PENDAHULUAN
Bayi cukup bulan yang sehat telah dipersiapkan untuk menjalani transisi nutrisi
mencukupi energi yang adekuat untuk otak dan organ lainnya, bahkan jika pemberian
minum tertunda. Istilah hipoglikemia merujuk pada kadar glukosa yang rendah.
Hipoglikemia sesaat pada awal kehidupan neonates cukup bulan merupakan hal yang
wajar, sering didapatkan dan terjadi pada hamper seuruh mamalia. Hal ini akan normal
dengan sendirinya dan bukanlah sesuatu yang patologis karena kadar glukosa darah
meningkat secara spontan dalam 2-3 jam. Dalam situasi dimana kadar glukosa darah
yang rendah karena belum mendapat asupan makanan (ASI belum ada) terjadi respon
ketogenik yaitu metabolism dari asam lemak menjadi bahan keton. Otak bayi dengan
kemampuannya akan memanfaatkan badan keton untuk menghemat glukosa bagi otak
Bayi yang mendapat ASI cenderung mempunyai kadar glukosa yang rendah
dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu formula, tetapi tidak berkembang
mengandung alanin, asam lemak rantai panjang dan laktosa, akan meningkatkan proses
1
glukoneogenesis. Bayi cukup bulan yang minum ASI mempunyai kadar glukosa yang
lebih rendah tetapi mempunyai kadar badan keton yang lebih tinggi1.
merupakan terapi inisial pada bayi dengan hipoglikemia tanpa gejala. Sebaliknya
hipoglikemia dengan gejala harus diterapi dengan infuse dekstrosa parenteral yang
continue. Neonates yang memerlukan laju infuse glukosa (GIR = Glukose Infusion
gangguan perkembangan saraf di kemuan hari sehingga skrining dan pengobatan yang
agresif direkomendasikan2.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Hipoglikemia adalah kondisi bayi kadar glukosa darah <45 mg/dL baik
berbahaya terutama bila kadar glukosa <25 mg/dL. Ketika kadar glukosa darah
rendah, sel-sel dalam tubuh terutama otak, tidak menerima cukup glukosa dan
akibatnya tidak dapat menghasilkan cukup energy untuk metabolisme. Sel-sel otak
dan saraf dapat rusak dan menyebabkan palsi serebral, retardasi mental, dan lain-
lain3.
Hipoglikemia adalah penurunan kadar gula darah serum < 45 mg% dengan
atau tanpa manifestasi klinis. Pemeriksaan kadar gula darah secara rutin dilakukan
sangat rendah, yaitu berturut-turut 20 sampai 30 mg/dL untuk bayi kurang bulan
dan bayi cukup bulan. Rekomendasi terakhir didasarkan sebagian pada analisis
statistic kisaran kadar glukosa darah dan hasil perkembangan neurologis yang
buruk yang diakibatkan hipoglikemia pada bayi dengan kadar glukosa darah
bervariasi. Pada semua kelompok umur bayi, kadar glukosa darah harus
3
dipertahankan di atas 40 mg/dL. Risiko gejala sisa perkembangan neurologis akibat
darah. Semua kadar glukosa darah di bawah 40 mg/dL membutuhkan terapi. Lebih
saat glukosa darah melebihi 40 mg/dL, harus juga dianggap akibat hipoglikemia6.
B. ETIOLOGI
selalu timbul pada bayi dengan gangguan glukoneogenesis yang disebabkan oleh
viseromegali).
4
g. Ibu yang mendapat terapi tokolitik seperti terbutalin (β-simpatomimetik),
a. Prematur
a. Stress Perinatal
- Sepsis
- Syok
- Asfiksia
- Hipotermi
- Respiratory distress
- Pasca resusitasi
b. Transfusi tukar
- Intoleransi fruktosa
- Galaktosemia
d. Defisiensi endokrin
5
- Insufisiensi adrenal
- Defisiensi hipotalamus
- Hipotuitarisme congenital
- Defisiensi glucagon
- Defisiensi epinefrin
- Asidemia propionate
- Asidemia metilmalonat
- Tirosinemia
f. Polisitemia
C. FAKTOR RISIKO
Pada bayi baru lahir yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa
darahnya dipantau secara rutin, terlepas dari pemberian, macam dan cara minum
1. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol
memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga
6
darah tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar
2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu
3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi
glikogen, dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK
glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa
kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK bugar,
bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi
KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia,
4. Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk
pada trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan
glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
5. Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang.
7
6. Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak
hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa
menghasilkan 38 ATP.
aliran darah.
tidak mencukupi.
9. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu
10. Bayi sakit. Bayi kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion,
tubuh, abnormalitas endokrin atau inborn error of metabolism dan bayi stres
11. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan
8
glukosa intra vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
pada bayinya.
D. KLASIFIKASI
Pada bayi baru lahir yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa
darahnya dipantau secara rutin, terlepas dari pemberian, macam dan cara minum
apapun yang didapatkan. Kadar gula darah terendah terlihat pada saat usia 2 jam.
awal yaitu 1-2 jam (berkisar antara 0,8-8,5 jam), sehingga dianjurkan untuk
skrining lebih awal. Pada bayi premature dan kecil masa kehamilan (KMK) masih
mempunyai risiko hipoglikemia sampai dengan usia 36 jam (berkisar antara 0,8-
karena belum ada kadar absolute kapan intervensi harus dilakukan, bila kadar
pada bayi premature dapat mengakibatkan efek jangka panjang. Bayi premature
yang KMK dengan kadar gula darah < 47 mg/dL mempunyai lingkaran kepala
yang lebih kecil dan angka perkembangan yang rendah. Bayi dengan ibu
diabetes yang mempunyai kadar gula darah < 27 mg/dL mengalami gangguan
9
disfungsi saraf pada usia 8 tahun walaupun bayi tersebut tidak mengalami
walaupun sudah mendapat infuse glukosa dengan GIR 12mg/kg/min atau ketika
E. PATOFISIOLOGI
1. Bayi dari ibu penderita diabetes mellitus, pradiabetes mellitus dan bayi
dan deposit lemak yang banyak dan mempunyai respons terhadap glikemia
2. Bayi yang menderita gangguan nutrisi atau gizi kurang intrauterine. Misalnya
bayi dari ibu penderita toksemia, bayi dengan kelainan plasenta dan bayi
kembar yang terkecil. Bayi seperti ini mempunyai kadar glikogen dalam hepar
10
yang rendah dan perbandingan yang besar antara besar otak dan berat hati
glikogen hati dan otot akan berkuran. Sebagian bayi seperti ini tidak mampu
yang terjadi pada bayi normal. Kadar katekolamin yang sangat rendah pada
bayi yang lebih tua yang menderita hipoglikemia sejak lahir dan tergolong pada
3. Bayi yang sangat imatur, yang rentan terhadap komplikasi sindrom gangguan
anatomis lain5.
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis hipoglikemia pada bayi cukup bulan bisa samar dan non
lainnya. Pemeriksaan fisis dan observasi keadaan umum bayi harus dilakukan
11
1. Tanda klinik harus didapatkan
Pemberian ASI secara dini dan eksklusif dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
dan metabolik bayi baru lahir cukup bulan yang sehat. Bayi cukup bulan yang sehat
tidak akan menjadi hipoglikemia yang simptomatik karena pemberian minum yang
kurang1.
gerakan mata abnormal, atau suhu tidak stabil dengan hipotermia. Pada bayi kecil
Banyak bayi baru lahir dengan satu atau lebih gejala-gejala ini adalah
normoglikemia dan memiliki masalah lainnya. Oleh karena itu, hipoglikemia harus
jitteriness, tremors, apatis sianosis, kejang, apnoe, takikardia, lemah, high pitched
cry, limpness, letargi, gangguan minum dan eye rolling. Episode berkeringat, pucat,
12
G. DIAGNOSIS
beraturan), atau iritabilitas, kejang, koma, letargi, apatis, sulit menyusui, muntah
Pada pemeriksaan fisik, bayi berat lahir ≥ 4000 gram, beberapa saat sesudah
lahir menunjukkan gejala sakit seperti lemas atau letargi, kejang, atau gangguan
napas3.
khususnya reduksi urin pada waktu yang sama dengan pengambilan sampel gula
darah, kadar elektrolit darah jika fasilitas tersedia, apabila ditemukan hipoglikemia
yang refrakter atau berat atau jika telah diberikan infuse glukosa > 1 minggu, perlu
growth hormone, kortisol, ACTH, tiroksin, TSH, glucagon, asam amino plasma,
Metode ini sangat akurat glukosa dapat diukur dengan metode glucose
oxidase (kalorimetrik) atau dengan metode glucse electrode seperti yang digunakan
di mesin analisis gas darah dan elektrolit). Sampel darah harus segera dianalisis
13
Skrining hipoglikemia mengenai kapan dilakukannya dan berapa lama
pemantauannya, belum disepakati secara umum. Strip glukosa untuk skrining tidak
diperoleh sering berbeda sekitar 15% dari hasil laboratorium, atau tidak sesuai
dengan varian yang signifikan dari kadar glukosa yang sesungguhnya. Beberapa
1. Pemantauan glukosa darah rutin bayi baru lahir cukup bulanyang asimtomatik
2. Skrining glukosa darah harus dilakukan pada bayi dengan risiko hipoglikemia
hiperinsulinisme dan tidak lebih dari umur 2 jam pada bayi dengan risiko
glukosa normal.
14
6. Konfirmasi dengan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium harus dilakukan
H. TATALAKSANA
Data yang ada menunjukkan bahwa pemberian ASI yang tidak adekuat
meningkatkan risiko hipoglikemia, bahkan pada bayi yang sudah pulang ke rumah.
Tata laksana pemberian ASI yang tepat sangat penting bagi perkembangan bayi.
bayi menangis merupakan tanda yang terlambat jika bayi lapar. Bayi baru
tidak boleh dihentikan hanya karena bayi masuk dalam kriteria yang harus
belum memungkinkan menyusu dan belum bisa diberi ASI melalui pipa
15
orogastrik karena adanya darah yang tertelan, lakukan pembilasan lambung
dan kemudian berikan ASI melalui pipa orogastrik. Jika tidak berhasil,
2. Suplementasi rutin pada bayi cukup bulan yang sehat dengan air, air gula atau
susu formula tidak diperlukan. Hal ini dapat mengganggu pemberian ASI dan
mekanisme kompensasi metabolik yang normal. Jika bayi tidak dapat menyusu
langsung, berikan ASI dengan cara alternatif lainnya; dengan sendok, gelas,
atau pipa orogastrik. Jika bayi tidak mampu menghisap, tidak perlu dipaksakan
suplemen tergantung dari ketersediaan ASI perah ibu. Kolostrum perah adalah
energi. Jika tidak tersedia, pilihan berikutnya adalah donor ASI yang sudah di
pasteurisasi. Jika pilihan kedua tidak tersedia, terpaksa diberikan susu formula
didapatkan alergi susu sapi, pilihannya adalah susu formula khusus (susu
sekresi insulin dan menunda mulainya glukoneogenesis yang alami dan proses
homeostasis ketogenik. Jika air gula diberikan pada bayi, kadar glukosa akan
3. Memfasilitasi kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi untuk merangsang
16
normal, sementara hal tersebut akan menstimulasi produksi ASI dan
4. Pemberian minum yang sering. Berikan minum 10-12 kali dalam 24 jam pada
beberapa hari pertama sesudah lahir. Pemberian ASI yang sering, meskipun
sedikit-sedikit, tetapi dengan protein tinggi dan kalori tinggi dari kolostrum
akan lebih baik bila dibandingkan dengan pemberian susu formula atau air
gula1.
kolostrum saja pada umur beberapa hari, tetapi tidak ada bukti klinik yang
Mempunyai bayi yang diperkirakan akan lahir normal dan sehat, tetapi
kepercayaan pemberian ASI. Ibu sebaiknya diyakinkan bahwa tak ada masalah
dengan air susunya, dan bahwa pemberian suplementasi hanya sementara saja.
Perah ASI dengan tangan ataupun pompa tertentu yang dianjurkan. Memberikan
minum paling tidak 8 kali dalam 24 jam sampai bayi bisa menyusu dan menghisap
dengan baik, akan membantu mempertahankan produksi ASI. Sangat penting untuk
sesegera mungkin menstimulasi produksi ASI dengan melekatkan bayi ke dada ibu.
17
Kontak kulit-ke-kulit yang dikerjakan meskipun bayi masih menggunakan akses
vena, akan sangat berguna dan akan menurunkan trauma karena intervensi. Kontak
tentang pemberian ASI sedini mungkin dan pemberian minum secara bertahap
dengan tidak mengharapkan ASI keluar banyak pada saat awal menyusui. Bayi
mampu menghisap dan menelan selama 5 menit merupakan pertanda bayi siap
beralih dari cara mendapat asupan melalui pipa orogastrik menuju cara menyusu
Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI perah dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum. Anjurkan ibu untuk menyusui jika
kondisi bayi bayi baru lahir sudah memungkinkan. Tata laksana pemberian ASI
a. Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar glukosa
darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml
ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi (ASI donor
18
c. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,
intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan
intensif.
d. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah.
e. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan
2. Simtomatik dengan manifestasi klinis atau kadar glukosa plasma < 20-25
a. Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan atau 2 mL tiap kilogram
berat badan cairan dekstrosa 10%. Lanjutkan terus pemberian glukosa 10%
intra vena dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8 mg tiap
c. Pertahankan kadar glukosa bayi yang simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5
mmol/L.
19
d. Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar glukosa darah yang
didapat.
menghilang.
f. Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan saat penurunan
glukosa darah stabil pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.
berulang.
20
Gambar 2.1. Alur dan Bagan Tatalaksana Hipoglikemia2
21
Gambar 2.2. Tatalaksana Hipoglikemia Persisten2
4. Terapi Darurat. Pemberian segera dengan bolus 200 mg/kg dengan dekstrosa
10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui IV selama 5 menit dan diulang sesuai
keperluan3.
5. Terapi Lanjutan3.
22
c. Periksa ulang kadar glukosa setelah 20-30 menit dan setiap jam sampai
stabil.
bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48 jam atau lebih
I. KOMPLIKASI
Bayi dengan kadar glukosa darah < 45 mg/dL disebut hipoglikemia. Kadang
mengakibatkan dampak yang menetap pada SSP. BBL yang mempunyai risiko
tinggi untuk terjadinya hipoglikemia adalah bayi kecil untuk masa kehamilan, bayi
besar untuk masa kehamilan dan bayi dari ibu dengan diabetes mellitus7.
Hipoglikemia dapat menjadi penyebab dasar pada kejang BBL dan gejala
neurologis lainnya seperti apneu, letargi dan jiternes. Faktor yang paling kritis pada
hipoglikemia yang berhubungan dengan gejala neurologik adalah masa atau durasi
terjadinya hipoglikemia dan jumlah waktu yang terbuang sebelum terapi dimulai7.
kadar glukosa rendah pada bayi kejang untuk mengembalikan kadar gula darah
23
J. PENCEGAHAN
Keluaran jangka panjang dan pendek yang tidak baik dapat dijumpai pada
bayi risiko tinggi dengan kadar gula darah < 47mg/dl, terutama bila hipoglikemia
menetap atau dengan gejala. Skrining dan intervensi diperlukan untuk mendeteksi
dan mengobati bayi dengan risiko hipoglikemia. Ada beberapa skrining dan
1. Skrining Hipoglikemia rutin perlu dilakukan pada bayi dengan ibu diabetes,
bayi prematur (gestasi < persentil ke-10), bayi dengan BMK (berat badan >
persentil ke-90).
2. Skrining pada bayi tanpa gejala dimulai pada usia 2 jam dan setiap 3-6 jam
bila kadar gula darah dalam 12 jam > 47mg/dL(untuk bayi BMK dan bayi
dengan ibu diabetes), dan dalam 36 jam pada bayi prematur dan KMK.
4. Bayi berisiko dengan kadar gula darah >35mg/dL (1,8 mmol/L) setelah minum
5. Bayi dengan gejala segera terapi, bila kadar gula darah < 47 mg/dL dan perlu
dicari penyebabnya.
6. Suplementasi minum oral diberikan pada bayi tanpa gejala bila kadar gula darah
persisten.
24
7. Infus intravena direkomendasikan pada bayi hipoglikemia dengan gejala atau
kadar gula darah normal tidak tercapai dengan pemberian infus dekstrosa.
penting.
asupannya penuh dan tiga kali pengukuran normal (sebelum pemberian minum
5. Jika ini gagal, terapi IV dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa
dipantau.
K. PROGNOSIS
menyebabkan kerusakan SSP spesifik. Hal tersebut biasanya terjadi pada bayi
25
kecil yang sakit dengan berbagai faktor lain yang mempengaruhi, misalnya
asimptomatik dalam kondisi baik. Bayi dengan sindrom Beckwith atau dengan
gangguan metabolic saat lahir, kondisinya buruk. Diagnosis tepat dan terapi
26
BAB III
KESIMPULAN
1. Hipoglikemia adalah kondisi bayi kadar glukosa darah <45 mg/dL baik yang
3. Pada bayi baru lahir yang mempunyai risiko hipoglikemia, kadar glukosa darahnya
dipantau secara rutin, terlepas dari pemberian, macam dan cara minum apapun yang
4. Manifestasi klinis hipoglikemia pada bayi cukup bulan bisa samar dan non spesifik,
Pemeriksaan fisis dan observasi keadaan umum bayi harus dilakukan untuk
5. Bayi dengan risiko hipoglikemia, harus dipantau kadar glukosa darahnya. Glukosa
yang diperlukan mungkin belum cukup hanya dengan pemberian kolostrum saja
pada umur beberapa hari, tetapi tidak ada bukti klinik yang menyebutkan bahwa
27
6. Bayi yang dapat bertahan hidup dari hipoglikemia neonatal simptomatik
memperlihatkan insiden gangguan neurologis sebesar 30% sampai 50% dan insiden
28
DAFTAR PUSTAKA
2. Kaban, Risma. 2012. Skrining dan Tatalaksana Awal Hipoglikemia pada Neonatus
untuk Mencegah Komplikasi. Kegawatan pada Bayi dan Anak. Departement Ilmu
6. Fanaroff AA & Klaus MH. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi Edisi
4. EGC: Jakarta.
7. Sarosa GI. 2014. Kejang dan Spasme. Buku Ajar Neonatologi Edisi 1. Ikatan
29