Anda di halaman 1dari 20

Laporan Tutorial

Skenario 2 Blok DMS

Semadela Solichin Putri


1518011169
Kelompok Tutorial 10
Learning Objectives
1. Farmakokinetik dan farmakodinamik Kortikosteroid
2. DD Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergika (DKA)
1.
Fungsi : peran penting termasuk
mengontrol respons inflamasi
Kortikosteroid hormonal digolongkan
menjadi :
1. Glukokortikoid
2. Mineralokortikoid
Golongan Glukokortikoid

• Efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar


• Antiinflamasi
• Prototipnya adalah kortisol dan kortison (glukokortikoid
alami)
• Glukokortikoid Sintetik :
- Prednisolon
- Triamsinolon
- Betametason
Golongan Mineralokortikoid
Aktivitas utama menahan garam dan terhadap
keseimbangan air dan elektrolit
Umumnya tidak mempunyai efek antiinflamasi
yang berarti  jarang digunakan

Berdasarkan cara penggunaannya dibagi dua :


1. Kortikosteroid sistemik
2. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid Topikal (KT)

KT mempunyai menyebabkan
kemampuan vasokonstriksi
menekan Sebagai obat dan efek ini
inflamasi/ imunosupresan sejalan dengan
peradangan daya
antiinflamasi

menghambat kemotaksis neutrofi l


menghambat fosfolipase A dan menekan proliferasi/
menekan IL-1α antimitotik

menekan reaksi
alergi-imunologi menurunkan jumlah sel menekan pengeluaran
Langerhans sitokin
EFEK SAMPING

Efek samping, baik lokal maupun


sistemik, lebih sering terjadi pada bayi
dan anak, pada pemakaian KT jangka
panjang, potensi kuat, dan pada
pengolesan lesi yang luas.
Efek Samping Lokal Efek Samping Sistemik

• Sindrom cushing
• Menginduksi atrofi kulit • Supresi kelenjar hypothalamic-
• Striae pituitary-adrenal
• Gangguan metabolik, misalnya
• Telangiektasi hiperglikemi
• Purpura • Gangguan ginjal/elektrolit,
contohnya hipertensi
• Hipopigmentasi • Edema hipokalsemi
• Akneiformis Pada umumnya efek samping
tersebut bersifat reversibel,
• Dermatitis perioral membaik setelah obat dihenti
• Hipertrikosis kan, kecuali atrophic striae yang
lebih sulit diatasi karena telah
• Moonface terjadi kerusakan sawar kulit.
Prinsip-prinsip terapi glukokortikoid :

1. Waspada kemungkinan terjadi efek samping, pertimbangkan untung


dan ruginya
2. Dosis yang sesuai untuk mendapatkan efek theurapeutik
Pada pemberian yang lama diberikan dosis sekecil mungkin yang sudah
memberi efek yang diinginkan
Bila tujuan hanya untuk mengurangi rasa sakit atau mengurangi gejala
dan tidak menyangkut keselamatan jiwa  pemberian dimulai dengan dosis
kecil  dinaikkan bertahap sampai efek diinginkan tercapai
Efek yang merugikan tubuh  terjadi pada pemakaian steroid dalam
waktu yang lama
3. Penghentian terapi yang sudah berlangsung lama  tidak boleh dilakukan
secara
mendadak  sebabin gejala insuffisiensi adrenal yang kadang fatal
Tapering Of
• Tapering dilakukan bila konsumsi dilakukan lebih dari 3 hari.
• Tapering dilakukan selama secara bertahap
Penurunan dosis sebanyak 2,5-5 mg (kurang lebih 20%) selama 1 atau 2 minggu dari dosis
awal  amati adakah terjadi efek samping akibat penurunan  Bila ternyata pasien tidak
menunjukkan gejala yang berarti  dilakukan penurunan pada minggu selanjutnya (lalu tetap
amati kembali gejala yang muncul).

• Tapering of akan terjadi saat dosis prednison hanya mencapai 5 mg.


Pedoman dalam melakukan tapering off :
1. Di turunkan 5 mg bila dosis prednison kurang dari 40 mg
2. Di turunkan 2,5 mg bila dosis prednison mencapai 20 mg
3. Di turunkan 1 mg bila mencapai 10 mg
• Harus pelan-pelan dan bertahap dalam melakukan tapering of  agar kelenjar penghasil
hormon
kortison tersebut dapat bekerja secara normal kembali.
2. MIND MAP
Patogenesis DKI
Akhirnya teraktivasi sel T untuk
proliferasi Terjadi pelepasan sitokin
proinflamasi dan induksi
Bahan kimia (iritan) merusak Selain itu juga aktivasi makrofag ekspresi molekul adesi sel
lapisan tanduk epidermis dan granulosit

Keratinosit juga melepaksan TNF Menimbulkan gejala-gejala


Kerusakan mengaktivasi α peradangan dan erupsi kulit
fosfolipase dan pelepasan Asam
arakidonat (AA)

Eritema
Pelepasan kmplemen dan kinin Edema
AA menjadi PG & leukotrien Aktivasi sel mast melepaskan histamin Panas
akan menginduksi vasodilatasi Sebagai kemoatraktan untuk neutrofil Nyeri
dan pe↑ permeabilitas vaskular dan limfosit Iritasi kuat
Patogenesis DKA
Fase Sensitisasi

Diproses dan
Stimulasi aktivasi sel
Hapten/alergen melewati s. dikonjugasi oleh
T yang
korneum lalu ditangkap oleh sel molekul HLA-DR
mengeluarkan
langerhans menjadi antigen
sitokin dan TNF α
lengkap

Mengaktifkan Sel pe↑ MHC kelas I Memperlancar


T lain, dan II, molekul sel langerhans
maktrofag, dan adesin, dan melewati
granulosit pelepasan sitokin membran basalis

Menstimulasi proliferasi
Migrasi ke limfe lalu Sekresi IL-1 menstimulasi dan diferensiasi sel T
mempresentasikan mol. HLA-DR ke sel aktivasi sel T yang spesifik untuk jadi sel T
T Helper mensekresi IL-2 memori lalu beredar di
seluruh tubuh
Fase Elisitasi

Sel T teraktivasi dan


Terjadi pajanan ulang yang melepaskan IFN – gamma
Terjadi proses yang sama
sama dan serupa terhadap yang mengaktivasi keratinosit
pada fase sensitisasi
hapten yang sama pula untuk mengekspresikan ICAM
-1 dan HLA-DR

Selain itu eikosanoid


Keratinosit bereaksi dengan sel
Sitokin tersebut (IL-1) menyebabkan dilatasi vaskuler
T dan leukosit lalu melepaskan
merangsang penghasilan dan pe↑ permeabilitas vaskuler
IL-1, IL-6, dan TNF α yang
eikosanoid yang mengaktivkan sehingga leukosit dan
nantinya akan mengaktivasi sel
sel mast dan makrofag kerayinosit dapat difusi ke
T lain
epidermis dan dermis

Sel mast
mast melepaskan histamin Gatal dan timbul lesi kulit
kulit berupa
(PGE2, PGD2, leukotrien) yang
Menimbulkan reepon klinis yang bercak eritem batas tegas diikuti
menarik neutrofil, monosit,
monosit, dan sel
sel hampir mirip dengan DKI edema, papulovesikel, vesikel atau
lain ke pembuluh darah dan masuk
bula
bula
ke
ke dermis
Daftar Pustaka
Azis, Abdul Latief. Penggunaan Kortikosteroid di Klinik. Surabaya: Divisi Gawat
Darurat Lab/SMF IKA FK Unair/ RSUD DR Soetomo
Helmy, Mazdar dan Zakiudin Munasir. 2007. Pemakaian Kortikosteroid pada
Alergi Anak. Jakarta: Jurnal Kedokteran dan Farmasi Dexa Media
Vol. 20 No.2 Bulan Juni
Johan, Reyshiani. 2015. Penggunaan Kortikosteroid Topikal yang Tepat.
Cimahi: CDK Vol. 42 No. 4 hlm. 305-310
Sularsito, Sri Adi dan Retno W. Soebaryo. 2015. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI
Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai