

pelayanan kesehatan dapat membahayakan dan menimbulkan

penyakit bagi pengunjung dan terutama kepada petugas yang

menangani sampah tersebut. Menurut Departmen Kesehatan RI

(1992, h. 50) sumber-sumber sampah medis adalah :

1) Unit obstetric dan ruang perawatan obstetric

Jenis sampah yang dihasilkan adalah dressing

(pembalut/pakaian), sponge (spon/penggosok), placenta, ampul,

termasuk kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker

disposable (masker yang dibuang), disposable drapes (tirai/kain

yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet

disposable (pisau bedah), disposable chateter (alat bedah),


14

disposable unit enema (alat suntik pada usus), disposable diaper

(popok), dan underpad (alas/bantalan), dan sarung disposible.

2) Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan

Jenis sampah yang dihasilkan dressing (pembalut/pakaian),

sponge (spon/penggosok), jaringan tubuh termasuk amputasi,

ampul bekas, masker disposible (masker yang dapat dibuang),

jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai), disposible blood laucet

(pisau bedah), disposible kantong emesis, levin tuber (pembuluh),

chateter (alat bedah), drainase set (alat pengaliran), kantong

colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung bedah.

3) Unit laboraturium, kamar mayat, pathology dan autopsy

Jenis sampah yang dihasilkan yaitu gelas terkontaminasi,

termasuk pipet, petri dish, wadah specimen (kaca/alat sorong),

jaringan tubuh, organ tulang.

4) Unit isolasi

Sampah yang dihasilkan yaitu bahan-bahan kertas yang

mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur),

dressing (pembalut/pakaian), bendeges (perban), masker sisposible

(masker yang dapat dibuang), sisa makanan, dan perlengkapan

makanan.

5) Unit perawatan

Jenis sampah yang dihasilkan yaitu ampul, jarum disposible,

syiringe (alat semprot), kertas.


15

C. Penggolongan sampah medis

Menurut Departemen Kesehatan RI (1992, h.70) dalam kaitan dengan

pengelolaan dapat dikategorikan 5 golongan sampah medis sebagai berikut :

1. Golongan A

Dressing bedah, swab dan semua sampah yang terkontaminasi, bahan-

bahan linen dari kasus penyakit infeksi, seluruh jaringan tubuh manusia

(terinfeksi atau tidak), bangkai atau jaringan hewan dari laboratorium.

2. Golongan B

Syringe bekas, jarum catrige, pencacah gelas dan benda-benda tajam

lainnya.

3. Golongan C

Limbah dari laboratorium dan post-martum kecuali yang termasuk

dalam golongan A.

4. Golongan D

Sampah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu, seperti

merkuri dan obat-obatan.

5. Golongan E

Pelapis bed-pad disposible, intencinancepad, urinoir dan stamagbags.

D. Pengelolaan sampah medis

1. Penimbulan sampah medis

Timbulnya sampah merupakan awal dari adanya kegiatan di rumah

sakit yang menghasilkan sampah terutama sampah medis .Faktor-faktor

yang mempengaruhi timbulnya sampah medis di rumah sakit adalah unit

kerja pelayanan medis dan melayani penunjang medis. Unit kerja


16

pelayanan medis meliputi: instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat,

instalasi bedah sentral atau ruang oprasi, kebidanan, instalasi rawat inap,

instalasi anastesi, rawat intensif dan homodilysa. Sedangkan unit kerja

penunjang pelayanan medis meliputi: instalasi farmasi atau apotek,

instalasi laboratorium dan instalasi radiologi.

Tahap penimbulan meliputi: minimisasi, pemanfaatan kembali dan

daur ulang sampah medis, pemilahan sampah medis.

a. Minimalisasi sampah medis

Menurut A. Pruss, dkk., (2005, h. 61 dan 62) pengurangan

signifikan jumlah sampah medis yang berasal dari instalasi layanan

kesehatan dan dan sarana penelitian dapat didukung melalui penerapan

beberapa kebijakan dan praktik tertentu. Contoh kebijakan dan praktik

yang mendukung program minimalisasi sampah medis adalah :

1) Pengurangan sumber

a) Mengurangi pembelian dengan cara menyeleksi persediaan

yang tidak banyak terbuang percuma atau tidak terlalu

berbahaya.

b) Menggunakan metode pembersihan secara fisik bukan kimia

(misalnya : desinfeksi tekanan uap bukan desinfeksi bahan

kimia)

c) Mencegah pemborosan produk, misalnya pada aktivitas

perawatan dan pembersihan.

2) Tindakan pengelolaan dan pengendalian di rumah sakit

a) Pemusatan pembelian bahan kimia berbahaya.


17

b) Pantau peredaran bahan kimia baik di dalam fasilitas

kesehatan, mulai dari penerimaan bahan baku sampai

pembuangan akhir sampah medis berbahaya.

3) Pengelolaan persediaan bahan kimia dan farmasi

a) Lakukan pemesanan dalam jumblah kecil secara berkala bukan

dalam jumblah besar tetapi sekaligus (sangat aflikatif terutama

untuk produk yang tidak stabil)

b) Gunakan dahulu produk dengan tanggal kadaluwarsa yang

lebih dekat.

c) Gunakan atau habiskan dahulu semua isi yang ada dalam

setiap wadah.

d) Periksa dengan seksama tanggal kadaluwarsa semua produk

saat penerimaan barang.

Minimisasi sampah medis biasanya menguntungkan produsen

sampah medis itu sendiri, yaitu : biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian bahan baku dan untuk pengolahan serta pembuangan

sampah medis menjadi berkurang, sehingga pertanggunggugatan yang

berkaitan dengan pembuangan sampah medis berbahaya menjadi

berkurang.

b. Pemanfaatan kembali dan daur ulang sampah medis

Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui

sterilisasi meliputi pisau bedah (scapel), jarum hipodermik, syringes,

botol gelas dan kontainer. Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan

kembali setelah melalui sterilisasi adalah radionukleida yang telah diatur


18

tahan lama untuk radioterapi seperti pins, needles, atau seeds

(Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004)

c. Pemilahan sampah medis

Pemilahan sampah merupakan tangguang jawab yang dibebankan

pada produsen sampah medis dan harus dilakukan sedekat mungkin

dengan tempat dihasilkannya sampah medis , kondisi yang telah terpilih

itu harus tetap dipertahankan di area penampungan dan selama

pengangkutan (A Pruss, dkk, 2005, h.64)

2. Pewadahan Sampah medis

Setiap unit penghasil sampah hendaknya disediakan tempat

pewadahan dengan bentuk, ukuran dan jumlah yang disesuaikan dengan

jenis dan jumlah sampah serta kondisi setempat. Wadah sampah medis

harus dilakukan pencucian setiap pengosongan sampah atau sebelum

tampak kontor, penggunaan kantong plastik dapat mengurangi frekuensi

pencucian, kemudian didesinfeksi setelah pencucian lalu diperiksa jika

terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti (Departemen Kesehatan RI,

1992, h.52 & 53)

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, h.26 tentang

Tempat Pewadahan Sampah dan Tempat Penampungan Sementara harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga

orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

b. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya

fiberglass.
19

c. Tersedia wadah yang terpisah antara sampah medis dan sampah non

medis.

d. Benda tajam ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol

dan karton yang aman.

e. Jenis wadah label sampah medis yang digunakan harus sesui dengan

kategorinya seperti pada tabel berikut :

Tabel 2. 1 Standarisasi Jenis Wadah Dan Label Sampah Medis Padat


Warna Tempat/
Kantong Plastik
No Kategori Lambang Keterangan
Pembungkus
Sampah
1 Radioaktif Kantong boks timbal
(bahan yang terkontaminasi dengan simbol
dengan radio isotop, tindakan radioaktif
kegiatan kedokteran nuklir, Merah
radioimmunoassay dan
bakteriologis)

2 Sangat infeksius, patologi


dan anatomi
(sampah mikrobiologis,
produk darah manusia, sprei,
sampah ruang isolasi (bahan-
bahan kertas yang
mengandung buangan nasal
dan sputum dreesing,
bendages, masker disposible,
sisa makanan, sampah unit
dialisis dan peralatan
terkontaminasi (medical Plastik kuat dan anti
waste), benda tajam(jarum Kuning bocor atau kontainer
suntik, bekas botol infuse), yang dapat
bangkai binatang disterilisasi dengan
terkontaminasi, bagian tubuh otoklaf
sampah
pembedahan(dreesing,
sponge, jaringan tubuh
termasuk amputasi, ampul
bekas, masker disposable,
jarum dan syringe drapes,
casb disposible, disposile
blood lauct, disposible
kantong emesis, levin tuber
chateter, dranaseset, kantong
colosing, under pads, sarung
bedah, spuiti, kapas, perban,
sarung tangan)))
20

3 Sitotoksis Kontainer plastik kuat


(sampah bahan yang dan anti bocor
terkontaminasi dengan obat Ungu
sitotoksis selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan
terapi sitotoksis)

4 Sampah kimia dan farmasi


(obat kadaluarsa, obat-obatan
yang terkontaminasi, sampah Kantong plastik atau
dari ruang veteniary, Coklat kontainer
laboratorium, proses sterilisasi
dan riset)

3. Pengumpulan sampah medis

Menururt Ferdinand Samueel (2001, h. 18) pengumpulan sampah

adalah kegitan yang dimulai dari mengambil bahan buangan/sampah dari

tempat penampungan yang ada dari setiap ruangan yang ada di rumah

sakit untuk kemudian dibawa dan dikumpulkan pada tempat yang telah

ditentukan untuk diperoleh lebih lanjut dengan efektif, efisien dan aman.

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/2004(2004, h. 21)

pengumpulan sampah medis harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Pengumpulan sampah medis dari setiap ruangan penghasil sampah

menggunakan troli khusus yang tertutup.

b. Pengumpulan sampah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim

hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

c. Pengelola harus mengumpulkan dan pemngemas pada tempat yang

kuat

4. Pengangkutan sampah medis

Menurut A. Pruss, dkk (2005,h. 68) pengangkutan sampah medis di

dalam rumah sakit atau ke fasilitas lain menggunakan troli, kontainer, atau

grobak yang tidak digunakan untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan
21

yang mudah dimuat dan dibongkar muat, tidak ada tepi tajam yang dapat

merusak kantong atau kontainer sampah selama pemuatan maupun

pembongkar muatan, serta mudah dibersihkan. Kendaraan pengangkut

sampah medis tersebut harus dibersihkan dan didesinfeksi setiap hari

dengan desinfektan yang tepat.semua pengikat atau tutup kantong sampah

medis harus berada di tempatnya dan masih utuh setidaknya di tempatnya.

Menurut Depkes RI (1998, h. 68) pengangkutan sampah dimulai dari

tempat penampungan yang ada di setiap ruang rumah sakit untuk

kemudian dibawa dan dikumpulkan pada tempat-tempat yang telah

ditentukan untuk proses lebih lanjut. Untuk merencanakan pengangkutan

sampah di rumah sakit perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Penyebaran tempat penampungan sampah

b. Jalur jalan dalam rumah sakit

c. Jenis dan jumlah sampah

d. Jumlah tenaga dan sarana yang tersedia

Alat yang digunakan untuk mengangkut sampah rumah sakit harus

dipisahkan antara alat untuk mengangkut sampah medis dan sampah non

medis. Hal ini berhubungan erat dengan metode pembuangan dan

pemusnahan sampahnya.

Menurut depkes RI (1995, h.7)untuk transportasi sampah medis berupa

kreta atau troli harus didesain sedemikian rupa sehingga :

a. Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus

b. Tidak menjadi sarang serangga

c. Mudah dibersihkan dan di kosongkan

d. Sampah tidak menempel pada alat angkut, dan


22

e. Mudah dibersihkan dan dituang kembali

Setelah sampah terangkutdikumpulkan pada suatu tempat sebelum

dimusnahkan di incenerator atau diangkut oleh Dinas Kebersihan Kota.

Tempat pengumpulan harus tersedia di rumah sakit untuk penampungan

sampah yang dibuang atau dimusnahkan.

5. Pembuangan dan pemusnahan akhir sampah

Menurut Permenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Pengolahan,

Pemusnahan dan Pembuangan akhir yaitu :

a. Limbah infeksius dan benda tajam

1) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen

infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan

panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk

limbah infeksius lain cukup dengan cara disinfektan.

2) Benda tajam harus diolah dengan incenerator bila memungkinkan,

dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya.

Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam.

3) Setelah insenerasi atau disinfeksi, residunya dapat dibuang ke

tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah

aman.

b. Limbah farmasi

1) Limbah farmasi dalam jumblah kecil dapat diolah dengan incenerator

pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman,

sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi

dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang


23

khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan

inersisasi.

2) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan

kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak

memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui

insinerator pada suhu di atas 1.000 0C.

c. Limbah Sitotoksis

1) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan

penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.

2) Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan

penghasil atau distributornya, insinerasi pada suhu tinggi, dan

degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih

utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila

tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut

sudah kadaluarsa atau tidak lagi dipakai.


0
3) Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200 C dibutuhkan untuk

menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu

rendah dapat enghasilkan uap sitotoksis yang berbahaya ke udara.

4) Insinerator pirolitik dengan dua tungku pembakaran pada suhu 1.200


0
C dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000 0C dengan

waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini

dan dilengkapi dengan penyaring debu.

5) Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas.

Insinerasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk


24

dekomposisi panas limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik

pada suhu di atas 850 0C.

6) Insinerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat

untuk pembuangan limbah sitotoksis.

7) Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi

senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu

obat tapi juga untuk pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian

pelindung.

8) Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium

permanganat (KmnO4) atau asam sulfat (H2SO4), penghilangan

nitrogen dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan

aluminium.

9) Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang

sempurna untuk pengolahan limbah, tumpahan atau cairan biologis

yang terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena itu, rumah sakit

harus berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.

10) Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia,

kapsulisasi atau insinerasi dapat dipertimbangkan sebagai cara

yang dapat dipilih.

d. Limbah Bahan Kimiawi

1) Pembuangan Limbah Kimia Biasa

Limbah kimia biasa yang tidak bisa didaur ulang seperti gula, asam

amino, dan garam tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Namun

demikian, pembuangan tersebut harus memenuhi persyaratn


25

konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti bahan melayang,

suhu dan pH.

2) Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang

terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi

pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

3) Pembuangan limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Besar

Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk

limbah berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat

bahay yang dikandung oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang

bisa dibakar seperti banyak bahan pelarut dapat diinsinerasi. Namun

bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida yang

mengandung klorin atu florin tidak boleh diinsinerasi kecuali

insineratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.

4) Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya

tersebut ke distributornya yang akan menanganinya dengan aman,

atau dikirim ke negara lain yang mempunyai peralatan yang cocok

untuk mengolahnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah

kimia berbahaya:

a) Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan

untuk menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.

b) Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh dtimbun

karena dapat mencemari air tanah.


26

c) Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh

dikapsulisasi karena sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.

d) Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya

harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi yang

berwenang.

e. Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi

1) Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh

dibakar atau diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan

uap beracun dan tidak boleh dibuang ke landfill karena dapat

mencemari air tanah.

2) Cara yang disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai

fasilitas pengolah limbah dengan kandungan logam berat tinggi.

Bila tidak memungkinkan, limbah dibuang ke tempat penyimpanan

yang aman sebagai pembuangan akhir untuk limbah industri yang

berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah dengan

kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila hanya dalam

jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.

f. Kontainer Bertekanan

1) Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan

adalah daur ulang penggunaan kembali. Apabila masih dalam

kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang

gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol

harus diperlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk

pembuangannya.
27

2) Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran

atau insinerasi karena dapat meledak.

Kontainer yang masih utuh

Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya adalah:

a.) Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya disatukan

dengan peralatan anestesi.

b.) Tabung atau silinder etilin oksida yang biasanya disatukan

dengan peralatan sterilisasi.

c.) Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen, nitrogen,

karbon dioksida, udara bertekanan, siklopropana, hidrogen, gas

elpiji dan asetilin.

d.) Kontainer yang sudah rusak

Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan

setelah dikosongkan kemudian baru dibuang ke landfill.

e.) Kaleng aerosol

Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama

dengan limbah biasa dalam kantong plastik hitam dan tidak

untuk dibakar atau diinsinerasi. Limbah ini tidak boleh

dimasukkan ke dalam kantong kuning karena akan dikirim ke

insinerator. Kaleng aerosol dalam jumlah banyak sebaiknya

dikembalikan ke penjualnya atau ke instalasi daur ulang bila

ada.
28

g. Limbah Radioaktif

1) Pengolahan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam

kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut peraturan,

infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.

2) Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang

terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus

menyiapkan tenaga khusus yang terlatih khusus di bidang radiasi.

3) Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan

radioaktif yang aman dan melakukan pecatatan.

4) Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis

dan kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin

pelacakan limbah radioaktif dalam pengiriman maupun

pembuangannya dan selalu diperbaharui datanya setiap waktu.

5) Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan

ketersediaan pilihan cara pengolahan, pengkondsian, penyimpanan,

dan pembuangan. Kategori yang memungkinkan adalah:

a) Umur paruh (hafl-life) seperti umur pendek (short-lived),

(misalnya umur paruh <100 hari), cocok untuk penyimpanan

pelapukan,

b) Aktifitas dan kandungan radionuklida,

c) Bentuk fisika dan kimia,

d) Cair: berair dan organik,

e) Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau padatan

melayang),
29

f) Padat: mudah terbakar/ tidak mudah terbakar (bila ada) dan

dapat dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada),

g) Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang

dihabiskan,

h) Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan

berbahaya (patogen, infeksius, beracun).

6) Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam

kontainer, dan kontainer limbah tersebut harus:

a) Secara jelas diidentifikasi,

b) Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan,

c) Sesuai dengan kandungan limbah,

d) Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,

e) Kuat dan saniter.

7) Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah:

a) Nomor identifikasi,

b) Radionuklida,

c) Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal pengukuran,

d) Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain),

e) Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran,

f) Orang yang bertanggung jawab.

8) Kontainer untuk limbah padat harus dilakukan dengan kantong

plastik transparan yang dapat ditutup dengan isolasi plastik.

9) Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 27

Tahun 2002) dan kemudian diserahkan kepada BATAN untuk


30

penanganan lebih lanjut atau dikembalikan kepada negara

distributor. Semua jenis limbah medis termasuk limbah radioaktif

tidak boleh dibuang ke tempat akhir sampah domestik (landfill)

sebelum dilakukan pengolahan terlebih dahulu sampai memenuhi

persyaratan.

E. Faktor Penunjang Pengelolaan Sampah Medis

1. Organisasi

Penatalaksanaan merupakan hal yang penting dalam pengelolaan.

Dalah struktur organisasi akan terlihat hubungan masing-masing individu,

tugas-tugasnya serta tanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi

yang telah ditentukan.

2. Tenaga Kerja atau pengelola sampah medis

Kualifikasi Tenaga Kerja Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit

Menurut KEPMENKES RI Nomor 12014/MENKES/SK/X/2004 adalah:

a. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas A dan B

(rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga

yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah

sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan,

biologi, teknik kimia, dan teknik sipil.

b. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di rumah sakit kelas C dan

D (rumah sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang tenaga

yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah

diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan.


31

c. Rumah sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian kegiatan

kesehatan lingkungan dilaknsanakan oleh pihak ketiga, maka

tenaganya harus berpendidikan sanitarian dan telah mengikuti

pelatihan khusus bidang kesehatan lingkungan rumah sakit yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau badan lain sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

d. Tenaga sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2, diusahakan

mengikuti pelatihan khusus di kesehatan lingkungan rumah sakit yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait sesuai dengan

peraturan perudang-undangan yang berlaku.

Petugas dibekali dengan alat pelindung atau pakaian yang

memadai, seperti :

1) Sepatu

2) Baju

3) Celana

4) Sarung tangan

5) Topi

6) Masker (Budiman Chandra, 2005, h. 198)

3. Sarana

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1986, h. 62), peralatan

pengumpulan sampah dibagi menjadi dua yaitu :

a. Pewadahan serta perlengkapannya.

b. Pengangkutan serta perlengkapannya.

Pengadaptasian peralatan pengumpulan sampah terhadap situasi

daerah setempat sangat penting agar pelayanan yang diberikan dapat


32

memenuhi persyaratan kenyamanan dan kesehatan lingkungan

masyarakat, tidak membahayakan, efektif, praktis dan ekonomis (Lilis

Suryani, 2010, h. 23).

4. Dana

Menurut Undang-undang RI Nomor 18 (2008, h. 13) sumber dana

pengelolaan sampah medis di indonesia berasal dari pemerintah pusat,

pemerintah daerah, anggaran pendapatan belanja negara, anggaran

pendapatan belanja daerah, swadaya serta bantuan dari badan-badan

internasional seperti WHO.

F. Dampak Pengelolaan Sampah Medis

Menurut Departemen Kesehatan RI (1992, h. 48) sampah rumah sakit

dapat di anggap sebagai mata rantai penyebaran penyakit menular. Sampah

bisa menjadi tempat tertimbunnya organisme penyakit menjadi sarang

serangga juga tikus. Disamping itu dan juga sampah juga menandung

berbagai bahan kimia beracun dan benda-benda tajam yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan dan cidera. Partikel debu dalam sampah

dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman

penyakit dan mengkontaminasi peralatan medis dan makanan.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998, h. 63) sampah rumah sakit

yang tidak tikelola dengan baik akan dapat berfungsi sebagai sumber infeksi

bagi masyarakat rumah sakit dan masyarakat luar serta mengganggu estetika

lingkungan rumah sakit karena :

a. Tempat berkembangbiaknya serangga .

b. Dapat menjadi sumber pencemaran air, tanah dan udara.


33

c. Memberikan kesan kotor terhadap kondisi rumah sakit.

d. Menyebabkan penularan penyakit dan infeksi nosokomial.

Sampah medis bila pengelolaannya sejak sampah dihasilkan sampai

dengan pembuangan akhirnya dikelola dengan cara-cara saniter akan

memberi pengaruh yang positif terhadap lingkungan dan masyarakat rumah

sakit (pasien, pengunjung, petugas-petugas rumah sakit dan masyarakat di

sekitar rumah sakit).


34

G. Kerangka Teori

Rumah Sakit

Sumber Sampah Medis:


-Unit obstetric dan ruang perawatan obstetric
-Unit emergency dan bedah termasuk ruang perawatan
-Unit laboraturium, kamar mayat, pathology dan autopsy
-Unit isolasi
-Unit perawatan

Pengelolaan sampah medis : Faktor penunjang


1. Manajemen dan pengelolaan sampah
pengorganisasian medis :
pengelolaan sampah 1. Organisasi
medis 2. Tenaga kerja
2. Peraturan perundang- 3. Sarana
undangan yang berlaku 4. Dana
Proses pengelolaan
sampah medis :
1. Penimbulan
sampah
2. Pewadahan
sampah
3. Pengumpulan
sampah
4. Pengangkutan
sampah
5. Pemusnahan dan
pembuangan akhir
sampah medis

Kondisi lingkungan
rumah sakit

Gambar. 2.1

Kerangka teori
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan maksud untuk memperoleh

pengetahuan, gambaran yang jelas dan nyata tentang sistem pengelolaan

sampah medis di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes.

B. Waktu dan Lokasi

1. Waktu penelitian

a. Tahap persiapan, dimulai dari bulan Oktober 2016 sampai bulan

Februari 2017, meliputi kegiatan :

1) Pengajuan judul penelitian

2) Survei awal terhadap tempat atu lokasi penelitian

3) Pembuatan proposal penelitian

4) Seminar proposal

b. Tahap pelaksanaan, dilaksanakan pada bulan Maret 2017 tahap ini

merupakan tahap untuk mengadakan pengambilan data dan penelitian

ke lokasi dengan melaksanakan observasi, wawancara dan pendapat.

c. Tahap penyelesaian, dilaksanakan pada bulan Juni 2017 meliputi

kegiatan :

1) Pengolahan dan analisis data

2) Penyusunan hasil penelitian

3) Seminar dan hasil penelitian

4) Perbaikan hasil penelitian

35
36

5) Pengumpulan hasil penelitian

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Rumah SakitUmum Bhakti Asih Brebes.

C. Kerangka Pikir

Input Proses

1. Ketenagaan 1. Penimbulan
2. Peralatan pengelolaan 2. Pewadahan
3. Biaya oprasional 3. Pengumpulan
4. Metode 4. Pengangkutan
5. Peraturan 5. Pengolahan
6. Pembuangan akhir

Output

Kondisi kebersihan
lingkungan rumah sakit

Gambar 3.1

Kerangka Pikir “Studi Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes”

D. Definisi Operasional

3.2 Tabel Definisi Operasional


No Variabel Definisi Indikator Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional
1 Ketenaga Petugas yang diberi Jumlah tenaga Wawancara Kuesioner a. Sangat
an tanggung jawab cukup
dan wewenang b. Cukup
dalam pengelolaan c. Kurang
sampah medis di d. Tdk
RS Bhakti Asih cukup
Kabupaten Brebes
37

2 Biaya Persepsi Kecukupan Wawancara Kuesioner  APBD


operasion kecukupan  Swadana
al  Lain-lain
3 Peraturan Perundangan/perat  UU Wawancara Kuesioner  Ada
uran kebijakan  Peraturan  Tidak ada
yang mendasari  Perda
operasional Kebijakan
pengelolaan direktur RS
sampah medis
4 Penimbul Sampah yang a. Volume Observasi Checklist a. Memenuhi
an dihasilkan dari sampah syarat
sampah sumber sampah yang b. Tidak
dihasilkan memenuhi
dari syarat
sumber
b. Berat Pengukuran Timbangan ........kg
sampah
yang
dihasilkan
dari setiap
sumber
3
5 Pewadah Tempat untuk a. Volume Pengukuran Box sampling ........m
an penampung tempat
sampah medis b. Jenis Observasi Checklist a. Memenuhi
supaya tidak alat/bahan syarat
berserakan b. Tidak
memenuhi
syarat
c. Metode Observasi Checklist a. Memenuhi
syarat
b. Tidak
memenuhi
syarat
6 Pengump Kegiatan a. Volume Observasi Checklist a. Memenuhi
ulan pengambilan sampah syarat
sampah sampah medis dari dari setiap b. Tidak
medis wadah ke tempat alat memenuhi
pengumpulan pengumpul syarat
sampah sementara an
b. Tenaga
 Jumlah Wawancara Kuesioner .........orang
dan
jenis
tenaga
 Prilaku Observasi Checklist a. Memenuhi
tenaga syarat
cara b. Tidak
pengum memenuhi
pulan syarat
sampah
c. Alat/bahan Wawancara Kuesioner ........buah
 Jumlah
& jenis
alat/bah
an
38

 Persyar Observasi Checklist a. Memenuhi


atan syarat
alat & b. Tidak
tempat memenuhi
syarat
 Frekuen wawancara Kuesioner Dilakukan/
si tidak
pengam
bilan
sampah
medis
7 Pengelola Perlakuan sampah
an medis berdasarkan a. Tenaga
jenis dan golonan,  Jumlah Wawancara Kuesioner ........orang
sebelum diangkut tenaga
ke tempat  Perilaku Observasi Checklist a. Memenuhi
pembuangan akhir tentang syarat
cara b. Tidak
pengolah memenuhi
an syarat
3
8 Pengang Proses a. Volume alat Pengukuran Rol meter .............m
kutan pengangkutan angkut
sampah dari b. Tenaga
sumber penghasil  Jumlah Wawancara Kuesioner ........orang
sampah ke tempat tenaga
pembuangan akhir  Perilaku Observasi Checklist a. Memenuhi
tentang syarat
cara b. Tidak
penganku memenuhi
tan syarat
sampah
c. Alat/bahan
 Jumlah Wawancara Kuesioner ........buah
dan jenis
alat/baha
n
 Persyarat Observasi Checklist a. Memenuhi
an syarat
alat/baha b. Tidak
n memenuhi
syarat
9 Pemusna Upaya untuk a. Tenaga
han memusnahkan  Jumlah Wawancara Kuesioner .......orang
sampah medis di tenaga
TPA Rumah Sakit  Perilaku Observasi Checklist a. Memenuhi
pekerja syarat
b. Tidak
memenuhi
syarat
b. Alat/bahan
 Jumlah Wawancara Kuesioner .......buah
dan jenis
alat/baha
n
 Persyarat Observasi Checklist a. Memenuhi
39

an syarat
alat/baha b. Tidak
n memenuhi
syarat

c. Metode Observasi Checklist a. Memenuhi


syarat
b. Tidak
memenuhi
syarat

E. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit

Umum Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes, yang meliputi sumber daya

manusia, sarana dan prasarana.

F. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Umum

Data yang diperoleh mengenai gambaran umum di Rumah Sakit

Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes, kapasitas tempat tidur, fasilitas

layanan, tenaga pelaksana, struktur organisasi.

b. Data Khusus

Data khusus dalam penelitian ini adalah jenis, sumber dan volume

penimbunan sampah medis, volume pewadahan sampah medis,

pengumpulan sampah medis, pengangkutan sampah medis,

pengolahan sampah medis dan metode pembuangan akhir sampah

medis.
40

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan

wawancara yang menggunakan kuesioner dan checklist pengelolaan

sampah medis serta pengukuran berat dan volume sampah medis di

Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes dengan

menggunakan timbangan dan box sampling.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah dokumen tertulis dari pihak Rumah

Sakit Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes.

3. Cara Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan bantuan kuesioner kepada kepala

bagian tata usaha, tenaga medis, petugas pengelola sampah medis

Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes.

b. Observasi

Pengamatan dilakukan dengan melihat proses pengelolaan sampah

medis melalui dari penimbulan sampah medis sampai dengan

pemusnahan sampah medis dengan mengisi check list.

c. Pengukuran

Melakukan pengukuran volume tempat pewadahan sampah, berat

sampah dan volume alat pengumpul sampah.


41

G. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Meliputi kegiatan koreksi dan seleksi data yang telah dikumpulkan.

b. Coding

Merupakan kegiatan membuat kode dari kuesioner yang memuat

semua jawaban responden.

c. Tabulating

Tabulating pada kegiatan pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah jawaban dari kuesioner menjadi satu tabel induk yang

memuat semua jawaban responden.

2. Penyajian data

Disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

H. Analisis Data

Cara analisis data yang dipakai yaitu analisis deskriptif dengan

menguraikan data dalam tabel dan dibandingkan dengan teori yang ada.

I. Etika Penelitian

Peneliti akan mengajukan permohonan ijin kepada instansi setempat,

untuk mendapatkan persetujuan dalam melakukan penelitian yang akan

dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip etika, meliputi :

1. Lembar perijinan penelitian (Informed Consent)

Lembar persetujuan akan diberikan subjek yang akan diteliti. Peneliti akan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta


42

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.

Jika responden tersebut menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya data

tertentu yang disajikan untuk dilaporkan sebagai hasil penelitian. (A. Aziz

Ahmad Hidayat, 2007, h. 93-95)


BAB IV

HASIL

A. Data Umum Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

1. Sejarah

Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes merupakan rumah sakit umum


swasta pertama di Kabupaten Brebes yang merupakan suatu lembaga
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, yang pada awalnya dikelola
oleh “Yayasan Bhakti Asih” dan kemudian menjadi “PT. Bhakti Asih”.
Berawal dari gagasan yang muncul di tahun 1996 dengan
melibatkan 8 (delapan) orang dokter yang berdinas di Kabupaten Brebes
yaitu :
1. dr. H. M. Budi Susatya, SpA;
2. dr. H. Bambang Winarto, SpPD;
3. dr. H. Djoko Sarkoro, SpB;
4. dr. H. Susilo Kuswoyo, SpOG;
5. dr. H. Noor Fauzan, SpOG;
6. dr. H. Sigit H. Erawan, SpM;
7. dr. H. Yunus Kusno, SpTHT;
8. dr. Soejono
dan bersepakat untuk mendirikan rumah sakit yang kemudian diberi nama
“Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes”.
Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes berlokasi di Jalan Pangeran
Diponegoro No. 125 Pesantunan Kec. Wanasari Kab. Brebes No. Telp
(0283) 673481, 671279, Fax (0283) 671391 dengan alamat email :
rsba_brebes@yahoo.co.id, mulai beroperasional pada tanggal 01 Oktober
2002. Pada awal operasional, Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes dengan
luas lahan 4.520 m2 dan luas bangunan 1.808 m2 memiliki kapasitas
tempat tidur pasien sebanyak 60 bed.
Setelah 7 (tujuh) tahun beroperasional, tepatnya tahun 2009
Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes berhasil memperluas lahan menjadi
10.440 m2 dan luas bangunan 7.975,45 m2 serta menambah kapasitas

43
44

tempat pasien menjadi 137 bed dan melengkapi fasilitas fasilitas


pelayanan yang ada.
Bulan Juni 2014, Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes merenovasi
bangunan dan membangun gedung baru 5 lantai. Dengan luas tanah
10.460 m2 Renovasi bangunan tersebut dilakukan guna menambah dan
memperbaiki sistem pelayanan Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes.
Renovasi gedung yang awalnya berfungsi sebagai gedung apotek dan
poliklinik tersebut sekarang beroperasi menjadi gedung 3 lantai yaitu
lantai 1 untuk laboratorium dan lahan parkir, lantai 2 area poliklinik dan
Apotek rawat jalan Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes dan lantai 3 sebagai
area perkantoran dan Auditorium Jati Kencana RS. Bhakti Asih Brebes.
2. Fasilitas Pelayanan

Fasilitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes


yaitu :
Tabel 4.1 Fasilitas pelayanan di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes
No Fasilitas Pelayanan Ruangan
1 IGD 24 jam a. Ruang triage
b. Ruang resusitasi
c. Ruang Tindakan
d. Ruang PONEK
2 Instalasi Rawat Jalan a. Poliklinik Umum
b. Poliklinik Spesialis
c. Poliklinik Gizi
d. Klinik Fisioterapi
e. Konsultasi Gizi
f. Konsultasi Psikologi
3 Instalasi Rawat Inap 1. VIP
a. Seruni
b. Eboni
c. Dewadaru
d. Kalpataru
2. Kelas A
a. Cendana
45

b. Angsana
3. Kelas B
a. Seruni B
b. Pinus
c. Akasia B
d. Eboni B
e. Dewadaru B
f. Kalpataru B
g. Mahoni
4. Kelas C
a. Seruni C
b. Cemara
c. Eboni C
d. Akasia C
e. Dewandaru C
f. Kalpataru C
g. Meranti
5. Kelas D
a. Eboni D
b. Akasia DI & DII
c. Kalpataru D
6. Kelas E
a. Seruni E
b. Dewandaru E

B. Data Khusus Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes

1. Penimbulan Sampah Medis

Penimbulan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

berasal dari ruangan pelayanan kesehatan seperti, ruang IDG, poliklinik,

akasia, cemara, mahoni, ICU, VK-Pri, seruni, eboni, dewandaru.


46

a. Tahap Penimbulan Sampah Medis

Tahap penimbulan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes yaitu :

1) Dilakukan pemisahan antara sampah medis dengan non

medis.

2) Dilakukan pemisahan antara masing-masing jenis sampah

medis.

Tabel 4.2 penimbulan sampah medis


Volume tempat
Nama Jumlah tempat
No sampah
Ruangan sampah medis
medis(liter)
1 IGD 5 60
2 Poliklinik 8 30
3 ICU 2 60
4 VK-Pri 4 60
5 Laborat 2 60
6 Akasia 2 60
7 Cemara 2 60
8 Cendana 2 60
9 Mahoni 2 60
10 Seruni 2 60
11 Eboni 2 60
12 dewandaru 2 60
Jumlah 35

b. Volume sampah medis

Berdasarkan hasil observasi peneliti volume sampah yang

dihasilkan di setiap sumber penghasil sampah medis ditemukan

tempat pewadahan yang melebihi kapasitas 2/3 bagian tempat

pewadahan, kapasitas pewadahan sampah medis di setiap

ruangan penghasil sampah medis cukup untuk penimbulan

sampah yang ada di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes.


47

c. Berat sampah medis

Beratsampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

yang telah diukur pada tahap penimbulan pada tanggal 12 Mei –

17 Mei 2017 dengan hsil sebagai berikut :

Tabel 4.3 Berat sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes tanggal 12 Mei – 17 Mei 2017

Tabel 4.3 Berat sampah medis


Sumber Berat Sampah Medis
Tanggal
Sampah Medis (kg)
12 – 17 Mei 2017 IGD 25,5
Poliklinik 1,9
ICU 2,8
VK-Pri 28,7
Akasia 8,5
Cemara 11
Cendana-Mahoni 10,5
Seruni 1
Eboni 4,5
dewandaru 9
Jumlah 103,4
Rata-rata 17,23

Tahap penimbulan sampah medis di rumah sakit Bhakti Asih

Brebes sudah baik, karena tidak ditemukan permasalahan pada tahap

ini.

2. Pewadahan sampah medis

Tahap pewadahan sampah medis yang diterapkan di Rumah Sakit

Bhakti Asih Brebes yaitu :

a. Disetiap ruangan penghasil sampah medis disediakan tempat

sampah medis, tempat sampah medis yang digunakan adalah tempat

sampah yang kedap air, anti tusuk, tertutup, tidak mudah karat dan

tidak bocor.
48

b. Semua tempat sampah medis di lapisi plastik yang berwarna kuning

dan tempat sampah terpisah antara sampah medis dan sampah non

medis serta pelabelan berdasarkan jenis sampahnya.

c. Sampah medis benda tajam seperti jarum suntik, spuit, silet bedah

dan benda tajam lainnya yang terkena cairan tubuh pasien masuk

safety box.

d. Tempat sampah berbahan logam untuk sampah mudah terbakar

sudah tidak digunakan, karena tempat sampah tersebut sudah rusak

dan berkarat.

e. Tempat sampah medis mudah dikosongkan dan di cuci setiap tiga

hari sekali.

Tempat sampah medis yang disediakan Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes yang ada pada ruangan penghasil sampah medis berjumlah 35

buah. Rincian jumlah tempat sampah medis dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.4 Jumlah Tempat Sampah Medis di Rumah Sakit Bhakti Asih
Brebes
Volume
Jumelah
tempat
No Nama Ruangan tempat keterangan
sampah
sampah medis
medis(liter)
1 IGD 5 60 Baik
2 Poliklinik 8 30 Baik
3 ICU 2 60 Baik
4 VK-Pri 6 60 Baik
5 Laborat 2 60 Baik
6 Akasia 2 60 Baik
7 Cemara 2 60 Baik
8 Cendana 2 60 Baik
9 Mahoni 2 60 Baik
10 Seruni 2 60 Baik
11 Eboni 2 60 Baik
12 Dewandaru 2 60 Baik
Jumlah 35
49

3. Pengumpulan sampah medis

Sampah medis yang di hasilkan dari setiap ruangan di rumah sakit

dikumpulkan ketempat penampungan sampah medis sementara yang

dilakukan oleh petugas house keeping, sampah medis diangkut

menggunakan tong sampah yang berukuran besar yang terdapat

rodanya. Pengumpulan sampah medis dilakukan 3 kali sehari oleh

petugas, jadwal pengumpulannya yaitu pagi pukul 06.00 WIB, siang

pukul 13.00 WIB, dan malam pukul 20.00 WIB. Jumlah tenaga yang

mengangkut sampah medis yaitu 41 petugas, pagi 16 orang, siang 11

orang, dan malam 4 orang. Permasalahan yang ditemukan yaitu belum

ada jalur khusus dalam proses pengumpulan sampah, belum ada

petugas khusus pengelolaan sampah, pengumpulan sampah dilakukan

oleh petugas house keepingsecara bergantian, dalam proses

pengumpulan sampah medis masih ada petugas yang tidak

menggunakan APD secara lengkap.

4. Pengangkutan sampah medis

Pengangkutan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

dilakukan 3 kali sehari berdasarkan shif petugas house keeping

menggunakan tong sampah yang berukuran besar yang terdapat

rodanya. Jumlah tenaga yang mengangkut sampah medis yaitu 41

petugas, pagi 16 orang, siang 11 orang, dan malam 4 orang.

Permasalahan yang ditemukan pada tahap pengangkutan sampah medis

yaitu petugas pengangkut sampah medis belum menggunakan APD

secara lengkap dan belum ada jalur khusus untuk pengangkutan sampah

medis.
50

5. Pembuangan akhir sampah

Pembuangan akhir sampah bekerjasama dengan pihak ke-3 yaitu

PT. Medivest, pengangkutan sampah medis dilakukan seminggu 2 kali

yaitu setiap hari rabu dan hari jumat. Pengangkutan menggunakan mobil

box yang tertutup rapat sehingga mencegah pencemaran udara dari

sampah yang menimbulkan bau yang tidak sedap serta agar sampah

tidak berceceran di jalan. petugas pengangkut sampah ke mobil box

telah menggunakan APD yang lengkap seperti masker, sarung tangan,

helm, dan sepatu boot.

C. Struktur Organisasi

Instalasi Kesehatan
Lingkungan

Penyehatan Pengelolaan Pengendalian Pengolahan


Makanan dan Sampah Medis dan Vektor dan Limbah
Minuman Non Media Hewan
Pengganggu

Kepala Instalasi
Pengelolaan
Sampah Medis

Petugas Pelaksana Petugas Pelaksana


Pengelolaan Sampah Pengelolaan Sampah
Medis Non Medis

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Instalasi Kesehatan Lingkungan


51

Penanggung jawab pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti

Asih adalah kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan yang bertugas

mengawasi jalannya pengelolaan sampah medis. Tenaga yang menangani

sampah medis langsung yaitu petugas housekeeping dengan pendidikan

terakhir rata-rata SMA dan SMP dan petugas pernah mengikuti pelatihan

khusus tentang pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes, pelatihan pengelolaan sampah medis tersebut diadakan oleh pihak

rumah sakit dari PT.Medivest.

D. Dana

Sumber dana pengelolaan sampah medis dari Rumah Sakit Bhakti Asih

yang dikelola oleh kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan. Dana per bulan

yang disediakan rumah sakit sangat mencukupi untuk pengelolaan sampah

medis, dana tersebut digunakan untuk pengelolaan sampah medis sperti

pembuangan akhir sampah yang bekerjasama dengan pihak PT. Medivest,

pembelian plastik untuk pelapis tempat sampah, pembelian tempat sampah

jika ada yang rusak, dan untuk perbaikan sarana pengelolaan sampah

lainnya.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes merupakan rumah sakit umum swasta

pertama di Kabupten Brebes yang merupakan satu lembaga pelayanan

kesehatan terhadap masyarakat, yang awalnya dikelola oleh “Yayasan Bhakti

Asih “ dan kemudian menjadi “PT. Bhakti Asih”

Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes berlokasi di Jalan Pangeran Diponegoro

No. 125 Pesantunan Kec. Wanasari Kab. Brebes, mulai beroprasional pada

tanggal 01 Oktober 2002. Pada awal oprasional, Rumah Sakit Bhakti Asih

Brebes dengan luas lahan 4.520 m2 dan luas bangunan 1.808 m2 memiliki

kapasitas tempat tidur pasien sebanyak 60 bad.

Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes pada tahun 2009 berhasil memperluas

lahan menjadi 10.440 m2 dan luas bangunan 7.975,45m2 serta menambah

kapasitas tempat pasien menjadi 137 bad dan melengkapi pasilitas pelayanan

yang ada.

Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes termasuk Rumah Sakit Type C yang

telah terdaftar mulai 19/05/2012 dengan Nomor Surat Izin 503.

10/kppt/045/V/2010 dan Tanggal Surat Izin 10/05/2010 dari KPPT dengan

sifat tetap. Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes Mempunyai Fasilitas Pelayanan,

seperti pelayanan 24 jam, rawat inap, spesialis, pelayanan klinik, pelayanan

umum dan pelayanan penunjang. Ruamah Sakit ini mempunyai jumlah 209

tempat tidur inap, prosentase Bad Occupancy Rate (BOR) adalah 74,31% dan

Turn Over Interval (TOI) 1 hari.

52
53

B. Penimbulan Sampah Medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes merupakan salah tempat

kegiatan pelayanan kesehatan yang menghasilkan sampah medis,

namuntidak keseluruhan ruangan menghasilkan sampah medis. Ruangan

yang menghasilkan sampah medis diantaranya ruangan akasia, cemara,

cendana, mahoni, seruni, eboni, dewandaru, IGD, poliklinik, ICU dan VK-Peri.

Semua ruangan yang menghasilkan sampah medis telah disediakan tempat

sampah yang cukup untuk menampung sampah medis yang dihasilkan. Jenis-

jenis sampah medis yang dihasilkan di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

adalah :

1. Sampah benda tajam yang dihasilkan yaitu jarum suntuk, jarum infus,

pecahan obat, pisau bedah dan benda-benda tajam lainnya yang

terkontaminasi darah atau cairan tubuh.

2. Sampah infeksius yang dihasilkan yaitu selang infus, perban luka, kapas,

sarung tangan dan masker.

3. Sampah jaringan tubuh yang dihasilkan yaitu darah, organ, anggota badan,

placenta, cairan tubuh lain yang dibuang pada saat pembedahan dan

otopsi.

4. Sampah sitotoksis yang dihasilkan yaitu sisa obat yang digunakan untuk

terapi.

Proses penimbulan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

berdasarkan hasil pendataan berat sampah per ruangan pada tanggal 12 – 17

Mei 2017 mempunyai rata-rata berat per harinya yaitu 17,2 kg. Sampah yang

dihasilkan pada saat pendataan berat sampah selama 6 hari tergolong sangat

sedikit dibandingkan minggu sebelumnya dikarenakan sedikitnya pasien yang


54

datang untuk diperiksa maupun rawat inap dan operasi. Permasalahan yang

ditemukan pada tahap penimbulan sampah yaitu belum adanya pemisahan

jenis sampah medis. Salah satunya sampah medis yang berupa botol,

sampah yang mudah terbakar atau botol yang bertekanan belum ada

pemisahan, jadi sampah medis masih disatukan kecuali sampah benda tajam

menggunakan safety box. Permasalahan pada proses penimbulan tersebut

perlu ditangani dengan baik misalnya menyediakan tempat pewadahan

sampah yang khusus botol yang berbahan kaca dan melakukan penyuluhan

kepata tenaga medis rumah sakit tentang pemisahan jenis sampah medis,

supaya mengurangi beban kerja dan resiko kecelakaan kerja pada petugas

pengelola sampah medis maupun petugas insinerator pada saat melakukan

pembakaran sampah medis.

C. Pewadahan Sampah Medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

Pewadahan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

menggunakan tempat sampah yang berbentuk kotak yang dilapisi dengan

plastik yang berwarna kuning serta diberi label infeksius. Tempat sampah

medis di Rumah Sakit Umum Bhakti Asih Brebes berjumlah 35 buah dengan

volume masing-masing 60 liter dan ada 8 buah tempat sampah yang

volumenya 30 liter. Pewadahan sampah sudah dipisahkan antara sampah

medis dengan sampah non medis dan sudah terdapat label di setiap tempat

sampah medis maupun non medis.

Pewadahan sampah medis yang terdapat di setiap ruangan penghasil

sampah medis terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tidak mudah karat,

tahan terhadap benda tajam dan runcing, anti bocor, kedap air. Pewadahan
55

sampah medis belum ada pemisahan berdasarkan jenis sampah seperti botol

dan sampah yang mudah terbakar. Tempat sampah medis dilapisi

menggunakan pelastik yang berwarna kuning dan diganti sehari 3 kali

berdasarkan shif petugas kebersihan, dan untuk sampah medis benda

tajamseperti jarum suntik, spuit, silet bedah masuk kedalam safety box.

Tempat pewadahan sampah medis menurut Kepmenkes No.

1204/Menkes/SK/X/2004 :

a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,

dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya,

misalnya fiberglass.

b. Di setiap sumber penghasil sampah medis harus tersedia tempat

pewadahan yang terpisah dengan sampah non medis.

c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3

bagian telah terisi penuh.

d. Benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat

khusus(safety box) seperti botol atau karton yang aman.

e. Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak

langsung kontak dengan sampah harus segera dibersihkan dengan

larutan disinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan

untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan

limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.

Permasalahan pada proses pewadahan yang perlu segera ditangani

dengan baik misalnya mengganti kantong plastik sesuai dengan standar yang

berlaku.
56

D. Pengumpulan Sampah Medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

Pengumpulan sampah medis dilakukan oleh petugas menggunakan

tempat sampah yang berukuran besar dengan dilapisi plastik yang berwarna

kuning sebanyak tiga kali sehari yaitu pagi siang dan malam. Pengumpulan

sampah medis berada di bagian belakang rumah sakit di tempat

penampungan sementara sebelum selanjutnya diambil oleh pihak ketiga untuk

dibakat sesuai peraturan yang berlaku. Tempat pengumpulan sampah medis

berada di bagian belakang rumah sakit dan jaraknya jauh dari ruang rawat

inap, kantin maupun instalasi gizi.

Pengumpulan sampah medis dilakukan setiap hari atau kurang dari

sehari apabila 2/3 bagian telah terisi penuh. Untuk benda-benda tajam

hendaknya ditampuang pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau

karton yang aman, sehingga memudahkan untuk pengumpulan. Sampah

medis bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator dilingkungannya harus

membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam. Bagi rumah sakit yang

tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis padatnya harus

dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang

mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24

jam apabila disimpan pada suhu ruang. (Depkes RI, 2004).

Permasalahan pada proses pengumpulan sampah medis yaitu belum ada

jalur khusus untuk pengumpulan sampah, dalam proses pengumpulan

sampah medis masih ada petugas yang tidak menggunakan APD secara

lengkat, sampah yang dikumpulkan di tempat pengumpulan sementara tidak

tertata dengan rapih, sehingga sampah sampai keluar dari batas tempatnya.
57

Pengambilan sampah yang terkadang telat oleh pihak ketiga sehingga

sampah sampai menumpuk di tempat penampungan sementara.

E. Pengangkutan Sampah Medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

Proses pengangkutan sampah medis menggunakan troli dorong yang

digunakan khusus untuk mengangkut sampah medis, troli dorong pengangkut

sampah medis mempunyai permukaan rata, mudah diisi, mudah dibersihkan,

tidak mudah karat, dan troli masih dalam keadaan baik dan tertutup. Troli

pengangkut sampah medis rutin dibersihkan tetapi tidak semua dicuci setiap

hari setelah pemakaian. Pengangkutan sampah dilakukan tiga kali sehari,

pengangkutan sampah dengan cara mengambil sampah dari pewadahan

yang dilapisi kantong plastik yang berwarna kuning kemudian di masukan

kedalam troli pengangkut, tempat sampah medis kemudian dilapisi lagi

dengan plastik yang baru.

Menurut Kepmenkes RI No. 1204 tahun 2004 menjelaskan bahwa

peraturan transportasi sampah medis yang tepat yaitu :

1. Kantong limbah medis sebelum dimasukan ke kendaraan pengangkut

harus diletakan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

2. Pengangkutan limbah keluar rumah sakit menggunakan kendaraan

khusus.

3. Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia maupun

binatang.

4. Petugas yang menangani limbah harus menggunakan APD.

Permasalahan yang ditemukan pada tahap ini adalah belum ada petugas

khusus yang menangani sampah medis, petugas yang menangani sampah


58

medis yaitu house keeping dengan secara bergilir berdasarkan jadwal yang

ditentukan.

F. Pembuangan Akhir Sampah

Pembuangan akhir sampah bekerjasama dengan pihak ke-3 yaitu PT.

Medivest, pengangkutan sampah medis dilakukan seminggu 2 kali yaitu setiap

hari rabu dan jumat. Pengangkutan sampah medis di tahap pembuangan

akhir sampah menggunakan mobil box yang tertutup rapat untuk mencegah

pencemaran udara dari sampah yang menimbulkan bau yang tidak sedap.

Petugas pengangkutan sampah ke mobil box sudah menggunakan APD

secara lengkap seperti masker, sarung tangan, helm, dan sepatu boot.

G. Struktur Organisasi

Organisasi pelaksana limbah terdiri dari 42 orang yaitu 1 orang

koordinator/kepala instalasi kesehatan lingkungan dan 41 orang pelaksana

limbah. Belum terdapat struktur organisasi khusus untuk pengelolaan sampah

medis.

Penanggung jawab pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti

Asih Brebes yaitu kepala instalasi kesehatan lingkungan, pendidikan terakhir

kepala instalasi kesehatan lingkungan yaitu DIII Kesehatan Lingkungan.

H. Dana Pengelolaan Sampah Medis

Dana untuk kegiatan dalam pengelolaan sampah medis setiap bulan

berasal dari Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes yang tercantum dalam daftar

anggaran, dana tersebut digunakan untuk membayar pihak ke-3 dalam


59

pembuangan akhir/pemusnahan sampah medis, pembelian plastik, dan untuk

kegiatan lainnya.

Dana yang disediakan rumah sakit untuk kegiatan pengelolaan sampah

medis bisa dikatakan cukup, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan

responden(kepala instalasi kesehatan lingkungan) tidak ada kendala dalam

pendanaan dan kegiatan pengelolaan sampah medis berjalan dengan lancar.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Penimbulan sampah medis di Rumah Sakit Bhkati Asih Brebes

Ruangan kegiatan pelayanan kesehatan yang menghasilkan sampah

medis, yaitu ruang rawat inap, IGD, poliklinik, ICU, laboratorium dan VK.

Rata-rata berat sampah yang dihasilkan yaitu 17,2 kg per hari dan volume

penimbulan sampah tidak melebihi kapasitas pewadahan sebelum

pengangkutan sampah. Dalam penimbulan sampah medis belum

semuanya ada pemisahan berdasarkan jenis sampah medis seperti

sampah berupa botol obat/pecahan botol, botol bertekanan masih

disatukan dengan sampah medis lainnya.

2. Pewadahan sampah medis

Tempat pewadahan sampah medis berjumlah 35 buah dengan

volume masing-masing 60 liter dan ada 8 buah yang bervolume 30 liter.

Sudah ada pemisahan antara sampah medis dan sampah non medis

beserta label di setiap tempat pewadahan. Penggantian kantong plastik

pelapis tempat sampah medis masih ada yang menggunakan plastik yang

berwarna hitam.

3. Pengumpulan sampah medis

Pengumpulan sampah medis dilakukan oleh petugas housekeeping,

tempat pengumpulan sampah berada di belakang bagian rumah sakit.

Permasalahan pada proses pengumpulan yaitu belum ada jalur khusus,

masih ada petugas yang tidak menggunakan APD secara lengkap,

60
61

sampah medis di tempat pengumpulan tidak tertata dengan rapih dan

pengambilan sampah medis terkadang telat oleh pihak ketiga.

4. Pengangkutan sampah medis

Pengangkutan sampah medis dilakukan oleh petugas housekeeping

menggunakan troli dorong yang digunakan khusus untuk sampah medis,

pengangkutan sampah medis dilakukan tiga kali sehari. permasalahan

pada tahap pengangkutan yaitu belum ada petugas khusus penanganan

sampah medis dan petugas masih ada yang tidak menggunakan APD

secara lengkap.

5. Pembuangan akhir sampah medis

Pembuangan akhir sampah bekerjasama dengan pihak ke-3 yaitu

PT. Medivest, pengangkutan sampah medis dilakukan seminggu 2 kali

yaitu setiap hari rabu dan jumat. Pengangkutan sampah medis di tahap

pembuangan akhir sampah menggunakan mobil box yang tertutup rapat

untuk mencegah pencemaran udara dari sampah yang menimbulkan bau

yang tidak sedap. Petugas pengangkutan sampah ke mobil box sudah

menggunakan APD secara lengkap seperti masker, sarung tangan, helm,

dan sepatu boot.

6. Struktur organisasi dan dana pengelolaan sampah medis

Terdapat 42 orang dalam pengelolaan sampah medis, 1 orang

sebagai koordinator dan 41 sebagai pelaksana limbah.

Anggaran dana perbulannya disediakan rumah sakit untuk kegiatan

pengelolaan sampah medis, dana yang didapatkan digunakan untuk

kegiatan pengelolaan sampah medis seperti pemusnahan akhir sampah,

pembelian plastik, dan kegiatan lainnya.


62

7. Penilaian checklist pengelolaan sampah medis

Hasil penilaian checklist pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti

Asih Brebes memenuhi standar dengan nilai 86% (Menurut Kepmenkes RI 1204

tahun 2004 batas standar hasil penilaian pengelolaan sampah medis adalah skor

minimal 80% untuk type rumah sakit kelas C).

B. Saran

1. Untuk penanggung jawab pengelolaan sampah medis

a. Mengevaluasi jadwal pengangkutan sampah dengan pihak ketiga agar

sampah tidak menumpuk melebihi kapasitas di tempat penampungan.

b. Memperketat pengawasan petugas pelaksana khususnya dalam

pemakaian APD untuk mencegah potensi kecelakaan kerja.

c. Membentuk petugas khusus untuk pelaksanaan pengelolaan sampah

medis.

2. Untuk petugas pelaksana pengelolaan sampah medsi

a. Tempat sampah yang telah digunakan harus dicuci setiap hari.

b. Pengumpulan sampah ditata dengan rapih agar sampah tidak meluap

dari tempat pengumpulan sementara.

c. Mengganti kantong plastik pelapis tempat sampah sesuai peraturan

yang ditetapkan.

d. Menggunakan APD secara lengkap pada saat pelaksanaan

pengelolaan sampah medis.


63

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I, 1992, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia,


Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan R.I

, 1997, Undang-undang Republik Indonesia


Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta :
Departemen Kesehatan

, 2001, Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun, Jakarta : Presiden Republik Indonesia

, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta : Departemen Kesehatan

Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial Problematika dan pengendaliannya, Jakarta:


Salemba Medika.

Ferdinand Samuel, 2001, Tinjauan Pengelolaan Sampah di Rumah Sakit Umum


Daerah Prof. Dr. W. Z. Yohannes Kupang Tahun 2001, Purwokwerto :
Depkes R.i., Poltekkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan
Purwokerto.

Gramelia Dwi Witriana, 2010, Studi Pengolahan Sampah di Rumah Sakit Khusus
Bedah Jatiwinangun Purwokerto Kabupaten Banyumas Tahun 2010, KTI,
Purwokerto Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan.

Hapsari Riza, 2010, Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di


RSUD dr Moewardi Surakarta, Tesis, Semarang : Universitas Diponegoro
Semarang Program Pasca Sarjana Kesehatan Lingkungan,
eprints.undip.ac.id/23847/1/RIZA_HAPSARI. Pdf, tanggal akses 7 Februari
2017 Pukul 02:17

Komang Ni Ayu Artiningsih, 2008, Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan


Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jombang, Kota
Semarang), Tesis, Semarang : Universitas Diponegoro program Magister
Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana
(http:/eprints.undip.ac.id/18387/1/Ni_Komang_Ayu_Artiningsih.pdf) tanggal
akses 7 februari 2017 Pukul 01:56

Lilis Suryani, 2010, Studi Pengolahan Sampah di Rumah Sakit Umum Hidayah
Kabupaten Banyumas Tahun 2010, KTI, Purwokerto: Kementrian
Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Semarang Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
64

Maimunah, 2002, Gambaran Perilaku Petugas Rumah Sakit terhadap Sistem


Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Kusta Sinacang Belawan
Tahun 2002, Skripsi, Medan : Universitas Sumatera Utara Fakultas
Kesehatan Masyarakat,
http//repostory.usu.ac.id/bit.stream/123456789/14791/1/001/000227 pdf
tanggal akses 27 november 2016 Pukul 21:24

Pruss A. Giroult. G, Ruslibrook. P, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan.


Kesehatan, Jakarta: EGC

Rakhma Febrina, 2011, Sistem Pengelolaan Sampah Padat di Rumah Sakit X


Jakarta, Skripsi, Jakarta : Universitas Indonesia Jakarta Program Sarjana
Kesehatan Masyarakat,
http://www.academia.edu/14786090/FAKULTAS_KESEHATAN_MASYA
RAKAT. tanggal akses 6 februari 2017 Pukul 20:28

Suharsini Arikunto, 1992, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Jakarta


: rineka cipta.

Sulung Prasetyo, 2003, Masalah Sampah Medis Rumah Sakit di Indonesia, 27


Desember 2008

Tri Cahyono, 2014, Pedoman Penulisan Proposal Penelitian dan Karya Tulis
Ilmiah / Skripsi, Purwokerto: Perpustakaan Kampus 7 Politeknik Kesehatan
Semarang.

Wiku Adi Sasmito, 2007, Audit Lingkungan Rumah Sakit, Jakarta: Rajawali Pers.
4
65

Lampiran 1

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

CHECKLIST PENILAIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS

No Variabel Komponen yang dinilai Nilai Skor


1 Penimbulan a. Setiap ruangan terdapat 25 250
(Bobot 10) tempat sampah
b. Tempat sampah mudah 25 250
terjakau
c. Dilakukan pemisahan 25 250
antara masing-masing
jenis sampah medis
d. Sampah medis tidak ada 25 250
yang berceceran
e. Terdapat 25 250
anjuran/poster/stiker
untuk pemisahan jenis
sampah
f. Volume penimbulan 25 150
sampah medis tidak
melebihi kapasitas
tempat sampah
2 Pewadahan a. Tempat sampah terbuat 40 400
(Bobot 10) dari bahan yang
kuat,cukup ringan, tahan
karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan
yang halus pada bagian
dalamnya, misalnya
fiberglass

b. Di setiap sumber 40 400


penghasil sampah medis
tersedia tempat
pewadahan yang
terpisah dengan sampah
non medis

c. Kantong plastik tempat 40 400


sampah medis di angkut
setiap hari atau kurang
sehari apabila 2/3
bagian telah terisi
d. Untuk benda benda 40 400
66

tajam ditampung pada


tempat khusus (sefety
box) seperti botol atau
karton yang aman
e. Container segera 40 400
dicuci/didesinfeksi
setelah digunakan dan
kantong plastik yang
telah dipakai tidak
digunakan lagi
3 Pengumpulan a. Tempat pengumpulan 300
(Bobot 10) jauh dari kantin, ruang
pemeriksaan dan ruang 30
perawatan

b. Tempat pengumpulan 30 150


sampah segera
dibersihkan/didesinfeksi
setelah dikosongkan

c. Tempat pengumpulasn 30 300


sampah medis dan non
medis dipisah

d. Tidak menjadi sarang 30 300


vektor dan binatang
pengganggu
e. Tidak ada sampah yang 30 0
berserakan di sekitar
tempat pengumpulan
sampah
4 Pengangkutan a. Melalui jalur khusus 20 0
(Bobot 10) b. Pengangkutan sampah 20 200
medis dan non medis
terpisah
c. Terbuat dari bahan yang 20 200
kuat dan tidak muah
berkarat
d. Setiap petugas 20 100
dilengkapi dengan alat
proteksi dan pakaian
kerja khusus
e. Alat angkut permukaan 15 150
rata dan mudah
dibersihkan
f. Menggunakan grobak 20 200
khusus
g. Terdapat jadwal 20 200
pengangkutan
67

h. Mudah diisi dan 15 150


dikosongkan serta
mudah dibersihkan
5 Pengolahan a. Sudah ada pemisahan 20 150
dan antara jenis dan
pemanfaatan golongan sampah medis
(Bobot 10) b. Terdapat petugas 20 0
khusus yang melakukan
pengolahan
c. Tenaga pengolah 20 100
menggunakan pakaian
kerja (APD)
d. Sampah tidak 20 200
berceceran ketika
dilakukan pengolahan
e. Bahan atau alat yang 20 0
dapat dimanfaatkan
kembali dilakukan
sterilisasi terlebih dahulu
6 Pemusnahan a. Pemusnahan sampah 50 500
(Bobot 10) medis menggunakan
incenerator
b. Pemusnahan sampah 50 500
medis dilakukan oleh
pihak ketiga
c. Dilakukan pemisahan 50 500
antara sampah medis
dan non medis saat
dilakukan pemusnahan
d. Sampah infeksius dan 50 500
sitotoksik dimusnakhan
dengan incenerator
dengan suhu 10000C
e. Sampah farmasi 50 500
dikembalikan kepada
distributor, bila tidak
memungkinkan. Supaya
dimusnahkan melalui
incenerator pada suhu
10000C
68

Item Penilaian :

Jumlah skor (bobot x Nilai)


penilaian : x 100%
100

KEPMENKES RI 1202 (2004) :


Skor minimal untuk Type Kelas Rumah Sakit C adalah 80%

8600
penilaian hasil observasi : 100% = 86%
100

Simpulan dari hasil penilaian menurut Kepmenkes RI 1204 tahun 2004,


pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes memenuhi
standar.
69

Lampiran 2

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

PEDOMAN WAWANCARA
Bagi kepala bagian HS RS Bhakti Asih Brebes Kabupaten Brebes.

A. DATA UMUM

1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jenis Kelamin :
5. Jabatan :
6. Pendidikan :

B. DATA KHUSUS
1. Instansi yang melakukan pemusnahan sampah medis di RS Bhakti Asih
Brebes Kabupaten Brebes
( ) Pihak rumah sakit
( ) pihak ke 3
2. Bagaimana stuktur organisasi pengelolaan sampah medis di RS Bhakti
Asih Brebes Kabupaten Brebes?
3. Siapa yang bertanggung jawab mengelola sampah medis?
4. Dana pengelolaan sampah medis berasal darimana?
5. Menurut saudara apakah dana yang didapatkan mencukupi ? bila
tidak,mengapa?
6. Berapa jumlah staf yang ada?
7. Berapa jumlah tenaga pelaksana pengelola sampah medis?
8. Menurut saudara jumlah tenaga plaksana pengelolaan sampah medis
cukup/tidak? Bila tidak,mengapa?
70

9. Pernahkah petugas pengelola sampah medis mendapat training atau


pelatihan dalam pengelolaan sampah medis yang baik dan benar?
10. Jika pernah, dimana?
11. Pernahkan petugas pelaksana pengelolaan sampah medis mendapat
masalah dalam melaksanakan tugasnya?
12. Jika ya,upaya-upaya apa yang saudara lakukan untuk mengatasi
permasalahan dalam pengelolaan sampah medis tersebut?
71

Lampiran 3

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

PEDOMAN WAWANCARA
Bagi Petugas Pelaksana Pengelolaan Sampah Medis

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Jabatan :
5. Pendidikan :
6. Tanggal :
B. Data umum
1. Berapa jumlah petugas plaksana pengelolaan sampah?
2. Apakah ada pembagian tugas dalam plaksanaan pengelolaan
sampah medis?
3. Berapa bagian dalam penugasan plaksanaan pengelolaan sampah
medis?
C. Data khusus
1. APD (Alat Pelindung Diri) apa saja yang disediakan untuk petugas
yang kontak langsung dengan sampah medis, sebutkan?
2. Berapa tempat sampah medis yang tersedia di RS Bhakti Asih Brebes
Kabupaten Brebes?
3. Bagaimana cara pemisahan sampah medis?
4. Berapa kapasitas penampungan sampah medis?
5. Berapa jumlah sarana pengumpulan sampah medis?
6. Berapa kali pengumpulan sampah medis dilakukan dalam sehari?
7. Apa jenis alat angkut yang digunakan?
8. Berapakah kapasitas pengangkutan sampah medis?
9. Bagaimana cara pengolahan sampah medis?
72

10. Sistem apakah yang digunakan dalam pembuangan akhir sampah


medis?
11. Berapakah kapasitas incenerator yang digunakan?
12. Berapa kali pemusnahan sampah medis dilakukan?
73

Lampiran 4

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

Prosedur Pengukuran Berat Sampah Medis

A. Alat dan Bahan


1. Timbangan
2. Box sampling
3. Sampah medis rumah sakit

B. Prosedur Kerja
1. Box sampling ditimbang (kg) dan catat
2. Masukkan sampah medis ke dalam box sampling
3. Timbang sampah medis (kg) dan catat
4. Berat sampah medis dikurangi dengan berat box sampling
5. Catat hasilnya
74

Lampiran 5

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

Hasil Pengukuran Berat Sampah di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

Sumber Berat Sampah yang Dihasilkan


No
Sampah Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

1 IGD 10 kg 7,5 kg 4,5 kg - 2 kg 1,5 kg

2 Poliklinik 0,3 kg 0,4 kg - 0,3 kg 0,5 kg 0,4 kg

3 ICU 2,1 kg 0,2 kg 0,2 kg 0,1 kg 0,1 kg 0,1 kg

4 VK-Peri 8,5 kg 10 kg 4,1 kg 2,1 kg 1 kg 3 kg

5 Akasia 2,5 kg 1,5 kg 4,5 kg - - -

6 Cemara 4 kg 3,5 kg 3,5 kg - - -

Cendana-
7 6 kg 1 kg 1 kg 0,2 kg 2,1 kg 0,2 kg
Mahoni

8 Seruni - 1 kg - - - -

9 Eboni 1,5 kg - - - - 3 kg

10 Dewandaru 5 kg - - - 1 kg 3 kg

Jumlah 39,9kg 25,1kg 17,8kg 2,7kg 6,7kg 11,2kg

Rata – rata 3,99kg 2,51kg 1,78kg 0,27kg 0,67kg 1,12kg


75

Lampiran 6

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

Penggunaan APD Pada Petugas Pengelolaan Sampah Medis

No Penggunaan Alat Pelindung Diri Ya Tidak

1 Petugas memakai sarung tangan sewaktu 41 0


bekerja

2 Petugas memakai pakaian kerja sewaktu 0 41


bekerja

3 Petugas memakai topi sewaktu bekerja 2 39

4 Petugas memakai sepatu boot sewaktu 4 37


bekerja

5 Petugas memakai masker sewaktu bekerja 33 8

6 Petugas memakai pelindung mata sewaktu 0 41


bekerja jika diperlukan
76

Lampiran 7

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

Deskriptif Volume Sampah Pada Tempat Pewadahan


Tanggal 12 Mei – 17 Mei 2017

Volume Sampah
Tanggal
No
Penelitian
>3/4 Bagian Dari Tempat <3/4 Bagian Dari Tempat
Sampah Sampah

1 12 Mei 2017 1 34

2 13 Mei 2017 2 33

3 14 Mei 2017 1 34

4 15 Mei 2017 - 35

5 16 Mei 2017 - 35

6 17 Mei 2017 1 34
77

Lampiran 8

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

Alat Angkut Sampah Medis Tempat Pewadahan Sampah Medis

Tempat Penampungan
Sampah Medis Sementara Timbangan Sampah Medis
78

Lampiran 9

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS


DI RS BHAKTI ASIH BREBES KABUPATEN BREBES TAHUN 2017

Denah Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes

Anda mungkin juga menyukai