Anda di halaman 1dari 73

GAMBARAN SANITASI MASJID DARUL IHSAN

DI KECAMATAN BASO KABUPATEN AGAM


TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan ke Program Studi D3 Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Padang sebagai Pemenuhan Syarat Tugas Akhir
Penelitian Karya Tulis Ilmiah dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma 3 Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Padang

Oleh :

GHELISTYA DAUW
NIM : 141110010

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017


GHELISTYA DAUW (141110010)

Gambaran Sanitasi Masjid Darul Ihsan di Kecamatan Baso Kabupaten


Agam Tahun 2017

vi + 43 Halaman + 8 tabel + 6 Lampiran

ABSTRAK

Sanitasi Masjid adalah usaha pengendalian melalui kegiatan pengawasan


dan pemeriksaan terhadap pengaruh – pengaruh yang ditimbulkan oleh masjid
yang erat hubungannya dengan timbul atau merebaknya suatu penyakit. Di Masjid
Darul Ihsan Baso, sampah dikumpulkan secara terbuka, terdapat bau tidak sedap
di tempat berwudhu dan sumber mata air masjid untuk berwudhu tidak terlindung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kondisi Sanitasi Masjid Darul
Ihsan Baso.
Penelitian ini bersifat deskripif yaitu melihat gambaran kondisi sanitasi
Masjid Darul Ihsan di Baso Kabupaten Agam, yang dilakukan pada bulan Mei
Tahun 2017. Objek pada penelitian ini adalah Masjid Darul Ihsan, meliputi
kondisi lingkungan, bangunan dan fasilitas sanitasi masjid dengan cara melakukan
pengamatan langsung menggunakan checklist yang berpedoman kepada
Kepmenkes RI No. 288/ Menkes/ SK/ III/2003 tentang penyehatan sarana dan
bangunan umum masjid, langgar dan surau.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 3 item kondisi
sanitasi Masjid Darul Ihsan Baso hanya 2 item yang memenuhi syarat yaitu
kondisi lokasi masjid dan kondisi bangunan masjid. Kondisi lokasi masjid dengan
skor (100%) memenuhi syarat, kondisi bangunan masjid dengan skor (89,8%)
memenuhi syarat, kondisi sanitasi masjid dengan skor (56,01%) tidak memenuhi
syarat.
Sebaiknya pengurus Masjid Darul Ihsan Kecamatan Baso lebih
melakukan pengawasan dan pemantauan sanitasi masjid, dan jamaah sebaiknya
ikut menjaga kebersihan dan kesehatan Masjid Darul Ihsan.

Kata kunci : Sanitasi Masjid


Daftar Pustaka : 13 (1986-2015)
HEALTH POLYTECHNIC OF HEALTH MINISTRY PADANG
ENVIRONMENTAL HEALTH DEPARTEMENT

Scientific Paper, June 2017


GHELISTYA DAUW (141110010)

Sanitation Description of Masjid Darul Ihsan in Baso Distric Agam Regency


Year 2017

vi + 43 pages + 8 table + 6 attachments

ABSTRACT

Sanitation Masjid is a control effort through the activities of supervision


and examination of the effects caused by the masjid is closely related to the
emergence or spread of a disease. In Masjid Darul Ihsan Baso, garbage collected
openly, there is a bad odor in the place of ablution and the source of the masjid’s
springs for shirking is not protected. The purpose of this research is to know
Sanitation Condition of Masjid Darul Ihsan Baso.
This research is descriptive characteristic of viewing sanitation condition
of Masjid Darul Ihsan in Baso Regency of Agam, conducted in May of 2017. The
object of this research is Masjid Darul Ihsan, covering environmental condition,
building and sanitation facilities of masjid by doing direct observation using
checklist based on Kepmenkes RI. 288/Menkes/SK/III/2003 on restructuring of
public facilities and buildings of masjid, langgar and surau.
Based on the result of research that has been done, from 3 items sanitary
condition of Masjid Darul Ihsan Baso only 2 items fulfill the condition of masjid
location and masjid building condition. Condition of masjid location with score
(100%) fulfilled requirement, condition of masjid building with score (89,9%)
fulfilled requirement, sanitation condition of masjid with score (56,01%) not
qualified.
We recommend that the caretaker of the Masjid Darul Ihsan in Baso
District supervise and monitor the sanitation of the masjid, and the residents
should take care of the hygiene and health of the Masjid Darul Ihsan.

Keyword : Sanitation Masjid


Reading List : 13 (1986-2015)
“Oainñimn SMifi h4es,i id Oerm I hs*n d I K icaniainn Dose xabupten Ay

Tulis ttmiafi ini t*Ioh dipcri Iczz, di jui otti.Pcmhi»\bing K:T ( 2ro n
Stridi D3 Keelmn UrigFungan.den telah siap untuk
dlpertnlionkrin Hi Ppan Tim PHguji KTI Jurvien
Kcsi4iaten 1.Inhuman
PERNVATnAN PEOP ETUJ U AN RE bfGlJJ fi
fiarya Toils ItmIa8

”G*m1mc*oSimsiWw@d Jh•%diKo’émnâmB K»bup» Agsm


TJun2017”

Kwy*Tt›*llmiâh al«bduyidoñ4iynâhñ1wmdidcp•nñmTimP i
UjmnKny*TutIInñahIunmaoKmflatmnigknn mPokeik

BaQ Jui20l7

Pembimbing I Pembimbing II

Nfi•. f 980091420od0a 1012 nllP. 19.6â.0924198 703I ID I

NSP. l97m0 I 32O£D 122002


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ghelistya Dauw

NIM 141110010

Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 28 Oktober 1995

Alamat : Surau Gadang, Jorong Sungai Angek, Kanagarian


Simarasok, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam

Status : Belum Kawin

Agama : Islam

Nama Orang Tua

Ayah : Drs. Dwi Augustyono (Alm.)

Ibu : Yenni Wetti

Riwayat Pendidikan

1. TK Islam Al-Falah Bukittinggi : Tahun 2000 - 2001


2. SD Negeri 01 Baringin Anam Baso : Tahun 2002 - 2008
3. SMP Negeri 1 Baso : Tahun 2008 - 2011
4. SMA Negeri 1 Baso : Tahun 2011 - 2014
5. D3 Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Padang : Tahun 2014 - 2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan do'a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, dimana dengan berkat serta Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemui

kesulitan maupun rintangan.

Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu

rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D3 Jurusan

Kesehatan Lingkungan di Politeknik Kementerian Kesehatan Padang, dan juga

sebagai prasyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan D3 Jurusan Kesehatan

Lingkungan pada masa akhir pendidikan.

Judul Karya Tulis Ilmiah ini" Gambaran Sanitasi Masjid Darul Ihsan di

Kecamatan Baso Kabupaten Agam Tahun 2017 “.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan

keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada belum

sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis selalu

terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Bapak Darwel, SKM,

M.Epid selaku Pembimbing Materi Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Bapak Erdi

Nur, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah serta

berbagai pihak yang penulis terima, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :


1. Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kementerian Kesehatan

Padang.

2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan

3. Bapak Evino Sugriarta, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D3 Jurusan

Kesehatan Lingkungan

4. Dosen dan staf Jurusan Kesehatan Lingkungan

5. Pihak Puskesmas Baso yang telah memberikan data

Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan

balasan dan pahala yang setimpal kepada beliau-beliau yang penulis sebutkan di

atas. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan menunjang

perkembangan ilmu pengetahuan.

Padang, Juni 2017

GD
DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
1. Tujuan Umum........................................................................................4
2. Tujuan Khusus........................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................4
E. Ruang Lingkup.............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sanitasi.........................................................................................................6
B. Sanitasi Tempat-Tempat Umum..................................................................7
C. Teknis Implementasi Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU)..................9
1. Identifikasi Masalah.................................................................................9
2. Langkah Pemeriksaan STTU...................................................................9
3. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sanitasi (Follow Up).......................14
4. Sistem Penilaian dan Analisis Permasalahan........................................16
5. Sistem Pencatatan dan Pelaporan..........................................................16
D. Rumah Ibadah (Masjid)..............................................................................17
E. Persyaratan Sanitasi Masjid........................................................................18
F. Kualitas Air Bersih.....................................................................................20
G. Tempat Pembuangan Sampah....................................................................21
H. Jamban........................................................................................................23
I. Saluran Pembuangan Air Limbah..............................................................24
1. Jenis Air Limbah....................................................................................24
2. Sumber Air Limbah...............................................................................25
3. Karakteristik Air Limbah.......................................................................26
J. Alur Penelitian............................................................................................27
K. Definisi Operasional...................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian........................................................................................30
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................30
C. Objek Penelitian.........................................................................................30
D. Cara Pengumpulan Data.............................................................................30
E. Instrumen Penelitian...................................................................................31
F. Teknik Pengolahan, Penyajian dan Analisis Data......................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Masjid Darul Ihsan Baso..............................................32
B. Hasil Penelitian..........................................................................................32
1. Kondisi Lingkungan dan Bangunan Masjid Darul Ihsan Baso.............32
2. Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan Baso...........................................34
C. Pembahasan................................................................................................36
1. Kondisi Lingkungan dan Bangunan Masjid Darul Ihsan Baso.............36
2. Kondisi Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan Baso..............................38
3. Gambaran Kondisi Sanitasi Masjid Darul Ihsan Baso..........................42
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................................43
B. Saran...........................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Beberapa Penyakit Bawaan Sampah dan Agentnya.................................21


Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Masjid Darul
Ihsan Tahun 2017.....................................................................................32
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Masjid Darul
Ihsan Tahun 2017.....................................................................................33
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan Tahun 2017....34
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan Tahun 2017....34
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan Tahun 2017....35
Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan Tahun 2017....35
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Fisik Air Masjid Darul Ihsan Baso Tahun 2017........38
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : Data Sekunder dari Klinik Sanitasi Puskesmas

Baso LAMPIRAN B : Denah Lokasi Penelitian

LAMPIRAN C : Form Penilaian Sanitasi Masjid

LAMPIRAN D : Prosedur Pemeriksaan Fisik Air

Bersih LAMPIRAN E: Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN F : Lembaran Konsultasi Karya Tulis Ilmiah


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.1

Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip

nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan

sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing

bangsa bagi pembangunan nasional.1

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. 1

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling

berkaitan dengan masalah – masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian

pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi

kesehatannya sendiri. Tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya

terhadap masalah “sehat – sakit” atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang

mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat,

untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan secara ringkas yaitu lingkungan,

perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.2


Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor

tersebut secara bersama – sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu

faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status

kesehatan akan tergeser kearah di bawah optimal.2

Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) mendefinisikan

kesehatan lingkungan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang

keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk

mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.3

Tempat – tempat umum yaitu tempat kegiatan bagi umum, yang mempunyai

tempat, sarana dan kegiatan tetap, diselenggarakan badan pemerintah, swasta dan

atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.3

Tempat – tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya

penularan penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya.

Pengawasan atau pemeriksaan sanitasi terhadap tempat – tempat umum dilakukan

untuk mewujudkan lingkungan tempat – tempat umum yang bersih guna

melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan

gangguan kesehatan lainnya.4

Sanitasi tempat – tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi

kegiatan yang berlangsung di tempat – tempat umum terutama yang erat

hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga

kerugian yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut dapat dicegah. Sarana dan

bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila

memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan

penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus
memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Penyelenggaraan

sarana dan bangunan umum berada di luar kewenangan Departemen Kesehatan,

namun sarana dan bangunan umum tersebut harus memenuhi persyaratan

kesehatan.3

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi

lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara

komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat

layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi.5

Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya yang dipakai untuk

berkumpul oleh masyarakat umum, pada waktu - waktu tertentu guna melakukan

ibadah agama Islam.5

Baso merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Agam, Sumatera Barat,

Indonesia. Kecamatan ini menghubungkan dua kota yaitu sekitar 10 km dari Kota

Bukittinggi dan 15 km dari Kota Payakumbuh, menjadikan Kecamatan Baso jalur

lalu lintas utama provinsi pulau Sumatera.

Dari data Puskesmas Baso tahun 2014, diketahui bahwa sarana ibadah sehat

masih 62,79% dikarenakan kondisi bangunan dan fasilitas sanitasi tidak

memenuhi syarat.

Masjid Darul Ihsan berada di Jorong Baso, Kanagarian Tabek Panjang,

Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Dibangun pada tahun 1878, Masjid Darul

Ihsan merupakan tempat ibadah warga Jorong Baso. Tak hanya sebagai tempat

ibadah, Masjid Darul Ihsan juga merupakan tempat masyarakat

menyelenggarakan acara – acara keagamaan.


Dari survey awal yang dilakukan, air yang digunakan untuk berwudhu

berasal dari sumber mata air akan tetapi tidak terlindung, terdapat bau tidak sedap

di tempat berwudhu, dan sampah dikumpulkan di belakang masjid secara terbuka.

Berdasarkan keterangan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai gambaran sanitasi Masjid Darul Ihsan di Kecamatan Baso

Kabupaten Agam Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah Bagaimana Gambaran Sanitasi Masjid Darul Ihsan di Kecamatan Baso

Kabupaten Agam Tahun 2017.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sanitasi Masjid Darul Ihsan di Kecamatan

Baso Kabupaten Agam Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya kondisi lingkungan Masjid Darul Ihsan di Kecamatan Baso

Kabupaten Agam Tahun 2017.

b. Diketahuinya kondisi bangunan Masjid Darul Ihsan di Kecematan Baso

Kabupaten Agam Tahun 2017.

c. Diketahuinya kondisi fasilitas sanitasi masjid Darul Ihsan di Kecamatan

Baso Kabupaten Agam Tahun 2017.

D. Manfaat
1. Sebagai bahan masukan untuk pengelola Masjid dalam mewujudkan

Tempat Ibadah yang Sehat.

2. Sebagai sumber informasi tentang gambaran sanitasi Masjid Darul Ihsan

serta pentingnya sanitasi Tempat Ibadah.

3. Menambah pengetahuan penulis dalam bidang sanitasi tempat – tempat

umum khususnya sanitasi tempat ibadah.

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah kondisi lingkungan, bangunan dan

fasilitas sanitasi (air bersih, tempat sampah, jamban dan saluran pembuangan air

limbah) Masjid Darul Ihsan di Kecamatan Baso Kabupaten Agam tahun 2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sanitasi
Sanitasi, menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai memelihara

kesehatan. Menurut WHO, sanitasi adalah upaya pengendalian faktor lingkungan

fisik manusia, yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal – hal

yang merugikan, bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup

manusia.3

Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya

kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sanitasi merupakan salah satu

komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku yang disengaja untuk

membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuh langsung

dengan harapan dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.4

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap pelbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau

mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Jadi lebih mengutamakan

usaha pencegahan terhadap pelbagai faktor lingkungan, sedemikian rupa sehingga

munculnya penyakit dapat dihindari. Dapat ditambahkan bahwa jika menyebutkan

tentang jumlah bibit penyakit yang terdapat dalam bahan – bahan yang terdapat

pada lingkungan fisik manusia sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan

manusia dapat terpelihara dengan sempurna.6

Dalam penerapannya di masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air,

pengolahan limbah, pengelolaan sampah, control vector, pencegahan dan

pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi makanan serta pencemaran udara.4


B. Sanitasi Tempat – Tempat Umum
Sanitasi Tempat – Tempat umum (Public Health Sanitation) adalah suatu

usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya pada usaha – usaha

kebersihan / kesehatan tempat – tempat umum (TTU) dalam melayani masyarakat

umum sehubungan dengan aktivitas tempat – tempat umum tersebut secara

fisiologis, psikologis, mencegah terjadinya penularan penyakit atau kecelakaan

serta estetika, antar-penghuni, pengguna, dan masyarakat sekitarnya.8

Sanitasi tempat – tempat umum merupakan usaha untuk mengawasi

kegiatan yang berlangsung di tempat – tempat umum terutama yang erat

hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit, sehingga

kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut dapat dicegah. Sarana dan

bangunan umum dinyatakan memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat

mencegah penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat

sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya

kecelakaan.3

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi

lingkungan ini antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara

komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit atau tempat

layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi.5

Pembahasan mengenai persyaratan sanitasi tempat – tempat umum

mencakup semua persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah atau dinas terkait. Pelaksanaan dan pengawasan sanitasi tempat-

tempat umum dilakukan secara berkala dan menjadi tanggung jawab wilayah

kerja puskesmas setempat.5

Tujuan pengawasan sanitasi tempat – tempat umum, antara lain5 :


1. Untuk memantau sanitasi tempat – tempat umum secara berkala.

2. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam

menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum.

3. Mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular (communicable

disease) dan penyakit akibat kerja (occupational disease).

Untuk dapat menetapkan dan membedakan apakah sebuah tempat termasuk

golongan tempat umum atau bukan, maka ditetapkan batas – batas ketentuan yang

disebut “kriteria”. Kriteria tempat-tempat umum sebagai berikut5 :

1. Tempat tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum bukan masyarakat

khusus.

2. Ada tempat dan kegiatan permanen.

3. Di dalam tempat tersebut dilakukan kegiatan atau aktivitas yang dapat

menimbulkan terjadinya penularan penyakit, penyakit akibat kerja dan

kecelakaan.

4. Di dalam tempat tersebut terdapat fasilitas atau perlengkapan yang dapat

menimbulkan penyakit atau kecelakaan.

Apabila sebuah tempat telah memenuhi ktiteria tersebut, maka dapat

digolongkan sebagai tempat umum/public place. Setiap public place dikenakan

peraturan – peraturan yang berlaku bila tidak memenuhi persyaratan. Sangsi

hukuman dapat berupa; (a) Peringatan-peringatan (Reprimant), (b) Hukuman

(Penalty), umumnya peringatan yang ke III merupakan hukuman dalam bentuk

larangan mengadakan operasional selanjutnya yang disertai pencabutan ijin

usaha.5
Usaha pengawasan dan peningkatan Sanitasi tempat–tempat umum di dalam

pelaksanaannya perlu menimbangkan beberapa aspek pendekatan agar program

yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Aspek pendekatan yang

dipergunakan sehubungan dengan penyelenggaraan tersebut mencakup; (a) aspek

teknis, (b) aspek sosial ekonomi, dan (c) aspek administrasi manajemen.5

C. Teknis Implementasi Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU)


1. Identifikasi Masalah
a. Dilaksanakan melalui orientasi keadaan sanitasi secara garis besar.

b. Untuk mencari permasalahan umum STTU

c. Disebut : preliminary survey

d. Melakukan peninjauan lapangan dari bagian luar (external area),

kemudian pada bagian dalam (internal area)

e. Peninjauan dilakukan selurus wilayah TTU dan menitikberatkan pada

Lokasi Umum (Public area)

f. Tahapan identifikasi:

1) Datang ke lokasi

2) Meninjau dan melihat keadaan umum sanitasi

3) Mengetahui secara garis besar keadaan sanitasi

4) Sensus masalah umum yang didapatkan

5) Dicatat untuk dibuat sheet sanitasi (form), yang akan dipakai dalam

melakukan survei nantinya.


2. Langkah Pemeriksaan STTU
a. Persiapan Pemeriksaan

1) Mengadakan peninjauan lokasi

a) Membagi wilayah TTU yang diperiksa menjadi unit-unit wilayah

yang lebih kecil

b) Melihat dan mencatat keadaan semua fasilitas sanitasi yang

tersedia di masing-masing wilayah tersebut.

2) Mencari dan menentukan pokok-pokok sanitasi (Sanitary Items);

a) Item sanitasi adalah semua fasilitas yang terdapat dalam unit atau

sub unit wilayah TTU yang mempunyai nilai sanitasi (Fasility of

sanitary importance).

b) Fasilitas yang mempunyai nilai sanitasi adalah fasilitas yang dapat

dinilai 2 segi, yaitu 1) segi kebersihan (cleanliness), dan 2) segi

persyaratan (sanitary code)

3) Membuat sheet sanitasi untuk pemeriksaan;

a) Pengumpulan data, item sanitasi di unit atau sub unit wilayah TTU.

Jumlah item yang ditemukan pada masing-masing untuk atau sub-

unit sejenis kadang tidak sama, karena tergantung :

(1) Besar kecilnya TTU

(2) Titik berat kegiatannya

(3) Metode kerja yang dilakukan

(4) Modernisasi fasilitasnya

(5) Sifat dan kebiasaan konsumen memanfaatkan/dilayani

b) Menyusun formulir pemeriksaan sanitasi

(1) Jenis tempat dan usaha yang diperiksa


(2) Unit-unit teritorialnya, termasuk sub unitnya

(3) Jangka waktu dan jumlah pemeriksaannya

(4) Adanya kolom untuk penilaian kebersihan (K) dan persyaratan

(P)

(5) Jumlah item yang diperiksa

(6) Keadaan % kebersihan

(7) Keadaan % persyaratan

(8) Pemeriksa

b. Pelaksanaan Pemeriksaan. Ada 2 tindakan yang dilakukan :

1) Evaluasi/penilaian

a) Pelaksanaan Evaluasi/ penilaian

Yaitu pengujian sesuatu dengan menggunakan alat ukur atau

standar ukuran tertentu sesuai dengan standar yang berlaku atau

dipersyaratkan.

b) Objek penilaiannya

(1) Kebersihan (clealines); mempunyai sifat relatif subyektif

tergantung dari kepekaan masing-masing penilai.

(2) Persyaratan (codes); mempunyai sifat obyektif berdasarkan

pada persyaratan atau standar yang berlaku, sedang

kepekaannya tergantung dari kepekaan alat ukurnya.

c) Sistem penilaian

Ada 2 sistem penilaian yang dilakukan :


(1) Membandingkan dengan keadaan riil sesuai dengan kenyataan

dengan standar yang berlaku.

(2) Membandingkan hasil pengukuran yang menggunakan alat

ukur dengan suatu standar tertentu.

d) Cara menilai

(1) Bentuk nilai % atau angka (kuantitatif)

Misal : Meja kotor  Kotornya meja = 70% atau 2

Kebersihannya = 30% atau 1

(2) Bentuk ada/tidaknya masalah (kualitatif), menggunakan tanda

(-) dan (+)

(-) = tidak ada masalah

(+) = ada masalah

Misal: piring kotor = kebersihan

(K) piring retak =

persyaratan (P)

piring bersih tapi retak = K (-) dan P (+)

e) Maksud dan tujuan pemeriksaan

(1) Mendeteksi masalah yang ditemukan untuk segera dilakukan

tindakan perbaikan.

(2) Mengetahui kemajuan (progress) dan kemunduran (regress)

suatu usaha selama periode waktu tertentu.

(3) Mengetahui apakah hasil usaha yang diperoleh lebih efektif

dan efisien.
f) Hasil Penilaian

Setelah selesai dilakukan pemeriksaan sanitasi dan diperoleh hasil

penilaiannya maka dapat ditabulasikan dan dihitung :

(1) Hitung jumlah item yang diperiksa

(2) Hitung jumlah K(-) yang didapat

(3) Hitung jumlah P(-) yang didapat

Semua hasil ini kemudian ditentukan keadaan sanitasi tempat-

tempat dan usaha-usaha untuk umum tersebut dengan

menggunakan rumus di bawah ini.

Rumus :
%𝐾(−) + %𝑃(−)
(1) Keadaan sanitasi =
2

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾(−)+ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃(−)


(2) Nilai rata-rata = 2 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚

2) Saran perbaikan (order for improvement = OFI)

Hasil penilaian pada saat pemeriksaan sanitasi, maka semua

tanda (+), apakah pada K(+) atau P(+) kedua berarti ada masalah

untuk selanjutnya diberikan saran-saran perbaikan (Order For

improvement = OFI).

Saran – saran perbaikan dapat dilakukan melalui 2 metode :

a) Langsung, dengan jalan disampaikan secara lisan dan memberikan

alasan mengapa diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.

b) Tidak langsung, dengan jalan memberikan secara tertulis berupa

order for improvement (OFI), berisikan :


(1) Apakah yang harus diperbaiki (What)

(2) Dimana tempatnya (Where)

(3) Apakah Masalahnya (Why)

(4) Kapan sudah harus diselesaikan waktunya (When)

(5) Bagaimana cara memperbaikinya (How)

3. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sanitasi (Follow Up)


Diartikan sebagai tindak lanjut (follow up) adalah suatu pemeriksaan

yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil pemeriksaan sanitasi yang

terdahulu. Maksud dan tujuan follow up antara lain :

a. Mengadakan penilaian secara terus menerus dari keadaan sanitasi

b. Mencari data yang paling mutakhir guna menentukan perlu tidaknya

segera dilaukan tindakan-tindakan perbaikan dari keadaan yang

mengakibatkan kemunduran.

c. Memperoleh data pembanding dari keadaan sanitasi pada waktu

sekarang dengan keadaan sanitasi waktu sebelumnya.

d. Memperoleh gambaran keadaan sanitasi tempat-tempat umum

sepanjang tahun secara terus menerus.

e. Memperoleh data untuk kepentingan penelitian dan pengembangan

Cara mengadakan pengawasan tindak lanjut

Ada 2 macam cara yang dilakukan :

1) Berdasarkan waktu

a) Accidental follow up inspection


Yaitu pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan setelah

pemeriksaan sanitasi yang pertama pada dengan waktu tidak tentu.

b) Routine follow up inspection

Yaitu pemeriksaan tindak lanjut yang dilakukan secara berkala

teratur, yang dapat dilakukan secara mingguan, bulanan, atau

tribulanan.

2) Berdasarkan materi

a) General follow up inspection

Yaitu pemeriksaan tindak lanjut secara umum atau semuanya

diperiksa lagi.

b) Special follow up inspection

Yaitu pemeriksaan tindak lanjut secara khusus terbatas kepada hal-

hal yang telah disarankan untuk diperbaiki untuk melihat seberapa

jauh telah dilakukan perbaikan.

Manfaat pemeriksaan tindak lanjut :

1) Masalah yang timbul segera diketahui dan diperbaiki (early diagnosis

and promt treatment).

2) Masalah yang timbul segera diketahui dan dicarikan jalan

pemecahannya (problem solving).

3) Kerusakan kecil segera diketahui dan diatasi, sehingga tidak menjadi

masalah yang lebih besar dan dapat dicegah adanya pemborosan

(small saving).
4. Sistem Penilaian dan Analisis Permasalahan
Permasalahan yang timbul pada saat diadakan pemeriksaan sanitasi

maupun pemeriksaan tindak lanjut perlu dipertimbangkan perilah yang

berhubungan dengan :

a. Adanya klasifikasi permasalahan, apabila termasuk kesalahan yang

menyangkut;

b. Adanya penentuan prioritas (priority setting) yang perlu perbaiki terlebih

dahulu disesuaikan dengan kemampuan.

5. Sistem Pencatatan dan Pelaporan


Setiap permasalahan yang didapatkan darin pemeriksaan dan pengawasan

sanitasi perlu dibuatkan catatan-catatannya dimana catatan ini nantinya sangat

diperlukan untuk menilai kembali keadaaan sanitasi selanjutnya. Untuk perihal

yang sangat penting, terutama yang menyangkut berbagai pihak maupun

instansi lain maka perlu dibuatkan pelaporannya sehingga pihak lain tersebut

dapat ikut serta mengadakan pengawasan atas dasar pertimbangan dari laporan

tersebut.

Baik follow up inspection maupun sanitary inspection adalah suatu

tindakan dalam control system, dalam perihal ini objek pengawasan dapat

berupa; (a) terhadap lingkungannya, terutama kebersihan dan persyaratan, (b)

terhadap manusianya, tentang unsur manusianya sendiri dan hasil kerjanya,

serta cara-cara melakukan pekerjaan tersebut.5


D. Rumah Ibadah (Masjid)
Masjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya tempat

sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau.

Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim.

Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan

belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam,

masjid turut memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga

kemiliteran.7

Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat pendidikan.

Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya

menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini

memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa sekolah

yang menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan

pendidikan paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari.

Pendidikan di masjid ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran,

mulai dari keislaman sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid

adalah untuk mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran membaca

Qur'an dan bahasa Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara

berpenduduk Muslim di daerah luar Arab, termasuk Indonesia.7

Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana. Masjid

juga sering mengadakan bazar, di mana umat Islam dapat membeli alat-alat

ibadah maupun buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat untuk akad nikah,

seperti tempat ibadah agama lainnya.7

Pedoman yang digunakan dalam dalam Pelaksanaan Penyehatan

Lingkungan Masjid berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :


288/Menkes/SK/III/2003 tentang “Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan

Umum Masjid, Langgar dan Surau”.5

E. Persyaratan Sanitasi Masjid


Adapun persyaratan sanitasi yang berkaitan dengan masjid (atau langgar dan

surau), antara lain4:

1. Letak sesuai dengan rencana tata kota

2. Konstruksi kuat dan sesuai petunjuk dinas pekerjaan umum

a. Persyaratan Kesehatan Lingkungan dan bangunan Umum :

1) Lokasi masjid tidak terletak di daerah banjir dan sesuai dengan

perencanaan tata kota.

2) Halaman masjid bersih dan tertata rapi.

3) Sistem drainase berfungsi dengan baik, sehingga limbah mengalir

dengan lancar.

4) Tidak terdapat genangan air di lingkungan/ halaman masjid.

5) Terdapat pagar yang kuat dan terpelihara dengan baik.

6) Lantai masjid bersih, kuat, kedap air, tidak licin dan permukaanya

rata.

7) Dinding masjid bersih, berwarna terang dan permukaan yang selalu

kontak dengan air kedap air.

8) Atap ruangan masjid harus kuat, tidak bocor serta tidak

memungkinkan terjadinya genangan air.

9) Langit-langit masjid harus memiliki tinggi dari lantai minimal 2,5

meter, kuat serta berwarna terang.

10) Pagar masjid kuat dan terpelihara.


11) Pencahayaan dalam ruangan masjid harus cukup terang, minimal 10

fc.

12) Memiliki ventilasi yang dapat mengatur sirkulasi udara, baik ventilasi

alami maupun buatan sehingga kondisi ruangan menjadi terasa

nyaman.

13) Alat shalat bersih dan tidak lembab, selalu dibersihkan dan dijemur

secara periodik, bebas dari kutu busuk dan serangga lainnya.

b. Fasilitas Sanitasi :

1) Tersedia air bersih dalam jumlah yang cukup dan tersedia setiap saat

2) Kualitas air memenuhi persyaratan fisik air, yaitu tidak berasa, tidak

berbau dan tidak berwarna.

3) Air wudhu keluar dari kran-kran khusus.

4) Air kotor/ limbah mengalir dengan lancar, saluran bersambung dengan

saluran pembuangan air kotor umum yang kedap air. Apabila tidak

ada, ditampungan dalam bak yang tertutup dan kedap air.

5) Tersedia tempat sampah yang tertutup, rapat, kedap air dan mudah

dibersihkan, mudah diangkat, jumlah dan kapasitas disesuaikan

dengan kebutuhan, serta disediakan TPS yang memenuhi syarat.

6) Jamban dan urinoir bersih dan tidak berbau, lantai kedap air, miring

kearah saluran pembuangan, jamban pria dan wanita terpisah.


F. Kualitas Air Bersih
Menurut Kepmenkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002, yang dimaksud

dengan air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari – hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih yang

dapat diminum apabila dimasak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Air bersih harus memenuhi syarat kesehatan sesuai Permenkes

No.416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu memenuhi persyaratan fisika, kimia,

mikrobiologi dan radioaktivitas sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan

yang berlaku.9

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber

yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan aman

tersebut, antara lain4:

1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya atau beracun.

3. Tidak berasa dan tidak berbau.

4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah

tangga.

5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dinyatakan tercemar apabila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-

bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri.4


G. Tempat Pembuangan Sampah
Menurut definisi (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,

tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.4

Sampah, baik kualitas maupun kuantitasnya, sangat dipengaruhi oleh

berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting antara lain

adalah:

1. Jumlah Penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun

berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial masyarakat,

semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas

sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak membusuk. Perubahan

kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang

berlaku, serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan

kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan

pembaharuan bangunan-bangunan, transportasipun bertambah, dan produk

pertanian, industri, dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi

bertambahnya volume dan jenis sampah.

3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun

kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang yang semakin beragam,

cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula.

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek

yang langsung dan tidak langsung. Penyakit bawaan sampah sangat luas, dan

dapat berupa penyakit menular dan tidak menular, dapat juga akibat kebakaran,
keracunan dan lain-lain. Tabel 1 memperlihatkan beberapa yang penting di

Indonesia. Penyakit-penyakit ini tidak banyak berbeda dari yang telah diuraikan

sebelumnya, terutama yang menyebar lewat lalat. Penyebabnya juga dapat berupa

bakteri, jamur, cacing dan zat kimia.

Tabel 1
Beberapa Penyakit Bawaan Sampah dan Agentnya
Nama Penyakit Penyebab Penyakit
Bawaan lalat:
Dysentric basillaris Shigella shigae
Thypus abdominalis Salmonella typhi
Amoebiasis Entamoeba histolytica
Cholera Vibrio cholera
Ascariasis A. lumbricoides
Ancylostomiasis A. duodenale
Bawaan tikus/pinjal
Pest Pasterurella pestis
Lepstopirosis icterohaemorrhagica Lepstopira icterohaemorraghica
Rat bite fever Streptobacillus moniliformis
Keracunan
Metan
Karbon monoksida, karbon dioksida
Hidrogen sulfida
Logam berat, dst.

Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel dan

sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini

tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam

tempat sampah terpisah untuk memudahkan pemusnahannya.4

Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang digunakan

harus memenuhi persyaratan berikut ini.

1. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.

2. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.

3. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode :


1. Sistem duet : tempat sampah kering dan tempat sampah basah.

2. Sistem trio : tempat sampah basah, sampah kering dan sampah tidak mudah

terbakar11.

H. Jamban
Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai

tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga,

sekolah, rumah ibadat, dan lembaga-lembaga lain.

Jamban Sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:

1. Mencegah kontaminasi ke badan air

2. Mencegah kontak antara manusia dan tinja

3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang

lainnya

4. Mencegah bau yang tidak sedap

5. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan

Membangun dan menggunakan jamban dapat memberikan manfaat berikut

ini:

1. Peningkatan martabat dan hak pribadi

2. Lingkungan yang lebih bersih

3. Bau berkurang, sanitasi dan kesehatan meningkat

4. Keselamatan lebih baik (tidak perlu pergi ke ladang di malam hari)

5. Menghemat waktu dan uang, menghasilkan kompos pupuk dan biogas untuk

energi

6. Memutus siklus penyebaran penyakit yang terkait dengan sanitasi10


I. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah perlengkapan pengelolaan

air limbah bisa berupa pipa atau pun selainnya yang dipergunakan untuk

membantu air buangan dari sumbernya sampai ke tempat pengelolaan atau ke

tempat pembuangan.

Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan sarana berupa tanah

galian atau pipa dari semen atau pralon yang berfungsi untuk membuang air

cucian, air bekas mandi, air kotor/bekas lainnya.

Saluran air limbah sangat penting untuk direncanakan dalam utilitas

bangunan gedung. Bukan hanya karena perannya yang vital dalam menyalurkan

benda atau zat yang tidak dibutuhkan oleh pengguna gedung, serta bahkan bahan-

bahan yang beracun, saluran limbah sering merupakan saluran yang pertama harus

dibuat secara fisik ketika gedung mulai didirikan.

Pengaruhnya sangat nampak jelas, misalnya pada perletakannya yang tidak

boleh berdekatan atau saling mengganggu dengan saluran air minum/air bersih

lainnya. Bila hal ini sampai terjadi, perbaikan biasanya merupakan tindakan yang

rumit serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

1. Jenis air limbah

a. Air sabun (Grey Water)

Air sabun umumnya berasal dari limbah rumah tangga, hasil dari

cuci baju, piring atau pel lantai. Air ini sebenarnya dapat dimanfaatkan

untuk menyirami tanaman karena pada kadar tertentu alam masih

memiliki kemampuan untuk mengurai sabun, yang pada dasarnya

merupakan rantai karbon yang umum terdapat di alam. Hanya saja perlu

diperhatikan jika sabunnya mengandung bahan berat pembunuh kuman


seperti karbol, atau mengandung minyak yang sulit terurai seperti air

hasil cuci mobil yang umumnya tercemar oli.

b. Air Tinja/Air limbah padat (Black Water)

Air tinja merupakan air yang tercemar tinja, umumnya berasal dari

WC. Volumenya dapat cair atau padat, umumnya seorang dewasa

menghasilkan 1,5 L air tinja/hari. Air ini mengandung bakteri coli yang

berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan melalui

saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan. Air tinja bersama

tinjanya disalurkan ke dalam septic tank. Septic tank dapat berupa 2 atau

3 ruangan yang dibentuk oleh beton bertulang sederhana. Air yang sudah

bersih dari pengolahan ini barulah dapat disalurkan ke saluran kota, atau

lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai bahan cadangan

air tanah.

2. Sumber air limbah

a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic waste water),

adalah air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada

umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta ( tinja dan air seni, air bekas

cucian dapur dan kamar mandi dan umumnya terdiri dari bahan organik.

b. Air buangan dari industri (industrial waste water), Air buangan dari

industri adalah air buangan yang berasal dari berbagai jenis industri

akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat

bervariasi, sesuai dengan bahan baku yang dipakai industri antara lain :

nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral


logam berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh karena itu pengelolaan

jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan lebih

rumit daripada air limbah rumah tangga.

c. Air buangan kotapraja (manucipal wastes water), yaitu air buangan yang

berasal dari perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat

umum, tempat ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang

terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah

tangga.

3. Karakteristik air limbah

a. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi,

terutama air limbah rumah tangga biasa berwarna suram seperti larutan

sabun, sedikit berbau, kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas,

berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinta dan

sebagainya.

b. Karakteristik kimiawi

Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia

anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat

organik yang berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-sampah

lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basah pada waktu masih

baru, dan cenderung bau asam apabila sudah mulai membusuk.


c. Karakteristik bakteriologis

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli

terdapat juta dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya, namun

keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air buangan.

J. Alur Penelitian
Alur Penelitian tentang kondisi sanitasi di Masjid Darul Ihsan Baso

Kabupaten Agam yaitu :

ondisi lingkungan Masjid Darul Ihsan Baso


ondisi bangunan Masjid Darul Ihsan Baso
Kepmenkes RI No. 288 / Menkes / SK
ondisifasilitas sanitasi MasjidDarul Ihsan Baso (air bersih, tempat sampah,
/ III / 2003 tentang penyehatan sarana
dan bangunan Umum Masjid, Langgar
dan Surau.
jambandan saluran pembuanganair
limbah)

K. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


. Operasional Ukur
1. Kondisi Keadaan Checklist Observasi a. Memenuhi Ordin
Lingkungan lingkungan syarat (hasil al
Masjid Darul masjid yang penilaian ≥
Ihsan Baso dilihat dari 70%)
lokasi masjid b. Tidak
dan halaman memenuhi
masjid syarat (hasil
penilaian <
70%)
2. Kondisi Keadaan Checklist Observasi a. Memenuhi Ordin
Bangunan bangunan syarat (hasil al
masjid Darul masjid yang penilaian ≥
Ihsan Baso dilihat dari 70%)
lantai, dinding, b. Tidak
atap, langit- memenuhi
langit, pagar syarat (hasil
pencahayaan penilaian <
dan ventilasi 70%)
masjid.
3. Kondisi Keadaan Checklist Observasi a. Memenuhi Ordin
fasilitas fasilitas masjid syarat (hasil al
sanitasi yang dilihat penilaian ≥
Masjid Darul dari kualitas 75%)
Ihsan Baso air bersih, b. Tidak
tempat memenuhi
sampah, syarat (hasil
jamban dan penilaian <
saluran 75%)
pembuangan
air limbah
4. Kualitas air Air yang Alat-alat Pemeriksa a. Memenuhi Ordin
bersih digunakan labor an labor syarat (hasil al
untuk penilaian ≥
berwudhu di 75%)
Masjid b. Tidak
memenuhi
syarat (hasil
penilaian <
75%)
5. Tempat Tempat Checklist Observasi a. Memenuhi Ordin
Sampah penampungan syarat (hasil al
sampah penilaian ≥
sementara 75%)
yang ada di b. Tidak
lingkungan memenuhi
Masjid syarat (hasil
penilaian <
75%)
6. Jamban Jamban yang Checklist Observasi a. Memenuhi Ordin
tersedia di syarat (hasil al
Masjid penilaian ≥
75%)
b. Tidak
memenuhi
syarat (hasil
penilaian <
75%)
7. Saluran Saluran Checklist Observasi a. Memenuhi Ordin
pembuangan pembuangan syarat (hasil al
air limbah air limbah penilaian ≥
Masjid 75%)
b. Tidak
memenuhi
syarat (hasil
penilaian <
75%)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah deskriptif yaitu menggambarkan kondisi sanitasi

Masjid Darul Ihsan Baso yang meliputi kondisi lingkungan, kondisi bangunan dan

fasilitas sanitasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Masjid Darul Ihsan, Kecamatan Baso,

Kebupaten Agam. Sementara pemeriksaan fisik air bersih (kekeruhan, warna dan

TDS) dilakukan di Laboratorium Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes

Kemenkes Padang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Mei 2017.

C. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Masjid Darul Ihsan Baso, meliputi kondisi

lingkungan, kondisi bangunan dan fasilitas sanitasi.

D. Cara Pengumpulan Data


1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung

(observasi) di Masjid Darul Ihsan Baso dengan menggunakan checklist.

2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Klinik Sanitasi Puskesmas Baso, berupa

data hasil pemeriksaan tempat ibadah di wilayah kerja Puskesmas Baso.

32
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa check list yang

berpedoman kepada Kepmenkes RI No. 288/ Menkes/ SK/ III/ 2003 tentang

penyehatan sarana dan bangunan Umum Masjid, Langgar dan Surau. Dan alat –

alat yang digunakan seperti thermometer (untuk memeriksa suhu air),

turbiditymeter (untuk memeriksa kekeruhan air), spektrofotometer (untuk

memeriksa warna air).

F. Pengolahan, Analisa dan Penyajian Data


Data yang terkumpul dari hasil observasi dilakukan pengolahan data secara

manual. Hasil yang telah diperoleh akan dibandingkan dengan Kepmenkes RI No.

288/ Menkes/ SK/ III/ 2003 tentang penyehatan sarana dan bangunan Umum

Masjid, Langgar dan Surau.

Masjid dinyatakan LAIK SEHAT apabila memperoleh nilai sekurang-

kurangnya 70% dengan catatan skore minimal untuk masing-masing variabel

upaya adalah seperti berikut :

1. Variabel Upaya I : total skor < 70%

2. Variabel Upaya II : total skor ≥ 75%

Data yang telah diolah ditampilkan dalam bentuk tabel kemudian dijelaskan

dalam bentuk narasi.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Masjid Darul Ihsan Baso


Masjid Darul Ihsan adalah sebuah masjid yang terletak di Jorong Baso,

Nagari Tabek Panjang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam. Masjid Darul Ihsan

merupakan salah satu masjid tertua di Nagari Tabek Panjang, yang didirikan

sekitar tahun 1878 Masehi. Di masa lalu, masjid ini disebut Masjid Gadang Baso.

Masjid Darul Ihsan terletak di tanah seluas 2.175 m 2 dengan luas bangunan

masjid 1.145 m2. Masjid ini berlokasi di Tabek Gadang Baso. Sumber mata air

masjid ada dua, yaitu mata air Tabek Gadang dan mata air Tisah.

B. Hasil Penelitian
1. Kondisi Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Masjid Darul Ihsan
Baso
a. Umum
Tabel 2
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Masjid Darul Ihsan
Tahun 2017
Skor
No. Item Hasil
(%)
Lokasi :
Memenuhi
1 a. Tidak terletak di daerah banjir 100
Syarat
b. Sesuai dengan perencanaan tata kota
Lingkungan/halaman :
a. Bersih dan tertata rapi Memenuhi
2 100
b. Sistem drainase berfungsi baik Syarat
c. Tidak terdapat genangan air
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, lokasi masjid diperoleh

penilaian dengan skor 80 dengan persentase penilaian 100% yang berarti

kondisi lokasi Masjid Darul Ihsan Baso telah memenuhi syarat menurut

Kepmenkes RI No. 288/ Menkes/ SK/ III/ 2003.


b. Bagian Dalam
Tabel 3
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan dan Bangunan Masjid Darul Ihsan
Tahun 2017
Skor
No. Item Hasil
(%)
Lantai :
a. Bersih
Memenuhi
1 b. Kuat, kedap air 100
Syarat
c. Permukaan rata
d. Tidak licin
Dinding :
a. Bersih
Memenuhi
2 b. Permukaan yang selalu kontak dengan 100
Syarat
air kedap air
c. Berwarna terang
Atap :
a. Tidak bocor/kuat Memenuhi
3 100
b. Tidak memungkinkan terjadinya Syarat
genangan air
Langit – Langit :
a. Tinggi dari lantai min. 2,5 m Memenuhi
4 100
b. Kuat Syarat
c. Berwarna Terang
Pagar : Tidak
5 a. Kuat 30 Memenuhi
b. Terpelihara Syarat
Pencahayaan : Memenuhi
6 100
a. Cukup terang Syarat
Ventilasi :
a. Terdapat perlengkapan untuk mengatur Memenuhi
7 100
sirkulasi udara Syarat
b. Kondisi udara ruang terasa nyaman
Alat Shalat :
Memenuhi
8 a. Bersih dan tidak lembab 100
Syarat
b. Dibersihkan dan dijemur secara periodik
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, bangunan masjid

diperoleh penilaian dengan skor 467 dengan persentase penilaian 89,8%

yang berarti kondisi bangunan Masjid Darul Ihsan Baso telah memenuhi

syarat menurut Kepmenkes RI No. 288/ Menkes/ SK/ III/ 2003.


2. Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan Baso
a. Air Bersih
Tabel 4
Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Masjid Darul Ihsan Baso
Tahun 2017
No. Parameter Fisik Satuan Baku Mutu Hasil Uji MS/TMS
1. Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa MS
2. Suhu 0
C Suhu udara ± 3 21 MS
3. Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau MS
4. Warna TCU 15 23 TMS
5. Kekeruhan NTU 5 0.49 MS
Jumlah Zat Padat
6. Mg/L 1000 1 MS
Terlarut (TDS)
Ket : MS = Memenuhi Syarat,TMS = Tidak Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui hasil pemeriksaan suhu air

210C yang mana tidak melebihi baku mutu. Hasil pemeriksaan warna air 23

TCU yang mana melebihi baku mutu yaitu 15 TCU. Hasil pemeriksaan

kekeruhan air 0.49 NTU yang mana tidak melebihi baku mutu yaitu 5 NTU.

Sedangkan Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) 1 Mg/L yang mana tidak

melebihi baku mutu yaitu 1000 Mg/L.

Tabel 5
Hasil Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan
Tahun 2017
Skor
No. Item Hasil
(%)
Air Bersih :
a. Tersedia dengan jumlah yang cukup Memenuhi
1 90
b. Memenuhi persyaratan fisik Syarat
c. Air wudhu keluar melalui kran khusus
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa fasilitas sanitasi

Masjid Darul Ihsan yaitu air bersih telah memenuhi syarat.


b. Pembuangan Air Limbah
Tabel 6
Hasil Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan
Tahun 2017
Skor
No. Item Hasil
(%)
Pembuangan Air Limbah :
Tidak
a. Air limbah mengalir dengan lancar
1 60 Memenuhi
b. Saluran air limbah kedap air dan sistem
Syarat
tertutup
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa fasilitas sanitasi

Masjid Darul Ihsan yaitu saluran pembuangan air limbah tidak memenuhi

syarat.

c. Tempat Sampah
Tabel 7
Hasil Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan
Tahun 2017
Skor
No. Item Hasil
(%)
Tempat Sampah :
a. Tersedia dengan jumlah mencukupi Tidak
1 b. Tempat sampah terbuat dari bahan yang 0 Memenuhi
kuat, tahan karat, kedap air dan tertutup. Syarat
c. Tersedia TPS memenuhi syarat
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa fasilitas sanitasi

Masjid Darul Ihsan yaitu tempat sampah tidak memenuhi syarat.


d. Jamban dan Urinoir
Tabel 8
Hasil Pemeriksaan Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan
Tahun 2017
Skor
No. Item Hasil
(%)
Jamban dan Urinoir :
a. Bersih dan tidak berbau Tidak
1 b. Lantai Kedap air, miring ke arah saluran 65 Memenuhi
pembuangan Syarat
c. Jamban pria dan wanita terpisah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa fasilitas sanitasi

Masjid Darul Ihsan yaitu jamban dan urinoir tidak memenuhi syarat.

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, fasilitas sanitasi Masjid

Darul Ihsan diperoleh penilaian dengan skor 233 dengan persentase penilaian

56,1% yang berarti fasilitas sanitasi tidak memenuhi syarat menurut

Kepmenkes RI No. 288/ Menkes/ SK/ III/ 2003.

C. Pembahasan
1. Kondisi Lingkungan dan Bangunan Masjid Darul Ihsan Baso
a. Umum

Masjid Darul Ihsan terletak di lokasi yang jauh dari pabrik, pasar dan

Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Lingkungan di sekitar masjid banyak

terdapat sawah dan pepohonan. Masjid juga terletak di daerah yang tidak

rawan banjir.

Lingkungan Masjid Darul Ihsan bersih dan rapi karena dibersihkan

oleh Marbot masjid setiap hari. Sistem drainase yang terdapat di halaman

masjid juga berfungsi dengan baik. Halaman masjid juga sudah disemen

sehingga tidak ada genangan air di halaman Masjid Darul Ihsan.


Kondisi lokasi Masjid Darul Ihsan telah memenuhi persyaratan yang

ada di Kepmenkes 288/Menkes/SK/III/2003, lokasi masjid tidak terletak di

daerah rawan banjir dan longsor.

Halaman masjid bersih dan tertata rapi, karena selalu dibersihkan oleh

Marbot masjid. Sistem drainase masjid juga mengalir lancar, sehingga tidak

ada genangan air di halaman masjid. Halaman masjid dan drainase harus

selalu dibersihkan, agar tidak ada sampah ataupun genangan air yang dapat

menjadi sumber penyakit bagi jamaah dan masyarakat sekitar masjid.

b. Bagian Dalam

Lantai Masjid Darul Ihsan terbuat dari semen dan telah diberi keramik,

sehingga lantai masjid menjadi kuat dan kedap air. Permukaan lantai masjid

juga rata sehingga mudah dibersihkan oleh Marbot masjid. Selain itu

keramik yang digunakan juga tidak licin.

Dinding masjid terbuat dari bata dan disemen, lalu dicat dengan warna

yang terang. Dinding masjid yang selalu kontak dengan air kedap air, akan

tetapi dinding masjid tidak bersih. Terdapat jejak tanah dan kaki di beberapa

bagian dinding masjid bagian dalam.

Atap masjid terbuat dari seng, terlihat kuat dan tidak memungkinkan

terjadinya genangan air. Sementara langit – langit masjid terlihat kuat dan

tidak terdapat bekas bocor. Langit – langit masjid juga diberi warna yang

terang dan dibuat tinggi melebihi 2,5 meter.

Pagar Masjid terbuat dari semen, akan tetapi pagar masjid tidak

terawat sehingga pagar masjid tidak lagi bagus dan terpelihara.


Pencahayaan di dalam masjid terang sehingga tidak memerlukan

lampu pada siang hari dan pencahayaan pada malam hari juga terang.

Kondisi udara di Baso cukup sejuk dan nyaman sehingga di Masjid

Darul Ihsan hanya menggunakan ventilasi alami berupa jendela dan lubang

ventilasi.

Alat shalat yang digunakan di masjid berupa tikar shalat, selalu

dibersihkan setiap hari dan tidak lembab. Akan tetapi alat shalat tersebut

hanya dicuci dan dijemur sekali setahun, yaitu ketika sebelum bulan

ramadhan.

Bangunan masjid baru selesai renovasi, sehingga masjid terlihat

terawat dan bersih. Akan tetapi pagar masjid tidak terpelihara.

2. Kondisi Fasilitas Sanitasi Masjid Darul Ihsan Baso


a. Air Bersih
Mata air yang digunakan untuk berwudhu yaitu mata air Tisah.

Sumber mata air cukup untuk memenuhi kebutuhan jamaah masjid untuk

berwudhu. Air dialirkan menggunakan pipa dan kran agar jamaah tidak

kesusahan pada saat berwudhu.

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari

sumber yang bersih dan aman. Batasan – batasan sumber air yang bersih dan

aman tersebut, antara lain4:

1) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.


2) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya atau beracun.
3) Tidak berasa dan tidak berbau.
4) Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah
tangga.
5) Memenuhi standar minimal yang ditentukan WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Akan lebih baik pemeriksaan air bersih secara keseluruhan dilakukan

setiap 6 bulan agar jamaah dan masyarakat yang menggunakan air tersebut

terhindar dari dampak buruknya.

b. Pembuangan Air Limbah


Air limbah yang dihasilkan dari masjid setiap harinya adalah air

limbah yang berasal dari tempat wudhu, kamar mandi dan kolam yang ada

di dalam lingkungan masjid. Untuk air limbah kamar mandi dialirkan ke

septik tank. Sementara air limbah yang berasal dari tempat berwudhu dan

kolam dialirkan langsung ke drainase masjid. Saluran air limbah Masjid

Darul Ihsan tidak tertutup, akan tetapi air limbah mengalir dengan lancar.

Saluran air limbah Masjid Darul Ihsan terbuat dari semen, akan tetapi

terbuka sehingga tercium bau tidak sedap dan mengundang lalat dan

nyamuk.

Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat

mengalirkan air limbah dari sumbernya ke tempat penampungan air limbah

dengan lancar tanpa mencemari lingkungan dan tidak dapat dijangkau

serangga dan tikus. Setiap saat dibersihkan jika diperlukan, dan lakukan

perbaikan apabila ada saluran yang retak atau pecah.12

Sebaiknya pihak masjid menutup bagian atas saluran air limbah

masjid untuk mengurangi tersebarnya bau tidak sedap tersebut agar tidak

mengundang lalat dan nyamuk.


c. Tempat Sampah
Masjid Darul Ihsan tidak menyediakan tempat sampah di lingkungan

masjid, sehingga halaman masjid selalu penuh dengan sampah pada saat

banyak jamaah mengunjungi masjid.

Tempat pembuangan sampah masjid berada di belakang masjid,

tepatnya di samping kamar mandi masjid berupa tanah kosong seluas 6 m2.

Cara pengolahan sampah masjid adalah dengan cara dibakar sekali

seminggu.

Masjid Darul Ihsan tidak menyediakan tempat sampah di halaman

masjid maupun di dalam masjid, sehingga jika banyak jamaah yang

mengunjungi masjid maka halaman masjid selalu penuh oleh sampah

jamaah. Selain itu, pihak masjid tidak membuat tempat pembuangan sampah

yang memenuhi syarat, hanya menempatkan sampah di tanah kosong di

samping masjid dan membakarnya. Hal tersebut akan mengganggu

kenyamanan jamaah masjid. Adapun tempat pembuangan sementara

(tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut ini.

1. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.


2. Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
3. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Akan lebih baik pihak masjid menyediakan tempat sampah di halaman

dan kamar mandi masjid disertai poster agar jamaah tidak membuang

sampah sembarangan dengan tujuan untuk memudahkan jamaah, dan

membuat tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat untuk

mengumpulkan sampah masjid.


d. Jamban dan Urinoir
Masjid memiliki jamban dan urinoir yang terpisah. Urinoir wanita dan

pria dipidahkan, begitu juga kamar mandi pria dan wanita. Dari 11 urinoir

wanita, hanya 6 urinoir yang berfungsi baik. Begitu juga urinoir pria, dari 16

urinoir hanya 11 urinoir yang berfungsi. Kamar mandi dan urinoir masjid

jarang dibersihkan, sehingga kamar mandi dan urinoir tersebut bau.

Lantai urinoir dan kamar mandi masjid terbuat dari semen dan diberi

keramik, sehingga tahan air. Lantai dibuat miring ke arah saluran

pembuangan air limbah.

Kamar mandi dan urinoir tersebut berbau tidak sedap. Hal tersebut

akan mengganggu kenyamanan jamaah dan juga mengundang lalat. Jamban

dan urinoir jamaah wanita dan jamaah lelaki dibuat terpisah. Menurut

Depkes RI (2004), terdapat beberapa syarat Jamban Sehat, antara lain :

1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak


10-15 meter dari sumber air minum.
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak
mencemari tanah di sekitarnya.
4) Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.
5) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.
6) Cukup penerangan
7) Lantai kedap air
8) Ventilasi cukup baik
9) Tersedia air dan alat pembersih.
Sedangkan prosedur pemeliharaan jamban menurut Depkes RI (2004)

adalah sebagai berikut :

1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering


2) Di sekeliling jamban tidak ada genangan air
3) Tidak ada sampah berserakanan
4) Rumah jamban dalam keadaan baik
5) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat
6) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada
7) Tersedia alat pembersih
8) Bila ada yang rusak segera diperbaiki
Sebaiknya pihak masjid selalu membersihkan jamban dan urinoir dan

membuat poster maupun peringatan kepada jamaah untuk menyiram jamban

dan urinoir sehabis buang air.

3. Gambaran Kondisi Sanitasi Masjid Darul Ihsan Baso


Berdasarkan penilaian yang didapatkan dari keseluruhan item, maka

kondisi sanitasi Masjid Darul Ihsan Kecamatan Baso Kabupaten Agam Tahun

2017 memperoleh penilaian sebesar 770 dengan penilaian variabel I sebesar

547 dan variabel II sebesar 233, sedangkan persyaratan di Kepmenkes RI No.

288/Menkes/SK/III/2003 yaitu 70 % dari total keseluruhan nilai maksimal

(986) yaitu 690 dengan penilaian variabel I yaitu 420 dari total nilai maksimal

(600) dan variabel II yaitu 270 dari total nilai maksimal (386). Maka dapat

disimpulkan bahwa kondisi sanitasi Masjid Darul Ihsan Kecamatan Baso

Kabupaten Agam Tahun 2017 tidak memenuhi syarat karena variabel II tidak

memenuhi syarat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Gambaran Kondisi

Sanitasi Masjid Darul Ihsan di Kecamatan Baso Kabupaten Agam Tahun 2017, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kondisi lokasi Masjid Darul Ihsan memenuhi syarat dengan jumlah skor 80

(100%).

2. Kondisi Bangunan Masjid Darul Ihsan memenuhi syarat dengan jumlah skor

467 (89,8%).

3. Kondisi Sarana Sanitasi Masjid Darul Ihsan tidak memenuhi syarat dengan

jumlah skor 233 (60,4%).

4. Secara keseluruhan item yang dinilai yaitu kondisi sanitasi Masjid Darul Ihsan

Kecamatan Baso tidak memenuhi syarat dengan jumlah nilai skor 770 (56,01%).

B. Saran
1. Diharapkan kepada jamaah dan masyarakat sekitar masjid sebaiknya ikut serta

menjaga kebersihan dan kesehatan Masjid Darul Ihsan.

2. Diharapkan kepada Puskesmas Baso untuk melakukan pengawasan dan

pemantauan sanitasi Masjid Darul Ihsan.

3. Diharapkan kepada Peneliti berikutnya, Karya Tulis Ilmiah ini bisa dijadikan

sebagai perbandingan dan pedoman untuk melakukan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Republik


Indonesia

2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip – Prinsip


Dasar). Jakarta : Rineka Cipta.

3. Mundiatun dan Daryanto. 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan.


Yogyakarta : Gava Media.

4. Chandra, Budiman. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta : EGC.

5. Santoso, Imam. 2015. Inspeksi Sanitasi : Tempat – Tempat Umum. Yogyakarta :


Goysen Publishing.

6. Azwar, Azrul. 1986. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.

7. Masjid [serial online] [Diakses jam 09.35 tanggal 20 Desember 2016] Tersedia
dari URL : https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid

8. Suyono, dkk. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan


Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta

9. Soedarto. 2013. Lingkungan dan Kesehatan (Environment and Health). Jakarta :


Sagung Seto.

10. Water and Sanitation Program. 2009. Informasi Pilihan Jamban Sehat. Jakarta :
Indonesia Stock Exchange Building Tower.

11. Soemirat, Juli. 2014. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.

12. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2010. Buku Informasi Kesehatan
Lingkungan. Padang : Dinkes Sumbar.

13. Standar Sanitasi Jamban [serial online] [Diakses jam 21.34 tanggal 11 Juni 2017]
Tersedia dari URL : https://inspeksisanitasi.blogspot.co.id/2012/10/sanitasi-
jamban.html
LAMPIRAN A

Data Sekunder dari Klinik Sanitasi Puskesmas Baso


LAMPIRAN B

Denah Lokasi Penelitian


L Norun Mnsjid

5. Nama Pemeiikea : drwgjo o


a. Bed ianda v pada I:otat t 1 tkoloiii 4). Det IingLari nilai (kotmn tiJ uniut Tonys

Lokasi 4 {s) T!dak terJetak di daerafi banjiz 3 gq


(T) d en m›momm 5

Lingkun annal • (1) B ifi day Raja 4 ¿g

Q) auto dr4@sc @ b%k 3 ' g


(W’ ' @'@^ W 2 [¥
gnp air Lcds air

(fi! i irlak nien\ungk\nkan

IE. fASILI*ASGANIT

Mmm.mpm 'vtBk . Jw
(5)Air udGtBlwm‹umiodm 3
5G

!0 {s)blmf›i|i negw zoeo o 0


LAMPIRAN D
Prosedur Pemeriksaan Fisik Air Bersih

A. Suhu
Alat dan Bahan :
- Gelas ukur 100 ml
- Termometer
- Air sampel
Cara Kerja :
1. Masukkan air sampel sebanyak 20 ml ke dalam gelas ukur.
2. Masukkan termometer ke dalam gelas ukur, dan diamkan beberapa menit
hingga termometer menunjukkan suhu akhir dari air sampel tersebut.
3. Catatlah hasil
pemeriksaan. Hasil :
Dari hasil pemeriksaan fisik air, suhu air yang didapatkan adalah 210C
sehingga memenuhi standar kualitas air bersih.

B. Rasa
Alat dan Bahan
- Gelas ukur 100 ml
- Air sampel
Cara Kerja
1. Tuangkan air sampel ke dalam gelas ukur sebanyak 20 ml.
2. Celupkan jari telunjuk ke dalam air di gelas ukur lalu rasakan air sampel
tersebut, apakah manis, asam, asin, pahit, atau tidak berasa.
3. Catat hasil pemeriksaan
Hasil :
Dari hasil pemeriksaan fisik air didapatkan sampel air tidak berasa
sehingga memenuhi standar kualitas air bersih.
C. Bau
Alat dan Bahan :
- Cawan Penguap
- Waterbath
- Serbet
- Air sampel
Cara Kerja :
1. Tuangkan air sampel ke dalam cawan penguap.
2. Panaskan cawan penguap yang telah berisi sampel air di atas waterbath.
3. Ketika air telah mendidih, angkat cawan penguap menggunakan serbet dan
cium aroma dari air tersebut.
4. Catat hasil
pemeriksaan. Hasil :
Dari hasil pemeriksaan fisik air didapatkan sampel air tidak berasa
sehingga memenuhi standar kualitas air bersih.

D. Kekeruhan
Alat dan Bahan :
- Turbiditymeter
Cara Kerja :
1. Turbiditymeter manual
a. Sambungkan alat turbidimeter ke sumber arus listrik
b. Putar tombol off “20”200 ke arah 20
c. Ambil tabung kalibrasi nol masukan ke dalam lubang deteksi dan tutup
d. Putar tombol zero control sampai angka pada monitor menunjukan angka
nol
e. Setelah pas pada angka nol keluarkan tabung kalibrasi
f. Masukan sampel air ke dalam tabung hingga sampai tanda garis dan lap
dengan tisu
g. Masukan ke dalam lubang deteksi dan baca
h. Catat angka yang tertera pada monitor

2. Turbiditymeter digital
a. Masukan air sampel kedalam tabung pemeriksa
b. Cocokan kekeruhan air sampel dengan larutan standar
c. Ambil larutan standar yang cocok dan masukan kedakan lubang
pemeriksa
d. Tekan on lalu tunggu beberapa detik sampai layar menunjukkan angka
e. Tekan cal dan pilih cal larutan standar yang dipilih
- Cal 1 800 NTU
- Cal 2 100 NTU
- Cal 3 20.0 NTU
- Cal 4 0.02 NTU
f. Tekan read dan keluarkan larutan standar
g. Ambil tabung sampel dan masukkan kedalam lubang pemeriksa
h. Tekan read dan catat hasilnya
Hasil :
Dari hasil pemeriksaan fisik air, kekeruhannya adalah 0,49 NTU sedangkan
standar kualitas air bersih adalah 5 NTU sehingga memenuhi standar kualitas air
bersih.

E. Warna
Alat dan Bahan :
- Gelas kimia
- Buret
- Labu ukur
- Spektrofotometer
- Corong
- Pipet tetes
Cara Kerja :
1. Pembuatan larutan
Siapkan larutan standar dengan konsentrasi 5,0 TCU, 10,0 TCU, 20,0
TCU, 40,0 TCU dan 70,0 TCU yang berasal dari larutan induk 500 TCU
dengan cara sebagai berikut :
a. Hitung pengenceran pada masing-masing konsentrasi 5,0 TCU, 10,0
TCU, 20,0 TCU, 40,0 TCU dan 70,0 TCU
b. Pengenceran pada masing-masing konsentrasi yaitu 0,5 ml, 1 ml, 2 ml, 4
ml, dan 7 ml
c. Masukan larutan induk ke gelas kimia kemudian masukan ke dalam buret
menggunakan corong
d. Ambil larutan induk pada buret menggunakan labu ukur sesuai dengan
volume yang dibutuhkan
e. Tambahkan aquadest masing-masing labu ukur hingga batas garis dan
beri label
f. Dan homogenkan dengan membolak - balikan labu ukur 12 kali

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan alat spektrofotometer dengan langkah
sebagai berikut:
a. Hidupkan spektrofotometer
b. Panaskan spektrofotometer hingga 30 menit
c. Pilih photometer
d. Tekan go to untuk mengatur panjang gelombang yaitu 355 nm
e. Masukan larutan blanko ( aquadest) ke dalam cuvet yang telah dibilas
dengan aquadest
f. Keringkan dengan tisu masukan ke kamar spektrofotometer dan tekan
zero
g. Masukan larutan dengan konsentrasi 5,0 TCU, 10,0 TCU, 20,0 TCU, 40,0
TCU dan 70,0 TCU kedalam cuvet yang telah dibilas dengan larutan
tersebut
h. Keringkan dengan tisu dan masukan kedalam kamar spektrofotometer
i. Masukan sampel air ke dalam cuvet
j. Keringkan dengan tisu dan masukan ke dalam kamar spektrofotometer
k. Buat grafik larutan standar antara konsentrasi dan absorbance sehingga
akan didapatkan konsentrasi dari larutan sampel
3. Pembacaan hasil
Hasil dibuat dalam bentuk tabel dan kurva kalibrasi.

Hasil :
Consentration Absorbance
0 0
5 0,027
10 0,044
15 0,056
20 0,074
25 0,100
30 0,118
40 0,179
50 0,232
Sampel 0,086
Dari hasil pemeriksaan fisik air, warnanya adalah 23 TCU sedangkan
standar kualitas air bersih adalah 50 TCU sehingga memenuhi standar kualitas
air bersih.
F. TDS
Alat dan Bahan :
- Cawan penguap
- Desikator
- Oven
- Neraca analitik
- Pinset
- Kertas saring
- Erlemeyer
Cara Kerja :
1. Letakkan kertas saring kedalam cawan penguap
2. Panaskan cawan penguap kosong ke dalam oven pada suhu 105 selama 30
menit
3. Dinginkan ke dalam desikator selama 5 menit
4. Timbang kertas saring dengan neraca analitik dan catat hasilnya
5. Masukan lagi kedalam desikator selama 5 menit
6. Timbang kertas saring kembali, jika hasil sama kertas saring dapat
digunakan.
7. Letakkan kertas saring di atas corong yang dibawahnya sudah ada erlemeyer
8. Ambil sampel air sebanyak 20 ml dan masukkan kedalam kertas saring
9. Ambil kertas saring dan letakkan diatas cawan penguap
10. Panaskan lagi kedalam oven pada suhu 105℃ selama 30 menit
11. Dinginkan cawan yang berisi residu zat padat kedalam desikator selama 5
menit
12. Timbang cawan yang berisi residu dengan neraca analitik dan catat hasilnya
13. Hitung zat padat total pada sampel air dengan rumus :
(𝑎−𝑏)𝑥 1000
Mg/l zat padat total :
𝑐
Keterangan :
a = berat cawan dan residu sesudah pemanasan 105°C (mg)
b = berat cawan kering (sudah dipanaskan 105°C) (mg)
c = ml sampel

Hasil :
(𝑎−𝑏)𝑥 1000
zat padat total =
𝑐

(0.115−0,13)×1000
= 20

= 0,1 Mg/L
Dari hasil pemeriksaan fisik air, zat padat terlarut yang didapat 0,1 Mg/L
sedangkan standar kualitas air bersih adalah 1000 Mg/L sehingga memenuhi
standar kualitas air bersih.
LAMPIRAN E

DOKUMENTASI
Lokasi Masjid Darul Ihsan Bangunan Masjid Darul Ihsan

Drainase Masjid Darul Ihsan


Urinoir Wanita Masjid Darul Ihsan Saluran Pembuangan air Limbah

Urinoir Pria Masjid Darul Ihsan

Tempat pembuangan sampah


Masjid Darul Ihsan
Pemerikaan Kualitasa Fisik Air Bersih
PQ.!...Lni. ..,2017

Es' no ” .S , M.Yes
NIP. %308t8I98 03T004
JedaIKTI

Top eterl
P••-him bing

Anda mungkin juga menyukai