Potensi bahaya yang terdapat dalam suatu pekerjaan dapat menyebabkan penyakit
akibat kerja. Faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja memegang peranan penting
yang dapat mengakibatkan penyakit terkait kerja dan memiliki dampak risiko jangka
panjang pada kesehatan. Suatu bahaya kesehatan akan muncul bila seseorang terpapar
penyakit yang disebabkan oleh pajanan suatu sumber bahaya di tempat kerja. Potensi
bahaya kesehatan yang biasa di tempat kerja berasal dari lingkungan kerja antara lain
faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor ergonomis dan faktor psikologi
(ILO,2016).
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara
lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar
ultra ungu. Faktor-faktor ini mungkin didapatkan dari bagian tertentu yang
dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan.
1. Kebisingan
dari alat–alat proses produksi dan atau alat–alat kerja yang pada tingkat
Hal ini sering diabaikan sebagai masalah kesehatan padahal hal tersebut
merupakan salah satu bahaya fisik utama. Nilai ambang batasan pajanan
2. Penerangan
masalah pada punggung dan mata pada jangka panjang serta dapat
memperlambat pekerjaan.
3. Getaran
terjadi secara teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari
pekerja yang tidak memiliki kontak langsung dengan mesin tersebut dan
menyebabkan nyeri dan kram otot. Batasan getaran alat kerja yang
4. Iklim kerja
Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan ini
individu pada pekerja. Bila sirkulasi udara di suatu tempat kerja bersih
pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek kerja yang aman,
perlu untuk tetap berada dalam kisaran suhu normal. Iklim kerja yang
sesuai diperlukan bagi tenaga kerja agar tubuh berfungsi secara efisien
setiap hari dan berdasarkan beban kerja yang dimiliki tenaga kerja saat
mengion antara lain gelombang mikro dan sinar ultra ungu (ultra violet/
kilo hertz – 300 giga hertz dan panjang gelombang 1 mm – 300 cm.
gelombang mikro yang lebih panjang (> 1 cm) dapat menembus jaringan
yang lebih dalam. Radiasi sinar UV berasal dari sinar matahari, las listrik,
pada kulit dan mata. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan
dan mencegah efek dari radiasi sinar tidak mengion yaitu, menutup
sumber radiasi, menghindari atau berada pada jarak yang sejauh mungkin
dari sumber radiasi, tidak terus menerus kontak dengan benda yang dapat
Risiko kesehatan dapat timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak
bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah dan
menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia
berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut.
Hydrogen, Oxygen)
oksida)
Bahan–bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara, yaitu:
1. Inhalasi (menghirup)
Bernapas melalui mulut atau hidung dapat menyebabkan zat beracun yang
ada masuk ke dalam paru–paru. Saat seorang dewasa istirahat, sekitar lima
liter udara per menit yang mengandung debu, asap, gas atau uap dihirup.
seluruh tubuh.
2. Pencernaan (menelan)
bagian dalam tubuh. Kontaminasi bisa didapat dengan cara makan dengan
Penyerapan zat ke dalam tubuh dapat melalui kulit, biasanya tangan dan
dapat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan (misalnya
penetepan nilai ambang batas kadar bahan kimia di udara lingkungan kerja
Seluruh bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan, kabut,
partikel nano dan lain-lain dapat menjadi sumber bahaya potensial faktor
Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti pekerja
faktor biologi yang mungkin ada yaitu berupa indoor air quality, banyak
penyakit yang disebabkan virus, bakteri atau hasil dari pertanian yang harus
paru oleh jamur sering terjadi pada pekerja yang menghirup debu organik,
adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit jamur kuku sering diderita para pekerja yang tempat kerjanya
lembab dan basah atau bila mereka terlalu banyak merendam tangan atau
penyakit akibat kerja lainnya, faktor biologis dapat menular dari seorang
pekerja ke pekerja lainnya. Usaha yang lain harus dilakukan untuk mencegah
kesehatan dasar. Imunisasi tersebut berupa vaksin cacar terhadap variola, dan
juga imunisasi TBC dengan pemberian vaksin BCG pada pekerja dan
kualitas suatu produk. Pengaturan cara kerja dapat memiliki dampak besar
dan tempat duduk yang sesuai harus diatur sedemikan rupa agar tidak
memberi dampak berbahaya bagi kesehatan. Tempat duduk yang cukup dan
sesuai harus disediakan untuk pekerja dan pekerja harus diberi kesempatan
pekerja untuk menyesuaikan diri. Desain ergonomis yang efektif yaitu berupa
efisien bagi pekerja untuk digunakan. Hal ini juga dapat menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, karena proses kerja diatur untuk mengendalikan
keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. Cara
bekerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
lain. Risiko potensi bahaya ergonomi akan meningkat bila pekerja melakukan
hal-hal seperti:
dan harapan dari pekerjaan, keluarga, dan kegiatan komunitas. Ada beberapa
lain). Stresor psikososial merupakan penyebab stres yang berasal dari risiko
psikososial yang mungkin ada di tempat kerja, yaitu bekerja dalam shift,
tidak jelasnya peran kerja, serta konflik dengan teman kerja. Adapun variasi
sosial seseorang. Suatu gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman,
kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Misalnya, kebisingan yang
Selain penyakit akibat kerja, kejadian yang tidak biasa di tempat kerja yang mungkin
dapat membahayakan orang atau properti juga dapat terjadi bila terdapat suatu
keadaan yang sedikit berbeda. Hal ini disebut kejadian “Hampir celaka”, baik
kecelakaan atau hampir celaka mengakibatkan cedera, setiap kecelakaan kerja yang
cedera yang sama. Kecelakaan atau hampir celaka jarang terjadi hanya karena satu
hal tetapi seringkali dipicu oleh beberapa faktor kausal yang mengakibatkan
kecelakaan. Faktor-faktor ini seperti penghubung dalam rantai yang berakhir dengan
adalah faktor manusia, faktor material, faktor peralatan, faktor lingkungan dan faktor
pencegahan penyakit
1. Aspek medis berfungsi sebagai dasar tata laksana medis dan tata laksana penyakit
dialami dan pernah dialami oleh pekerja karena beberapa pajanan dapat
ditunjang dengan data yang objektif, seperti MSDS (Material Safety Data
informasi tersebut.
klinis
pekerjaannya.
pelindung (APD) apakah sudah secara benar dan konsisten atau tidak.
Penyakit yang timbul mungkin disebabkan oleh pajanan yang sama di luar
luar tempat kerja seperti hobi, pekerjaan rumah dan pekerjaan sampingan.
penyakit yang diderita oleh pekerja adalah penyakit akibat kerja atau bukan
Tata laksana penyakit akibat kerja secara garis besar dibagi menjadi dua,
yaitu:
Hal ini meliputi penilaian risiko, kapasitas dan tolerasi pekerja dengan
pekerja.
Hal ini merupakan suatu upaya terencana agar pekerja yang mengalami
undangan.
Tata laksana okupasi pada komunitas pekerja terdiri dari dua, yaitu:
biologi tertentu.
2) Pemeriksaan berkala
3) Pemeriksaan khusus
Setiap pengelola tempat kerja wajib mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada
Masalah-masalah kesehatan pada pekerja, baik yang berhubungan maupun yang tidak
rehabilitatif. Hal ini perlu didukung oleh berbagai lintas sektor terkait, seperti
dan efisien
perundang-undangan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
pertama
tingkat lanjutan
lingkungan.
telah terakreditasi.
4. Pembiayaan
dilakukan oleh pekerja, pemberi kerja atau melalui sistem jaminan sosial
sebagai berikut:
5. Alur Rujukan
Apabila ada keterbatasan baik sumber daya manusia, dan tidak tersedia peralatan
maupun fasilitas, maka dapat merujuk ke fasilitas pendukung lainnya dengan sarana
dan prasarana yang lebih baik serta mempunyai sumber daya manusia yang
1. Pencatatan
Pencatatan kasus diduga penyakit akibat kerja dan kasus penyakit akibat
untuk penyakit akibat kerja dan memberikan umpan balik capaian kinerja
2016).
DAFTAR PUSTAKA
International Labour Office. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja. Modul 5.
Jakarta: ILO.
Indonesia Nomor 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat
Kerja bagi Petugas Kesehatan: Gangguan Kesehatan Akibat Faktor Psikososial di Tempat Kerja.
Kementerian Tenaga Kerja. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No.Kep. 187/Men/1999
Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. Jakarta: Kemnaker RI.